DISUSUN OLEH:
MAGISTER MANAJEMEN
KAMPUS JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan kasih-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “PENCIPTAAN PRODUK GREEN LOAN DALAM RANGKA
MENDUKUNG UMKM RAMAH LINGKUNGAN” ini dengan baik. Penelitian
makalah ini disusun sebagai tugas dan syarat yang harus dipenuhi sebagai salah satu
indikator kelulusan dalam tahapan Officer Development Program BNI Batch 251.
Dalam penyusunan Penelitian makalah ini, kami sebagai Peneliti sangat menyadari
bahwa makalah kami tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dan
dukungan dari pihak-pihak lain selama proses penyusunan ini. Oleh karena itu, izinkan
kami dalam kesempatan ini, untuk menghaturkan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
Kami berharap semoga paper ini dapat memberikan manfaat baru untuk PT
Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dalam memberikan layanan kepada masyarakat
Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan
pengetahuan serta pengalaman kami. Apabila terdapat kritik dan saran mengenai
makalah ini, kami sangat bersedia untuk menerimanya.
Kelompok 1 MODP 22
2
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................2
RINGKASAN EKSEKUTIF.....................................................................3
DAFTAR ISI...............................................................................................4
DAFTAR GAMBAR..................................................................................6
DAFTAR TABEL.......................................................................................6
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................7
1.1. Latar Belakang.............................................................................7
1.2. Rumusan Masalah......................................................................10
1.3. Tujuan Penelitian Makalah........................................................11
1.4 Manfaat Kajian Bagi Konsumen, UMKM, dan BNI.................11
BAB II KAJIAN KONSEPTUAL...........................................................13
2.1. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah..........................................13
2.2. Usaha Berkelanjutan..................................................................15
2.3. Layanan Perbankan....................................................................18
2.3.1. Kredit........................................................................................18
2.3.2. Green Loan...............................................................................21
2.4. Business Model Canvas..............................................................23
2.4.1. Offering.....................................................................................24
2.4.2. Customer...................................................................................24
2.4.3. Infrastructure............................................................................25
2.4.4. Finance.....................................................................................25
BAB III METODE KAJIAN...................................................................27
3.1. Jenis Penelitian...........................................................................27
3.2. Sumber Data Penelitian..............................................................28
3.3. Sampel........................................................................................28
3.4. Teknik Pengumpulan Data.........................................................28
BAB IV ANALISIS, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI...........30
4.1. Deskripsi Responden..................................................................30
4.4.1. Deskripsi Responden Konsumen UMKM................................30
4.4.2. Deskripsi Responden UMKM..................................................32
4.5. Persepsi Konsumen Terhadap UMKM Ramah Lingkungan.....35
4.6. Persepsi UMKM dan BNI..........................................................38
4
4.6.1. Persepsi UMKM Terhadap Produk BNI Green Loan..............38
4.6.2. Persepsi BNI dan Pemerintah Terhadap Produk BNI Green Loan
..................................................................................................41
4.7. Added Value bagi BNI ...............................................................42
4.8. Kesimpulan................................................................................43
4.9. Rekomendasi..............................................................................44
4.10. Model Bisnis Produk BNI Green Loan UMKM........................44
4.10.1. Customer Segments.............................................................46
4.10.2. Customer Relationships......................................................46
4.10.3. Channels.............................................................................47
4.10.4. Value Propositions..............................................................47
4.10.5. Key Resources.....................................................................48
4.10.6. Key Activities......................................................................48
4.10.7. Key Partners.......................................................................49
4.10.8. Revenue Stream...................................................................49
4.10.9. Cost Structure.....................................................................50
4.11. Skema Pembiayaan Produk BNI Green Loan bagi UMKM
Ramah Lingkungan.................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................55
LAMPIRAN..............................................................................................57
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Kuesioner untuk Konsumen UMKM...57
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner untuk Pelaku UMKM..........60
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Karyawan BNI..................66
Lampiran 3.1 Bapak Samuel Christian Giovanni..............................66
Lampiran 3.2 Bapak I Komang Agung Wisudha...............................66
Lampiran 3.3 Bapak Agus Santoso....................................................66
5
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
6
BAB I
PENDAHULUAN
7
Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan, Emiten dan Perusahaan Publik
dan Pedoman Teknis Bagi Bank Terkait Implementasi POJK No. 51.03.2017
tentang Penerapan Keuangan Berkelanjutan Bagi Lembaga Jasa Keuangan,
Emiten dan Perusahaan Publik. Selain POJK No. 51/POJK.03/2017, terdapat
pula Undang-Undang No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (UU Cipta
Kerja) yang memiliki kaitan erat dengan implementasi Keuangan
Berkelanjutan (Sustainable Financing) di Indonesia. Berdasarkan peraturan
dan pedoman teknis tersebut, industri perbankan diharapkan mampu
memperhatikan aspek keberlanjutan dalam pelaksanaan bisnisnya.
Namun, keterlibatan dari sektor finansial dalam kebijakan lingkungan
masih tergolong baru. Landasan teoritis mengenai kerusakan lingkungan yang
diciptakan atau dihindari, harus dihitung sebagai biaya pencemaran. Biaya
pencemaran ini akan merubah struktur biaya dan menjadi kerugian pada
jangka panjang, jika perusahaan terus menerus memproduksi dengan merusak
lingkungan. Padahal jika dilihat dari sisi konsumen, permintaan akan barang
yang ramah lingkungan saat ini sedang diminati. Minat konsumen ini dapat
dilihat dari beberapa alasan konsumen untuk membeli produk ramah
lingkungan. Data yang diambil dari 3.631 responden menunjukan, 60.5%
mengatakan alasan utama mereka membeli produk ramah lingkungan adalah
ingin melestarikan bumi, dan dari survei ini juga diketahui sebanyak 62,9%
masyarakat pernah membeli produk ramah lingkungan (Rizaty, 2021). Maka
dari temuan ini menimbulkan pertanyaan bagaimanakah peran Bank dalam
kebijakan perlindungan iklim dan mendukung pertumbuhan UMKM dilihat
dari tingginya minat konsumen pada produk ramah lingkungan.
Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai Bank Umum memiliki peran
dan fungsi yang diatur pada Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan (UU Perbankan). Pengertian Bank sebagai perusahaan yang
bergerak di bidang jasa menjalani tiga fungsi pokok sebagai lembaga yang
menerima dana dari masyarakat, menyalurkan dana dalam bentuk kredit
kepada masyarakat guna mengembangkan usahanya, dan melaksanakan
berbagai jasa keuangan lainnya. Pemberian kredit yang dilakukan oleh Bank
BNI melalui BNI XPORA dapat menjadi salah satu jalur untuk penerapan
keuangan berkelanjutan lingkungan (green sustainable financing) dengan
memberikan kredit kepada jenis usaha yang menerapkan prinsip ramah
8
lingkungan. Selanjutnya, jenis kredit yang
9
Disalurkan kepada usaha yang menerapkan prinsip ramah lingkungan akan disebut
sebagai BNI Green Xpora
BNI Green Xpora definisi terbilang hampir sama dengan green bond
dimana kedua hal tersebut meningkatkan modal untuk umkm hijau ramah
lingkungan. Namun, BNI Green Xpora berdasar pada pinjaman yang
khususnya beroperasi secara private dalam jumlah yang lebih kecil
dibandingkan green bond (World Bank Group, 2021). BNI Green Xpora ini
nantinya ditujukan pada bisnis komersial kecil dan menengah mengingat
tingkat pinjaman terhadap bisnis komersial kecil dan menengah jumlahnya
masih kalah dibandingkan dengan korporasi sebesar 32,91% dari total
portofolio pinjaman di tahun 2020 (Bank Negara Indonesia, 2020). Pada tahun
2020, jumlah nominal produk/jasa berkelanjutan di BNI mengalami penurunan
di angka 115,96 miliar dari sebelumnya 134,05 miliar di tahun 2019 (Bank
Negara Indonesia, 2020) hal tersebut menjadi pendorong untuk menghadirkan
BNI Green Xpora
Bisnis komersial kecil dan menengah seringkali disebut sebagai Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Jumlah UMKM di Indonesia pada
tahun 2019 sudah mencapai angka yang sangat tinggi sebesar 65.465.497 unit
yang setiap tahunnya mengalami kenaikan jumlah unit usaha (Kemenkop
UKM, 2018). Sebanyak 798,7 ribu unit merupakan usaha kecil dan 65,5 ribu
unit berbentuk usaha menengah, dengan jumlah sebesar tersebut, maka
UMKM yang ada saat ini setara dengan 99,99% dari total unit usaha di
Indonesia. Hal tersebut menjadikan sumbangsih UMKM terhadap Produk
Domestik Bruto sebesar 57,14% dan menyerap 96,92% dari total tenaga kerja
Indonesia atau sebesar 119,6 juta jiwa (Jayani, 2021).
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh UNDP yang bekerjasama
dengan Kementerian Koperasi dan UKM serta Indosat Ooredoo, kurang lebih
95% dari UMKM menyatakan tertarik dengan praktik bisnis ramah
lingkungan dan 90% dari UMKM menyatakan tertarik dengan implementasi
praktik bisnis inklusif yang menjadi komponen penting dalam agenda
Sustainable Development Goals (SDGs) (Rosadi, 2011). Dalam hal ini, dapat
dilihat bahwa penyaluran dana untuk UMKM ramah lingkungan sangat
dibutuhkan dan diminati oleh banyak UMKM. Sehingga, BNI dapat
memberikan akses
10
pembiayaan dengan penyediaan kredit bagi UMKM yang ramah lingkungan
dengan fasilitas pendanaan yang aktual dari model bisnis mereka.
Pendanaan yang bersifat green sustainable saat ini belum menyasar
pada usaha mikro, kecil dan menengah. Portofolio BNI Green Expora yang
disalurkan BNI melalui perintah OJK masih terbatas pada korporasi besar saja.
Pemerintah dapat memberikan bantuan pada UMKM dengan menerapkan
persyaratan pendanaan dengan tidak berfokus pada ukuran perusahaan tertentu
saja, atau dengan memberikan kompensasi kepada perusahaan secara finansial
atas upaya mereka dalam proses bisnis yang ramah lingkungan (Hainz et al,
2021). Sehingga dalam hal ini pemerintah bisa mulai menyasar khusus pada
sektor UMKM. Selain itu, lembaga keuangan seharusnya mengatur agar
informasi berkaitan dengan proses bisnis yang ramah lingkungan dapat
diakses oleh UMKM, seperti tingkat emisi yang biasanya dilakukan oleh
korporasi besar karena keterbatasan dana, juga dapat diakses oleh UMKM
dengan biaya yang terjangkau untuk meminimalkan biaya pelaporan non-
keuangan. Sehingga dengan jumlah UMKM yang sedemikian banyak di
Indonesia, dengan total mencapai 99,99% dari total unit usaha di Indonesia,
maka industri perbankan dapat mendukung tercapainya siklus lingkungan
yang baik antara supplier, UMKM, dan konsumen akhir yang dimana siklus
ini secara bersama-sama akan menjaga kondisi lingkungan sekitar dengan
sendirinya. Jika UMKM tumbuh dan dapat menerapkan proses bisnis ramah
lingkungan mulai pemilihan bahan baku sampai dengan pembuatan produk
yang siap jual, dan diterima oleh konsumen sebagai produk yang sehat
dan/atau ramah lingkungan, maka secara tidak langsung bank telah
mendukung ekosistem produk ramah lingkungan di masyarakat, khususnya
untuk BNI adalah lingkungan di Indonesia.
