Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MANDIRI SKENARIO 4

BLOK KEDOKTERAN KELUARGA

Nama : Jihan Faadhilah


NPM : 1102018273
Kelompok : B7

1. Memahami dan Menjelaskan Narkoba


1.1 Definisi
NARKOBA merupakan singkatan dariNARkotika,PsiKOtropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir
dalam Undang-Undang. (UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika).
• Psikotropika merupakan zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupunsintesis, yang
memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
• Bahan adiktif adalah bahan/zat yang berpengaruh psikoaktif di luar Narkotika dan
Psikotropika dan dapat menyebabkan kecanduan
1.2 Jenis
Narkoba dibagi menjadi tiga jenis yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.
Narkotika
Berdasarkan bahannya, narkotika dibagi menjadi tiga :
1) Narkotika alami
Narkoba alami merupakan jenis narkoba yang masih alami dan belum mengalami
pengolahan. Contoh narkoba alami adalah :
a. Ganja
Ganja berasal dari tanaman cannabis sativa, cannabis indica dan
cannabis Americana. Tanaman tersebut termasuk keluarga Urticaceae atau
Moraceae. Tanaman Canabis merupakan tanaman yang mudah tumbuh tanpa
perawatan khusus. Tanaman ini tumbuh pada daerah beriklim sedang dan
tumbuh subur di daerah tropis. Suharno menjelaskan bahwa Ganja (cannabis
sativa) merupakan tumbuhan penghasil serat. Lebih dikenal karena bijinya
mengandung tetrahidrokanabinol (THC), zat narkotika yang membuat
pemakainya mengalami eufhoria (rasa senang yang berkepanjangan tanpa
sebab).
Ada tiga jenis ganja, yaitu cannabis sativa, cannabis indica, dan
cannabis ruderalis. Ketiga jenis ganja ini memiliki kandungan THC berbeda-
beda. Jenis cannabis indica mengandung THC paling banyak, disusul cannabis
sativa, dan cannabis ruderalis. Karena kandungan THC inilah, maka setiap
orang menyalahgunakan ganja terkena efek psikoaktif yang membahayakan.
Pengguna ganja dalam dosis rendah akan mengalami hilaritas (berbuat
gaduh), mengalami oquacous euphoria (terbahak-bahak tanpa henti), mengalami
perubahan persepsi ruang dan waktu. Kemudian, berkurangnya kemampuan
koordinasi, pertimbangan, dan daya ingat, mengalami peningkatan kepekaan
visual dan pendengaran (tapi lebih kearah halusinasi), mengalami radang pada
saluran pernafasan dan paruparu. Pada penyalahgunaan ganja dengan dosis
tinggi, berdampak pada ilusi delusi (terlalu menekankan pada keyakinan yang
tidak nyata), depresi, kebingungan, mengalami alienasi, dan halusinasi disertai
gejala psikotik seperti rasa ketakutan.
b. Opium
Opium atau candu (poppy: dalam bahasa inggiris) atau (opos/ Juice dalam
bahasa Yunani) adalah getah bahan baku Narkotika yang diperoleh dari buah
candu (Papaver somniferum L atau P paeoniflorum) yang belum matang.
Opion (Poppy Juice), Poppy Juice opium disebut juga dengan poppy adalah
getah bahan baku narkotika yang diperoleh dari buah candu (Papaver
somniferum L. atau P. paeoniflorum) yang belum matang. Opium merupakan
tanaman semusim yang hanya bisa dibudidayakan di pegunungan kawasan
subtropis. Tinggi tanaman hanya sekitar satu meter. Daunnya jarang dengan
tepi bergerigi.
Dalam perkembangaannya opium dibagi menjadi tiga :
• Opium mentah yaitu getah yang membeku sendiri diperoleh dari dua
tanaman papaver somni verrum yang hanya mengalami pengolahan
sekedar untuk membungkus dari pengangkutan tanpa memperhatikan
kadar morpinnya.
• Opium masak dapat dibedakan menjadi tiga bagian: pertama Candu,
yakni yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan
pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian atau
tanpa penambahan bahan-bahan lain dengan maksud mengubahnya
menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. Kedua Jicing,
yakni sisa-sisa dari candu yang telah dihisap, tanpa memperhatikan
apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. Ketiga
Jicingko, yakni hasil yang diperoleh dari pengolahan Jicing.
• Opium obat, yakni opium mentah yang tidak mengalami pengolahan
sehingga sesuai dengan pengobatan, baik dalam bentuk bubuk maupun
dicampur dengan zat-zat netral sesuai dengan syarat formakologi
c. Hasis
Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika latin dan Eropa yang
biasanya digunakan para pemdata kelas tinggi. Penyalahgunaannya adalah dengan
menyuling daun hasis/ganja diambil sarinya digunakan dengan cara dibakar.
d. Koka
Koka adalah tanaman perdu mirip dengan pohon kopi dengan buah berwarna merah
seperti biji kopi. Wilayah kultivasi tumbuhan ini berada di Amerika latin
(Kolombia, Peru, Bolivia, dan Brazilia). Koka diolah dan dicampur dengan zat
kimia tertentu unntuk menjadi kokain yang memiliki daya adikitf yang lebih kuat.
2) Narkotika semi sintetis
Narkotika Semi Sintetis adalah berbagai jenis narkotika alami yang diolah dan diambil
zat adiktifnya ( Intisarinya ) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Beberapa jenis Narkotika Semi Sintesis
yang disalah gunakan adalah sebagai berikut:
a. Morfin
Morfin adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat dan merupakan agen aktif
utama yang ditemukan pada opium.Umumnya opium mengandung 10% morfin.
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupakan
alkaloida utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk
tepung halus berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya
dengan cara dihisap dan disuntikkan.
Sifat morfin yaitu khasiat analgesik morfin lebih efektif pada rasa nyeri yang
terputus-putus (interminten) dan yang batasnya tidak tegas. Dalam dosis cukup
tinggi, dapat menghilangkan kolik empedu dan uretur. Morfin menekan pusat
pernafasan yang terletak pada batang otak sehingga menyebabkan pernafasan
terhambat. Kematian pada kelebihan dosis morfin umumnya disebabkan oleh
sifat menghambat pernafasan ini. Efek menekan pernafasan ini diperkuat oleh
fenotiazin, MAO-I dan imipramin. Sifat morfin lainnya ialah dapat
menimbulkan kejang abdominal, muka memerah, dan gatal terutama di sekitar
hidung yang disebabkan terlepasnya histamin dalam sirkulasi darah, dan
konstipasi, karena morfin dapat menghambat gerakan peristaltik. Melalui
pengaruhnya pada hipotalamus, morfin meningkatkan produksi antidiuretik
hormon (ADH) sehingga volume air seni berkurang.
Morfin juga menghambat produksi ACTH dan hormon gonadotropin sehingga
kadar 17 ketosteroid dan kadar 17-hidroksi kortikosteroid dalam urine dan
plasma berkurang. Gangguan hormonal ini menyebabkan terganggunya siklus
menstruasi dan impotensi.
Efek morfin terjadi pada susunan syaraf pusat dan organ yang mengandung
otot polos. Efek morfin pada system syaraf pusat mempunyai dua sifat yaitu
depresi dan stimulasi. Digolongkan depresi yaitu analgesia, sedasi, perubahan
emosi, hipoventilasi alveolar. Stimulasi termasuk stimulasi parasimpatis,miosis,
mual muntah, hiperaktif reflek spinal, konvulsi dan sekresi hormon anti
diuretika (ADH)
b. Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk
3) Narkotika sintetis
Narkotika Sintetis adalah Narkotika yang dibuat dari bahan kimia dan digunakan
untuk pembiusan atau pengobatan bagi mereka yangmengalami ketergantungan
narkoba. Narkotika sintesis berfungsi sebagai pengganti sementara untuk mencegah
rehabilitasi sehingga penyalahgunaan dapat menghentikan ketergantungannya.
Adapun contoh dari narkotika sintetis adalah :
a. Sabu (amfetamin)
Amfetamin merupakan kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem
saraf pusat (SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan satu jenis
narkoba yang dibuat secara sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara.
Amfetamin dapat berupa bubuk putih, kuning, maupun coklat, bubuk putih kristal
kecil. Merek amfetamin lain, seperti Metedrin, Deksamil dan Benzedrin,
kemudian membanjiri pasaran.
Amfetamin memiliki banyak efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas
dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah, meningkatkan mood, meningkatkan
konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan keinginan untuk tidur.
Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efekefek tersebut menjadi berlebihan.
Secara klinis, efek amfetamin sangat mirip dengan kokain, tetapi amfetamin
memiliki waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh
amfetamin 10–15 jam) dan durasi yang memberikan efek euforianya 4–8 kali
lebih lama dibandingkan kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator
tersebut mengaktivasi “reserve powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan
ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin melemah, tubuh memberikan
“signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu lagi.
Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui
tabung. Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS,
ubas, ice, Shabu, Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya.
Amfetamin terdiri dari dua senyawa yang berbeda: dextroamphetamine murni
and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine murni. Since
dextroamphetamine is more potent than levoamphetamine, pure Karena
dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine
juga lebih kuat daripada campuran amfetamin.
Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin
termasuk rasa kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya
diri. Perasaan ini bisa bertahan sampai 12 jam, dan beberapa orang terus
menggunakan untuk menghindari turun dari obat. Obat-obat yang termasuk ke
dalam golongan amfetamin adalah Amfetamin, MetamfetamiN dan
Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam)
b. Ekstasi (MDMA)
MDMA (methylenedioxy-N-methylamphetamine) biasanya dikenal dengan
nama Ekstasi, E, X, atau XTC adalah senyawa kimia yang sering digunakan
sebagai obat rekreasi yang membuat penggunanya menjadi sangat aktif. Resiko
penggunaannya adalah dehidrasi ketika penggunanya lupa minum air.
Dampak utama dari MDMA termasuk peningkatan kesadaran indra, perasaan
keterbukaan, euforia, empati, cinta, kebahagiaan, rasa kejernihan mental dan
penghargaan peningkatan musik dan gerakan. Sensasi taktil yang dirasakan
beberapa pengguna, membuat kontak fisik dengan orang lain lebih
menyenangkan.
Ekstasi merusak neuron yang melepaskan serotonin, bahan kimia otak yang
mengatur daya ingat dan fungsi-fungsi lain. Penelitian lain menunjukkan
bahwa bekas pemakai yang sudah tidak memakai ekstasi selama enam bulan
masih terpengaruh secara mental, yang berarti bahwa kerusakannya bersifat
jangka panjang dan tidak dapat diperbaiki. Bahkan ekstasi bisa mengakibatkan
kematian sebagai akibat dari tiga keadaan yang berbeda:
• Pengaruh stimulasi yang mengakibatkan serangan jantung atau
pendarahan otak.
• Kombinasi penggunaan ekstasi dengan dengan aktivitas menari akan
menyebabkan naiknya temperatur suhu badan pada tingkat yang
berbahaya. Karena biasanya ekstasi diminum di klub-klub malam atau
diskotik, maka resiko kematian karena panas yang berlebihan
(hyperthermia) akan meningkat.
• Walau bukan karena akibat langsung dari ekstasi, kematian dapat
terjadi karena banyaknya air yang diminum akibat temperatur suhu
badan yang tinggi sehingga terjadi "dilutional hyponatremia" -keadaan
dimana otak kelebihan cairan
c. Kokain
Kokain merupakan salah satu jenis narkoba, dengan efek stimulan. Kokain
diisolasi dari daun tanaman Erythroxylum coca Lam. Zat ini dapat dipakai
sebagai anastetik (pembius) dan memiliki efek merangsang jaringan otak
bagian sentral. Pemakaian zat ini menjadikan pemakainya suka bicara, gembira
yang meningkat menjadi gaduh dan gelisah, detak jantung bertambah, demam,
perut nyeri, mual, dan muntah. Seperti halnya narkotika jenis lain, pemakaian
kokain dengan dosis tertentu dapat mengakibatkan kematian. Daun koka
umumnya mengandung tiga kelompok utama alkaloid, yaitu :
• Turunan acgeriin (kokain, cis dan transinnamoilkokain, alfa dan
betatruxilin
• Tropine (tropakokaine, valerine)
• Alkaloid higrin (higrolin, kuskohigrin
Bentuk dan macam cocain yang beredar dan terdapat dalam perdagangan gelap
antara lain cairan berwarna putih atau tanpa warna, kristal berwarna putih
seerti dammar (getah perca), bubuk putih seperti tepung dan Tablet berwarna
putih. ila seseorang menghirup kokain (inhalasi) atau merokoknya maka dengan
cepat kokain didistribusikan ke dalam otak. Yang paling sering kokain
digunakan lewat inhalasi, dan kokain itu diabsorpsi lewat mukosa hidung dan
masuk dalam darah, dan cepat didistribusikan ke otak.
d. Heroin
Dalam kamus besar bahasa indonesia dijelaskan bahwa heroin adalah bubuk
kristal putih yang dihasilkan dari morfin; jenis narkotik yang amat kuat sifat
mencandukannya (memabukkannya); C21H23O5N. Heroin berbentuk Kristal,
heroin adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver somniferum).
berwarna putih atau coklat. Biasanya dibungkus dan dijual dalam bungkusan
kecil.
eroin atau disebut juga diachetyl morpin meruakan suatu zat semi sintettis
turunan morpin. Proses pembuatan heroin adalah melalului peroses penyulingan
atau proses kimia lainnya di laboratorium dengan cara achetalasi dengan
acetiacanydrida. bahan bakunya adalah morpin, asam cuka, anhidraid atau
astilklorid. Heroin dapat diklasifikasi sebagai berikut:
• Heroin nomor Satu bentuknya masih merupakan bubuk atau gumpalan
yang berwarna kuning tua sampai coklat, jenis ini sebagaian besar
masih berisi morpin dan merupakan hasil ekstaraksi. Nama dipasar
gelap disebut dengan gula merah (red sugar)
• heroin nomor dua sudah merupakan bubuk berwarna abu-abu sampai
putih dan merupakan hasil transisi dari mopin ke heroin yang belum
murni
• Heroin nomor tiga merupakan bubuk butir-butir kecil kebanyakan
berwarna abu-abu yang juga diberi warna lain untuk menandai cici
khas dari pembuatnya biasanya masih dicampur kafein, barbital dan
kinin.
• Heroin nomor empat bentuknya sudah merupakan Kristal khusus untuk
disuntikkan
e. Putaw
Putaw Merupakan nama jalanan dari heroin, putaw sebenarnya meruppakan
minuman keras has Cina yang mengandung alkohol akantetapi oleh pecandu
narkoba menyebut barang yang sejenis heroin yang masih serumpun dengan
ganja dijuluki putaw hanya saja kadar narkotika yang dikandung putaw lebih
rendah atau dapat disebut heroin kelas emapat sampai enam
Putaw banyak disalahgunakan karena harganya yang terjangkau. Salah satu
ciri yang membedakan antara pemakai putaw dan heroin/morphine adalah pada
putaw pemakai akan merasakan gatal-gatal terutama pada kulit bagian muka
dan hidung sedangkan pada heroin/morphine tidak. Putaw dipakai dengan cara
dimakan, dihisap melalui hidung, dibakar di atas kertas timah dan dihirup
asapnya, sering disebut dengan metode “nge-drag” (chasing the dragon), bisa
juga dipakai dengan cara dihirup melalui lubang hidung (sniffing), atau dengan
disuntikkan ke dalam pembuluh darah balik dengan menggunakan insulin atau
jarum suntik. Pemakaian putaw menyebabkan penggunanya menjadi mengantuk
dan perubahan mood yang tidak menentu. Pemakaian secara kontinyu akan
berujung pada kecanduan secara fisik (sakaw) maupun secara psikologis
(sugesti untuk memakainya lagi).
Pemakaian jangka panjang akan menyebabkan penyumbatan oleh kristal-kristal
berwarna biru di dalam pembuluh darah di sekitar tangan, kaki, leher, dan
kepala sehingga menjadi benjolan keras seperti bisul di dalam tubuh. Jika
penyumbatan muncul di daerah otak kemungkinan besar menyebabkan
kematian. Selain itu putaw juga akan mengakibatkan kebutaan, kerusakan pada
organ-organ tubuh seperti liver, ginjal, organ-organ pencernaan, dan paru-paru.
f. Katinone
Narkoba jenis katinon adalah narkoba yang sudah lama ada. Di Indonesia, zat
ini sudah beberapa tahun ada. Pengguna metilon belum banyak di Indonesia
dan belum ada yang mengalami gejala putus zat atau intoksikasi sampai
overdosis. Secara medis, katinon memiliki nama asli cathinone (Katinona)
yang struktur kimia dan efek mirip amfetamin, yang memilki efek samping
yang berbahaya.
Zat katinon ini dapat dibuat sintetis yang kekuatannya sekian kali lipat
dibandingkan dengan yang alami, zat katinon yang sintetis ini menjadi
disalahgunakan dan dimasukkan dalam kelompok psikotropika. Katinon sintetis
berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan yang dikemas didalam kapsul
dan dapat dibentuk tablet / pil sebagai pengganti pil ekstasi. Dibanyak negara,
Khat bukan bahan terlarang meski penggunaannya dikontrol beberapa negara
Eropa. Katinon termasuk sebagai golongan I Konvensi PBB untuk zat-zat
Psikotropika Tahun 1971. Cathinone yang terdapat dalam Khat dimasukkan
sebagai golongan III, sedangkan cathinone sintetis yaitu amfepramone dan
pyrovalerone dimasukkan sebagai golongan IV konvensi itu. Menurut National
Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu pyrovalerone
dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal. Di Indonesia, katinon masuk
sebagai narkotika golongan I dalam Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, nomor urut 3 dalam lampiran Undang – Undang itu.
Metilon sebagai derivat katinon secara eksplisit memang belum tercantum
dalam Undang – Undang itu, karena waktu UU disusun zat sintetis ini belum
dibuat. Tetapi secara logika, tentunya zat ini dapat disamakan dengan katinon.
Derivat (turunan) dari katinon yaitu 3,4 metilenedioksi – N – metilkatinon 3.
Zat sintetis ini juga disebut sebagai metilon

