Disusun Oleh:
?
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat-nya,
ketidakefektifan pola nafas pada pasien congestive heart failure (chf)” ini dapat di
Dewasa dengan Dosen Pembimbing Ibu Maria Yunita Indriarini., M. Kep., Ns.
Sp. Kep. M. B.
Kami pun mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
kekurangan dalam penyusunan tugas ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan
makalah ini. Harapan kami, semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I: Pendahuluan1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penelitian 1
C. Metode Penulisan 1
D. Sistematika Penulisa 1
BAB II: Tinjauan Teori 3
A. Rancangan Evidence-Based Nursing Practice 3
B. Strategi Pencarian 3
C. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3
D. Flow Diagram PRISMA 4
E. Tabel Ekstraksi Data 5
F. Pembahasan 12
BAB III: Penutup 14
A. Simpulan 14
B. Saran 14
DAFTAR PUSTAKA
15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Congestive Heart Failure (CHF) adalah syndrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), yang ditandai oleh sesak nafas (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur dan
fungsi jantung. CHF dapat disebabkan oleh gangguan yangmengakibatkan
terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi distolik) dan atau
kontraktilitas miokardial (disfung sisistolik) (Sudoyo dkk. 2015)
Kegagalan sistem kardiovaskuler atau yang umumnya dikenal
dengan istilah gagal jantung adalah kondisi medis di mana jantungtidak
dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh sehingga jaringan tubuh
membutuhkan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi dengan baik.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2012
menunjukkan bahwa prevalensi pada tahun 2008 terdapat 17.5 juta atau
sekitar (48%) dari total kematian disebabkan oleh Gagal Jantung
Kongestif. Sedangkan di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar
dan tetap stabil selama dekade terakhir yaitu sekitar >650.000 kasus baru
di diagnosa setiap tahunnya yang disebabkan oleh Gagal Jantung
Kongestif (Dicky Ardianta, 2017)Menurut World Health Organization
(WHO) tahun 2012 menunjukkan bahwa prevalensi pada tahun 2008
terdapat 17.5 juta atau sekitar (48%) dari total kematian disebabkan oleh
Gagal Jantung Kongestif. Sedangkan di Amerika Serikat mempunyai
insidensi yang besar dan tetap stabil selama dekade terakhir yaitu sekitar
>650.000 kasus baru di diagnosa setiap tahunnya yang disebabkan oleh
Gagal Jantung Kongestif (Dicky Ardianta, 2017).
Posisi adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk
memberikan posisi tubuh dalammeningkatkan kesejahteraan atau
kenyamanan fisik dan psikologis. Aktivitas intervensi keperawatan yang
4
dilakukan untuk pasien gagal jantung diantaranya menempatkan tempat
tidur yang terapeutik, mendorong pasien meliputi perubahan posisi,
memonitor status oksigen sebelum dan setelah perubahan posisi,
tempatkan posisi dalam posisi terapeutik, posisikan pasien dalam kondisi
body aligemnent, posisikan untuk mengurangi dyspnea seperti posisi semi-
fowler, tinggikan 45° atau lebih diatas jantung untuk memperbaiki aliran
balik.
Mengatur pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu
menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-
parumaksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas yang
berhubungan dengan perubahan membran alveolus.Dengan posisi semi
fowler, sesak nafas berkurang dan sekaligus akan meningkatkan durasi
tidur klien(dikutip dalam Melanie, 2014).
Ketidakefektifan pola nafas merupakan inspirasi dan ekspirasi
yang tidak memberi ventilasi adekuat (NANDA, 2012). Menurut carpenito
(2007), ketidakefektifan pola nafas adalah keadaan dimana individu
mengalami kehilangan yang aktual atau potensial yang berhubungan
dengan perubahan pola pernafasan. Kejadian pola nafas yang tidak efektif
dapat dijumpai pada pasien gagal jantung. Pada pasien gagal jantung akan
menimbulkan masalah keperawatan dengan gangguan kebutuhan rasa
aman dan nyaman, salah satunya adalah sesak (Komalasari, 2012).
B. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efektivitas posisi semi fowler dalam
mengatasi ketidakefektifan pola nafas pada pasien congestive heart
failure (chf).
C. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah EBNP ini di ambil dari artikel-
artikel keperawatan yang berkaitan dengan posisi semi fowler dalam
mengatasi ketidakefektifan pola nafas pada pasien congestive heart
failure (chf).
5
D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan EBNP ini dimulai dengan bab 1 tentang
pendahuluan berisi latar belakang, tujuan penelitian, metode penulisan
dan sistematika penulisan. Bab 2 tentang tinjauan teoritis yang
membahas rancangan Evidence-Based Nursing Practice, Strategi
pencarian (PICO), kriteria inklusi dan eksklusi, flow diagram
PRISMA, tabel ekstraksi data, pembahasan. EBNP ini diakhiri dengan
bab 3 tentang penutup yang berisi simpulan dan saran.
6
BAB II
PENDAHULUAN
7
Jantung manusia merupakan organ berongga yang memiliki 2 atrium
dan 2 ventrikel. Jantung merupakan organ berotot yang mampu mendorong
darah ke berbagai bagian tubuh. Jantung manusia berbentuk seperti kerucut
dan berukuran sebesar kepalan tangan, terletak di rongga dada sebalah kiri.
Jantung dibungkus oleh suatu selaput yang disebut perikardium. Jantung
bertanggung jawab untuk mempertahankan aliran darah. Untuk mejamin
kelangsungan sirkulasi, jantung berkontraksi secara periodik.
Otot jantung berkontraksi terus menerus tanpa mengalami kelelahan.
Kontraksi jantung manusia merupakan kontraksi miogenik, yaitu kontraksi
yang diawali kekuatan rangsang dari otot jantung itu sendiri dan bukan dari
syaraf.
1. Ukuran dan bentuk
Ukuran jantung panjangnya kira-kira 12 cm, lebar 8-9 cm seta
tebal kira-kira 6 cm. Berat jantung sekitar 7-15 ons atau 200 sampai 425
gram dan sedikit lebih besar dari kepalan tangan. Setiap harinya jantung
berdetak 100.000 kali dan dalam masa periode itu jantung memompa 2000
galon darah atau setara dengan 7.571 liter darah.
Posisi jantung terletak diantar kedua paru dan berada ditengah tengah
dada, bertumpu pada diaphragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas
processus xiphoideus. Pada tepi kanan cranial berada pada tepi cranialis
pars cartilaginis costa III dextra, 1 cm dari tepi lateral sternum. Pada tepi
kanan caudal berada pada tepi cranialis pars cartilaginis costa VI dextra, 1
cm dari tepi lateral sternum. Tepi kiri cranial jantung berada pada tepi
caudal pars cartilaginis costa II sinistra di tepi lateral sternum, tepi kiri
caudal berada pada ruang intercostalis 5, kira-kira 9 cm di kiri linea
medioclavicularis.
2. Pelapis
Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana
terdiri antara lapisan fibrosa dan serosa, dalam cavum pericardii berisi 50
cc yang berfungsi sebagai pelumas agar tidak ada gesekan antara
perikardium dan epikardium. Perikardium adalah kantong berdinding
8
ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan
pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan
pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium terdapat dua
lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di
atas jaringan ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
untuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar
ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi
pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.
4. Ruang Jantung
Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh
septum intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum
interventrikular. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari
vena yang membawa darah kembali ke jantung. Ventrikel berdinding
tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri yang
membawa darah meninggalkan jantung.
a. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima
darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak
mengandung oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu
sendiri.
b. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil
dari atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri
menampung empat vena pulmonalis yang mengembalikan darah
teroksigenasi dari paru-paru.
9
c. Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung.
Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan
mengalir melewati jarak yang pendek ke paru-paru.
d. Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal
dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta dan mengalir ke seluruh bagian tubuh
kecuali paru-paru.
5. Katup Jantung
Diantara atrium kanan dan ventrikel kanan ada katup yang memisahkan
keduanya yaitu katup trikuspidalis, sedangkan pada atrium kiri dan
ventrikel kiri juga mempunyai katup yang disebut dengan katup mitral/
bikuspidalis. Kedua katup ini berfungsi sebagai pembatas yang dapat
terbuka dan tertutup pada saat darah masuk dari atrium ke ventrikel.
a. Katup Trikuspidalis
Katup trikuspidalis berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan.
