ABSTRAK
Bisnis dengan semua hal yang terjadi dalam kehidupan orang setiap hari secara luas.
Banyaknya bisnis dan beragamnya motif dan orientasi bisnis serta semakin kompleksnya
masalah bisnis, terkadang membuat bisnis terjebak untuk mencoba apa saja untuk mencapai
tujuannya, apalagi jika tujuannya hanya untuk mencari keuntungan dan keuntungan semata.
Sehingga sering terjadi tindakan negatif, yang akhirnya menjadi kebiasaan dalam perilaku
bisnis. Jika demikian, tidak jarang bisnis diidentikkan dengan perbuatan kotor, karena terdapat
perilaku berbohong, khianat, ingkar janji, menipu dan menipu orang lain. Artikel ini
menjelaskan bisnis dalam pendekatan Islam yang mencakup konsep bisnis Islam, prinsip-
prinsip bisnis Islam dan landasan normatif bisnis Islam. Bisnis Islami harus didasarkan pada
etika Islam yang bersumber dari Al-Qur'an dan Sunnah Nabi Muhammad. Secara umum, etika
bisnis adalah disiplin normatif, di mana standar etika tertentu dirumuskan dan kemudian
diterapkan. Itu membuat penilaian khusus tentang apa yang benar atau salah, artinya, itu
membuat klaim tentang apa yang harus dilakukan atau apa yang tidak boleh dilakukan.
´
tak lain adalah suatu organisasi yang Sesungguhnya kami telah
menjalankan aktivitas produksi dan menempatkan kamu sekalian di bumi
penjualan barang-barang dan jasa-jasa dan kami adakan bagimu di muka
yang diinginkan oleh konsumen untuk bumi itu (sumber-sumber)
memperoleh profit (Yusanto dan penghidupan...
Karebet, 2002 : 15).
Adapun dalam Islam bisnis dapat Di samping anjuran untuk
dipahami sebagai serangkaian aktivitas mencari rizki, Islam sangat
bisnis dalam berbagai bentuknya yang menekankan (mewajibkan) aspek
tidak dibatasi jumlah (kuantitas) kehalalannya, baik dari sisi perolehan
kepemilikan hartanya (barang/jasa) maupun pendayagunaannya
termasuk profitnya, namun dibatasi (pengelolaan dan pembelanjaan).
dalam cara perolehan
pendayagunaan hartanya (ada aturan
dan ‡´ ´íw˚ ˚! U u´ ¸ e´ ›´şã¸ ˚ ç´ ˚´.! z„ s˚c´ ›e
halal dan haram) (Yusanto dan ´ z´ ´ẽ ‡˚p˚ ˚ .´:£
¸ ¸
˚ c´ p´ ˚o›´ż.˚e´¦ › ´ ş˚ e o ¸ ˚ ˚c ˚ c „s
Karebet, 2002 : 18).
´!,˚´¦ ˚ c
¸¸ ¸ ¸ ¸
Pengertian di atas dapat
˚o ´¸ ´ ´¦ ´ ˚!¦ Q ›e´ ˚ c´ p´ ˚o9´ ˚!¦ › ´ ş˚ e o z
dijelaskan bahwa Islam mewajibkan w´ ´
setiap muslim, khususnya yang ˚e
Q¸¸! fi´ i´ ›e´ Q¸ ¸ h˚c¸ ˚ c´ p´ ˚Qã´ a´ .˚ ¦ ›
¸c ¸
memiliki tanggungan untuk bekerja.
