Anda di halaman 1dari 20

BISNIS DALAM PERSPEKTIF ISLAM

(Telaah Konsep, Prinsip dan Landasan Normatif)

Nur Alfhi Fhadila

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam,Universitas Muhammadiyah Kendari,Indonesia


nuralfhiifhadila@gmail.com

ABSTRAK
Bisnis dengan semua hal yang terjadi dalam kehidupan orang setiap hari secara luas.
Banyaknya bisnis dan beragamnya motif dan orientasi bisnis serta semakin kompleksnya
masalah bisnis, terkadang membuat bisnis terjebak untuk mencoba apa saja untuk mencapai
tujuannya, apalagi jika tujuannya hanya untuk mencari keuntungan dan keuntungan semata.
Sehingga sering terjadi tindakan negatif, yang akhirnya menjadi kebiasaan dalam perilaku
bisnis. Jika demikian, tidak jarang bisnis diidentikkan dengan perbuatan kotor, karena terdapat
perilaku berbohong, khianat, ingkar janji, menipu dan menipu orang lain. Artikel ini
menjelaskan bisnis dalam pendekatan Islam yang mencakup konsep bisnis Islam, prinsip-
prinsip bisnis Islam dan landasan normatif bisnis Islam. Bisnis Islami harus didasarkan pada
etika Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Secara umum, etika
bisnis adalah disiplin normatif, di mana standar etika tertentu dirumuskan dan kemudian
diterapkan. Itu membuat penilaian khusus tentang apa yang benar atau salah, artinya, itu
membuat klaim tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak boleh dilakukan.

Kata Kunci: Bisnis Syariah, Prinsip Bisnis Syariah, Perilaku Bisnis.

PENDAHULUAN 2000 : 17). Dalam kegiatan


Bisnis merupakan bagian dari perdagangan (bisnis), pelaku usaha
kegiatan ekonomi dan mempunyai atau pebisnis dan konsumen (pemakai
peranan yang sangat vital dalam rangka barang dan jasa) sama-sama
memenuhi kebutuhan manusia. mempunyai kebutuhan dan
Kegiatan bisnis mempengaruhi semua kepentingan. Pelaku usaha harus
tingkat kehidupan manusia baik memiliki tanggung jawab terhadap
individu, sosial, regional, nasional konsumen, karyawan, pemegang
maupun internasional. Tiap hari jutaan saham, komunitas dan lingkungan
manusia melakukan kegiatan bisnis dalam segala aspek operasional
sebagai produsen, perantara maupun perusahaan. Untuk itu sangat
sebagai konsumen. diperlukan aturan-aturan dan nilai-
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. nilai yang mengatur kegiatan bisnis
Hal-hal yang terjadi dalam kegiatan ini tersebut agar tidak ada pihak-pihak
adalah tukar menukar, jual beli, yang dirugikan dan dieksploitasi baik
memproduksi-memasarkan, bekerja- pihak konsumen, karyawan maupun
memperkerjakan, serta interaksi siapa saja yang ikut terlibat dalam
manusiawi lainnya, dengan tujuan kegiatan bisnis tersebut.
memperoleh keuntungan (Bertens,

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 1


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

Kenyataan yang kita hadapi munculnya kepemimpinan alternative


sekarang di masyarakat adalah perilaku dari tengah. Keempat, banyaknya
yang menyimpang dari ajaran agama, penerapan spritualisme dalam dunia
merosotnya nilai etika dalam bisnis. Kelima, meningkatnya
bisnis.Bagi kalangan ini bisnis adalah konsumen yang memutuskan
kegiatan manusia yang bertujuan perilakunya berdasarkan sistem nilai.
mencari laba semata-mata. Bisnis telah Keenam, munculnya gelombang
ada dalam sistem dan struktur dunianya pemecahan masalah berdasarkan
yang “baku” untuk mencari pemenuhan kesadaran. Ketujuh, munculnya
hidup sehingga bisnis tidak seiring ledakan investasi dalam berbagai
dengan etika (Fauroni, 2003 : 92). Hal bidang bisnis yang memiliki etika dan
inilah yang oleh George (1986 : 5) tanggung jawab sosial. Prinsip “supply
melahirkan mitos bisnis amoral. creates its own demand” harus segera
Bahwa bisnis adalah bisnis, antara diimbangi dengan prinsip pelayanan
bisnis dan moralitas tidak ada kaitan yang berlandaskan pada nilai etika.
apa-apa. Mitos bisnis amoral Hal ini juga dinyatakan oleh
menganggap bahwa bisnis merupakan Fauroni (2003 : 92) bahwa etika bisnis
kegiatan tak terpuji dan karenanya merupakan keharusan. Etika dapat
harus dihindari, mitos bisnis pengejar menyatu dengan dunia bisnis. Tanpa
maksimalisasi keuntungan; bahwa etika, dunia bisnis akan menjadi sebuah
bisnis hanyalah kegiatan yang struktur kehidupan yang tersendiri dan
berhubungan dengan keuntungan- menjadi dunia yang “hitam”. Bisnis
keuntungan semata dan mitos bisnis modern saat ini adalah bisnis yang
sebagai permainan; bahwa bisnis diwarnai dengan persaingan yang ketat.
merupakan arena kompetisi atau Dalam konteks bisnis yang kompetitif,
permainan judi dengan kemenangan setiap perusahaan berusaha untuk
menjadi tujuan utama. Dengan mitos unggul berdasarkan kekuatan
tersebut, citra buruk bisnis seakan objektifnya. Kekuatan objektif itu
mendapat legitimasi. Berbagai bentuk mencakup dua hal pokok yaitu modal
kecurangan terjadi dalam bisnis seperti dan tenaga kerja (Keraf, 1998 : 6).
rendahnya solidaritas, tanggung jawab Modal yang besar saja tidak cukup
sosial dan tingkat kejujuran, saling memadai, kebutuhan akan tenaga
curiga, persaingan tidak sehat, professional juga tidak kalah penting
penunggakan utang, sogok menyogok, karena tenaga professional akan
komersialisasi birokrasi bahkan menentukan kekuatan manajemen dan
memotong relasi saingan untuk profesionalisme suatu perusahaan.
mematikan usaha saingan (Alma & Namun tenaga yang professional tidak
Donni, 2009 : 199). hanya didasarkan pada keahlian dan
Beberapa tahun terakhir ada keterampilannya saja. Hal yang tidak
perkembangan menarik berkaitan kalah penting adalah komitmen moral
dengan bisnis, Patricia Aburdence mereka: disiplin, loyalitas, kerja sama,
dalam Megatrend 2010 menyatakan integritas pribadi, tanggung jawab,
terdapat tujuh megatrend yang akan kejujuran, perlakuan yang manusiawi
mewarnai dunia bisnis modern, yaitu : dan sebagainya.Selain itu hal yang juga
pertama, muncul dan meningkatnya penting dalam persaingan bisnis adalah
kekuatan spiritual. Kedua, munculnya pelayanan terhadap konsumen. Hanya
fajar baru conscious capitalism. Ketiga, perusahaan yang mampu memberikan

