1.1 Definisi NARKOBA merupakan singkatan dariNARkotika,PsiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya. • Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang. (UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika). • Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupunsintesis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. • Bahan adiktif adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar Narkotika dan Psikotropika dan dapat menyebabkan kecanduan 1.2 Jenis Narkoba dibagi menjadi tiga jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya. Narkotika Berdasarkan bahannya, narkotika dibagi menjadi tiga : 1) Narkotika alami Narkoba alami merupakan jenis narkoba yang masih alami dan belum mengalami pengolahan. Contoh narkoba alami adalah : a. Ganja Ganja berasal dari tanaman cannabis sativa, cannabis indica dan cannabis Americana. Tanaman tersebut termasuk keluarga Urticaceae atau Moraceae. Tanaman Canabis merupakan tanaman yang mudah tumbuh tanpa perawatan khusus. Tanaman ini tumbuh pada daerah beriklim sedang dan tumbuh subur di daerah tropis. Suharno menjelaskan bahwa Ganja (cannabis sativa) merupakan tumbuhan penghasil serat. Lebih dikenal karena bijinya mengandung tetrahidrokanabinol (THC), zat narkotika yang membuat pemakainya mengalami eufhoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa sebab). Ada tiga jenis ganja, yaitu cannabis sativa, cannabis indica, dan cannabis ruderalis. Ketiga jenis ganja ini memiliki kandungan THC berbeda- beda. Jenis cannabis indica mengandung THC paling banyak, disusul cannabis sativa, dan cannabis ruderalis. Karena kandungan THC inilah, maka setiap orang menyalahgunakan ganja terkena efek psikoaktif yang membahayakan. Pengguna ganja dalam dosis rendah akan mengalami hilaritas (berbuat gaduh), mengalami oquacous euphoria (terbahak-bahak tanpa henti), mengalami perubahan persepsi ruang dan waktu. Kemudian, berkurangnya kemampuan koordinasi, pertimbangan, dan daya ingat, mengalami peningkatan kepekaan visual dan pendengaran (tapi lebih kearah halusinasi), mengalami radang pada saluran pernafasan dan paruparu. Pada penyalahgunaan ganja dengan dosis tinggi, berdampak pada ilusi delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang tidak nyata), depresi, kebingungan, mengalami alienasi, dan halusinasi disertai gejala psikotik seperti rasa ketakutan. b. Opium Opium atau candu (poppy: dalam bahasa inggiris) atau (opos/ Juice dalam bahasa Yunani) adalah getah bahan baku Narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L atau P paeoniflorum) yang belum matang. Opion (Poppy Juice), Poppy Juice opium disebut juga dengan poppy adalah getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum matang. Opium merupakan tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jarang dengan tepi bergerigi. Dalam perkembangaannya opium dibagi menjadi tiga : • Opium mentah yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari dua tanaman papaver somni verrum yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk membungkus dari pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morpinnya. • Opium masak dapat dibedakan menjadi tiga bagian: pertama Candu, yakni yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian atau tanpa penambahan bahan-bahan lain dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. Kedua Jicing, yakni sisa-sisa dari candu yang telah dihisap, tanpa memperhatikan apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. Ketiga Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan Jicing. • Opium obat, yakni opium mentah yang tidak mengalami pengolahan sehingga sesuai dengan pengobatan, baik dalam bentuk bubuk maupun dicampur dengan zat-zat netral sesuai dengan syarat formakologi c. Hasis Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika latin dan Eropa yang biasanya digunakan para pemdata kelas tinggi. Penyalahgunaannya adalah dengan menyuling daun hasis/ganja diambil sarinya digunakan dengan cara dibakar. d. Koka Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi dengan buah berwarna merah seperti biji kopi. Wilayah kultivasi tumbuhan ini berada di Amerika latin (Kolombia, Peru, Bolivia, dan Brazilia). Koka diolah dan dicampur dengan zat kimia tertentu unntuk menjadi kokain yang memiliki daya adikitf yang lebih kuat. 2) Narkotika semi sintetis Narkotika Semi Sintetis adalah berbagai jenis narkotika alami yang diolah dan diambil zat adiktifnya ( Intisarinya ) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Beberapa jenis Narkotika Semi Sintesis yang disalah gunakan adalah sebagai berikut: a. Morfin Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif utama yang ditemukan pada opium.Umumnya opium mengandung 10% morfin. Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara dihisap dan disuntikkan. Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang terputus-putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan terhambat. Kematian pada kelebihan dosis morfin umumnya disebabkan oleh sifat menghambat pernafasan ini. Efek menekan pernafasan ini diperkuat oleh fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat morfin lainnya ialah dapat menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan konstipasi, karena morfin dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi antidiuretik hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang. Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga kadar 17 ketosteroid dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan plasma berkurang. Gangguan hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus menstruasi dan impotensi. Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis, mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti diuretika (ADH) b. Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk 3) Narkotika sintetis Narkotika Sintetis adalah Narkotika yang dibuat dari bahan kimia dan digunakan untuk pembiusan atau pengobatan bagi mereka yangmengalami ketergantungan narkoba. Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti sementara untuk mencegah rehabilitasi sehingga penyalahgunaan dapat menghentikan ketergantungannya. Adapun contoh dari narkotika sintetis adalah : a. Sabu (amfetamin) Amfetamin merupakan kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, bubuk putih kristal kecil. Merek amfetamin lain, seperti Metedrin, Deksamil dan Benzedrin, kemudian membanjiri pasaran. Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur. Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efekefek tersebut menjadi berlebihan. Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10–15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4–8 kali lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi. Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni. Since dextroamphetamine is more potent than levoamphetamine, pure Karena dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih kuat daripada campuran amfetamin. Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat. Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah Amfetamin, MetamfetamiN dan Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam) b. Ekstasi (MDMA) MDMA (methylenedioxy-N-methylamphetamine) biasanya dikenal dengan nama Ekstasi, E, X, atau XTC adalah senyawa kimia yang sering digunakan sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif. Resiko penggunaannya adalah dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air. Dampak utama dari MDMA termasuk peningkatan kesadaran indra, perasaan keterbukaan, euforia, empati, cinta, kebahagiaan, rasa kejernihan mental dan penghargaan peningkatan musik dan gerakan. Sensasi taktil yang dirasakan beberapa pengguna, membuat kontak fisik dengan orang lain lebih menyenangkan. Ekstasi merusak neuron yang melepaskan serotonin, bahan kimia otak yang mengatur daya ingat dan fungsi-fungsi lain. Penelitian lain menunjukkan bahwa bekas pemakai yang sudah tidak memakai ekstasi selama enam bulan masih terpengaruh secara mental, yang berarti bahwa kerusakannya bersifat jangka panjang dan tidak dapat diperbaiki. Bahkan ekstasi bisa mengakibatkan kematian sebagai akibat dari tiga keadaan yang berbeda: • Pengaruh stimulasi yang mengakibatkan serangan jantung atau pendarahan otak. • Kombinasi penggunaan ekstasi dengan dengan aktivitas menari akan menyebabkan naiknya temperatur suhu badan pada tingkat yang berbahaya. Karena biasanya ekstasi diminum di klub-klub malam atau diskotik, maka resiko kematian karena panas yang berlebihan (hyperthermia) akan meningkat. • Walau bukan karena akibat langsung dari ekstasi, kematian dapat terjadi karena banyaknya air yang diminum akibat temperatur suhu badan yang tinggi sehingga terjadi "dilutional hyponatremia" -keadaan dimana otak kelebihan cairan c. Kokain Kokain merupakan salah satu jenis narkoba, dengan efek stimulan. Kokain diisolasi dari daun tanaman Erythroxylum coca Lam. Zat ini dapat dipakai sebagai anastetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam, perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian. Daun koka umumnya mengandung tiga kelompok utama alkaloid, yaitu : • Turunan acgeriin (kokain, cis dan transinnamoilkokain, alfa dan betatruxilin • Tropine (tropakokaine, valerine) • Alkaloid higrin (higrolin, kuskohigrin Bentuk dan macam cocain yang beredar dan terdapat dalam perdagangan gelap antara lain cairan berwarna putih atau tanpa warna, kristal berwarna putih seerti dammar (getah perca), bubuk putih seperti tepung dan Tablet berwarna putih. ila seseorang menghirup kokain (inhalasi) atau merokoknya maka dengan cepat kokain didistribusikan ke dalam otak. Yang paling sering kokain digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak. d. Heroin Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa heroin adalah bubuk kristal putih yang dihasilkan dari morfin; jenis narkotik yang amat kuat sifat mencandukannya (memabukkannya); C21H23O5N. Heroin berbentuk Kristal, heroin adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver somniferum). berwarna putih atau coklat. Biasanya dibungkus dan dijual dalam bungkusan kecil. eroin atau disebut juga diachetyl morpin meruakan suatu zat semi sintettis turunan morpin. Proses pembuatan heroin adalah melalului peroses penyulingan atau proses kimia lainnya di laboratorium dengan cara achetalasi dengan acetiacanydrida. bahan bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau astilklorid. Heroin dapat diklasifikasi sebagai berikut: • Heroin nomor Satu bentuknya masih merupakan bubuk atau gumpalan yang berwarna kuning tua sampai coklat, jenis ini sebagaian besar masih berisi morpin dan merupakan hasil ekstaraksi. Nama dipasar gelap disebut dengan gula merah (red sugar) • heroin nomor dua sudah merupakan bubuk berwarna abu-abu sampai putih dan merupakan hasil transisi dari mopin ke heroin yang belum murni • Heroin nomor tiga merupakan bubuk butir-butir kecil kebanyakan berwarna abu-abu yang juga diberi warna lain untuk menandai cici khas dari pembuatnya biasanya masih dicampur kafein, barbital dan kinin. • Heroin nomor empat bentuknya sudah merupakan Kristal khusus untuk disuntikkan e. Putaw Putaw Merupakan nama jalanan dari heroin, putaw sebenarnya meruppakan minuman keras has Cina yang mengandung alkohol akantetapi oleh pecandu narkoba menyebut barang yang sejenis heroin yang masih serumpun dengan ganja dijuluki putaw hanya saja kadar narkotika yang dikandung putaw lebih rendah atau dapat disebut heroin kelas emapat sampai enam Putaw banyak disalahgunakan karena harganya yang terjangkau. Salah satu ciri yang membedakan antara pemakai putaw dan heroin/morphine adalah pada putaw pemakai akan merasakan gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka dan hidung sedangkan pada heroin/morphine tidak. Putaw dipakai dengan cara dimakan, dihisap melalui hidung, dibakar di atas kertas timah dan dihirup asapnya, sering disebut dengan metode “nge-drag” (chasing the dragon), bisa juga dipakai dengan cara dihirup melalui lubang hidung (sniffing), atau dengan disuntikkan ke dalam pembuluh darah balik dengan menggunakan insulin atau jarum suntik. Pemakaian putaw menyebabkan penggunanya menjadi mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Pemakaian secara kontinyu akan berujung pada kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis (sugesti untuk memakainya lagi). Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan oleh kristal-kristal berwarna biru di dalam pembuluh darah di sekitar tangan, kaki, leher, dan kepala sehingga menjadi benjolan keras seperti bisul di dalam tubuh. Jika penyumbatan muncul di daerah otak kemungkinan besar menyebabkan kematian. Selain itu putaw juga akan mengakibatkan kebutaan, kerusakan pada organ-organ tubuh seperti liver, ginjal, organ-organ pencernaan, dan paru-paru. f. Katinone Narkoba jenis katinon adalah narkoba yang sudah lama ada. Di Indonesia, zat ini sudah beberapa tahun ada. Pengguna metilon belum banyak di Indonesia dan belum ada yang mengalami gejala putus zat atau intoksikasi sampai overdosis. Secara medis, katinon memiliki nama asli cathinone (Katinona) yang struktur kimia dan efek mirip amfetamin, yang memilki efek samping yang berbahaya. Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali lipat dibandingkan dengan yang alami, zat katinon yang sintetis ini menjadi disalahgunakan dan dimasukkan dalam kelompok psikotropika. Katinon sintetis berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan yang dikemas didalam kapsul dan dapat dibentuk tablet / pil sebagai pengganti pil ekstasi. Dibanyak negara, Khat bukan bahan terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara Eropa. Katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB untuk zat-zat Psikotropika Tahun 1971. Cathinone yang terdapat dalam Khat dimasukkan sebagai golongan III, sedangkan cathinone sintetis yaitu amfepramone dan pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV konvensi itu. Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal. Di Indonesia, katinon masuk sebagai narkotika golongan I dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, nomor urut 3 dalam lampiran Undang – Undang itu. Metilon sebagai derivat katinon secara eksplisit memang belum tercantum dalam Undang – Undang itu, karena waktu UU disusun zat sintetis ini belum dibuat. Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan dengan katinon. Derivat (turunan) dari katinon yaitu 3,4 metilenedioksi – N – metilkatinon 3. Zat sintetis ini juga disebut sebagai metilon
Menurut Undang-Undang RI No 35 Tahun 2009 narkotika dibagi tiga jenis:
a. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium, Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy, dan lebih dari 65 macam jenis lainnya. b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon dan lain-lain. c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan 3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina, Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk beberapa campuran lainnya. Untuk informasi lebih mendalam tentang jenis narkotika dalam ketiga golongan tersebut dapat dilihat di lampiran undang- undang narkotika nomor 35 tahun 2009. Psikotropika Menurut undang-undang No 5 Tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4 golongan a. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya, Contohnya MDMA, Ekstasi, LSD, dan STP. b. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adikitf kuat serta berguna untuk pengobatan dan penelitian contohnya amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya. c. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina, dan sebagainya. d. Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adikitf ringan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian, Contohnya adalah nitrzepam (mogadon, dumolid), diaxepam, dan lain-lain. 1.3 Gejala Penyalahgunaan Narkoba Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba tidak untuk pengobatan melainkan karena ingin menikmati pengaruh atau dampaknya. Penyalahgunaan narkoba pada umumnya disebabkan karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa kenikmatan, kenyamanan, kesenangan dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara semu (bukan yang sesungguhnya). Ciri penyalahgunaan narkoba : a. Terjadinya perubahan perilaku • Prestasi di sekolah / di tempat kerja turun secara mendadak, membolos, tidak menyelesaikan tugas; • Pola tidurnya berubah : malam suka begadang dan pagi hari sulit dibangunkan; • Selera makan berkurang; • Banyak menghindari pertemuan dengan keluarga lainnya karena takut ketahuan menggunakan. Banyak mengurung diri dikamar & menolak diajak makan bersama –sama oleh anggota keluarga lainnya; • Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibandingkan dengan sebelumnya; • Perubahan kelompok pertemanan. b. Tanda-tanda fisik Tanda -tanda ini biasanya terlihat saat intoksikasi atau saat terjadi keadaan putus zat, sesuai dengan jenis Narkoba yang digunakannya. c. Ditemukannya narkoba atau alat untuk menggunakan narkoba • Narkoba (dalam bentuk pil, serbuk, lintingan ganja, kristal) yang mungkin dapat dijumpai di tas, lipatan baju, kaset,di lembaran buku, di laci meja, dan lain- lain. • Alat untuk menggunakan narkoba seperti: jarum suntik, kertas timah, gulungan uang, dan lain-lain 1.4 Efek Samping Penyalahgunaan Narkoba a. Stimulan Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus sehingga meningkatkan kerja organ. Contoh stimulan yaitu kafein, nikotin, atau amfetamin, kokain, shabu, ekstasi. • Efek dari pemakaian obat ini adalah: menghambat perasaan lapar, menurunan perasaan letih, menurunkan kebutuhan tidur, memicu kerja jantung, serta meningkatkan tekanan darah. Dalam dunia medis, kokain digunakan untuk anestesi (pembiusan local), khusunya untuk operasi pembedahan hidung, tenggorokan, dan telinga. meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah, dan mengecilkan pupil dan meningkatkan gula darah. • Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organ lainnya yang berhubungan dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar dan kantuk. b. Depresan Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan aktivitas pemakainya. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu sebagai berikut: a • etanol (etil alkohol) • barbiturat, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal Barbiturat tergolong obat penenang yang digunakan untuk membantu agar cepat tidur, menghalau kecemasan, ketegangan, dan frustasi. Dalam dunia medis, barbitural digunakan untuk obat tidur, epilepsy, dan obat penenang pada saat stres. • obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium) • opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon Morfin diperoleh dari getah tumbuhan Papaver somniferum. Berguna untuk mennghilangkan/mengurangi rasa sakit, memberikan perasaan nyaman /gembira, dan mengurangi perasaan cemas/gelisah. Dalam dunia medis, morfin digunakan untuk meredakan penyakit batuk dan mengatasi rasa sakit pada pembedahan. • anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain yang mudah menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya benzen, toluena, dankarbon tetraklorida. Di Indonesia para pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo. Penyalahgunaan obat penekan saraf dapat menimbulkan berbagai macam efek perasaan menjadi labil, bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, dan daya ingat dan koordinasi motorik terganggu sehingga jalannya menjadi limbung c. Halusinogen Halusinogen meliputi ganja, LSD (Lysergic Acid Diethylamide), STP (mirip amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari pohon kaktus peyote), ketamine, psilosibin (dari jenis jamur), dan PCP (Phencyclidine) suatu obat bius hewan.Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini: • Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul perasaan cemas, tekanan darah naik, frekuensi pernafasan naik, produksi air liur berlebihan, pilek dan muntah-muntah • Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur • Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi. LSD dipakai untuk membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau sakit ingatan. 