Anda di halaman 1dari 16

Kelompok

Kasus : Krisis Timor Timur

1999 Anggota:
1. Ade Tri Suryani (01)
2. Cecilia Ruth Stefany Pasaribu (09)
3. Fitri Ayu Amalia (19)
4. Ishlahrahmi Meishrin (23)
5. Siti Anisah (33)

07 Oktober 2021
MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN|
PRESENTASI
KRISIS TIMOR
TIMUR 1999
Hal yang dibahas:

• Latar Belakang Peristiwa


• Kronologis Peristiwa
• Kasus Dalam Pelanggaran HAM Berat
Pasca Jajak Pendapat di Timor Timur
• Bentuk Kejahatan Kemanusiaan Dari
Pelanggaran HAM di Timor Timur
• Penyelesaian Kasus
• Dampak
RT
I

Latar Belakang
Peristiwa
Kasus Krisis Timor Timur 1999

Pada tanggal 30 Agustus tahun 1999 keadaan politik di Indonesia masih terguncang setelah tumbangnya orde baru melalui
referendum Timor timur di bawah perjanjian yang disponsori perserikatan bangsa-bangsa atau PBB. Antara Indonesia dan Portugal
pada akhirnya Timor timur harus terlepas dari Indonesia. Timor timur merupakan wilayah bekas jajahan Portugis yang kemudian
bergabung dengan Indonesia, integrasi tersebut diresmikan pada tanggal 17 Juli tahun 1976. Timor timur pada akhirnya resmi
menjadi provinsi ke-27 dan provinsi termuda di Indonesia setelah 22 tahun lamanya di bawah rezim Soeharto. Sebagian besar rakyat
Timor timur berkeinginan untuk lepas dari Indonesia. Setelah melalui penentuan pendapat rakyat pada tanggal 30 Oktober tahun
1999 Indonesia harus rela kehilangan Timor timur yang kemudian resmi menjadi negara merdeka dengan nama Timor Leste pada
tanggal 20 Mei tahun 2002. Namun ketika itu Timor Timur tidak langsung terlepas begitu saja dari Indonesia ada kronologi
kronologi hingga terbentuk negara Timor Leste.
II
Kronologis Pada 25 Januari tahun 1999

Peristiwa Di gelar rapat untuk membahas surat Howard, rapat


tersebut membahas mengenai kondisi masyarakat di
Timor timur setelah 22 tahun bergabung dengan
Indonesia. Dalam rapat tersebut juga berencana untuk
membahas lebih lanjut mengenai masyarakat Timor
timur pada sidang umum MPR. Dalam rapat tersebut
presiden BJ Habibie ingin agar Timor Leste
mendapatkan hak otonomi khusus.

Pada 19 Desember tahun 1998 Pada 27 Januari tahun 1999

John Howard perdana menteri Australia saat itu Bapak Ali Alatas selaku menteri luar negeri RI
mengirim surat kepada presiden BJ Habibie pada surat menghubungkan tawaran untuk opsi otonomi khusus
tersebut John Howard mengusulkan agar pemerintah RI yang sangat diperluas kepada timor-timur, namun jika
meninjau ulang pelaksanaan hak dan menentukan nasib ditolak maka pemerintah Indonesia harus merelakan
sendiri bagi masyarakat Timor Timur. timor-timur terlepas dari Indonesia. Sempat terjadi pro-
kontra pada internal kabinet saat itu.
Kronologis Pada 21 April tahun 1999

Peristiwa Digelar cara untuk menandatangani kesepakatan damai


antara kelompok pro otonomi dan pro kemerdekaan di
kediaman Uskup Belo. Pada acara tersebut disaksikan
langsung oleh Wiranto, Menhankam atau Pangab, Djoko
Soegianto, wakil ketua Komnas HAM, dan beberapa
tokoh lainnya.

Pada Maret dan April tahun 1999 Pada 27 April tahun 1999

Terjadi serangkaian peristiwa menegangkan di Timor Presiden Habibie menggelar pertemuan dengan John
timur, terjadi beberapa kejadian eksodus massal warga Howard, pada pertemuan tersebut presiden Habibie
pendatang dan kekerasan di gereja Liquica yang mengungkapkan akan segera melaksanakan penentuan
menyebabkan ratusan orang harus mengungsi. pendapat untuk mengetahui kemauan rakyat Timor timur
Kerusuhan juga berlanjut semakin besar dan melebar secara lebih lanjut.
hingga di Dili yang menelan banyak korban jiwa.
Kronologis Pada 17 Mei tahun 1999

Peristiwa Presiden Habibie mengeluarkan Keppres No. 43/1999


tentang tim pengamanan persetujuan RI-Portugal di
Timor Timur. Keputusan tersebut kemudian dikuatkan
dengan Instruksi Presiden (Inpres) No. 5/1999 tentang
langkah pemantapan persetujuan RI-Portugal.