11
pada tahun 2021 (Bank Negara Indonesia, 2020). Angka-angka
tersebutmemperlihatkan geliat uasha UMKM yang mulai menanjak namun
perlu dipastikan Kembali terkait jenis UMKM yang memerhatikan aspek
lingkungan, maka dibentuklah pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana minat dan persepsi konsumen terhadap produk ramah
lingkungan pada UMKM?
2. Bagaimana minat calon nasabah UMKM terhadap pengembangan
layanan BNI Green Xpora khusus bagi UMKM ramah lingkungan?
3. Bagaimana model bisnis pada layanan BNI Green Xpora untuk
UMKM Ramah Lingkungan?
4. Bagaimana skema pembiayaan pada layanan BNI Green Xpora untuk
UMKM Ramah Lingkungan?
13
BAB II
KAJIAN KONSEPTUAL
14
b. Usaha kecil memiliki modal usaha lebih dari Rp 1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 5.000.000.000,00
(lima miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
dan
c. Usaha menengah memiliki modal usaha lebih dari Rp
5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
Selanjutnya, dijelaskan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) berasaskan:
a. Kekeluargaan;
Asas yang melandasi upaya pemberdayaan UMKM sebagai bagian dari
perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan
kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia.
b. Demokrasi Ekonomi;
Pemberdayaan UMKM diselenggarakan sebagai kesatuan dari
pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran
rakyat.
c. Kebersamaan;
Asas yang mendorong peran seluruh UMKM dan dunia usaha secara
bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan
rakyat.
d. Efisiensi Berkeadilan;
Asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan UMKM dengan
mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan
iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.
e. Berkelanjutan;
Asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses
pembangunan melalui pemberdayaan UMKM yang dilakukan secara
berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh
dan mandiri.
15
f. Berwawasan Lingkungan;
Asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap
memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan
lingkungan hidup.
g. Kemandirian;
Asas pemberdayaan UMKM yang dilakukan dengan tetap menjaga dan
mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian UMKM.
h. Keseimbangan Kemajuan;
Asas pemberdayaan UMKM yang berupaya menjaga keseimbangan
kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional.
i. Kesatuan Ekonomi Nasional;
Asas pemberdayaan UMKM yang merupakan bagian dari
pembangunan kesatuan ekonomi nasional.
Dari kriteria umum UMKM di atas tidak semua UMKM di Indonesia
dapat dikategorikan sebagai UMKM yang ramah lingkungan. Sehingga untuk
menilai UMKM tersebut masuk dalam kategori ramah lingkungan, perlu
diketahui apakah UMKM tersebut masuk dalam kriteria usaha berkelanjutan
atau tidak.
16
Berdasarkan pengertian kegiatan usaha berkelanjutan, maka kriteria
proyek berkelanjutan adalah:
a. Efisiensi dan Efektivitas
Mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber
daya alam yang berkelanjutan, termasuk efisiensi penggunaan material
input dan penggunaan alternatif material input, penggunaan energi
bersih secara efektif, penggunaan air dan penggunaan sumber air
inkonvensional;
b. Mitigasi
Mencegah/membatasi/mengurangi/memperbaiki kerusakan lingkungan
hidup, peningkatan polusi/limbah, kerusakan ekosistem, dan
ketidakadilan/kesenjangan sosial, termasuk pencegahan dan
penanganan polusi limbah, tidak memicu dan berdampak pada konflik
sosial, berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,
perlindungan lingkungan hidup dan proses produksi rendah karbon;
atau
c. Adaptasi
Memberikan solusi bagi masyarakat yang menghadapi dampak
perubahan iklim, termasuk pembaruan teknologi hemat energi dan
rendah emisi, konservasi sumber daya dan daur ulang, perbaikan
kesejahteraan masyarakat yang terdampak.
Berdasarkan kriteria tersebut yang mana sifatnya adalah alternatif,
maka pemenuhan salah satu unsur sebagai syarat untuk sebuah UMKM
melakukan kegiatan usaha berkelanjutan sudah bisa dianggap terpenuhi.
Selain dari penjelasan yang diberikan oleh POJK dalam penerapan
keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan terkait pengertian usaha
berkelanjutan, terdapat juga beberapa pendapat lain terkait pengertian industri
hijau/berkelanjutan. Menurut Kementerian Perindustrian Republik Indonesia,
industri berkelanjutan adalah industri yang mengutamakan upaya efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan dalam proses
produksinya. Selain itu, menurut United Nations Industrial Development
Organization (UNIDO) industri hijau/berkelanjutan adalah proses produksi
dan pertumbuhan industri yang tidak membahayakan “kesehatan” alam
maupun kesehatan masyarakat.
17
Dari penjelasan di atas, terdapat daftar kegiatan yang tidak memenuhi
kriteria kegiatan usaha berkelanjutan sebagaimana telah diratifikasi oleh
Indonesia dalam perjanjian internasional dan implementasinya terdapat dalam
POJK 51/2017. Penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga keuangan
tidak memenuhi kriteria usaha berkelanjutan, apabila:
1. Kegiatan yang melibatkan segala macam bentuk kerja
paksa/eksploitasi pada anak di bawah umur 16 tahun;
2. Operasi pembalakan komersial pada hutan basah tropis;
3. Produksi dan perdagangan kayu/produk kehutanan lainnya dari hutan
yang tidak dikelola secara lestari;
4. Produksi atau kegiatan yang mengambil alih kepemilikan lahan dari
masyarakat adat/penduduk asli tanpa persetujuan dari
masyarakat/penduduk tersebut; dan/atau
5. Produksi atau perdagangan produk atau kegiatan ilegal berdasarkan
peraturan Indonesia atau konvensi/kesepakatan internasional termasuk
zat perusak lapisan ozon, satwa liar atau produk yang diatur dalam
CITES 2.
