Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Nama : Rakha Padmi Salsabila


Npm : 11522185
Kelas : 1PA18
Mata kuliah : Pendidikan kewarganegaraan (PP-0002070)
Dosen : Kurniawan B.Prianto, S.kom.SH.MM

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


UNIVERSITAS GUNADARMA
2022
KASUS TENTANG DISINTEGRASI YANG TERJADI DI INDONESIA

Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dengan beragam budaya yang spesifik tiap
pulaunya. Keberagaman yang ditandai dengan jumlah suku bangsa, ras, bahasa, dan budaya
yang banyak menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ciri masyarakat yang majemuk.
Masyarakat majemuk sering dianggap mudah mengalami konflik dan disintegrasi. Indonesia
dalam sepanjang sejarahnya telah mengalami berbagai konflik dengan negara lain maupun
dalam negerinya sendiri. Konflik yang berada dalam negeri (antar suku misalnya) tentunya
menyebabkan peluang disintegrasi.
Apa itu disentegrasi?
Disintegrasi, secara harfiah adalah perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang
terpisah (Webster’s New Encyclopedic Dictionary 1996). Disintegrasi ini dapat berbentuk
aksi demonstrasi, pergolakan daerah bagi kelompok atau individu yang merasakan adanya
diskriminasi, aksi kriminalitas yang tidak terkendali, perilaku menyimpang dan konflik-
konflik yang melibatkan isu agama, suku, ras serta antar golongan (SARA).
Salah satu contoh kasus disintegrasi di Indonesia adalah kasus Timor Timur yang sebelumnya
telah diwarnai konflik antara warga yang pro Indonesia, pro kemerdekaan maupun pro
Portugal. Berikut kronologi pisahnya Timor Timur dan NKRI:
 19 Desember 1998 Perdana Menteri Australia, John Howard, mengirim surat kepada
Presiden B.J. Habibie. Howard mengusulkan agar pemerintah RI meninjau ulang
pelaksanaan hak menentukan nasib sendiri bagi rakyat Timor Timur.

 25 Januari 1999 Digelar rapat untuk membahas surat Howard. “Tolong dipelajari.
Apakah setelah 22 tahun bergabung dengan Indonesia, masyarakat Timtim masih
merasa belum cukup bersatu dengan kita. Bagaimana kalau kita pisah baik-baik saja
melalui Sidang Umum MPR?” kata Presiden Habibie waktu itu.

 27 Januari 1999 Ali Alatas selaku Menteri Luar Negeri RI mengumumkan


menawarkan opsi otonomi khusus yang sangat diperluas kepada Timor Timur. Jika
ditolak, maka pemerintah Indonesia akan merelakan Timor Timur. Sempat terjadi pro-
kontra di internal kabinet saat itu.

 Maret-April 1999 Terjadi serangkaian peristiwa menegangkan di Timor Timur,


antara lain eksodus massal warga pendatang, kekerasan di Gereja Liquica yang
menyebabkan ratusan orang harus mengungsi, hingga kerusuhan besar di Dili yang
menelan korban jiwa.

 21 April 1999 Kelompok pro-otonomi dan pro-kemerdekaan menandatangani


kesepakatan damai di kediaman Uskup Belo dengan disaksikan langsung oleh
Menhankam/Pangab Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto, serta
beberapa tokoh lainnya.
 27 April 1999 Presiden Habibie menggelar pertemuan dengan John Howard. Habibie
mengungkapkan akan melaksanakan penentuan pendapat untuk mengetahui kemauan
rakyat Timor Timur.

 5 Mei 1999 Menlu RI Ali Alatas dan Menlu Portugal Jaime Gama, bersama Sekjen
PBB Kofi Annan menandatangani kesepakatan pelaksanaan penentuan pendapat
rakyat Timor Timur di Markas PBB New York. Dua hari kemudian, Sidang Umum
PBB menerima dengan bulat hasil kesepakatan itu.

 17 Mei 1999 Presiden Habibie mengeluarkan Kepres No.43/1999 tentang Tim


Pengamanan Persetujuan RI-Portugal tentang Timor Timur, kemudian dikuatkan
dengan Inpres No.5/1999 tentang Langkah Pemantapan Persetujuan RI-Portugal.

 16-18 Juni 1999 Perwakilan kelompok pro-otonomi dan pro-kemerdekaan Timor


Timur bertemu di Jakarta. Kedua kubu mereka sepakat menyerahkan senjata kepada
PBB atau pemerintah RI.

 30 Agustus 1999 Setelah terjadi serangkaian konflik, penentuan pendapat rakyat


Timor Timur dilaksanakan. PBB mengumumkan hasilnya: 78,5 persen menolak
otonomi, 21 persen menerima otonomi, sisanya tidak sah. Dengan demikian, Timor
Timur dipastikan bakal segera lepas dari NKRI.

 26 Oktober 1999 Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur), yang menggantikan


Habibie, menandatangani surat keputusan pembentukan UNTAET atau pemerintahan
transisi di Timor Timur.

 30 Oktober 1999 Bendera Merah Putih diturunkan dari Timor Timur dalam upacara
yang sangat sederhana. Media dilarang meliput acara ini, kecuali RTP Portugal.

 20 Mei 2002 Timor Timur resmi menjadi negara merdeka bernama Timor Leste.
Daftar Pustaka
http://staffnew.uny.ac.id/upload/132306803/penelitian/konflik-dan-disintegrasi-di-indonesia-
mozaik.pdf
https://staff.ui.ac.id/system/files/users/gumilar.r09/publication/artikel-
disintegrasibangsapointers.pdf
https://www.gramedia.com/literasi/disintegrasi-adalah/#:~:text=Disintegrasi%20berbentuk
%20aksi%20demonstrasi%2C%20pergolakan,serta%20antar%20golongan%20(SARA).
https://tirto.id/sejarah-kronologi-timor-timur-lepas-dari-ri-yang-diungkit-prabowo-dcJi

Anda mungkin juga menyukai