Anda di halaman 1dari 62

JALAN KITA

MASIH
PANJANG
Daftar Sub Judul

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


1. Pembentukan Jati Diri 26. Ketangguhan Sejati
2. Pengendalian Diri 27. Muda Berkomitmen
3. Keikhlasan Hati 28. Ringan Bersahaja
4. Manusiakah Kita . . . ? 29. Malu Tak Mampu
5. Tanggung Jawab 30. Suara Harapan
6. Kompetensi Diri 31. Berpikir Tapi Mati
7. Semangat Muda 32. Ketenangan Langkah
8. Hidup Untuk Mencari 33. Siang Tak Berarti
9. Jiwa Kedua 34. Bahagia Itu Mudah
10. Tanya Dalam Seru 35. Mulut Tertutup Rindu
11. Maaf Tak Menghapus Luka 36. Memulai Tanpa Ragu
12. Mengenali Potensi Diri 37. Kekayaan Semu
13. Raga Tak Sampai 38. Seperempat Jalan
14. Berani Bicara Hidup 39. Hidup Tidak Sendiri
15. Sekat Bumi Langit 40. Masalah Itu Indah
16. Mata Ketiga 41. Gairah Kesungguhan
17. Bangkit Berjuang 42. Materi Tiada Arti
18. Cinta Tak Untuk Dinanti 43. Hanya Manusia Biasa
19. Kedewasaan Mental 44. Surga Dalam Dunia
20. Kepastian Langkah 45. Malam Penuh Cahaya
21. Hidup Adalah Perjalanan 46. Cinta Dan Kesunyian
22. Kuat Melindungi 47. Generasi Masa Depan
23. Cahaya Kedua 48. Kebaikan Tanpa Akhir
24. Jiwa-jiwa Pemimpin 49. Panjangnya Perjalanan
25. Kesempatan Kedua 50. Menutup Dengan Manis

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Pembentukan Jati Diri (hati-hati ngalir ke cubluk!) pernah dapat benar mengetahui dan memberikan kesimpulan
mengenai hal tersebut. Hanya hati yang merasakan dan Tuhan yang
Ketika kita berada dalam suatu kejenuhan banyak hal yang maha mengetahui segala sesuatu.
sebenarnya kita sadari, namun terkadang kita membiarkan diri kita
Dan bagaimana caranya kita untuk mampu mengkondisikan
seakan terjebak tanpa mengupayakan suatu perubahan. Kesalahan
diri dalam merubah pola pikir yang seterusnya akan terimplikasi
terbesarnya adalah kita merasa hal yang perlu dirubah tersebut
menjadi suatu kebiasaan dan gaya hidup. Sugestikanlah pada pikiran
adalah kondisi ataupun keadaan lingkungan dan rutinitas kita sehari-
kita masing-masing bahwa masa depan kita masih suci. Sebaik-
hari serta hal-hal lain yang sifatnya berasal dari luar diri kita. Padahal
baiknya keadaan yang belum terkotori setitik nodapun. Merubah
perlu kita ketahui bahwa sesungguhnya kita telah terbelenggu oleh
kebiasan dan gaya hidup yang buruk memang tidak mudah terutama
pola pikir atau paradigma yang kita buat sendiri. Karena pada
jika tidak dengan kesungguhan hati. Namun bukan berarti pula
dasarnya segala bentuk emosi, kegundahan pikiran dan
dipaksakan, harus secara perlahan kita melakukan hal yang kita
ketidaknyamanan kita terhadap suatu kondisi bersumber dari hati
anggap baik tersebut. Tidak cukup disitu, mintalah pendapat dari
atau kejiwaan yang mutlak sebagai cerminan segala ketidaksiapan
orang lain yang kita tuakan yang secara pengalaman hidup tentunya
kita dalam menerima hal-hal yang telah digariskan.
sudah lebih dulu tahu dan atau pernah mengalami mengenai hal-hal
Pada dasarnya semua pengalaman hidup atau sesuatu yang sebab-akibat. Lakukan hal tersebut terus-menerus hingga terbiasa
kita terima dalam proses perjalanan kita menyusuri dimensi waktu dan menjadi kebiasaan baik. Karena walau bagaimanapun jika kita
adalah baik adanya. Jika kita dapat memposisikan diri kita sebagai bersikeras untuk begitu saja lantas menghentikan setiap kebiasaan
subjek yang mampu mengambil hikmah dari setiap pelajaran hidup. buruk kita, itu akan sangat sulit sekali. Karena yang paling mungkin
Bukan hanya menjadi objek yang terombang-ambing seolah tidak adalah mengkondisikan bagaimana caranya seakan-akan sudah tidak
memiliki kendali dalam menentukan masa depan, masa yang akan ada waktu lagi untuk melakukan kesia-siaan dengan cara
datang tentunya harus lebih baik dari masa sekarang terlebih lagi dari memperbanyak kegiatan yang bersifat positif. Perlu masa transisi
masa lalu. Perlu kita ingat bahwa ikhlas bukan berarti pasrah, yang cukup panjang tergantung dari komitmen masing-masing dari
menyinggung kata ikhlas akan sangat mendalam jika kita coba untuk kita untuk merubah kebiasaan buruk itu.
menjabarkannya mengenai jalan atau cara bagaimana kita mampu
Penjelasan mengenai apapun terkait teknis dan cara akan
menggenggam kata ikhlas tersebut dalam kepalan tangan kita. Karena
sangat mudah untuk dipahami, namun tidak begitu saja dalam
meski hakikatnya ikhlas itu satu, akan tetapi jalan ikhlas satu orang
pelaksanaannya. Karena nyatanya dalam diri manusia terdapat nafsu
dengan orang lainnya akan sangat berbeda terlebih dalam
yang perlu dikendalikan dan itulah musuh yang paling besar. Maka
mendefinisikannya. Walaupun sebenarnya akal pikiran kita tidak akan
disini tahapan selanjutnya adalah bagaimana untuk menguasai

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


tingkat pengendalian diri yang bisa dikatakan amat sangat stabil sendiri tanpa disadari. Merasa sesuatu yang hendak kita gapai jauh
(konsisten) dan tak tergoyahkan hingga menjelma menjadi sebuah dari jangkauan meski jaraknya hanya setengah dari panjang tangan.
prinsip-prinsip hidup yang baik. Hal demikian akan dapat dengan mudah melunturkan semangat,
menjatuhkan pilihan sebagai orang yang gagal padahal belum pernah
ASH PANJA sekalipun mencoba. Berpikir dan berprasangka baiklah terhadap
ketentuan Tuhan yang akan digariskan kepada diri kita, dan
Pengendalian Diri (jangan ambisi loe doang yang mengupayakan diri untuk senantiasa selalu melakukan yang terbaik
atas segala sesuatu.
dipikirin!)

Dalam sebuah perjalanan hidup dengan segala prosesnya


yang berat adalah bukan bagaimana cara kita untuk melakukannya, Berperanglah dan bercengkerama untuk dapat mengenali diri
akan tetapi menentukan jalan mana yang akan kita kehendaki. Bukan kita sendiri, biarkan yang baik dan buruk bersaing beradu tempat. Kita
hanya sekedar dalam pikiran dan lisan yang mengatakan tetapi menyadari bahwa semua itu hanya ada dalam pikiran, dan itulah
dengan segala bentuk perbuatan yang tentunya dapat dipertanggung- mungkin perang yang paling dahsyat yang tentunya setiap orang
jawabkan. Ketika kematangan dalam berpikir tidak bisa serta merta mengalami. Dengan segala kebaikan Tuhan atas dirimu, berdoalah
sekaligus membentuk mental yang baik. Ketika bicara mental erat untuk ditunjukan jalan yang paling lurus. Hendak hidup kita akan
kaitannya dengan kondisi kejiwaan dan spiritual, semua itu mengalir dengan penuh percaya diri bahwa kita tidak akan menjadi
merupakan peranan dasar dari sebuah pengendalian diri. Kita seseorang yang benar-benar gagal, jatuh dan tak sanggup bangkit
sendirilah yang akan menentukan jalan dan tujuan kita hidup di dunia kembali. Keyakinan kita terhadap kekuasaan Tuhan tidak akan pernah
ini disamping adanya agama sebagai pedoman dan tuntunan untuk menjadikan kita berputus asa. Sebesar biji zarahpun mungkin tidak,
spiritual kita menjadi benar. akan tetapi ketika kita telah sedikit memahami tujuan hidup kita di
dunia ini maka kembali lagi kita tidak akan pernah melakukan kesia-
Manusia diberikan akal dan pikiran untuk dapat mengerjakan
sian dan memacu diri kita dalam tingkat pengendalian diri yang
segala urusan hidupnya, yang menjadi permasalahan kebanyakan dari
sebenarnya. Yaitu atas dasar keikhlasan hati bukan untuk apresiasi
kita masih sangat sulit untuk membiasakan diri dalam berpikir positif.
dan prestasi bahkan hanya mengejar secuil materi.
Kembali lagi terjebak dengan keadaan yang terlalu pasrah bahkan
cenderung berpikir negatif atas segala kemungkinan yang akan Dalam memaknai tujuan hidup, berpikirlah dengan akal kita
terjadi dan kita alami. Masih terpaku dan terbelenggu dengan kata- dan berpedoman pada kitab suci yang menunjukan bahwa diri kita
kata hasil, dengan terlebih dahulu merendahkan martabat diri kita adalah seorang yang beragama. Pelajarilah secara menyeluruh, bukan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


bagian-bagian yang terputus, yang membedakan satu dengan yang sebenarnya sedang berupaya memerangi segala sumber penyakit
lain karena pada dasar hakikatnya adalah satu. Berat rasanya jika kita yang sedang menggerogoti setiap bagian dirinya.
mengetahui suatu kebenaran dan juga meyakininya tapi kita masih
Ketika kita dimanjakan dengan hal-hal yang bersifat duniawi
enggan untuk menjalankan dengan artian yang sesungguhnya, bukan
hanya atas dasar untuk apa dan kepada siapa. Pengendalian diri yang dan kesenangan sesaat, seolah kita tidak akan pernah diberikan
kesadaran mengenai rusaknya hati. Secara individu kita merasa
paling mulia adalah bukan atas dasar terpaksa maupun tuntutan
namun atas dasar semesta cinta dan kepatuhan kepada Tuhan. sangat berbahagia namun hakikatnya hati kita telah mati, tidak ada
lagi simpati dan rasa empati telah hilang terkubur seiring sosialisme
Berbahagialah mereka yang bisa menumbuhkan rasa cinta kepada
Tuhannya, untuk kemudian dapat benar-benar menjadi seorang yang yang semakin mundur. Sangat sulit memahami isi hati, keinginannya
pun berubah-rubah seiring waktu seiring zaman. Dengan memahami
taat.
keadaan disekeliling kita, kita akan semakin disadarkan pula tentang
keharusan untuk bersyukur. Lenyapkanlah segala kedengkian kita
kepada siapapun, jangan pernah ada rasa iri karena setiap orang telah
Keikhlasan Hati (nggak usah muka loe cari-cari!) dianugerahi dengan keistimewaannya masing-masing, keberkahan
dari setiap keringat yang telah dikeluarkannya secara lapang dan
Hati itu tidak bulat bahkan juga tidak kotak, entah apa ikhlas.
bentuknya tapi dia sungguh benar bisa merasakan sakit meski tidak
Bicara luasnya samudera tidak lebih luas dari lapangnya hati,
tahu bagian manakah yang tersentuh dan terlukai. Sebuah relung
karena ikhlas dan sabar itu tidak ada batasannya. Melalui dan
yang tersusun menguraikan segala perasaan, bukan sekedar rasa sakit
berharap semua yang datang sebagai buah dari apa yang kita pikirkan
tentunya tetapi juga bisa merupakan kebahagian hidup dan
dan kehendaki, akan tetapi nyatanya akan sama sekali berbeda. Kita
kedamaian. Memelihara hati tidak usangnya seperti sebuah tanaman
dihadapkan dengan segala kondisi yang cenderung merupakan
yang harus selalu disirami dan diberi pupuk, dan kedengkian
sebuah bentuk tantangan, kita tidak dapat berleha-leha dan
merupakan salah satu hama yang dapat merusaknya. Ketika
menganggap semuanya hanya sebagai lelucon. Boleh kita anggap
kedengkian telah mendapati kedudukannya maka tidak akan ada lagi
sebagai sebuah permainan, permainan kehidupan tapi bukan dengan
kelapangan ataupun keikhlasan hati. Layaknya sebuah penyakit,
main-main kita menjalaninya karena sedetikpun yang terlewat tidak
mungkin bisa saja sembuh meski tidak diobati. Walaupun terlihat
bisa ditarik mundur kembali. Kembali lagi menjadi pertanyaan, “apa
tidak ada sama sekali upaya penyembuhan secara konvensional dan
tujuan kita hidup di dunia ini?”, mencari kepuasan hatikah? Atau
kasat mata, secara proses internal metabolisme tubuh kita
menjadi bidak catur yang mengikuti apa saja yang hendak dijalankan,
melangkah sesuai keinginan yang memainkannya sekalipun kita

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


sebagai raja dalam permainan tersebut. Tentunya bagaimanapun kita. Kita mencoba melakukan hal demikian bukan karena
kondisi hidup dan kehidupan kita, kita harus senantiasa amanah dan terganggunya mental yang tidak siap dengan tantangan hidup dan
adil melalui semua lika-liku jalan sekalipun basah, licin dan pula kehidupannya tetapi yang dimaksudkan lebih tepatnya adalah
berkerikil. introspeksi diri. Tanyakanlah beberapa hal yang tidak pernah orang-
orang lontarkan atas dirimu, perlu dipahami bahwa faktor koreksi
Pada saat keikhlasan hati mampu menyertai setiap langkah eksternal sifatnya terbatas. Orang tidak mungkin secara begitu saja
hidup kita, maka disitu kita tidak akan berbicara sebagai individu yang mengatakan hal-hal yang cukup frontal mengenai penilaiannya atas
hanya berpikir tentang apa yang hendak dan selayaknya kita diri kita.
dapatkan. Akan tetapi, kita berpikir apa yang harus kita lakukan dan
kerjakan dengan senantiasa adil dan penuh amanah. Memastikan diri Introspeksi artinya mengkoreksi secara mandiri, dengan
menjadi seorang yang jujur, penuh kasih dan terlahir dari rahim penuh kesadaran kita mencoba untuk lebih mengenali diri kita
sebagai makhluk yang suci kembalipun dalam keadaan suci. Namun sendiri. Satu pertanyaan yang bersifat umum namun mewakili setiap
sebelumnya perlu kita ketahui dan pahami bahwa kita terlahir ke pertanyaan atas diri kita, kita sebagai manusia. Dan pertanyaan
dunia sebagai khalifah di muka bumi ini. Perlulah tentunya kita sadar tersebut adalah “Manusiakah kita . . . ?” seberapa yakinkan bahwa
tugas dan tanggung jawab kita sebagai manusia, makhluk yang paling diri kita ini adalah manusia, manusia yang seutuhnya bukan hanya
sempurna. susunan bentuk fisik. Masih adakah rasa kemanusian, akal dan nalar
yang sehat, bukan anjing yang menjulurkan lidahnya untuk
mendinginkan badan. Ibarat suhu panas dalam tubuh itu adalah
kerakusan dan rasa tamak kita terhadap segenap materi, yang
meronta-meronta ingin keluar dalam bentuk sebuah sikap dan
perilaku. Kita sebagai manusia tentunya tidaklah seperti demikian,
karena ketamakan menghilanglah semua rasa kemanusiaan.