Menurut Undang-Undang RI No 35 Tahun 2009 narkotika dibagi tiga jenis:


a. Narkotika Golongan I adalah narkotika hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta
mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:
Heroin, Kokain, Daun Koka, Opium, Ganja, Jicing, Katinon, MDMDA/Ecstasy,
dan lebih dari 65 macam jenis lainnya.
b. Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat untuk pengobatan
digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau
untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin, Fentanil, Metadon dan
lain-lain.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat dan berkhasiat untuk pengobatan dan penelitian. Golongan
3 narkotika ini banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi mengakibatkan
ketergantungan. Contoh: Codein, Buprenorfin, Etilmorfina, Kodeina,
Nikokodina, Polkodina, Propiram, dan ada 13 (tiga belas) macam termasuk
beberapa campuran lainnya. Untuk informasi lebih mendalam tentang jenis
narkotika dalam ketiga golongan tersebut dapat dilihat di lampiran undang-
undang narkotika nomor 35 tahun 2009.
Psikotropika
Menurut undang-undang No 5 Tahun 1997, psikotropika dapat dikelompokkan ke dalam 4
golongan
a. Golongan I adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum diketahui
manfaatnya untuk pengobatan dan sedang diteliti khasiatnya, Contohnya MDMA, Ekstasi,
LSD, dan STP.
b. Golongan II adalah psikotropika dengan daya adikitf kuat serta berguna untuk pengobatan
dan penelitian contohnya amfetamin, metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
c. Golongan III adalah psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina, dan sebagainya.
d. Golongan IV adalah psikotropika yang memiliki daya adikitf ringan serta berguna untuk
pengobatan dan penelitian, Contohnya adalah nitrzepam (mogadon, dumolid), diaxepam,
dan lain-lain.
1.3 Gejala Penyalahgunaan Narkoba
Penyalahgunaan narkoba adalah penggunaan narkoba tidak untuk pengobatan melainkan karena
ingin menikmati pengaruh atau dampaknya. Penyalahgunaan narkoba pada umumnya disebabkan
karena zat-zat tersebut menjanjikan sesuatu yang dapat memberikan rasa kenikmatan,
kenyamanan, kesenangan dan ketenangan, walaupun hal itu sebenarnya hanya dirasakan secara
semu (bukan yang sesungguhnya).
Ciri penyalahgunaan narkoba :
a. Terjadinya perubahan perilaku
• Prestasi di sekolah / di tempat kerja turun secara mendadak, membolos, tidak
menyelesaikan tugas;
• Pola tidurnya berubah : malam suka begadang dan pagi hari sulit dibangunkan;
• Selera makan berkurang;
• Banyak menghindari pertemuan dengan keluarga lainnya karena takut ketahuan
menggunakan. Banyak mengurung diri dikamar & menolak diajak makan
bersama –sama oleh anggota keluarga lainnya;
• Bersikap lebih kasar terhadap anggota keluarga lainnya dibandingkan dengan
sebelumnya;
• Perubahan kelompok pertemanan.
b. Tanda-tanda fisik
Tanda -tanda ini biasanya terlihat saat intoksikasi atau saat terjadi keadaan putus zat,
sesuai dengan jenis Narkoba yang digunakannya.
c. Ditemukannya narkoba atau alat untuk menggunakan narkoba
• Narkoba (dalam bentuk pil, serbuk, lintingan ganja, kristal) yang mungkin dapat
dijumpai di tas, lipatan baju, kaset,di lembaran buku, di laci meja, dan lain-
lain.
• Alat untuk menggunakan narkoba seperti: jarum suntik, kertas timah, gulungan
uang, dan lain-lain
1.4 Efek Samping Penyalahgunaan Narkoba
a. Stimulan
Stimulan bersifat menstimulasi sistem saraf simpatik melalui pusat di hipotalamus
sehingga meningkatkan kerja organ. Contoh stimulan yaitu kafein, nikotin, atau
amfetamin, kokain, shabu, ekstasi.
• Efek dari pemakaian obat ini adalah: menghambat perasaan lapar, menurunan
perasaan letih, menurunkan kebutuhan tidur, memicu kerja jantung, serta
meningkatkan tekanan darah. Dalam dunia medis, kokain digunakan untuk
anestesi (pembiusan local), khusunya untuk operasi pembedahan hidung,
tenggorokan, dan telinga. meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah,
dan mengecilkan pupil dan meningkatkan gula darah.
• Amfetamin juga mempengaruhi fungsi organ-organ lainnya yang berhubungan
dengan hipotalamus, seperti peningkatan rasa haus dan berkurangnya rasa lapar
dan kantuk.
b. Depresan
Depresan berfungsi untuk mengurangi kegiatan sistem saraf sehingga menurunkan
aktivitas pemakainya. Ada 5 kategori utama depresan, yaitu sebagai berikut: a
• etanol (etil alkohol)
• barbiturat, mencakup obat-obat flu seperti seconal dan amytal Barbiturat
tergolong obat penenang yang digunakan untuk membantu agar cepat tidur,
menghalau kecemasan, ketegangan, dan frustasi. Dalam dunia medis, barbitural
digunakan untuk obat tidur, epilepsy, dan obat penenang pada saat stres.
• obat penenang, paling banyak dipakai adalah diazepam (valium)
• opiat, mencakup opium, morfin, kodoin, dan metadon Morfin diperoleh dari
getah tumbuhan Papaver somniferum. Berguna untuk
mennghilangkan/mengurangi rasa sakit, memberikan perasaan nyaman /gembira,
dan mengurangi perasaan cemas/gelisah. Dalam dunia medis, morfin digunakan
untuk meredakan penyakit batuk dan mengatasi rasa sakit pada pembedahan.
• anastetik, mencakup kloroform, eter, dan sejumlah hidrokarbon lain yang mudah
menguap dan biasa digunakan sebagai pelarut, misalnya benzen, toluena,
dankarbon tetraklorida.
Di Indonesia para pengedar menamakan obat-obatan ini sebagai pil koplo.
Penyalahgunaan obat penekan saraf dapat menimbulkan berbagai macam efek perasaan
menjadi labil, bicara tak karuan dan tidak jelas, mudah tersinggung, dan daya
ingat dan koordinasi motorik terganggu sehingga jalannya menjadi limbung
c. Halusinogen
Halusinogen meliputi ganja, LSD (Lysergic Acid Diethylamide), STP (mirip
amfetamin), THC (Tentra Hydro Cannabinol), mesakolin (dari pohon kaktus peyote),
ketamine, psilosibin (dari jenis jamur), dan PCP (Phencyclidine) suatu obat bius
hewan.Efek yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan obat halusinasi ini:
• Keringat berlebihan, denyut jantung menjadi cepat dan tak teratur, timbul
perasaan cemas, tekanan darah naik, frekuensi pernafasan naik, produksi air
liur berlebihan, pilek dan muntah-muntah
• Pupil mata melebar dan pandangan mata kabur
• Terjadi gangguan koordinasi motorik dan terjadi halusinasi. LSD dipakai untuk
membantu pengobatan bagi orang-orang yang mengalami gangguan jiwa atau
sakit ingatan.
1.5 Dampak Global Penyalahgunaan Narkoba
Globalisasi membawa perkembangan dunia yang semakin cepat didukukung dengan
kemampuan teknologi informasi, komunikasi dan transportasi yang semakin maju.Namun
disamping itu globalisasi juga menciptakan pergerakan lintas batas yang semakin mudah dan
berdampak meningkatnya kejahatan transnasional (transnational crime).Kawasan Asia Tenggara
telah menjadi salah satu kawasan yang berpotensi sebagai kawasan jaringan kejahatan
transnasional.
Letak negara yang berdekatan dan strategis menjadi peluang fenomena kejahatan transnasional
semakin meningkat di Asia Tenggara.Fenoma kejahatan transnasional berupa peredaran
narkotika menjadikan Asia Tenggara sebagai pasar yang cukup potensial bagi para produsen
dan pengedar narkotika. Tentunya tidak lepas dari globalisasi yang menjadikan fenomena