´ ´ ş˚ ep´
pokok yang memungkinkan manusia memiliki
Bekerja merupakan salah satu sebab harta kekayaan. Untuk memungkinkan manusia
36 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…
berusaha mencari nafkah, Allah Swt Kedua telapak kaki seorang anak
melapangkan bumi serta menyediakan Adam di hari kiamat masih belum
berbagai fasilitas yang dapat beranjak sebelum ditanya kepadanya
dimanfaatkan untuk mencari rizki. mengenai empat perkara; tentang
Sebagaimana dikatakan dalam firman umurnya, apa yang dilakukannya;
Allah QS. Al Mulk ayat 15 : tentang masa mudanya, apa yang
dilakukannya; tentang hartanya, dari
mana dia peroleh dan untuk apa dia
belanjakan; dan tentang ilmunya, apa
yang dia kerjakan dengan ilmunya itu
(HR. Ahmad).
Di samping hadits di atas, Allah
menyatakan dengan tegas
4. Fairness
Terwujudnya keadilan adalah
misi diutusnya para Rasul. Setiap
bentuk ketidakadilan harus lenyap dari
muka bumi. Oleh karena itu, Nabi
Muhammad SAW selalu tegas dalam
menegakkan keadilan termasuk
keadilan dalam berbisnis. Saling
40 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…
dipungut) jika kamu orang-orang yang penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
beriman.
Landasan Normatif Etika Bisnis dalam Islam
Juga di dalam ayat 275 QS.Al Landasan normatif etika bisnis dalam
Baqarah berikut : Islam bersumber dari al-Qur'an dan Sunnah Nabi
› ´ ’´ £¸¦ i´ e˚ ã˚ ´.! £ ›´! i´
Muhammad SAW. Dalam konteks ini dapat
dibagi menjadi empat kelompok, yaitu;
˚h’˚ ˚í´! ´ ! ¸
¸
´ ˚ ´¸ e i˚ ›´bş˚w ˚Q˚b sż´
´z´.! ç˚ ã˚ ´.!
fi u´ ´¦p´ ›´! fi˚ ˚ e¸ s˚ ş˚.´s˚ ›´i ¸¦
˚ ›´ẽ ,˚ ˚ . ´í¸! ´ ¸ i´
¸ ¸
˚ e ˚ ´ c ˚ e´ ˚o´›› ´ ˚ ´ ´e ›´!
ç´ u´ p´ s´ ş˚.´s˚ ˚Q h
Q¸ h ‡´ ¸¦ ˚o ˚ e˚´¦p´ ´ ´h~´ ›e´
¸
˚Q´h.´e ˛ ´ .´z.˚ ›´e Q !,´
› ´ ş¸e ,˚ &˚ ,¸ › ż ˚ ›~´ a˚ ´¦ ´
¸ ´ p˚í´e › ›c
´ ´ ˚ e´ p´
i´ pz˚ ¸
› ´
Orang-orang yang makan (mengambil)
riba tidak dapat berdiri melainkan
seperti berdirinya orang yang
kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu, adalah disebabkan
mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama
dengan riba, padahal Allah telah
menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang
yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya
apa yang telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan); dan
urusannya (terserah) kepada Allah.
Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni-
› ›´ş ˚ cp´ › a˚ ›
´ .ş˚´hc p z
Dan orang-orang yang tidak
memberikan persaksian palsu, dan
apabila mereka bertemu dengan
(orang-orang) yang mengerjakan
perbuatan-perbuatan yang tidak
berfaedah, mereka lalui (saja)
dengan menjaga kehormatan
dirinya.Dan orang-orang yang
apabila diberi peringatan dengan
ayat-ayat Tuhan mereka,
mereka
tidaklah
menghadapinya sebagai orang-
orang yang tuli dan buta.