Linkungan kita, alam kita, bumi kita tempat memijakan kaki


Manusiakah Kita . . . ? (otak loe masih bisa mikir dan beserta segala isinya tentu seharusnya senantiasa kita menjaga
kan?) dan melestarikannya. Ingat bahwa kita diciptakan dan diturunkan ke
muka bumi ini adalah sebagai khalifah, yaitu pemimpin yang tentunya
Sepintas terkesan tidak normal dan wajar ketika berbicara bertanggung jawab atas segala kerusakan dan kecarut-marutan
pada diri sendiri, coba saja kita berbicara sendiri apakah dikatakan didalamnya. Kita senang memuaskan hati kita, memelihara nafsu
gila? Tidak tentu juga, justru itulah keadaan sesadar-sadarnya diri namun disayangkan semua itu telah keluar dari batasannya, terlalu

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


berlebihan dan tidak terkontrol. Bukan lagi sebagai bara untuk Tanggung Jawab (jangan bisanya cuma nyusahin
membakar semangat, tetapi sudah berubah menjadi api yang siap orang!)
menghanguskan segala yang ada disekelilingnya. Lihatlah alam kita
telah rusak karena ketamakan kita sendiri, manusia adalah khalifah Mengatasnamakan revolusi mental secara menyeluruh
yang tidak selayaknya berlaku demikian. berupaya untuk mengadaptasi kehidupan seorang petugas
kebersihan, pemungut sampah jalanan. Tak ada lagi rasa jijik ataupun
Banyak hal sebenarnya yang bisa kita lakukan, namun
mengkuatirkan seusuatu yang sama sekali tidak perlu untuk
cukuplah diawali dari diri kita sendiri, Karena nasehat yang paling baik
dikuatirkan, mengerjakan semuanya bukan hanya sekedar untuk
adalah contoh ataupun sesuatu yang kita lakukan sehingga dapat
pemenuhan hal-hal yang bersifat pribadi. Dengan mental yang penuh
menginspirasi orang lain. Sesuatu yang terlihatnya sangat sederhana
tanggung jawab, tidak lagi merasa diri hina atas pribadi yang lain
akan tetapi ketika sesuatu itu menuntut konsistensi disitulah dapat
karena yang ada dalam benaknya adalah bagaimana dia menjalankan
berubah menjadi sulit, seperti apa yang telah kita singgung
fungsinya dengan baik dengan mengorbankan segala kemewahan
sebelumnya mengenai pengendalian diri. Tak apa-apa tak perlulah
duniawi namun penuh pengabdian pada dunia dan bumi yang
kita risau, setidaknya kita telah menyadari baik-buruk yang akan dan
dipijaknya saat ini. Kecemasan-kecemasan terhadap akan keharusan
telah kita lakukan untuk kemudian selanjutnya kita berupaya untuk
dalam tercukupinya segala kebutuhan seakan menjadi penghalang
memperbaiki diri. Semuanya berawal dari kesadaran, kesadaran hati,
untuk kita melakukan sesuatu atas dasar fungsional yang lurus.
kesadaran pikiran dan kesadaran perbuatan.
Menjadikan kita hanya fokus terhadap hak dan menyamarkan sebuah
Memahami betul bahwa setiap yang kita kerjakan harus kita kewajiban, semuanya terbentuk menjadi sebuah harga mati antara
pertanggung jawabkan, terlepas dari apapun dampaknya kita harus keluarnya keringat dengan materi yang akan didapatkan.
lebih siap dengan segala kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi.
Segala tindak-tanduk yang didasarkan pada kepentingan
Jika kita sadar dengan hal demikian pasti kita akan lebih berhati-
pribadi biasanya akan menkesampingkan kepentingan bersama.
berhati dan memikirkan benar setiap langkah yang akan kita kerjakan.
Padahal seharusnya jika dihubungkan dengan struktural organisasi
Manusia adalah khalifah, seorang pemimpin yang bertanggung jawab
terkecil maupun bahkan berdasarkan tatanan sosial-ekonomi ataupun
atas segala perbuatannya dan apapun yang terjadi di muka bumi ini.
bidang lain yang terkait, semua telah terbentuk dan terukur sebagai
Tanggung jawab seorang pemimpin akan dipertanggung-jawabkan di
fungsi dan peranannya masing-masing. Atas dasar demikian setiap
akhirat kelak dan itu sama sekali tidak ringan. Masih manusiakah kita?
orang merupakan individu yang istimewa dan orang tersebut baru
Bertanggung-jawablah!
dikatakan hidupnya bermakna adalah ketika kehadirannya tidak bisa
digantikan oleh individu lain. Dialah yang memegang penuh

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


tanggung-jawab atas segala hal yang diembannya, mengerjakan kemampuan yang besar pula. Akan ada nilai yang senantiasa selalu
semua dengan penuh kejujuran sehingga menjadikan keberadaannya bertambah tiap harinya untuk menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,
telah benar-benar dianggap berarti dan bermanfaat bagi yang itulah yang dinamakan kompetensi diri. Seorang yang bertanggung
lainnya. Segala bentuk apresiasi dan duniawi hanyalah penghias jawab tidak akan pernah ingin menjadi beban bagi yang lain, tapi
ataupun sekedar pemanis saja jika kita senantiasa mengerjakan menjadi kuasa untuk setiap tantangan seberat apapun, sistem
segala sesuatu dengan niatan ibadah ataupun mencari keridhoan serumit apapun, dia akan senantiasa menjadi seorang yang paling
Tuhan. kompeten di bidangnya tersebut.

Bicara tanggung jawab akan selalu berulang kita mengatakan Kompetensi Diri (malu dong kalo nggak naik kelas!)
jujur terhadap fungsi dan kewajiban yang lurus. Secara berulang-
ulang pula seolah kita diingatkan kepada tugas dan tanggung jawab Sedikit kita mencoba untuk menelaah keterkaitan ataupun
kita atas setiap peranan yang tengah kita mainkan, tak peduli apapun hubungan antara kompetensi diri dengan hasil yang akan didapatkan.
pekerjaan, status sosial, keyakinan beragama dan lain hal sebagainya. Sepintas terkesan merupakan bentuk implikasi, bisa jadi ya jika hanya
Menarik kesimpulan dari padanya bahwa seorang yang bertanggung- dilihat berdasarkan logika saja namun kenyataannya tidak serta merta
jawab akan senantiasa menjadi seseorang yang dapat dipercaya. begitu saja untuk seorang dengan kompetensi diri yang baik akan
Namun pastinya tidak cukup dengan hanya tanggung-jawab untuk mendapatkan hasil yang baik pula. Bukan untuk mematahkan
menjadi seorang yang dapat dipercaya, yaitu dengan menunjukan semangat dan terlalu terlena dengan kepasrahan, tujuannya adalah
kompetensi diri. Setiap hal yang kita kerjakan tidak semata-mata agar kita tidak terlalu berorientasi pada hasil dan tetap jadilah yang
hanya mampu untuk dipertanggung jawabkan, akan tetapi juga terbaik atas diri kita masing-masing. Mengetahui bahwa setiap
memberikan kepastian terhadap kualitas yang baik dan murni. Tidak individu memiliki keterbatasan dan tingkat pemahaman yang
perlu menjadi seorang yang perfectionis, cukup lakukan berdasarkan berbeda terhadap suatu masalah, keadaan khusus (kasus tertentu).
kemampuan dan kesungguhan kita yang sepenuhnya. Maka, dalam proses pembentukan suatu karakter untuk dapat
memiliki kompetensi yang unggul dan juga memiliki daya saing baik
Resiko kegagalan ataupun memikul benda yang titik
perlulah perjuangan atas dasar kesadaran serta mawas diri.
bebannya jauh dari titik kuasa sebanding dengan mempertanggung-
jawabkan kesalahan sebuah sistem yang saling terhubung Semuanya berawal dari mimpi, namun bukanlah mimpi yang
berdasarkan proses dan sistematika yang ada memang sangatlah berasal dari tidur panjang, kehidupan kita hanya akan diluangkan
berat. Ilustrasi yang cukup untuk menyadarkan kita betapa sedikit saja dalam menghiasi tidur dengan bunga-bunga taman yang
berpengaruh dan pentingnya suatu fungsi terhadap fungsi yang lain. indah. Semua itu hanya akan menjadikan kita enggan terbangun,
Untuk dapat memikul tanggung-jawab yang besar dibutuhkan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


karena yang seharusnya kita lakukan adalah segeralah membelalakan Jelas jika kita memahami betul tentang pentingnya
mata untuk kemudian membangun semua mimpi dari tidur yang kompetensi diri, kita akan senantiasa berlomba-lomba dalam hal
sejenak itu dan segala harapan yang telah memenuhi langit-langit untuk terus belajar dan mengkaji, mengerti tentang artinya hidup dan
kamar. Dengan demikian kita akan senantiasa selalu bersemangat kerja keras. Karena semua yang ada di dunia ini tidak akan terlepas
dalam upaya untuk meningkatkan kualitas hidup dan kehidupannya dari usaha dan berserah diri, yaitu ikhtiar yang disertai dengan ikhlas.
dengan kompetensi diri yang akan terus diasah dan ditingkatkan Dan oleh karena itu patut untuk kita menyadari bahwa tak ada
untuk menggapai semua mimpi dan harapan yang telah kita batasan harus sejauh mana kita dalam meningkatkan kompetensi diri.
lambungkan ke langit hingga melewati awan. Sekalipun awan itu Meningkatkan kompetensi diri sama artinya dengan menuntut ilmu,
mendung, penuh gelegar guntur serta kilat yang selalu siap untuk yang kita semua ketahui bahwa menuntut ilmu hanya akan terbatas
menyambar. oleh waktu, waktunya ajal jika telah menjemput kita untuk kembali
kepada Sang Pencipta.
Menepis semua anggapan buruk bahwasannya kebodohanlah
yang memiskinkan kita. Itu semua memang benar, namun hakikinya
tak ada manusia bodoh di dunia ini. Yang ada hanyalah tirai yang
mengkaburkan pandangan, bukan tirai yang terbuat dari kain hitam
sebenarnya melainkan sesuatu yang nampak transparan namun
menyamarkan kebenaran. Perasaan diri ini bodoh itulah alasan
Semangat Muda (pemuda anti galau, hehe)
pembenaran untuk kita menjadi malas, malas untuk berusaha dalam
Semangat jiwa muda, yang muda hendaknya haruslah selalu
peningkatan kompetensi diri. Dengan atas dasar demikian
penuh dengan semangat. Namun tidak menutup kemungkinan atas
menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk menggapai
beberapa alasan dan faktor seakan menghilang jiwa mudanya
kesuksesannya masing-masing, secara materi itu adalah hadiah untuk
tersebut. Itulah yang orang sering menyebutnya dengan krisis
memberikan fase hidup yang menggambarkan pencapaian dari hasil
motivasi. Sangatlah berat bagi orang-orang khususnya pemuda yang
sebuah kerja keras. Namun sukses tidak berhenti disitu, setiap orang
mengalami hal tersebut, bukan karena fisik yang telah tak berdaya
tentunya menginginkan kedamaian dan ketenangan dalam hidup dan
melainkan disebabkan oleh lunturnya kepercayaan diri hendak akan
itulah tujuan utamanya. Tak ada yang sia-sia dengan kita
jadi apa dia di masa yang akan datang. Bagi kalian yang sudah sedikit
meningkatkan kompetensi diri, meningkatkan kompetensi diri sama
mulai luntur semangatnya, sangat perlu untuk membenahi pola pikir
artinya juga adanya keharusan kita untuk meningkatkan pengendalian
dan tujuan hidup yang sebenarnya. Memang tidak mudah dalam
diri, tanggung jawab dan keikhlasan hati.
memotivasi diri, bahkan mungkin cenderung akan menjadi hilang
arah ketika rasa lelah tak segera terganti oleh pencapaian dan segala

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


kehendak hati lainnya. Semangat yang didasarkan atas gemilangnya kesuksesannya dilandasi dengan pengabdian serta kasih dalam
suatu pencapaian akan sangat mudah goyah dengan hal-hal tersebut, perjuangan membalas setiap peluh dan keringat pengorbanan orang
yaitu kejenuhan dan rasa lelah. tuanya. Menumbuhkan semangat dalam keabadian cinta tanpa
sedikitpun berpikir akan hasil karena semangat adalah cinta. Coba
Disini kita akan bicara tentang bagaimana caranya untuk sandarkanlah diri kalian, lemaskan sekujur tubuh bagaikan catur yang
dapat selalu bersemangat, tak ada rasa lelah terlebih hingga menginginkan kematian, apakah akan begitu saja kita mengubur
kehilangan arah layaknya bara api yang menyala-nyala seakan-akan semangat jiwa muda kita? Menguburnya berarti menumbuhkan rasa
tak akan pernah padam. Apakah kiranya yang hendak kita jadikan malas. Segala bentuk kemalasan itu sangatlah perlu untuk dilawan,
bahan bakar, masing-masing dari kita tentunya memiliki cara melawan berarti mengendalikan dalam artian sesungguhnya dan
tersendiri untuk itu. Mengetahui apa yang benar-benar bisa memacu kembali untuk kita ingat hakikat pengendalian diri.
kita, menyuntikan senyawa-senyawa energi hingga bergeloralah jiwa-
jiwa muda kalian. Kamu, aku dan kalian tentunya sangatlah berbeda Berjanjilah pada diri kalian masing-masing, bahwa diri kalian
tapi kita adalah satu, satu sama lain sama-sama memiliki jiwa, jiwa sendirilah yang akan tetap menjaga nyalanya api agar tetap berkobar.
yang perlu dipelihara kestabilannya. Ketenangan batin akan Aku dan kalian adalah sama karena kita memiliki semangat yang
membawa kita ke puncak kejayaan, namun jaya bukan berarti puncak sama, semangat untuk tetap berjuang dari kerasnya hidup dan
karena itu hanyalah karunia dan anugerah yang Tuhan berikan atas kehidupan. Bermimpilah untuk menjadi apapun yang kita inginkan,
diri kita. Bahwa bersemangat itu bukan berarti menjadi terlalu tidak ada satupun orang yang akan melarang kita untuk bermimpi.
berambisi dan kemudian menghalalkan segala cara. Pandanglah Dan untuk menggapainyapun dengan senyum dan keramahan hati,
segala sesuatu tidak akan dibawa ke liang lahat, bersemangatlah setiap orang disekeliling kita juga akan merasakan dari positifnya
untuk orang-orang yang kita cintai, bukan sekedar mengejar energi tersebut yang tentunya akan kita tebarkan ke seluruh penjuru
kepuasan hati. alam dalam semangat dan keagungan.

Ketika mengatakan aku mencintaimu berarti kita telah Hidup Untuk Mencari (jangan jadi orang bego!)
mencintai diri kita sendiri. Ketika kita mencintai seseorang,
katakanlah orang tersebut adalah orang tua kita sendiri. Kita akan Setiap orang tentunya mengalami masa-masa gamang
senantiasa berupaya, bergelora dan berapi-api untuk memberikan pencariannya, layaknya cahaya kelabu dalam redupnya kehidupan.
yang terbaik. Terbaik itu bukan menjadi pemenang tapi terbaik atas Menelusuri setapak jalan untuk menemukan setitik terang warna
diri kita masing-masing. Anak mana yang tidak ingin membahagiakan putih kebiruan, mencari arti yang sesungguhnya mengenai kebenaran
kedua orang tuanya, mungkin kata-kata tersebut seringlah kita untuk tidak lagi menjadi abu atau kecoklatan. Sangat tidak mudah dan
dengar. Dan rata-rata orang-orang yang berhasil mencapai