kejahatan transnasional sebagai salah satu dampaknya. Patut untuk disadari dan dicermati
bahwa fenomena kejahatan transnasional (transnational crime) merupakan suatu bentuk
perluasan dari pemahaman akan dampak globalisasi.
Globalisasi menjadi pendorong utama gerakan kejahatan narkoba. transnasionalisme
transnasional Runtuhnya batas hingga seperti negara muncul peredaran atau borderless akibat
globalisasi dan pergerakan transnasional serta didukung munculnya jaringan yang sangat luas
mengakibatkan individu-individu dapat berbuat apa saja di panggung dunia, baik atau buruk
tanpa perantara negara. Globalisasi telah memberikan kesempatan bagi individu-individu yang
tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan transnasional.Sindikat narkotika
internasional dapat dengan mudah memasuki batas-batas negara di dunia karena didukung
jaringan organisasi yang rapi dan pengguna teknologi yang canggih.Perkembangan ekonomi
di abad milenium dewasa ini, sebagai akibat dari proses pembangunan menuju globalisasi,
telah membuat dunia semakin terbuka. Peningkatan keterbukaan ekonomi global ini memicu
dan memacu perkembangan teknologi yang pesat di bidang transportasi, telekomunikasi dan
travel.Hal-hal tersebut menjadi faktor betapa berpengaruhnya globalisasi dalam peningkatan
kejahatan transnasional peredaran narkotika.
Masyarakatpun semakin dihadapkan dengan kondisi yang meningkatkan kuantitas dan kualitas
kejahatan.Kejahatan-kejahatan yang dipengaruhi dari dampak negatif globalisasi itu sendiri
membuat masyarakat cendrung hidup dengan mencerminkan kebebsan, kepuasan serta
maraknya tindakan kriminalitas dengan mengandalkan perkembangan yang disajikan dari
perkembangan globalisasi.Kawasan Asia Tenggara sendiri telah menjadi sasaran empuk dalam
era globalisasi dengan semakin maraknya kejahatan transnasional peredaran narkotika di
daerah tersebut.
Selain pengaruh globalisasi di bidang teknologi, Asia tenggara menjadi salah satu tujuan
wisata dunia dan tinggi minat terhadap sektor pariwisata yang turut berkontirbusi pada
meluasnya pengguna dan peredaran narkotika di kawasan ini. Bentuk lain dari globalisasi
yaitu transnasional juga ikut serta dalam peningkatan kejahatan transnasional peredaran
narkotika di Asia Tenggara. Hal ini membuat para pelaku kejahatan semakin tidak mengenal
batas wilayah maupun batas yurisdiksi, mereka beroperasi dari satu wilayah ke wilayah
negara lain dengan bebas.
1.6 Cara Menegakkan Diagnosis Penyalahgunaan Narkoba
Dalam menentukan diagnosis gangguan penggunaan narkotika ada dua langkah yang bisa
dilakukan, yang pertama adalah skrining dengan menggunakan instrumen tertentu.Tujuan skrining
ini hanya untuk mendapatkan informasi adakah suatu faktor resiko dan atau masalah yang terkait
dengan penggunaan narkotika. Berbagai instrumen skrining dan asesmen yang dapat digunakan
dalam menggali permasalahan terkait gangguan penggunaan narkotika telah dikembangkan secara
global, baik yang diinisiasi oleh lembaga-lembaga penelitian di negara maju, maupun badan-badan
dunia khususnya WHO. Beberapa instrumen yang mengakomodasi penggunaan berbagai jenis
narkotika antara lain :
1. ASSIST (Alcohol,Smoking, Substance Use Involvement Screening & Testing),
2. DAST 10 (Drug Abuse Screening Test), dan
3. ASI (Addiction Severity Index).
Penerapan atas instrumen tertentu biasanya dikaitkan dengan penggunaan instrumen tersebut pada
berbagai negara.
Ada beberapa alat yang umumnya digunakan untuk dapat mengenali keterlibatan seseorang pada
narkotika :
1. Instrumen skrining seperti ASSIST 2
2. Urin analisis
3. Kajian resep / obat-obatan yang diminum klien sebelumnya
Hal yang harus diperhatikan adalah penemuan kasus melalui alat skrining di atas perlu dilanjutkan
dengan proses asesmen sehingga diperoleh gambaran klinis yang komperhensif. Urinanalisis
merupakan alat skrining yang paling sering digunakan, tidak saja oleh petugas kesehatan tetapi
terutama oleh penegak hukum. Terjadi pemahaman yang keliru pada banyakpetugas, khususnya
penegak hukum bahwa urinanalisis dapat menjadi alat penegak diagnosis. Urin analisis yang
dilakukan tanpa disertai wawancara/instrumen skrining tentang riwayat penggunaan narkotika
termasuk obat-obatan resep dokter, dapat menimbulkan salah diagnosis. Urin analisis hanya
merupakan skrining awal yang penting untuk mendeteksi penggunaan natkotika dalam kondisi
akut. Hasil urinanalisis dapat sulit diinterpretasikan karena sering hanya mendeteksi penggunaan
yang baru saja dan tidak mudah untuk membedakan antara penggunaan legal atau tidak legal.
Tes skrining narkotika secara biologi :
1. Tes skrining cara biologi mempunyai jangka waktu skrining yang berbeda-beda. Sebagai
contoh:
• Suatu tes skrining urin atau air liur yang positif untuk kokain dan atau heroin
cendrung untuk mengindikasikan penggunaan yang baru-baru saja terjadi
(beberapa hari atau satu minggu ke belakang), sedangkan hasil yang positif untuk
marijuana (ganja) dapat mendeteksi penggunaan marijuana pada satu bulan sampai
beberapa bulan ke belakang.
• Hampir tidak mungkin untuk menentukan waktu penggunaan bila sampel didapat
dari rambut.
2. Tidak ada satu tes skrining narkotika secara biologi dapat mendeteksi semua obat-obatan
yang sering disalahgunakan, contohnya MDMA, metadon, pentanil, dan opoid sintetik
lainnya tidak termasuk ke dalam banyak tes skrining narkotika, dan tes-tes ini harus
diminta secara terpisah;
3. Tes skrining narkotika secara biologi memeriksa konsentrasi obat pada nilai ambang
spesifik dari suatu sampel. Demikian, suatu hasil negatif tidak selalu berarti tidak terjadi
penyalahgunaan obat, dan suatu hasil positif dapat mencerminkan penggunaan zat yang
lain;
4. Bila dikhawatirkan terjadi usaha pengelabuhan hasil, sampel harus dimonitor untuk
temperatur atau bahan-bahan campuran serta program harus diterapkan dan diikuti
prosedur pendokumentasian secara kronologi yang akurat.
Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan konfirmatori.
Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada golongan yang besar
atau metabolitnya dengan hasil presumptif positif dan negatif. Secara umum pemeriksaan
skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan tingkat presisi dan
akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik dan dapat menyebabkan hasil
positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan substansi lain dengan struktur kimia
yang mirip. Pada pemeriksaan skrining, metode yang sering digunakan adalah immunoassay
dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi. Pemeriksaan
skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode ELISA (enzyme linked
immunosorbent assay) (Indrati, 2015).
Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada pemeriksaan
skrining. Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif palsu.
Metode konfirmasi yang sering digunakan adalah gas chromatography/mass spectrometry
(GC/MS) atau liquid chromatography yang dapat mengidentifikasi jenis obat secara spesifik
dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode konfirmasi adalah
waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan keterampilan tinggi serta biaya pemeriksaan
yang tinggi

