Anda di halaman 1dari 3

SEJARAH TURUNNYA AL-QURĀN

A. Pengertian Al-Qurān

Secara etimologi, para ulama berbeda pendapat mengenai lafadz al-Qurān. Apakah penulisan
lafadz al-Qurān dibubuhi huruf hamzah, atau penulisan al-Qurān tanpa dibubuhi huruf
hamzah. Di antara ulama yang berbeda pendapat tentang lafadz al-Qurān adalah sebagai
berikut:

1. Imam Asy-Syafi‟i mengatakan bahwa lafadz al-Qurān itu bukan berasal dari akar kata
qara-a (membaca), sebab kalau akar katanya qara-a maka tentu setiap sesuatu yang
dibaca dapat dinamai al-Qurān. Lafadz tersebut memang nama khusus bagi al-Qurān,
sama halnya dengan nama Taurat dan Injil.

2. Al-Farra berpendapat bahwa lafadz al-Qurān adalah pecahan (musytaq) dari kata
qara‟in (kata jamak qarinah) yang berarti kaitan, karena ayat-ayat al-Qurān satu sama
lain saling berkaitan. Karena itu jelaslah bahwa huruf “nun” pada akhir lafadz al-
Qurān adalah huruf asli, bukan huruf tambahan

3. Al-Asy‟āri dan para pengikutnya mengatakan lafadz al-Qurān adalah musytaq


(pecahan) dari akar kata qarn. Ia mengemukan contoh kalimat qarnusy-syai bisysyai
(menggabungkan sesuatu dengan sesuatu). Jadi, kata qarn dalam hal itu bermakna
gabungan atau kaitan, karena surah-surah dan ayat-ayat saling bergabung dan saling
berkaitan.

Adapun ulama yang berpendapat bahwa lafadz al-Qurān ditulis dengan tambahan huruf
hamzah di tengahnya diantaranya sebagai berikut:

1. Az-Zajjāj berpendapat bahwa lafadz al-Qurān ditulis dengan huruf hamzah di


tengahnya berdasarkan wazan fu‟lan. Lafadz tersebut musytaq (pecahan) dari akar
kata qar‟un yang berarti jam‟un, yang dalam bahasa Indonesia bermakna “kumpul”.
Alasannya, al-Qurān “mengumpulkan” atau menghimpun intisari kitab-kitab suci
terdahulu.

2. Menurut Al-Lihyani, lafadz al-Qurān ditulis dengan huruf hamzah di tengahnya


berdasarkan wazan ghufran dan merupakan pecahan dari akar kata qara-a yang
bermakna tala (membaca). Lafadz al-Qurān digunakan untuk menamai sesuatu yang
dibaca yakni objek, dalam bentuk mashdar.

Pendapat yang belakangan lebih kuat dan lebih tepat karena dalam bahasa Arab lafadz al-
Qurān adalah bentuk mashdar yang maknanya sinonim dengan qira‟ah, yakni bacaan.
Sebagai contoh firman Allah swt dalam QS. al-Qiyāmah ayat 17-18 yang berbunyi:
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila telah kami (wahyukan) bacaannya maka ikutilah
bacaan itu.”

Secara terminologi, definisi al-Qurān menurut mayoritas ulama adalah kalam Allah swt. yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. dengan perantaraan malaikat Jibril, ditulis dalam
mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir (oleh orang banyak) serta
mempelajarinya merupakan suatu ibadah, dimulai dengan surat al-Fatihah dan ditutup dengan
surat an-Naas.14 Dari definisi ini dapat dijelaskan bahwa kalimat kalam berarti seluruh Al-
Qurān lafaz dan maknanya adalah firman Allah yang bersifat tauqīfī (berasal dari Allah swt.),
dan melalui perantara malaikat Jibril menunjukkan bahwa kalam Allah swt. secara langsung
kepada nabi Muhammad saw. waktu peristiwa isra‟ dan mi‟raj bukanlah al-Qurān dan
batasan membacanya adalah bernilai ibadah untuk menunjukkan perbedaan kalam Allah swt.
yang lafaznya datang dari Nabi Muhammad saw. dan yang lafaznya dari Allah swt. sehingga
setiap huruf dari al-Qurān yang dibacakan memiliki nilai ibadah di sisi Allah swt.

B. Nama-Nama dan Sifat-Sifat Al-Qurān

Al-Qurān mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang


tinggi dan luhur, dan secara mutlak al-Qurān adalah kitab samawi yang paling
14 Muḥammad Ali al-Ṣābuni, Pengantar Studi al-Qur’an, Terj. Moch. Chudlori mulia.

Di antara nama-nama al-Qurān adalah sebagai berikut:15

1. Al-Furqān. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Furqan ayat 1:

Artinya: “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqān kepada hamba-Nya, agar ia
menjadi pemberi peringatan bagi sekalian alam (yakni jin dan manusia).”

Kata al-Furqan barasal dari bahasa Aramia yang berarti memisahkan atau membedakan.
Penamaan itu mengisyaratkan bahwa al-Qurān membedakan antara kebenaran dan kebatilan.
2. Az-Zikr. Kata Zikr adalah murni bahasa Arab yang berarti kemuliaan, sebagaimana
termaktub dalam firman Allah dalam QS. Al-Anbiyā‟ ayat 10:

Artinya: “Sungguhlah telah kami turunkan kepada kalian Kitab (Al-Qurān), didalamnya
terdapat (sebab-sebab) kemulian kalian.”

3. At-Tanzīl. Kata Tanzīl adalah murni bahasa Arab yang berarti sesuatu yang
diturunkan, sebagaimana termaktub dalam QS. Asy-Syu‟ara ayat 192-193 yang
berbunyi:

Artinya: “Dan sesungguhnya al-Qurān ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,
ia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril as).”

4. al-Kitāb, sebagaimana tertera dalam firman Allah surat ad-Dukhān ayat 1-3:

Artinya: “Haa Miim. Demi Kitab (al-Qurān) yang menjelaskan. Sesungguhnya Kami
menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”

Itulah nama-nama al-Qurān paling dikenal di kalangan umat Islam. Namun ada sementara
ulama yang berlebihan memberi nama al-Qurān hingga banyak sekali jumlahnya. Dapat
dipastikan penamaan yang banyak itu mencampur-adukkan antara nama dan sifat.

Anda mungkin juga menyukai