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


bahkan bisa jadi kita tidak pernah benar-benar menemukannya, Lebih baik mati dalam keadaan mencari daripada hidup
namun setidaknya kita telah berdiri hidup untuk mencari. Karena selamanya namun tidak mengetahui kebenaran yang hakiki. Mungkin
mencari berbeda dengan menemukan, sering kita dihadapkan dengan itulah kalimat yang bisa mendorong kita untuk senantiasa terus
hal-hal yang tidak pernah sedikitpun kita pikirkan dan berusaha untuk mencari dan belajar dalam memaknai hidup yang sebenar-benarnya.
mencari tapi justru kita menemukannya. Akan tetapi sesuatu yang Karena terdapat rahasia di dalam rahasia, sesuatu yang nampak benar
kita cari bisa saja itu merupakan hal yang mustahil, jelaslah bahwa tidak berarti selalu benar dan yang salah tidak selamanya mutlak
nyatanya kehidupan tidak selalu seperti apa yang kita pikirkan. Maka salah. Haruskah kita menjadi bingung dengan kata-kata diatas, iya
dari itu kita harus menyadari apa yang patut dan selayaknya kita cari ataupun tidak namun jelas itulah resiko yang sewajarnya akan kita
tahu serta apa yang tidak perlu untuk kita ketahui dengan segala terima. Jika semuanya bisa menjadi mudah tanpa tantangan dan
keterbatasan akal dan pikiran kita. ujian, bisa saja Tuhan hanya menciptakan surga tanpa adanya neraka
dan jelas nyatanya tidak demikian. Berjuanglah dalam mencari
Sebuah resiko yang sangat besar ketika kita memaksakan diri kebenaran, setiap diri kita bertanggung jawab atas diri kita masing-
memikirkan sesuatu melintasi garis nyata kehidupan dan sesuatu masing yang artinya tidak untuk menggantungkan diri kepada orang
yang telah menjadi ketentuan Tuhan serta kodrat kita sebagai lain termasuk safaat dari Rasulullah. Dalam hal ini mengharapkan
manusia biasa. Meski demikian tidak pula berarti berpikir terlalu safaat berbeda dengan menggantungkan diri.
sederhana, mengalir begitu saja tanpa pedoman hidup yang jelas.
Pada dasarnya kembali lagi kita disini dituntut untuk berpikir Berjalanlah terus menyusuri indahnya kehidupan,
mengubah sesuatu yang samar menjadi keyakinan sejati, tidak hanya pertahankanlah setiap langkah kita dengan senantiasa selalu berpikir
atas dasar dari siapa dan apa yang menjadi pengetahuan dasar dari positif. Berjuanglah dan yakin bahwa suatu saat nanti kita dapat
sesuatu yang diajarkan serta diturunkan secara dogmatis generasi ke benar-benar menemukan sesuatu yang kita cari dan nantikan.
generasi. Terkecuali mukjizat yang dimiliki Rasul setelahnya masih Bersyukurlah dengan segala nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita
akan ada hidayah dan karomah yang bisa saja turun langsung dari berikut kesehatan dan akal serta nalar yang jernih. Mintalah untuk
Sang Pencipta kepada seseorang yang dikehendaki-Nya, bukan berarti selalu diberikan akal dan nalar yang jernih, karena tanpanya kita bisa
kita hanya berdiam diri. Kita memahami bahwa “mencari” merupakan saja salah dalam mengambil langkah serta memikirkan sesuatu yang
kata kerja aktif yang berarti perlunya usaha, objek maupun tujuan. sebenarnya tidak perlu. Pilahlah semuanya dengan hati dan jiwa yang
Apakah yang sebenarnya hendak kita cari? Esensi dari makhluk dan tenang dan ingat bahwa hidup sejatinya adalah untuk mencari,
segala ciptaan-Nya ataukah tujuan sebenarnya kita diciptakan ke mencari kebenaran yang hakiki bukan kuda yang terikat dan
dunia ini? Disini kita akan tersentak karena tidak cukup dengan hanya terpasangkan pelana.
pemahaman dan keyakinan yang dangkal.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Jiwa Kedua (jomblo istiqomah) permulaan dari membenahi hingga meluruskan rasa, meluruskan hati
dan pikiran. Karena bisa saja apa yang sedang kita lakukan dan
Kita sebagai individu, satu mewakili satu, dua mewakili dua, perbuat saat ini adalah bagian dari bentuk pengrusakan yang halus
hati pikiran dan jiwa. Kapankah kita akan menemukan jiwa kita yang namun menggerus kemurnian diri. Dan ketahuilah bahwa sungguh
kedua, kapankah akhirnya dua itu berhimpun terpadu menjadi satu? cinta yang sebenarnya tidak akan pernah merusak.
Mungkin kebanyakan orang akan menyebutnya dengan belahan jiwa,
Kemampuan seseorang dalam memelihara hati dan pikiran,
tapi bagiku dialah jiwaku yang kedua. Yang indah ketika dipandang,
kecintaan pada diri sama artinya orang tersebut telah sadar akan
yang rindu meski sejenak hilang dan berharap kembali datang. Tak
amanah atas turunnya cinta dari Sang Maha Pencipta. Setelah kita
akan mampu untuk terpisah, tak pernah sedikitpun menginginkan diri
mampu untuk mencintai diri kita sendiri atas dasar kesadaran dari
pergi menjauh. Meski lenyap kandas dari pandangan mata tapi tetap
pemahaman yang datang berdasarkan proses kita mencari, maka
berpeluh dalam hati dan hangatnya dada, menjadi bara semangat
barulah kita akan senantiasa mampu mencintai orang lain dalam
yang nyata. Bagi kita yang masih sendiri pasti benar-benar
artian yang sebenarnya. Ingat bahwa cinta itu tidak merusak, karena
menantikannya, dia akan datang meski awalnya tak akan kita sadari.
cinta berarti memelihara, menjaga dari baik tetap menjadi baik,
Karena bisa saja dia telah lama berada di sekitar kita, berjalan
memperbaiki yang buruk untuk tidak menjadi hancur. Keistemewaan
beriringan menyusuri waktu tanpa bergandengan tangan. Di lain
akan datang bagi siapa saja, bagi mereka yang mengistimewakan
pihak pada jiwa kita yang kedua tersebut tentunya merasakan hal
orang-orang di sekitarnya. Karena pada dasarnya kebaikan yang kita
yang sama, tak akan pernah sadar hingga akhirnya cinta kedua jiwa
semaikan akan berbalik menjadi buah segar yang akan menjadi hak
bertemu.
untuk kita santap. Siapa saja berhak untuk mendapatkan kebaikan
Telah tersinggunglah kata cinta, dua jiwa bersatu karena cinta hidup, keindahan ketika kita mampu mencintai dan dicintai oleh
dan percayalah bahwa cinta itu benar-benar ada meski hanya akan setiap orang di sekeliling kita. Maka berbaik-sangkalah untuk itu
menghinggapi mereka yang masih memiliki rasa. Karena rasa semua dan lakukanlah dengan tulus, karena hak tidak selamanya
menjadikan kita hidup, hidup yang sebenarnya, merasakan suka dan mutlak serta merta kita dapatkan di dunia.
duka cita. Bicara cinta banyak ragamnya, berkata dan berucap yang
Bahagianya hidup yang penuh dengan cinta akan lebih
indah ataukah ada bentuk cinta yang justru sebaliknya. Mungkin disini
lengkap ketika datangnya cinta tersebut berasal dari jiwa kita yang
orang sering terjebak dalam membedakan antara cinta dengan nafsu,
kedua. Bersamanya kita akan melewati masa-masa indah dan kelam
tulus dengan palsu. Bagi mereka yang sungguh ingin mengetahui
kehidupan. Sesulit apapun semuanya akan dilalui dengan penuh
indahnya cinta sejati bisa dimulai dengan kita mencintai diri kita
kehangatan, renyah dalam kesetiaan padanya jiwa kedua yang bukan
sendiri. Sesuatu yang bisa dijadikan landasan, sesuatu awal
hanya tempat persinggahan sementara. Tangisan dan senyumannya

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


adalah kesedihan dan kebahagiaan kita, untuk itu kita tentunya akan untuk tidak hanya berpikir dan berbicara akan tetapi adalah untuk
selalu berusaha menjaga garis lengkung bibir dan binarnya mata yang berbuat dalam sebuah langkah yang nyata. Lebih baik gagal namun
memancarkan ketenangan jiwa, yang sungguh akan menjadi telah berusaha untuk mencoba karena ketika kita hanya
kepuasan batin bagi kita, bagi kita semua yang benar-benar mempermaisurikan mimpi manis dan harapan tanpa keyakinan dalam
mencintainya, mencintai jiwa kedua kita dalam kasih dan kesetiaan. melangkah, maka selamanya kita tidak akan pernah bergerak maju
meski hanya sejengkal saja. Jika demikian bukan lagi sebagai tanya
Tanya Dalam Seru (pikir dulu sebelum ngomong!) dalam seru, pengingat dan pemacu melainkan dapat berubah seperti
ibaratkan sebuah tanda tanya yang terbalik layaknya kail umpan yang
Bertanya akan sesuatu yang kita tidak tahu, berseru atas hal akan bisa saja sewaktu-waktu membawa kita pada sebuah
yang hendak ingin kita sampaikan. Seperti bertanya pada angin yang penyeselasan. Tentu akan menjadi sebuah kesia-siaan ketika setiap
membawa kesejukan diatas teriknya siang yang disertai pesan dan tanya tak kunjung mendapatkan jawaban, pada saat tanya tetap
harapan. Layaknya burung yang sedang membawa risalah, dibawanya menjadi tanya.
melintasi gunung dan lautan. Bertanya sekaligus menyeru untuk
sama-sama mencari arti kebenaran tanpa batasan dan kelumpuhan. Serukanlah kebenaran, sampaikan sesuatu apapun itu saat
Terbang tinggi mengangkasa dan menyelam hingga menyentuh dasar mampu memberikan kebaikan pada orang lain. Pada saat yang
lautan dalam. Apa yang menjadi tanya dalam pikiran dan hati, akan bersamaan tanyalah diri kita, sudahkah kita dapat menjadi teladan
mengarahkan hendak akan kita menjadi. Karena selalu ada saja atau masih sama-sama berjuang untuk dapat berdiri tegak dan
jawaban dari setiap pertanyaan diri, yang merupakan bentuk dari berjalan pada sebuah pijakan yang lurus. Itulah sebenarnya yang
proses berpikir. Menjadi terang betapa sangat pentingya berpikir dan dimaksudkan tanya dalam seru, bagian dari bentuk instrospeksi dan
berprasangka baik. Hilangkanlah jauh segala kecurigaan dan rasa iri, mawas diri. Selalu ada yang terbakar untuk menjadikan cahaya terang
yakinkanlah bahwasannya setiap yang kita miliki selalu ada sebagai bentuk pengorbanan. Namun ketika suatu cahaya terang itu
keberkahan yang tersisipkan di dalamnya. Inilah kita sekarang tapi mampu berubah murni tanpa harus menjadi penghancur yang
bukan seterusnya akan menjadi selamanya seperti saat ini, yang akan membakar bagian diri yang lain, itulah sinar kemuliaan. Sesuatu yang
datang meski terkadang riuh namun tetap sebagai misteri. Karena suci yang dapat menjadi teladan, cerminan segala kebaikan yang
selalu ada tanya dalam seru, keragu-raguan langkah, semunya rasa tersimpan dan terpancar dalam diri serta tersampaikan sebagai
yang membelenggu keyakinan diri. nasehat juga seruan kebaikan. Bukan seperti yang kita ketahui
layaknya lilin yang harus membakar dirinya sendiri untuk dapat
Ketika kita berusaha memberikan pemahaman kepada orang menerangi sekelilingnya, namun keteladananlah yang merupakan hal
lain, pada saat itulah sesungguhnya kita telah mengingatkan diri kita paling utama sebagai pematah anggapan tersebut.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Selalu ada tanya dalam seru, demikianlah adanya jika mengetahui keadaan dan perasaan hati manusia lainnya. Sebuah
seseorang telah mampu memahami dengan kesadaran penuh pemahaman ataupun pondasi yang sangat perlu dikuatkan, yang tidak
bahwasannya setiap perkataan ada pertanggung-jawabannya. cukup hanya di atas permukaan tanah, karena tentunya harus pula
Mengenali diri sendiri kadang lebih sulit daripada mengenali orang terpancang mencengkram hingga ke lapisan dalam.
lain. Kita bisa saja dengan mudah mengetahui kekurangan seseorang
Tanamkanlah selalu dalam diri bahwa hati adalah serapuh-
kemudian memberikan nasehat masukan ataupun lebih buruk dari itu
kita hanya bisa merendahkannya dalam lontaran sebuah cacian. rapuhnya ranting atau daun yang kering, yang bisa saja jatuh dan
gugur walau hanya dengan hembusan lembut angin tak ingin.
Sadarkah kita bahwasannya kita sendiri belum tentu lebih baik
daripada orang tersebut di mata Sang Pencipta. Berkata-kata jauh Menyesali ataupun tidak, menyadari ataupun sebaliknya. Namun
tetap saja setiap kesalahan kita dari segala yang telah terjadi, terucap
lebih mudah dibandingkan kita melakukan dan merasakannya sendiri.
Kita bisa jadi penerang bagi orang lain namun belum tentu bisa dan yang telah kita perbuat tidak bisa dimurnikan dengan apapun
caranya juga. Yang kita bisa lakukan hanya sebatas memperbaiki
menerangi diri. Bertanyalah selalu dalam seru dan berserah dirilah
untuk diberikan kekuatan agar mampu merubah semuanya menjadi keadaan, tak membiarkan riak di air yang dangkal menjadikannya
semakin keruh. Kata “Aku meminta maaf” cenderung lebih mudah
lebih baik dari sekedar apa yang bisa kita ucapkan.
diucapkan daripada kata “Aku memaafkanmu”. Namun keduanya
Maaf Tak Menghapus Luka (jaga ucapan n’ sama-sama memerlukan kebesaran hati dan damainya jiwa. Hati yang
luka karena teriris meski sangat amat tipis tapi tetap saja terasa
perbuatan loe!)
menyakitkan. Celakanya kita tidak dapat dengan mudah mengetahui
Ketika awan hitam menyelimuti hijaunya gunung dan lautan siapakah sejatinya seseorang disana yang hatinya sedang merasakan
biru, membentuk bulatan-bulatan dalam sangkar bumi yang disertai pedih dari garam yang bisa saja tanpa sadar telah kita taburkan
hembusan angin rindu. Itulah beberapa pertanda akan datang diatasnya.
derasnya hujan, milyaran tetes air mata langit, seolah tak akan
Apapun kisah dan latar belakang dari tertuangnya tinta pena
berhenti menggelitik tanah dan batuan hingga langit kembali berubah
hitam yang melukiskan setiap kejadian, yang menjadikan bilah pisau
cerah antara putih dan biru. Seperti melakukan suatu kesalahan baik
telah tak enggan untuk melukai hati dalam sebuah goresan dan irisan.
besar maupun mungkin bisa jadi kita hanya menganggapnya itu
Kesimpulannya adalah satu, seperti apapun luka itu diobati tetap saja
adalah hal kecil bahkan sangat sederhana, namun tetap akan
telah terlebih dahulu sakit dirasakan, peluh merana terkuras oleh
membekas meski ribuan rangkai kata maaf telah teruraikan serta
kerisauan dari gundahnya hati yang akhirnya abadi membekas pada
keriangan yang mulai kembali menyurau. Kita memahami betul
sebuah ingatan. Sejenak saja kita coba untuk memposisikan diri
bahwa tidak ada seorang manusia yang dapat dengan pasti
sebagai seorang yang tersakiti, tentunya sama sekali tak pernah

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


merasakan ingin karena sudah cukup terbayang bagaimana rasanya. terpaan. Adalah sebuah keteguhan hati laksana akar pada sebuah
Hanya hal-hal yang baik saja yang ingin kita terima, maka dari itu pohon, keteguhan dari dorongan hati kecil dan besar, keinginan serta
semaikanlah kebaikan, mengupayakan pengendalian diri yang keikhlasan. Hati kecil lah yang paling mungkin dikorbankan tapi tidak
sempurna untuk menjaga dari keinginan hati melakukan keburukan. pula berarti diabaikan. Perlu dikenali dan diketahui dengan sangat
berhati-hati dan mawas diri, kemudian selaraskanlah antara
Kata maaf tak menghapus luka karena pastinya akan selalu keinginan hati dan potensi diri.
menyisakan bekas yang bisa saja sewaktu-waktu kembali terbuka
lukanya, kembali sakitlah hatinya. Tersimpulkan sudah bahwa akan Resiko, sebuah kata yang mungkin tentunya menghinggapi
menjadi lebih baik jika seandainya kita dapat senantiasa selalu bagi siapa saja yang hendak melakukan keputusan keluar dari sebuah
menjaga ucapan dan perbuatan kita. Ingatlah selalu kepada Tuhan zona nyaman semu demi dapat secara hakiki menetapkan jalan untuk
maka kita akan senantiasa sadar dalam keadaan nalar yang mampu melangkah berdasarkan hati kecil. Sebuah rasa nyaman yang sejati,
menentukan sebaik-baiknya langkah kita dalam kehidupan. kenyamanan yang didapat atas dasar keselarasan hati, keingingan dan
kemampuan diri. Namun sebelum kita benar-benar melangkah untuk
melalui sebuah persimpangan, haruslah kita memastikan bahwa diri
kita ini sudah mantap dalam mengenali diri hendak akan menjadi apa
dan melakukan apa. Setiap kebingungan dan rasa enggan adalah
wajar ketika bosan dan jenuh itu datang, tapi bukan menjadikan kita
malas untuk tetap berjuang. Kuatkanlah selalu mentalmu hari ke hari,
karena semakin besar keinginan akan semakin mara ketika tak kuasa
menahan segala gejolak jiwa yang ada.
Mengenali Potensi Diri (buat hidup loe jelas!)
Setiap rintangan tidak selamanya selalu harus diterjang, ada
Pohon yang tinggi dengan rantingnya yang sangat bercabang kalanya kita membelokan arah jalan mengamankan diri untuk sejenak
dan daun yang rindang memang sangat indah untuk dipandang. mengumpulkan tenaga agar dapat kembali berlari dalam menggapai
Namun apakah pohon tersebut akan bertahan diterjang angin dan tujuan. Namun jangan pernah sekali-kali untuk mundur ataupun
badai gelombang air pasang. Menjadi sebuah pertanyaan besar memaksakan diri berjalan lurus tapi pada akhirnya kita hanya bisa
karena justru bagian yang tak terlihat seperti akarlah yang paling berjalan di tempat. Tembok itu tebal, tembok itu kuat, jangan
memiliki peranan. Sedalam apakah akar tersebut tertanam dan mencoba-coba untuk menghancurkannya jika kita tidak mengetahui
seperti apakah struktur tanah yang menunjang keberlangsungan akan sejauh mana kekuatan yang kita miliki. Bersabarlah, kita bukan seekor
kokoh atau tidaknya pohon tersebut tetap tegak berdiri dari segala cheetah yang dapat berlari kencang, bukan sekawanan gajah yang