1.5 Dampak Global Penyalahgunaan Narkoba Globalisasi membawa perkembangan dunia yang semakin cepat didukukung dengan kemampuan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang semakin maju.Namun disamping itu globalisasi juga menciptakan pergerakan lintas batas yang semakin mudah dan berdampak meningkatnya kejahatan transnasional (transnational crime).Kawasan Asia Tenggara telah menjadi salah satu kawasan yang berpotensi sebagai kawasan jaringan kejahatan transnasional. Letak negara yang berdekatan dan strategis menjadi peluang fenomena kejahatan transnasional semakin meningkat di Asia Tenggara.Fenoma kejahatan transnasional berupa peredaran narkotika menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar yang cukup potensial bagi para produsen dan pengedar narkotika. Tentunya tidak lepas dari globalisasi yang menjadikan fenomena kejahatan transnasional sebagai salah satu dampaknya. Patut untuk disadari dan dicermati bahwa fenomena kejahatan transnasional (transnational crime) merupakan suatu bentuk perluasan dari pemahaman akan dampak globalisasi. Globalisasi menjadi pendorong utama gerakan kejahatan narkoba. transnasionalisme transnasional Runtuhnya batas hingga seperti negara muncul peredaran atau borderless akibat globalisasi dan pergerakan transnasional serta didukung munculnya jaringan yang sangat luas mengakibatkan individu-individu dapat berbuat apa saja di panggung dunia, baik atau buruk tanpa perantara negara. Globalisasi telah memberikan kesempatan bagi individu-individu yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan transnasional.Sindikat narkotika internasional dapat dengan mudah memasuki batas-batas negara di dunia karena didukung jaringan organisasi yang rapi dan pengguna teknologi yang canggih.Perkembangan ekonomi di abad milenium dewasa ini, sebagai akibat dari proses pembangunan menuju globalisasi, telah membuat dunia semakin terbuka. Peningkatan keterbukaan ekonomi global ini memicu dan memacu perkembangan teknologi yang pesat di bidang transportasi, telekomunikasi dan travel.Hal-hal tersebut menjadi faktor betapa berpengaruhnya globalisasi dalam peningkatan kejahatan transnasional peredaran narkotika. Masyarakatpun semakin dihadapkan dengan kondisi yang meningkatkan kuantitas dan kualitas kejahatan.Kejahatan-kejahatan yang dipengaruhi dari dampak negatif globalisasi itu sendiri membuat masyarakat cendrung hidup dengan mencerminkan kebebsan, kepuasan serta maraknya tindakan kriminalitas dengan mengandalkan perkembangan yang disajikan dari perkembangan globalisasi.Kawasan Asia Tenggara sendiri telah menjadi sasaran empuk dalam era globalisasi dengan semakin maraknya kejahatan transnasional peredaran narkotika di daerah tersebut. Selain pengaruh globalisasi di bidang teknologi, Asia tenggara menjadi salah satu tujuan wisata dunia dan tinggi minat terhadap sektor pariwisata yang turut berkontirbusi pada meluasnya pengguna dan peredaran narkotika di kawasan ini. Bentuk lain dari globalisasi yaitu transnasional juga ikut serta dalam peningkatan kejahatan transnasional peredaran narkotika di Asia Tenggara. Hal ini membuat para pelaku kejahatan semakin tidak mengenal batas wilayah maupun batas yurisdiksi, mereka beroperasi dari satu wilayah ke wilayah negara lain dengan bebas. 1.6 Cara Menegakkan Diagnosis Penyalahgunaan Narkoba Dalam menentukan diagnosis gangguan penggunaan narkotika ada dua langkah yang bisa dilakukan, yang pertama adalah skrining dengan menggunakan instrumen tertentu.Tujuan skrining ini hanya untuk mendapatkan informasi adakah suatu faktor resiko dan atau masalah yang terkait dengan penggunaan narkotika. Berbagai instrumen skrining dan asesmen yang dapat digunakan dalam menggali permasalahan terkait gangguan penggunaan narkotika telah dikembangkan secara global, baik yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga penelitian di negara maju, maupun badan-badan dunia khususnya WHO. Beberapa instrumen yang mengakomodasi penggunaan berbagai jenis narkotika antara lain : 1. ASSIST (Alcohol,Smoking, Substance Use Involvement Screening & Testing), 2. DAST 10 (Drug Abuse Screening Test), dan 3. ASI (Addiction Severity Index). Penerapan atas instrumen tertentu biasanya dikaitkan dengan penggunaan instrumen tersebut pada berbagai negara. Ada beberapa alat yang umumnya digunakan untuk dapat mengenali keterlibatan seseorang pada narkotika : 1. Instrumen skrining seperti ASSIST 2 2. Urin analisis 3. Kajian resep / obat-obatan yang diminum klien sebelumnya Hal yang harus diperhatikan adalah penemuan kasus melalui alat skrining di atas perlu dilanjutkan dengan proses asesmen sehingga diperoleh gambaran klinis yang komperhensif. Urinanalisis merupakan alat skrining yang paling sering digunakan, tidak saja oleh petugas kesehatan tetapi terutama oleh penegak hukum. Terjadi pemahaman yang keliru pada banyakpetugas, khususnya penegak hukum bahwa urinanalisis dapat menjadi alat penegak diagnosis. Urin analisis yang dilakukan tanpa disertai wawancara/instrumen skrining tentang riwayat penggunaan narkotika termasuk obat-obatan resep dokter, dapat menimbulkan salah diagnosis. Urin analisis hanya merupakan skrining awal yang penting untuk mendeteksi penggunaan natkotika dalam kondisi akut. Hasil urinanalisis dapat sulit diinterpretasikan karena sering hanya mendeteksi penggunaan yang baru saja dan tidak mudah untuk membedakan antara penggunaan legal atau tidak legal. Tes skrining narkotika secara biologi : 1. Tes skrining cara biologi mempunyai jangka waktu skrining yang berbeda-beda. Sebagai contoh: • Suatu tes skrining urin atau air liur yang positif untuk kokain dan atau heroin cendrung untuk mengindikasikan penggunaan yang baru-baru saja terjadi (beberapa hari atau satu minggu ke belakang), sedangkan hasil yang positif untuk marijuana (ganja) dapat mendeteksi penggunaan marijuana pada satu bulan sampai beberapa bulan ke belakang. • Hampir tidak mungkin untuk menentukan waktu penggunaan bila sampel didapat dari rambut. 2. Tidak ada satu tes skrining narkotika secara biologi dapat mendeteksi semua obat-obatan yang sering disalahgunakan, contohnya MDMA, metadon, pentanil, dan opoid sintetik lainnya tidak termasuk ke dalam banyak tes skrining narkotika, dan tes-tes ini harus diminta secara terpisah; 3. Tes skrining narkotika secara biologi memeriksa konsentrasi obat pada nilai ambang spesifik dari suatu sampel. Demikian, suatu hasil negatif tidak selalu berarti tidak terjadi penyalahgunaan obat, dan suatu hasil positif dapat mencerminkan penggunaan zat yang lain; 4. Bila dikhawatirkan terjadi usaha pengelabuhan hasil, sampel harus dimonitor untuk temperatur atau bahan-bahan campuran serta program harus diterapkan dan diikuti prosedur pendokumentasian secara kronologi yang akurat. Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada golongan yang besar atau metabolitnya dengan hasil presumptif positif dan negatif. Secara umum pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik dan dapat menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan substansi lain dengan struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode ELISA (enzyme linked immunosorbent assay) (Indrati, 2015). Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada pemeriksaan skrining. Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif palsu. Metode konfirmasi yang sering digunakan adalah gas chromatography/mass spectrometry (GC/MS) atau liquid chromatography yang dapat mengidentifikasi jenis obat secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan keterampilan tinggi serta biaya pemeriksaan yang tinggi
2. Memahami dan Menjelaskan Advokasi
2.1 Definisi Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan memengaruhi para pembuat kebijakan secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap pembangunan Kesehatan. Advokasi merupakan upaya pendekatan (approach) atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan dan dukungan dari pihak yang terkait (stake holders). 2.2 Jenis Advokasi a. Personal : menyampaikan permsalahan dan usulan ke pengambil keputusan yang mempunyao dampak khusus pada yang melakukan advokasi atau orang yang diwakili sehingga cenderung lebih fokus pada permasalahan yang khusus b. Issue based : menyampaikan permsalahan dan usulan ke pengambil keputusan sebagai perwakilan dari kelompok yang lebih besar, cenderung permsalahan yang lebih luas 2.3 Pelaku dan Sasaran Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat memberlkan dukungan terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha atau swasta, badan penyandang dana, media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya masyarakat, tokoh masyarakat yang berpengaruh serta kelompok potensial lainnya dimasyarakat. Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang, berlawanan atau merugikan kesehatan (misalnya industri rokok). Di tingkat pemerintah daerah (local government) baik propinsi maupun kabupaten (district) dan kota, advokasi kesehatan dapat dilakukan terhadap para pejabat daerah. Seperti di tingkat pusat, advokasi di tingkat daerah ini dilakukan oleh para pejabat sektor kesehatan propinsi atau distrik. Tujuan utama advokasi di tingkat ini adalah agar program kesehatan memperoleh prioritas tinggi dalam pembangunan daerah yang bersangkutan. lmplikasinya alokasi sumber daya, terutanra anggaran kesehatan untuk daerah tersebut meningkat. Demiklan pula dalam pengembangan sumber daya manusia atau petugas Kesehatan seperti pelatihan dan Pendidikan lanjut, maka untuk sector Kesehatan juga mendapat prioritas. Pelaku advokasi Kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya Kesehatan dan memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat (agam), LSM, dan tokoh yang berpengaruh. Advokasi dilakukan untuk menjalin kemitraaan sehingga terbentuk kemitraan antara sector Kesehatan dengan para pengusaha dan LSM. Melalui kemitraan ini diharapkan para pengusaha dan LSM memberikan dukungan program Kesehatan baik berupa dana, sarana, prasaran,, dan bantuan teknis lainnya. Advokasl kebijakan (Policy Advococy) secara khusus berhubungan dengan apa yang harus dllakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dengan menganjurkan kebijakan tertentu melalui diskusi, persuasi maupun aktivitas politik. Kebiiakan ialah serangkaian keputusan yang dipilih oleh pemerintah atau elit politik, untuk menetapkan, melaksanakan, atau tidak melaksanakan, dalam kaitannya dengan adanya suatu permasalahan guna kebaikan bersama masyarakat. Kebijakan publik, tidak lain merupakan serangkaian pilihan tindakan pemerintah untuk menangani masalah yang ada di kehidupan masyarakat. 2.4 Tahapan/Langkah-langkah (cara melakukan advokasi pada pembuat kebijakan, pada tokoh masyarakat dan tokoh agama) (memahami berkoalisi) A. Perencanaan Bagian terpenting dari advokasi adalah aspek perencanaannya. Sebuah perencanaan lengkap yang kita sebut sebagai kerangka kerja (framework) advokasi yang mancakup hasil analisis kasus sesuai isu, aktivitas, dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu advokasi. Kerangka kerja ini sangat diperlukan mengingat advokasi merupakan jalinan interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan situasi. Kerangka kerja advokasi terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: 1. Identifikasi dan memahami masalah yang akan diangkat menjadi isu strategis Kriteria penentuan isu strategis meliputi: a) masalah yang paling prioritas dirasakan oleh stakeholder lokal dan mendapat perhatian publik dikaitkan dengan hasil penelitian, b) masalahnya mendesak (aktual) dan sangat penting untuk diberi perhatian segera, jika tidak diatasi akan segera berakibat fatal di masa depan, c) relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi oleh masyarakat (sedang hangat atau sedang menjadi perhatian masyarakat). Daftar tolok ukur analisa isu strategis: a) Aktual : apakah isu ini sedang jadi pusat perhatian? b) Urgensi : apakah isu ini mendesak? c) Relevansi : apakah isu ini sesuai kebutuhan? d) Dampak positif : apakah isu ini sesuai dengan visi & misi kita? e) Kesesuaian: dapatkah konstituen kita berpartisipasi dalam isu ini? f) Sensitivitas: apakah isu ini aman dari dampak sampingan? 2. Pemanfaatan data sebagai bahan advokasi Dalam tahap ini dilakukan pula pengumpulan dan analisis data untuk dapat mengidentifikasi dan memilih masalah serta dikembangkan dalam tujuan advokasi, membuat pesan, memperluas basis dukungan dan mempengaruhi pembuat kebijakan. Data hasil riset akademik yang dilakukan mendukung pelaksanaan kegiatan advokasi, terutama untuk memperoleh gambaran umum tentang situasi problematik, keadaan sarana prasarana, dan kebijakan yang berlaku termasuk kebijakan anggaran. Kegaitan advokasi juga ditunjang oleh pakar secara akademis sehingga menghasilkan daya dorong kuat karena akan bersifat mendesak kepada stakeholder (isunya terbukti merupakan kepentingan publik) sekaligus sahih secara ilmiah. 