Sehingga dari penjelasan di atas yang disebut kategori kegiatan usaha
berkelanjutan berdasarkan POJK dalam penerapan keuangan berkelanjutan
bagi lembaga jasa keuangan adalah:
1. Energi Terbarukan
2. Efisiensi Energi
3. Pencegahan dan Pengendalian Polusi
4. Pengelolaan Sumber Daya Alam Hayati dan Penggunaan Lahan yang
Berkelanjutan
5. Konservasi Keanekaragaman Hayati Darat dan Air
6. Transportasi Ramah Lingkungan
7. Pengelolaan Air dan Air Limbah yang Berkelanjutan
8. Adaptasi Perubahan Iklim
9. Produk yang Dapat Mengurangi Penggunaan Sumber Daya dan
Menghasilkan Sedikit Polusi (Eco-Efficient)
10. Bangunan Berwawasan Lingkungan yang Memenuhi Standar atau
Sertifikasi yang Diakui secara Nasional, Regional, atau Internasional
18
11. Kegiatan Usaha dan/atau Kegiatan Lain yang Berwawasan Lingkungan
Lainnya
12. Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Dengan telah ditetapkannya kriteria dalam jenis usaha berkelanjutan,
maka dibutuhkan instrumen pendukung guna membantu pertumbuhan unit
usaha yang menerapkan prinsip ramah lingkungan di Indonesia, dan salah satu
instrumen yang dapat mendukung terkait pertumbuhan tersebut adalah fungsi
pembiayaan yang diberikan dari layanan perbankan.
2.3.1. Kredit
Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Pasal
1 ayat (11), kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam
meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam
19
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
Kewajiban bank dalam memberikan aturan mengenai pembiayaan Green Loan
menitikberatkan pada prinsip kehati-hatian (prudential banking) yang
merupakan asas atau prinsip yang menyatakan bahwa bank di dalam
menjalankan fungsi dan kegiatan utamanya wajib bersikap hati-hati (prudent)
dalam rangka melindungi dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya
(Usman, 2003).
Dalam menentukan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) atau
Legal Lending Limit (L3) harus melalui analisis kredit yang setidaknya
berdasarkan asas 5 C yakni (Ikatan Bankir Indonesia, 2017):
1. Character
Penelitian yang dilakukan terhadap calon debitur bahwa calon debitur
layak menerima kredit. Pengumpulan informasi dilakukan melalui
bank checking, trade checking pada supplier dan konsumen debitur,
serta mengupayakan informasi kepada asosiasi usaha di tempat calon
debitur terdaftar.
2. Capacity
Bank melakukan penilaian atas kemampuan calon debitur dalam
bidang usahanya dan/atau kemampuan manajemen debitur sehingga
bank yakin bahwa usaha yang akan dibiayai dengan kredit dikelola
oleh orang yang tepat/benar. Pendekatan yang dilakukan melalui
pendekatan historis, finansial, yuridis, manajerial, dan teknis.
3. Capital
Penilaian bank atas posisi keuangan calon debitur secara keseluruhan
termasuk aliran kas debitur baik untuk masa lalu maupun proyeksi
masa depan.
4. Condition of Economic
Penilaian bank atas kondisi pasar dalam negeri maupun luar negeri
baik masa lalu maupun masa depan sehingga diketahui prospek
pemasaran dari hasil usaha debitur yang dibiayai dengan kredit bank
dengan memperhatikan peraturan pemerintah, situasi politik dan
kondisi lain yang mempengaruhi.
20
5. Collateral
Penilaian bank terhadap agunan yang dimiliki calon debitur yang
diserahkan hak dan kekuasaannya oleh calon debitur kepada bank guna
menjamin pelunasan utang.
Pasal 70 huruf e PP No.7 Tahun 2021 menyatakan bahwa Bank dapat
melakukan kurasi berupa penilaian produk unggulan daerah yang memiliki
potensi pasar dan melakukan seleksi dan penilaian terhadap usaha mikro dan
usaha kecil. Jaminan kredit program sebagaimana diatur dalam Pasal 80 PP
No. 7 Tahun 2021 mencakup kegiatan usaha mikro dan usaha kecil dapat
dijadikan jaminan kredit program, berupa:
a. Surat perintah kerja;
b. Faktur;
c. Surat pemesanan (purchase order);
d. Hak kekayaan intelektual;
e. Anjak piutang;
f. keping/kode batang (chip/barcode) bukti atas kepemilikan benda
bergerak; dan/atau
g. Kontrak perjanjian kerja
Insentif yang diberikan pemerintah sebagai kemitraan kepada UMKM
sebagaimana diatur dalam Pasal 102 PP No. 7 Tahun 2021 berupa:
a. Pengurangan atau keringanan pajak daerah
b. Pengurangan atau keringanan retribusi daerah
c. Pemberian bantuan modal kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan /atau
Koperasi
d. Fasilitas pelatihan vokasi Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan/atau
Koperasi;dan/atau
e. Subsidi bunga pinjaman pada kredit program
21
c. Angsuran atau cicilan atas pinjaman atau pembiayaan lebih rendah
yang besarannya disesuaikan dengan kemampuan atau omzet
d. Denda atas keterlambatan angsuran atau cicilan diturunkan dan/atau
keringanan denda; dan
e. Jangka waktu pengembalian lebih panjang disesuaikan dengan
karakteristik usaha
Dengan fasilitas kredit yang diberikan perbankan kepada banyaknya
unit usaha di Indonesia, diperlukan produk kredit yang memang memiliki
segmen khusus bagi unit usaha yang menerapkan proses ramah lingkungan.
Sehingga dengan adanya produk kredit khusus ramah lingkungan ini,
diharapkan terdapat nilai tambah yang dirasakan oleh UMKM dalam
menerima pembiayaan kredit yang berbeda dari kredit pada umumnya.
23
○ Pemilihan bahan baku;
24
○ Pemilihan energi;
○ Pemilihan proses produksi;
○ Pengelolaan limbah; dan/atau
○ Emisi gas rumah kaca.
c. Keberlanjutan sumber daya alam; dan/atau
○ Efisiensi penggunaan sumber daya air
○ Efisiensi penggunaan sumber daya energi; dan/atau
○ Efisiensi penggunaan bahan material sebagai bahan baku dan/atau
bahan penunjang.
d. Legalitas.
