Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS PERHITUNGAN DEBIT PUNCAK BANJIR

RANCANGAN DENGAN METODE DER WEDUWEN,


MELCHIOR, HASPERS, DAN NAKAYASU TERHADAP
DEBIT BANJIR OBSERVASI PADA DAS SIDUTAN

Flood Discharges Design Analysis using Der Weduwen, Melchior,


Haspers and Nakayasu Methods on Flood Observation
in Sidutan Watershield
Artikel Ilmiah
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

oleh :

UAITY ULAHI RABIH


FIA 016 155

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ii
iii
ANALISIS PERHITUNGAN DEBIT PUNCAK BANJIR RANCANGAN DENGAN
METODE DER WEDUWEN, MELCHIOR, HASPERS, DAN NAKAYASU
TERHADAP DEBIT BANJIR OBSERVASI PADA DAS SIDUTAN

Uaity Ulahi Rabih1, Humairo Saidah2, Heri Sulistiyono3


1
Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
2,3
Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram
Email : uaityulahi@gmail.com

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK

Analisis debit puncak banjir sangat diperlukan dalam perencanan bangunan air. Penentuan
debit puncak banjir yang tepat akan menghasilkan dimensi bangunan air yang lebih efektif dan
ekonomis. Studi ini menguji keakuratan metode Der Weduwen, Melchior, Haspers, dan HSS
Nakayasu dalam menghasilkan debit banjir rancangan yang sesuai untuk DAS Sidutan.
Studi ini dilakukan pada DAS Sidutan dengan menggunakan data sekunder berupa peta
topografi, data debit, dan data curah hujan. Konsistensi data curah hujan harus diuji terlebih dahulu
menggunakan metode RAPS sebelum melakukan analisis frekuensi untuk mendapatkan curah hujan
rancangan. Data karakteristik DAS dibutuhkan untuk memperkirakan besarnya debit puncak banjir
rancangan dengan metode Der Weduwen, Melchior, Haspers, dan HSS Nakayasu yang kemudian akan
dibandingkan terhadap debit puncak banjir rancangan analisis frekuensi data debit terukur.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan besar debit banjir rancangan dengan metode Der
Weduwen, Melchior, Haspers, dan Nakayasu untuk kala ulang 100 tahun bertururt-turut 570,619
m³/dtk, 416,776 m³/dtk, 620,667 m³/dtk, dan 102,165 m³/dtk, sedangkan debit banjir rancangan
analisis frekuensi data pengukuran adalah 135,321 m³/dtk. Berdasarkan evaluasi keempat metode,
Nakayasu menghasilkan debit banjir rancangan yang paling mendekati debit banjir rancangan hasil
analisis frekuensi data pengukuran dengan nilai VE, RE, dan RMSE terkecil berturut-turut 29,757%,
4,965%, dan 8,473. Adapun metode Haspers dan metode Der weduwen kurang andal jika digunakan
pada DAS Sidutan.

Kata Kunci : Banjir Rancangan, Der Weduwen, Melchior, Haspers, HSS Nakayasu, Analisis
Frekuensi