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


kuat menerjang belukar ataupun seekor elang yang dapat terbang Raga Tak Sampai (yakin umur loe panjang?)
tinggi mengawasi dengan tajam dan awas. Tapi kita bisa melakukan
semuanya dengan cara yang berbeda untuk bisa cepat, kuat, bebas Teringat apa yang sering dikatakan seorang orang tua kepada
dan tangkas. anaknya, ketika dia tak lagi muda, ketika dia tak lagi memiliki kuasa.
Apakah gerangan yang paling dia harapkan, itu adalah seorang anak
Kita manusia dibekali sebuah akal dan pikiran, adalah hal
yang berbakti kepadanya, yang mengerti dengan keadaannya. Dia
yang sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh makhluk hidup lainnya.
menyadari betul, bahwa hidupnya di dunia hanya sementara.
Akal pikiran yang mampu untuk mengendalikan nafsu, menganalisa
Kekuatirannya adalah satu, mengkuatirkan kita sebagai anaknya
sebuah permasalahan. Terutama permasalahan besar yang datang
apakah mampu terjaga dalam persaudaraan, terpelihara dalam
dari dalam, yaitu mampukah kita menselaraskan antara keinginan hati
kesejahteraan. Selagi kita masih memiliki tenaga dan separuh nafas
dan potensi diri serta keberanian dalam menentukan jalan hidup kita
yang terhela dalam semangat dan pengabdian yang disertai kasih dan
menjadi benar-benar jelas. Harapannya setelah semua itu telah
bakti kita kepada orangtua kita tercinta. Sempatkanlah kita
menjadi selaras dan jelas sebagai ukuran yang pasti, maka kita akan
membuatnya tersenyum dalam kebahagiaan dan ketenangan dengan
lebih mantap dalam berjalan pada sebuah zona nyaman yang
keyakinan bahwasannya dia telah berhasil membesarkan kita menjadi
tentunya membahagiakan tanpa harus didasari sebuah gemilang
seorang yang mandiri dan berbudi luhur. Lahirnya kemandirian yang
pencapaian. Itulah mimpi dan harapan setiap orang, ketenangan jiwa
tak akan pernah tergerus zaman, kebersahajaan hidup diantara bumi
yang jauh dari ketamakan.
dan langit.

Kita senantiasa selalu berlomba-lomba dalam mendapatkan


kehidupan yang sempurna, hanya karena ingin memijakan kaki diatas
puncak gunung tertinggi. Tapi mampukah kita untuk mendakinya
sementara kaki yang letih tak dapat lagi dilangkahkan. Ketika pikiran
mampu melampauai batas langit dan bumi, namun lain adanya
dengan raga kita dengan segala keterbatasannya. Kita merasakan
haus, lapar dan lelah, kadang tidurpun tak menjadikan kita kembali
terjaga dalam keadaan yang prima. Seorang pelari tak mampu terus
berlari melintasi benua, seorang perenang tetap tak mampu
menyebrangi samudra jika dengan memaksakan diri menutup mata
dan hati tiada henti, tanpa helaan napas panjang dan kesadaran akan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


segala keterbatasan. Ingatlah semuanya perlu waktu, tenaga dan
pikiran, ikhlas dan kesabaran.

Menjadi sebuah dilema saat kita mendambakan indahnya


gemerlap bintang di angkasa, namun tentu untuk
mendapatkannyapun perlu pengorbanan dan kerja keras. Yang
ditakutkan adalah kita terlalu memaksakan diri sehingga bisa saja
Berani Bicara Hidup (cuma pengecut yang diam!)
ketika kita mampu meraih apa yang kita inginkan, tetapi raga ini
Diam dalam sebuah keragua-raguan, itulah hal yang sering
sudah terlalu rapuh untuk dapat benar-benar menikmatinya.
terjadi dan kita keluhkan atas ketidak-pastian hidup dan masa depan.
Menyadarkan kita kembali bahwasannya segala yang berlebih-lebihan
Jangan pernah ingin dimengerti dalam keadaan diam, bergeraklah,
akhirnya akan berdampak tidak baik. Maka dari itu alangkah lebih
katakanlah, sampaikan kepada setiap orang yang kamu temui apa
bijaksana jika kita dengan bersahaja mampu menahan diri untuk
yang menjadi harapan terbesarmu. Saat itulah kita berani bicara
menggapai bintang, dengan cukup hanya berupaya membahagiakan
tentang hidup, tidak cukup diam dan mengalir, katakanlah dengan
orang-orang di sekeliling kita secara beriringan seraya mengjingjitkan
keberanianmu. Ketika dunia tahu akan cita-citamu, maka suatu saat
kaki memetik buah satu demi satu pada pohon yang tergapai tangan.
ketika kamu berhasil semua akan terdiam. Biarkanlah saat ini setiap
Buah-buahan segar itu akan lebih nikmat jika disantap bersama
orang berkomentar atas dirimu, karena memang itulah tujuannya,
orang-orang yang kita kasihi, bukan sekedar memuaskan rasa lapar
jadikanlah semuanya sebagai pemacu dan sebuah kontrol terhadap
dan dahaga apalagi hanya untuk dimakan sendiri, berbagilah.
setiap langkah-langkah hidupmu. Resikonya luar biasa ketika kita
Jika raga tak sampai memeluk bulan, peluklah ibumu dalam mencoba hidup keluar dari yang biasanya. Itulah tantangan hidup,
dekapan kasih sayang. Dia tak meminta hasil dari kesuksesanmu akan teriakanlah “Akan ku lawan semua yang menghadang setiap
tetapi budi pekerti dan baktimu. Untuk kamu dan kalian yang masih langkahku dengan keberanian, jika terdiam maka sebenarnya aku
memiliki kedua orang tua, selayaknya kita bersyukur masih diberikan telah mati”. Sudah selayaknya kita berjuang untuk tidak lagi
kesempatan untuk mencoba benar-benar membahagiakannya. terombang-ambing oleh kerasnya kehidupan yang mengayun
Ataupun jika sekiranya tidakpun, tentu kita masih memliki orang- lembung.
orang yang sangat kita kasihi. Jangan biarkan diri kita menyesal atas
Seandainya pada saat ini kita belum mampu untuk
sesuatu hal yang sebenarnya kita tahu dan sadari, bahwa yang sudah
menunjukan siapa kita dan apa sebenarnya harapan terbesar kita
berpulang tak akan bisa kembali karena kita semua di dunia adalah
dalam hidup maka bersabarlah. Kuatkanlah mental kita secara
hanya sementara.
perlahan, dengan penuh keyakinan tidak lama lagi kita akan berani

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


bicara tentang hidup. Itu adalah sebuah keharusan, karena seorang dari siapapun dan dari manapun. Sehingga dapat menjadikan kita
pengecutlah yang hanya akan terdiam mendengar lolongan serigala di sebagai seorang yang pantas dan layak untuk dihargai serta disegani.
keheningan malam. Kondisi diam dan berpikir sangat jauh lebih
Tidak ada seorang raja yang diam, bicaranya pun penuh
memunkinkan kita mendapati sebuah kebuntuan, karena
kemampuan setiap orang memiliki keterbatasan. Ubahlah kondisi kearifan dan ucapannya bisa merupakan titah sebagai sebuah
perintah kerajaan. Layaknya seorang raja bahwasannya setiap orang
tersebut menjadi berpikir dan bicara, itulah sekiranya dapat
menjadikan segalanya lebih baik. Bukan hanya keragu-raguan memiliki kebebasan dalam berbicara dan mengemukakan pendapat
meski terbatas. Dan sepatutnya kita benar-benar mampu menjaga
sebenarnya yang bisa menjadikan kita hanya terdiam, sesuatu
kekuatiran jika itu terjadi justru karena rasa acuh dan ketidak- lisan kita, karena bisa saja berdampak tidak baik pada sekeliling kita.
Ketika bicara tentang hidup, sebenarnya itulah yang paling riskan
pedulian. Jelaslah seorang yang hidup adalah seorang yang peduli dan
memiliki kendali. ketika kita mampu mempengaruhi seseorang namun kita tidak
sanggup mengarahkannya pada suatu kebaikan dalam jalan yang
Hal keberanian dalam bicara memiliki banyak sekali ruang benar. Beranilah, beranilah untuk merubah hidup kita jadi lebih baik
lingkup dan acuan. Sejauh mana kita dapat memposisikan diri dan dengan tidak hanya terdiam. Saat kita mampu memahami kehidupan,
seberapa tanggung jawabkah kita akan segala hal yang telah kita saat itulah waktunya kita mampu membawa kebaikan untuk diri kita
sanggupi. Jangan biarkan keadaanya menjadi sesuatu yang tidak pribadi dan lebih dari itu kita dapat menyampaikannya untuk menjadi
seharusnya, kita mengatakan sesuatu yang bukan menjadi kapasitas kebaikan kepada orang di sekeliling kita.
kita, kita berbicara atas dasar kepalsuan dan dusta. Beranilah karena
benar meski kebenaran tak selamanya dapat diterima saat kebenaran Sekat Bumi Langit (mau dong ngambil resiko!)
tersebut tersampaikan. Yang paling baik dan benar, kita telah
berusaha menjadi siapa dan seperti apa kita seharusnya. Ketika kita Daun pintu itu terbuat dari kayu jati, kokoh tegak berdiri dan
dituntut kejujuran dalam berbicara, maka sampaikanlah. Ketika kita sepertinya kita tidak akan bisa memaksa masuk dengan
diminta bicara untuk mengemukakan pendapat atau saran maka mendobraknya. Kita harus meminta untuk orang di dalam
utarakanlah. Jika keadaan tidak membutuhkan kita untuk bicara maka membukakan pintunya. Sudahlah jangan terpikir lagi untuk mencoba
lebih baik diam, namun jika keadaan memaksa kita untuk diam maka masuk secara paksa, lebih baik sekarang kita bersabar. Tapi
teriaklah. Kita diam bukan karena takut menyampaikan sesuatu bagaimana jika seandainya sekawanan serigala yang di belakang tadi
kebenaran tapi diam karena memang disitu kita tak perlu banyak mengejar kita telah semakin mendekat, aku kuatir kita akan mati jika
bicara, cukup dengarkanlah dan terimalah jika itu adalah kebenaran, tetap di luar seperti ini. Kita harus berbuat sesuatu, teriaklah semoga
orang yang didalam mendengar sembari kita mencoba mendobrak

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


pintu ini semampu kita. Saat yang sulit ketika kita berjuang berlari Tuhan, diantara sekian banyaknya keterbatasan-keterbatasan kita
dari maut sementara raga tak kuasa melawan dan terhadang saat sebagai manusia tak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan. Setiap jalan
mencoba untuk berlari menhindar, mencoba masuk pada tempat yang hendak kita tempuh tentu saja akan selalu ada resiko yang
yang aman. Itulah resiko yang harus kita hadapi, kita tidak bisa hanya pastinya lantas akan kita terima. Janganlah tersentak untuk pula
diam saat masalah tengah datang. Berjuanglah semampu kita dan dihadapkan pada segala kemungkinan terburuk, karena demikianlah
berdoalah semoga Tuhan akan memberikan jalan kepada kita untuk memang adanya. Saat gundah dan tanya telah memenuhi pikiran dan
sampai pada suatu tempat yang kita nantikan. Tanpa keridhaan-Nya benak kita, indah sekiranya jika kita mampu berserah diri untuk
tentu kita akan sangat sulit untuk mencapai sesuatu itu, bisa saja kemudian bersujud di hadapan-Nya. Akan menjadi lebih ringan diri ini
segala masalah dan cobaan justru akan terus datang secara untuk melangkah meski tujuh simpangan jalan telah di hadapan.
bergantian. Segala sesuatu yang telah kita pertimbangkan dari sekian banyak hasil
pemikiran, tetap saja jalan yang paling terang adalah jalan yang Tuhan
Terlintas pada sebuah lautan jembatan yang membentang tunjukan. Kemilauan cahaya gemilang memancar dari penghujung
menghubungkan diantara keduanya. Hal yang dulunya dianggap tidak jalan lurus, jalan kebenaran yang telah menjadi ketetapan dari
mungkin sekarang telah menjadi nyata sebagai sesuatu yang sangat berabad-abad silam dalam wujud firman Tuhan.
luar biasa. Apakah sekiranya yang dapat melenyapkan sekat antara
bumi dan langit, karena saat ketika kita sampai pada kehampaan tak Sekat bumi langit hanya akan terbuka oleh doa dan harapan
ada udara yang bisa kita hirup dan disitu kita akan mati. Namun serta keyakinan kepada Tuhan melalui jalan kebenaran. Bukan berjudi
seiring berkembangnya zaman manusia berlomba-lomba untuk kehidupan, bukan dalil pembenaran semu demi sebuah
menciptakan sesuatu hal baru, kemuktahiran untuk dapat melintasi ketamakan. Jalan yang akan kita ambil niatkanlah semata-mata
ruang dan waktu hingga akhirnya sampai ke bulan. Tidak tahu hal luar hanya untuk mencari keridhoan Tuhan dan kebahagian orang-orang
biasa apa lagi yang hendak akan kita semua capai selaku manusia yang kita kasihi. Sekarang ataupun nanti, baik dan buruknya baru
sebagai makhluk bumi yang dianugrahi akal dan pikiran. akan terasa setelah benar-benar kita alami. Itulah hakikatnya kenapa
Membukakan pikiran kita bahwa segala-sesuatunya dapat menjadi kita disarankan untuk mau mengambil resiko. Perjalanan hidup
mungkin dengan usaha serta keyakinan atas segala ketentuan dan selamanya akan selalu penuh dengan rintangan dan cobaan,
takdir Tuhan. bertahanlah dalam kebesaran hati pada sebuat niat yang suci.

