Penganggaran Pixella
Penganggaran Pixella
TUJUAN
Setelah menyelesaikan kasus ini, peserta diharapkan mampu:
1. memahami penganggaran sebagai suatu proses perencanaan laba.
2. menyusun perencanaan laba yang dimulai dari penyusunan rencana penjualan
sampai dengan penyusunan proyeksi laba rugi.
3. mengetahui urutan proses penyusunan perencanaan laba.
4. mendapatkan data relevan untuk menyusun perencanaan-perencanaan berikutnya.
P
ixella adalah sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi dan menjual
bros sebagai asesori tanda panitia perkawinan. Pada awalnya, perusahaan ini
termasuk perusahaan skala bisnis kecil. Namun saat ini, perusahaan ini telah dapat
dikategorikan sebagai perusahaan skala bisnis menengah oleh Kantor Wilayah
Departemen Perdagangan dan Perindustrian Propinsi DIY. Sebelum mendirikan perusahaan,
Ny. Yulia, pemilik perusahaan ini, telah memiliki pengalaman kerja selama 5 tahun sebagai
supervisor pada sebuah perusahaan asesoris di Yogyakarta. Ia memutuskan keluar dari
perusahaan dan mulai mendirikan bisnis sendiri, yaitu bisnis manufaktur yang memproduksi
dan menjual bros yang masih ada kaitannya dengan industri asesoris.
Sejak menjadi karyawati, Ny. Yulia memiliki keinginan yang kuat untuk maju dan
bercita-cita memiliki bisnis sendiri, memimpin, dan mengelolanya dengan penuh motivasi.
Pengalaman kerja yang dimiliki sebagai supervisor selama 8 tahun pada sebuah perusahaan
asesoris dan pengalaman menjalankan bisnis selama 5 tahun, semakin memperkuat motivasi
dan keinginannya untuk mewujudkan cita-citanya. Ia juga memiliki keyakinan bahwa
hubungan yang telah dibina selama 8 tahun tersebut dengan para mitra kerjanya
(perusahaan-perusahaan catering dan salon-salon rias pengantin), akan sangat membantu
pengembangan bisnisnya kelak di kemudian hari.
Dengan sejumlah modal sendiri (ekuiti) yang dimiliki dan sebagian utang jangka
panjang dari sebuah bank pemerintah, Ny. Yulia membeli sebidang tanah yang terletak di
pinggiran kota Yogyakarta arah timur untuk meningkatkan omzet penjualannya. Meskipun
perusahaan telah menunjukkan peningkatan profitabilitas selama beberapa tahun, namun
Ny. Yulia tidak dapat mengukur apakah perusahaannya telah mencapai kinerja seperti yang
diinginkan. Perusahaan tidak dapat membandingkan pencapaian hasil dengan rencananya,
karena selama beberapa tahun perusahaan beroperasi tanpa rencana dan target laba yang
Asumsikan:
Lima tahun telah berlalu, Pixella telah memproduksi dan memasarkan produk baru
(Bros Glazur). Produk baru telah diterima oleh konsumen dan telah masuk dalam tahap
pertumbuhan (growth). Saat ini, akhir Agustus 20X5, Pixella sedang dalam proses
penyiapan penyusunan rencana laba jangka pendek untuk tahun yang berakhir 31
Desember 20X6.
Manajer Penjualan
Manajer Bagian
Daerah Surakarta
Administrasi
* Komite Eksekutif
Gambar 1. Struktur Organisasi Pixella
Pixella
Proyeksi Laba Rugi per Jenis Barang (Tentatif)
untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 20X5
Bros Warna Bros Natural Bros Glazur Keseluruhan
Penjualan Rp337.208.000 Rp347.216.000 Rp326.998.000 Rp1.011.422.000
Harga pokok penjualan 167.598.000 189.875.000 194.769.000 552.242.000
Laba kotor 169.610.000 157.341.000 132.229.000 459.180.000
Biaya-biaya:
Biaya penjualan Rp65.571.000 Rp67.554.000 Rp63.595.000 Rp196.720.000
Biaya adm. Umum 49.505.000 51.002.000 48.012.000 148.518.000
Jumlah biaya 115.076.000 118.556.000 111.607.000 345.238.000
Setiap tahun, komite eksekutif yang terdiri atas Manajer Utama, Manajer Pemasaran,
Manajer Pabrik, dan Manajer Keuangan selalu menyusun rencana laba jangka panjang dan
jangka pendek. Proyeksi rencana laba strategis jangka panjang disusun meliputi periode
waktu empat tahunan, yaitu tahun anggaran 20X6 s.d. 20X9. Rencana laba tersebut disusun
sesuai dengan tujuan-tujuan umum, sasaran-sasaran khusus, dan strategi jangka panjang
perusahaan. Rencana laba ini masih bersifat sangat umum dan hanya menunjukkan