I. PENDAHULUAN dikemudian hari masih sangat besar. Berkaitan


1.1 Latar Belakang dengan hal tersebut, maka perlu ditentukan
Daerah Aliran Sungai (DAS) secara metode penentuan debit banjir rancangan yang
umum didefinisikan sebagai suatu kawasan lebih tepat agar perencanaan sarana sumber
yang dibatasi oleh elevasi tertinggi pada daya air menjadi lebih ekonomis dan sesuai
kawasan tersebut (punggung bukit) yang dengan karakteristik DAS Sidutan.
menerima, mengumpulkan, dan mengalirkan air Penelitian ini bermaksud untuk
hujan melalui anak-anak sungai dan berkumpul melakukan pengujian terhadap tiga metode
pada sungai utama lalu keluar menuju lautan. empiris perhitungan debit puncak banjir yaitu
(Harto, 1993). Analisis hidrologi memegang metode Der Weduwen, Melchior, dan Haspers
peran yang sangat penting terutama dalam untuk mendapatkan metode penentuan debit
perkiraan dan penetapan debit banjir rancangan banjir yang lebih baik untuk DAS Sidutan.
(design flood) terkait dengan penentuan ukuran, Penulis juga menggunakan metode Hidrograf
kapasitas dan umur rencana bangunan sumber Satuan Sintetis (HSS) Nakayasu sebagai
daya air yang akan dibangun (Kamiana, 2011) pembanding, karena metode HSS Nakayasu
DAS Sidutan termasuk dalam DAS banyak digunakan pada penentuan debit puncak
utilitas tinggi (BWS, 2017). Karena temasuk banjir dalam perencanaan bangunan air pada
dalam DAS utilitas tinggi, maka peluang untuk wilayah Indonesia Timur (Soemarto,1987).
dibangunnya sarana sumber daya air Hasil analisis keempat metode di atas akan
dibandingkan dengan hasil perhitungan debit 1.5 Batasan Masalah
banjir observasi. 1. Pos ARR yang digunakan adalah stasiun
hujan Santong dengan panjang data
1.2 Rumusan Masalah selama 20 tahun yaitu 1999-2018.
Berdasarkan latar belakang di atas, 2. Pos AWLR yang digunakan adalah
permasalahan yang menjadi dasar dalam AWLR Santong dengan panjang data
penulisan tugas akhir ini, yaitu : selama 16 tahun yaitu 2002-2017.
1. Berapa besar debit banjir rancangan pada
DAS Sidutan dengan metode Der II. DASAR TEORI
Weduwen, Melchior, Haspers, Nakayasu 2.1 Tinjauan Pustaka
dan hasil pengukuran? Marcelia dkk (2014), melakukan
2. Bagaimana perbandingan keempat metode penelitian tentang kajian ketelitian metode
tersebut terhadap hasil perhitungan debit empiris dalam menghitung debit banjir
banjir pengukuran? rancangan di DAS Bangga. Metode
3. Metode manakah yang menghasilkan debit perhitungan debit banjir rancangan
banjir rancangan yang lebih mendekati menggunakan metode Rasional, Melchior, Der
debit banjir pengukuran? Weduwen, Haspers, HSS Nakayasu terhadap
nilai olahan data debit terukur menggunakan
1.3 Tujuan Penelitian metode distribusi log person III. Berdasarkan
Tujuan yang ingin dicapai dalam analisa data, didapatkan metode Rasional yang
penulisan tugas akhir ini, yaitu : paling mendekati data debit terukur dengan
1. Mengetahui besar debit banjir rancangan penyimpangan terkecil pada kala ulang 2, 5, 10,
pada DAS Sidutan dengan metode Der 25, 50, dan 100 tahun berturut-turut 23,41%,
Weduwen, Melchior, Haspers, Nakayasu 5,21%, -2,38, -9,40%, -13,38%, dan -16,64%.
dan hasil pengukuran. Khairudin (2013), melakukan
2. Mengetahui perbandingan keempat metode penelitian tentang perbandingan perhitungan
tersebut terhadap hasil perhitungan debit debit puncak banjir rancangan pada DAS
banjir pengukuran. Babak menggunakan metode empiris. Metode
3. Mengetahui metode manakah yang yang digunakan yaitu metode Der Weduwen,
menghasilkan debit banjir rancangan yang Melchior, dan Haspers yang dibandingkan
lebih mendekati debit banjir pengukuran. terhadap metode Serial Data. Berdasarkan hasil
analisa, didapatkan metode Haspers yang
1.4 Manfaat Penelitian paling mendekati metode Serial Data (Annual
Manfaat yang diharapkan dari Maximum Series) dengan nilai VE, RE, dan RMS
penelitian ini, diantaranya : berturut-turut 62,718%, 8,960%, dan 88,546.
1. Mendapatkan metode analisis yang lebih
tepat dalam perhitungan debit banjir 2.2 Landasan Teori
rancangan pada DAS Sidutan. 2.2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS)
2. Sebagai rekomendasi bagi Dinas Pekerjaan Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah
Umum bidang pengairan atau instansi daerah di mana semua air hujan yang jatuh di
terkait dalam penentuan metode yang akan daerah tersebut akan mengalir menuju ke dalam
digunakan untuk analisis debit banjir pada suatu sungai yang dimaksudkan. Daerah
DAS Sidutan. tersebut umumnya dibatasi oleh batas topografi
3. Dapat menjadi tambahan wawasan bagi tertinggi (Harto, 1993).
mahasiswa yang tertarik dalam bidang
hidrologi, khususnya mengenai debit 2.2.2 Analisis Hidrologi
banjir. Analisis hidrologi dilakukan guna
mendapatkan karakteristik hidrologi dan
meteorologi daerah aliran sungai. Tujuannya
adalah untuk mengetahui karakteristik hujan,

2
debit air yang ekstrim maupun yang wajar yang Langkah-langkah perhitungan dengan
akan digunakan sebagai dasar analisis cara ini adalah sebagai berikut (Harto, 1993):
selanjutnya dalam pelaksanaan detail desain. a. Hitung harga rata-rata :
n
A. Uji Konsistensi Data Hujan
Untuk memperoleh hasil analisis yang  log X i
(6)
baik, data hujan harus di uji konsistensinya. log X  i 1

n
Pengujian konsistensi dapat dilakukan dengan b. Hitung harga standar deviasi :
berbagai cara diantaranya RAPS (Rescaled ∑ ( )
Adjusted Partial Sum). S= (7)
Persamaan yang digunakan adalah c. Hitung koefisien kepencengan (Cs)
sebagai berikut (Harto,1993) : ∑ ( )
∗∗
∗ Cs = ( )( )( ∙ )
(8)
S = (1)
d. Hitung logaritma hujan atau banjir dengan
k = 0,1,2, … , n periode ulang T :
 Y  Y 
n
log X T  log X  K .S
2
i
(9)
Dy 
2 i 1 (2) e. Hitung anti log XT untuk mendapatkan
n curah hujan rencana dengan kala ulang T.
 