Bila katup ini terbuka, maka darah akan mengalir dari atrium kanan
menuju ventrikel kanan. Katup trikuspidalis berfungsi mencegah
kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup
pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid
terdiri dari 3 daun katup.
b. Katup Pulmonal
Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam
ventrikel kanan melalui trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis
bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang akan
berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal
trunkus pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun
katup yang terbuka bila ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila
ventrikel kanan relaksasi, sehingga memungkinkan darah mengalir dari
ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
c. Katup Bikuspidalis
10
Katup bikuspidalis atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium
kiri menuju ventrikel kiri. Seperti katup trikuspid, katup bikuspid
menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup bikuspid terdiri dari dua
daun katup.
d. Katup Aorta
Katup aorta terdiri dari 3 daun katup yang terdapat pada pangkal aorta.
Katup ini akan membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga
darah akan mengalir keseluruh tubuh. Sebaliknya katup akan menutup
pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah darah masuk
kembali kedalam ventrikel kiri.
6. Sistem Penghantar Jantung
SA Node (pace maker), di dinding atrium kanan dekat muara vena cava
superior; 60-100x/mnt. Fungsi utama jantung adalah memompa darh ke
seluruh tubuh dimana pada saat memompa jantung otot-otot jantung
(miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung
mempunyai kemampuan untuk menimmbulkan rangsangan
listrik. Aktifitas kontraksi jantung untuk memompa darah keseluruh tubuh
selalu didahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini dimulai pada
nodus sinoatrial (nodus SA). Pada nodus SA mengawali gelombang
depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial
aksi yang disebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus atrioventrikuler
(nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan akhirnya ke seluruh otot
ventrikel.
a. AV node, di dasar atrium kanan dekat sekat atrium-ventrikel;
40-60x/mnt.
b. Berkas his, berkas dari AV node masuk ke septum interventrikel.
c. Serat Purkinje, serat yang menyebar ke miokard ventrikel; 20-40x/mnt.
7. Sirkulasi Jantung
11
Darah kotor dari tubuh bagian atas diafragma dan darah kotor dari bagian
bawah diafragma melalui vena kava superior dan vena kava inferior masuk
ke atrium kanan- lalu masuk ke ventrikel kanan melalui katub trikuspidalis-
kemudian melalui arteri pulmonalis darah kotor dibawa ke kedua
paru,didalam paru darah menjadi kaya oksigen, dan darah yang kaya oksigen
tersebut dibawa masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonal – lalu masuk ke
ventrikel kiri melalui katub bicuspid /katub mitral-dari ventrikel kiri darah
dialirkan ke sistemik melalui katub semilunar aorta, begitu seterusnya.
BAB III
TINJAUAN TEORITIS
12
2. Kriteria Eksklusi
c) Literatur membahas posisi semi fowler.
Seleksi abstrak
(n= 12 dikeluarkan)
13
E. Tabel Ekstraksi Data
Author/Tahun Bahasa Sumber Tujuan Penelitian Metode Hasil/Temuan
Artikel Penelitian
Prima Ayu Andini, Indonesia Scholar Mengetahui posisi semi penelitian yang diketahui bahwarata-rata nilai
dkk. 2021 fowler dapat mengatasi digunakan pada saturasi oksigen pasien asma
ketidakefektifan pola penelitian ini adalah sebelum diberikan posisi semi
nafas di bidang literature review fowler sebesar 96% kemudian
kesehatan khususnya mengenai meningkat menjadi 99%
keperawatan penerapan posisi sesudah diberikan posisi semi
semi fowler fowler.