Apakah sesungguhnya kendaraan yang dapat menghantarkan


kita untuk sampai pada langit yang terbentang di jagad raya ini.
Bukan hanya bulan ataupun planet lain yang posisinya paling dekat
dengan Bumi layaknya Mars. Saatnya disini kita untuk mengingat

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Mata Ketiga (sadar belum tentu waras bro!) menggunakan alam bawah sadar ataupun memangilnya dalam
keseharian kita secara nyata maka nalar kita akan terasah. Bukan
Bagai tertidur dalam kaki lurus vertikal, bukan sadar namun hanya pemikiran dari apa yang diterima kelima indra namun dari
terkulai dengan keadaan tubuh berbaring, berimajinasi pada sebuah sumber apapun yang bisa saja kita terima melalui pintu manapun
angan yang menggantung tinggi terjaring. Pada keaadaan tertentu dalam diri kita. Itulah mata ketiga, sesuatu yang tidak nyata namun
seakan kita mati tak satupun kata terucap, tak sedikitpun kuasa untuk dapat benar-benar memberikan visual maupun gambaran yang bisa
mengangkat tangan, menghelakan nafas segar kehidupan. Tak ada menjadi sangat luar biasa. Melihat sesuatu yang tidak biasanya,
yang sempurna, tak akan ada rasa bangga saat haluan bersambut menganalisa hal tidak sekedar logika namun melalui rasa dan cinta,
licinnya lepasan tangan dan yang ada hanya rasa kecewa. Seharusnya kemesraan dengan alam dan semesta.
kita tahu, seharusnya kita benar-benar tersadar bahwa ketamakan
Tak akan selamanya rindu bertuah dalam kehampaan,
akan membawa diri pada keresahan. Selalu memposisikan diri
menjalar ke seluruh insan pencari arti dari sebuah kebenaran hakiki.
menjadi seseorang yang lurus, senantiasa bertahan untuk tetap
Seperti malam dalam rimbunnya hutan kosong tak bertuan,
mampu mengmbil jalan tengah saat “kanan” dan “kiri” berusaha
mengajarkan keelokan hati yang ramah dan penuh ketenangan untuk
menarik kita keluar dari objektifitas kemajemukan. Menggunakan
melekatkan diri pada jiwa yang damai. Mata ketiga memberikan
“mata ketiga” ketika lahirmu hanya memberikan visual sebatas ilusi
alasan untuk kita mampu berdiri meski tanpa pijakan, tetap mencari
mutlak semata, yang seakan membiru ketika alpha terbias embun di
meski dalam ketidak-berdayaan. Sadarkan diri ini keluar dari
pagi matahari mengkerlingkan jingganya. Pikiran dan matamu sudah
kegelisahan yang menyeruak dan membabi buta. Pastikan bahwa kita
tidak selaras sayang, kamu itu bermimpi, mimpi yang sadar tapi
masih berada pada sebuah nalar yang sehat, kita berakal sayang dan
sadarmu itu tidak waras. Apakah sekiranya yang akan kita berucap
sadarlah dengan keadaan waras. Tidak untuk tertipu oleh ilusi-ilusi
dan lakukan jika seperti demikian terlintas seseorang berkilah
mata, karena apa yang terlihat belum tentu sebuah kebenaran yang
terhadap diri kita. Ampun ibu, ampun ayah, ampun ya Tuhan,
nyata karena dusta dan kemunafikan telah berakar di dunia dari masa
sudahkah kita lupa arti dari sebuah kasih sayang dan keagungan.
ke masa.
Mata hati telah resah melihat berkecambuknya akar ranting
Memahami bahwa garis nyata kehidupan telah kabur seiring
pohon cemara, ketika tempat yang tinggi hanya memberikan resiko
berkembangnya zaman, sudah banyak sekali pembiasan-pembiasan
besar akan ketidaksanggupan bertahan di tengah hembusan angin
yang terjadi karena berawal dari pembenaran semu demi sebuah
kencang. Janganlah terlalu berkhayal mengenai hidup tapi cukup
ketamakan. Kita sebagai manusia yang diberikan kelebihan akal dan
bermimpilah dengan sadar dan waras, karena disitu kita belajar untuk
nalar yang sehat memiliki kesempatan untuk menentukan langkah
memahami akal pikiran terhadap kehidupan. Semakin seringnya kita
hidup, disertai mata ketiga untuk dapat mengetahui apa yang tidak

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


terlihat oleh mata. Jika demikian adanya bersyukurlah pada Tuhan mengetahuinya. Itu artinya kita diajarkan untuk menghargai
atas anugrahmu itu dan itu artinya kita yakin untuk benar-benar seseorang jauh lebih dalam dari hanya sekedar permukaan kulitnya
mampu membedakan antara yang hak dan bathil. Ketahuilah ini yang mungkin saja keriput, kusam dan tanpa bulu.
adalah ujian terberat kita untuk menjaga diri agar tidak terjerumus
pada kesesatan dan tidak masuk pada golongan orang yang dibenci Kematian yang bisa saja datang kapanpun dan segala masa
depan kehidupan yang kita tuju semua itu membias terbujur pada
karena telah benar-benar mengetahui namun tidak mampu untuk
menjalankannya. satu garis terkubur bersama hembusan angin dalam senyap dan
kesunyian. Jangan pernah menunggu untuk mati kemudian
Bangkit Berjuang (buat kehidupan loe menjadi lunak!) dibangkitkan kembali setelahnya. Lebih baik kita bangkit sekarang dan
kembali untuk berjuang jika sekiranya hari ini, detik ini, kita sudah
Serpihan kaca tersebar di jalanan seraya seperti berkata mulai merasakan luntur serta luruhnya semangat hingga tidak dapat
injaklak aku maka lantas kakimu akan berselimutkan darah. Memang lagi melekat. Tanpa semangat yang menyelimuti tubuh, seperti halnya
pasti akanlah perih yang dirasakan, seperti ingin bersimpuh karena raga tak memiliki jiwa, layaknya mayat hidup yang menapaki jalan
tak sanggup lagi untuk kembali berjalan. Namun, lebih baik kematian. Bangkitlah untuk berjuang dan jadikan kehidupan ini
bayangkanlah seperti itu keadaannya dari pada kita bermimpi dan menjadi lunak bagi kita yang memiliki jiwa-jiwa yang kuat. Walau
berkhayal bahwa kehidupan selembut dan senyaman sebuah apapun caranya tanpa ada rasa keteguhan hati bisa saja semuanya
pembaringan. Tidurlah di saat kita merasakan lelah, bukan tertidur menjadi percuma, karena yang ada hanya keresahan dan rasa
pada saat seharusnya kita berjalan. Melewati ruang hidup dengan bersalah, tak tahu untuk melakukan apa. Teguhlah dalam
penuh rasa percaya dan bangga, kita adalah manusia-manusia pilihan menyongsong kehidupan yang cerah, kita harus tetap menjaga
yang masih memiliki jiwa muda untuk berjuang. Jangan sia-siakan keyakinan diri kita terhadap kasih sayang Tuhan yang hanya kepada-
masa muda kita untuk sesuatu yang tidak perlu, langkah kita masih Nya kita berserah.
panjang. Belajarlah untuk meloncat mewakili beberapa langkah kecil
Ingatlah jalan kita masih panjang dan pahami bahwasannya
kita, yaitu dengan memahami hidup dan kehidupan seseorang yang
Tuhan telah mempersiapkan sebaik-baiknya jalan bagi kita semua
telah memiliki langkah besar. Kita masih muda sayang, sudah
yang senantiasa ikhlas untuk terus berjuang. Sebuah pembatasan diri
selayaknya kita banyak mengambil pelajaran dan ilmu dari orang-
hanya akan membuat kita seolah burung dalam sangkar yang tak bisa
orang di sekililing kita yang telah terlebih dahulu menginjakan kakinya
terbang bebas, meski sebenarnya mampu mengudara melintasi dunia
di muka bumi ini. Sebodoh-bodohnya seseorang akan terlihat paling
dengan sayapnya yang lebar. Berjuanglah tanpa perlu melihat
pintar ketika dia lebih dahulu mengetahui akan sesuatu hal
bagaimana latar belakang kita, karena segala sesuatu yang terjadi di
dibandingkan mereka para jenius yang sama sekali belum pernah
masa yang akan datang, tak akan ada satupun manusia yang dapat

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


mengetahuinya dengan pasti. Segalanya akan menjadi mungkin ketika kita, pantaskah untuk berjalan pada hamparan pasir putih yang begitu
Tuhan telah menakdirkan, tidak perlu merasa hina ketika saat ini kita lembut dan dengan hangatnya membuat diri tak pernah merasa lelah.
merasa belum mampu. Ringankalah tubuh ini dengan cara Berjalan diiringi debur ombak lautan di waktu sore di saat matahari
mengerjakan segala sesuatu karena ikhlas, kedekatan diri kepada akan terbenam, keindahan alam yang kita rasakan dapat serta merta
Tuhan akan membawa kita pada hati yang tenang dan jiwa yang membawa kita kepada peraduan. Ketika kita tidak memiliki tujuan
damai. Jangan pernah menyalahkan seseorang dan siapapun dalam sudah dapat dipastikan kita akan berjalan maupun berlari tanpa
kehidupan kita jika sekiranya sekarang kita merasakan terhimpit akan pernah sadar siapakah diri kita, seolah-olah apa yang kita rasakan dan
ketamakan manusia-manusia pengejar dunia. dapati adalah mutlak begitu saja datang dan pergi. Padahal dibalik itu
semua ada perencana yang lebih dari sebaik-baiknya perencana, yang
Jadilah jiwa yang pemaaf, biarkan mereka dengan pilihan dan adil melebihi dari seadil-adilnya hakim maupun pengadil lainnya yang
kehidupan mereka. Bangkitlah dan percaya bahwa Tuhan senantiasa ada di dunia. Apapun dasar hukum yang dibuat oleh manusia tidak
melihat dan mengawasi kita, mengalir di setiap aliran darah, akan pernah setara dengan segala ketetapan Tuhan.
mendekap di setiap detak jantung karena Dia sangat dekat, bagi
mereka yang merasakannya. Sejatinya atas segala pemahaman- Kelakar canda paksa, tersenyum kasar menyelipkan keraguan,
pemahaman kita tersebut, jelas bahwa kita tak akan ikut malu dan sedu. Pantaskah diri ini untuk dicintai, kembali berkaca diri
menjerumuskan diri menjadi bagian sekelompok orang yang tidak kita namun kali ini berkaca-kaca pulalah kedua bola mata. Sudahkah diri
kehendaki, orang-orang yang merugi ketika dihadapkan dengan kita ini bersyukur atas segala nikmat yang Tuhan berikan,
hirarki. menegaskan bahwa setiap yang kita terima adalah berdasar
kehendak-Nya. Begitupula anugrah cinta yang kelak kita dapatkan
Cinta Tak Untuk Dinanti (udah ngerasa pantes atau dari setiap penjuru langit dan bumi. Sebuah kekeliruan yang sangat
belom?) besar ketika kita menganggap semuanya datang begitu saja. Agar
lebih sederhana kita dapat memahami itu semua, maka disini saatnya
Bersahutan malam dan siang, cahaya terang matahari dan untuk mulai berbicara tentang kaidah cinta yang paling sempit, yang
pantulan sinar putih sang rembulan penjaga kesunyian malam. secara fana datang terimajinasikan bersama lahirnya hasrat dan nafsu
Menggambarkan proses timbal balik antara cinta dan dicinta, telah yang menggelesar, berayun menghembuskan nafas harum
sangat berarti penting karena tiap-tiapnya berkelipan menjadi pesona kehidupan. Inilah kaidah yang membelai lembut setiap insan dari
yang tak ada dua, memberikan peranan dalam riang dan keheningan. keturunan Adam dan Hawa, yaitu itu cinta tehadap lawan jenis
Berlari tapi tidak menetapkan tujuan, menyusuri jalan tanpa jelas sebagai kodrat manusia yang berpasang-pasangan.
apakah gerangan yang hendak akan ditemui. Berkaca siapakah diri

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Masa muda seperti indahnya bunga yang baru saja mekar, itu Kedewasaan Mental (kehidupan itu bukan TK!)
adalah masa yang paling indah, ketika kita mulai mengenal apa yang
disebut dengan cinta. Namun pada masa itu saat baru mengenalnya, Seiring berjalan haluan tak lagi jelas akan kemana hendak
kita belum dapat memahami benar artian cinta yang sesungguhnya. dituju, kerap pula menjadi keraguan sehingga memilukan pada
Setiap keraguan hanya akan berujung kepada ketidak-pastian rasa akhirnya. Setelah beberapa lama melangkah terkesan tetap diri kita
dan akan menjadi berbahaya ketika rasa tak lagi pada peranannya. ini merasa masih pada tempat yang sama. Ketika kita masih ingin
Seperti mengambang terhempas lenyap dari hitam putih kehidupan. bermain-main tak terasa kita tak lagi di usia yang sama, usia yang
Pahamilah sesuatu yang kita rasakan, resapi bahwasannya segala rasa dianggap pantas untuk merengek, merajuk dan memelas dengan
itu bisa saja enyah dalam resah karena cinta dan keresahan sangat penuh kesyahduan. Kejujuran pada diri untuk menghempaskan
dekat adanya. Jika kita telah mengetahuinya jangan sampai kita serbuk peniru yang menyesaki setiap rongga nafas di penghujung
terjebak pada perasaan cinta yang meresahkan, karena cinta yang hembusan lukisan jelaga suar. Karena kita sudah tidak pantas lagi
baik itu adalah yang bisa membawa kepada kedamaian. Bersuka bersyahdu peluh, beranjaklah pergi jauh untuk menemukan jiwa
citalah untuk kalian yang masih bisa mengendalikan segala sesuatu tangguhmu sebagai raga berjalan yang tidak hanya penuh dengan
perasaan tidak menjadi berlebihan hingga menyengsarakan. Sebagai kelakar. Satu manusia memiliki satu kepribadian bukanlah belahan
manusia berpikir, dengan akal kita mempertimbangkan baik dan diri dari yang terdahulu, sejatinya kita telah dipertanyakan kesiapan
buruk itu secara logika, dengan perasaan kita memiliki empati namun diri sebelum akhirnya ruh kita diturunkan ke bumi dan lahirlah kita ke
jangan menghambat pemikiran yang cerdas. dunia yang fana ini. Tentunya hingga pada usia matang akal
pemikiran, maka akan dimulailah pertanggung-jawaban atas diri kita
Jadilah manusia cerdas dan hebat untuk dapat mendatangkan
masing-masing.
orang-orang menghampiri kita membawa suka-cita serta perasaan
yang baik. Datangkanlah segenap cinta dalam kehidupan melalui Dunia ini bagaikanlah panggung dan bersandawiralah mereka
sesuatu yang kita taburkan dengan tulus dan penuh kehangatan. para pendusta diatasnya, seperti itu juga kah kita? Hanya diri kita
Siapapun mereka buatlah rasa bangga dan bahagia, tenang dalam sendirilah yang tahu meski menyadari atau tidak, tapi yang jelas jika
kedamaian, nyaman dalam kelembutan, kepada mereka lahirkanlah kita masih terlihat baik dari tertutupnya segala aib dan keburukan kita
kasih dan kepedulian ketika kita berada di dekatnya. Yakinilah bahwa saat ini adalah semata-mata karena Kuasa Tuhan. Maka jangan
cinta senantiasa akan datang pada pribadi yang baik dan pantas untuk pernahlah kita merasa diri sempurna dan menghinakan individu yang
dicintai, bukan seorang yang angkuh yang merasa pada dirinya lain. Bersyukurlah atas kasih sayang Tuhan, jangan pernah menunggu
terdapat kesempurnaan karena cintalah yang akan menyempurnakan. kemarahan Tuhan dari keburukan yang telah kita perbuat. Karena
sebaik-baiknya manusia adalah yang bertaubat ketika melakukan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


kesalahan kemudian berusaha untuk tidak pernah lagi senantiasa akan tercermin dalam perbuatan, bukan dari sekedar
mengulanginya. Dan seburuk-buruknya manusia adalah melakukan matangnya pemikiran. Seperti halnya usia yang tidak menjadi
keburukan namun tidak pernah menyadarinya atau tahupun masih jaminan, lama sebentarnya seseorang hidup di dunia bukanlah acuan
tetap melakukannya tanpa rasa berdosa. seberapa dalam orang tersebut mampu memahami arti kehidupan.
Dengan mental yang baik tentunya kita akan lebih mampu
Hidup ini bukan untuk bermain-main ataupun bersandiwara memposisikan diri dimanapun kita berpijak dan berdiri tegak meski
karena bagi siapa saja yang meyakini adanya kehidupan setelah dalam kondisi apapun. Tidak akan tergoyahkan hanya dengan
kematian, jelas semua yang dilakukan akan dipertanggung-jawabkan perkataan-perkataan yang menggelincirkan ataupun terpaan dan tipu
di akhirat kelak. Sebuah permainan saja ada aturannya, ada yang daya dari keras serta silaunya kehidupan.
menang ada juga yang kalah atau gagal dalam menyelesaikan
permainan tersebut, meski tentunya pasti ada perbedaan tapi seperti Kepastian Langkah (lihat jalan! bukan hidung loe
itulah gambaran kehidupan. Hanya saja berbedanya itu yang
pelongoin!)
terkadang orang masih tergelincir dengan masih beranggapan bahwa
kehidupan ini layaknya taman bermain. Melakukan semua hal Manusia dengan egonya bagaikan manja yang teriringi
semaunya saja dan hanya berpikir cara tercepat demi dalam seringai, seperti pula rentetan letupan teredam yang akan tetap
menggapai setiap tujuan. Padahal perlu direnungkan disini yaitu mencercah meski terhalangi dinding. Selalu ingin berlari ketika
bagaimana kita tetap menjaga dari terpeliharanya hati sehingga sesuatu tengah dikejar dan rasa capai pun seakan enyah tak
semuanya dilakukan dengan cara manusiawi. Ingat bahwa terpedulikan. Begitu indah dunia ketika apa yang kita inginkan
gemilangnya pencapaian hanyalah sekedar hadiah sebagai fase untuk menjadi kenyataan, dan itulah hasil. Tapi perjalanan seperti apakah
kita menghelakan nafas lebih panjang dan bersiap untuk tantangan yang kita lalui untuk menggapai semua itu, melalui terdakinya gunung
hidup yang selanjutnya. Maka janganlah tergesa-gesa sehingga dan tersebranginya lautan atau mungkin kita sempat berpikir cukup
menghalalkan segala cara, karena sesungguhnya hal yang dilakukan dengan satu loncatan saja, tidak ada yang salah dari pemikiran
seperti itu tidak baik, terkecuali beberapa perkara yang memang tersebut karena apapun bisa saja terjadi. Terlepas mudah atau
dianjurkan untuk disegerakan. kerasnya yang kita pikirkan, semua itu akan menjadi tidak bermakna
ketika tak satu gerakanpun kaki terlangkahkan. Sudah menjadi lumrah
Bersenang atau bersedih hatilah pada setiap helaan nafas
kehidupan di dunia penuh bersesakan manusia-manusia yang saling
dengan sewajarnya karena kehidupan bukanlah taman bermain yang
bersaing untuk menggapai kegemilangan. Namun ketika kita
semuanya seakan adalah gurauan dan keriangan. Ingat bahwa kita
mendapati seseorang dengan arah tujuan yang sama hendaknya kita
hanya dipinjamkan nafas, maka berpikirlah apa yang akan kita bawa
bisa berdampingan bukanlah untuk berbenturan maupun bergesekan,
setelah kematian. Pahamilah bahwa kedewasaan mental itu