Keseimbangan ekonomi akan
dapat terwujud apabilamemenuhi
syarat-syarat berikut. Pertama,
produksi, konsumsi dan distribusi harus Secara Islami dua pilihan yang
berhenti pada titik keseimbangan diniatkan dan berkonsekuensi tersebut
tertentu demi menghindari pemusatan sebagai suatu pilihan di mana di satu
kekuasaan ekonomi dan bisnis dalam pihak mengandung pahala yang
genggaman segelintir orang. Kedua, berguna bagi diri sendiri maupun
Setiap kebahagiaan individu harus masyarakat dan di lain pihak
mempunyai nilai yang sama dipandang mengandung dosa yang berpengaruh
dari sudut sosial, karena manusia buruk bagi diri sendiri maupun bagi
adalah makhluk teomorfis yang harus orang banyak (Muslich, 2010 : 42).
memenuhi ketentuan keseimbangan Sebagaimana disebutkan dalam QS. An
nilai yang sama antara nilai sosial Nisa ayat 85 :
marginal dan individual dalam
¸
masyarakat. Ketiga, tidak mengakui ˚ ş ´ ˚Q´ ˚ ˚ ´! ˝ ´żw´ u´ ˝ c
hak milik yang tak terbatas dan pasar
bebas yang tak terkendali (Naqvi,
´ ›a´ ´ s˚ a´ w˚ ´! ˚ e´
1993 : 99). fi˚ a˚ ¸’ ˚Q´ ˚ ˚ ´! ˝ ´ ş~´ ˝ c´ ›a´ ´
3. Kehendak Bebas
s˚ a´ w˚ ´! ˚ e´p´ › ´ .ż˚e¸
Manusia sebagai khalifah di
muka bumi sampai batas-batas tertentu ›˝zşã¸ e˚ ›„ ˚ ´ fi ’˚ ˛´hc´ ˚Q h i´
mempunyai kehendak bebas untuk
mengarahkan kehidupannya kepada ›’´p´ › ´ .ż˚e¸
tujuan yang akan dicapainya. Manusia Barang siapa yang memberikan hasil
dianugerahi kehendak bebas (free will) yang baik, niscaya ia akan memperoleh
untuk membimbing kehidupannya bagian (pahala) darinya. Dan barang
sebagai khalifah. Berdasarkan aksioma siapa yang memberikan hasil yang
kehendak bebas ini, dalam bisnis buruk, niscaya ia akan memikul bagian
manusia mempunyai kebebasan untuk (dosa) daripadanya. Allah Maha
membuat suatu perjanjian atau tidak, Kuasa atas segala sesuatu.
melaksanakan bentuk aktivitas bisnis Juga QS. Al Kahfi ayat 29 :
tertentu, berkreasi mengembangkan
¸
potensi bisnis yang ada (Beekun,1997 : ˚ e´p´ ˚ e ˚ .˚şh˚.´e ´›› ´ ˚ ´ ´e ,˚
24).
Dalam mengembangkan kreasi ˚ !,´ ˚ e¸ ´’˚ fi¸ ˚ẽp´ b´ ›u´ ´¦
terhadap pilihan-pilihan, ada dua
,˝ ›´ ½´ ¸ ¸ › h¸ ›´ z˚ zc ´¦ › ¸¦
konsekuensi yang melekat. Di satu sisi ´ ˚
˚a˚ ˚ ´şh˚.´e ´›› ´
ada niat dan konsekuensi buruk yang
dapat dilakukan dan diraih, tetapi di
›„ ›´c¸ ˚fi›´ż˚.! ˚ ş¸ż´zw˚ ´! i˚ ¸¦p´
sisi lain ada niat dan konsekuensi baik
yang dapat dilakukan dan diraih.
Terdapat konsekuensi baik dan buruk
oleh manusia yang diberi kebebasan
› ´ .˚ẽ›¸ ´~˚
untuk memilih tentu sudah harus
diketahui sebelumnya sebagai suatu
,˚ ¸ø¸
risiko dan manfaat yang bakal
¸! o
diterimanya. ˚ ´w ´ ˚ ´ ˚ ˚˚
¸ w˚ ! fi¸ ˚ ˚ ›’´
´ ˚
›ã˝ a´ .´: ˚e˚ ĩ˚ ´››~´ p´
46 | AL-TIJARY, Vol. 01, No. 01, Desember 2015
Norvadewi, Bisnis dalam Perspektif Islam…