2 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

pelayanan terbaik kepada konsumen “Muhammad did his dealing honestly


yang akan sukses. Bentuk pelayanan and fairly and never gave his
terhadap konsumen antara lain adalah costumers to complain. He always kept
mempertahankan mutu barang dan jasa, his promise and delivered on time the
permintaan konsumen dengan harga goods of quality mutually agreed
yang tepat, tidak membohongi between the parties. He always showed
konsumen, dan sebagainya. a great sense of responsibility and
Inilah yang dikatakan Bertens integrity in dealing wtih other people”.
(2000 : 17) bahwa bisnis harus Bahkan dia mengatakan : “his
berlangsung sebagai komunikasi sosial reputations as an honest and truthful
yang menguntungkan bagi pihak-pihak trader wass well established while he
yang terlibat di dalamnya. Hal ini was stillin his early youth.
berarti bahwa pencarian keuntungan
dalam bisnis tidak bersifat sepihak, Dasar-dasar etika dan manajemen
tetapi diadakan dalam interaksi antara bisnis yang dilakukan oleh Rasulullah
pemilik perusahaan dengan karyawan, SAW ini telah mendapat legitimasi
relasi bisnis, konsumen dan keagamaan setelah beliau diangkat
sebagainya. Jadi etika bisnis dianggap menjadi Nabi. Prinsip-prinsip etika
memiliki peran yang penting dalam bisnis yang diwariskan semakin
mewujudkan tujuan perusahaan untuk mendapat pembenaran akademis di
memperoleh keuntungan di dalam penghujung abad ke-20 atau awal abad
dunia bisnis yang kompetitif. Keraf ke-21. Prinsip bisnis modern, seperti
(1998 : 5) menyatakan bahwa hanya tujuan pelanggan dan kepuasan
perusahaan yang mampu melayani konsumen (costumer satisfication),
kepentingan semua pihak yang pelayanan yang unggul (service
berbisnis dengannya yang akan sukses. excellent), kompetensi, efisiensi,
Karena itu, berbisnis secara baik dan transparansi, persaingan yang sehat dan
etis memang menjadi sebuah tuntutan kompetitif, semuanya telah menjadi
dari setiap perusahaan yang ingin gambaran pribadi dan etika bisnis
membangun dinasti bisnis yang sukses Muhammad SAW sejak beliau masih
dan bertahan lama. muda (Gitosardjono, 2009 : 43-44).
Kesadaran bahwa bisnis harus
dilandasi dengan etika juga mulai
disadari oleh para pengusaha Muslim. PEMBAHASAN
Apalagi di dalam ajaran Islam memang Konsep Bisnis Dalam Islam
telah memberikan tuntunan bagaimana Bisnis merupakan suatu istilah
berbisnis yang sesuai dengan norma- untuk menjelaskan segala aktivitas
norma ajaran Islam sebagaimana yang berbagai institusi dari yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW menghasilkan barang dan jasa yang
yang merupakan pebisnis ulung dengan perlu untuk kehidupan masyarakat
berbagai keutamaan sifat Beliau. sehari-hari (Manullang, 2002 : 8).
Bagaimana Rasullullah SAW Secara umum bisnis diartikan sebagai
mengelola bisnisnya digambarkan oleh suatu kegiatan yang dilakukan oleh
Afzalur Rahman (1997) sebagai berikut manusia untuk memperoleh pendapatan
: atau penghasilan atau rizki dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan
keinginan hidupnya dengan cara

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 35


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

mengelola sumber daya ekonomi ¸ &


˚ iw´ ˚g
e˚ ›´e £ ,fi⁄˚ Ớ , ˚ ´
´ ´ ´ ˚
secara efektif dan efisien. Adapun ˚ ´ ´
sektor-sektor ekonomi bisnis tersebut
meliputi sektor pertanian, sektor Q¸ẽ ¸ ˚h › ´ ¸s¸’›´że¸ ´ ?
˚,¸ ˚ ’˚p
e ´
industri, jasa, dan perdagangan Dialah yang menjadikan bumi ini
(Muslich, 2004 : 46). mudah bagi kamu, maka berjalanlah
Lebih khusus Skinner di segala penjurunya dan makanlah
mendefinisikan bisnis sebagai sebagian dari rizki Nya...
pertukaran barang, jasa, atau uang yang
saling menguntungkan atau memberi Begitu juga Allah katakan dalam
manfaat. Menurut Anoraga dan QS. Al A'raaf ayat 10 :
Soegiastuti, bisnis memiliki makna
dasar sebagai ”the buying and selling › ´ ş¸e ,˚ ˚ ´ ,˚ Ớ ?¸ ,˚ ’˚ z˚ ã´´ p
´
of goods and services”. Adapun dalam
›´żh˚⁄´ ´ p´ g¸ › ż e´ ¸!›⁄ e
pandangan Straub dan Attner, bisnis ´´

´
tak lain adalah suatu organisasi yang Sesungguhnya kami telah
menjalankan aktivitas produksi dan menempatkan kamu sekalian di bumi
penjualan barang-barang dan jasa-jasa dan kami adakan bagimu di muka
yang diinginkan oleh konsumen untuk bumi itu (sumber-sumber)
memperoleh profit (Yusanto dan penghidupan...
Karebet, 2002 : 15).
Adapun dalam Islam bisnis dapat Di samping anjuran untuk
dipahami sebagai serangkaian aktivitas mencari rizki, Islam sangat
bisnis dalam berbagai bentuknya yang menekankan (mewajibkan) aspek
tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kehalalannya, baik dari sisi perolehan
kepemilikan hartanya (barang/jasa) maupun pendayagunaannya
termasuk profitnya, namun dibatasi (pengelolaan dan pembelanjaan).
dalam cara perolehan
pendayagunaan hartanya (ada aturan
dan ‡´ ´íw˚ ˚! U u´ ¸ e´ ›´şã¸ ˚ ç´ ˚´.! z„ s˚c´ ›e
halal dan haram) (Yusanto dan ´ z´ ´ẽ ‡˚p˚ ˚ .´:£
¸ ¸
˚ c´ p´ ˚o›´ż.˚e´¦ › ´ ş˚ e o ¸ ˚ ˚c ˚ c „s
Karebet, 2002 : 18).
´!,˚´¦ ˚ c
¸¸ ¸ ¸ ¸
Pengertian di atas dapat
˚o ´¸ ´ ´¦ ´ ˚!¦ Q ›e´ ˚ c´ p´ ˚o9´ ˚!¦ › ´ ş˚ e o z
dijelaskan bahwa Islam mewajibkan w´ ´
setiap muslim, khususnya yang ˚e
Q¸¸! fi´ i´ ›e´ Q¸ ¸ h˚c¸ ˚ c´ p´ ˚Qã´ a´ .˚ ¦ ›
¸c ¸
memiliki tanggungan untuk bekerja.
´ ´ ş˚ ep´
pokok yang memungkinkan manusia memiliki
Bekerja merupakan salah satu sebab harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia
36 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