2. Memahami dan Menjelaskan Advokasi


2.1 Definisi
Advokasi adalah upaya mendekati, mendampingi, dan memengaruhi para pembuat kebijakan
secara bijak, sehingga mereka sepakat untuk memberi dukungan terhadap pembangunan
Kesehatan. Advokasi merupakan upaya pendekatan (approach) atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan dan dukungan dari pihak yang terkait (stake holders).
2.2 Jenis Advokasi
a. Personal : menyampaikan permsalahan dan usulan ke pengambil keputusan yang
mempunyao dampak khusus pada yang melakukan advokasi atau orang yang diwakili
sehingga cenderung lebih fokus pada permasalahan yang khusus
b. Issue based : menyampaikan permsalahan dan usulan ke pengambil keputusan sebagai
perwakilan dari kelompok yang lebih besar, cenderung permsalahan yang lebih luas
2.3 Pelaku dan Sasaran
Sasaran advokasi adalah berbagai pihak yang diharapkan dapat memberlkan dukungan
terhadap upaya kesehatan, khususnya para pengambil keputusan dan penentu kebijakan di
pemerintahan, lembaga perwakilan rakyat, mitra di kalangan pengusaha atau swasta, badan
penyandang dana, media massa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, tokoh masyarakat yang berpengaruh serta kelompok potensial lainnya dimasyarakat.
Semuanya bukan hanya berpotensi mendukung, tetapi juga menentang, berlawanan atau
merugikan kesehatan (misalnya industri rokok).
Di tingkat pemerintah daerah (local government) baik propinsi maupun kabupaten (district)
dan kota, advokasi kesehatan dapat dilakukan terhadap para pejabat daerah. Seperti di tingkat
pusat, advokasi di tingkat daerah ini dilakukan oleh para pejabat sektor kesehatan propinsi atau
distrik. Tujuan utama advokasi di tingkat ini adalah agar program kesehatan memperoleh prioritas
tinggi dalam pembangunan daerah yang bersangkutan. lmplikasinya alokasi sumber daya,
terutanra anggaran kesehatan untuk daerah tersebut meningkat. Demiklan pula dalam
pengembangan sumber daya manusia atau petugas Kesehatan seperti pelatihan dan Pendidikan
lanjut, maka untuk sector Kesehatan juga mendapat prioritas.
Pelaku advokasi Kesehatan adalah siapa saja yang peduli terhadap upaya Kesehatan dan
memandang perlu adanya mitra untuk mendukung upaya tersebut. Pelaku advokasi dapat berasal
kalangan pemerintah, swasta, perguruan tinggi, organisasi profesi, organisasi berbasis masyarakat
(agam), LSM, dan tokoh yang berpengaruh. Advokasi dilakukan untuk menjalin kemitraaan
sehingga terbentuk kemitraan antara sector Kesehatan dengan para pengusaha dan LSM. Melalui
kemitraan ini diharapkan para pengusaha dan LSM memberikan dukungan program Kesehatan
baik berupa dana, sarana, prasaran,, dan bantuan teknis lainnya.
Advokasl kebijakan (Policy Advococy) secara khusus berhubungan dengan apa yang harus
dllakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah dengan menganjurkan kebijakan tertentu melalui
diskusi, persuasi maupun aktivitas politik. Kebiiakan ialah serangkaian keputusan yang dipilih
oleh pemerintah atau elit politik, untuk menetapkan, melaksanakan, atau tidak melaksanakan,
dalam kaitannya dengan adanya suatu permasalahan guna kebaikan bersama masyarakat.
Kebijakan publik, tidak lain merupakan serangkaian pilihan tindakan pemerintah untuk menangani
masalah yang ada di kehidupan masyarakat.
2.4 Tahapan/Langkah-langkah (cara melakukan advokasi pada pembuat kebijakan, pada
tokoh masyarakat dan tokoh agama) (memahami berkoalisi)
A. Perencanaan
Bagian terpenting dari advokasi adalah aspek perencanaannya. Sebuah perencanaan
lengkap yang kita sebut sebagai kerangka kerja (framework) advokasi yang mancakup hasil
analisis kasus sesuai isu, aktivitas, dan situasi yang mempunyai peran dalam suatu
advokasi. Kerangka kerja ini sangat diperlukan mengingat advokasi merupakan jalinan
interaksi dari berbagai pihak, aktivitas dan situasi. Kerangka kerja advokasi terdiri dari
beberapa kegiatan, yaitu:
1. Identifikasi dan memahami masalah yang akan diangkat menjadi isu strategis
Kriteria penentuan isu strategis meliputi:
a) masalah yang paling prioritas dirasakan oleh stakeholder lokal dan
mendapat perhatian publik dikaitkan dengan hasil penelitian,
b) masalahnya mendesak (aktual) dan sangat penting untuk diberi perhatian
segera, jika tidak diatasi akan segera berakibat fatal di masa depan,
c) relevan dengan masalah-masalah nyata dan aktual yang dihadapi oleh
masyarakat (sedang hangat atau sedang menjadi perhatian masyarakat).
Daftar tolok ukur analisa isu strategis:
a) Aktual : apakah isu ini sedang jadi pusat perhatian?
b) Urgensi : apakah isu ini mendesak?
c) Relevansi : apakah isu ini sesuai kebutuhan?
d) Dampak positif : apakah isu ini sesuai dengan visi & misi kita?
e) Kesesuaian: dapatkah konstituen kita berpartisipasi dalam isu ini?
f) Sensitivitas: apakah isu ini aman dari dampak sampingan?
2. Pemanfaatan data sebagai bahan advokasi
Dalam tahap ini dilakukan pula pengumpulan dan analisis data untuk dapat
mengidentifikasi dan memilih masalah serta dikembangkan dalam tujuan advokasi,
membuat pesan, memperluas basis dukungan dan mempengaruhi pembuat
kebijakan. Data hasil riset akademik yang dilakukan mendukung pelaksanaan
kegiatan advokasi, terutama untuk memperoleh gambaran umum tentang situasi
problematik, keadaan sarana prasarana, dan kebijakan yang berlaku termasuk
kebijakan anggaran. Kegaitan advokasi juga ditunjang oleh pakar secara akademis
sehingga menghasilkan daya dorong kuat karena akan bersifat mendesak kepada
stakeholder (isunya terbukti merupakan kepentingan publik) sekaligus sahih secara
ilmiah.
3. Tentukan tujuan advokasi
Penentuan tujuan diharapkan fokus pada satu tujuan kunci, yang merupakan
pernyataan apa saja harapan yang ingin dicapai dengan melakukan advokasi, baik
dalam hal kebutuhan-kebutuhan kepada pembuat kebijakan maupun hasil-hasil
jangka menengah. Tujuan merupakan penyataan umum tentang apa yang
diharapkan dan akan dicapai dalam jangka panjang (tiga sampai lima tahun),
disusun dengan prinsip SMART: Specific, Measurable, Achievable, Relevant,
Time-bound
4. Identifikasi target audiens
Penentuan ini juga berkaitan dengan permasalahan yang ingin diatasi oleh
komunikator melalui advokasi. Target audiens atau komunikan bisa merupakan
kelompok-kelompok yang mewakili masyarakat umum ataupun yang mewakili
pemuka masyarakat atau pengambil kebijakan.
Siapa aktor kunci potensial, kita perlu melakukan analisis kepentingan mereka dan
tingkat pengaruhnya. Sehingga menghasilkan matriks siapa-siapa yang
mendukung, dapat diyakinkan, mungkin akan menentang, dan harus dinetralkan.
5. Analisis SWOT
Metode perencanaan strategi menggunakan analisis SWOT: Strengths,
Weaknesses, Opportunities, Threats yang dirancang untuk membantu
mengidentifikasi kekuatan internal, kelemahan organisasi atau kelompok dalam
hubungannya dengan peluang dan ancaman yang ditemui dalam pelaksanaan kerja.
Identifikasi peluang kerjasama :
6. Identifikasi peluang kerjsama
Organisasi / grup yang dapat menjadi patner:
a) Institusi/organisasi atau individu yang memiliki komitmen terhadap tujuan
yang sama
b) Pengalaman dalam hal komunikasi (communication specialist)
Peluang kerjasama ini dimaksudkan untuk membangun konstituen dalam hal
mendukung keberhasilan advokasi. Semakin besar basis dukungan, semakin besar
peluang keberhasilan. Kita perlu membangun aliansi dengan berbagai kelompok
dan memanfaatkan berbagai media, antara lain membangun jejaring dengan
organisasi melalui kegiatan-kegiatan bersama, pertemuan publik, media-media
sosial, serta menggunakan jaringan berbasis internet.
7. Agenda/aktivitas advokasi dan mengumpulkan/menyusun dokumen rencana
strategi
Penyusunan agenda kegiatan secara detail, terdiri:
• Rencana implementasi : tujuan yang akan dicapai per kegiatan, waktu
pelaksanakan, melakukan apa oleh siapa, serta informasi yang mendukung
• Mengembangkan pesan dan memilih saluran komunikasi
• Anggaran kegiatan, sumber daya diperlukan untuk pengembangan dan
penyebaran materi, perjalanan anggota tim peneliti untuk bertemu dengan
pembuat keputusan dan menghasilkan dukungan, biaya komunikasi, dan
keperluan logistik lainnya.
B. Pelaksanaan
Pelaksanaan advokasi mencakup banyak kegiatan, baik berurutan maupun serempak. Satu
tujuan yang dapat diraih dengan melakukan beberapa hal secara serentak dan saling
mendukung. Dalam pelaksanaannya setelah disusun kerangka kerja lengkap, kegiatan
advokasi yang dapat dilakukan antara lain