○ Pemenuhan persyaratan izin lingkungan;
○ Pemenuhan persyaratan izin dalam pengambilan bahan baku;
○ Pemenuhan persyaratan izin usaha pemanfaatan; dan/atau
○ Pemenuhan persyaratan asal usul sumber bahan baku atau sistem
pelacakan/ chain of custody.
Kriteria label ramah lingkungan hidup diterapkan terhadap barang dan
jasa yang:
1. Berbasis penggunaan energi (menyesuaikan dengan kriteria ramah
lingkungan seperti yang sudah disebutkan di atas);
2. Berbahan baku atau berbasis sumber daya alam; atau
3. Berbahan daur ulang.
25
agar
26
dapat dimengerti dan dipahami dengan mudah. Model bisnis menggambarkan
alasan bagaimana sebuah organisasi menciptakan, memberikan, dan
menangkap nilai-nilai (Osterwalder et al, 2010). BMC dapat digunakan untuk
semua lini bisnis tanpa terbatas sektor usahanya. BMC sangat membantu
untuk mempercepat proses analisis kekuatan dan kekurangan bisnis. Dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan, maka analisis kebutuhan dan profit
dapat dilakukan dengan cepat dan efektif.
Business Model Canvas dapat menjelaskan hubungan sembilan elemen
model bisnis yang digambarkan secara visual, sehingga inovasi yang dibuat
pada model bisnis perusahaan akan lebih mudah dipahami dan dimengerti.
Walaupun ada beberapa versi, kira-kira secara garis besar sebagai berikut:
2.4.1. Offering
a. Value Proposition
Dalam bisnis selalu ada produk atau jasa yang akan ditawarkan. Dalam
blok area Value Proposition mencakup produk atau layanan apa yang
ditawarkan untuk calon customer.
2.4.2. Customer
a. Customer Segments
Customer Segments menjadi blok area yang paling utama karena dari
pelangganlah akan mendapatkan pemasukan.
b. Channels
Channels merupakan sarana untuk menyampaikan nilai atau manfaat
dari produk kepada customer segment.
c. Customer Relationship
Merupakan mekanisme yang dilakukan oleh sebuah bisnis usaha untuk
berhubungan dengan pelanggannya. Tujuannya untuk meningkatkan
traksi, sehingga tidak berpaling ke produk kompetitor. Di dalam
lingkup ini, yang dinilai adalah bagaimana menjalin hubungan dengan
pelanggan. Selain itu, diperlukan juga pengawasan yang ketat dan
intensif.
27
2.4.3. Infrastructure
a. Key activities
Key activities merupakan berbagai kegiatan yang akan dilakukan untuk
merealisasikan empat elemen di atas, mulai dari riset konsumen,
pengembangan produk, hingga distribusi melalui kanal yang dipilih.
Kemudian mencakup segala aktivitas yang harus dilakukan seorang
pelaku bisnis untuk menghasilkan produk atau layanan yang baik dan
memuaskan. Sebagai contoh dalam key activities adalah branding,
packaging, pasaran internet dan lainnya.
b. Key Resources
Berbagai kebutuhan yang perlu disediakan untuk merealisasikan model
bisnis, bisa berupa dukungan orang, alat atau perangkat lunak, dan
lainnya. Key Resources merupakan berbagai sumber daya yang
dimiliki pebisnis atau organisasi untuk mewujudkan proposisi nilai
seperti manusia, brand, peralatan, dan teknologi.
c. Key Partnership
Key Partnership berisi pihak-pihak yang menjadi penentu terhadap
jalannya suatu bisnis atau mempengaruhi suksesnya suatu bisnis.
Bisnis yang baik tidak hanya mampu menjalin hubungan dengan para
pelanggan saja, tapi juga dengan pihak yang bersangkutan lainnya
seperti pemasok dan tim pemasaran. Misalnya yang dikembangkan
adalah platform e-commerce, bisa jadi yang menjadi rekanan utamanya
adalah pemasok barang atau distributor.
2.4.4. Finance
a. Revenue Stream
Revenue stream didefinisikan sebagai suatu cara sebuah bisnis dapat
mengkonversikan value proposition-nya atau solusi yang ditawarkan
untuk menjawab permasalahan konsumen ke dalam bentuk keuntungan
secara finansial. Sangat penting untuk diperhatikan dan dipahami
bahwa bisnis yang berjalan bergantung kepada pertukaran antara pain
of purchase dengan pain of solving dari permasalahan yang dimiliki
oleh konsumen. Revenue stream model dapat berupa biaya langganan
produk, biaya yang dibayarkan per produk yang dijual, tarif tetap
dalam
28
produk atau jasa yang ditawarkan, dividen, biaya layanan, biaya admin
saat transaksi, dan bunga kredit.
b. Cost Structure
Berisi biaya-biaya yang perlu dikeluarkan untuk mengembangkan,
memasarkan dan mendistribusikan layanan yang berhasil
dikembangkan start up. Lalu meliputi biaya-biaya apa saja yang harus
dikeluarkan untuk membentuk, memproduksi dan memasarkan produk
atau layanan bisnis. Dengan pengelolaan biaya yang benar, bisnis yang
dijalankan akan menjadi lebih efisien, hemat dan meminimalkan risiko
kerugian.
29
BAB III
METODE KAJIAN
30
3.2. Sumber Data Penelitian
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder, yang Peneliti uraikan sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
Peneliti secara langsung dari sumber data utama (Sugiyono, 2008).
Data primer juga merupakan data asli yang mana dalam
pengumpulannya Peneliti menggunakan wawancara dengan pihak
internal BNI guna mendapatkan informasi mengenai sistem kredit di
BNI. Serta Peneliti juga melakukan wawancara dengan pemerintah
melalui Kementerian Koperasi dan UKM terkait pendanaan ramah
lingkungan. Selanjutnya, untuk penyebaran kuesioner ditujukan pada
UMKM serta konsumen produk UMKM.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh
peneliti dari berbagai sumber yang telah ada dimana peneliti sebagai
tangan kedua (Sugiyono, 2008). Pada penelitian ini menggunakan data
sekunder berupa jurnal, buku, buku elektronik, dan peraturan
perundang-undangan.