berusaha mencari nafkah, Allah Swt Kedua telapak kaki seorang anak
melapangkan bumi serta menyediakan Adam di hari kiamat masih belum
berbagai fasilitas yang dapat beranjak sebelum ditanya kepadanya
dimanfaatkan untuk mencari rizki. mengenai empat perkara; tentang
Sebagaimana dikatakan dalam firman umurnya, apa yang dilakukannya;
Allah QS. Al Mulk ayat 15 : tentang masa mudanya, apa yang
dilakukannya; tentang hartanya, dari
mana dia peroleh dan untuk apa dia
belanjakan; dan tentang ilmunya, apa
yang dia kerjakan dengan ilmunya itu
(HR. Ahmad).
Di samping hadits di atas, Allah
menyatakan dengan tegas

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 37


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

menganjurkan mengenai kehalalan bukanlah tujuan. Dengan hidup hemat


rizki dan bagaimana maka terjadilah akumulasi modal
membelanjakannya sebagaimana dalam menuju kapitalisme.
QS. Al An'aam ayat 141 : Lebih jauh Nurcholis Majid
.½´ ¸e ¸ w˚ ˚ ˚ c¸ ˚ £ mengkritik Weber yang sangat
mengagung-agungkan paham Protestan
˚Q ¸¦ ˚e ¸ w˚ ˚: £p´
ini. Weber juga telah mempelajari
berbagai agama lain, namun Islam
Dan janganlah kalian berbuat israf hanya dipelajari sedikit dengan tujuan
(menafkahkan harta di jalan untuk membenarkan tesisnya bahwa
kemaksiatan), sesungguhnya Allah agama Protestan ini lebih unggul.
tidak menyukai orang-orang yang Dalam kenyataan muncul bantahan
berbuat israf. terhadap teorinya berdasarkan fakta di
lapangan yaitu beberapa negara lain
Prinsip-Prinsip Bisnis dalam Islam yang bukan Protestan, seperti Khatolik
Prinsip-prinsip etika bisnis yang di Perancis dan Italia juga mengalami
berlaku dalam kegiatan bisnis yang kemajuan, begitu juga Jepang dan
baik sesungguhnya tidak bisa Korea yang menganut Shinto-Buddhis
dilepaskan dari kehidupan kita sebagai mengalami kemajuan pesat yang
manusia, hal ini berarti bahwa prinsip- kemudian disusul oleh kemajuan
prinsip etika bisnis terkait erat dengan negara lain yang menganut
sistem nilai yang dianut oleh masing- Konfusianisme (Alma & Donni, 2009 :
masing masyarakat (Keraf, 1998 : 73). 205).
Prinsip-prinsip etika bisnis yang Islam sebagai agama yang besar
berlaku di China akan sangat dan diyakini paling sempurna telah
dipengaruhi oleh sistem nilai mengajarkan konsep-konsep unggul
masyarakat China, sistem nilai lebih dulu dari Protestan, akan tetapi
masyarakat Eropa akan mempengaruhi para pengikutnya kurang
prinsip-prinsip bisnis yang berlaku di memperhatikan dan tidak
Eropa. melaksanakan ajaran- ajaran Islam
Dalam hal ini ternyata sistem sebagaimana mestinya. Umat Islam
nilai yang berasal dari agama seharusnya dapat menggali inner
memberikan pengaruh yang dominan dynamics sistem etika yang berakar
terhadap prinsip-prinsip etika bisnis dalam pola keyakinan yang dominan.
pemeluknya. Hal ini telah dibuktikan Karena ternyata banyak prinsip bisnis
oleh Max Weber dengan Protestant modern yang dipraktekkan perusahaan-
Ethics nya yang membawa kemajuan perusahaan besar dunia sebenarnya
pesat dalam pembangunan di Eropa. telah diajarkan oleh Nabi muhammad
Sebagaimana yang dijelaskan oleh SAW. Perusahaan-perusahaan besar
Nurcholis Majid dalam Alma dan dunia telah menyadari perlunya
Donni (2009 : 204) bahwa tesis Max prinsip-prinsip bisnis yang lebih
Weber tentang Etika Protestan manusiawi seperti yang diajarkan oleh
mengatakan kemajuan ekonomi Eropa ajaran Islam, yang dicontohkan oleh
Barat adalah berkat ajaran asketisme Rasulullah SAW, yaitu:
(zuhud) dalam ajaran Calvin. Kaum
Calvinis menerima panggilan Ilahi
untuk bekerja keras dan tetap berhemat
terhadap harta yang berhasil
dikumpulkan, karena hidup mewah