3. Tentukan tujuan advokasi Penentuan tujuan diharapkan fokus pada satu tujuan kunci, yang merupakan pernyataan apa saja harapan yang ingin dicapai dengan melakukan advokasi, baik dalam hal kebutuhan-kebutuhan kepada pembuat kebijakan maupun hasil-hasil jangka menengah. Tujuan merupakan penyataan umum tentang apa yang diharapkan dan akan dicapai dalam jangka panjang (tiga sampai lima tahun), disusun dengan prinsip SMART: Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound 4. Identifikasi target audiens Penentuan ini juga berkaitan dengan permasalahan yang ingin diatasi oleh komunikator melalui advokasi. Target audiens atau komunikan bisa merupakan kelompok-kelompok yang mewakili masyarakat umum ataupun yang mewakili pemuka masyarakat atau pengambil kebijakan. Siapa aktor kunci potensial, kita perlu melakukan analisis kepentingan mereka dan tingkat pengaruhnya. Sehingga menghasilkan matriks siapa-siapa yang mendukung, dapat diyakinkan, mungkin akan menentang, dan harus dinetralkan. 5. Analisis SWOT Metode perencanaan strategi menggunakan analisis SWOT: Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats yang dirancang untuk membantu mengidentifikasi kekuatan internal, kelemahan organisasi atau kelompok dalam hubungannya dengan peluang dan ancaman yang ditemui dalam pelaksanaan kerja. Identifikasi peluang kerjasama : 6. Identifikasi peluang kerjsama Organisasi / grup yang dapat menjadi patner: a) Institusi/organisasi atau individu yang memiliki komitmen terhadap tujuan yang sama b) Pengalaman dalam hal komunikasi (communication specialist) Peluang kerjasama ini dimaksudkan untuk membangun konstituen dalam hal mendukung keberhasilan advokasi. Semakin besar basis dukungan, semakin besar peluang keberhasilan. Kita perlu membangun aliansi dengan berbagai kelompok dan memanfaatkan berbagai media, antara lain membangun jejaring dengan organisasi melalui kegiatan-kegiatan bersama, pertemuan publik, media-media sosial, serta menggunakan jaringan berbasis internet. 7. Agenda/aktivitas advokasi dan mengumpulkan/menyusun dokumen rencana strategi Penyusunan agenda kegiatan secara detail, terdiri: • Rencana implementasi : tujuan yang akan dicapai per kegiatan, waktu pelaksanakan, melakukan apa oleh siapa, serta informasi yang mendukung • Mengembangkan pesan dan memilih saluran komunikasi • Anggaran kegiatan, sumber daya diperlukan untuk pengembangan dan penyebaran materi, perjalanan anggota tim peneliti untuk bertemu dengan pembuat keputusan dan menghasilkan dukungan, biaya komunikasi, dan keperluan logistik lainnya. B. Pelaksanaan Pelaksanaan advokasi mencakup banyak kegiatan, baik berurutan maupun serempak. Satu tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal secara serentak dan saling mendukung. Dalam pelaksanaannya setelah disusun kerangka kerja lengkap, kegiatan advokasi yang dapat dilakukan antara lain
Berbagai pendekatan model komunikasi untuk mendefinisikan advokasi dalam mempengaruhi
kebijakan publik dan masing-masing memiliki proses berbeda-beda, sebagai berikut a. Legislasi, upaya yang dilakukan adalah di level legislatif dengan membangun payung hukum, misalnya legal drafting dan judicial review b. Birokrasi, dilakukan untuk mengusulkan dan memperbaiki tata laksana suatu peraturan/payung hukum di level eksekutif pemerintah (melalui lobby, mediasi, audiensi, kapasitasi, dll) sehingga terjadi peningkatan pelayanan. c. Sosialisasi dan Mobilisasi, dilakukan untuk membangun suatu budaya (terutama budaya hukum) di masyarakat sebagai stakeholder utama (melalui pengembangan program komunikasi partisipatif, kampanye, penggalangan dukungan basis masa/networking, tekanan sosial, dll).
Gb. 1 . Proses advokasi melalui legislasi, birokrasi, sosialisasi dan mobilisasi
C. Monitoring dan evaluasi Kegiatan evaluasi dan monitoring terjadi selama proses advokasi dilakukan, sebelum melaksanakan advokasi perlu ditentukan bagaimana akan memantau rencana pelaksanaannya. 2.5 Tantangan dalam Advokasi Penanganan Narkotika Adanya pengaruh implementasi program advokasi terhadap efektivitas pencegahan penyalahgunaan narkoba mengindikasikan bahwa apabila program advokasi dapat dijalankan secara optimal kepada lembaga pendidikan, maka dapat menekan laju penyalahgunaan narkoba di lingkungan lembaga pendidikan dengan menyasar pelajar dan mahasiswa yang merupakan kelompok rentan. Hal ini dikarenakan adanya proses komunikasi kebijakan, penguatan disposisi, pemenuhan sumber daya maupun keberadaan struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan sehingga pencegahan dapat dilakukan secara sistematis, terorganisir, serta memiliki landasan kebijakan yang kuat. 3. Memahami dan Menjelaskan Program dan Pelayanan Puskesmas dan Pihak Lain yang Terkait dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (polisi, TNI, BNN, aparat pemerintah, masyarakat sekitar, lapas) Sumber ini didapat dari : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR NARKOTIKA TAHUN 2020-2024 1) Peningkatan kampanye publik tentang bahaya penyalahgunaan narkotika dan prekursor narkotika a. Penyediaan dan Penyebaran Informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor narkotika kepada pejabat negara, Aparatur Sipil negara (ASN), prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), dan masyarakat Penyediaan dan penyebaran informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor narkotika di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui aksi sebagai berikut: • Pemuatan informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor narkotika baik di media elektronik dan non elektronik yang dimiliki oleh Kementerian/ Lembaga; • Pemuatan informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor narkotika baik di media elektronik dan non elektronik yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan/atau di media lokal; • Pelaksanaan sosialisasi tatap muka atau melalui video conference tentang pencegahan penyalahgunaan narkotika oleh Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah bagi pejabat negara, Aparatur Sipil Negara, Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dan masyarakat. b. Pembentukan regulasi tentang P4GN di lingkup Kementerian, Lembaga, dan Pemerintah Daerah a) Pembentukan Regulasi P4GN di setiap Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, melalui rencana sebagai berikut: Penyusunan Regulasi P4GN di Kementerian/Lembaga, berupa: 1) Peraturan Menteri/Kepala Lembaga/Badan yang diundangkan; atau 2) Peraturan Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala Lembaga/Badan, antara lain: • Surat Edaran; • Pedoman; dan • Instruksi. b) Penyusunan Regulasi P4GN pada Pemerintah Daerah Provinsi/Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, berupa Peraturan Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota tentang P4GN. c. Sosialisasi P4GN dan tes urine dalam setiap pelaksanaan kegiatan Generasi Berencana (GenRe) di BKKBN 2) Deteksi