3.3. Sampel
Sampel dari penelitian ini merupakan konsumen dari UMKM dan
UMKM yang berminat untuk menerapkan usaha ramah lingkungan. Sampel
dalam penelitian berupa data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan
wawancara.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini akan menggunakan data primer
yang didapatkan melalui penyebaran kuesioner secara online melalui google
forms terhadap UMKM dan konsumen mengenai Green Loan yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar minat UMKM dalam penerapan produk
berbasis ramah lingkungan melalui pendanaan Green Loan dan seberapa besar
minat konsumen dalam membeli produk ramah lingkungan. Selain itu, peneliti
juga melakukan wawancara kepada pihak Relationship Manager BNI, dan
Kementerian Koperasi dan UKM guna mendapat runtutan yang jelas
mengenai alur skema pembiayaan serta pendapat mengenai penyaluran
31
kredit terhadap
32
UMKM. Berikut adalah penjelasan mengenai metode wawancara dan
kuesioner yang dilakukan oleh Peneliti.
1. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan
yang disampaikan secara lisan kepada responden, yang bertujuan
untuk melihat perspektif dari pihak Relationship Manager BNI
mengenai mekanisme penyaluran kredit yang berlaku saat ini, serta
untuk mengetahui seberapa besar porsi kredit yang telah diberikan
kepada nasabah (dalam hal ini UMKM) yang berfokus pada proses
bisnis ramah lingkungan. Kemudian wawancara dilakukan kepada
Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengetahui animo UMKM
dalam usaha ramah lingkungan dan skema pembiayaan yang
didapatkan oleh UMKM. Wawancara yang dilakukan juga
memberikan pertanyaan mengenai pendapat dari karyawan BNI
mengenai penciptaan produk Green Loan.
2. Kuesioner
Penyebaran kuesioner bertujuan untuk mengetahui minat UMKM yang
menginginkan pembiayaan berbasis Green Loan dan minat konsumen
dalam pembelian produk UMKM berbasis ramah lingkungan.
Penelitian ini diarsipkan melalui Google Form yang mana subjek dari
penelitian ini adalah UMKM yang berminat menerapkan prinsip
ramah ramah lingkungan dan konsumen yang berminat membeli
produk ramah lingkungan. Kuesioner ini disebarkan kepada 142
responden yang berasal dari 42 UMKM dan 100 konsumen.
Sedangkan, untuk analisis data sekunder dilakukan dengan dengan
membaca serta memahami studi literatur yang berasal dari buku, buku
elektronik, jurnal, dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan
dengan penelitian guna mengidentifikasi masalah dan landasan teori dari
penelitian yang akan diteliti.
33
BAB IV
ANALISIS, KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI
34
Gambar 4. 1 Apakah Anda Mengenal Istilah “Produk Ramah Lingkungan?”
35
Gambar 4. 2 Data Konsumen yang Pernah Berbelanja di UMKM Ramah Lingkungan
36
Gambar 4. 3 Sektor Usaha UMKM
Dari Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas sektor usaha yang
menjadi responden adalah UMKM yang bergerak di sektor usaha kuliner
dengan porsi sebesar 38,1%. Di urutan kedua, porsi sektor usaha terbesarnya
adalah sektor usaha fashion sebesar 11,9%. Untuk sektor usaha UMKM
lainnya, mengambil porsi yang cukup kecil, yaitu berada di bawah 10%.
Ukuran usaha dibagi berdasarkan rentang besaran modal dan aset yang
tertulis pada Bab II sesuai dengan UU 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah sebagaimana beberapa ketentuannya diubah dalam UU
Cipta Kerja yang implementasinya dituangkan dalam PP Nomor 7 Tahun 2021
tentang Kemudahan, Perlindungan, dan Pemberdayaan Koperasi dan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (PP No 7 Tahun 2021). Persebaran ukuran usaha
UMKM dapat dilihat melalui Gambar 4.4 berikut.
37
Gambar 4. 4 Ukuran Usaha UMKM
38
Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 90,5% dari total
42 responden sudah mengetahui prinsip bisnis ramah lingkungan yang
dijalankan oleh suatu bentuk usaha. Hal ini memperlihatkan bahwa para
pelaku UMKM sudah memiliki pengetahuan dasar mengenai prinsip bisnis
ramah lingkungan.
Skala Kategori
1 Sangat Tidak Penting
2 Tidak Penting
3 Cukup
4 Penting
5 Sangat Penting
39
Gambar 4. 6 Skala Pentingnya Penerapan Prinsip Ramah Lingkungan bagi Bisnis
UMKM menurut Konsumen
40
menyatakan setuju. Kemudian pada Gambar 4.7, data yang diolah
menunjukkan bahwa 50% responden menyatakan sangat penting dan sebesar
38% responden menyatakan penting bagi konsumen untuk melakukan
pembelian produk yang ramah lingkungan ketika berbelanja pada UMKM. Hal
ini menunjukkan, ketika UMKM menerapkan proses bisnis yang ramah
lingkungan, maka konsumen akan mempertimbangkan untuk membeli produk
tersebut karena UMKM memiliki proses bisnis yang tidak merusak
lingkungan yang dapat dikategorikan sebagai green strategy (Martins, 2021)
(Jaiswal et al, 2021). Oleh sebab itu, hal ini dapat menjadi perhatian dari pihak
UMKM untuk melakukan proses bisnis yang ramah lingkungan untuk menarik
konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan. Karena saat ini, perilaku
konsumen juga dapat dipengaruhi oleh green strategy yang diterapkan oleh
pelaku usaha untuk menarik pelanggan untuk menggunakan produknya.
