VIRTUAL MRT (Pemanfaatan Virtual Reality Sebagai Virtual Tour Guide Islamic Art Museum Kabupaten Lamongan)
Di Susun Oleh : KELOMPOK 5
Muhammad Alif Wahyu Putranto
Arizki Rian Tri Admaja Dimas Bayu Alfiansyah Misbahuddin Ijlal Muhammad Afrizal Muhamad Ainul Yaqin
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BILLFATH LAMONGAN 2022 EXECUTIVE SUMMARY BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum merupakan suatu lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengkomunikasikannya kepada masyarakat. Museum mengelola bukti material hasil budaya dan atau material alam dan lingkungannya yang mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, kebudayaan, teknologi, dan pariwisata untuk dikomunikasikan dan dipamerkan kepada masyarakat umum melalui pameran permanen, temporer, dan keliling (Administrator, 2019). Setiap daerah di Indonesia juga terdapat berbagai museum, yangmana museum tersebut menjadi sejarah dan wadah edukasi, baik bagi masyarakat yang berkunjung ke daerah tersebut, maupun masyarakat lokal daerah tersebut. Pengunjung yang berkunjung ke museum juga tentunya mengharapkan informasi, edukasi, dan sejarah dibalik sesuatu yang menjadi objek dari museum tersebut. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, semua yang dapat dilakukan dan dikerjakan oleh manusia dapat dilakukan secara digital, termasuk museum. Museum virtual saat ini cukup booming di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan Museum Nasional Indonesia, Museum Bank Indonesia, Museum Kebangkitan Nasional, dan museum-museum lainnya juga dapat diakses secara digital (Sondang, 2021). Berdasarkan Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta, pengunjung museum di Indonesia menurun secara drastis dari tahun 2019 hingga 2021. Hal ini dapat dikarenakan adanya pandemi yang melanda dunia, sehingga adanya social distancing dan penutupan sementara tempat-tempat umum di Indonesia. Sejak saat itu, semakin jarang orang yang berkunjung ke museum. Dalam Rapat Koordinasi Pengelolaan Museum untuk generasi milenial yang dilaksanakan pada tahun 2018 lalu, juga menyatakan bahwa tingkat kunjungan masyarakat ke museum masih rendah, terutama untuk generasi milenial. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya karena masih banyaknya museum yang kurang proaktif dalam menarik minat pengunjung melalui media baru (Setyaningrum, 2020). Tidak dipungkiri bahwa generasi milenial saat ini lebih cenderung tertarik untuk pergi ke cafe, shopping mall atau tempat-tempat lain yang berkesan lebih modern dibandingkan pergi ke museum yang kesannya kuno. Melihat kurangnya minat generasi milenial akan kunjungan ke museum, pemerintah tentunya memiliki perhatian yang sangat dalam terhadap pengelolaan museum di Indonesia. Pemerintah memikirkan cara terbaik untuk membuat generasi milenial agar tertarik berkunjung ke museum demi mendapatkan berbagai informasi sejarah mengenai tanah air dengan cara menjadikan museum sebagai tren wisata di kalangan generasi milenial. Wiendu Nuryanti selaku akademisi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan, bahwa pengelola museum harus mampu beradaptasi dengan situasi terbaru khususnya terkait dengan keterbukaan informasi dan pemanfaatan teknologi digital, maupun media sosial sehingga dapat menarik generasi milenial untuk berkunjung ke museum (Kurniawan, 2018). Generasi milenial merupakan generasi yang memiliki pengaruh dan kekuatan terbesar saat ini dikarenakan mereka yang mendominasi dan menjalani era yang sedang dijalani dunia saat ini. Pengaruh dan kekuatan yang dimiliki oleh generasi milenial mampu menjadikan mereka sebagai trend setter, yangmana dapat menggemparkan Indonesia ataupun dunia. Maka, diciptakan sebuah museum baru bernama Virtual MRT (Virtual Museum Reality). Virtual MRT merupakan sebuah museum virtual yang berisikan berbagai wisata destinasi yang ada di Kabupaten Lamongan berserta dengan sejarah dibaliknya. Konsep virtual ini dikarenakan ingin memberikan sebuah atmosfer liburan atau holiday baru yang sudah lama tidak dapat dirasakan oleh sebagian besar masyarakat di Kabupaten Lamongan dikarenakan pandemi. Dengan berkunjungnya masyarakat ke Virtual MRT, diharapkan bahwa mereka dapat merasakan dan melihat secara virtual mengenai keindahan wisata destinasi yang ada di Kabupaten Lamongan. Museum ini juga sangat cocok untuk dikunjungi oleh generasi milenial karena konsepnya yang modern, trendy, dan kekinian, tanpa mengurangi nilai edukasi dan sejarah yang melekat dengan museum.