Berbagai pendekatan model komunikasi untuk mendefinisikan advokasi dalam mempengaruhi


kebijakan publik dan masing-masing memiliki proses berbeda-beda, sebagai berikut
a. Legislasi, upaya yang dilakukan adalah di level legislatif dengan membangun payung
hukum, misalnya legal drafting dan judicial review
b. Birokrasi, dilakukan untuk mengusulkan dan memperbaiki tata laksana suatu
peraturan/payung hukum di level eksekutif pemerintah (melalui lobby, mediasi, audiensi,
kapasitasi, dll) sehingga terjadi peningkatan pelayanan.
c. Sosialisasi dan Mobilisasi, dilakukan untuk membangun suatu budaya (terutama budaya
hukum) di masyarakat sebagai stakeholder utama (melalui pengembangan program
komunikasi partisipatif, kampanye, penggalangan dukungan basis masa/networking,
tekanan sosial, dll).

Gb. 1 . Proses advokasi melalui legislasi, birokrasi, sosialisasi dan mobilisasi


C. Monitoring dan evaluasi
Kegiatan evaluasi dan monitoring terjadi selama proses advokasi dilakukan, sebelum
melaksanakan advokasi perlu ditentukan bagaimana akan memantau rencana
pelaksanaannya.
2.5 Tantangan dalam Advokasi Penanganan Narkotika
Adanya pengaruh implementasi program advokasi terhadap efektivitas pencegahan
penyalahgunaan narkoba mengindikasikan bahwa apabila program advokasi dapat dijalankan
secara optimal kepada lembaga pendidikan, maka dapat menekan laju penyalahgunaan narkoba di
lingkungan lembaga pendidikan dengan menyasar pelajar dan mahasiswa yang merupakan
kelompok rentan. Hal ini dikarenakan adanya proses komunikasi kebijakan, penguatan disposisi,
pemenuhan sumber daya maupun keberadaan struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan
sehingga pencegahan dapat dilakukan secara sistematis, terorganisir, serta memiliki landasan
kebijakan yang kuat.
3. Memahami dan Menjelaskan Program dan Pelayanan Puskesmas dan Pihak Lain yang
Terkait dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba (polisi, TNI, BNN, aparat pemerintah,
masyarakat sekitar, lapas)
Sumber ini didapat dari : PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2021 TENTANG PETUNJUK TEKNIS RENCANA AKSI NASIONAL PENCEGAHAN DAN
PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOTIKA DAN PREKURSOR
NARKOTIKA TAHUN 2020-2024
1) Peningkatan kampanye publik tentang bahaya penyalahgunaan narkotika dan prekursor
narkotika
a. Penyediaan dan Penyebaran Informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan
prekursor narkotika kepada pejabat negara, Aparatur Sipil negara (ASN), prajurit
Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Polri), dan masyarakat
Penyediaan dan penyebaran informasi tentang pencegahan bahaya
narkotika dan prekursor narkotika di Kementerian, Lembaga dan Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melalui aksi sebagai
berikut:
• Pemuatan informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor
narkotika baik di media elektronik dan non elektronik yang dimiliki oleh
Kementerian/ Lembaga;
• Pemuatan informasi tentang pencegahan bahaya narkotika dan prekursor
narkotika baik di media elektronik dan non elektronik yang dimiliki oleh
Pemerintah Daerah dan/atau di media lokal;
• Pelaksanaan sosialisasi tatap muka atau melalui video conference tentang
pencegahan penyalahgunaan narkotika oleh Kementerian/ Lembaga dan
Pemerintah Daerah bagi pejabat negara, Aparatur Sipil Negara, Prajurit
Tentara Nasional Indonesia (TNI), anggota Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri) dan masyarakat.
b. Pembentukan regulasi tentang P4GN di lingkup Kementerian, Lembaga, dan
Pemerintah Daerah
a) Pembentukan Regulasi P4GN di setiap Kementerian, Lembaga dan
Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota,
melalui rencana sebagai berikut: Penyusunan Regulasi P4GN di
Kementerian/Lembaga, berupa:
1) Peraturan Menteri/Kepala Lembaga/Badan yang diundangkan; atau
2) Peraturan Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala
Lembaga/Badan, antara lain:
• Surat Edaran;
• Pedoman; dan
• Instruksi.
b) Penyusunan Regulasi P4GN pada Pemerintah Daerah Provinsi/Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, berupa Peraturan Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota tentang P4GN.
c. Sosialisasi P4GN dan tes urine dalam setiap pelaksanaan kegiatan Generasi
Berencana (GenRe) di BKKBN
2) Deteksi Dini Penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika
a) Deteksi dini narkotika dengan melakukan tes urine
b) Pelaksanaan program Desa Bersih dari Narkotika (Bersinar) melalui fasilitas
kegiatan P4GN dan prioritas penggunaan dana desa.
Pelaksanaan Program Desa Bersinar melalui fasilitasi kegiatan P4GN dan prioritas
penggunaan dana desa dengan melibatkan berbagai kementerian diantaranya adalah
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi,
Kementerian Dalam Negeri, Badan Keamanan Laut serta BNN dimana dalam
Pelaksanaannya yaitu
Desa/Kelurahan yang memiliki kegiatan P4GN dan Desa yang memiliki relawan
anti Narkotika.
c) Pembentukan Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika
Pembentukan Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika di
setiap Kementerian, Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota, melalui pelaksanaan sebagai berikut:
a. Pembuatan SK satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor
Narkotika di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
Provinsi/Kabupaten/Kota
b. Asistensi Satuan Tugas/Relawan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika
di Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
berupa:
• Asistensi diarahkan untuk peningkatan pengetahuan, pemahaman,
sikap dan ketrampilan teknis Relawan Anti Narkotika;