Dini Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika a) Deteksi dini narkotika dengan melakukan tes urine b) Pelaksanaan program Desa Bersih dari Narkotika (Bersinar) melalui fasilitas kegiatan P4GN dan prioritas penggunaan dana desa. Pelaksanaan Program Desa Bersinar melalui fasilitasi kegiatan P4GN dan prioritas penggunaan dana desa dengan melibatkan berbagai kementerian diantaranya adalah Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Badan Keamanan Laut serta BNN dimana dalam Pelaksanaannya yaitu Desa/Kelurahan yang memiliki kegiatan P4GN dan Desa yang memiliki relawan anti Narkotika. c) Pembentukan Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika Pembentukan Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika di setiap Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, melalui pelaksanaan sebagai berikut: a. Pembuatan SK satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota b. Asistensi Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa: • Asistensi diarahkan untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman, sikap dan ketrampilan teknis Relawan Anti Narkotika; • Relawan Anti Narkotika mengikuti kegiatan selama 2 hari dengan total sebanyak 16 Jam pelajaran; • 1 (satu) Jam Pelajaran selama 45 menit; • Kegiatan Asistensi ini menjadi salah satu persyaratan memperoleh sertifikat dan PIN untuk bertugas sebagai Relawan Anti Narkotika; dan • Sertifikat dan PIN dapat diperoleh dari BNN atau instansi pelaksana asistensi. 3) Pengembangan Pendidikan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika a. Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika ke dalam salah satu materi pada seluruh lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan pendidikan kedinasan. Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika ke dalam salah satu materi pada seluruh Lembaga Pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan pendidikan kedinasan, melalui pelaksanaan sebagai berikut: a) Penyampaian Topik anti narkotika dan prekursor narkotika di Kementerian/ Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota; b) Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota berupa Peraturan Daerah memasukan topik anti Narkotika ke salah satu materi pada lembaga Pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan pendidikan kedinasan b. Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika pada salah satu mata pelajaran di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi Pengembangan topik anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada salah satu mata pelajaran di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi, melalui pelaksanaan sebagai berikut: a) Penyampaian Modul anti narkotika dan prekursor narkotika ke salah satu mata pelajaran di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi; b) Sekolah/Madrasah dan perguruan tinggi memasukan topik anti Narkotika ke salah satu mata pelajarannya 4) Kawasan Rawan dan Rentan Narkotika a. Pengelolaan potensi sosial dan ekonomi masyarakat pada kawasan rawan serta rentan narkotika dan prekursor narkotika. • Pengumpulan Data dan Koordinasi dengan melakukan pendekatan kepada Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Adat (koordinasi dengan BNNP, BNNK, Stakeholder setempat); • Menganalisa potensi sosial dan ekonomi masyarakat kawasan rawan narkotika; • Menentukan kegiatan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan rawan narkotika seperti lifeskill, pembangunan fasilitas yang mendukung pengembangan ekonomi dll; • Melaksanakan rapat persiapan kegiatan; • Sinergitas dengan stakeholder; • Pembinaan Teknis Pendamping: Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Tokoh Pemuda; • Pelaksanaan pengembangan wirausaha; • Supervisi/Monitoring. b. Penyuluhan pendirian koperasi hasil karya warga binaan Badan Narkotika Nasional pada kawasan rentan narkotika dan prekursor narkotika 1) BNN berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi dan Pemda Untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan pendirian koperasi pada kawasan rawan dan rentan narkotika; 2) Kementerian Koperasi dan Pemda: • memfasilitasi pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan pendirian Koperasi hasil karya warga binaan BNN pada kawasan rawan dan rentan narkotika; • Melaporkan hasil kegiatan Penyuluhan pendirian koperasi ke BNN. Dalam aspek pencegahan yang merupakan bagian dari demand reduction, BNN melalui Deputi Bidang Pencegahan telah melaksanakan berbagai terobosan dan inovasi, antara lain yang menjadi unggulan adalah : • Program Desa Bersinar (Bersih Narkoba) yang saat ini telah diterapkan di 195 desa di seluruh Indonesia. • Program Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba (Bang Wawan) yang fokusnya melibatkan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta, pendidikan dan masyarakat. Kegiatan utamanya yaitu tes urine, penyuluhan anti narkoba, dan pembentukan satgas di lingkungan masyarakat. • Relawan Anti Narkoba di wilayah terluar dan terdepan NKRI, dengan melibatkan masingmasing 150 orang relawan. • Rumah Edukasi Anti Narkoba (REAN.ID). Melalui program ini, BNN mengajak generasi milenial mengambil peran dalam kampanye cegah narkoba. REAN.ID ini berisikan konten-konten kreatif seperti video, vlog, mural, artikel maupun poster yang bertemakan kampanye cegah narkoba.
4. Memahami dan Menjelaskan Teknik Komunikasi dan Sosialisasi pada Masyarakat
Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti dan mencapai dipercakapkan. tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada pesan (message) yang dibicarakan. Teknik komunikasi digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin secara efektif. Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan pengertian komunikasi adalah penyampaian informasi dari komunikator ke komunikan melalui media tertentu. Maka pengertian teknik komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Dengan adanya teknik Beberapa teknik dalam komunikasi : a) Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh. b) Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belit c) Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran lawan bicara d) Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka e) Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informa penerima informasi detailnya f) Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal g) Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru h) Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung i) Sampaikan informasi dengan lembut j) Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi anda diterima. Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.
