Anda di halaman 1dari 4

SOSIALISASI BERMASYARAKAT DALAM PANDANGAN AL-QUR’AN DAN

TAFSIR

DOSEN PENGAMPU : DR. UQBATUL KHOIR RAMBE M.A

Mata Kuliah : Metodologi Penelitian Ilmiah

Disusun Oleh :

Arif Arrahman Suyuti (0403202149)

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

T.A. 2O22/2023

1
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk termulia dari segenap makhluk dan wujud lain yang
ada di alam semesta ini. Dengan kata lain, manusia adalah puncak ciptaan Allah.
Manusia ialah makhluk (ciptaan) Allah, bukan tercipta atau ada dengan sendirinya. Ini
masalah keyakinan, dan al-Qur’an berulang-ulang meyakinkannya kepada manusia
sampai pada tingkat menantangnya agar mencari bukti-bukti, baik pada alam raya
maupun pada dirinya sendiri.

Dilihat dari strukturnya, manusia tersusun dari dua unsur yakni, pertama, memiliki
beberapa kesamaan dengan makhluk lain. Kedua, memiliki kekhasan yang
menunjukkan ketinggian martabat manusia disbanding dengan makhluk yang lain.
Unsur pertama dari susunan kodrat itu dinamakan raga atau tubuh, sedang unsur kedua
dinamakan jiwa atau roh. Kedua unsur itu, manusia dianugerahi nilai lebih, hingga
kualitasnya berada di atas kemampuan yang dimiliki makhluk-makhluk lain. Dengan
bekal yang istimewa ini manusia mampu menopang keselamatan, keamanan,
kesejahteraan, dan kualitas hidupnya (Jalaludin, 2001: 13).

Sebaliknya dapat mencapai kehinaan bila kualitas insannya tidak dikembangkan


secara positif. Sebab pada pribadi manusia bersanding kecenderungan pada kebajikan
dan kefasikan. Walaupun pada manusia bersanding kefasikan dan ketaqwaannya
sekaligus, namun pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat dari potensi
negatifnya, hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dari daya tarik kebajikan.

Oleh karena itu manusia dapat berubah secara dinamis dari buruk menjadi baik dan
sebaliknya dari baik menjadi buruk. Artinya bahwa kepribadian manusia tidak pernah
stabil secara sempurna, ia selalu dalam dinamika kehidupannya, ia selalu berhadapan
dengan lingkungan yang ikut mewarnai dinamika dan persoalan kemanusiaan.
Karenanya di sini manusia memerlukan pendidikan, termasuk pendidikan Islam.

Perbincangan tentang pendidikan tidak akan pernah mengalami titik final. Karena
pendidikan merupakan permasalahan besar kemanusiaan yang senantiasa aktual
dibicarakan pada setiap ruang dan waktu yang tidak sama dan bahkan berbeda sama
sekali. Karenanya, pendidikan harus senantiasa dengan perubahan yang terjadi. Hal ini

2
sesuai dengan salah satu prinsip dalam Pendidikan Islam, yakni prinsip perubahan
yang diinginkan.

Diantara perubahan yang dapat dirasakan adalah dalam kebudayaan. Kebudayaan


yang dapat diartikan adalah pola kelakuan yang secara umum terdapat dalam suatu
masyarakat. Dalam era globalisasi ini, terjadinya hal yang membuat sebahagian
masyarakat enggan bersosialisasi karena adanya gadget maka dari itu ada dampak
negative maupun positife. Peninjauan latar belakang sesuasu dengan judul ialah :

1. Manusia berasal dari satu diri yang kemudian berkembang menjadi suku-suku dan
berbangsa-bangsa. Semua manusia berasal dari sumber yang satu,kemudian
berkembang menjadi berbagai macam warna,ras,budaya,dan bangsa. Mereka harus
tetap saling mendekati, saling menghormati dalam interaksi sosial. (Annisa:1,
Alhujurat:13).

2. Perbedaan ras, suku, agama, dll. Manusia di dunia diciptakan beragam dan berbeda-
beda. Perbedaan yang sangat menonjol adalah perbedaan fisik. Misalnya perbedaan
warna kulit, bentuk mata, bentuk rambut, tinggi badan, dsb. Perbedaan ras dan suku
sering menimbulkan pertengkaran dan pertikaian. Bahkan tidak jarang sampai
menimbulkan pertumpahan darah. Tindakan seperti ini sangat tidak mencerminkan
perilaku Islam. Padahal Islam tidak mengajarkan hal seperti itu. Allah menciptakan
manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa bukanlah untuk bersaing
menonjolkan keunggulanya lalu menimbulkan pertikaian, akan tetapi agar mereka
saling mengenal satu sama lain lalu bersaudara. Seperti firman Allah : ”Hai manusia,
Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal.” (Q.S.Al Hujurat:13)

3. Hanya ketaqwaan yang membedakan derajat manusia di mata Allah SWT. Pada
dasarnya mereka mempunyai kedudukan yang sama yang memberikan keunggulan
diantara mereka adalah kualitas taqwanya. Seperti firman Allah: ”Sesungguhnya yang
paling mulia diantara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa diantara
kamu”(Q.S Alhujurat:13) Oleh karena adanya keanekaragaman budaya, agama, tradisi
dan lain-lain itu, maka manusia harus memberlakukan upaya bersama atas dasar nilai

3
kebaikan (Albirr) dan ketaqwaan (At-taqwa), dan jangan melakukan upaya bersama
atas dasar nilai kedosaan (Al-itsm) dan permusuhan (Almaidah:2). Adapun perbedaan-
perbedaan yang ada diantara mereka dan sulit dikompromikan,serahkan saja penilaian
dan keputusan akhirnya kepada Tuhan (Al-Baqoroh:113).

Anda mungkin juga menyukai