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


karena sejatinya kita sudah dipersiapkan tempat tersendiri sebagai yang benar, raihlah setiap keberkahan dari sesuatu yang kita dapat
ketetapan Tuhan atas diri kita masing-masing dan yakinlah bahwa apa dari cara yang baik dan pula dibenarkan. Karena kebahagiaan yang
yang menjadi bagian dari takdir kita tidak mungkin tertukar dengan sesungguhnya tidak diukur dari besarnya materi yang kita miliki, akan
yang lain. tetapi dari ketenangan batin dan hati serta pikiran yang bersih
sebagai cermin dari lapangnya hati.
Seperti halnya jalanan, perjalanan hiduppun sama, selalu ada
persimpangan, berliku ataupun buntu. Maka dari itu kita harus Lihatlah jalanmu bukan hidungmu itu merupakan bagian dari
mampu menentukan langkah, langkah yang jelas dengan jauh mata sebuah seruan, dan jika kita mampu memahami seruan tersebut
memandang ke depan melalui pertimbangan-pertimbangan yang maka kiranya kita akan lebih berhati-hati dalam menelusuri setiap
matang. Pastikanlah arah dan tujuan hidup kita, sehingga senantiasa jalan yang akan kita lalui. Kecintaan duniawi bukan sesuatu hal yang
kita akan lebih mantap dalam melangkah. Melangkahlah dengan abadi, maka pastikanlah setiap langkah kita bukan didasari oleh
penuh kebersahajaan, bukan atas dasar ego dan ketamakan yang jauh keegoisan dan ketamakan diri. Cukup dengan niatkanlah saja dalam
dari kesadaran serta pengendalian diri. Karena terkadang apa yang diri, bahwa setiap apa yang kita lakukan semata-mata demi mampu
didasari oleh sebuah keegoisan akan sangat dekat dengan ketamakan membahagiakan setiap orang di sekeliling kita, untuk orang-orang
pada akhirnya. Kita hanya akan mengejar hasil tanpa meneladani yang kita cintai dan kasihi dengan segenap ketulusan. Melangkah dan
kebersahajaan dalam berproses. Dengan demikian maka akan jadilah tetap berjuanglah dengan penuh kebersahajaan, kemawasan serta
kita sebagai pribadi arogan, berkata dan bersikap semau hati serta kepasrahan diri. Tanamkanlah dengan kuat pada diri dengan penuh
perasaan diri selalu benar yang seakan tuli terhadap apa yang orang keyakinan bahwa segala sesuatunya yang terbaik untuk kita telah
lain utarakan. Tuhan persiapkan.

Perlu keyakinan untuk dapat memastikan langkah, tapi ingat Hidup Adalah Perjalanan (berenang! jangan nunggu
bukan berarti terlalu memaksakan. Untuk siapa saja dengan jiwa
anyut!)
mudanya jelas bara semangat masih sangat berkobar, namun jangan
sampai tak terkendalikan sehingga terbakarlah habis kaidah Selain halnya jalanan yang selalu ada persimpangan, jalan
kehormatan, terjualah sirna harga diri dan kearifan, terjebak dalam berliku ataupun buntu dalam kita memaknai perjalanan hidup.
langkah yang tidak diridhoi Tuhan. Beranjaklah dari kekerdilan sebuah Namun lebih mendalam lagi jika seraya kita mengkehendaki untuk
kelakar, perlu kematangan berpikir dan kedewasaan mental dalam menapaki langkah perjuangan demi tergapainya kesejatian hidup
melangkah. Jika kita hanya menginginkan gemerlapnya dunia tanpa yang penuh kedamaian, itu bagaikan menyusuri sungai dari hulu
memikirkan pertanggung-jawabannya di akhirat kelak, tentunya kita hingga menuju muara. Sesampainya kita di muara sudah tentunya
akan menjadi seorang yang sangat merugi. Bertahanlah dalam jalan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


terlintas air yang tenang dan hangat untuk selanjutnya lepas menuju rasa tanggung jawab telah melekat, maka itulah yang akan menjadi
lautan bebas. Akan tetapi sebelum itu bertahankah kita ketika penguat dalam kita menentukan sikap.
terdorong derasnya arus sungai, terhempaskah kita pada batuan atau
Karena hidup adalah perjalanan, sejatinya kehidupan dan
terlukai oleh kerikil-kerikil tajam. Sebelumnya kita telah memahami
untuk memastikan langkah dan disini kita mencoba menelaah dalam dunia ini menuntut kita untuk terus berjalan. Berusaha dan bekerja-
keraslah sebagai kesediaan hati yang murni, bukan untuk
menentukan sikap dan perbuatan. Karena sekalipun kita telah
menentukan langkah yang benar untuk menuju tujuan, namun tanpa gemilangnya pencapaian melainkan sebagai kewajiban kita ketika
masih diberikan kesempatan mencium harum kehidupan. Percayalah
sikap yang tepat dan kehati-hatian bisa saja kita terperosok,
tergelincir, ataupun tersandung pada lubang dan oleh bebatuan. bahwasannya tidak ada kesia-siaan dari apa yang sudah kita perbuat,
maka dari itu bersikap dan berbuat baiklah dengan penuh kesadaran,
Kembali pada perumpamaan dari derasnya aliran arus sungai lalu ambilah hikmah dari setiap hasil yang kita dapat sekalipun hasil
untuk menuju ke muara maka helalah nafas untuk mulai tersebut tidak sesuai yang kita harapkan. Berjalanlah terus tanpa
memahaminya. Dalam menentukan sikap kita harus tahu kapan untuk henti dan nikmatilah dari setiap langkah dan perjalanan yang kita
kita berenang mendayuhkan tangan dan kaki atau sejenak lalui. Jangan sampai kebaikan dan hikmah terlewatkan hanya karena
membiarkan diri terbawa arus dengan tetap mengambang untuk kita terlalu tertuju pada titik tujuan padahal masih sangat jauh dari
tidak tenggelam. Kita tidak boleh hanya berdiam diri, tentu ada jarang pandang. Perlu kesabaran dan kebesaran hati untuk kita bisa
kalanya sesuatu memang harus kita perbuat. Untuk itu kita harus melalui semuanya tanpa ketergesa-gesaan maupun kegelisahan yang
berusaha membentuk karakter yang pekerja keras dan kuat dalam menguras keringat dan darah.
menentukan sikap. Mengingat ulasan sebelumnya perihal tanggung
jawab, kita disini dalam menjalani hidup tidak akan lepas dari Berenang atau terhanyutkan, itulah pilihan dalam kita
melakukan perjalanan. Kita yang memegang kendali ataukah
tanggung jawab. Ketika kita mampu mengukur tanggung jawab kita,
maka kita akan tahu apa yang hendaknya harus kita perbuat dan selamanya kita yang terkendalikan keras dan ketirnya perjalanan
kehidupan. Tidak perlu untuk menjadi perenang yang hebat dan
dengan beban moral memegangnya sebagai suatu kewajiban.
Apakah kita sebagai seorang anak dari orang tua yang menginginkan menjuari perhelatan sedunia, cukup berusaha sajalah agar tidak
tenggelam. Niscaya ketika kita dapat bertahan, bangkitkanlah
ketenangan di masa tuanya, seorang pelajar yang hendak
menyelesaikan pendidikannya, seorang suami yang berkewajiban keyakinan bahwa segala sesuatu yang terbaik telah Tuhan persiapkan.
Karena optimisme tanpa kemawasan diri hanya akan berujung pada
menafkahi keluarganya, sebagai istri, orang tua atau wali ataupun
juga sebagai seorang profesional dalam posisi dan jabatan yang ambisi liar dan sembah atas duniawi serta ketamakan yang
menghujam raga, melukai dan menciderai, besar dan kuat namun
tengah diemban, semuanya tidak lepas dari tanggung jawab. Ketika
tidak melindungi.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Kuat Melindungi (jangan gajah loe takut, semut loe maka perlu kematangan pemikiran, kedewasaan mental, kemantapan
injak!) spiritual serta kemapanan secara materi dan juga kestabilan
kedudukan dalam kehidupan sosial. Dan untuk mencapai semua itu
Ketika hilang kemawasan diri dan ketamakan yang merajai perlu proses yang cukup panjang dengan usaha dan kerja keras secara
maka yang ada hanya keinginan untuk kuat menguasai tanpa terus-menerus dalam meningkatkan kesiapan dan kompetensi diri.
kesadaran melindungi. Bagai serigala berbulu domba begitulah Hingga pada akhirnya ketika kita telah siap, dengan kekuatan besar
anarkis-anarkis yang menyelimuti dirinya dengan kepintaran yang yang telah Tuhan anugrahkan tersebut maka akan lahirlah tanggung
sangat mampu merubah-rubah antara madu dan racun di tangan jawab yang besar pula dari apa yang kita miliki itu.
kanan dan kirinya. Semakin banyak manusia dengan jenis seperti itu,
Jadilah seorang besar yang tidak mengkerdilkan, seorang kuat
namun sulit untuk diketahui keberadaanya. Berbanding terbalik
yang tidak melemahkan, seorang hebat yang tidak menjerat, seorang
ketika kita berusaha menemukan anjing gembala di hamparan padang
dengan kedudukan tinggi namun tidak menginjak. Karena seharusnya
rumput yang luas, meski keberadaannya satu berbanding ratusan
dengan kelebihan yang Tuhan percayakan tersebut mampu
domba tetap akan mudah dikenali karena keberaniannya untuk terus
digunakan untuk dapat melindungi yang lemah, membantu yang
mengonggong demi melindungi sekawanan domba dari para
sedang kesusahan, mensejahterakan dan membahagiakan sebagai
pemangsa. Merupakan gambaran dari besarnya tantangan ketika
seorang derma yang penuh kebijaksanaan. Dan akan menjadi semakin
seseorang hendak menyerukan keadilan dan menegakan kebenaran,
lengkap ketika kita mampu menjadi seorang pemimpin yang adil dan
untuk dapat menjadi pelindung yang penuh keberanian, tidak hanya
penuh amanah, dimulai dari sebuah keluarga sederhana, sekelompok
berpikir caranya mengisi perut yang lapar. Jauh dari itu hendaklah kita
masyarakat, bahkan hingga bangsa dan Negara. Semakin besar yang
berpikir bagaimana caranya menjadi kuat dengan tulus hati
kita pimpin maka akan semakin besar pula pertanggung-jawabannya.
mensejahterakan kehidupan sesama. Hal itu tidaklah mustahil untuk
Dan sebaliknya jika kita belum dipercayakan untuk menjadi kuat,
dilakukan selama kita memiliki empati dan kegigihan untuk bisa
janganlah menjadi seorang pengecut yang bersembunyi di ketiak.
mengambil peranan sebagai manusia-manusia pilihan, pemimpin
Lebih baik menjadi seorang yang menghamba dengan penuh
yang amanah atau tidakpun kiranya cukup dengan kita memiliki
kesantunan dan tetap bekerja serta bertindak sesuai kemampuan
kesadaran bahwa kita sebagai manusia adalah makhluk sosial, jadilah
yang kita miliki saat ini.
seorang dermawan dan pelindung yang lemah.
Berupayalah untuk menjadi kuat melindungi atau lemahpun
Perlu usaha untuk bisa menjadi kuat, dengan bertahap
tetap disegani karena kesantunan dan sikap serta perilaku yang baik.
memulai dari menjadi seorang mandiri yang tidak menggantungkan
Namun harus tetap diingat bahwa manusia diciptakan dan mendiami
diri kepada orang lain. Karena kuat tidaklah dilihat dari fisik semata,
bumi ini untuk menjadi seorang pemimpin. Maka paling tidak jadilah

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


pemimpin atas diri kita masing-masing agar kita tidak benar-benar ruang-ruang kosong kerongkongan jiwa yang mati. Pahamilah bahwa
menjadi seorang yang lemah, akan tetapi menjadi seorang yang menikmati hidup bukan sekedar asasi kerdil dalam diri.
bersahaja dan selalu siap jika sewaktu-waktu Tuhan telah
Ketika ada sesuatu yang membelenggu diri dan bersimbahnya
menganugrahkan kekuatan yang lebih secara materi dan non materi.
Dan ketika Tuhan melengkapinya dengan kepercayaan untuk kita kepeluhan merasuki bagai jeruji yang memenjara kebebasan nurani.
Maka seketika itu juga datangkanlah pencercah yang dapat
menjadi seorang pemimpin dalam artian yang sebenarnya, semoga
kita dapat amanah dan memegang teguh prinsip-prinsip hidup yang memercikan cahaya hati, yaitu kilatan-kilatan kecil namun sangat
berarti. Sebuah senyuman yang menjadi bagian sederhana replika
baik serta keyakinan yang kita miliki agar tidak terlebur dan tergerus
oleh keangkuhan diri. dari kemuhasabahan yang sangat mampu untuk menyentuh dan
melenturkan ketegangan saraf dahi. Lalu dengan sedikit helaan nafas,
Cahaya Kedua (nggak ada lampu, ya lilinpun jadi) meredamlah semua teriakan tarikan ikatan rantai pembelenggu. Akan
ada saatnya mata tak sanggup lagi melihat jelas, hal yang samar
Ketakutan diri akan kegelapan seakan bagaikan kelar yang seraya akan menjadi sebuah kegamangan. Ketika dalam keadaan
menggelitiki raga-raga tak berdaya, cemas akan tertindas, penuh ragu gelap, mata yang awaspun tetap sulit untuk dapat melihat dengan
dan haru menyeluar selimuti kaki yang tak sanggup berdiri. Dalam jelas. Tidak hanya bisa mengandalkan mata saja untuk melihat, maka
kefanaan dunia ini segala-sesuatunya dapat tersamarkan oleh ruang- perlulah ada keselarasan hati dan pikiran untuk melahirkan kepekaan
ruang bertirai safir biru, setiap pandangan mendatangkan kesilauan, rasa. Tutupkan sajalah matamu itu, hendak pendengaran kilah
melihat ke arah luar dari ruang yang terbatasai. Mungkin terasa membentuk pandangan semu, baik dan rasakanlah dengan penuh
sesekali ingin keluar melihat dengan jelas apa yang ada disana, disana kesadaran. Lalu terbentuklah kesadaran kepekaan rasa.
di tempat yang tersimpan seribu kali keindahan atau bahkan
Lilin-lilin kecil menerangimu, membawa ketenangan jiwa dan
sebaliknya. Berputar semua pandangan dalam pikiran hingga menarik
ragamu. Meskipun berat beban hidup yang kita jalani, kita semua
garis mata keatas seperti akan terbelalak, terlelap dalam senandung
tetap harus selalu satu dalam kesabaran dan kemuhasabahan hikayat
yang mengheningkan pendengaran seolah akan memasuki ruang
hidup. Berjalanlah terus dengan penuh keyakinan bahwa tak akan ada
kehampaan. Puji syukur mencercah kelapangan hati atas segalah
gelap yang mampu menghentikan langkah ketika jiwa ini tetap terang
anugerah yang telah dimiliki, walaupun sesuatu yang belum berada
oleh cahaya keimanan. Tuhan senantiasa menerangi hamba-
digenggaman selalu dielukan senantiasa akan memuaskan hasrat di
hambanya dari segala tipu daya dunia yang seakan menggelapkan
hati namun tidak seperti demikianlah kenyataannya. Karena puas
seisi penjuru langit dan bumi. Mintalah kepada-Nya agar diberikan
adalah gambaran keserakahan yang bersembunyi dalam pusar dan
sesuatu tanpa harus lebih dan tidak juga kurang namun senantiasa
merasa cukup atas segala sesuatu yang telah kita miliki. Karena

