Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH SOSIOLOGI PERTANIAN

“DESA SADE”

DISUSUN OLEH

1. Nurul Alviah Zafirah (08220180120)

2. St. Syahra M. (08220180134)

3. Winda Sari (08220180146)

KELAS B-3 AGROTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN

Latar Belakang ...................................................................................... 4

Rumusan Masalah ................................................................................. 5

Tujuan Penulisan .................................................................................. 5

PEMBAHASAN

Asal Usul Desa Sade ............................................................................. 6

Keunikan Desa Sade ............................................................................. 7

Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sade .................................................. 9

Bentuk Sistem Pemerintahan Desa Sade ............................................ 10

Perkembangan Desa Sade ................................................................... 13

PENUTUP

Kesimpulan ......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan
kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa
ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan makalah dengan judul “Desa Sade” ini
dengan tepat waktu.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi
agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan
Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah petunjuk yang paling benar
yakni Syariah Agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya karunia
paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penyusunan makalah ini adalah dengan maksud memenuhi syarat
dalam proses belajar mengajar khususnya pada mata kuliah Sosiologi Pertanian.
Selain itu saya juga sadar bahwa pada makalah saya ini dapat ditemukan
banyak sekali kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, saya
benar-benar menanti kritik dan saran untuk kemudian dapat saya revisi dan saya
tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali lagi saya menyadari bahwa tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang konstruktif dan semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat.

Makassar, 14 Oktober 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Sade merupakan desa Sasak asli yang masih dipertahankan keasliannya.
Desa Sade terletak di daerah Rembitan tak jauh dari Kota Mataram, Lombok. Dari
arah Bandara Udara Internasional Lombok, Desa Sade sudah tak begitu jauh lagi,
sekitar kurang setengah jam perjalanan dengan bis. Di desa Sade, saya masih bisa
menyaksikan bentuk rumah Sasak asli yang beratap ijuk dengan tradisi
masyarakat setempat yang masih asli. Meski letak desa itu tepat di pinggir jalan
raya yang beraspal mulus dan banyak dilalui oleh kendaraan bermotor, Sade tetap
bertahan sebagai desa asli suku Sasak. Modernisasi yang menyerbu Pulau
Lombok sepertinya tak kuasa memengaruhi desa tersebut.
Desa Sade merupakan suatu Objek wisata dalam mewujudkan tolak ukur
desa sasak yang berbudaya dalam melaksanakan visi dan misi yang telah
dirancang oleh pihak-pihak yang terlibat dalam pembuatan Objek wisata tersebut.
Objek Wisata Sade mulai disahkan oleh Mantan Presiden yang ke tiga yakni Pak
Bj. Habibi pada tahun 1990, dari sanalah wilayah desa Sade menjadi salah satu
tempat yang diminati oleh pengunjung lokal bahkan dari Luar daerah dengan ciri
khas menjual aneka tenunan dan assesoris tangan, kepala,batik dan pakaian adat
suku sasak. Mengenai proses Pentradisian Ala sasak memang sudah cukup bagus.
Untuk itu wilayah Desa Sade I (satu) pada tahun 1990 sampai sekarang
menerapkan wilayahnya cukup sebagai penjual pakaian-pakaian sasak saja.
Namun yang biasanya dibeli oleh para pengunjung dari Non Sasak biasanya baju
kaos yang bergambar rumah sasak dan tulisan-tulisan yang menandakan I Love U
Lombok dan assesoris berupa gelang, kalung, batik, mainan tradisional, seni dari
pahatan kayu, songket dan lain sebagainya agar mampu mengembangkan apa
yang menjadi tujuan dari pemerintah dalam memfokuskan wilayah tersebut
menjadi lebih sekedar icon Lombok yang mempunyai ciri khas sendiri.

4
B. Rumusan Masalah
Adapun mengenai rumusan masalah yang akan penulis tuangkan dalam
makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Asal Usul Desa Sade?
2. Bagaimana Keunikan Desa Sade?
3. Bagaimana Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sade?
4. Bagaimana Bentuk Sistem Pemerintahan Desa Sade?
5. Bagaimana Perkembangan Desa Sade?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Bagaimana Asal Usul Desa Sade
2. Untuk Mengetahui Bagaimana Keunikan Desa Sade
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sade
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Bentuk Sistem Pemerintahan Desa Sade
5. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Desa Sade

5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Asal Usul Desa Sade
Dusun Sade pertama kali didiami pada tahun 1070 M. Dusun ini pertama
kali dihuni oleh 5 orang dari masing-masing rumpun keluarga yaitu :
a. Ame Sengaji diwilayah Sade Buluq Trah Datu SAMAR Katon
(Rembitan).
b. Ame Bongo diwilayah Sade Timuq Demung Rentung.
c. Ame Supatri diwilayah Sade LauqDemung Anyar.
d. Ame Swale diwilayah Sade Daye Trah Datu Pejanggik.
e. Jeru Ardike diwilayah Sade BatTrah Datu Prapen. Kata Sade sendiri
berasal dari bahasa Jawa Kuno yaitu Husade atau Nursade yang berarti obat.
Masyarakat zaman dulu mendatangi bukit Nursade untuk menghilangkan hati
dan jiwa dalam melakukan pemujaan pendekatan kepada sang khaliq agar
mereka menyadari sepenuhnya akan eksistensi diri sebagai hamba Allah
dalam bahasa sasaknya Panjak De Side Allah. Kaitannya dengan hal ini
seorang tokoh tertua atau dalam bahasa sasak disebut Pelingsir/sentoaq yakni
Ame Surye Nate mengatakan bahwa kata 45 Sade erat kaitannya dengan
istilah jawa “Kalima Sade” yang mengandung arti 5 obat dari ketenangan
jiwa, antara lain :
a. Senang Bagie (Syukur)
b. Bawaq Tarung (Tawaduq)
c. Kono’ah ( Merasa cukup atas paice)
d. Betertib
e. Saling periaq ( saling mengasihi) Disisi lain Ame Surya Nate
mengatakan bahwa ada 3 hal utama yang harus diyakini oleh manusia sebagai
makhluk sempurna agar didalam hidup dan kehidupannya menjadi tenang
yaitu :
1. Nurcahye menunjukkan cahaya agung sang ilahi yang senantiasa
menyinari semesta raya sepanjang masa.

6
2. Nursade menunjukkan agar kesejatiannya cahaya Rasulullah SAW yang
senantiasa berdampingan dengan Nur Allah SWT. Hal ini menunjukkan
bahwa Nurcahye dan Nursade senantiasa berdampingan setiap waktu.
3. Nursane, merupakan suatu wujud nyata dari Nurcahye dan Nursade
yang berada di alam semesta raya sebagai bukti kebesaran dan keagungan
serta kemuliaan Ilahi Robbi dalam wujud Alamsyahda dan alam metafisik.
Sade merupakan salah satu kolektivitas komunitas dalam bahasa sasak disebut
sebagai Punggilan dari beberapa komunitas suku sasak yang berada diwilayah.
Desa Rembitan seperti Rembitan, Telok Bulan, Lentak, Selaq, Penyalu,
Peluk, Rebuk, dan Rumbi. Masyarakat dusun sade mempunayi makam leluhur
yakni Makam Sunting makam ini bercirikan makam pra aksara 46 (zaman Pra
sajarah) yang menghadap ke Barat-Timur yang biasa disebut oleh masyarakat
sasak Penyerap Jelo dan penewoq jelo. Makam ini biasanya diziarahi khusus
pada hari sabtu, ketika para keturunannya memiliki hajat.
Mengacu pada ciri dan tipe makam leluhur, maka bisa dikatakan bahawa
masyarakat dusun Sade adalah salah satu dusun atau kelompok masyarakat
tertua di Lombok bagian selatan sejak zaman pra aksara/ pra sejarah yakni
pada masa bertani dan bercocok tanam pada masa Undahagi (Perundapian).
Leluhur masyarakat Sade konon berasal dari Jawa. Hal ini dapat dilihat dari
segi namanya yakni Ame Ratu Mas Sangaji denga julukan Ratu Mas
Penginding dan bertempat tinggal di Samar Khaton (Rembitan).
2. Keunikan Desa Sade
 Penduduk dan Kearifan Lokal
Desa seluas 5,5 Hektar ini, memiliki rumah tradisional sejumlah 150
dan setiap rumah terdiri dari satu kepala keluarga, dengan jumlah
penduduk sekitar 700 orang. Semuanya masih merupakan satu keturunan,
karena masyarakatnya melakukan perkawinan antar saudara dan bagi
mereka pernikahan seperti ini mudah dan cukup murah, dibandingkan
menikah dengan perempuan dari desa lain dan harus mengeluarkan
beberapa ekor kerbau.
 Bangunan

7
Setiap Bangunan di desa ini seperti masjid, rumah, lumbung padi dan
tempat pertemuan umum memiliki ciri khas arsitektur Suku Sasak dimana
dindingnya menggunakan pagar anyaman dari bambu dan tiang terbuat
dari kayu, dengan atap yang terbuat dari alang-alang kering.
Keistimewaan dari bangunan yang di desain seperti ini adalah akan
menyejukkan di saat cuaca terik dan terasa hangat ketika malam hari.
Salah satu keunikan dari rumah yang ada adalah cara perawatannya.
Lantainya terbuat dari tanah liat yang di campur dengan sedikit sekam
padi dan setiap sekali dalam seminggu atau pada waktu-waktu tertentu
seperti sebelum di mualainya upacara adat lantai rumah digosok dengan
kotoran kerbau dicampur sedikit air, kemudian setelah kering disapu dan
digosok dengan batu. Penggunaan kotoran kerbau ini berfungsi untuk
membersihkan lantai dari debu membuat lantai terasa halus dan lebih kuat.
Masyarakat setempat percaya bahwa kotoran kerbau tersebut dapat
mengusir serangga sekaligus menangkal serangan magis yang ditujukan
pada penghuni rumah.
 Atraksi Budaya Lombok
Anda juga dapat melihat atraksi budaya pada waktu tertentu di Desa
Sade seperti permainan alat musik tradisional yang dikenal dengan
Gendang Beleq, Tarian Cupak Gerantang dan juga Tarian Presean,
kesemuanya itu dapat Anda liat dalam video diatas.
 Belajar Menenun Kain
Kaum perempuan di desa ini melakukan pekerjaan menenun kain,
ketrampilan menenun merupakan bagian dari tradisi yang terus diwariskan
dan menurut aturan adat bahwa seorang anak gadis yang cukup umur tidak
boleh menikah jika belum bisa menenun kain. Salah satu produk kain
tenun yang menjadi ciri khas Lombok adalah kain songket.
Anda dapat langsung melihat proses dan belajar bagaimana membuat kain
tenun di Desa Sade yang dimulai dari pemintalan kapas kering menjadi
benang. Benang yang telah rapi kemudian akan diberikan perwarna yang
berasal dari bahan-bahan alami. Pembuatan kain songket sepanjang 2

8
meter memerlukan waktu pengerjaan antara dua minggu hingga tiga bulan,
tergantung pada tingkat kerumitan polanya dan jenisnya.
 Pakaian
Biasanya pakaian adat daerah hanya digunakan dalam acara-acara
tertentu di daerah lain, berbeda dengan penduduk Sade yang selalu
mengenakanya setiap hari, walapun tidak semua dari mereka, tapi paling
tidak Anda dapat merasakan suasan kehidupan zaman dahulu.
 Penggunaan Alat
Hal lain yang paling menarik adalah penggunaan perlatan dalam
keseharin mereka seperti peralatan pemintalan kapas menjadi benang, alat
tenun, alat pertanian dan sebgainya masih menggunakan alat yang jauh
dari kata modern.
 Berintraksi Dengan Penduduk
Berkunjung ke desa ini tidak hanya untuk melihat bentuk bangunan
atau menonton tariannya, untuk lebih merasakan pola kehidupan di masa
lalu Anda dapat berintraksi dengan masyarakatnya yang ramah, bahkan
mereka akan mempersilahkan Anda masuk ke dalam rumahnya dan
melihat bagaimana mereka mengatur tata ruang yang memiliki nilai
kearifan.
3. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Sade
1 Sistem Kekerabatan
Tuntunan kehidupan masyarakat dusun sasak Sade dikenal beberapa
macam ikatan keluarga besar (kekerabatan) yang merupakan satu keturunan.
Sistem kekerabatan dalam bentuk keluarga ini adalah :
a. Koran (Keluarga) yang terdiri atas : Inaq, Amaq, Anak ( Ibu, Bapak,
dan anak).
b. Punggilan ( Rumpun) yaitu satu kesatuan dalam ikatan emosional, baik
secara material atau moral.
c. Sekuh Hadas yaitu satu ikatan kedekatan emosional 63 Dalam
mempererat tali kekerabatan masyarakat sasak dusun Sade melakukan
perkawinan dominan dilakukan dengan sistem indogami.

9
Perkawinan ini lebih cenderung dilakukan atas sesame keluarga terutama
keluarga dekat. Sistem perkawinan disebut dengan nama “Merarik kance diri’/
saling mbait” ini semua dimaksudkan untuk lebih mempererat kekeluargaan
dan menghindari kemungkinan lain yang akan terjadi dalam keluarga, seperti
biaya perkawinan yang relative mahal ketika harus kawin dengan keluarga
lain atau diluar dari dusun atau desa itu sendiri.
Dalam sistem Merarik kance diri’ ditemui beberapa sebutan sebagai
upaya melestarikan hubungan kekerabatan antara lain :
a. Merariq Banjar Beliling yaitu perkawinan yang dilakukan dengan
sesama keluarga seperti misan atau sepupu (bahasa sasak Pisaq,
sampu).
b. Merariq Berempung Puntiq yaitu perkawinan yang dilakukan dimana
laki-laki atau Terune memngambil gadis atau dedare pada satu
keluarga.
c. Merariq Beseloq Elong Basung yaitu perkawinan yang dilakukan
dengan saling mengambil antara keluarga laki-laki dengan keluarga
perempuan. Contoh : Pemuda Pak Hasim menikahi gadis pak Hasan,
sebaliknya pemuda pak Hasan menikahi gadis pak Hasim. Sistem
perkawinan ini menurut adat istiadat di dusun Sade pada prinsipnya
tidak dibenarkan dan diperbolehkan dalam bahasa sasak Maliq Lengat
karena perkawinan ini akan berimplikasi negative 64 terhadap kedua
belah pihak yaitu keluarga laki-laki atau perempuan. jika perkawinan
ini terjadi maka pelakunya akan diberikan sangsi dengan
menyembelih satu ekor binatang ternak kerbau atau sapi sebagai
hewan kurban (Perbie).
d. Merariq Genting Karang Ulu yaitu perkawinan yang dilakukan dimana
seseorang yang menikahi mantan istri kakak atau adik yang
ditinggalkan karena meninggal dunia.
Istilah-Istilah yang berhubungan dengan sistem kekerabatan dalam
masyarakat Sade secara hirarkis disebutkan sebagai berikut :
a. Amaq
b. Papuq

10
c. Baloq
d. Tate
e. Toker
f. Gonder
g. Goner
h. Keletiq
i. Keletaq
j. Mbiq
k. Penggantung
l. Penggaet
m. Keluburan
2 Sistem Kesatuan Hidup dan Perkumpulan
a. Sistem Kesatuan Hidup
Yang menjadi dasar pokok masyarakat suku sasak Sade dalam
membina dan memelihara sistem kesatuan dalam kehidupan sehari-
hari adalah sitem gotong royong. Jiwa dan semangat kebersamaan ini
dipupuk suburkan dengan melakukan aktivitas sosial dalam bentuk
antara lain :
1. Metajen yaitu membantu sebuah pekerjaan dengan tanpa mengharap
upah atau imbalan. Bantuan ini biasanya dilakukan kepada para tokoh
atau Sentoaq seperti Kyai, Keliang, kepala atau tokoh lainnya yang
dianggap memiliki andil ditengah-tengah masyarakat.
2. Betulung, yaitu membantu pada sebuah pekerjaan tanpa upah.
Biasanya dilakukan pada temen-teman dekat.
3. Besiru, yaitu tolong menolong dalam pekerjaan secara bergiliran.
4. Betangko, yaitu menghadiri undangan atau Pengolem pada suatu acara
hajat / pesta keluarga, sahabat. Barang bawaan disebut Penangko.
5. Belangar, yaitu melayat atau hadir dirumah orang yang meninggal
dunia. Barang bawaan disebut Pelangar.
Kebiasaan-kebiasaan lain yang erat hubungannya dengan kehidupan
sosial untuk mempertahankan tali persaudaraan antara sesama adalah

11
1. Nginding, yaitu meminta barang-barang atau keperluan hidup dalam
tukar barang yang tidak terlalu mahal. Misalnya meminta cabe,
garam, kepada tetangga.
2. Mentanje, yaitu memberikan barang atau sesuatu kepada saudara atau
teman.
3. Nyinggak, yaitu meminjam barang atau sesuatu kepada teman/
saudara.
4. Nempil, yaitu membeli barag dengan harga murah dibawah harga
pokok suatu barang.
5. Berutang, Yaitu meminjam barang atau uang.
6. Nalet, yaitu saling membantu dengan barang atau uang untuk
keperluan pesta perkawinan, khitanan, kematian.
7. Bedie, yaitu tukar menukar barang dengan barang ( Barter).
b. Sistem Asosioasi (Kumpulan)
Jenis asosiasi atau kumpulan tradisional yang masih kental dilakukan
masyarakat Sade adalah Bebanjar. Bebanjar merupakan wujud tolong
menolong pada kegiatan kehidupan seperti Upacara begawe, khitanan,
ataupun kematian. Tolong menolong ini biasanya dilakukan dalam bentuk
material baik barang atau uang (finansial). Wadah perkumpulan ini
biasanya disebut Banjar. Pengurus Banjar disebut Inen Banjar.
Inventaris banjar terdiri dari :
a. Peralatan memasak
b. Alat makan minum Secara tradisional komposisi banjar yang ada di
dusun Sade adalah
1. Inen Gawe (Sane Krane)
2. Inen Beras yaitu orang yang diberi mandat oleh sane krane untuk
menangani persediaan beras atau nasi.
3. Ran yaitu orang yang diberi mandate oleh sane krane untuk
menangani persediaan laupk pauk ayau sayur mayur. Pembantu Ran
dalam dalam melaksanakan tugas disebut Agan.
4. Inen Lekas yaitu orang yang diberi tugas untuk mengurusi tentang
persediaan rokok tembakau dan sirih atau disebut ngudut mamaq.

12
5. Inen Senganan yaitu orang yang mengurus masalah konsumsi
seperti kopi dan jajan.
6. Peladen, yaitu kelompok atau orang yang diberi kepercayaan untuk
mengurus atau mengatur jalannya pelayanan kepada para tamu atau
undangan yang telah hadir dalam sebuah gawe atau pesta. Untuk
membantu kelancaran tugas peladen dibantu oleh Anangin.
7. Anggota Banjar, Yaituterdiri dari anggota masyarakat yang secara
langsung berpartisipasi kepada Sane Krane (Ipin Gawe).
4. Bentuk Pemerintahan Desa Sade
Pemerintahan tertinggi di susun Sade dipegang oleh kepala dusun yang
disebut sebagai Jeru Keliang yang biasanya dipilih berdasarkan garis
keturunan dari kepala dusun sebelumnya. Jeru Keliang memiliki dwi fungsi
yaitu :
1. Sebagai pelaksana birokrasi dan administrasi ditingkat dusun artinya
sebagai pembantu pemerintah dibawah kepala desa (Jeru Kepale).
2. Sebagai pengemban adat atau Ketua adat. 68 Penasehat jeru keliang
disebut sebagai Sentoaq (Pengelinsir) yaitu tokoh tertua yang dianggap
sebagai tetuah untuk memberikan saran atau nasehat kepada jeru Keliang.
Sebagai pembantu dalam pemerintahan adat jeru keliang dibantu oleh Jeru
Arah (Ketua RT). Masing-masing jeru arah membawahi 40 kepala keluarga.
Saat ini dusun Sade emiliki 7 buah jeru arabh.
5. Perkembangan Desa Sade
Dusun tradisional Sade di Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa
Tenggara Barat, yang merupakan perkampungan masyarakat suku Sasak, semakin
dikenal wisatawan nusantara dan mancanegara. Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Lombok Tengah, H Lalu Putria yang dihubungi dari Mataram, Kamis
(14/2/2013), mengatakan masyarakat Dusun Sade pola hidupnya masih penuh
dengan kesederhanaan, namun mereka cukup kreatif dalam mengolah bahan-
bahan seperti kayu, bambu dan jerami menjadi barang kerajinan yang unik.
"Arsitektur rumah mereka masih mempertahankan gaya tradisional suku Sasak
dan menggunakan bahan yang ada di sekitarnya, seperti lantai rumah masih
menggunakan kotoran ternak yang dicampur dengan tanah," katanya. Ia

13
mengatakan, hampir semua penduduk Sade mampu membuat aneka kerajinan
seperti patung khas suku Sasak, gelang, cicin, kalung, gantungan kunci yang
terbuat dari tanduk kerbau pilihan yang diolah secara apik dan warnanya
didominasi cokelat.
Kerajinan yang dihasilkan masyarakat Dusun Sade, kata Putria, desainnya
unik, kecil memanjang, tidak seperti patung umumnya. Hasil kerajinan yang
menarik di dusun tradisional itu antata lain produk kain tenun Lombok atau
songket. Kain tenun ini terbuat dari bahan dasar kapas pilihan kemudian diolah
dengan menggunakan alat tenun tradisional yang mereka buat sendiri dari kayu
dan bambu pilihan. Pada awalnya, menurut Putria, perajin tenun Sade hanya
membuat kain tenun, tetapi seiring perkembangan pariwisata akhirnya mereka
membuat baju, sarung, sajadah dengan desain unik khas Sade. Proses pembuatan
tenun khas Lombok yang mengandalkan peralatan tradisional itu membutuhkan
waktu cukup lama tergantung jenis, yakni satu hingga dua minggu dan hasilnya
bernilai seni dan kualitas yang cukup baik, tidak kalah dengan kualitas tenun
daerah lain.
Karena itu, lanjut Putria, wisatawan yang berkunjung ke dusun tradisional itu
semakin ramai untuk melihat langsung kehidupan yang mencerminkan pola hidup
masyarakat Lombok itu. "Para wisatawan yang berkunjung tidak hanya ingin
melihat pola kehidupan masyarakat dusun Sade tetapi juga membeli hasil
kerajinan masyarakat," katanya.

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Desa Sade merupakan tempat untuk menggali banyak sejarah dan mengetahui
warisan dari leluhur nenek moyang kita. Karena seperti perkataan Bung Karno
yang menyatakan untuk tidak melupakan sejarah dan belajar dari sejarah itu
sendiri agar mendapat pelajaran untuk masa depan. Oleh karena itu, sebaiknya
mengisi liburan ke tempat tempat sejarah. Agar saat liburan bukan hanya
mendapat hiburan tetapi juga mendapat banyak pelajaran.
Banyak sekali yang dapat kita petik dari perjalanan menuju desa sade, salah
satunya “kesederhanaan dan kehidupan bermasyarakat”. Masyarakat disana sangat
peka dengan tetangganya baik itu tetangga jauh maupun dekat, mereka hidup
dengan penuh kesederhanaan dan damai. Inilah yang perlu kita tiru dari kehidupan
di Desa Sade, agar dimanapun kita hidup tetap melihat orang orang disekitar kita
demi kemaslahatan bersama dan untuk mencapai kedamaian disekitar kita.
Adat istiadat Desa Sade sangatlah masih kental, walau mereka sedikit demi
sedikit menerima modernisasi (listrik dan air) namun adat tetaplah mereka
pertahankan. Karena bagi mereka adat istiadat sangatlah penting dan merupakan
warisan leluhur nenek moyang.
Inilah pentingnya warisan leluhur yakni untuk menghormati nenek moyang
kita, namun bukan berarti kita tidak menerima modernisasi karena itu juga
sangatlah penting untuk memajukan nama bangsa Negara kita. Menerima
modernisasi dengan tidak melupakan adat istiadat.

15
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.umm.ac.id/40935/4/BAB%20III.pdf
https://travel.kompas.com/read/2013/02/14/16182012/desa.sade.semakin.dikenal.
wisatawan
http://www.pergiberwisata.com/masyarakat-desa-sade/

16

Anda mungkin juga menyukai