Beragam hal dapat memicu konsumen untuk fokus terhadap usaha
bisnis UMKM. Dari data yang didapatkan dari kuesioner didapatkan hasil
seperti yang tertera pada Gambar 4.8 berikut.
41
bahwa
42
konsumen berminat pada UMKM yang menerapkan ramah lingkungan dan
mempunyai harga dari produk yang terjangkau.
Berdasarkan data pada Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8 dapat
terlihat bahwa tingkat kepedulian dan perhatian responden terhadap produk
ramah lingkungan dari UMKM sudah tinggi. Hal tersebut dapat disimpulkan
sebagai suatu demand yang tinggi terhadap produk ramah lingkungan yang
harapannya akan sejalan dengan kapasitas supply dari para UMKM guna
memenuhi kebutuhan responden dalam produk ramah lingkungan yang
digunakannya sehari-hari melalui pendanaan BNI Green Loan.
44
Gambar 4. 10 Skala Ketertarikan UMKM Terhadap BNI Green Loan
Berdasarkan data pada Gambar 4.9 dapat dilihat bahwa sebanyak 81%
dari total 42 responden UMKM menganggap bahwa penerapan prinsip ramah
lingkungan dalam melakukan bisnisnya sangat penting untuk dilakukan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa UMKM sudah memiliki tingkat kepedulian yang
tinggi terhadap penerapan bisnis ramah lingkungan. Selain menunjukkan
tingkat kepedulian/concern UMKM terhadap bisnis ramah lingkungan, data
tersebut juga memperlihatkan keselarasan antara pelaku UMKM sebagai
produsen dengan konsumen UMKM. Kedua pihak merasa bahwa penerapan
prinsip ramah lingkungan pada bisnis UMKM menjadi suatu hal yang sangat
penting dilakukan. Oleh karena itu, jika UMKM memutuskan untuk beralih
(shifting) menuju bisnis ramah lingkungan, sudah mendapatkan dukungan
yang besar dari para konsumen UMKM dalam bentuk demand dan tingkat
kepentingan terhadap konsumsi produk ramah lingkungan.
Dari Gambar 4.10 dapat diperoleh data bahwa 48% dari total 42
responden merasa sangat tertarik dan 31% dari total 42 responden merasa
tertarik untuk mendapatkan pendanaan dari produk BNI Green Loan yang
dimana produk Green Loan menawarkan bunga pinjaman yang lebih rendah
dengan tenor yang dapat disesuaikan dengan kemampuan UMKM. Pendanaan
Green Loan tidak hanya menguntungkan secara finansial saja, tetapi pelaku
UMKM juga dapat berpartisipasi dalam penerapan bisnis ramah lingkungan
yang menghasilkan produk lebih sehat bagi para konsumennya.
45
4.6.2. Persepsi BNI dan Pemerintah Terhadap Produk BNI Green Loan
Selain mendapatkan persepsi produk BNI Green Loan dari sudut
pandang pelaku UMKM dan konsumen UMKM, peneliti juga memperoleh
persepsi mengenai keberlangsungan bisnis ramah lingkungan beserta sudut
pandang atas penciptaan produk BNI Green Loan dari pihak internal BNI dan
pemerintah. Dalam melakukan hal tersebut, Peneliti melakukan wawancara
dengan tiga pihak, yaitu Bapak Samuel Christian Giovanni dan Bapak I
Komang Agung Wisudha selaku pihak internal BNI dan Bapak Agus Santoso
selaku pihak pemerintah yang merupakan salah satu Staf Khusus Kementerian
Koperasi dan UKM.
Melalui wawancara yang telah peneliti laksanakan pada tanggal 7
Januari 2022 dengan Bapak Samuel Christian Giovanni selaku Relationship
Manager Bank BNI, Beliau menyatakan bahwa di BNI sendiri belum ada
produk keuangan yang dengan spesifik mendukung usaha berkelanjutan yang
dalam hal ini merupakan usaha dengan prinsip ramah lingkungan. Produk
pendanaan bagi UMKM yang memiliki minat untuk mengembangkan
bisnisnya pada sektor ramah lingkungan juga baru terdengar saat Beliau
diwawancara. Beliau menuturkan jika penciptaan produk Green Loan ini dapat
dijalankan, maka akan sangat membantu portofolio kredit hijau Bank BNI
terlebih lagi jika mampu bekerjasama dengan Pemerintah dalam penyaluran
insentif untuk produk BNI Green Loan tersebut.
Wawancara dengan pihak internal BNI kedua dilakukan dengan Bapak
I Komang Agung Wisudha selaku Kepala Pemasaran Bisnis BNI cabang Ende
pada tanggal 21 Januari 2022. Dalam wawancara, Beliau berpendapat bahwa
Green Loan belum menjadi kebijakan untuk dilaksanakan oleh BNI. Sejauh
ini, pendanaan yang dilakukan oleh Bank BNI hanya melalui KUR dengan
tingkat suku bunga 6% dan BWU (BNI Wirausaha) dengan tingkat suku
bunga 11,5%. Beliau juga berpendapat bahwa produk BNI Green Loan dapat
menjadi brand image yang sangat kuat bagi BNI dengan melakukan
segmentasi yang lebih terfokus pada sektor industri ramah lingkungan dalam
pendanaannya.
Wawancara yang dilakukan kepada Bapak Agus Santoso, salah satu
Staf Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM pada tanggal 16 Januari 2022
menyatakan bahwa pendanaan untuk bisnis ramah lingkungan ini memang
46
sedang gencar dilakukan oleh pemerintah. Utamanya pengembangan bisnis
47
skala mikro yang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan hidup. Beliau
menuturkan, pengembangan pembiayaan ini juga selaras dengan misi Presiden
dalam G20 yang akan dilaksanakan di Indonesia tahun 2022 ini sehingga
sangat
tepat apabila pada nantinya Bank sebagai lembaga penyalur dana untuk
masyarakat bisa membantu pemerintah dalam pengentasan kemiskinan dan
pengembangan usaha berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Skema
pembiayaan ini bisa dikatakan akan memiliki kemiripan dengan produk KUR
namun lebih mengedepankan aspek lingkungan hidup.