38 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

1. Customer Oriented 2. Transparansi


Dalam bisnis, Rasulullah selalu Prinsip kejujuran dan
menerapkan prinsip customer oriented, keterbukaan dalam bisnis merupakan
yaitu prinsip bisnis yang selalu kunci keberhasilan. Apapun bentuknya,
menjaga kepuasan pelanggan (Afzalur kejujuran tetap menjadi prinsip utama
Rahman, 1996 :19). Untuk melakukan sampai saat ini. Transparansi terhadap
prinsip tersebut Rasulullah menerapkan kosumen adalah ketika seorang
kejujuran, keadilan, serta amanah produsen terbuka mengenai mutu,
dalam melaksanakan kontrak bisnis. kuantitas, komposisi, unsur-unsur
Jika terjadi perbedaan pandangan maka kimia dan lain-lain agar tidak
diselesaikan dengan damai dan adil membahayakan dan merugikan
tanpa ada unsur-unsur penipuan yang konsumen.
dapat merugikan salah satu pihak. Prinsip kejujuran dan
Dampak dari prinsip yang keterbukaan ini juga berlaku terhadap
diterapkan, para pelanggan Rasulullah mitra kerja. Seorang yang diberi
SAW tidak pernah merasa dirugikan. amanat untuk mengerjakan sesuatu
Tidak ada keluhan tentang janji-janji harus membeberkan hasil kerjanya dan
yang diucapkan, karena barang-barang tidak menyembunyikannya.
yang disepakati dalam kontrak tidak Transparansi baik dalam laporan
ada yang dimanipulasi atau dikurangi. keuangan, mapuun laporan lain yang
Untuk memuaskan pelanggan ada relevan.
beberapa hal yang selalu Nabi
perintahkan. Beberapa hal tersebut 3. Persaingan yang Sehat
antara lain, adil dalam menimbang, Islam melarang persaingan bebas
menunjukkan cacat barang yang yang menghalalkan segala cara karena
diperjual belikan, menjauhi sumpah bertentangan dengan prinsip-prinsip
dalam jual beli dan tidak muamalah Islam. Islam memerintahkan
mempraktekkan apa yang disebut umatnya untuk berlomba-lomba dalam
dengan bai’ Najasy yaitu memuji dan kebaikan, yang berarti bahwa
mengemukakan keunggulan barang persaingan tidak lagi berarti sebagai
padahal mutunya tidak sebaik yang usaha mematikan pesaing lainnya,
dipromosikan, hal ini juga berarti tetapi dilakukan untuk memberikan
membohongi pembeli. sesuatu yang terbaik bagi usahanya.
Selain itu prinsip customer Rasululllah SAW memberikan
oriented juga memberikan kebolehan contoh bagaimana bersaing dengan
kepada konsumen atas hak Khiyar baik dengan memberikan pelayanan
(meneruskan atau membatalkan sebaik-baiknya dan jujur dengan
transaksi) jika ada indikasi penipuan kondisi barang dagangan serta
atau merasa dirugikan (A.W. Muslich, melarang kolusi dalam persaingan
2010 : 215). Konsep Khiyar ini dapat bisnis karena merupakan perbuatan
menjadi faktor untuk menguatkan dosa yang harus dijauhi. Sebagaimana
posisi konsumen di mata produsen, disebutkan dalam QS. Al Baqarah ayat
sehingga produsen atau perusahaan 188 :
manapun tidak dapat berbuat semena-
mena terhadap pelanggannya.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 39


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

˚ fi¸ b¸ ›´s˚ ›¸! ,˚ ˚ ´ż.ş˚´.! ,˚ ˚ ´ adalah memberikan upah yang adil


bagi karyawan, tidak
z˚˚:p
´ e˚´¦ ˚h’˚ ˚í´: £p´
´¸
‡e ´¦ ¸ ‡ ¸¦
˚z¸ e 縛›ã˝ ! ’¸ ´e ˚h’˚ ˚í › ´ø¸
mengekploitasinya dan menjaga hak-
´˚ haknya.
´ ˚ ˚ ´
Dalam pemberian upah, Nabi
i´ ˚ ´h⁄˚ .´: ,˚ ˚z.˚ ´¦p´ Muhammad SAW telah
=¸˚ ›¸! ,¸ › ż mengajarkannya dengan cara yang
Dan janganlah sebahagian kamu sangat baik yaitu memberikan upah
memakan harta sebahagian yang lain kepada pekerja sebelum kering
di antara kamu dengan jalan yang keringatnya (HR. Ibnu Majah dari
batil dan (janganlah) kamu membawa Umar).
(urusan) harta itu kepada hakim, Selain itu bentuk keadilan dalam
supaya kamu dapat memakan berbisnis adalah memberi tenggang
sebahagian daripada harta benda waktu apabila pengutang (kreditor)
orang lain itu dengan (jalan berbuat) belum mampu membayar. Hal ini
dosa, padahal kamu mengetahui. dicontohkan Rasulullah SAW dalam
Juga disebutkan dalam hadits hadits Beliau :
Rasulullah SAW berikut ini :
d. !¸ ‡& ˚ ˚:~¸˚´¦,´ ‡c´ ´›ẽ : ‡´ ´›ẽ õ ¸ ¸ ¸ ¸ ¸
´˚ ´ ˚ ˚ ´ ˚ ż˚.˚şh˚.´e – Q h > ˚Q h ˚Q h ˚! i˚
´¦ u´ ´¦ ˚ e´
˛´hc´ ¸d ˚ ´ż⁄˚ ´ : ,´ h~´ p´ Q¸ ş˚ ¸
˚Q´ s˚ ´ ´ş p˚´¦
´hc´ ˚d ˛ ha´ ¸
˝ w ⁄ ˚ e˚
menjaga agar hak orang lain tidak
zg¦ o p,),¸ ˚ ˚’˚ ?¸ w¸ ´: ˚ terganggu selalu ditekankan dalam
¸ menjaga hubungan antara yang satu
˚ ˚ p´ dengan yang lain sebagai bentuk dari
keadilan.
( eW p ›p › !¦p Keadilan kepada konsumen
Dari Abu Hurairah berkata, dengan tidak melakukan penipuan dan
Rasulullah SAW bersabda: Laknat menyebabkan kerugian bagi konsumen.
Allah terhadap penyuap dan Wujud dari keadilan bagi karyawan
penerima suap di dalam hukum. (HR.
Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmizi).

4. Fairness
Terwujudnya keadilan adalah
misi diutusnya para Rasul. Setiap
bentuk ketidakadilan harus lenyap dari
muka bumi. Oleh karena itu, Nabi
Muhammad SAW selalu tegas dalam
menegakkan keadilan termasuk
keadilan dalam berbisnis. Saling
40 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

Barangsiapa yang ingin dinaungi


Allah dengan naungan-Nya (pada
hari kiamat), maka hendaklah ia
menangguhkan waktu pelunasan
hutang bagi orang yang sedang
kesulitan, atau hendaklah ia
menggugurkan hutangnya. (HR.
Ibnu Majah).