ringkasan data saja. Karena sifatnya yang masih sangat umum tersebut, rencana laba ini
dianggap kurang begitu formal dan hanya menjadi ikatan sementara saja. (Rencana laba
jangka panjang tidak ditunjukkan dalam kasus ini)
Untuk menyusun rencana penjualan tahun 20X6, Pixella menggunakan dua
pendekatan ramalan penjualan, yaitu: (1) ramalan penjualan yang disusun oleh forecaster
team dari pusat dan (2) ramalan penjualan yang disusun oleh masing-masing manajer daerah
Tabel 2. Rencana Distribusi Penjualan Barang Pixella untuk Triwulan 1 (dalam unit) Tahun 20X6
Yogyakarta Surakarta Semarang
Triwulan 1 Bros Bros Bros Bros Bros Bros Bros Bros Bros
Th 20X6 Warna Natural Glazur Warna Natural Glazur Warna Natural Glazur
Januari 30% 30% 40% 30% 30% 40% 30% 30% 40%
Februari 40% 30% 30% 40% 30% 30% 40% 30% 30%
Maret 30% 40% 30% 30% 40% 30% 30% 40% 30%
2 1 1 1 2 1 1
Departemen
Departemen Departemen Pelapis
1 Bros Warna Pencetak Penghalus 1 Bros Warna
b. Departemen penghalus menggunakan 4 tenaga kerja langsung dengan tarif upah yang
berbeda: Kelompok A 1 orang dengan tarif upah Rp10.100 per DLH, kelompok B 1 orang
dengan tarif upah Rp8.650 per DLH, dan kelompok C 2 orang dengan tarif upah Rp7.380
per DLH.
c. Departemen pelapis menggunakan 4 tenaga kerja langsung dengan tarif upah yang
berbeda: Kelompok A 1 orang dengan tarif upah Rp10.100 per DLH, kelompok B 1 orang
dengan tarif upah Rp8.650 per DLH, kelompok C 1 orang dengan tarif upah Rp7.380 per
DLH, dan kelompok D 1 orang dengan tarif upah Rp6.970 per DLH.
2. Rencana Biaya Pemeliharaan Gedung: Divisi Penjualan, Divisi Produksi, dan Divisi
Administrasi Umum
Perusahaan memiliki beberapa gedung yang digunakan untuk divisi-divisi peru-
sahaan. Rencana biaya pemeliharaan gedung ini akan dibebankan pada tiga divisi
berdasarkan persentase luas pemakaian lantai: 40% untuk divisi pabrik, 35% untuk divisi
penjualan, dan 25% untuk divisi administrasi umum. Komite eksekutif membuat estimasi
biaya pemeliharaan gedung untuk tahun 20X6 (Tabel 10) berdasarkan pada pengalaman
tahun-tahun sebelumnya. Sebagian biaya-biaya pemeliharaan gedung tergolong sebagai
biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable) dan sebagian biaya yang lain tergolong
biaya yang dapat dikendalikan (controllable).
3. Rencana Biaya Departemen Produksi: Departemen Pencetak, Departemen Penghalus,
dan Departemen Pelapis
Komite eksekutif telah memutuskan bahwa semua departemen produksi meng-
gunakan activity base jam tenagakerja langsung (DLH). Oleh karena itu, semua budget biaya
departemen produksi harus memperhatikan jam tenagakerja langsung (DLH). Dengan
metoda least square, pendapat manajemen, dan analisis langsung, manajer pabrik menyusun
formula budget biaya fleksibel dan mengajukannya kepada komite eksekutif. Budget tersebut
telah mendapat persetujuan dari Manajer Utama (Tabel 11).
Dengan analisis least square, pendapat manajemen, dan analisis secara langsung, para
manajer departemen jasa mengajukan formula budget biaya fleksibel kepada manajer pabrik.
Selanjutnya, manajer pabrik presentasi dihadapan komite eksekutif. Manajer Utama telah
memberikan persetujuan rencana biaya fleksibel pada Tabel 13.
6. Rencana Biaya Divisi Administrasi Umum: Bagian Administrasi, Bagian Akuntansi, dan
Bagian Keuangan
Komite eksekutif juga telah membuat keputusan bahwa activity base yang digunakan
oleh ketiga bagian administrasi umum (Bagian Administrasi, Akuntansi, dan Keuangan)
adalah jumlah rupiah penjualan. Oleh karena itu, masing-masing manajer bagian administrasi
umum dalam membuat rencana biayanya harus memperhatikan estimasi jumlah rupiah
penjualan. Dengan metoda least square, pendapat manajemen, dan analisis langsung, manajer
keuangan menyusun formula budget biaya fleksibel dan mengajukannya kepada komite
eksekutif. Rencana-rencana biaya tersebut telah mendapat persetujuan dari Manajer Utama
(Tabel 15).