Pada 5 Mei tahun 1999 Pada 16 sampai 18 Juni tahun 1999

Ali Alatas Menlu RI dan Jaime Gama Menlu Portugal Perwakilan kelompok otonomi dan pro kemerdekaan
bersama dengan sekjen PBB Kofi anan menandatangani Timor timur bertemu di Jakarta. Kedua kubu sepakat
kesepakatan pelaksanaan penentuan pendapat rakyat untuk menyerahkan senjata kepada PBB atau pemerintah
Timor timur di markas PBB new York. Dua hari RI.
kemudian sidang umum PBB menerima dengan bulat
hasil kesepakatan tersebut.
Kronologis Pada 30 Oktober tahun 1999

Peristiwa Bendera merah putih diturunkan dari Timor timur dalam


upacara yang sangat sederhana, media dilarang meliput
acara tersebut kecuali RTP Portugal.

Pada 30 Agustus tahun 1999 Pada 20 Mei tahun 2002

Selanjutnya serangkaian konflik terjadi kembali, setelah Dua setengah tahun masa transisi pemerintahan,
penentuan pendapat rakyat Timor timur dilaksanakan, akhirnya pada tanggal 20 Mei tahun 2002 Timor timur
PBB menggumumkan hasilnya 78,5% menolak otonomi terlepas dari pangkuan ibu Pertiwi dan resmi menjadi
21% menerima otonomi dan 0,5% dianggap tidak sah negara merdeka bernama Timor Leste
dengan demikian Timor Timur dipastikan akan segera
lepas dari Indonesia.
III

Kasus Dalam Pelanggaran HAM Berat Pasca Jajak


Pendapat di Timor-Timur

Penyerangan Diosis Dili Penyerangan Rumah Pembunuhan Masal di


Uskup Belo Kompleks Gereja Suai
.
Kasus Dalam Pelanggaran HAM Berat Pasca Jajak
Pendapat di Timor-Timur

Pembunuhan Wartawan Pembunuhan Rombongan Perbudakan Seksual dan


Belanda Rohaniwan di Lospalos. Kejahatan Perkosaan
.
IV

Bentuk Kejahatan Kemanusiaan Dari

Pelanggaran HAM di Timor Timur


Berdasarkan laporan akhir dari KPP HAM yaitu:
a. Pembunuhan
b. Penyiksaan dan penganiayaan
c. Penghilangan paksa
d. Kekerasan berbasis gender
e. Pemindahan penduduk secara paksa
f. Pembumihangusan yang dilakukan di berbagai kota seperti Dili, Suai, Liquisa, dll.
PENYELESAIAN KASUS V

Pengadilan HAM
UU Pengadilan HAM dengan mengumpulkan fakta, data, dan informasi tentang pelanggaran HAM di Timor-Timur yang
terjadi sejak Januari 1999 hingga Oktober 1999 yang dikhususkan pada kemungkinan terjadinya genosida, pembunuhan
massal, penganiayaan, pemindahan paksa, kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak, politik bumi hangus serta
menyelidiki keterlibatan aparatur negara dan atau badan-badan lain.

KKP HAM

Pembentukan Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) oleh Indonesia dan Timor Leste.  KPP HAM Timor Timur
Melakukan Penyelidikan Terhadap Dugaan Pelanggaran HAM Berat Kasus Timor Timur. KPP HAM Timor-Timur
merupakan perwujudan dari kewenangan Komnas HAM untuk melaksanakan penyelidikan terkait pelanggaran HAM
berat berdasarkan Pasal 89 ayat 3 UU HAM dan Pasal 10 dan 11 . Kemudian, .Laporan hasil penyelidikan KPP HAM ini
diserahkan kepada Komnas HAM pada Februari 2000, KPP HAM Timor membuktikan bahwa telah terjadi pelanggaran
HAM berat yang berdasarkan bentuk dan sifat kejahatannya merupakan suatu kejahatan kemanusiaan (Crimes Against
Humanity) yang dilakukan secara terencana dan sistematik serta dalam skala besar dan luas. Kejahatan yang terjadi
berupa pembunuhan massal, penyiksaan dan penganiayaan, penghilangan paksa, kekerasan terhadap perempuan dan
anak (termasuk perkosaan dan perbudakan seksual), pengungsian paksa, pembumihangusan, dan perusakan benda-
benda.
PENYELESAIAN KASUS
April 2001
Presiden Mengesahkan Aturan Tentang Pembentukan Pengadilan HAM Ad-Hoc Untuk Kasus Timor Timur. Di Indonesia,
terdapat 2 pengadilan. Yaitu Pengadilan HAM yang bersifat tetap atau permanen. Dan Pengadilan HAM Ad-Hoc yang
bersifat tidak tetap dan akan dibentuk ketika ada pelanggaran atau kejahatan HAM yang bersifat berat dan merugikan
saja, serta peristiwa-peristiwa tertentu saja.