1.2 Ruang Lingkup
1.2.1 Sistem aplikasi
1.2.2 User aplikasi
1.2.3 Aktivitas sistem
1.2.4 Proses aplikasi
1.3 Tujuan Tujuan dari didirikan virtual MRT adalah sebagai berikut. 1) Memberikan edukasi kepada masyarakat Indonesia terutama di Kabupaten Lamongan mengenai sejarah dari destinasi wisata yang di muat di Virtual MRT. 2) Memberikan atmosfer liburan kepada masyarakat Indonesia terkhusus di Kabupaten Lamongan. 3) Meningkatkan minat generasi muda untuk pergi ke museum. 1.4 Manfaat Adapun manfaat dari Virtual MRT di antaranya yaitu: 1) Sebagai edukasi kepada masyarakat baik itu masyarakat lokal maupun mancanegara. 2) Sebagai bahan penelitian lanjutan. 3) Sebagai motivasi masyarakat Kabupaten Lamongan untuk berkunjung ke museum. 1.5 Analisis SWOT a) Strange (Kekuatan) 1. Sarana destinasi wisata berbasis museum virtual Kabupaten Lamongan. 2. Memiliki virtual tour guide dengan menggunakan artificial intelligence (AI). 3. Teknologi Artificial Intelligence (AI) yang telah lulus dari tahapan kualifikasi sebelumnya. 4. Tersedia deskripsi dalam berbagai macam bahasa asing, khususnya bahasa global, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, dan bahasa Mandarin. 5. Memberikan suasana rekreasi yang nyaman dan terjangkau bagi pengunjung. b) Weaknes (Kelemahan) 1. Teknologi yang ditampilkan masih belum banyak dan tahap penyesuaian. 2. Jumlah pengunjung yang terbatas untuk setiap batch. 3. Dapat terjadinya error atau bug pada sistem. 4. Brand museum yang belum dikenal masyarakat secara luas. c) Opportunities (Peluang) 1. Selama pandemi Covid-19, tren berkunjung ke suatu tempat dengan virtual kian meningkat. 2. Seperti fungsi dasarnya, teknologi memang ada untuk memudahkan hidup manusia, tak terkecuali teknologi virtual reality. 3. Di tengah mulai meningkatnya minat masyarakat pada edukasi dan wisata berbasis sejarah, periode ini perlu dimanfaatkan sebagai momentum kebangkitan wisata sejarah di Indonesia. 4. Virtual tour menjadi tren baru berlibur sekaligus sarana hiburan. 5. Orang Indonesia lebih suka travelling di domestik saja dibanding ke negara tetangganya. d) Threats (Tantanagan) 1. Minat baca masyarakat Indonesia termasuk para siswa saat ini masih terbilang sangat rendah (Arlini, 2022). Tingkat kunjungan masyarakat ke museum masih sangat rendah, khususnya generasi milenial. 2. Alasan utama tidak mengunjungi museum yaitu terkait waktu, alternatif kegiatan, dan jarak. 3. Globalisasi yang ada cenderung mendorong masyarakat menyukai gaya hidup milik negara asing dan malah semakin meninggalkan budayanya sendiri. 4. Tujuan berwisata adalah untuk bersenang-senang atau refreshing bukan untuk mendapatkan pengetahuan dan edukasi. DAFTAR PUSTAKA
chung-young-yang-universitas-wanita-sookmyung. Sondang Martini and Purwanti, Retno (2021) Berita Penelitian Arkeologi No.5, analisis candi Bumiayu 3 Kabupaten Muaraenim Provinsi Sumatera Selatan. Berita Penelitian Arkeologi, 5 . Balai Arkeologi Palembang, Palembang. ISBN 1410-2285 Esty setyaningrum. 2020. Penelitian Kuantitatif Metode dan Alat.Sleman: Gosyen publishing Kurniawan, 2019, Aplikasi Augmented Reality Pengenalan Benda Bersejarah Museum Sang Nila Utama Kota Pekanbaru, Riau.