Ahmad Muzaki. 2020 Indonesia Scholar diberikan posisi ini Jenis penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
untuk menurunkan adalah deskriptif penerapan posisi semi fowler
konsumsi oksigen dan dengan (posisi duduk 45) selama 3x24
meningkatkan ekspansi menggunakan jam sesuai dengan SOP
paru yang maksimal, metode pendekatan membantu mengurangi sesak
sehingga studi kasus. Subjek nafas dan membantu
ketidakefektifan pola dalam studi kasus mengoptimalkan RR pada klien
nafas klien lebih optimal ini adalah dua sehingga masalah
pada pasien CHF di orang pasien yang ketidakefektifan pola nafas
RSUD Wates. terkena CHF dapat teratasi.
dengan
ketidakefektifan
pola nafas.
Intervensi
semifowler position
dilakukan dimana
posisi kepala dan
tubuh dinaikkan
dengan 45°.
Nur Kasan. 2020 Indonesia Scholar Tujuannya adalah untuk Jenis penelitian ini Berdasarkan analisis uji paired t
mengetahui efektifitas adalah quasy test di peroleh nilai rata-rata
14
pengaturan posisi semi experimental respiratori rate sebelum di
fowler terhadap dengan rancangan lakukan perubahan posisi
penurunan respiratori The semifowler -3,309, sedangkan
rate pada pasien RemovedTreatment sesudah perubahan posisi
Congestive Heart Design dengan semifowler dengan nilai mean
Failure (CHF). pretest dan post 6,231. Selain itu, dari hasil uji
test. Pengambilan mann withney diperoleh nilai
sampel sig p=0,000 (p<0,005) yang
menggunakan menunjukan adanya perbedaan
simple random signifikan antara sebelum dan
sampling dengan sesudah intervensi, dengan
total sampel 22 tingkat kepercayaan 95%
responden. dengan nilai mean rank posisi
Respiratori Rate semifowler 32,27 dengan tanpa
diukur dengan perlakuan posisi semifowler
menggunakan jam. nilai mean rank 12,37 berarti
posisi semifowler efektif
menurunkan respiratori rate
pada pasien CHF
Refa Teja Muti, Indonesia Scholar Penelitian ini bertujuan Penelitian ini didapatkan bahwa pada
(2021) untuk mengetahui menggunakan kelompok intervensi laju
pengaruh posisi semi metode quasi pernafasan sebelum perlakuan
fowler dengan experimental design nilai median 23 x/ menit dan 22
kombinasi lateral kanan dengan pendekatan x/ menit setelah perlakuan,
terhadap perubahan pretest-posttest Saturasi oksigen sebelum
hemodinamik pada control group perlakuan dengan nilai median
pasien gagal jantung design. Responden 100% dan 100% sesudah
kongestif di ruang ICCU dalam penelitian ini perlakuan. Nilai rata-rata
RSUD Prof. dr. adalah pasien gagal tekanan darah 127, 65 mmHg
Margono Soekardjo jantung kongestif sebelum perlakukan dan 125, 4
Purwokerto. dengan teknik mmHg sesudah perlakuan. Nadi
pengambilan awal pada kelompok intervensi
sampel memiliki ratarata 86,19 x/ menit
menggunakan dan 87,9 x/ menit setelah
15
purposive sampling perlakuan. Berdasarkan hasil
sebanyak 31 tersebut terlihat bahwa tejadi
responden. perubahan pada nilai median
dan ratarata hemodinamik
sebelum dan sesudah perlakuan.
Rosana Aprilia, dkk. Indonesia Scholar Tujuan penelitian ini Desain penelitian Saturasi oksigen sebelum
(2022) adalah untuk ini menggunakan diberikan posisi semi fowler ( x
menganalisis efektivitas quasi experiment =95,40%) dan sesudah ( x
pemberian posisi semi dengan rancangan =98,20%), pada posisi fowler
fowler dan posisi fowler non-equivalent sebelum ( x =95,27%) dan
terhadap saturasi control group sesudah ( x =96,87%). Uji
oksigen pada pasien (pretest-posttest), paired t-test menunjukkan ada
gagal jantung. sampel penelitian perbedaan saturasi oksigen
berjumlah 25 sebelum dan sesudah diberikan
responden. posisi semi fowler dengan ρ
value 0,000 dan posisi fowler ρ
value 0,000. Uji independent
sample t-test menunjukkan ada
perbedaan antara pemberian
posisi semi fowler dan posisi
fowler terhadap saturasi oksigen
pasien gagal jantung dengan ρ
value 0,002.