k
S k   Yi  Y
*
(3) dengan :
i 1
XT = curah hujan harian maksimum pada
k = 1,2,3, … , n periode ulang T tahun
dengan : S = standar deviasi
n = jumlah data hujan Log X = harga rata-rata log dari curah hujan
Yi = data curah hujan (mm) harian maksimum
Cs = koefisien kepencengan
Y = rerata curah hujan (mm) n = jumlah t yang diobservasi
* **
S k , S k , D y = nilai statistik XT = curah hujan yang diperkirakan
Nilai statistik Q dengan periode ulang tertentu
Q  maks S k
**
(4)
0k  n 4. Agihan Gumbel.
Nilai Statistik R (Range) 2. Pemilihan Agihan
**
R  maks S k  min S k
**
(5) Parameter statistik yang diperlukan
0k n 0k n untuk pemilihan distribusi yang sesuai dengan
dengan : sebaran data adalah sebagai berikut (Soewarno,
Q = nilai statistik 1995) :
n = jumlah data hujan a. Rata-rata hitung ( X )
Dengan melihat nilai statistik di atas
1 n
maka dapat dicari nilai √ dan √ . Hasil yang X   Xi
n i 1
(10)
didapat dibandingkan dengan nilai √
syarat dengan:
dan √
syarat. X = nilai rerata curah hujan (mm)
Xi = data curah hujan (mm)
B. Analisis Hujan Rancangan n = jumlah data
1. Analisis Distribusi Frekuensi / Agihan b. Standar deviasi ( S )
Jenis distribusi frekuensi yang banyak
 X 
n
2
digunakan dalam hidrologi yaitu (Harto, 1993) i X
: S i 1 (11)
1. Agihan Normal, n 1
2. Agihan Log Normal,
3. Agihan Log Pearson Tipe III

3
c. Koefisien kepencengan (Cs) distribusi teoritis yang disebut ∆max, Dalam
bentuk persamaan dapat ditulis (Suripin, 2004):
Cv = (12)
 max  maksimum P  P ' (16)
d. Koefisien kepencengan (Cs)
dengan :
∑ ( )
Cs = (13)  max = penyimpangan absolut peluang
( )( )
e. Koefisien kurtosis ( Ck ) teoritis dan pengamatan
P = peluang teoritis
 
n
n2  X i  X
4

(14)
P' = peluang empiris
Ck  i 1

n  1n  2n  3S 4 Langkah berikutnya adalah


membandingkan antar ∆max dengan ∆crit,
Tabel 1. Syarat penentuan jenis agihan Interpretasinya adalah :
a. ∆max < ∆crit , maka distribusi teoritis yang
digunakan dapat diterima,
b. ∆max > ∆crit , maka distribusi teoritis yang
digunakan tidak dapat diterima,

D. Analisis Debit Banjir Rancangan


Analisis debit banjir rancangan
dilakukan untuk mengetahui besaran debit
banjir yang akan terjadi untuk tiap kala ulang
Sumber : Bambang Triatmodjo, 2008 tertentu. Debit banjir rancangan yang akan
dipakai didasarkan pada rumus empiris. Dalam
C. Uji Kecocokan Agihan penelitian ini menggunakan metode Der
1. Uji Chi-Kuadrat (chi-square) Weduwen, Melchior, Haspers, dan HSS
Uji Chi-kuadrat dimaksudkan untuk Nakayasu.
menentukan apakah persamaan distribusi yang 1. Metode Der Weduwen
telah dipilih dapat mewakili distribusi statistik Metode Der Weduwen yang digunakan
sampel data yang dianalisis. Parameter Uji Chi- untuk menghitung debit maksimum di daerah
kuadrat dapat dihitung dengan rumus pengaliran Jakarta dirumuskan sebagai berikut
(Soewarno, 1995) : (Kamiana, 2011) :
𝜒 =∑
( )
(15) Qmax = α x β x I x A (17)
dengan :
dengan : Qmax = debit maksimum (m3/dt).
χh 2 = parameter Chi-kuadrat terhitung α = koefisien pengaliran
G = jumlah sub-kelompok β = koefisien reduksi
Oi = jumlah nilai pengamatan pada sub I = intensitas hujan (m3/dt/km2)
kelompok ke i A = luas Daerah Aliran Sungai (km2)
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub Koefisien pegaliran (α) ditentukan dengan
kelompok ke i rumus:
Interpretasinya yaitu :
a. Xh2 < Xcr2 , maka distribusi teoritis yang (18)
digunakan dapat diterima,
b. Xh2 > Xcr2 , maka distribusi teoritis yang Koefisien reduksi (β) ditentukan dengan rumus:
digunakan tidak dapat diterima.
(19)
2. Uji Smirnov-Kolmogorov
Pengujian ini dilakukan dengan
menggambarkan probabilitas untuk tiap data, Lamanya hujan (t dalam satuan jam) ditentukan
yaitu dari perbedaan distribusi empiris dan dengan rumus :

4
besaran F dinyatakan dalam km2, dan
(20) nilainya > luas daerah pengaliran (A).

dengan :
S = kemiringan dasar sungai rata-rata
Besarnya intensitas hujan (I) dapat dihitung ½b
dengan rumus :

I=
67,65 (21)
t + 1,45 ½b
Untuk menghitung debit maksimum dengan
periode ulang i tahun (Qi) untuk daerah ½a ½a
pengaliran di luar Jakarta ditentukan dengan
Gambar 1. Ilustrasi penggambaran elips
rumus (Kamiana, 2011) :
Nilai β2 ditentukan berdasarkan hubungan
(22)
antara F dan lama hujan disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Persentase β2 menurut Melchior