Kelanjutan Pengadilan HAM

Pengadilan HAM Timor Timur Di gelar di pengadilan HAM Ad-Hoc Jakarta Pusat Pada 14 Maret 2002. Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia melalui Keputusan Nomor 44/DPR-RI/III/2000-2001 tanggal 21 Maret 2001 telah menyetujui
pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc terhadap dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat yang
terjadi di Timor Timur dan di Tanjung Priok pada tahun 1984, yang kemudian diusulkan kepada Presiden dengan Surat
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor KD.02/1733/DPR-RI/2001 tanggal 30 Maret 2001.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu menetapkan Keputusan Presiden tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia Ad Hoc pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Salah satu keputusannya adalah:
Pasal 2
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc berwenang memeriksa dan memutus perkara pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang berat yang terjadi di Timor Timur pasca jajak pendapat dan yang terjadi di Tanjung Priok pada tahun 1984
PENYELESAIAN KASUS
Akhir Penyelesaian Kasus
Dari banyaknya terdakwa yang telah diperiksa, dalam Putusan Pengadilan HAM Ad-Hoc kasus Timor-timur dari 6 orang
yang dinyatakan bersalah hanya satu orang saja yang dihukum sesuai dengan UU yaitu 10 tahun, selebihnya dihukum
antara 3 tahun sampai dengan 5 tahun. Para terdakwa ini 2 orang sipil, 1 orang anggota kepolisian dan 3 lainnya dari
militer.

Berikut Daftar Terdakwa:


Adam Damiri 11. Timbul Silaen Perkembangan Kasus pada Perkembangan Kasus Tingkat Banding Yang
12. Adios Salova Tingkat I: Dinyatakan Bebas:
1. Tono Suratman 1. Adam Damiri (3 Tahun) 1. Adam Damiri
13. Hulman Gultom
2. M. Noermuis 2. M. Noermuis (5 Tahun) 2. M. Noermuis
14. Gatot Subyaktoro
3. Soejarwo (5 Tahun) 3. Soejarwo
3. Endar Prianto 15. Abilio Jose Osorio Soares
4. Hulman Gultom (3 Tahun) 4. Hulman Gultom
16. Leonito Martens 5. Abilio Jose Osorio Soares Sementara,
4. Asep Kuswani
17. Herman Sedyono (3 Tahun) 5. Aabilio Jose Osorio Soares (3 Tahun)
5. Soejarwo 18. Eurico Guterres 6. Eurico Guterres (10 Tahun) 6. Eurico Guterres (5 Tahun)
6. Yayat Sudrajat .
Yang lainnya dibebaskan.
7. Liliek Koeshadiyanto Perkembangan Kasus di Tingkat Kasasi:
1. Abilio Jose Osorio Soares (3 Tahun) PK
8. Achmad Syamsudin bebas
9. Sugito 2. Eurico Guterres (10 Tahun)
VI
DAMPAK PERISTIWA TIMOR TIMUR 1999

Dampak peristiwa Timor-Timur bagi Indonesia:


• Dampak bagi anggaran
• Dampak bagi nama baik
• Tekanan diplomatik terhadap Indonesia
• Mengancam keutuhan negara
• Kehilangan sumber daya alam
KAMI
INDONESIA
MAYORITAS MENYATU DENGAN MINORITAS
DALAM RASA SOLIDARITAS
KAMI INDONESIA!
BERSATU KITA TEGUH BERCERAI KITA RUNTUH
MERAH PUTIH WARNAKU...
SAMPAI AKHIR HIDUPKU...
KAMI INDONESIA
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai