Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK PESERTA


DIDIK
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah TIK dan Desain Pembelajaran PAI
Dosen Pengampu: Dr. Hidayatullah, M.Pd

Disusun Oleh:
Deiva Tazky
Siska Itaniyah

PROGRAM PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN 1444 H/ 2022 M
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat
dan karunia-Nya kepada  penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Identifikasi Kebutuhan Dan Analisis Karakterisitik Peserta Didik”, dan tak lupa
shalawat berserta salam mudah-mudahan tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
dan tak lupa kepada keluarganya, shahabatnya, semoga kita diakui sebagai umatnya aamiin.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya.
Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat selesai dengan baik, oleh karenanya dengan rendah hati dan
dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna penyemurnaan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
bagi seluruh pembaca.

Serang, 16 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan keperluan yang mendasar bagi setiap manusia.
Manusia dalam memenuhi kebutuhan akan pendidikan dapat melalui jalur formal,
non formal maupun informal. Dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan
pendidikan melalui jalur formal dapat ditempuh melalui kegiatan pembelajaran di
sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang didalamnya terdapat
peraturan yang mengatur jalanya pendidikan.
Berdasarkan kemampuan, karakteristik serta minat yang bebeda-beda yang
dimiliki oleh peserta didik tersebut, diperlukan pelayanan yang tentunya tidak
sama antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainya. Seorang
guru tidak bisa memilih latar belakang dan karakteristik peserta didik, tapi guru
bisa memahami dan memberikan yang baik terhadap peserta didik. Untuk
mengatasi perbedaan karakteristik peserta didik tersebut, salah satu cara yang
dapat ditempuh yakni melakukan pengelompokan peserta didik dalam rombongan
belajar yang memiliki karakteristik sama atau hampir sama. Hal ini dimaksudkan
supaya guru dapat memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan siswa, bukan
untuk mendiskriminasi siswa.
Peserta didik memiliki karakteristik yang unik, terdapat perbedaan individual
diantara mereka seperti menyangkut aspek kecerdasan, emosi, sikap, kebiasaan,
dan kemampuan penyesuaian diri. Peserta didik sebagai individu yang dinamis
dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
interaksi dengan lingkungannya.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengidentifikasi kebutuhan peserta didik?
2. Bagaimana memahami karakteristik peserta didik?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi kebutuhan peserta didik
2. Untuk mengetahui karakteristik peserta didik

1
Syamsu Yusuf LN Dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet-
Ketiga, 2011) Hal.13-14
BAB II
PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PESERTA DIDIK


Dalam proses kegiatan belajar mengajar, seseorang pendidik harus mengenali apa
yang menjadi kebutuhan peserta didik dalam proses belajar mengajar, hak ini dapat
diketahui melalui kegiatan identifikasi. Kata identifikasi berasal dari Bahasa inggris yaitu
identify sebagai sebuah kata kerja, dan identification sebagai benda. Jadi identify secara
sederhana artinya adalah mengenali. Dalam artian identifikasi kebutuhan belajar adalah
mengenali kebutuhan belajar dari calon peserta didik atau sekelompok orang tertentu yang
akan menjadi sasaran ddidik. Setiap orang memiliki kebutuhan belajar, oleh karena itu
manusia perlu belajar sepanjang hayatnya. Dengan belajar manusia dapat meningkatkan
eksistensi kemanusiaannya.2 Identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan secara
sistematis untuk menemukenali suatu benda atau seseorang dengan menggunakan
instrument standar.
Proses identifikasi peserta didik meliputi pengenalan kemampuan (awal), kelemahan
atau hambatan, dan kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Tujuan
identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/ penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan lain sebagainya). Hasil
identifikasi akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran bagi peserta didik yang
bersangkutan. Identifikasi peserta didik dilakukan dalam lima hal, yaitu: penjaringan
(screening), pengalihtanganan (referral), klasifikasi, perencanaan pembelajaran, dan
pemantauan kemajuan belajar.3
Setiap intitusi pendidikan, peserta didik merupakan komponen yang sentral pokok
terciptanya kondisi sekolah yang baik. Hal ini membuktikan bahwa betapa pentingnya
peserta didik di sekolah. Peserta didik di sekolah dibimbing dan diarahkan kearah yang
optimal guna terciptanya individu yang cerdas dan mandiri. Pola bimbingan harus
disesuaikan dengan dasar kebutuhan perkembangan peserta didik menuju arah
kematangan. Guru merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan peserta didik.

2
Ina Magdalena, Dkk, Belajar Makin Asyik Dengan Desain Pembelajaran Menarik (Jawa Barat: Jejak
Publisher, 2021). Hal. 44
3
Iis Rochmiyati, Layanan Bimbingan Konseling Pendidikan Inklusif Untuk Peserta Didik Anak Berkebutuhan
Khusus. Hal. 35
Untuk itu,salah satu peran penting guru adalah pentingnya mengidentifikasi kebutuhan
peserta didik di sekolah untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran di kelas.
Dalam perspektif psikologis, peserta didik adalah individu yang sedang berada dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan, baik fisik maupun psikis menurut fitrahnya
masing-masing. Sebagai individu yang tengah tumbuh dan berkembang, peserta didik
memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kea rahtitik optimal
kemampuan fitrahnya. Kemudian, dalam pespektif Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 4, peserta didik merupakan sebagai anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalu proses pendidikan pada jalur
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.4
Kebutuhan merupakan suatu keperluan asasi yang harus dipenuhi untuk mencapai
keseimbangan organisme. Kebutuhan muncul ketika seseorang merasa kekurangan,
ketidaksempurnaan yang dapat merusak kesejahteraannya. Dengan perkataan lain,
kebutuhan muncul karena adanya ketidakseimbangan dalam diri individu, sehingga
membuat individu bersangkutan melakukan suatu tindakan, tindakan itu mengarah pada
suatu tujuan, dan tujuan itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan yang ada.
Guru yang efektif perlu memahami pertembuhan, perkembangan serta kebutuhan
peserta didik secara kompherensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk menilai
kebutuhan peserta didik dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar mengajar
dengan tepat. Berikut analisis analisis yang berkaitan dengan kebutuhan peserta didik:
1. Analisis kebutuhan peserta didik menurut para ahli
Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan peserta
didik, antara lain:
a. Presscot, mengadakan klarifikasi kebutuhan sebagai berikut:
1) Kebutuhan fisiologis: Bahan-bahan dan keadaan yang esensial, kegiatan
dan istirahat, kegiatan seksual dll.
2) Kebutuhan-kebutuhan social atau status: menerima dan diterima, dan
menyukai orang lain.
3) Kebutuhan Ego atau integrative: kontak dengan kenyataan, simbolis
progresif, menambah kematangan diri sendiri, keseimbangan antara
berhasil dan gagal, menemukan invidualitasnya sedniri.

4
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner.
(Jakarta: Bumi Aksara. 1996). Hal. 39
b. Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologi akan timbul
setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi
kebutuhan dasar sebagai berikut:
1) Kebutuhan – kebutuhan akan keselamatan (safety needs)
2) Kebutuhan – kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and love
needs)
3) Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
4) Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing needs)

Maslow yakin bahwa ada hubungan dalam pemuasan kebutuhan dan


berjalan secara sistematis. Misalnya: setelah kebutuhan lapar dipenuhi baru
timbul kebutuhan senang akan makanan.

Kebutuhan keselamatan timbul setelah kebutuhan fisiologis. Misalnya


tiap orang berusaha menjaga keselamatan dan kemanan dirinya dari gangguan
luar, atau situasi-situasi yang tidak menyenangkan. Kebutuhan akan
penghargaan, ialah keinginan sesorang untuk penilaian yang baik dari orang
lain, ingindihormati, merasa mampu, percaya atas kemampuannya
menghadapi dunia ini. Kebutuhan yang tertinggi, ingin dianggap orang yang
terbaik, ingin menjadi orang ideal, dan lain-lain.

Kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipahami dalam penjelasan berikut:

Gambar: Hierarki kebutuhan menurut Maslow.5

1. Kebutuhan Psikologis (Psychological Need)


5
Santrock, J.W. 2000. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan Oleh Tri Wibowo B.S. (Jakarta:
Kencana). Hal. 521
Kebutuhan fisiologis adalah sejumlah kebutuhan yang paling mendesak dan
mendapat prioritas utama dalam pemenuhannya karena berkaitan langsung dengan
kondisi fisik dan kelangsungan hidup. Contohnya: kebutuhan akan makan, minum,
oksigen, sandang, tempat tinggal, tidur, istirahat, dan lainnya.
2. Kebutuhan Akan Rasa Aman dan Perlindungan (safety and security need)
Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan yang mendorong individu
untuk memperoleh ketentraman, kepastian, dan keteraturan dari lingkungannya,
jaminan kemamanan, terlindungi dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, dan lainnya.
3. Kebutuhan Akan Rasa Kasih Sayang dan Memiliki (Need For Love and
Belongingness)
Kebutuhan akan rasa kasih saying merupakan yang mendorong individu untuk
mengadakan hubungan afeksi atau ikatan emosional dengan orang lain. Menurut
Maslow cinta dan kasih saying merupakan sesuatu yang hakiki dan sangat berarti bagi
manusia, karena ia merupakan prasyarat bagi terwujudnya perasaan yang sehat
Contohnya: kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, mencintai dan dicintai,
kebutuhan akan rasa diakui dan diikutsertakan sebagai anggota kelompok, merasa
dirinya penting, rasa setia kawan, kerja sama, dan sebagainya.
4. Kebutuhan Akan Rasa Harga Diri (Need for Self-Esteem)
Kebutuhan akan rasa harga diri merupakan kebutuhan individu untuk merasa
berharga dalam hidupnya. Contohnya: kebutuhan akan penghormatan/penghargaan
dari diri sendiri; seperti rasa percaya diri, hasrat untuk memperoleh kompetensi,
kekuatan pribadi, adekuasi, kemandirian; dan penghargaan dari orang lain; seperti
penghargaan atas apa yang telah dilakukannya, berupa pengakuan, penerimaan,
perhatian, kedudukan atau status, pangkat, nama baik, prestise, dan sebagainya.
5. Kebutuhan Akan Aktualisasi Diri (Need for Self-Actualization)
Kebutuhan aktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk memenuhi dorongan
hakiki manusia untuk menjadi orang yang sesuai dengan keinginan dan potensi
dirinya. Kebutuhan aktualisasi diri ini merupakan kebutuhan yang tertinggi dan
biasanya muncul sesudah terpenuhinya kebutuhan akan penghargaan dan kasih
saying. Kebutuhan ini diwujudkan dengan jalan membuat segala sesuatu yang terbaik
atau bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan bidang masing-masing. 6

6
Hamzah B. Uno Dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif Inovatif Lingkungan
Kreatif, Efektif, Menarik. Cet. II. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011) Hal. 63-65
B. Karakteristik Peserta Didik
1. Pengertian Karakteristik Peserta Didik
Seorang guru dalam proses perencanaan pembelajaran perlu memahami
tentang karakteristik dan kemampuan awal peserta didik. Analisis kemampuan
awal peserta didik merupakan kegiatan mengidentifikasi peserta didik dari segi
kebutuhan dan karakteristik untuk menetapkan spesifikasi dan kualifikasi
perubahan perilaku atau tujuan dan materi. Karakteristik peserta didik
didefinisikan sebagai ciri dari kualitas perorangan peserta didik yang ada pada
umumnya meliputi antara lain kemampuan akademik, usia dan tingkat
kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran, pengalaman, ketrampilan,
psikomotorik, kemampuan kerjasama, serta kemampuan sosial.7
Pengertian dari karakteristik diambil dari kata yaitu suatu kebiasaan seseorang
yang memiliki ciri sepert sifat dan watak yang tidak berubah, dimana sepanjang
hidupnya selalu tetap. Pada peserta didik, karakteristik merupakan seluruh
kemampuan, sikap, dan perbuatan yang dilakukan dalam beraktifitas baik di
lingkungan keluarga, masyarakat maupun sekolah selalu sama dan tidak berubah.
Menurut Ardhana, karakteristik peserta didik merupakan suatu komponen yang
sangat penting dalam merancang dan melaksanakan strategi dan media
pembelajaran untuk menghasilkan peserta didik yang cerdas dan menjadi hal yang
utama dalam capaian pembelajaran. Hal ini untuk mewujudkan proses
pembelajaran yang efesien dan efektif.8
2. Jenis – jenis karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat,
perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan
perkembangan motorik.9

a. Etnik
Pendidik dalam melakukan proses pembelajaran perlu memperhatikan
jenis etnik apa saja yang terdapat dalam kelasnya. Dalam sekolah dan kelas

7
Atwi Suparman, 2001: 123
8
H Cecep., Dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yayasan Kita Menulis, 2021). Hal. 47
9
Modul Belajar Mandiri Calon Guru, Pembelajaran 2. Karakter Peserta Didik
tertentu terdapat multi etnik/suku bangsa, seperti dalam satu kelas kadang
terdiri dari peserta didik etnik Jawa, Sunda, Madura, Minang, dan Bali,
maupun etnik lainnya. Data tentang keberagaman etnis di kelasnya menjadi
informasi yang sangat berharga bagi pendidik dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran.
Seorang pendidik yang menghadapi peserta didik hanya satu etnik di
kelasnya, tentunya tidak sesulit yang multi etnik. Proses pembelajaran dengan
peserta didik yang multi etnik maka dalam melakukan interaksi dengan peserta
didik di kelas tersebut perlu menggunakan bahasa yang dapat dimengerti oleh
semua peserta didiknya. Kemudian ketika guru memberikan contoh-contoh
untuk memperjelas materi yang sedang dibahasnya hendaknya contoh yang
dapat dimengerti dan dipahami oleh semuanya.
Contoh pak Ardi seorang pendidik dikelas 6 SD yang peserta didiknya
terdiri dari etnik jawa atau sunda semua, tentunya tidak sesulit Ketika
menghadapi peserta didik dalam satu kelas yang multi etnik. Jika pak Ardi
melakukan proses pembelajaran dengan peserta didik yang multi etnik maka
dalam melakukan interaksi dengan peserta didik kelas tersebut perlu
menggunakan Bahasa yang dapat dimengerti oleh semua peserta didiknya.
Kemudian Ketika memberikan contoh untuk memperjelas tema yang
dibahasnya juga contoh yang dapat dipahami oleh semuanya.10
b. Kultural
Peserta didik kita sebagai anggota suatu masyarakat memiliki budaya
tertentu dan sudah barang tentu menjadi pendukung budaya tersebut. Budaya
yang ada di masyarakat kita sangatlah beragam, seperti kesenian, kepercayaan,
norma, kebiasaan, dan adat istiadat. Peserta didik yang kita hadapi mungkin
berasal dari berbagai daerah yang tentunya memiliki budaya yang berbeda-
beda sehingga kelas yang kita hadapi kelas yang multikultural. Pendidikan
multikultural memiliki ciri-ciri:
1) Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan manusia
berbudaya (berperadaban).
2) Materinya mangajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai bangsa,
dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).

10
Ina Magdalena, Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar, (Jawa Barat: CV Jejak, 2021) Hal. 19
3) metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaan dan
keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalisme).
4). Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak didik
yang meliputi aspek persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya lainnya.
Contohnya pak Irwan seorang pendidik disalah satu SMA Ketika
menjelaskan materi pelajaran dan dalam memberikan contoh-contoh perlu
mempertimbangkan keberagaman budaya tersebut, sehingga apa yang
disampaikan dapat diterima oleh semua peserta didik, atau tidak hanya berlaku
untuk budaya tertentu saja.11
c. Status social
Peserta didik pada suatu kelas biasanya berasal dari status sosial-
ekonomi yang berbeda-beda. Peserta didik dengan bervariasi status ekonomi
dan sosialnya menyatu untuk saling berinteraksi dan saling melakukan proses
pembelajaran. Perbedaan ini hendaknya tidak menjadi penghambat dalam
melakukan proses pembelajaran. Namun tidak dapat dipungkiri kadang
dijumpai status sosial ekonomi ini menjadi penghambat peserta didik dalam
belajar secara kelompok. Implikasi dengan adanya variasi status-sosial
ekonomi ini pendidik dituntut untuk mampu bertindak adil dan tidak
diskriminatif
d. Minat
Minat merupakan suatu sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan yang dipilihnya. Sebenarnya minat belajar peserta didik
memegang peran yang sangat penting, sehingga perlu untuk terus ditumbuh
kembangkan sesuai dengan minat yang dimiliki seorang peserta didik.
e. Perkembangan kognitif
Tingkat perkembangan kognitif yang dimiliki peserta didik akan
mempengaruhi guru dalam memilih dan menggunakan pendekatan
pembelajaran, metode, media, dan jenis evaluasi. Menurut Piaget tahap-tahap
perkembangan intelektual peserta didik adalah sebagai berikut sebagai
berikut: Berdasarkan teori perkembangan dari Piaget tersebut, dikaitan dengan
tahap perkembangan intelektual sebagai berikut:

11
Diana Widhi Rachmawati, Dkk, Teori Dan Konsep Pedagogik. Hal. 69
1) Bahwa perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun yang
selalu terjadi dengan urutan yang sama. Maksudnya setiap manusia akan
mengalami urutan tersebut dan dengan urutan yang sama;
2) Bahwa tahap-tahapperkembangan didefinisikan sebagai suatu cluster dari
operasi mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokkan. pembuatan
hipotesis dan penarikankesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku
intelektual.
3) Bahwa gerak melalui melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh
keseimbangan (equilibration), proses pengembangan yang menguraikan
tentang interaksi antara pengalaman (asimilasi) dan struktur kognitif yang
timbul (akomodasi).

f. Kemampuan awal
Merupakan keadaan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki
terlebih dahulu oleh peserta didik sebelum mempelajari pengetahuan atau
keterampilan baru. Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih
dahulu maksudnya adalah pengetahuan atau keterampilan yang lebih rendah
dari apa yang akan dipelajari. Kemampuan awal peserta didik bersifat
individual, artinya berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya, sehingga
untuk mengetahuinya juga harus bersifat individual. Cara untuk mengetahui
kemampuan awal peserta didik dapat dilakukan melalui teknik tes yaitu pre tes
atau tes awal dan teknik non tes seperti wawancara.
g. Gaya belajar
Merupakan cara yang cenderung dipilih/digunakan oleh peserta didik
dalam menerima, mengatur, dan memproses informasi atau pesan dari
komunikator/pemberi informasi. Gaya belajar dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu visual (visual learners), auditif (auditory learners), dan kinestetik
(kinesthetic learners). Dengan diketahuinya gaya belajar yang dimiliki
pesertadidik, maka akan berimplikasi terhadap model pembelajaran, strategi,
metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
h. Motivasi
Merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah
laku tersebut. Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri
(motivasi instrinsik dan kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar
dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik). Seseorang memiliki motivasi tinggi atau
tidak dalam belajarnya dapat terlihat dari tiga hal:
1) kualitas keterlibatannya,
2) perasaan dan keterlibatan afektif peserta didik,
3) upaya peserta didik untuk senantiasa memelihara/menjaga motivasi yang
dimiliki.
i. Perkembangan emosi
Emosi sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan perubahan-
perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, dan jantung berdebar.
Dengan emosi peserta didik dapat merasakan senang/gembira, aman,
semangat, bahkan sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut,
dansejenisnya. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan atau tidak
menyenangkan membawa pengaruh pada cara kerja struktur otak manusia dan
akan berpengaruh pula pada proses dan hasil belajar. Oleh karena itu pendidik
dalam melakukan proses pembelajaran perlu membawa suasana emosi yang
senang/gembira dan tidak memberi rasa takut pada peserta didik.
j. Perkembangan sosial
Adalah kemampuan anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya,
bagaimana anak tersebut memahami keadaan lingkungan dan
mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain. Perkembangan sosial peserta didik dapat diketahui/dilihat
dari tingkatan kemampuannya dalam berinteraksi dengan orang lain dan
menjadi masyarakat di lingkungannya. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi perkembangan sosial yaitu keluarga, kematangan, teman
sebaya, sekolah, dan status sosial ekonomi.
k. Perkembangan moral dan spiritual
Moralitas dalam diri peserta didik dapat tingkat yang paling rendah
menuju ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya.
Menurut Kohlberg perkembangan moral anak/peserta didik dibagi menjadi 3
tahapan, yaitu:
1) preconventional (6 – 10 th): Meliputi aspek obedience and punisment
orientatation, orientasi anak/peserta didik masih pada konsekvensi fisik
dari perbuatan benar-salahnya yaitu hukuman dan kepatuhan atau anak
menilai baik–buruk berdasarkan akibat perbuatan; dan aspek naively
egoistic orientation; orientasi anak/peserta didik pada instrumen relatif.
2) Conventional (10 – 17 th): Meliputi aspek good boy orientation, orientasi
perbuatan yang baik adalah yang menyenangkan, membantu, atau
disepakati oleh orang lain.
3) postconventional (17 – 28 th): Tahap pasca konvensional ini meliputi
contractual legalistic orientation, orientasi orang pada legalitas kontrak
sosial.
l. Perkembangan motorik.
Menurut Hurlock Perkembangan motorik adalah perkembangan gerakan
jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang
terkordinasi. Perkembangan motorik merupakan proses yang sejalan dengan
bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan, dimana gerakan
individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisir, dan tidak
terampil, kearah penguasaan keterampilan motorik yang kompleks dan
terorganisir dengan baik. Perkembangan motorik dikelompokkkan menjadi
motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar; gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau
sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan
anak itu sendiri. Sedangkan Motorik halus: gerakan yang menggunakan otot
halus, atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
- Proses identifikasi peserta didik meliputi pengenalan kemampuan (awal), kelemahan
atau hambatan, dan kebutuhan untuk mengikuti pembelajaran selanjutnya. Tujuan
identifikasi adalah untuk menghimpun informasi apakah seorang anak mengalami
kelainan/ penyimpangan (fisik, intelektual, sosial, emosional, dan lain sebagainya).
Hasil identifikasi akan menjadi dasar dalam proses pembelajaran bagi peserta didik
yang bersangkutan. Identifikasi peserta didik dilakukan dalam lima hal, yaitu:
penjaringan (screening), pengalihtanganan (referral), klasifikasi, perencanaan
pembelajaran, dan pemantauan kemajuan belajar
- Guru yang efektif perlu memahami pertembuhan, perkembangan serta kebutuhan
peserta didik secara kompherensif. Pemahaman ini akan memudahkan guru untuk
menilai kebutuhan peserta didik dan merencanakan tujuan, bahan, prosedur belajar
mengajar dengan tepat. Berikut analisis analisis yang berkaitan dengan kebutuhan
peserta didik:
2. Analisis kebutuhan peserta didik menurut para ahli
Beberapa ahli telah mengadakan analisis tentang jenis-jenis kebutuhan peserta
didik, antara lain:
c. Presscot, mengadakan klarifikasi kebutuhan sebagai berikut:
4) Kebutuhan fisiologis: Bahan-bahan dan keadaan yang esensial, kegiatan
dan istirahat, kegiatan seksual dll.
5) Kebutuhan-kebutuhan social atau status: menerima dan diterima, dan
menyukai orang lain.
6) Kebutuhan Ego atau integrative: kontak dengan kenyataan, simbolis
progresif, menambah kematangan diri sendiri, keseimbangan antara
berhasil dan gagal, menemukan invidualitasnya sedniri.
d. Maslow, menyatakan bahwa kebutuhan-kebutuhan fisiologi akan timbul
setelah kebutuhan-kebutuhan psikologis terpenuhi. Ia mengadakan klasifikasi
kebutuhan dasar sebagai berikut:
5) Kebutuhan – kebutuhan akan keselamatan (safety needs)
6) Kebutuhan – kebutuhan memiliki dan mencintai (belongingness and love
needs)
7) Kebutuhan-kebutuhan akan penghargaan (esteem needs)
8) Kebutuhan-kebutuhan untuk menonjolkan diri (self actualizing needs)
- Karakteristik peserta didik meliputi: etnik, kultural, status sosial, minat,
perkembangan kognitif, kemampuan awal, gaya belajar, motivasi, perkembangan
emosi, perkembangan sosial, perkembangan moral dan spiritual, dan perkembangan
motorik
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu Tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. (Jakarta: Bumi Aksara. 1996).
Atwi Suparman, 2001: 123
Diana Widhi Rachmawati, Dkk, Teori Dan Konsep Pedagogik.
H Cecep., Dkk, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Yayasan Kita Menulis, 2021)
Hamzah B. Uno Dan Nurdin Mohamad, Belajar Dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif
Inovatif
Lingkungan Kreatif, Efektif, Menarik. Cet. II. (Jakarta: Bumi Aksara, 2011)
Iis Rochmiyati, Layanan Bimbingan Konseling Pendidikan Inklusif Untuk Peserta Didik
Anak
Berkebutuhan Khusus.
Ina Magdalena, Dkk, Belajar Makin Asyik Dengan Desain Pembelajaran Menarik (Jawa
Barat:
Jejak Publisher, 2021).
Ina Magdalena, Perkembangan Peserta Didik Sekolah Dasar, (Jawa Barat: CV Jejak, 2021)
Modul Belajar Mandiri Calon Guru, Pembelajaran 2. Karakter Peserta Didik
Santrock, J.W. 2000. Psikologi Pendidikan. Edisi Kedua. Diterjemahkan Oleh Tri Wibowo
B.S.
(Jakarta: Kencana).
Syamsu Yusuf LN Dan A. Juntika Nurihsan, Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Cet-Ketiga, 2011)

Anda mungkin juga menyukai