Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

OBSERVASI LAPANGAN SUKU GAYO


Mata Kuliah : Antropologi Budaya
Dosen : Septian Azwar,S.Pd,M.Si.

Oleh Kelompok Sastra Gayo :

1.Ananda Putri Nabila Riski 5.Makhfirah


2.Asmayati 6.Mutia Maharani
3.Lisa 7.Miranda Saqinah
4.Nuriza Afrilia

PENDIDIKAN DAN SASTRA INDONESIA


STIKIP USMAN SAFRI KUTACANE
2022/2023
Kata Pengantar

Puji dan syukur penulis  panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Observasi
Lapangan Suku Gayo” dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu tugas mata kuliah Antropologi Budaya.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data yang diperoleh dari wawancara yang
dilakukan serta informasi dari media massa yang berhubungan dengan judul makalah. Tidak lupa
penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah, atas bimbingan dan arahan
dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan kelompok yang telah mendukung
sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Penulis mengharapkan, melalui membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai unsur kebudayaan khususnya bagi
penulis. Memang makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka penulis mengharapkan kritik
dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.

                                                                                                            Penulis

                                                                                                            Kelompok Suku Gayo


BAB I
PENDAHULUAN

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki suku dan budaya yang sangat beraneka
ragam. Masing-masing budaya daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebudayaan
lain maupun kebudayaan yang berasal dari luar Indonesia. Salah satu kebudayaan tersebut adalah
kebudayaan di Aceh Tenggara. Kabupatem Aceh Tenggara merupakan salah
satu kabupaten yang berada di provinsi Aceh, Indonesia. Pusat pemerintahan kabupaten ini
adalah Kota Kutacane, Kabupaten ini terdiri dari wilayah dataran tinggi Pegunungan Leuser,
serta wilayah dataran rendah yang berada di Lembah Alas. Letak kabupaten ini berada di
wilayah tenggara provinsi Aceh yang langsung berbatasan dengan provinsi Sumatra Utara.

 Kabupaten Aceh Tenggara memiliki 16 kecamatan, 385 desa dan 11 etnis suku yang
mendiami Tanoh Alas Aceh Tenggara antara lain ialah suku Alas, Gayo, Pakpak, Karo, Singkil,
Batak, Jawa, Melayu, Padang, Nias dan Aceh. Penulisan dalam makalah ini adalah tentang salah
satu kecamatan dan suku di Kabupaten Aceh tenggara yakni Kecamatan Ketambe dan Suku
Gayo yang berada di daerah ketambe. Ketambe merupakan nama Kecamatan di Kabupaten Aceh
Tenggara, Aceh. Masyarakat setempat umumnya sadalah suku gayo yang telah lama berada di
daerah tersebut.

Wilayahnya berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), dan
dikenal sebagai objek wisata alam andalan di Aceh Tenggara. Hutannya alami, berbagai satwa
hidup damai di sini seperti burung, bajing, dan orangutan yang bergelantungan di pohon. Sungai
Alas nya juga cocok untuk arung jeram. Untuk menyaksikan orangutan sumatera, wisatawan
tidak perlu jauh menelusuri hutan. Orangutan ini dapat ditemui di pinggir jalan yang
menghubungkan Kabupaten Aceh Tenggara dengan Gayo Lues.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah penyusunan atau pengelompokan penduduk berdasarkan


kriteria tertantu. Adapun kriteria yang digunakan saat ini adalah jumlah KK, jenis mata
pencaharian, agama dan pendidikan.

Data sementara masyarakat Desa Ketambe, Kec. Ketambe yang terbagi atas 4 dusun,
yaitu :
- Dusun Makmur
- Dusun Majujaya
- Dusun Balai lutu
- Dusun Anugrah

Dari data yang diperoleh terdapat 173 jumlah KK, 628 jiwa dan terbagi atas 337
Laki-Laki , 291 Perempuan, dan masyarakat di desa ketambe seluruhnya adalah suku
gayo.

Mayoritas mata pencaharian di desa ketambe adalah 85% petani kemiri, kopi dan
coklat yang menduduki 259 jiwa, dan yang lainnya ada sebagai PNS sebanyak 10 jiwa,
22 jiwa sebagai wiraswasta, 4 sebagai buruh tani, 6 sebagai honorer, 3 sebagai TNI, dan
pedagang dan pensiunan hanya1.

Agama di desa ketambe murni 100% memeluk agama islam dan rata-rata pendidikan
di desa ketambe terbagi atas 117 berpendidikan terakhir SD, 97 berpendidikan terakhir
SMP, 172 berpendidikan terakhir SMA. 27 berpendidika terakhir S1, 3 berpendidikan
terakhir S2, 5 berpendidikan terakhir D3 dan ada 47 yang belum sekolah.
B. Kebiasaan masyarakat pada suku gayo