Selain itu bentuk keadilan


dalam bisnis adalah bahwa bisnis
yang dilaksanakan bersih dari unsur
riba karena riba mengakibatkan
eksploitasi dari yang kaya kepada
yang miskin. Oleh karena itu Allah
dan RasulNya mengumumkan
perang terhadap riba. Larangan riba
ini disebutkan dalam QS. Al
Baqarah ayat 278 ;
㸴! ›e´ p,˚ i´ p´ ´Q h ã˚ . : ˚że´
´ ¸ › .!´¦ › !
´! ´ ´
½´ ¸że¸ ˚ e˚ ,˚ ˚zż˚’˚ i˚ ¸¦ ›´! ´ e ¸
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa riba (yang
belum

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 41


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

dipungut) jika kamu orang-orang yang penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
beriman.
Landasan Normatif Etika Bisnis dalam Islam
Juga di dalam ayat 275 QS.Al Landasan normatif etika bisnis dalam
Baqarah berikut : Islam bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah Nabi
› ´ ’´ £¸¦ i´ e˚ ã˚ ´.! £ ›´! i´
Muhammad SAW. Dalam konteks ini dapat
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu;
˚h’˚ ˚í´! ´ ! ¸
¸
´ ˚ ´¸ e i˚ ›´bş˚w ˚Q˚b sż´
´z´.! ç˚ ã˚ ´.!
fi u´ ´¦p´ ›´! fi˚ ˚ e¸ s˚ ş˚.´s˚ ›´i ¸¦
˚ ›´ẽ ,˚ ˚ . ´í¸! ´ ¸ i´
¸ ¸
˚ e ˚ ´ c ˚ e´ ˚o´›› ´ ˚ ´ ´e ›´!
ç´ u´ p´ s´ ş˚.´s˚ ˚Q h
Q¸ h ‡´ ¸¦ ˚o ˚ e˚´¦p´ ´ ´h~´ ›e´
¸
˚Q´h.´e ˛ ´ .´z.˚ ›´e Q !,´
› ´ ş¸e ,˚ &˚ ,¸ › ż ˚ ›~´ a˚ ´¦ ´
¸ ´ p˚í´e › ›c
´ ´ ˚ e´ p´
i´ pz˚ ¸
› ´
Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-

42 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

landasan tauhid,landasan karena itu, sikap ini akan terefleksikan


keseimbangan, landasan dalam seluruh sikap hidup dalam
kehendak bebas, dan berbagai dimensinya termasuk aktivitas
landasan bisnis (QS. Al An'aam ayat 163).
pertanggungjawaban Ketiga, menimbun kekayaan atau
(Muslich, 2010 : 27). serakah, karena hakikatnya kekayaan
merupakan amanah Allah (QS. Al
1. Tauhid (Kesatuan) Kahfi ayat 46).
Tauhid merupakan
konsep serba eksklusif dan
serba inklusif. Pada tingkat
absolut ia membedakan khalik
dengan makhluk, memerlukan
penyerahan tanpa syarat
kepada kehendak-Nya, tetapi
pada eksistensi manusia
memberikan suatu prinsip
perpaduan yang kuat sebab
seluruh umat manusia
dipersatukan dalam ketaatan
kepada Allah semata. Konsep
tauhid merupakan dimensi
vertikal Islam sekaligus
horizontal yang memadukan
segi politik, sosial ekonomi
kehidupan manusia menjadi
kebulatan yang homogen
yang konsisten dari dalam dan
luas sekaligus terpadu dengan
alam luas (Naqvi, 1993
: 50-51).
Dari konsepsi ini, maka
Islam menawarkan
keterpaduan agama, ekonomi,
dan sosial demi membentuk
kesatuan. Atas dasar
pandangan ini maka
pengusaha muslim dalam
melakukan aktivitas maupun
entitas bisnisnya tidak akan
melakukan paling tidak tiga
hal (Beekun, 1997 : 20-23):
Pertama, diskriminasi
terhadap pekerja, penjual,
pembeli, mitra kerja atas
dasar pertimbangan ras, warna
kulit, jenis kelamin atau
agama (QS. Al Hujurat ayat
13). Kedua, Allah lah
semestinya yang paling
ditakuti dan dicintai. Oleh
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 43
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

2. Keseimbangan (Keadilan) i´ p ˚.˚zã˚ .´! ˚‡´p´ ã˚ a´ .˚ ´¦ ´i¸¦ ´ !


›’´ ˚e ¸ w˚ ˚! ˚‡´ ¸ p
´

Ajaran Islam berorientasi pada ¸
terciptanya karakter manusia yang Q¸ h s´ e´ i´ p ´ ! ›e˝ ´ .´ẽ ´ ¸ i´
´
cz
˚ ˚´ ! £ ½´ ˚ ´.!
¸
˚Q h ç´ ½ ´ i´ ˚h.˚zã˚ . ´ ´ ›˝Ø´ ¦
memiliki sikap dan prilaku yang
seimbang dan adil dalam konteks
u´¸ ¸ a˚ . ż ´! £p´
hubungan antara manusia dengan diri
i . ¸
sendiri, dengan orang lain (masyarakat) ´ h˚. fi˚ ⁄ ˚ ´ ˚ ˚ ´’˚ › !
i a˚ . ! e p ! £p £¸¦
´!
dan dengan lingkungan (Muslich, 2010
: 24). ´ ´ ´´´ ´
´
´ ›e˝›´fi´¦
Keseimbangan ini sangat Dan orang-orang yang apabila
ditekankan oleh Allah dengan membelanjakan (harta), mereka tidak
menyebut umat Islam sebagai ummatan berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir,
wasathan.Ummatan wasathan adalah dan adalah (pembelanjaan itu) di
umat yang memiliki kebersamaan, tengah-tengah antara yang demikian.
kedinamisan dalam gerak, arah dan Dan orang-orang yang tidak
tujuannya serta memiliki aturan-aturan menyembah tuhan yang lain beserta
kolektif yang berfungsi sebagai Allah dan tidak membunuh jiwa yang
penengah atau pembenar. Dengan diharamkan Allah (membunuhnya)
demikian keseimbangan, kebersamaan, kecuali dengan (alasan) yang benar,
kemoderenan merupakan prinsip etis dan tidak berzina, barang siapa yang
mendasar yang harus diterapkan dalam melakukan demikian itu, niscaya dia
aktivitas maupun entitas bisnis mendapat (pembalasan) dosa (nya).
(Muhammad dan Fauroni, 2002 : 13).
Dalam al-Qur'an dijelaskan Selain itu juga masih dalam QS.
bahwa pembelanjaan harta benda harus Al Furqan ayat 72-73 :
dilakukan dalam kebaikan atau jalan ¸ ż˚ h ›¸! p e´ i´ ¸¦p´ ,´p i´ pz˚
Allah dan tidak pada sesuatu yang ¸
dapat membinasakan diri (QS. Al ´ w˚ ´! £ ´ ! p´
¸ ¸ ¸ ¸ ¸
˚‡´ ,˚ ø ,´ ĩ ›´!ĩ ! p ˚’ ˚i i´ ¦ ´ !
p´ ›e˝ ´¸’ p e´ ¸´
Baqarah ayat 195). Harus ˝ ˚´
menyempurnakan takaran dan kemusyrikan, tidak membunuh jiwa yang
timbangan dengan neraca yang benar diharamkan, tidak berzina, tidak
(QS. Al Israa' ayat 35). Dijelaskan juga memberikan kesaksian palsu, tidak tuli dan
bahwa ciri-ciri orang yang mendapat tidak buta terhadap ayat-ayat Allah.
kemuliaan dalam pandangan Allah Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al
adalah mereka yang membelanjakan Furqan ayat 67-68:
harta bendanya tidak secara berlebihan
dan tidak pula kikir, tidak melakukan
44 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

