Anda di halaman 1dari 4

CERPEN LOMBA BULBAS

“TENG…TENG….,” bel istirahat pertama. Para siswi berhamburan keluar kelas pergi ke
kantin. Di tengah kerumunan siswa yang berebut soto di kantin ada seorang gadis
yang sudah duduk terdiam membolak balik selembaran brosur sambil menyeruput es
teh nya. Tak lama kemudian, datanglah sahabatnya “Hai Rani, kucariin kirain kemana,
ternyata disini, ” ujar Nia, sahabatnya. “Eh kamu, nihh lihat deh brosurnya,” jawab
Rani. “Kamu tertarik untuk ikutan?” tanya Nia. “Ya menurutmu gimana hadiahnya
lumayan besar lhoo,” balas Rani membujuk. “Wkwkwk kalau mau ikut lomba itu gak
harus selalu ngincer hadiahnya Ranii, Aku setujuu yuk ikutan tapi aku mau tambah
pengalaman dulu itu tujuannya,” Balas Nia.

Gadis yang duduk terdiam tadi bernama Rani, dia berasal dari keluarga yang cukup
berada. Sedangkan, sahabatnya bernama Nia, dia berasal dari keluarga menengah
biasa. Mereka memang bercita-cita ingin menjadi penulis yang mendunia. Namun,
Rani kurang mendapat dukungan dari keluarga dekatnya. Berbeda dengan Nia,
keluarga dekat mendukung ia sepenuhnya.

Hari berikutnya mereka melihat kembali melihat brosur itu untuk memastikan
pendaftaran harus bagaimana dan kemana mereka bisa mendaftar. Tertera dalam
brosur itu kalau pendaftaran bisa langsung ke Ibu Retno. Kemudian mereka berdua
langsung segera mendaftar ke Ibu Retno. “Selamat pagi bu Retno… saya Nia dan ini
teman saya Rania, ingin mendaftar seleksi lomba karya tulis ilmiah,” ucap Nia dengan
sopan pada Bu Retno. “Pagi… Nia dan Rania, Okee baiklah kalau kalian berminat
dengan lomba ini, silakan kalian simpan nomor handphone ibu nanti sewaktu-waktu
akan ibu beri tahu apa yang harus dipersiapkan,” jawab Bu Retno. “Saat ini nama
kalian udah ibu masukkan ke dalam daftar peserta seleksi dan yang pertama kalian
harus menyiapkan judul atau topik yang akan kalian bahas dalam isi tulisan kalian
nanti,” Bu Retno menambahkan.

Hari yang dituggu tiba, mereka bersama dengan tim-tim lain yang juga menjadi
peserta seleksi lomba ini dikumpulkan di aula sekolah untuk mendapat pengarahan
terkait teknis dan alur lebih lanjut. Mereka bersama dengan guru pembimbing serta
tim-tim lain diarahkan untuk bisa membuat suatu hasil karya berupa laporan
penelitian tentang topik atau tema yang dipilih oleh masing-masing tim. Tema yang
bisa mereka pilih diantaranya tentang sains, perkembangan teknologi dan sosial
kemanusiaan. Setelah mereka menentukan temanya, mereka akan dibagi untuk
mendapat masing-masing tim dengan seorang guru pembimbing. Rani dan Nia
bingung antara memilih sains atau perkembangan teknologi. “Oke…setelah kalian
berdikusi menentukan tema sekarang kita bagi dulu untuk pembimbingnya ya,” tutur
panitia dalam pengarahan tersebut. “ya..,” jawab para peserta. Padahal, Nia dan
Rania belum menentukan apa tema yang cocok untuk tim mereka.
Akhirnya mereka mendapat pembimbing, yaitu pak Roni. Pak Roni adalah seorang
guru bahasa Indonesia di sekolah mereka. “Selamat siang, benar ini sama Nia dan
Rani?” tanya Pak Roni. “Ya, benar pak, saya Nia dan ini teman saya Rani,” jawab Nia.
“Oke saya Pak Roni yang akan membimbing kalian dalam mengikuti lomba karya tulis
ilmiah ini, apakah kalian sudah menentukan tema untuk penulisan kita?” lanjut Pak
Roni. “Belum pak,” jawab Rani.