2. Metode Melchior
Metode Melchior yang berlaku untuk
daerah pengaliran di wilayah Jakarta secara
umum dirumuskan sebagai berikut (Kamiana,
2011) :
Qmax = α x I x A x (23)
dengan :
Qmax = debit maksimum (m3/dt)
α = koefisien pengaliran Sumber : Kamiana, 2011
β = koefisien reduksi
I = intensitas hujan (m3/dt/km2) Menentukan intensitas hujan (I)
A = luas Daerah Aliran Sungai (km2) 10 x β x R24 maksimum
Menentukan koefisien pegaliran (α) I= 36 x tc (26)
Melchior menetapkan koefisien
pengaliran (α) sebagai angka perbandingan 10 x L
antara limpasan dan curah hujan total, yang tc = (27)
36 x V
besarnya berkisar antara 0,42 – 0,62 dan
disarankan memakai 0,52.
V = 1,31 x (Q x S2)0,2 (28)
Menentukan koefisien reduksi (β), ditentukan
dengan rumus : dengan :
β = β1 x β2 (24) R24 = hujan harian (mm)
tc = waktu konsentrasi (jam)
Nilai β1 ditentukan berdasarkan rumus : V = kecepatan rata-rata aliran (m/dtk)
Q = β1 x Icoba x F (m3/dtk)
1970 S = Kemiringan rata-rata dasar sungai
F= - 3960 + (1720 x β1) (25) L = Panjang sungai utama (km)
β1 – 0,12
3. Metode Haspers
dengan : Metode Haspers yang digunakan untuk
F = luas elips yang mengelilingi daerah aliran
menghitung debit maksimum dirumuskan
sungai dengan sumbu panjang (a) tidak sebagai berikut:
lebih dari 1,5 kali sumbu pendek (b).

5
Qmax = α x β x I x A (29) Q =
×
(37)
dengan : , ×( , , )

Qmax = debit maksimum (m3/dt) dengan :


α = koefisien pengaliran Qp = debit puncak banjir (m3/detik)
β = koefisien reduksi A = luas catchment area (km2)
I = intensitas hujan (m3/dt/km2) R0 = hujan satuan (mm)
A = luas Daerah Aliran Sungai (km2) Tp = tenggang waktu dari permulaan banjir
Koefisien pegaliran (α) ditentukan dengan sampai puncak banjir (jam)
rumus: T0,3 = waktu yang diperlukan oleh penurunan
debit, dari debit puncak sampai menjadi 30%
(30) dari debit puncak (jam)
Tenggang waktu :
T p  t g  0,8 t r
Koefisien reduksi (β) ditentukan dengan rumus: Untuk : L < 15 km tg = 0,21 L0,7 (38)
L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L
(31) tr = 0,5 tg (jam) (39)
T0,3 = α,tg (jam)
dengan :
Waktu konsentrasi (tc) dihitung dengan rumus : L = panjang alur sungai (km),
tc = 0,1 x L0,8 x S-0,3 (32) tg = waktu konsentrasi (jam),
dengan : tr = waktu satuan hujan (jam)
S = Kemiringan rata-rata dasar sungai Qd = limpasan setelah mencapai
L = Panjang sungai utama (km) debit puncak (m3/detik)

Besarnya curah hujan r (mm) untuk lama hujan 2.2.3 Debit Banjir Observasi Analisis
tertentu t=tc (jam) dan hujan harian maksimum Frekuensi
R24 (mm) dirumuskan sebagai berikut: Penentuan debit banjir dengan
Untuk t < 2 jam menggunakan analisis frekuensi memiliki
prosedur analisis yang sama dengan analisis
(33) frekuensi data curah hujan rancangan pada .
Data debit banjir atau hujan yang digunakan
untuk analisis frekuensi dipilih dari seri data
Untuk 2 jam < t < 19 jam lengkap hasil observasi selama beberapa tahun.
Apabila data debit adalah harian, maka dalam
(34) satu tahun terdapat 365 data debit. Data yang
digunakan untuk analisis frekuensi dapat
dibedakan menjadi dua tipe berikut ini
Untuk 19 jam < t < 30 hari (Triatmodjo, 2008).
r = 0,707 x R24 x (t+1)1/2 (35)
A. Metode Partial Duration Series
Besarnya intensitas hujan ditentukan Metode ini digunakan apabila jumlah
berdasarkan hubungan antara r (mm) dan t data kurang dari 10 tahun data runtut waktu.
(jam) dengan rumus : Partial Duration Series adalah rangkaian data
debit/banjir yang besarnya di atas suatu nilai
(36) batas bawah tertentu. Dengan demikian dalam
satu tahun bisa terdapat lebih dari satu data
4. HSS Nakayasu yang digunakan dalam analisis. (Triatmodjo,
Metode Nakayasu yang digunakan 2008).
untuk menghitung debit puncak banjir
dirumuskan sebagai berikut:

6
B. Metode Annual Maximum Series
Dalam penerapan metode Annual (41)
Series, untuk memperkirakan debit banjir
rancangan, dilaksanakan dengan
mengumpulkan data debit banjir terbesar setiap C. Rata-rata Akar Jumlah Kuadrat dari
satu tahun, dari data runtut waktu dari pos duga perbedaan data hasil peramalan dan data
air sungai suatu DAS atau sub DAS, dimana terukur (RMS)
penelitian dilaksanakan, minimal 10 tahun data. Nilai rata-rata tersebut dikenal juga
Satu tahun data, di Indonesia disarankan tidak denan istilah Root Mean Square Error (RMS),
sama dengan satu tahun kalender, akan tetapi untuk menunjukkan seberapa besar
dimulai dari awal bulan terkering (misal penyimpangan hasil perhitungan peramalan
dimulai tanggal 1 Oktober dan berakhir tanggal terhadap data.
30 September tahun berikutnya), hal ini
dimaksudkan agar data yang dipilih betul-betul (42)
merupakan variabel acak bebas. Dalam satu
tahun data, maka datanya harus lengkap, tanpa dengan :
terdapat periode kosong terutama pada musim Xi = debit observasi periode ke-i
penghujan. (Triatmodjo, 2008). Yi = debit simulasi periode ke-i
VE = selisih volume kesalahan (%)
2.2.4 Analisis Statistik RE = kesalahan relatif error (%)
Dalam menganalisa suatu peramalan RMS = Root Mean Square Error
ada beberapa kriteria untuk mengevaluasi n = jumlah data
ketelitian peramalan, yaitu selisih volume
kesalahan (VE), kesalahan relatif antara hujan III. METODOLOGI PENELITIAN
hitungan dengan hujan hitungan dengan hujan 3.1 Lokasi Penelitian
terukur (RE), dan rata-rata akar jumlah kuadrat Lokasi penelitian ini terletak pada
dari perbedaan peramalan dan data (RMS). catchment area AWLR (Automatic Water Level
Persamaan yang digunakan untuk Recorder) Santong (nomor DAS 014) yang
mengevaluasi ketelitian peramalan tersebut terletak pada DAS Sidutan bagian hulu.
adalah sebagai berikut : Catchment area AWLR Santong memiliki luas
A. Selisih Volume Kesalahan 37,77 km2 dengan sungai utama adalah Sungai
Besarnya selisih volume kesalahan Sidutan yang secara administratif berada di
(VE) merupakan perbandingan antara hujan Kabupaten Lombok Utara. Secara geografis
hasil peramalan dengan hujan terukur, apakah letak Stasiun AWLR Santong berada pada
hasil suatu keluaran model tersebut mendekati 8°19’44” LS dan 116°17’47” BT.
dengan data hujan terukur sehingga bisa dinilai
apakah model tersebut dikategorikan sesuai
atau tidak.

(40)

B. Kesalahan Relatif Error (RE)


Analisis kesalahan relatif suatu model
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar
ketelitian keluaran model yang memperlihatkan
unjuk kerja yang baik dari parameter-parameter
model tersebut. Gambar 2. Peta catchment area AWLR
Santong (DAS Sidutan)

7
3.2 Pengumpulan Data 3.3.2 Analisis data debit AWLR
Dalam penelitian ini diperlukan data Data debit yang akan digunakan dalam
sekunder yang diperoleh dari intansi terkait. perhitungan ini adalah data yang dianalisis
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian menggunakan metode serial data Partial
ini sebagai berikut : Duration Series. Untuk perhitungan debit banjir
a. Peta topografi DAS kala ulang debit terukur menggunakan analisis
Data karakteristik DAS untuk frekuensi.
mengetahui daerah tangkapan (catchment
area), panjang sungai utama, dan kemiringan 3.3.3 Analisis statistik
dasar sungai utama. Penetapan data Analisis statistik digunakan untuk
karakteristik DAS dilakukan berdasarkan peta mengetahui perbandingan dari kesalahan yang
topografi yang dikelola Balai Wilayah Sungai terjadi pada perhitungan dengan menggunakan
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Selisih Volume Kesalahan (VE), Kesalahan
Tenggara Barat (NTB). Relatif Error (RE), dan Root Mean Square Error
b. Data debit AWLR (RMS).
Data AWLR yang digunakan adalah
data AWLR harian dari Stasiun AWLR 3.4 Bagan Alir Penelitian
Santong. Data ini dikelola oleh Balai Wilayah
Sungai Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).
c. Data curah hujan
Data curah hujan yang digunakan
adalah data hujan harian dari Stasiun Santong.
Data ini dikelola oleh Balai Wilayah Sungai
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa
Tenggara Barat (NTB).

3.3 Analisis Data


3.3.1 Analisis Data Curah Hujan
1. Uji konsistensi data curah hujan
menggunakan metode RAPS (Rescaled
Adjusted Partial Sum).
2. Analisis curah hujan rata-rata DAS
(catchment area) dengan metode poliggon
Thiessen.
3. Analisis distribusi frekuensi untuk
menentukan jenis aguhan/distribusi yang
digunakan.
4. Uji kecocokan distribusi frekuensi
menggunakan metode Chi-Kuadrat dan
Smirnov-Kolmogorov.
5. Analisis curah hujan rancangan
menggunakan metode berdasarkan
persyaratan jenis distribusinya.
6. Analisis perkiraan debit puncak banjir
rancangan menggunakan metode Der
Weduwen, Melchior, Haspers, dan
Nakayasu.

Gambar 3. Bagan alir penelitian

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 3. Uji RAPS curah hujan tahunan Stasiun
4.1 Analisis Hidrologi Santong
Analisis hidrologi dilakukan guna
mendapatkan karakteristik hidrologi dan
meteorologi daerah aliran sungai. Tujuannya
adalah untuk mengetahui karakteristik hujan,
debit air yang ekstrim maupun yang wajar yang
akan digunakan sebagai dasar analisis
selanjutnya dalam pelaksanaan detail desain.
Adapun langkah-langkah untuk
mendapatkan debit banjir rancangan antara lain
:
a. Analisis curah hujan
b. Uji konsistensi (menggunakan metode
RAPS)
c. Analisis distribusi frekuensi
d. Uji kecocokan distribusi frekuensi
e. Analisis debit banjir rancangan

4.1.1 Analisis Data Curah Hujan


Data hujan yang digunakan untuk
analisis pada catchment area DAS Sidutan
adalah stasiun penakar hujan Santong
berdasarkan hasil poligon thiessen gambar 4.

4.1.3 Curah Hujan Rancangan


Pemilihan data hujan yang digunakan dalam
analisis hujan rancangan adalah hujan harian
maksimum tahunan. Berdasarkan analisis
pemilihan jenis agihan, selanjutnya dihitung
parameter statisistik untuk memilih sebaran
yang cocok. Berdsarkan hasil perhitungan
didapatkan nilai Cv = 0,354 ; Cs = 0,232 dan
Ck = 2,316, hasil perhitungan menunjukkan
bahwa jenis agihan yang dipilih mendekati
persyaratan Log Pearson Tipe III. Sedangkan
Gambar 4. Poligon thiesen catchment area hasil uji kecocokan distribusi disajikan pada
DAS Sidutan tabel 4.

4.1.2 Uji Konsistensi Data Tabel 4. Hasil Pengujian Kecocokan Distribusi


Analisis uji konsistensi data pada Data
analisis ini mengunakan metode RAPS. Hasil
uji disajikan pada tabel 3.

Dari hasil perhitungan parameter


statistik curah hujan rancangan dengan metode
Log Pearson Tipe III, diperoleh nilai rata-rata
Log X = 2,097 dan S LogX = 0,162, dengan

9
menggunakan persamaan (9) diperoleh curah B. Metode Haspers
hujan rancangan untuk kala ulang 2, 5, 10, 25, Luas DAS (A) = 37,77 km2
dan 100 tahun disajikan pada tabel 5. Panjang sungai (L) = 12,6 km
Kemiringan sungai (S)= 0,15
Tabel 5. Curah hujan rancangan metode Log Perhitungan :
Pearson Tipe III

tc = 0,1 x L0,8 x S-0,3


= 0,1 x 12,60,8 x 0,15-0,3
= 1,341 jam

Menghitung nilai reduksi berdasarkan


persamaan (31), sehingga didapatkan nilai β =
0,846.
4.1.4 Perhitungan Debit Banjir Karena nilai tc = 1,341 < 2, maka rumus
Rancangan yang digunakan dalam perhitungan adalah
A. Metode Der Weduwen persamaan (33), sehingga r = 74,132 mm
Luas DAS (A) = 37,77 km2
,
Panjang sungai (L) = 12,6 km I = = 15,354 m3/dtk/km2
Kemiringan sungai (S)= 0,15 , ,
Perhitungan :
Digunakan t coba = 2,166 jam Menghitung debit banjir rancangan
kala ulang dengan persamaan (29) sehingga
β= = 0,828 didapatkan debit banjir rancangan kala ulang
disajikan pada tabel 8.

, ,
Tabel 8. Perhitungan debit banjir rancangan
α=1- =1- ,
= 0,84052 dengan metode Haspers

Karena nilai t hitung sama dengan nilai t


asumsi awal, maka hitungan Qmaks dapat
dilakukan menggunakan persamaan (17)
didapatkan hasil = 492,058 m³/dtk. Selanjutnya
perhitungan debit banjir rancangan untuk
berbagai kala ulang dapat dihitung dengan
persamaan (22), sehingga didapatkan hasil
seperti yang disajikan pada tabel 6. C. Metode Melchior
Luas DAS (A) = 37,77 km2
Tabel 6. Perhitungan debit banjir rancangan Panjang sungai (L) = 12,6 km
dengan metode Der Weduwen Kemiringan sungai (S) = 0,15
Koefisien pengaliran (α) = 0,52 (ketetapan
Melchior)
Luas Ellips (Gambar Ellips disajikan pada
gambar 5) :
Panjang sumbu a = 12,452 km
Panjang sumbu b = 9,386 km

10
Gambar 5. Penggambaran ellips Metode Melchior

Perhitungan : Menghitung besarnya intensitas hujan :


Menghitung luas ellips :
F =¼xπxaxb
= ¼ x π x 12,452 x 9,386
= 91,829 km2
Karena nilai I hitung sama dengan nilai I
Menghitung nilai koefisien reduksi 1 (β1)
asumsi awal, Selanjutnya perhitungan debit
F = ,
– 3960 + (1720 x β1 ) banjir rancangan untuk berbagai kala ulang
91,829 =1 – 3960 + (1720 x β1 ) dapat dihitung dengan persamaan (23),
, sehingga didapatkan hasil seperti yang
β1 = 0,915 1 disajikan pada tabel 7.
Menghitung debit maksimum :
Digunakan I coba = 15,249 m³/dtk/km² Tabel 7. Perhitungan debit banjir rancangan
Q = β1 x Icoba x F dengan metode Melchior
= 0,915 x 15,249 x 91,829
= 1281,288 m³/dtk
Menghitung kecepatan rata-rata aliran :
V = 1,31 x (Q x S2)0,2
= 1,31 x (1281,288 x 0,152)0,2
= 2,566 m/dtk
Menghitung waktu konsentrasi :
,
tc = = ,
= 1,364 jam
Menghitung nilai koefisien reduksi (β)
Nilai β2 dapat dihitung dengan melihat D. Metode HSS Nakayasu
tabel 2 yang menunjukkan hubungan antara Luas DAS (A) = 37,77 km2
luas ellips (F) dengan lama hujan. Sehingga Panjang sungai (L) = 12,6 km
nilai β2 = 0,377. R0 = 1 mm
β = β1 x β2 Perhitungan :
= 0,767 x 0,377
= 0,345

11
1. Menghitung waktu konsentrasi (tg) 4.2.2 Analisis debit banjir rancangan
Karena L < 15 km maka rumus yang dengan distribusi frekuensi
digunakan dalam perhitungan adalah: Perhitungan debit banjir kala ulang
tg = 0,21 x L0,7 data terukur pada penelitian ini menggunakan
= 0,21 x 12,60,7 metode Analisis Frekuensi. Dari hasil
= 1,237 jam perhitungan parameter statistik curah hujan
2. Menghitung waktu satuan hujan (tr) : rancangan dengan metode Log Pearson Tipe
tr = 0,5 tg III, diperoleh nilai rata-rata Log X = 1,372 dan
= 0,5 x 1,237 = 0,619 jam S LogX = 0,250, dengan menggunakan
3. Menghitung waktu permulaan banjir persamaan (9) diperoleh debit banjir rancangan
sampai puncak banjir (Tp) : untuk kala ulang 2, 5, 10, 25, dan 100 tahun
Tp = tg + 0,8 tr disajikan pada tabel 10.
= 1,237 x (0,8 x 0,619)
= 1,732 jam Tabel 10. Debit banjir rancangan Metode Log
4. Menghitung waktu yang diperlukan oleh Pearson Tipe III
penurunan debit, dari debit puncak sampai
menjadi 30% dari debit puncak (T0,3) :
T0,3 = α x tg = 2 x 1,237 = 2,474 jam
Menghitung debit banjir rancangan
kala ulang dengan persamaan (37) sehingga
didapatkan debit banjir rancangan kala ulang
disajikan pada tabel 9.

Tabel 9. Perhitungan debit banjir rancangan


dengan metode HSS Nakayasu
4.3 Analisis Statistik
4.2 Analisis Debit Banjir Observasi dengan Perhitungan analisis ketelitian uji
statistik peramalan debit puncak banjir
rancangan menggunakan metode Der
Weduwen, Melchior, Haspers, dan HSS
Nakayasu untuk setiap kala ulang disajikan
sebagai berikut :
1. Selisih Volume Kesalahan (VE)

Analisis Frekuensi
4.2.1 Analisis data debit dengan metode
Partial Duration Series
Dalam penelitian ini, metode analisis
data debit puncak banjir observasi
menggunakan metode Partial Duration Series.
Untuk pemilihan data menggunakan metode
ini, digunakan batas ambang sebanyak 30 data
terbesar. Ambang batas data tersebut diambil 2. Kesalahan Relatif (RE)
karena untuk penelitian, sampel data yang
dinilai cukup adalah 30 sampel (Roscoe, 1975,
in Sekaran 2005). Pada peneltian ini data debit
yang digunakan adalah data yang tercatat pada
AWLR Santong.

12
3. Rata-rata Akar Jumlah Kuadrat dari Setelah dilakukan uji statistik seperti
perbedaan data hasil peramalan dan data yang disajikan pada tabel 11,12 dan 13 dapat
terukur (RMSE) dilihat bahwa nilai rata-rata VE untuk metode
Der Weduwen = 84,948 %, Melchior =
79,393%, Haspers = 86,264 % dan metode HSS
Nakayasu = 29,757 %. Nilai VE menunjukkan
seberapa besar kesalahan debit banjir
rancangan terhadap debit banjir observasi.
Nilai rata-rata RE untuk metode Der
Weduwen = 14,158 %, Melchior = 13,232 %,
Perhitungan nilai analisis ketelitian uji Haspers = 14,377 % dan metode HSS
statistik untuk seluruh kala ulang disajikan Nakayasu = 4,960 %. Nilai RE menunjukkan
pada tabel 11, 12 dan 13. seberapa besar ketelitian keluaran model
perhitungan terhadap data terukur. Sedangkan
Tabel 11. Hasil perhitungan analisis statistik nilai rata-rata RMSE untuk metode Der
pengujian volume kesalahan (VE) Weduwen = 147,630, Melchior = 100,069,
Haspers = 164,688 dan metode HSS Nakayasu
= 8,473. Nilai RMSE menunjukkan seberapa
besar penyimpangan hasil perhitungan
peramalan terhadap data terukur.
Berdasarkan hasil uji statistik di atas,
dapat diketahui bahwa metode HSS Nakayasu
adalah metode yang paling medekati debit
banjir observasi, sedangkan metode Haspers
memiliki perbedaan yang paling besar.
Berdasarkan hasil dari perhitungan
Tabel 12. Hasil perhitungan analisis statistik debit puncak banjir di atas apabila digambarkan
pengujian kesalahan relatif (RE) dalam bentuk grafik akan disajikan pada
gambar 6.

Tabel 13. Hasil perhitungan analisis statistik


pengujian Rata-rata Akar Jumlah Kuadrat
(RMSE)

Gambar 6. Grafik perbandingan hasil


analisis Metode Der Weduwen, Melchior,
Hasper, dan HSS Nakayasu terhadap debit
terukur

Grafik di atas menggambarkan bahwa


perbedaan hasil perkiraan debit puncak banjir
Sungai Sidutan dengan kelima metode tersebut

13
berbeda-beda. Berdasarkan hasil pada gambar 5.2 Saran
4.3 di atas metode HSS Nakayasu memiliki Adapun saran-saran yang ingin penulis
hasil yang paling mendekati debit banjir sampaikan berdasarkan kesimpulan di atas
observasi yang digunakan sebagai pembanding, sebagai berikut :
dengan nilai relative errors sebesar 4,960% dan 1. Sebaiknya dalam analisis menggunakan
nilai Root Mean Square Error sebesar 8,473. data hujan dan data debit terbaru, dan
Sedangkan hasil perhitungan yang memiliki sekurang-kurangnya 20 tahun.
selisih terbesar adalah metode Haspers dengan 2. Penelitian lebih lanjut terkait metode
nilai relative errors sebesar 14,377% dan nilai perhitungan debit banjir rancangan dapat
Root Mean Square Error sebesar 164,688. dilakukan pada DAS lainnya yang ada di
Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat wilayah Lombok.
bahwa metode Haspers dan metode Der 3. Metode Nakayasu dapat digunakan sebagai
weduwen kurang andal jika digunakan pada metode perhitungan debit banjir rancangan
DAS Sidutan, hal ini selaras dengan hasil pada DAS dengan karakteristik yang serupa
analisis yang dilakukan oleh Nasjono dkk dengan DAS Sidutan.
(2018) yang mengatakan bahwa Metode
Haspers dan Weduwen tidak andal DAFTAR PUSTAKA
dipergunakan pada DAS Manikin.
Balai Wilayah Sungai Nusa Tenggara Barat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN (2017). Data dan Informasi
5.1 Kesimpulan Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah
Adapun kesimpulan yang didapatkan Sungai Lombok dan Wilayah Sungai
dari penyusunan tugas akhir ini adalah sebagai Sumbawa. Mataram.
berikut : Harto, S. (1993). Analisa Hidrologi. Jakarta:
1. Besar debit banjir rancangan dengan Gramedia Pustaka Utama.
metode Der Weduwen, Melchior, Haspers, dan Kamiana, I Made. (2011). Teknik Perhitungan
Nakayasu memiliki nilai yang berbeda-beda. Debit Rencana Bangunan Air.
Adapun besar debit banjir untuk kala ulang 100 Yogyakarta: Graha Ilmu.
tahun untuk keempat metode tersebut bertururt- Khairudin. (2013). Perbandingan Perhitungan
turut 570,619 m³/dtk, 416,776 m³/dtk, 620,667 Debit Puncak Banjir Rancangan
m³/dtk, dan 102,165 m³/dtk, sedangkan debit Dengan Metode Weduwen, Melchior,
banjir rancangan analisis frekuensi data Dan Haspers Terhadap Metode Serial
pengukuran adalah 135,321 m³/dtk. Data Pada DAS Babak. Tugas Akhir.
2. Besar debit banjir rancangan dengan Universitas Mataram.
metode Der Weduwen, Melchior, Haspers, dan Marcelia, Haricahyono, T., dan Abu, A. (2014).
Nakayasu terhadap debit banjir rancangan Ketelitian Metode Empiris Untuk
analisis frekuensi data pengukuran memiliki Menghitung Debit Banjir Rancangan di
nilai yang berbeda, dengan metode Nakayasu Das Bangga. Jurnal Infrastruktur
memiliki nilai VE, RE, dan RMSE terkecil volume 4.
berturut-turut 29,757%, 4,965%, dan 8,473. Nasjono, J. K., Hunggurami, E., Sarty, M. G.
Sedangkan metode Haspers memiliki nilai VE, (2018) Keandalan Metode Haspers dan
RE, dan RMSE terbesar berturut-turut Weduwen Pada DAS Manikin. Jurnal
86,264%, 14,377%, dan 164,688. Teknik Sipil, Vol. VII, No 2
3. Berdasarkan evaluasi keempat metode, Sekaran, U. (2005). Research Methods For
Nakayasu menghasilkan debit banjir rancangan Business: A Skill Building Approach
yang paling mendekati debit banjir rancangan 4th ed. J. Marshall, ed.,Illinois: John
hasil analisis frekuensi data pengukuran, Wiley & Sons Inc.
dibandingkan metode Der Weduwen, Melchior, Soemarto, C. D. (1987). Hidrologi Teknik.
dan Haspers. Surabaya: Usaha Nasional.

14
Soewarno. (1995). Hidrologi, Aplikasi Metode
Statistik Untuk Analisa Data. Bandung:
Nova.
Suripin. (2004). Sistem Drainase Perkotaan
yang Berkelanjutan. Yogyakarta: Andi
Offset.
Triatmodjo, B. (2008). Hidrologi Terapan.
Yogyakarta: Beta Offset.

15

Anda mungkin juga menyukai