› ›´ş ˚ cp´ › a˚ ›
´ .ş˚´hc p z
Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan
apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan
dirinya.Dan orang-orang yang
apabila diberi peringatan dengan
ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka
tidaklah
menghadapinya sebagai orang-
orang yang tuli dan buta.
Keseimbangan ekonomi akan
dapat terwujud apabilamemenuhi
syarat-syarat berikut. Pertama,

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 45


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

produksi, konsumsi dan distribusi harus Secara Islami dua pilihan yang
berhenti pada titik keseimbangan diniatkan dan berkonsekuensi tersebut
tertentu demi menghindari pemusatan sebagai suatu pilihan di mana di satu
kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam pihak mengandung pahala yang
genggaman segelintir orang. Kedua, berguna bagi diri sendiri maupun
Setiap kebahagiaan individu harus masyarakat dan di lain pihak
mempunyai nilai yang sama dipandang mengandung dosa yang berpengaruh
dari sudut sosial, karena manusia buruk bagi diri sendiri maupun bagi
adalah makhluk teomorfis yang harus orang banyak (Muslich, 2010 : 42).
memenuhi ketentuan keseimbangan Sebagaimana disebutkan dalam QS. An
nilai yang sama antara nilai sosial Nisa ayat 85 :
marginal dan individual dalam
¸
masyarakat. Ketiga, tidak mengakui ˚ ş ´ ˚Q´ ˚ ˚ ´! ˝ ´żw´ u´ ˝ c
hak milik yang tak terbatas dan pasar
bebas yang tak terkendali (Naqvi,
´ ›a´ ´ s˚ a´ w˚ ´! ˚ e´
1993 : 99). fi˚ a˚ ¸’ ˚Q´ ˚ ˚ ´! ˝ ´ ş~´ ˝ c´ ›a´ ´
3. Kehendak Bebas
s˚ a´ w˚ ´! ˚ e´p´ › ´ .ż˚e¸
Manusia sebagai khalifah di
muka bumi sampai batas-batas tertentu ›˝zşã¸ e˚ ›„ ˚ ´ fi ’˚ ˛´hc´ ˚Q h i´
mempunyai kehendak bebas untuk
mengarahkan kehidupannya kepada ›’´p´ › ´ .ż˚e¸
tujuan yang akan dicapainya. Manusia Barang siapa yang memberikan hasil
dianugerahi kehendak bebas (free will) yang baik, niscaya ia akan memperoleh
untuk membimbing kehidupannya bagian (pahala) darinya. Dan barang
sebagai khalifah. Berdasarkan aksioma siapa yang memberikan hasil yang
kehendak bebas ini, dalam bisnis buruk, niscaya ia akan memikul bagian
manusia mempunyai kebebasan untuk (dosa) daripadanya. Allah Maha
membuat suatu perjanjian atau tidak, Kuasa atas segala sesuatu.
melaksanakan bentuk aktivitas bisnis Juga QS. Al Kahfi ayat 29 :
tertentu, berkreasi mengembangkan
¸
potensi bisnis yang ada (Beekun,1997 : ˚ e´p´ ˚ e ˚ .˚şh˚.´e ´›› ´ ˚ ´ ´e ,˚
24).
Dalam mengembangkan kreasi ˚ !,´ ˚ e¸ ´’˚ fi¸ ˚ẽp´ b´ ›u´ ´¦
terhadap pilihan-pilihan, ada dua
,˝ ›´ ½´ ¸ ¸ › h¸ ›´ z˚ zc ´¦ › ¸¦
konsekuensi yang melekat. Di satu sisi ´ ˚
˚a˚ ˚ ´şh˚.´e ´›› ´
ada niat dan konsekuensi buruk yang
dapat dilakukan dan diraih, tetapi di
›„ ›´c¸ ˚fi›´ż˚.! ˚ ş¸ż´zw˚ ´! i˚ ¸¦p´
sisi lain ada niat dan konsekuensi baik
yang dapat dilakukan dan diraih.
Terdapat konsekuensi baik dan buruk
oleh manusia yang diberi kebebasan
› ´ .˚ẽ›¸ ´~˚
untuk memilih tentu sudah harus
diketahui sebelumnya sebagai suatu
,˚ ¸ø¸
risiko dan manfaat yang bakal
¸! o
diterimanya. ˚ ´w ´ ˚ ´ ˚ ˚˚
¸ w˚ ! fi¸ ˚ ˚ ›’´
´ ˚
›ã˝ a´ .´: ˚e˚ ĩ˚ ´››~´ p´
46 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

Katakanlah bahwa kebenaran itu


datangnya dari Tuhan Mu.
Maka barang siapa yang
ingin (beriman), hendaknya
beriman, dan barang siapa
yang ingin (kafir) biarlah ia
kafir. Sesungguhnya kami
telah menyediakan bagi
orang-orang yang zalim
neraka yang gejolaknya
mengepung mereka.
4. Pertanggungjawaban
Segala kebebasan dalam
melakukan bisnis oleh
manusia tidak lepas dari
pertanggungjawaban yang

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 47


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

harus diberikan atas aktivitas yang pinjaman modal harus dihitung


dilakukan Sesuai dengan apa yang ada berdasarkan pengertian yang tegas
dalam al-Qur'an surah Al Mudatsir bahwa besarnya tidak dapat diramalkan
ayat 38 : dengan probabilitas nol dan tak dapat

˚ ´żş&¸,´ ´ĩ˚ ´sw’´ ›´c¸


lebih dahulu ditetapkan (seperti sistem
bunga). Ketiga, Islam melarang semua
„ a˚ ´. fi ’˚ transaksi alegotoris yang dicontohkan
dengan istilah gharar (Naqvi,1993 :
”Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas 103).
apa yang telah diperbuatnya”