“oke… tidak apa-apa, bapak akan bantu kalian untuk menemukan tema yang cocok”
tutur Pak Roni. Mereka berdiskusi dan berpikir, sesaat setelah itu “tengg… teng….,”
suara bel berbunyi menandakan jika waktu istirahat tiba. Karena waktu istirahat tiba,
pengarahan ini juga berakhir. “Semua tim sudah dapat Pembimbing masing-masing
ya?” tutur panitia pengarahan tersebut. Semua ini akan berlangsung selama kurang
lebih tiga minggu hingga satu bulan kedepan untuk penyusunan karya tulis. “Baiklah
karena sudah istirahat kalian bisa istirahat dulu saja, nanti setelah solat dzuhur kalian
temui bapak di kantor ya, nanti bapak buatkan grup untuk kita diskusi bersama,”
tutur pak Roni pada Nia dan Rani. “Baik pak..,” kompak jawab Nia dan Rani.

Waktu dzuhur pun tiba, setelah mereka mengikuti sholat berjamaah dilanjut makan
siang kemudian bergegas ke kantor untuk menemui pak Roni. Akhirnya setelah
sedikit perbincangan, pak Roni memutuskan bahwasannya tema akan dicari teleboh
dahulu oleh Rani dan Nia jika dalam waktu sekitar 3 hingga 4 hari masih belum
menemukan yang cocok pak Roni akan turut lebih dalam lagi untuk memikirkan tema
yang sesuai. Selain itu, Rani dan Nia juga diminta pak Roni untuk bertanya pada
teman, orangtua, ataupun saudara kira-kira apa tema yang cocok untuk tulisan
mereka.

Nia mengeluarkan laptop dari tas lalu menyalakannya. Rani duduk di sebelahnya
menunggu laptop Nia yang loadingnya lambat minta ampun. Dengan santai ia
menyeruput jus jeruknya. Setelah menunggu lama hampir rasanya 1 abad, laptop
lemot Nia akhirnya menyala. “Oke sekarang kita mau ambil tema yang mana, nih?”
Tanya Rani, masih asyik dengan jus jeruknya. “Entahlah… yang lagi viral sekarang itu
apa sih?” Nia balik bertanya. “Eee.. harga minyak naik, kerusuhan antar supporter
bola, kasus pembunuhan, eh apalagi ya?” ujar Rani. “Yang agak sesuai sama materi
anak SMP lah, jangan begituan.” Nia sibuk mengescroll laptopnya. “Lha mau apa? Di
internet beritanya itu-itu doang. Ini nih berita KDRT artis banyak.” Jawab Rani asal.
“Heh serius nih. Ditunggu Pak Roni.” Nia mulai tak sabaran dengan sikap Rani.

Nia menghela napas. Memang bersahabat dengan Rani itu harus sabar. Sudah
banyak teman sekelas yang naik darah gara-gara sifat Rani yang terlalu santai. Setiap
kerja kelompok, Rani suka bercanda di tengah-tengah pembicaraan serius. Memang
asyik mencairkan suasana yang tegang, tapi lama-lama menyebalkan.

Berbeda dengan Rani yang santai, Nia adalah anak yang serius. Setia pada tugas pasti
cepat ia selesaikan. Apalagi ditambah sifatnya yang perfeksionis. Apa-apa harus
dikerjakan secara sungguh-sungguh. Teman sekelas menjulukinya “Si Paling Ambis”.
Rasanya aneh jika Rina dan Nia adalah sahabat dekat. Sifat mereka seperti langit dan
bumi. Namun, dengan perbedaan sifat itu, mereka saling melengkapi.

“So.. my bestie kita mau gimana nih?” Rani kembali bertanya dengan santai. Nia
menghela napas sekali lagi, “Aku ga punya ide nih, otak ku macet.” Katanya. Muka
Nia sudah mulai kusut. Sepertinya ia memeras otaknya terlalu keras. Hening sejenak
di antara mereka. “Hmm…. Eh kamu sering ga dimarahin Ibu mu gara-gara HP?” Rani
lagi-lagi bertanya pada Nia. “AH, jangan bercanda dulu lah. Aku capek nih.” Muka Nia
mulai memerah. Kesabarannya sudah di ambang batas. “Eh, aku serius kok. Kamu
tahu gak akhir-akhir ini aku sering dimarahi gara-gara main HP. Pokoknya kalau aku
ada masalah, pasti di sambung-sambungkan sama HP. Aku sakit flu salahnya HP,
nilaiku turun salahnya HP. Kaya menurutku Ibuku itu terlalu fokus dengan dampak
negative pada HP. Padahal, HP itu kan banyak manfaatnya juga. Ya walaupun
tergantung penggunanya juga. Tapi kalau penggunanya bertanggung jawab, dampak
positifnya ada juga kok.” Jelas Rani panjang lebar. Nia menimbang-nimbang
perkataan Rani tadi. Tiba-tiba setitik ide tumbuh di kepalanya. “Eh, Rani. Kayaknya
aku tahu kita mau bikin apa.” Ujarnya.