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


terkadang kita diharuskan untuk berkorban melawan segala nafsu tidak seperti kerasnya hati sebagai cerminan kekerdilan. Dunia ini
dalam diri dan merelakan segala mimpi tak berujung untuk dapat sangat luas dan di setiap penjurunya Tuhan telah hadirkan
bersyukur cukup dengan apa yang telah kita miliki. Layaknya terang keberagaman serta perbedaan pandangan dan pemikiran. Manusia
cahaya lilin yang membakar diri, namun setidaknya tetap dapat adalah sebagai pemimpin di dalamnya, ingat bahwa memimpin
menerangi dalam gelap meski penuh ketir. berbeda dengan menguasai, maka harus ada kedewasaan mental dan
akal di dalamnya. Bukan kekerasan hati yang hanya akan membawa
Ketika kita tidak mampu meraih terang pada satu titik cahaya pada kerusakan karena segala sesuatunya yang dipaksakan. Menarik
maka carilah titik cahaya kedua. Sekalipun cahaya tersebut tidak jauh mundur dan maju dengan hempasan tak terkendali, itulah yang akan
lebih terang dan bisa saja remang, namun dari padanya kita terjadi jika jiwa-jiwa keras diberikan kedudukannya untuk menguasai.
mendapatkan kedamaian dan ketenangan, kesyahduan bahagianya
hidup dalam kebersahajaan. Ambilah yang baik dan hak atas diri kita, Ketika kita menerima kritik dan saran maka terimalah dengan
jangan membiarkan keserakahan yang merajai sehingga lapang dada, karena kita sadar bahwa tidak ada manusia yang
menghalalkan yang haram, keinginan menguasai dan memiliki sempurna. Memahami adanya perhatian yang tertuju pada kita, maka
sesuatu yang telah menjadi hak orang lain. Jangan memaksakan diri berikanlah perhatian kembali dari tiap-tiapnya. Refleksikan setiap
meraih cahaya gemilang karena bisa saja cahaya tersebut terlalu penilaian buruk menjadi kebaikan yang bisa kita berikan, dengan
terang sehingga menjadi silau bahkan mampu membutakan memperbaiki setiap kekurangan yang orang lain keluhkan atas diri
pandangan. Berhati-hatilah untuk tidak terjebak dalam kebutaan, kita. Kita tidak menjadi rendah dengan mengakui kesalahan, kita tidak
gelap mata untuk menghempaskan segala amarah dalam bentuk hina hanya dengan lisan orang ketika melontarkan setiap keburukan
sebuah cakaran-cakaran kerakusan. yang orang tersebut sangkakan kepada kita. Justru jika keburukan
atau kekurangan itu terus ditutupi tetap akan tercium busuk dan
Jiwa-jiwa Pemimpin (bukan kerbau dicocok hidung!) diketahui juga pada akhirnya, untuk itu berbijaksanalah agar dapat
menumbuhkan mental sebagai jiwa-jiwa pemimpin yang selalu ada
Kerasnya hati tidak akan membawa pada derasnya aliran teladan dalam kebesaran jiwanya.
darah pembuluh arteri, maupun rapatnya frekuensi gelombang yang
menghubungkan neuron-neuron pada otak. Tetapi kerasnya hati Namun apa yang sekiranya harus kita lakukan jika kita tidak
hanya akan membawa pada terjebaknya diri yang memberatkan kaki menempati kedudukan sebagai seorang pemimpin pada
ketika hendak berjalan dan berlari. Berbeda halnya dengan ketegasan kenyataannya? Ketika kita hanya sebagai bagian dari kelompok
yang merupakan gabungan antara kuatnya pendirian dan matangnya masyarakat, rakyat biasa yang memiliki kewajiban sebagai warga
pemikiran. Karena ketegasan adalah bagian dari sifat kepemimpinan, negara untuk patuh kepada pemerintahnya ataupun seorang pekerja
yang memiliki kewajiban menjalankan tugas dari atasan dan atau dari

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


pimpinan perusahaan. Jika demikian keadaannya, maka jadilah Kesempatan Kedua (berdiri kalo loe jatuh!)
pemimpin untuk diri kita sendiri bukan kerbau dicocok hidung yang
hanya bekerja tanpa alasan, tanpa kecerdasan serta tanpa prinsip Dalam kerasnya kehidupan selalu saja ada kemungkinan
sebagai arah langkah dan pijakan. Yaitu dengan membangun pribadi untuk diri terhantam, terhempas dan terjatuhkan. Angin yang
berkualitas, memiliki etos kerja yang baik dan mengerti benar atau lembutpun bisa berubah bertiup kencang sehingga menerbangkan
salah, bukan hanya sekedar tunduk dengan perintah. Sehingga dan berakhir mendarat dengan benturan. Manusia tak pernah tahu
senantiasa kita bisa menjadi teladan dari setiap keberadaan kita pasti sesuatu yang akan terjadi, segala kemungkinan yang terprediksi
tanpa orang lain melihat kedudukan dan jabatan yang kita miliki. Dan dengan segala konsekuensinya hanyalah sebagai rambu agar kita bisa
yakinlah seraya orang-orang tersebut tetap akan memiliki rasa segan lebih berhati-hati. Seperti halnya nyala merah lampu lalu lintas di
serta menghargai kita sebagaimana-mestinya. persimpangan jalan yang menandakan untuk berhenti dan berpotensi
kecelakaan ketika kita memaksakan untuk tetap melaju. Kondisi
Jiwa-jiwa pemimpin adalah jiwa yang tidak akan pernah mati
seperti itu tetaplah hanya sebatas rambu, tidak ada jaminan kita
dalam berkreatifitas dan memunculkan setiap ide-ide atau gagasan,
selamat dengan kita berhenti walaupun konsekuensi awal hanya
serta selalu berusaha keras untuk bisa menjadi teladan. Dengan
menjelaskan potensi yang terjadi terhadap keadaan ketika kita tetap
terbentuknya karakter pemimpin maka akan lebih teranglah jalan
melaju. Setidaknya logika mengatakan akan lebih aman ketika kita
kedepan, akan semakin meninggi kedudukan, semakin meluas
mematuhi setiap peraturan dengan segala ketetapan yang ada.
pandangan akan kehidupan. Karena tersiratnya seorang pemimpin
Namun berpikirlah bahwa rambu dan peraturan itu tidak hanya
tidak haruslah selalu berada paling atas, tapi mampu memposisikan
sekedar untuk dipatuhi ataupun lebih dari itu kita hanya meyakini
diri sebagai pribadi yang tak tergantikan dan senantiasa memiliki arah
bahwa ketaatan dan keteraturan akan membawa keselamatan. Lalu
pandang dan tujuan. Ketika seseorang diberikan wewenang untuk
apa yang menjadi penyebab ketika kecelakaan tetap terjadi? Tidak
mengatur dan mengendalikan tanpa adanya jiwa kepemimpinan.
cukup dengan logika, maka pahami serta resapi dalam diri bahwa rasa
Maka, yang ada hanya lara menyelimuti kehancuran, seperti sesuatu
yakin yang paling tinggi tentu sajalah adalah Iman kita kepada Yang
yang akan menggerus secara perlahan. Dan lebih parah dari itu
Maha Kuasa.
apabila wewenang yang ada berubah menjadi kesewenang-
wenangan. Maka, kehancuran akan datang jauh lebih awal. Mulailah Dengan iman kita tidak akan pernah merasa gagal ketika tidak
bersungguh hati dalam menumbuhkan jiwa kepemimpinan untuk berhasil mendapatkan dan meraih sesuatu ataupun merasa kecewa
memimpin karena pantas bukan pelik wajah beringas. ketika hasil tak sebanding dengan kerja keras dan kebaikan yang telah
kita lakukan. Sehingga kita tidak akan pernah berhenti untuk selalu
melakukan yang terbaik dan akan kembali berdiri ketika terjatuh.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Ketika gagal pada kesempatan pertama percalah bahwa Tuhan akan itu terjadi semata-mata karena ketidaksanggupan kita untuk benar-
memberikan kesempatan kedua, maka dari itu tetaplah terus benar mengambil hikmah kehidupan. Jangan menunggu kerugian
berusaha karena kesempatan akan kembali datang jika telah tiba datang sehingga terpaksa harus kita rasakan, lihatlah sekelilingmu lalu
waktunya. Pastikan diri kita telah siap dan semakin siap dalam ambilah sikap dan langkah terbaik, bukan pasif mendambakan dapat
melangkahkan kaki kita untuk selanjutnya, sehingga ketika menuai sesuatu tanpa pernah kita menanamnya. Jatuh itu memang
kesempatan itu datang maka tidak akan tersia-siakan dan semoga sakit, sempurna itu memang sulit, pasti kita pernah melakukan
bisa menjadi jalan dalam mendapatkan sesuatu yang kita harapkan. kesalahan tapi tetaplah yakin selalu ada kesempatan selama kita terus
berjuang melakukan yang terbaik.
Jika ada pepatah mengatakan bahwa penyesalan selalu
datang terlambat maka patahkanlah. Sejatinya kita tidak perlu Ketangguhan Sejati (berdiri kaki sendiri!)
menyesal dengan segala yang telah terjadi, ingah bahwa selalu ada
hikmah dari setiap kejadian. Yang lalu biarlah berlalu, berpikir Merasakan derasnya gelombang lautan dan hembusan angin
positiflah untuk kini yang sedang kita jalani dan berprasangka baik di ketinggian, mengisyarakan terpaan dalam kehidupan. Sanggupkah
untuk segala yang hendak akan terjadi. Karena penyesalan tidak akan kaki tetap berdiri menahan tetap tegapnya badan agar tak roboh atau
pernah berdampak baik dan prasangka-prasangka buruk hanya akan terhempaskan. Itulah laksana ketangguhan pribadi diri yang
menyelam dalam menjadi sebuah penyakit hati. Berdirilah kembali senantiasa terus berjuang menghadapi segala ujian maupun cobaan.
setiap kali terjatuh meski tersungkur sekalipun, jangan pernah Ada kalanya tak berarti penting dengan apa berpegangan atau oleh
berhenti untuk membangun segala asa, memelihara jiwa dan rasa. siapa dibantu tubuh ini untuk tetap tegap berdiri, ketika yang
Karena selalu ada kesempatan kedua untuk kesatria yang tidak diinginkan sekedar tidak terjatuh dan terselamatkan dari keadaan.
pernah ada kata menyerah dalam hidupnya. Menyerah itu hanya Tapi tantangan sebenarnya datang adalah ketika tanpa apapun atau
untuk orang yang lemah dengan mental pengecut, yang selalu ada oleh siapapun kita tetap mampu berdiri, itulah ketangguhan sejati.
keraguan di dalam hatinya. Ketangguhan yang datang dari kemampuan diri, yaitu berdiri kaki dan
tegapnya badan maupun kuatnya mental dan pikiran diri kita sendiri.
Jangan pernah membiarkan diri terjatuh pada lubang yang
Dan semua itu hanya akan kita dapatkan dengan kesungguhan untuk
sama ataupun lemah diri berharap akan kesempatan kedua.
terus belajar dan mengasah kemampuan diri sehingga senantiasa
Meskipun tidak ada sesuatu yang tidak mungkin tapi bukan berarti
selalu siap dengan segala kemungkinan keadaan dan tantangan hidup
kita lengah dalam mengambil keputusan. Belajarlah dari kesalahan
yang kelak dihadapi.
yang sudah dilakukan dan segeralah angkat tangan kita untuk dapat
meraih setiap kesempatan baik yang datang. Jangan biarkan diri
menyesal dan mengeluhkan kesakitan yang berulang datang, semua

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Dengan terbaginya antara fisik, mental dan pikiran maka bisa saja luput dari mawas kesadaran, hendaklah kita lakukan apa saja
terbagi juga bagaimana hendak kita mengasah kemampuan dari ke hal terbaik yang bisa kita lakukan. Karena seburuk-buruknya manusia
setiapnya. Sesuatu terkadang mudah untuk begitu saja dilakukan adalah dia yang lalai dan membiarkan dirinya dalam ketidak-tahuan.
namun beberapa diperlukan persiapan matang dan waktu yang Ingatlah satu hal yang pasti bahwa umur kita akan senantiasa
panjang. Dan yang menjadi sulit adalah menentukan sekuat dan berkurang hingga pada waktunya maut akan menjemput sebagai
sematang apa kelak kemampuan yang harus kita miliki tersebut. akhir perjalanan hidup kita.
Sebab itu, maka hendaklah diperjelas tujuan dan target kita di masa
Pahamilah bahwa ketangguhan sejati itu tidak sekedar
yang akan datang. Sebagai satu gambaran kita mencita-citakan
menikah di usia muda dan berharap selanjutnya menikahkan anak berhenti pada fisik maupun mental namun ada juga terdapat pada
spiritual. Jika hal tersebut kita sadari dan mengharapkannya ada
kita kelak dengan keadaan tubuh dan pikiran kita yang masih sehat
dan masih mampu mengingat segala kejadian dengan sangat baik. dalam diri kita. Maka hendaklah tanamkan bahwa segala sesuatu itu
hanya akan ada dan menjadi kuat ketika segala sesuatu yang
Berarti kemudian hal utama untuk kita senantiasa usahakan adalah
semuda mungkin mematangkan mental dan menjaga kesehatan membentuknya juga kuat sebagai suatu kesatuan. Tiada arti
kedigdayaan yang mengasingkan kelembutan, tiada manusia biasa
tubuh kita dari waktu ke waktu dengan tetap berolah-raga, menjaga
pola makan dan hidup yang sehat. Selanjutnya ketika kita yang lahir tanpa pasangan ayah dan ibu, seperti halnya kekuatan dan
kelembutan yang seketika bertemu dalam keharmonisan maka
mengawalinya dengan menjejaki langkah awal pernikahan dengan
masih adanya sokongan dari orang sekeliling kita. Maka persiapkanlah lahirlah kesejatian. Bagai tenunan sutra lembut nan kuat yang
didalamnya menyatu antara kekuatan fisik, mental/pikiran dan
diri untuk segala sesuatunya mulai dikerjakan mandiri hanya oleh kita
dan pasangan kita. Dan apapun contoh gambaran lainnya pasti spiritual, bersinergi dalam sebuah ikatan penuh kelembutan, sehingga
terciptalah ketangguhan sejati pada diri manusia.
menuntut kita selalu siap. Baik yang kita rencanakan dan sadari atau
tidak sekalipun, seperti halnya jodoh, rizki, maut dan celaka yang
tidak pernah dapat dipastikan.
Muda Berkomitmen (Jangan Nunggu Tua!)

Menyadari akan ada saatnya kita ditinggalkan oleh siapapun Terjerembabnya diri kaula muda pada keraguan dan ketidak-
yang selama ini berada di lingkaran penyokong kehidupan kita. Dari pastian, menjalani percintaannya tanpa ikrar dan kehati-hatian.
hal emosional, kekeluargaan mapun material, sosial dan pekerjaan. Seolah-olah semuanya akan selamanya begitu saja dalam sebuah
Jelas bahwasannya, maka kita tidak boleh menggantungkan diri kesenangan tanpa dimintai pertangung-jawaban. Hanya
penuh dari ke setiapnya. Ketika sesuatu itu kita sadari, maka membayangkan yang indah-indah saja saat menjalaninya, tanpa
hendaklah kita persiapkan. Dan sebaik-baiknya ketika beberapa hal mampu diri saling menggenggam seketika dalam kesulitan. Dengan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


polosnya berpikir untuk lari dari kenyataan saat semuanya tak sebaik-baiknya. Yang jelas bahwa segala sesuatu pilihan langkah yang
seindah yang dibayangkan, bagai habis manis sepah dibuang. Dan diambill akan menyertai pula tanggung-jawab di belakangnya.
langitpun adakalanya menjadi gelap ketika matahari siang
Meyakini bahwa telah diciptakannya manusia laki-laki dan
membenamkan dirinya, ketika gairah muda akan melusuh dan
mengkerut seiring bertambahnya usia. Bayangkan dirimu yang tak lagi perempuan tiada lain yaitu untuk saling berpasang-pasangan. Maka
dari itulah, muda berkomitmen yang dimaksudkan adalah sejauh
muda dan semua yang sepertinya bebas dilakukan namun tak lagi
dianggap pantas saat orang melihat dan menilainya. Tidak ada mana kita mampu mencapai tingkat kedewasan yang siap menempuh
hidup baru berpasangan pada usia muda. Hal tersebut salah-satunya
keharusan mengindahkan penilaian seseorang ketika kita yakin yang
dilakukan tidak menyalahi norma dan aturan. Akan tetapi berpikirlah bertujuan untuk melindungi diri agar tidak terlena dari sesuatu yang
dapat menjerumuskan pada fitnah dan dosa besar. Dan jelas akan
bahwa kebebasan itu tidak hanya dilihat dari seberapa
terkerangkanya diri dalam cangkang. Disisi lain cangkang sejatinya menjadi sesuatu yang sama berat pertanggung-jawabannya tanpa
melihat seberapa muda atau tuanya, ketika melihat nantinya bagi
adalah sebagai pelindung bukan kurung, jika kita senantiasa mampu
membawanya menyusuri pesisir pantai dan melewati ombak, karang seorang suami maupun istri akan melekat kepadanya hak dan
kewajiban yang sama pula terhadap pasangannya. Tentu saja butuh
kehidupan.
keberanian dan rasa yakin akan kemampuan diri, kematangan pikiran
Saat seseorang menjunjung tinggi arti dari sebuah kejujuran dan kedewasaan mental untuk selanjutnya dihadapakan dalam
dan integritas dalam dirinya. Maka tidak ada satupun ikrar yang kehidupan yang menjadi lebih beraneka-ragam tantangan dan
mudah untuk diucapkan, menahan diri berbicara dalam dusta permasalahannya. Pada saat kondisi tersebut akan menuntut diri
ataupun berlaku dan bersikap dalam kepalsuan serta kemunafikan. untuk mampu bersikap penuh kemandirian dengan melepas atribut
Begitupula dalam berikrar memutuskan diri untuk berkomitmen sebagai seorang anak yang ditanggung hidupnya oleh kedua orang
dalam hubungan pernikahan, karena jika semuanya terasa mudah tua.
saja dilakukan tanpa ada rasa beban berat akan sebuah pertanggung-
Pahamilah bahwa segala-sesuatunya akan berubah ketika
jawaban yang besar. Sesuatu itu akan sangat berbahaya seketika
hanya dijadikan permainan yang sedari awal berpikir bisa saja menempuh kehidupan baru dan berkomitmen menjalani hidup
sebagai sepasang insan manusia. Karena pada saat itu, baik muda
menang atau kalah, selamanya bertahan atau begitu saja dapat
diakhiri semau hatinya. Dan ketika memutuskan berkomitmen, ketika ataupun tua, tak peduli rentang usia atau pada umur berapa sajakah,
tidak akan menjadi sebuah jaminan bahwa komitmen tersebut akan
itulah usia tak lagi dijadikan sebagai tolak ukur sejauh mana
seseorang mampu atau tidak mengarungi bahtera pernikahan dengan lebih baik nantinya. Karena pilihan tetaplah sebagai pilihan, baik dan
buruknya tergantung bagaimana seseorang menjalaninya. Maka
hendaklah saling mengenggam tangan, bersatu-padu dengan

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


pasangan kita kelak agar dapat kemudian menjaga komitmen usaha yang diperlukan untuk menghadapinya. Seberapa besar usaha
hubungan tersebut dengan semangat yang tak pernah tua dan yang dapat dilakukan tergantung seberapa mampu dan kuasa kita.
kebersahajaan yang penuh cinta. Dan agar tidak berakhir menjadi sesuatu yang memberatkan, maka
buatlah segala sesuatunya berdasarkan ukuran kemampuan dan
Ringan Bersahaja (Jangan Banyak Gaya Loe!) kuasa kita. Jangan sampai kita mengkehendaki sesuatu hal besar yang
sebenarnya bukanlah hal utama atau menjadi kebutuhan dasar,
Beban hidup memanglah berat, semua itu menuntut kita namun kita tetap memaksakan diri sehingga kehidupan akan
untuk tetap tegap memikulnya. Karena kelemahan dan ketidak- menuntut kita melakukan usaha jauh lebih besar hingga melampaui
percayadirian akan menjadikan membungkuknya punggung yang batas kemampuan wajar kita. Konsekuensinya kita akan hidup dengan
merubah struktur tulang. Seperti halnya fisik yang kuat untuk mampu tekanan dan keadaan yang memaksa kita untuk terus berusaha tanpa
menanggung beban yang berat. Maka, seperti itu jugalah mental kita melihat letih dan meberikan pikiran serta tubuh kita untuk
dalam menghadapi beban kehidupan, yang tidak berubah dan hilang beristirahat. Dengan demikian perlu seyogdiyanya kita belajar untuk
arah, yang tetap kokoh dan tidak roboh. Sebagai manusia yang bersahaja dan mulai mengkesampingkan ego dan nafsu akan dunia
percaya akan kekuasaan Tuhannya, yang yakin bahwasannya Tuhan yang fana untuk menjadi “ringan bersahaja”.
tidak akan memberikan cobaan ataupun beban hidup melebihi dari
kemampuan hambanya. Keyakinan tersebut sejatinya akan Ringan bersahaja adalah kondisi ketika sesesorang mampu
melahirkan ketenangan diri yang mampu memahami bahwa ringan- mengendalikan ego & nafsu duniawinya dengan dibekali kecerdasan
beratnya tergantung bagaimana cara kita menghadapinya. Dan dalam menentukan ukuran prioritas atas sesuatu hal yang hendak
dengan ketenangan diri tersebut diharapkan kita mampu berpikir dilakukan. Dengan kesabaran dan kegigihan, maka setiap hal tersebut
untuk menentukan sebaik-baiknya langkah, membentuk sekuat- berdasarkan tingkat prioritas yang telah ditentukan nantinya akan
kuatnya mental dan membuka selapang-lapangnya hati. Sehingga kita menjadi ringan ketika dilakukan. Namun bukan berarti akhirnya
akan memiliki sejatinya kemampuan atau kuasa diri, karena semakin mengabaikan atau melemahkan diri hanya melakukan hal-hal dengan
besar kuasa maka akan semakin ringan beban dirasa. Oleh karena itu, biasa saja. Tetap lakukan dan berikanlah yang terbaik atas setiap
jadilah pribadi yang cerdas sehingga mampu untuk terus berinovasi usaha berdasarkan kemampuan tertinggi kita. Ingatlah bahwa usaha
dan mengembangkan kompetensi diri agar segala sesuatunya dapat tidak akan pernah mengkhianati hasil. Dengan segala-sesuatunya
dilakukan dengan cara yang paling efektif dan efisien. menjadi lebih terukur, maka niscaya apa yang menjadi harapan dan
rencana hidup kita dapat terwujud atas izin Tuhan & anugerah-Nya
Saat tuntutan hidup semakin tinggi maka akan semakin besar yang diberikan kepada kita sebagai jawaban dari doa & usaha yang
pula beban hidup beserta tantangannya dan jelas akan semakin besar telah dilakukan.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Bersahajalah dalam mengerjakan apapun, buatlah semuanya dewasa tanpa harus menjadi terbebani. Maknailah apa yang
menjadi terasa jauh lebih ringan dengan pikiran dan hati yang tenang dilakukan balita kecil tersebut sebagai arti ketulusan dan kepasrahan
dan lapang. Mengerjakan segala sesuatunya secara terukur dengan diri dari seorang manusia kepada Tuhannya. Kemudian susunlah
penuh keikhlasan dan serahkan hasilnya kepada Tuhan yang Maha kembali setiap langkah kita menjadi penuh ketulusan dan keyakinan.
Kuasa. Mintalah kepada-Nya untuk diberikan hasil yang terbaik,
Disini kita belajar tentang ketenangan, ketulusan dan
baiknya untuk sejelas mungkin didefinisikan apa saja yang menjadi
keinginan dan harapan hidup kita. Jika doa dan usaha tersebut keyakinan. Dari ketiga hal tersebut maka akan lahirlah kemauan yang
kuat tanpa keangkuhan. Menyadari bahwa semua yang kita lakukan
dilakukan secara ringan bersahaja dengan terus-menerus berdasarkan
kemampuan terbaik kita. Maka akan terbentuklah mental dan sikap dan kerjakan tidak serta merta akan mendapatkan hasil yang
diharapkan. Jangan pernah memaksakan sesuatu yang memang
diri dengan optimisme tinggi namun tidak egois serta tetap ringan
hati. belum menjadi garisan hidup kita. Karena semua pasti ada waktunya
dan segala sesuatu yang dipaksakan akan tidak baik akhirnya.
Malu Tak Mampu (Ada Kemauan Pasti Ada Jalan!) Gapailah segala harapan dan keinginan tanpa menggunakan cara-cara
yang tidak pantas bahkan melampai batas. Sekalipun kita bisa
Menutup mata dan merasakan dinginnya angin malam, mendapatkannya, sedikitpun tidak akan ada kepuasan hati, justru
terhening dan seraya merasuk ke dalam tenangnya hati. Seketika itu dengan cara yang tidak baik itu
juga pikiran menjadi terang, gundahpun menghilang. Mengingatkan
akan menenggelamkan kita ke dalam kerakusan. Selalu berpikir apa
bahwa semua beban yang dirasa hanyalah sebatas ketidak-mampuan
yang diinginkan harus bisa didapatkan meski dengan apapun caranya
diri bersahabat dengan keadaan. Mulailah segala sesuatunya dengan
tanpa melihat baik dan buruknya lagi. Seharusnya kita belajar dengan
penuh ketenangan, sehingga mampu mendudukan semua
baik dan menyadari bahwa pentingnya kepantasan diri atas sesuatu
kegelisahan hati. Dengan ketenangan tersebut kita mampu berpikir
yang hendak kita dapatkan.
dan melihat segala sesuatu secara lebih baik. Coba lihatlah balita kecil
yang masih polos dan penuh ketidak tahuan. Apakah dirinya terlihat Kepantasan adalah sebandingnya kemampuan dan usaha
ragu dalam melakukan sesuatu? Bermain-mainlah dirinya dengan dengan hasil yang didapatkan. Yakinlah bahwa segala sesuatu itu bisa
penuh keriangan, tanpa berpikir akan jatuh atau pikiran apapun yang kita raih dengan cara yang baik dan benar. Yaitu, dengan
membebaninya. Namun berbeda halnya dengan manusia dewasa memantaskan diri melalui usaha dan kerja cerdas dengan ditunjang
yang selalu berpikir tentang resiko, menjadikan segala sesuatu dengan kemampuan yang selalu ditingkatkan. Dan lihatlah lah
sebagai sebuah ancaman. Dan bagaimana caranyakah kita mampu sekeling kita, jika mereka mampu mendapatkan sesuatu yang mereka
meleburkan antara kemandirian dan tanggung jawab sebagai manusia inginkan, malu tak mampu, maka kitapun harus yakin juga demikian.

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Selama ada kemauan yang kuat disitu pasti ada jalan, karena segala sumbu yang mudah tersulut, menghentak riak untuk merubahnya
ketidakmampuan itu adalah sebagai refleksi dari ketidakmauan. Tidak menjadi gelombang tanpa mengetahui awalnya dan bagaimana nanti
mau mencari tahu, tidak mau belajar, tidak mau mengasah diri, tidak akhirnya. Karena terkadang kita bisa saja terjebak pada sudut
mau mengatur waktu, tidak mau mencoba, tidak mau berusaha dan pandang yang salah dan kita tidak menyadarinya. Meski manusia
lainnya, jelas akan menjatuhkan kita ke dalam kelemahan dan dengan segala kecerdasan yang dimiliki dan kehati-hatiannya, tetap
ketidak-mampuan. Jika kuasa tidak sebanding atau lebih kecil dengan akan ada saja sesuatu yang luput dari dirinya. Dan meski dengan
beban, pastinya kita akan sulit untuk mengangkat atau memindahkan segala keberanian dan kegagahan yang dibanggakan sehingga
beban tersebut. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan menjadikannya sangat berani dan terkadang tidak berpikir jauh
nilai kuasa, yaitu dengan memperbesar usaha atau dengan mengubah kedepan, tetap tidak bisa mencegah sesuatu terjadi jika telah menjadi
cara dan/atau menyertakan “alat“ (kemampuan). suratan kuasa Tuhan. Beranjaklah dari angan-angan kosong, hasutan
atau bahkan dari buaian seseorang atau sekelompok orang yang
Malu Tak Mampu, itulah hal yang harus ditanamkan di dalam berbicara dan bersikap seolah mengerti atas baik dan buruknya untuk
diri kita agar kita senantiasa tergerak hatinya untuk selau memiliki diri kita. Karena bisa saja terdapat kepentingan dan maksud lain tanpa
kemauan yang kuat. Kemauan tersebut laksana secercah cahaya kita mengetahuinya. Itulah alasan tidak semestinya seorang manusia
dalam ruang yang gelap, awal dari sebuah langkah untuk memulai menggantungkan diri dan begitu saja percaya terhadap sesama
perjalanan. Dan ketika perjalanan itu dimulai berpikirlah selalu positif manusia melebihi Tuhannya.
dan berprasangka baiklah atas kelak garisan Tuhan untuk hidup kita.
Lakukan segala-sesuatunya dengan ketenangan pikiran, hati yang Hanya orang-orang yang hilang akal dan tipis akan
penuh ketulusan dan langkah yang baik serta ringan hati untuk dapat keyakinannya terhadap Tuhan yang sangat mudah bereaksi atas
membawa kebaikan kepada setiap orang disekeliling kita. segala informasi dan kondisi yang ada dihadapannya. Coba sejenak
saja kita menghela nafas dan berpikir seraya berdoa agar tidak
Suara Harapan (Tertunda Namun Tersampaikan) tergelincir kepada sikap dan langkah yang tidak mencerminkan
sejatinya manusia dengan nurani di hatinya. Ingat bahwa emosi,
Setiap pembicaraan, sikap dan langkah seraya selalu keegoisan dan keserakahan hanya akan membawa kita pada
beriringan, baik dan buruknya tergantung bagaimana memulainya. kekerdilan, yang akan dengan mudahnya diadu domba atau bahkan
Memahami bahwa setiap kehatia-hatian tidak menjamin terus saling berselisih tanpa menyadari telah menetes dan tertumpah
keselamatan, keyakinan tidak selalu menjadi kenyataan dan suara darah karenanya. Ada hal-hal yang sejatinya harus kita perjuangkan
yang terdengar terkadang tidak jelas dari mana asalnya. Kita sebagai namun justru kita mengingkarinya, merasa puas ketika bermain-main
manusia yang berpikir, tidak semestinya kita menjadikan diri sebagai

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


dengan panji yang dibawanya tanpa tahu hakikatnya sebuah dengan sudut pandang kita yang sempit. Tidak ada manusia yang bisa
perjuangan hidup yang sebenarnya. melihat isi hati sesamanya, maka berprasangka baiklah.

Memaknai hidup yang didalam perjalanannya tidak selalu


berbicara baik-buruk, untung-rugi, kawan-lawan. Berbicaralah sedikit
saja tentang mutiara iman, karena yang baik bisa saja adalah cobaan
dan buruk sebagai sebuah ujian. Baik tidak selamanya baik dan
burukpun tidak selamanya buruk, maka kuatkanlah keyakinan kita
akan kekuasaan Tuhan Yang Maha Bijaksana. Jangan lah kita berhenti
bersyukur atas segala nikmat, sabar dan ikhlas atas segala hal buruk
yang menimpa diri kita. Karena sampai kapanpun kemampuan
manusia terbatas pada apa yang dirasakan sekarang, esok dan nanti
tetap akan mejadi rahasia Tuhan. Jangan pernah bicara bahkan
berteriak akan ketidak-adilan, sebelum memahami apa yang
dimaksud dari kata adil itu sendiri. Lihatlah atas dan bawahmu
dengan penuh senyuman dan rasa hangat. Karena setiap manusia di
dunia ini dilahirkan telah disertai garisan hidupnya. Bukan dengan
berteriak, bersorak dan caci maki tanpa kendali, ketika kita ingin
bicara dan bersuara, cukuplah dengan Suara Harapan. Suara yang
lahir dari positifnya pikiran, prasangka baik dan keyakinan akan kuasa
Tuhan. Karena seadil-adilnya aturan manusia yang hidup di muka
bumi ini tidak akan pernah mampu menyamai adilnya Yang Maha Adil
dan lagi Maha Bijaksana.

Suara Harapan mengajarkan kita untuk memanjatkan doa


penuh ketulusan, cukup berpikir dan berbuat yang terbaik atas diri
kita saat ini dan menyerahkan kepada Takdir Tuhan atas segala
sesuatunya nanti. Karena tidak ada hal sekecil apapun yang luput dari
penilaian-Nya, janganlah kita bersikap seolah-olah kita berhak menilai
dan memandang sesuatu, mengatakan salah dan benarnya hanya

Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha


Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha
Written by Ra Azi Nugraha Written by Ra Azi Nugraha

Anda mungkin juga menyukai