Kebebasan yang dimiliki


Orientasi Bisnis dalam Islam
manusia dalam menggunakan potensi
Bisnis dalam Islam bertujuan
sumber daya mesti memiliki batas-
untuk mencapai empat hal utama: (1)
batas tertentu, dan tidak digunakan
target hasil: profit-materi dan benefit-
sebebas-bebasnya, melainkan dibatasi
nonmateri, (2) pertumbuhan, (3)
oleh koridor hukum, norma dan etika
keberlangsungan, (4) keberkahan
yang tertuang dalam al-Qur'an dan
(Yusanto dan Karebet,2002 : 18).
Sunnah rasul yang harus dipatuhi dan
Target hasil: profit-materi dan
dijadikan referensi atau acuan dan
benefit-nonmateri. Tujuan bisnis harus
landasan dalam menggunakan potensi
tidak hanya untuk mencari profit
sumber daya yang dikuasai.
(qimah madiyah atau nilai materi)
Tidak kemudian digunakan untuk
setinggi-tingginya, tetapi juga harus
melakukan kegiatan bisnis yang
dapat memperoleh dan memberikan
terlarang atau yang diharamkan, seperti
benefit (keuntungan atau manfaat)
judi, kegiatan produksi yang terlarang
nonmateri kepada internal organisasi
atau yang diharamkan, melakukan
perusahaan dan eksternal (lingkungan),
kegiatan riba dan lain sebagainya.
seperti terciptanya suasana
Apabila digunakan untuk
persaudaraan, kepedulian sosial dan
melakukan kegiatan bisnis yang jelas-
sebagainya.
jelas halal, maka cara pengelolaan yang
Benefit, yang dimaksudkan
dilakukan harus juga dilakukan dengan
tidaklah semata memberikan manfaat
cara-cara yang benar, adil dan
kebendaan, tetapi juga dapat bersifat
mendatangkan manfaat optimal bagi
nonmateri. Islam memandang bahwa
semua komponen masyarakat yang
tujuan suatu amal perbuatan tidak
secara kontributif ikut mendukung dan
hanya berorientasi pada qimah
terlibat dalam kegiatan bisnis yang
madiyah. Masih ada tiga orientasi
dilakukan (Muslich, 2010 : 43).
lainnya, yakni qimah insaniyah, qimah
Pertanggungjawaban ini secara
khuluqiyah, dan qimah ruhiyah.
mendasar akan mengubah perhitungan
Dengan qimah insaniyah, berarti
ekonomi dan bisnis karena segala
pengelola berusaha memberikan
sesuatunya harus mengacu pada
manfaat yang bersifat kemanusiaan
keadilan. Hal ini diimplementasikan
melalui kesempatan kerja, bantuan
paling tidak pada tiga hal, yaitu:
sosial (sedekah), dan bantuan lainnya.
Pertama, dalam menghitung margin,
Qimah khuluqiyah, mengandung
keuntungan nilai upah harus dikaitkan
pengertian bahwa nilai-nilai akhlak
dengan upah minimum yang secara
mulia menjadi suatu kemestian yang
sosial dapat diterima oleh masyarakat.
Kedua, economic return bagi pemberi

48 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

harus muncul dalam setiap aktivitas Gambar berikut adalah Anatomi


bisnis sehingga tercipta hubungan Sistemik Bisnis dalam Islam:
persaudaraan yang Islami, bukan
sekedar hubungan fungsional atau INPUT:
profesional. Sementara itu qimah PROSES:
ruhiyah berarti aktivitas dijadikan  .Entrepreneurship Manajemen Strategi Operasi/ Produksi SDM
(motivasi-sikap Keuangan
sebagai media untuk mendekatkan diri mental).
kepada Allah Swt (Yusanto dan  Keahlian
Karebet, 2002 : 19).  SDM
Pertumbuhan, jika profit materi  Sumber Daya
dan profit non materi telah diraih,  Modal
perusahaan harus berupaya menjaga OUTPUT:
pertumbuhan agar selalu meningkat. Profit
Upaya peningkatan ini juga harus Pertumbuhan
Keberlangsun gan
selalu dalam koridor syariah, bukan Keberkahan
menghalalkan segala cara.
Keberlangsungan, target yang
telah dicapai dengan pertumbuhan
setiap tahunnya harus dijaga
keberlangsungannya agar perusahaan
dapat exis dalam kurun waktu yang Gambar Anatomi Sistemik Bisnis Islami
lama. Sumber : Yusanto dan Karebet, 2002 :
Keberkahan, semua tujuan yang 20
telah tercapai tidak akan berarti apa-
apa jika tidak ada keberkahan di
dalamnya. Maka bisnis Islam PENUTUP
menempatkan berkah sebagai tujuan Bisnis dengan segala macamnya
inti, karena ia merupakan bentuk dari terjadi dalam kehidupan manusia setiap
diterimanya segala aktivitas manusia. hari secara luas. Banyaknya pelaku
Keberkahan ini menjadi bukti bahwa bisnis dan beragamnya motif dan
bisnis yang dilakukan oleh pengusaha orientasi bisnis serta semakin
muslim telah mendapat ridla dari Allah kompleksnya permasalahan bisnis,
Swt, dan bernilai ibadah. Hal ini sesuai terkadang membuat pelaku bisnis
dengan misi diciptakannya manusia terjebak untuk melakukan segala cara
adalah untuk beribadah kepada Allah untuk mencapai tujuannya, apalagi jika
baik dengan ibadah mahdah maupun tujuannya hanya untuk mencari laba
ghairu mahdah (Yusanto dan Karebet, dan keuntungan semata. Maka sering
2002 : 20). terjadi perbuatan negatif, yang
akhirnya menjadi kebiasaan dalam
prilaku bisnis. Jika demikian, maka
tidak jarang bisnis diidentikkan dengan
perbuatan yang kotor, karena terdapat
perilaku bohong, khianat, ingkar janji,
tipu menipu dan lain sebagainya.
Dunia bisnis yang merupakan
interaksi antara berbagai tipe manusia
sangat berpotensi menjerumuskan para
pelakunya ke dalam hal-hal yang
diharamkan. Baik karena didesak oleh
kebutuhan ekonomi, baik dilakukan
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 49
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

secara sendiri atau


bersekongkol dengan orang
lain secara tidak sah atau
karena ketatnya persaingan
yang membuat dia melakukan
hal-hal yang terlarang dalam
agama.