Akhirnya mereka memutuskan untuk memilih tema teknologi. Dengan judul


“Dampak Positif Handphone Bagi Pelajar”. Hal itu segera mereka beri tahukan ke Pak
Roni. Pak Roni setuju dengan itu kemudian, beliau juga bekoordinasi dengan guru
lain, dan menurut guru-guru juga menarik. Akhirnya mereka mulai masuk ke
penulisan karya.

Tiga minggu kemudian, setelah selesai penulisan saat nya mereka melakukan
registrasi untuk pendaftaran lomba dan mengirim karya yang sudah mereka susun
kepada pihak penyelenggara lomba yang nanti nya dari ribuan tim yang mengikuti
akan diseleksi 200 tim terbaik dan akan melaju ke babak selanjutnya.

Hari pengumuman pun tiba, Rani, Nia, serta Pak Roni sejak pagi tadi tak sabra
menunggu hasilnya keluar. Tiba-tiba, Rani melihat pesan dari pihak penyelenggara
lomba barusan mengirim hasil pengumumannya. “Lihatlah Nia di grup chat ada
pengumuman….”, ucap Rani tak sabar. “Bismillah ku buka ya…,” balas Nia. Setelah
dibuka, dan beberapa saat mencari nama mereka. “Wah… nama kita ada… kita
berada di nomor 85,” ucap Nia kegirangan. Pak Roni yang berada di samping mereka
pastinya ikut senang mendengar hal itu.

Pak Roni segera berkoordinasi dengan pihak sekolah bahwasannya tim mereka lolos
ke babak selanjutnya. Di babak kedua ini peserta diminta untuk mempresentasikan isi
dari karya tulis yang sudah mereka susun. Dari setelah pengumuman, peserta diberi
waktu selama 2 minggu untuk mempersiapkan materi presentasi dan penampilan
presentasinya. Selang waktu berlalu, setelah Rani dan Nia menerima pengumuman
bahwa mereka lolos ke babak selanjutnya. Keesokannya, mereka dan Pak Roni
sepakat untuk segera menyusun materi untuk presentasi.

Kini hari-hari mereka semakin sibuk diisi dengan bimbingan. Dari pagi hingga sore
bahkan maghrib menyusun materi untuk presentasi yang bolak balik revisi hingga
kantuk melanda. Dilanjut dengan mengulang-ulang latihan bicara untuk penampilan
presentasi mereka. Terkadang mereka juga mengeluh pada Pak Roni, penat pikiran
juga tenaga. Namun, Pak Roni sebagai Pembimbing juga membersamai mereka serta
memberikan mereka banyak motivasi. Jika hasil takkan mengkhianati usaha. Dan
banyak lagi motivasi yang sangat memotivasi hingga tak bisa berkata-kata selain
semangat.

Ketika tengah latihan presentasi Rani menyeletuk dan membuat latihan itu cukup
tersendat. Tentu saja Rani selalu seperti itu dibaliknya sikapnya yang santai pasti
selalu ada saja tingkahnya. Tibalah hari mereka lomba, pak Roni memang sudah
berpesan pada Rani untuk serius ketika lomba nanti dan tak lupa menguatkan kita
karena kita sudah berusaha sedemikian mungkin serta kini tinggal tawakal.

Beberapa hari kemudian, setelah satu minggu dari presentasi mereka kemarin yang
berjalan lancar dan sepertinya cemerlang. Ketika membuka pengumuman mereka
lolos ke babak final dan harus pergi ke Bandung untuk penentuan juara. Di Bandung
mereka harus presentasi lagi namun secara langsung dihadapan para dewan juri.
Sungguh menegangkan, tapi senang sekali rasanya. Akhirnya Rani dan Nia keluar
sebagai juara 1 pada lomba karya tulis ilmiah remaja tingkat nasional. Mereka
mendapatkan hadiah uang tunai sebesar 10 juta rupiah beserta sertifikat. Pak Roni
sebagai Pembimbing utama mereka ikut bangga dan terharu karena pencapaian anak
didiknya. Setelah memenangkan lomba ini, banyak pihak yang salut atas perjuangan
mereka. “ Kita harus menjadi generasi yang disiplin, pantang menyerah, dan mau
bekerja keras” tutur Nia saat diliput oleh salah satu wartawan.

Anda mungkin juga menyukai