5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Narkoba
Dalam Islam, narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, dan lainnya disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini, apa pun bentuknya, telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Tak ada satu pun ulama yang menyelisihkan keharaman mukahddirat tersebut. Para ulama mengqiyaskan hukum mukhaddirat pada hukum khamar. Mereka berdalil dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA, "Khamar adalah segala sesuatu yang menutup akal." (HR Bukhari Muslim). Jadi, narkotika masuk dalam cakupan definisi khamar seperti yang disebutkan Umar bin Khattab RA. Tak diragukan lagi, narkotika bisa mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari tabiatnya yang dapat membedakan antara sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu. Benda-benda ini akan memengaruhi akal dalam menghukumi atau menetapkan sesuatu sehingga terjadi kekacauan dan ketidaktentuan, yang jauh dipandang dekat dan yang dekat dipandang jauh. Dr Yusuf Qardhawi dalam kumpulan fatwa kontemporernya menerangkan, akibat yang ditimbulkan pemakai narkotika sama saja dengan orang yang mabuk karena khamar. Sering kali terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari pengaruh benda-benda memabukkan itu. Hal ini bukti hilangnya kesadaran seseorang akibat narkotika. Lebih lanjut, Qardhawi menerangkan, kalau barang-barang mukhaddirat tersebut tidak dimasukkan dalam kategori khamar atau memabukkan, ia tetap haram dari segi melemahkan (menjadikan loyo). Banyak orang yang memang tidak mabuk mengonsumsi narkoba. Namun, tubuh mereka akan menjadi lemah dan memiliki efek halusinasi. Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah mengatakan, "Rasulullah SAW melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)." (HR Abu Daud). Dalam hadis ini disebut dengan istilah al-mufattir, yaitu sesuatu yang menjadikan tubuh loyo atau tidak bertenaga. Larangan dalam hadis ini untuk mengharamkan karena itulah hukum asal bagi suatu larangan. Selain itu, juga disebabkan dirangkaikannya antara yang memabukkan yang telah disepakati keharamannya dan mufattir. Alasan selanjutnya, jika benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori memabukkan dan melemahkan, ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan membahayakan. Islam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana firman Allah SWT, "…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk." (QS al-A'raf [7]: 157). Rasulullah SAW juga bersabda, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain." (HR Ahmad, Ibnu Majah). Segala sesuatu yang membahayakan manusia adalah haram. Inilah yang ditegaskan dalam Alquran, "Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS an-Nisa' [4]: 29). Ayat lainnya, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan." (QS al-Baqarah [2]: 195). Dalil lainnya, seluruh pemerintahan (negara) memerangi narkotika dan menjatuhkan hukuman yang sangat berat kepada yang mengusahakan dan mengedarkannya. Sehingga, pemerintahan suatu negara yang memperbolehkan khamar dan minuman keras lainnya sekalipun, tetap memberikan hukuman berat kepada siapa saja yang terlibat narkotika. Bahkan, sebagian negara menjatuhkan hukuman mati kepada pedagang dan pengedarnya. Hukuman ini memang tepat dan benar karena pada hakikatnya para pengedar itu membunuh bangsa-bangsa demi mengeruk kekayaan. Pelaku dan pengedar narkoba lebih layak mendapatkan hukuman qishas dibandingkan orang yang membunuh seorang atau dua orang manusia. Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai apa yang wajib diberlakukan terhadap orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan bahwa semua itu jaiz, halal, dan mubah? "Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum haram, ia termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit atau banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim," jelas Ibnu Taimiyah. Sedangkan, orang yang menganggap bahwa ganja halal, menurut Ibnu Taimiyah, maka dia terhukum kafir dan diminta agar bertobat. Jika ia bertobat maka selesailah urusannya, tetapi jika tidak mau bertobat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir murtad, yang tidak perlu dimandikan jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di permakaman kaum Muslim. Sebagian orang salaf pernah ada yang berprasangka bahwa khamar itu mubah bagi orang- orang tertentu karena menakwilkan firman Allah SWT, "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan." (QS al-Ma'idah [5]: 93). Ketika kasus ini dibawa kepada Umar bin Khattab dan dimusyawarahkan dengan beberapa orang sahabat, sepakatlah Umar dengan Ali dan para sahabat lainnya bahwa apabila orang yang meminum khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka dijatuhi hukuman dera. Tetapi, jika terus saja meminumnya karena menganggapnya halal, mereka dijatuhi hukuman mati. Demikian pula dengan ganja, barang siapa yang berkeyakinan bahwa ganja haram tetapi ia mengisapnya, ia dijatuhi hukuman dera dengan cemeti sebanyak 80 kali atau 40 kali, dan ini merupakan hukuman yang tepat. Sebagian fuqaha memang tidak menetapkan hukuman dera karena mereka mengira bahwa ganja dapat menghilangkan akal, tetapi tidak memabukkan, seperti al-banj (jenis tumbuh- tumbuhan yang dapat membius), dan sejenisnya yang dapat menutup akal, tetapi tidak memabukkan. Meskipun demikian, semua itu adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim. Barang siapa mengisapnya dan memabukkan, maka ia dijatuhi hukuman dera seperti meminum khamar, tetapi jika tidak memabukkan maka pengisapnya dijatuhi hukuman takzir yang lebih ringan daripada hukuman jald (dera). Tetapi, orang yang menganggap hal itu halal, maka dia adalah kafir dan harus dijatuhi hukuman mati. Hal yang benar, ganja itu memabukkan seperti minuman keras karena pengisapnya menjadi kecanduan terhadapnya dan terus memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak). Berbeda dengan al-banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecanduan dan tidak digemari. Kaidah syariat menetapkan bahwa barang-barang haram yang digemari nafsu, seperti khamar dan zina, maka pelakunya dikenai hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu, seperti bangkai, maka pelakunya dikenai hukum takzir. Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisapnya dan sulit untuk ditinggalkan. Nas-nas Alquran dan sunah mengharamkan atas orang yang berusaha memperoleh sesuatu yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Ibnu Taimiyah juga mengatakan ganja itu menimbulkan kecanduan dan kelezatan serta kebingungan (karena gembira atau susah) dan inilah yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dan merasakannya. Mengisap ganja sedikit akan mendorong si pengisap untuk meraih lebih banyak lagi seperti halnya minuman yang memabukkan dan orang yang sudah terbiasa mengisap ganja akan sangat sulit untuk meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggalkan khamar. Karena itu, bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya khamar. Maka para fuqaha bersepakat bahwa pengisap ganja wajib dijatuhi hukum had (hukuman yang pasti bentuk dan bilangannya) sebagaimana halnya khamar