16
17
BAB IV
PENDAHULUAN
F. Pembahasan
literatur telah melaporkan bahwa penerapan posisi semi fowler
berpengaruh terhadap perbaikan ketidakefektifan pola napas pada pasien
chf.
pasien dengan gagal jantung membutuhkan penatalaksanaan baik
farmakologis maupun non farmakologis dengan tujuan memperbaiki
perburukan kondisi, penyebab, perbaikan hemodinamik, menghilangkan
kongesti paru dan perbaikan oksigenasi jaringan. gagal jantung akut yang
berat merupakan kondisi emergensi yang memerlukan penatalaksanaan
yang tepat termasuk mengetahui penyebab, perbaikan hemodinamik, obat-
obatan yang digunakan seperti nitrat, angiotensin converting enzyme
inhibitor (acei), anti aritmia, diuretika, dan inotropic.
penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan seperti pemberian
oksigenasi, mempertahankan keseimbangan cairan, memperbaiki aktivitas
istirahat, berikan nutrisi yang adekuat, manajemen asupan natrium dan
memperbaiki eliminasi urine dan mengurangi rasa cemas (kozier, 2009).
menempatkan penderita gagal jantung dengan posisi duduk (fowler)
dengan pemberian oksigenasi merupakan tindakan pertama yang dapat
diberikan pada pasien gagal jantung (mariyono & santoso, 2007). posisi
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam menjaga
sirkulasi sistemik yang adekuat karena dapat mempengaruhi sistem
hemodinamik (gelman, 2008).
mengatur pasien dalam posisi tidur semi fowler akan membantu
menurunkan konsumsi oksigen dan meningkatkan ekspansi paru-paru
maksimal serta mengatasi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan
dengan perubahan membran alveolus. dengan posisi semi fowler, sesak
nafas berkurang dan sekaligus akan meningkatkan durasi tidur klien
(dikutip dalam melanie, 2014).
18
penelitian yang dilakukan oleh prima ayu andini, dkk. 2021 dengan
judul “penerapan posisi semi fowlerdalam mengatasi ketidakefektifan pola
nafas pada pasien congestive heart failure (chf)” didapatkan hasil diketahui
bahwarata-rata nilai saturasi oksigen pasien asma sebelum diberikan posisi
semi fowler sebesar 96% kemudian meningkat menjadi 99% sesudah
diberikan posisi semi fowler. hal ini sejalan dengan penelitian yag
dlakukan oleh refa teja muti (2020) menunjukan bahwa secara umum hasil
penelitian posisi semi fowler dengan kombinasi lateral kanan berpengaruh
negative terhadap perubahan hemodinamik seperti laju pernafasan, saturasi
oksigen dan nadi pada pasien gagal jantung kongestif.
penelitian yang dilakukan oleh ahmad muzaki. 2020 dengan judul
penerapan posisi semi fowler terhadap ketidakefektifan pola nafas pada
pasien congestive heart failure (chf) didapatkan haasil dapat disimpulkan
bahwa penerapan posisi semi fowler (posisi duduk 45) selama 3x24 jam
sesuai dengan sop membantu mengurangi sesak nafas dan membantu
mengoptimalkan rr pada klien sehingga masalah ketidakefektifan pola
nafas dapat teratasi. penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh wijayati dkk (2019) yang menunjukan hasil bahwa ada
pengaruh posisi tidur semi fowler 45° terhadap kenaikan nilai saturasi
oksigen pada pasien gagal jantung kongestif.
Dapat disimpulkan bahwa penerapan posisi Semi Fowler dapat
mengatasi ketidakefektifan pola nafas pada pasien Congesive Heart
Failure(CHF)
19
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil literature riview dapat disimpulkan bahwa secara
umum hasil literature riview ini posisi semi fowler dapat meningkatkan
saturasi oksigen pada pasien jantung karna dengan posisi ini dapat
mengurangi tekanan pada diafragma.
B. Saran
20
DAFTAR PUSTAKA
21