Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak

diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional

Keperawatan. Sejak saat itu berbagai upaya telah dilakukan oleh Departemen

Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi,

diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada tingkat sarjana,

mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan

 bagi tenaga keperawatan, serta


ser ta mengembangkan standar praktik keperawatan.
keper awatan.

Upaya penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di

Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk

meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan

dapat ditingkatkan. (Sitorus, 2006).

Terdapat lima model asuhan keperawatan professional (MAKP) yang

sudah ada dan akan terus dikembangkan di masa depan, dalam menghadapi

tren pelayanan keperawatan. Salah satunya adalah keperawatan primer.

Keperawatan primer ialah metode penugasan di mana satu orang perawat

 bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan

 pasien. Hal ini dilakukan


dilaku kan mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Keperawatan primer mendorong praktik kemandirian perawat, karena ada

kejelasan antara pembuat rencana asuhan dan pelaksana. Metode primer ini

ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus-menerus antara pasien dan

 perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan

mengkoordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat.


B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian model praktik keperawatan primer?

2. Bagaimana bentuk pelaksanaan model praktik keperawatan primer?

3. Apa keuntungan dan kerugian serta dimanakah pernah diterapkannya

model praktik keperawatan primer?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian model praktik keperawatan primer.

2. Untuk mengetahui bentuk pelaksanaan model praktik keperawatan

 primer?

3. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian serta dimana pernah

diterapkannya model praktik keperawatan primer.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Praktik Keperawatan Primer

Model Praktik Keperawatan Primer ( Primary nursing ) adalah

 penyerahan menyeluruh, koordinasi, kontinu, perawatan pasien individu yang

dilakukan oleh perawat professional yang memiliki otonomi, akuntabilitas

dan otonomi selama 24 jam (Kusnanto, 2004).

 Primary Nursing   adalah metode penugasan dimana satu orang

 perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan

keperawatan pasien dari mulai pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

Sistem  primary nursing  menggunakan satu orang perawat primer yang

 bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab untuk perencanaan perawatan

5-6 pasien dan ketika perawat primer tidak bertugas perawatan pasien

dilanjutkan oleh perawat pelaksana yang melanjutkan perencanaan perawatan

yang sudah direncanakan oleh perawat primer (Marquiz & Huston, 2010).

Keperawatan primer adalah metode penugasan satu orang perawat

 bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan Keperawatan

 pasien. Hal ini dilakukan mulai dari pasien masuk sampai pasien keluar dari

rumah sakit (Nursalam,2007).

Keperawatan primer mendorong praktisi kemandirian perawat, karena

ada kejelasan antara si pembuat rencana asuhan dan pelaksana.Metode primer

ini ditandai dengan adanya keterkaitan Kuat dan terus-menerus antara pasien

dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melaksanakan, dan

mengordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat. Apabila perawat

 primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan Keperawatan klien
diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu tingkat pengalaman

atau keterammpilannya (associate nurse) (Ali H.Z, 2002).

B. Bentuk Pelaksanaan Model Praktik Keperawatan Primer

Bentuk pelaksanaan model praktik keperawatan primer yaitu

 pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan yang dilakukan oleh satu

orang registered nurse sebagai perawat primer yang bertanggung jawab

dalam asuhan keperawatan selama 24 jam terhadap klien yang menjadi

tanggung jawabnya mulai dari masuk sampai pulang dari rumah sakit.

Apabila perawat primer/utama libur atau cuti tanggung jawab dalam asuhan

keperawatan klien diserahkan pada teman kerjanya yang satu level atau satu

tingkat pengalaman dan keterampilannya (associate nurse) (Ali H.Z, 2002).

Metode penugasan yang paling dipuji dan dipraktikkan saat ini adalah

keperawatan primer. Ini adalah perluasan dari prinsip desentralisasi autoritas,

autoritas primer untuk semua keputusan tentang proses keperawatan

dipusatkan pada individu perawat profesional. Perawat primer ditugaskan

untuk merawat kebutuhan total pasien selama waktu tinggal di rumah sakit.

Tanggung jawab mencakup periode 24 jam, dengan perawat kolega

yang memberikan perawatan bila perawat primer tidak ada. Perawatan yang

diberikan direncanakan dan ditentukan secara total oleh perawat primer.

Bentuk pelaksanaan model praktik keperawatan primer adalah

distribusi keperawatan sehingga perawatan total individu adalah tanggung

 jawab seorang perawat,  bukan beberapa perawat.” Mereka mengindikasikan

autonomi menjadi kunci pada pengembangan keperawatan profesional.


Adapun bentuk pelaksanaan model praktik keperawatan primer

adalah:

1. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan

 pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.

2. Pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan, kolaborasi dengan pasien dan

 profesional kesehatan lain, dan menyusun rencana perawatan, semua ini

ada ditangan perawat primer.

3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat

 primer kepada perawat sekunder selama shift lain.

4. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyelia.

5. Autoritas, tanggung gugat, dan autonomi ada pada perawat primer.

C. Keuntungan Model Praktik Keperawatan Primer

1. Bersifat kontinu dan komprehensif.

2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan

memungkinkan pengembangan diri.

3. Selain itu individu akan merasa dihargai karena terpenuhi kebutuhan

secara individu.

4. Asuhan yang diberikan bermutu tinggi dan akan tercapai pelayanan yang

efektif terhadap pengobatan, dukungan, proteksi, informasi dan advokasi.

5. Dokter akan mmendapatkan informasi tentang kondisi pasien yang selalu

diperbaharui dan komprehensif.

D. Kerugian Model Praktik Keperawatan Primer

1. Hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan

 pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif,  self direction,

memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan yang tepat, menguasai


DAFTAR PUSTAKA

Ali H.Z 2002, Dasar-dasar Keperawatan Profesional, Widya Medika, Jakarta.

DR. Sitorus Ratna, 2006.  Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit: Penataan Struktur & Proses (sistem) Pemberian Asuhan
 Keperawatan di Ruang Rawat . Jakarta : EGC.

Kusnanto. (2004).  Pengantar Profesi Dan Praktik Keperawatan Profesional .


Jakarta: Salemba medika.

Marquis, B & Huston. (2010).  Kepemimpinan dan manajemen keperawatan .


Medika. Jakarta: EGC.

 Neushotz, L & Joyce J, 2008,  Improving substance abuse screening and


intervention in a Primary Care Clinic . New York, NY, and France Payne
Bolton School of Nursing, Case Western Reserve University, Cleveland,
OH.

 Nursalam (2007).  Manajemen Keperawatan. Edisi 2. Penerapan dalam Praktik


 Keperawatan Profesional . Jakarta: Salemba.

Anda mungkin juga menyukai