50 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

Prilaku semacam ini bukanlah Dawabah, Asyraf M. 2005. Menjadi


prilaku pelaku bisnis yang baik dan Pengusaha Muslim, Jakarta :
utama sebagaimana diajarkan dalam Pustaka Al Kautsar
Islam. Kegiatan bisnis dalam Islam, Fauroni, Lukman. 2003. “Rekonstruksi
tidak boleh dilaksanakan tanpa aturan. Etika Bisnis : Perspektif Al
Islam memberikan rambu-rambu Qur'an”, Journal IQTISAD,
pedoman dalam melakukan kegiatan Journal of Islamic Economics,
usaha, mengingat pentingnya masalah Vol. 4 No. 1, Maret 2003
ini juga mengingat banyaknya manusia Gibson, Ivancevich dan Donnelly.
yang tergelincir dalam perkara bisnis 1985. Organisasi, Perilaku
ini. Karena itulah seorang Muslim yang Struktur Proses, Jakarta :
akan menjadi pelaku bisnis harus Erlangga.
memahami hukum-hukum dan aturan Gitosardjono, Sukamdani Sahid. 2009.
Islam yang mengatur tentang Bisnis dan Kewirausahaan
mu'amalah. Sehingga ia bisa memilah Syariah, Jakarta : Yayasan Sahid
yang halal dari yang haram, atau Jaya – STAIT Modern Sahid
bahkan yang bersifat samar-samar atau Hafidhuddin, Didin, Hendri Tanjung.
syubhat. 2003. Manajemen Syariah dalam
Praktik, Jakarta : Gema Insani
DAFTAR PUSTAKA Hasibuan, Malayu, S. P. 2005.
Manajemen, Dasar, Pengertian
Afzalurrahman. 1997. Muhammad dan Masalah, Jakarta : Bumi
Sebagai Seorang Pedagang, Aksara
Jakarta : Yayasan Swarna Kartajaya, Hermawan. 2000.
Bhumy. Marketing Plus 2000, Siasat
Alma, Buchari dan Donni Juni Priansa. Memenangkan Persaingan
2009. Manajemen Bisnis Syariah, Global, Jakarta : Gramedia
Bandung : Alfabeta Pustaka Utama
Badroen, Faisal, dkk. 2006. Etika Kartajaya, Hermawan dan Muhammad
Bisnis dalam Islam, Jakarta : Syakir Sula. 2008. Marketing
Kencana. Syariah. Bandung : Mizan.
Beekun, Rafiq Issa. 1997. Islamic Keraf, Sonny. A. 1998. Etika Bisnis,
Business Ethict, Virginia: Tuntutan dan Relevansinya,
InternationalInstitute of Islamic Yogyakarta : Kanisius
Thought Komenaung, Anderson Guntur, Etika
Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Dalam Bisnis
Bisnis, Yogyakarta : Kanisius. Kotey, B and Meredith, G. G.
Bukhari, Imam. 1992. Shahih Bukhari 1997.“Relationship Among
Jilid II, trj. H. Zainuddin Owner / Manager Personal
Hamidy, dkk,Cet. 13, Jakarta : Values, Business Strategies, and
Widjaya Enterprise Performance”, Journal
Chapra, M. Umer. 1999. Islam dan of Small Business Management,
Tantangan Ekonomi, Surabaya: pp : 37 – 64).
RisalahGusti Kotler, Philip. 2000. Marketing
D. George, R. 2002. Business Ethics, Management, India : Prentice
Upper Saddle River, N.J. : Hall International Inc.
Prentice-Hall, 5th Ed.

Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam | 51


Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…

Linda Kiebe Trevino, Katherine A. Rahardjo, M. Dawam. 1990. Etika


Nelson. 1995. Managing Ekonomi dan Manajemen,
Business Ethics, John Wiley & Yogyakarta : Tiara Wacana
Sons, Inc. .1999. Islam dan
Manullang, M. 2002. Pengantar Bisnis, Tranformasi Sosial
Yogyakarta : Gadjah Mada Ekonomi,Yogyakarta: Pustaka
University Press Pelajar
Muhammad. 2004. Etika Bisnis Islam, Sabiq, Sayid. 1981. Fiqh Sunnah, Juz
Yogyakarta : UPP AMP YKPN 3, Beirut :Dar al Fikr
Muhammad dan Alimin. 2004. Etika & Schoell, William F. Gary Dessler, John
Perlindungan Konsumen dalam A. Reinecke. 1993. Introduction
Ekonomi Islam to Business, Boston : Allyn and
Muhammad dan Lukman Fauroni. Bacon.
2002. Visi al-Qur’an tentang Schroeder, R.G.. 1994. Manajemen
Etika danBisnis, Jakarta: Operasi, Pengambilan
Salemba Diniyah Keputusan dalam Suatu Fungsi
Munawwir, A. Warson. 1984. Kamus Operasi, Jakarta : Erlangga
al-Munawwir, Yogyakarta: Shihab, Quraish. 1997. “Etika Bisnis
Pustaka Progresif. dalam Wawasan al-Qur'an”,
Muslich. 2010. Etika Bisnis Islami; Jurnal UlumulQur’an, No
Yogyakarta: Ekonisia Fakultas 3/VII/97.
EkonomiUII Straubb, J.T. dan R.F. Attner. 1994.
Mustaq, Ahmad. 1995. Business Ethic Introduction to Business,
in Islam, Islamics Research California : Wadsworth
Institute Press, Islam Abad Publishing
Pakistan Umam, Khaerul. 2010. Perilaku
Nabhani, Taqyuddin. 1996. Organisasi, Bandung : Pustaka
Membangun Sistem Ekonomi Setia.
Alternatif dalamPerspektif Islam, William C. Frederick; Keith Davis;
terj. Maghfur Wachid, Surabaya: James. E. Post. 1988. Business
Risalah Gusti and Society Corporate Strategy,
Naqvi, Syed Nawab Haider. 2009. Public Policy, Ethics, Mc. Graw-
Menggagas Ilmu Ekonomi Islam, Hill Publishing Company.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar Wilson, Rodney. 1988. Bisnis Menurut
. 1993. Etika dan Ilmu Islam, Teori dan Praktek, Jakarta
Ekonomi Suatu Sintesis Islami, : Intermasa
terj.Husin Anis, Bandung: Mizan Yusanto, Muhammad Ismail dan
Qardhawi, Yusuf. 1995. Peran Nilai Muhammad Karebet
dan Moral Dalam Perekonomian Widjajakusuma. 2002.
Islam, Jakarta : Robbani Press. Menggagas Bisnis Islami,
. 1997. Sistem Jakarta: Gema Insani Press
Masyarakat Islam dalam Al Zuhayly, Wahbah. 1997. Zakat Kajian
Qur'an & Sunnah(Malaamihu Al Berbagai Mazhab, Bandung:
Mujtama' Al Muslim Alladzi Remaja Rosdakarya.
Nasyuduh), Solo : Citra Islami
Press

52 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015

Anda mungkin juga menyukai