Kebiasaan atau hal yang sering dilakukan pada masyarakat gayo pada desa
ketambe adalah seperti adat-adat yang sering dilasaknakan pada desa ketambe tersebut.
Hampir semua orang tentu mengetahui ciri khas Suku Gayo yang berasal dari salah satu
karya seni terbaiknya, berupa tarian.
Tari Saman merupakan tarian khas dari Suku Gayo yang biasa dilakukan saat
menggelar tradisi Bejaman Saman sebagai simbol keakraban. Selain Tari Saman,
beberapa tarian lain yang tidak kalah populer dan khas seperti Tari Munalu, Tari Guel,
dan Tari Bines. Semua tarian ini biasa digunakan pada acara penting, seperti
penyambutan tamu, serta pada acara pernikahan.
Ciri khas Suku Gayo yang sangat terkenal yakni ketika mereka melakukan tradisi
yang bernama Bejamu Saman. Tradisi ini dilakukan secara rutin setiap tahun, khususnya
di daerah Gayo Lues pada saat hari-hari besar Islam, seperti Idul Adha atau Idul Fitri.
Bejamu Saman dilakukan dengan cara duduk sejajar berdelapan, kemudian
melakukan gerakan yang biasa dikenal sebagai tari Saman. Mereka juga melakukan
beberapa aktivitas yang menjadi simbol keakraban, seperti meminum kopi dan bertukar
rokok. Mereka memastikan bahwa tradisi ini dapat dilakukan secara turun temurun.
TABEL KOMPOSISI PENDUDUK
DESA KETAMBE

1. JUMLAH KK :

628 JIWA
173 KK 337 LAKI LAKI
291 PEREMPUAN

2. MATA PENCAHARIAN
3. AGAMA YANG DIANUT
41 31
6
22
10

628
JIWA
259

PETANI PNS WIRASWASTA


BURUH TANI PENSIUNAN GURU HONORER
TNI PEDAGANG ISLAM
4. PENDIDIKAN TERAKHIR

180 172

160

140
117
120 TK
97 SD
100 SMP
SMA
80 D3
S1
60 47 S2
BELUM SEOLAH
40 27

20 7
5 3
0
TK SD SMP SMA D3 S1 S2 BELUM
SEKOLAH
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Desa Ketambe adalah salah satu desa yang berada di kab Aceh Tenggara yang
berkecamatan di ketambe juga. Desa ketambe juga salah satu objek wisata yang
dapat di jumpai di Aceh Tenggara ini, dan masyarakat yang berada di daerah
tersebut hamper seluruhnya adalah bersuku gayo. Dari data yang dikumpulkan
bahwasannya di desa ketambe berpenduduk berjumlah 628 jiwa dan dibag
menjadi 337 jiwa laki- laki dan 291 perempuan. Di desa ketambe rata” pekerjaan
masyarakat nya sebagai Petani adalah 85 % dari seluruh masyarakat yang ada di
desa ketambe tetapi banyak juga dari masyarakat menjadikan peluang usaha
dalam objek wisata yang ada di ketambe ini, Desa ketambe juga hamper seluruh
masyarakatnya adalah islam.

B. Kritik

Menurut data-data yang kami dapatkan pada kegiatan observasi lapangan pada
desa ketambe kami ber-anggapan bahwasannya:
1. Di desa ketambe terlalu banyak masyarakat yang pendidikan nya kurang
sehingga menyebabkan lapangan pekerjaan juga sulit untuk di dapatkan
jika ilmu dan pengalamn kerja tidak ada, sehingga 85% dari masyarakat
menjadi petani di desa tersebut.
2. Banyak nya peluang usaha di ketambe karena ketabe adalah objek wisata,
tetapi kebanyakan anak muda saja yang mau mengembangkan hal
tersebut, sedangkan masyarakat yang lain kurang ambil alih dalam
kesempatan ini.
3. Kurangnya fasilitas adat gayo di desa ketambe, sehingga acara” adat
hanya dipakai saat diperlukan saja itupun jika ada yang membutuhkan,
seperti tari saman, tari saman hanya akan dipakai apabila ada acar besar
dan diundang ke kota sebelah jika ada acara.
4. Di desa ketambe juga masyarakatnya kurang dalam pengelolahan tanah
mereka, karena kebanyakan masyarakat masi membeli sayur mayor di
tempat lain.

C. Saran

Adapun saran yang dapat kami berikan kepada desa yang kami observasi adalah :

1. Mulai sekarang masyarakat ketambe menanamkan kepada anak dan cucu


mereka bahwannya pendidikan itu penting agar tingakat pendidikan di
ketambe meningkat dan kedepannya lapangan pekerjaan di ketambe menjadi
meningkat tidak lagi kebanyakan berdiam menjadi petani.
2. Dalam bidang objek wisata ada baiknya masyarakat setempat ikut serta dalam
mengembangkan wisata yang ada di desa mereka, bukan hanya anak muda
saja yang mengembangkan tetapi orangtua juga bisa ikut ambil alih dalam
mengembangkannya.
3. Bagian adat dalam desa ketambe juga bisa dikembangkan lebih dalam lagi,
misalnya mengadakan acara adat di desa tersebut tanpa harus ada yang
undang agar adat itu bisa dipakai lagi dan kelestarian adat dapat dijaga juga
agar tidak punah.
4. Petani yang mempunyai tanah atau lahan bisa memanfaat kan lahannya untuk
bertanam sayur mayor sehinnga untuk membeli sayur tidak banyak lagi biaya
yang keluar dan hal ini juga bisa diwirausahakan.

Anda mungkin juga menyukai