IM2 Stop Due To Corruption
IM2 Stop Due To Corruption
Vidya Prahassacitta
Fakultas Humaniora Jurusan Business Law Universitas Bina Nusantara
Kampus Kijang Jl. Kemanggisan Ilir III No. 45 Palmerah, Jakarta 11480
E-mail: prahassacitta@gmail.com
Naskah diterima: 11 Februari 2015; revisi: 27 November 2015; disetujui: 1 Desember 2015
I. PENDAHULUAN atau Pasal 3 ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (1) dan
A. Latar Belakang (3) UU Nomor 31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat
(1) ke-1 KUHP. Menariknya, dalam Putusan PN
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
Jakarta Pusat Nomor 1 tersebut majelis hakim
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
tidak saja menyatakan terdakwa IA bersalah
(UU Nomor 31 Tahun 1999) sebagaimana telah
melakukan tindak pidana korupsi pada Pasal 2
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun
ayat (1) jo. Pasal 18 ayat (1) dan (3) UU Nomor
2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
31 Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
dan menghukum terdakwa dengan hukuman
Tindak Pidana Korupsi (UU Nomor 20 Tahun
penjara dan denda tetapi juga menghukum PT
2001) telah menempatkan korporasi sebagai
IM2 sebagai korporasi dengan pidana membayar
subjek hukum pelaku tindak pidana korupsi.
uang pengganti. Berikut merupakan amar Putusan
Hal tersebut secara jelas terlihat pada ketentuan
PN Jakarta Pusat Nomor 1 tersebut:
Pasal 1 butir 1 UU Nomor 31 Tahun 1999 yang
menyatakan bahwa unsur “setiap orang adalah MENGADILI
orang perseroangan atau termasuk korporasi.” Hal
1. Menyatakan terdakwa IA terbukti secara
ini merupakan lex specialis dari Kitab Undang- sah dan meyakinkan bersalah melakukan
Undang Hukum Pidana (KUHP) yang masih tindak pidana “KORUPSI DILAKUKAN
menempatkan individu atau orang perseorangan SECARA BERSAMA-SAMA”;
sebagai pelaku tindak pidana. 2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa
tersebut dengan pidana penjara selama 4
Terkait dengan penempatan korporasi (empat) tahun dan menjatuhkan pidana
sebagai subjek hukum tindak pidana korupsi denda sebesar Rp200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) dan bila denda tersebut tidak
menarik untuk melihat Putusan Pengadilan dibayar diganti dengan pidana kurungan
Negeri Jakarta Pusat Nomor 01/PID.Sus/2013/ selama 3 (tiga) bulan;
PN.JKT.PST tanggal 8 Juli 2013 (Putusan PN 3. Menghukum PT IM2 membayar ganti rugi
Jakarta Pusat Nomor 1). Dalam dakwaan jaksa pengganti sebesar Rp1.358.343.346.674,-
(satu triliun tiga ratus lima puluh delapan
penuntut umum hanya menempatkan IA selaku
milyar tiga ratus empat puluh tiga juta tiga
Direktur Utama PT IM2 sebagai terdakwa yang ratus empat puluh enam ribu enam ratus
didakwa secara subsider melanggar Pasal 2 ayat tujuh puluh empat rupiah) …
(1) jo. Pasal 18 ayat (1) dan (3) UU Nomor 31
Dalam perkembangannya Putusan PN
Tahun 1999 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP dan/
Jakarta Pusat Nomor 1 tersebut telah diubah
Ajaran doktrin identifikasi korporasi 1. Dalam hal tindak pidana korupsi oleh atau
atas nama suatu korporasi, maka tuntutan
dipandang memilki unsur kesalahan dan dapat dan penjatuhan pidana dapat dilakukan
dimintai pertanggungjawaban pidananya, di mana terhadap korporasi dan atau pengurusnya.
korporasi dapat melakukan kesalahan melalui 2. Tindak pidana korupsi dilakukan oleh
individu-individu yang dipandang mempunyai korporasi apabila tindak pidana tersebut
hubungan yang erat dengan korporasi dan dapat dilakukan oleh orang-orang baik
berdasarkan hubungan kerja maupun
dipandang sebagai korporasi tersebut (Ali, berdasarkan hubungan lain, bertindak
2011: 251). Dalam hal ini kedudukan mereka dalam lingkungan korporasi tersebut baik
sendiri maupun bersama-sama.
sangatlah penting sehingga pikiran, kehendak,
dan perbuatan mereka dapat diindentifikasikan 3. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan
terhadap suatu korporasi maka korporasi
sebagai perbuatan korporasi.
tersebut diwakili oleh pengurus.
UU Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana 4. Pengurus yang mewakili korporasi
telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 sebagaimana dimaksud dalam ayat (3)
dapat diwakili oleh orang lain.
merupakan lex specialis dari KUHP yang telah
menempatkan korporasi sebagai pelaku tindak 5. Hakim dapat memerintahkan supaya
pengurus korporasi menghadap sendiri di
pidana. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 butir 1 pengadilan dan dapat pula memerintahkan
UU Nomor 31 Tahun 1999 unsur “setiap orang supaya pengurus tersebut dibawa ke sidang
adalah orang perseorangan atau termasuk pengadilan.
korporasi,” maka bentuk korporasi tidak dapat 6. Dalam hal tuntutan pidana dilakukan
dilepaskan dari konsep kumpulan orang atau terhadap korporasi, maka panggilan untuk
menghadap dan penyerahan surat panggilan
harta kekayaan badan hukum dan bukun badan tersebut disampaikan kepada pengurus di
hukum dalam hukum perdata. tempat tinggal pengurus atau di tempat
pengurus berkantor.
Dalam hukum perdata kumpulan orang
7. Pidana pokok yang dapat dijatuhkan
atau harta kekayaan yang berbadan hukum antara terhadap korporasi hanya pidana denda,
lain perseroan, koperasi, yayasan, perusahaan dengan ketentuan maksimum pidana
daerah, perusahaan negara dan perusahaan ditambah 1/3 (satu per tiga).
persero, sedangkan kumpulan orang atau Lebih lanjut penjelasan Pasal 20 ayat
harta kekayaan yang bukan berbadan hukum (1) UU Nomor 31 Tahun 1999 memberikan
antara lain maatschap, firma, dan perseroan penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan
komanditer. Lebih lanjut menurut Prinst, partai pengurus korporasi sebagai berikut:
politik, organisasi masa, dan lembaga swadaya
Yang dimaksud dengan “pengurus”
masyakarat (LSM) dapat pula dikualifikasikan adalah organ korporasi yang menjalankan
sebagai korporasi sebagaimana dimaksud dalam kepengurusan korporasi yang
Pasal 1 butir 1 UU Nomor 31 Tahun 1999. bersangkutan, sesuai dengan anggaran
dasar, termasuk mereka yang dalam
kenyataannya memiliki kewenangan dan
Lebih lanjut pengaturan mengenai
ikut memutuskan kewajiban korporasi
pertanggungjawaban pidana korporasi diatur