• Relawan Anti Narkotika mengikuti kegiatan selama 2 hari dengan
total sebanyak 16 Jam pelajaran;
• 1 (satu) Jam Pelajaran selama 45 menit;
• Kegiatan Asistensi ini menjadi salah satu persyaratan memperoleh
sertifikat dan PIN untuk bertugas sebagai Relawan Anti Narkotika;
dan
• Sertifikat dan PIN dapat diperoleh dari BNN atau instansi pelaksana
asistensi.
3) Pengembangan Pendidikan Anti Narkotika dan Prekursor Narkotika
a. Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika ke dalam salah satu
materi pada seluruh lembaga pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan
pendidikan kedinasan.
Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika ke dalam salah satu
materi pada seluruh Lembaga Pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan
pendidikan kedinasan, melalui pelaksanaan sebagai berikut:
a) Penyampaian Topik anti narkotika dan prekursor narkotika di Kementerian/
Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/ Kabupaten/Kota;
b) Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota
berupa Peraturan Daerah memasukan topik anti Narkotika ke salah satu
materi pada lembaga Pendidikan dan pelatihan pegawai ASN dan pendidikan
kedinasan
b. Pengembangan topik anti narkotika dan prekursor narkotika pada salah satu mata
pelajaran di sekolah/madrasah dan perguruan tinggi
Pengembangan topik anti Narkotika dan Prekursor Narkotika pada salah satu mata
pelajaran di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi, melalui pelaksanaan sebagai
berikut:
a) Penyampaian Modul anti narkotika dan prekursor narkotika ke salah satu
mata pelajaran di Sekolah/Madrasah dan Perguruan Tinggi;
b) Sekolah/Madrasah dan perguruan tinggi memasukan topik anti Narkotika
ke salah satu mata pelajarannya
4) Kawasan Rawan dan Rentan Narkotika
a. Pengelolaan potensi sosial dan ekonomi masyarakat pada kawasan rawan serta
rentan narkotika dan prekursor narkotika.
• Pengumpulan Data dan Koordinasi dengan melakukan pendekatan kepada
Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Tokoh Adat (koordinasi
dengan BNNP, BNNK, Stakeholder setempat);
• Menganalisa potensi sosial dan ekonomi masyarakat kawasan rawan
narkotika;
• Menentukan kegiatan yang berpotensi untuk pengembangan kawasan
rawan narkotika seperti lifeskill, pembangunan fasilitas yang mendukung
pengembangan ekonomi dll;
• Melaksanakan rapat persiapan kegiatan;
• Sinergitas dengan stakeholder;
• Pembinaan Teknis Pendamping: Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan
Tokoh Pemuda;
• Pelaksanaan pengembangan wirausaha;
• Supervisi/Monitoring.
b. Penyuluhan pendirian koperasi hasil karya warga binaan Badan Narkotika Nasional
pada kawasan rentan narkotika dan prekursor narkotika
1) BNN berkoordinasi dengan Kementerian Koperasi dan Pemda Untuk
melaksanakan kegiatan penyuluhan pendirian koperasi pada kawasan rawan
dan rentan narkotika;
2) Kementerian Koperasi dan Pemda:
• memfasilitasi pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan pendirian Koperasi
hasil karya warga binaan BNN pada kawasan rawan dan rentan
narkotika;
• Melaporkan hasil kegiatan Penyuluhan pendirian koperasi ke BNN.
Dalam aspek pencegahan yang merupakan bagian dari demand reduction, BNN
melalui Deputi Bidang Pencegahan telah melaksanakan berbagai terobosan dan inovasi,
antara lain yang menjadi unggulan adalah :
• Program Desa Bersinar (Bersih Narkoba) yang saat ini telah diterapkan di 195 desa
di seluruh Indonesia.
• Program Pembangunan Berwawasan Anti Narkoba (Bang Wawan) yang fokusnya
melibatkan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, swasta, pendidikan dan
masyarakat. Kegiatan utamanya yaitu tes urine, penyuluhan anti narkoba, dan
pembentukan satgas di lingkungan masyarakat.
• Relawan Anti Narkoba di wilayah terluar dan terdepan NKRI, dengan melibatkan
masingmasing 150 orang relawan.
• Rumah Edukasi Anti Narkoba (REAN.ID). Melalui program ini, BNN mengajak generasi
milenial mengambil peran dalam kampanye cegah narkoba. REAN.ID ini berisikan
konten-konten kreatif seperti video, vlog, mural, artikel maupun poster yang
bertemakan kampanye cegah narkoba.

4. Memahami dan Menjelaskan Teknik Komunikasi dan Sosialisasi pada Masyarakat


Teknik berbicara efektif adalah berbicara secara menarik dan jelas sehingga dapat dimengerti
dan mencapai dipercakapkan. tujuan yang diharapkan di dalam komunikasi. Teknik berbicara
di dalam berkomunikasi harus menyesuaikan diri antara komunikator dan komunikan kepada
pesan (message) yang dibicarakan.
Teknik komunikasi digunakan supaya komunikasi antar manusia terjalin secara efektif.
Pengertian teknik adalah suatu cara yang digunakan untuk melakukan sesuatu hal. Sedangkan
pengertian komunikasi adalah penyampaian informasi dari komunikator ke komunikan melalui
media tertentu. Maka pengertian teknik komunikasi adalah suatu cara yang digunakan dalam
menyampaikan informasi dari komunikator ke komunikan dengan media tertentu. Dengan
adanya teknik
Beberapa teknik dalam komunikasi :
a) Ucapan yang jelas dan idenya tidak ada makna ganda, utuh.
b) Berbicara dengan tegas, tidak berbelit-belit
c) Memahami betul siapa yang diajak bicara, hadapkan wajah dan badan, pahami pikiran
lawan bicara
d) Menyampaikan tidak berbelit-belit, tulus dan terbuka
e) Sampaikan informasi dengan bahasa penerima informa penerima informasi detailnya
f) Menyampaikan dengan kemampuan dan kadar akal
g) Sampaikan informasi dengan global dan tujuannya baru
h) Berikan contoh nyata, lebih baik jadikan anda sebagai model langsung
i) Sampaikan informasi dengan lembut
j) Kendalikan noise dan carilah umpan balik untuk meyakinkan informasi anda diterima.
Contoh dengan bertanya atau menyuruh mengulanginya.

5. Memahami dan Menjelaskan Pandangan Islam terhadap Narkoba


Dalam Islam, narkotika dan obat-obatan terlarang, seperti ganja, heroin, dan lainnya
disebut dengan istilah mukhaddirat. Hukum mengonsumsi benda-benda ini, apa pun bentuknya,
telah disepakati keharamannya oleh para ulama. Tak ada satu pun ulama yang menyelisihkan
keharaman mukahddirat tersebut.
Para ulama mengqiyaskan hukum mukhaddirat pada hukum khamar. Mereka berdalil
dengan hadis yang dikemukakan Umar bin Khattab RA, "Khamar adalah segala sesuatu yang
menutup akal." (HR Bukhari Muslim). Jadi, narkotika masuk dalam cakupan definisi khamar
seperti yang disebutkan Umar bin Khattab RA.
Tak diragukan lagi, narkotika bisa mengacaukan, menutup, dan mengeluarkan akal dari
tabiatnya yang dapat membedakan antara sesuatu dan mampu menetapkan sesuatu. Benda-benda
ini akan memengaruhi akal dalam menghukumi atau menetapkan sesuatu sehingga terjadi
kekacauan dan ketidaktentuan, yang jauh dipandang dekat dan yang dekat dipandang jauh.
Dr Yusuf Qardhawi dalam kumpulan fatwa kontemporernya menerangkan, akibat yang
ditimbulkan pemakai narkotika sama saja dengan orang yang mabuk karena khamar. Sering kali
terjadi kecelakaan lalu lintas sebagai akibat dari pengaruh benda-benda memabukkan itu. Hal ini
bukti hilangnya kesadaran seseorang akibat narkotika.
Lebih lanjut, Qardhawi menerangkan, kalau barang-barang mukhaddirat tersebut tidak
dimasukkan dalam kategori khamar atau memabukkan, ia tetap haram dari segi melemahkan
(menjadikan loyo). Banyak orang yang memang tidak mabuk mengonsumsi narkoba. Namun,
tubuh mereka akan menjadi lemah dan memiliki efek halusinasi.
Imam Abu Daud meriwayatkan dari Ummu Salamah mengatakan, "Rasulullah SAW
melarang segala sesuatu yang memabukkan dan melemahkan (menjadikan lemah)." (HR Abu
Daud).
Dalam hadis ini disebut dengan istilah al-mufattir, yaitu sesuatu yang menjadikan tubuh
loyo atau tidak bertenaga. Larangan dalam hadis ini untuk mengharamkan karena itulah hukum
asal bagi suatu larangan. Selain itu, juga disebabkan dirangkaikannya antara yang memabukkan
yang telah disepakati keharamannya dan mufattir.
Alasan selanjutnya, jika benda-benda tersebut seandainya tidak termasuk dalam kategori
memabukkan dan melemahkan, ia termasuk dalam jenis khabaits (sesuatu yang buruk) dan
membahayakan.
Islam mengharamkan memakan sesuatu yang buruk dan membahayakan, sebagaimana
firman Allah SWT, "…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi
mereka segala yang buruk." (QS al-A'raf [7]: 157).
Rasulullah SAW juga bersabda, "Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh
memberi bahaya (mudarat) kepada orang lain." (HR Ahmad, Ibnu Majah).
Segala sesuatu yang membahayakan manusia adalah haram. Inilah yang ditegaskan dalam
Alquran, "Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu." (QS an-Nisa' [4]: 29). Ayat lainnya, "Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
ke dalam kebinasaan." (QS al-Baqarah [2]: 195).
Dalil lainnya, seluruh pemerintahan (negara) memerangi narkotika dan menjatuhkan
hukuman yang sangat berat kepada yang mengusahakan dan mengedarkannya. Sehingga,
pemerintahan suatu negara yang memperbolehkan khamar dan minuman keras lainnya sekalipun,
tetap memberikan hukuman berat kepada siapa saja yang terlibat narkotika. Bahkan, sebagian
negara menjatuhkan hukuman mati kepada pedagang dan pengedarnya. Hukuman ini memang
tepat dan benar karena pada hakikatnya para pengedar itu membunuh bangsa-bangsa demi
mengeruk kekayaan.
Pelaku dan pengedar narkoba lebih layak mendapatkan hukuman qishas dibandingkan
orang yang membunuh seorang atau dua orang manusia. Ibnu Taimiyah pernah ditanya mengenai
apa yang wajib diberlakukan terhadap orang yang mengisap ganja dan orang yang mendakwakan
bahwa semua itu jaiz, halal, dan mubah? "Memakan (mengisap) ganja yang keras ini terhukum
haram, ia termasuk seburuk-buruk benda kotor yang diharamkan. Sama saja hukumnya, sedikit
atau banyak, tetapi mengisap dalam jumlah banyak dan memabukkan adalah haram menurut
kesepakatan kaum Muslim," jelas Ibnu Taimiyah.
Sedangkan, orang yang menganggap bahwa ganja halal, menurut Ibnu Taimiyah, maka dia
terhukum kafir dan diminta agar bertobat. Jika ia bertobat maka selesailah urusannya, tetapi jika
tidak mau bertobat maka dia harus dibunuh sebagai orang kafir murtad, yang tidak perlu
dimandikan jenazahnya, tidak perlu dishalati, dan tidak boleh dikubur di permakaman kaum
Muslim.
Sebagian orang salaf pernah ada yang berprasangka bahwa khamar itu mubah bagi orang-
orang tertentu karena menakwilkan firman Allah SWT, "Tidak ada dosa bagi orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu,
apabila mereka bertakwa serta beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian
mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat
kebajikan." (QS al-Ma'idah [5]: 93).
Ketika kasus ini dibawa kepada Umar bin Khattab dan dimusyawarahkan dengan beberapa
orang sahabat, sepakatlah Umar dengan Ali dan para sahabat lainnya bahwa apabila orang yang
meminum khamar masih mengakui sebagai perbuatan haram, mereka dijatuhi hukuman dera.
Tetapi, jika terus saja meminumnya karena menganggapnya halal, mereka dijatuhi hukuman mati.
Demikian pula dengan ganja, barang siapa yang berkeyakinan bahwa ganja haram tetapi ia
mengisapnya, ia dijatuhi hukuman dera dengan cemeti sebanyak 80 kali atau 40 kali, dan ini
merupakan hukuman yang tepat.
Sebagian fuqaha memang tidak menetapkan hukuman dera karena mereka mengira bahwa
ganja dapat menghilangkan akal, tetapi tidak memabukkan, seperti al-banj (jenis tumbuh-
tumbuhan yang dapat membius), dan sejenisnya yang dapat menutup akal, tetapi tidak
memabukkan. Meskipun demikian, semua itu adalah haram menurut kesepakatan kaum Muslim.
Barang siapa mengisapnya dan memabukkan, maka ia dijatuhi hukuman dera seperti
meminum khamar, tetapi jika tidak memabukkan maka pengisapnya dijatuhi hukuman takzir yang
lebih ringan daripada hukuman jald (dera). Tetapi, orang yang menganggap hal itu halal, maka dia
adalah kafir dan harus dijatuhi hukuman mati.
Hal yang benar, ganja itu memabukkan seperti minuman keras karena pengisapnya
menjadi kecanduan terhadapnya dan terus memperbanyak (mengisapnya banyak-banyak).
Berbeda dengan al-banj dan lainnya yang tidak menjadikan kecanduan dan tidak digemari. Kaidah
syariat menetapkan bahwa barang-barang haram yang digemari nafsu, seperti khamar dan zina,
maka pelakunya dikenai hukum had, sedangkan yang tidak digemari oleh nafsu, seperti bangkai,
maka pelakunya dikenai hukum takzir.
Ganja ini termasuk barang haram yang digemari oleh pengisapnya dan sulit untuk
ditinggalkan. Nas-nas Alquran dan sunah mengharamkan atas orang yang berusaha memperoleh
sesuatu yang haram sebagaimana terhadap barang lainnya. Ibnu Taimiyah juga mengatakan ganja
itu menimbulkan kecanduan dan kelezatan serta kebingungan (karena gembira atau susah) dan
inilah yang mendorong seseorang untuk mendapatkan dan merasakannya.
Mengisap ganja sedikit akan mendorong si pengisap untuk meraih lebih banyak lagi seperti
halnya minuman yang memabukkan dan orang yang sudah terbiasa mengisap ganja akan sangat
sulit untuk meninggalkannya, bahkan lebih sulit daripada meninggalkan khamar. Karena itu,
bahaya ganja dari satu segi lebih besar daripada bahaya khamar. Maka para fuqaha bersepakat
bahwa pengisap ganja wajib dijatuhi hukum had (hukuman yang pasti bentuk dan bilangannya)
sebagaimana halnya khamar

Anda mungkin juga menyukai