Beliau menyarankan untuk mempersempit sektor usaha mana yang akan
diberikan bantuan pembiayaan Green Loan ini. Sehingga bisa diketahui sektor
bisnisnya apakah menerapkan proses bisnis ramah lingkungan atau tidak.
Sebagai pertimbangan, beliau menyarankan pada klasifikasi usahanya kepada
usaha-usaha pada sektor kuliner, pertanian, perkebunan, peternakan,
perikanan,
fashion dan kerajinan. Beliau menuturkan apabila BNI mampu memberikan
pendanaan Green Loan kepada UMKM maka akan meningkatkan brand
image
atau nilai perusahaan dimata masyarakat.
49
Dengan memiliki banyak nasabah yang menggunakan produk BNI Green
Loan, Bank BNI juga mampu untuk meningkatkan nilai portofolio hijaunya.
4.8. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan di atas, maka dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
a. Bahwa ditemukannya minat konsumen terhadap produk usaha yang
memiliki konsep ramah lingkungan. Temuan ini dapat dilihat dari 50%
responden penelitian memilih kategori “Sangat Penting” dalam hal
Pentingnya Berbelanja Produk Ramah Lingkungan. Juga
ditemukannya 71% responden penelitian memilih kategori “Sangat
Penting” dalam hal Pentingnya Penerapan Prinsip Ramah Lingkungan
bagi Bisnis UMKM. Sehingga, dari hal ini dapat disimpulkan terdapat
demand produk yang memiliki konsep ramah lingkungan di
masyarakat. Hal ini sesuai dengan trend pasar yang telah mengarah
pada Sustainable Development Goals (SDG) yang memikirkan
kelangsungan hidup di masa depan.
b. Bahwa ditemukannya minat UMKM terhadap pilihan pembiayaan
ramah lingkungan. Temuan ini dapat dilihat dari 48% responden
penelitian memilih kategori “Sangat Tertarik” dan 31% responden
penelitian memilih kategori “Tertarik” dalam hal Skala Ketertarikan
UMKM Terhadap BNI Green Loan. Selain itu, juga ditemukan bahwa
dari 81% responden UMKM memilih kategori “Sangat Penting” dalam
hal Skala Pentingnya Penerapan Prinsip Ramah Lingkungan bagi
Bisnis UMKM. Sehingga, dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
UMKM berminat untuk menerapkan pembiayaan ramah lingkungan
dan menerapkan prinsip ramah lingkungan dalam aktivitas bisnisnya.
Disamping itu UMKM akan dapat memenuhi kebutuhan (menyediakan
supply) akan permintaan (demand) dari konsumen untuk produk
UMKM berbasis ramah lingkungan.
c. Bahwa BNI dengan kapasitas dan kapabilitasnya saat ini juga melihat
perkembangan demand yang ada, baik itu dari sisi konsumen dan juga
sisi UMKM, BNI dapat membuat sebuah produk yang memiliki fokus
pada pembiayaan ramah lingkungan bagi segmen UMKM. Produk
50
pembiayaan ini memberikan added value yang memang dibutuhkan
bagi
51
segmen UMKM yang berminat untuk menerapkan prinsip bisnis ramah
lingkungan. Keunggulan dari produk ini antara lain:
○ Bunga yang kompetitif serta tenor yang dapat menyesuaikan
dengan kemampuan UMKM.
○ BNI Green Business Akselerator: Dimana dalam program ini
UMKM ramah lingkungan akan mendapatkan edukasi seputar
pengembangan bisnis ramah lingkungan dan juga dampingan
terkait administrasi perizinan terkait bisnis UMKM.
4.9. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat Peneliti sampaikan setelah melakukan
penelitian ini adalah:
1. Peneliti merekomendasikan BNI sebuah business model canvas dalam
pengembangan produk BNI Green Loan.
2. Peneliti merekomendasikan sebuah skema pembiayaan BNI Green Loan
sebagai penunjang dari business model canvas.
52
Gambar 4. 11 Model Bisnis BNI Green Loan UMKM
45
4.10.1. Customer Segments
Dengan melihat dari data yang diambil melalui kuesioner, dapat
terlihat bahwa pengetahuan nasabah dan calon nasabah terkait penerapan
ramah lingkungan dalam proses bisnisnya, cukup mempengaruhi minat
nasabah terhadap penawaran produk Green Loan. Sehingga, dalam hal
customer segments ini kami memfokuskan segmen dari produk BNI Green
Loan UMKM berfokus pada UMKM yang berminat dengan pembiayaan
ramah lingkungan. Walaupun dalam fase awal hanya berfokus pada UMKM
yang berminat dengan pembiayaan ramah lingkungan, harapannya dalam
pengembangan produk kedepannya, UMKM yang belum berminat dengan
produk BNI Green Loan UMKM ini dapat tertarik untuk bergabung dengan
melihat contoh UMKM yang sukses menjalankan program ini.
46
4.10.3. Channels
Dalam hal desain channels guna memberikan informasi dan/atau tetap
terhubung dengan para nasabah dan calon nasabah, BNI Green Loan UMKM
menggunakan beberapa channels yang dapat diandalkan untuk mengenalkan
produk BNI Green Loan UMKM, diantaranya:
a. Digital Channels: Dengan berkembangnya teknologi digital, dan
penggunaan media sosial dan internet yang sudah cukup masif di
Indonesia, BNI Green Loan UMKM akan memanfaatkan saluran
digital guna mengenalkan produk dan tetap terhubung kepada para
nasabahnya. Contohnya antara lain, media sosial, website, iklan digital,
dan social media influencer.
b. Kemitraan dengan UMKM: Selain memanfaatkan saluran digital,
BNI Green Loan UMKM juga akan menjalin kemitraan dengan
beberapa kelompok UMKM strategis guna mengenalkan BNI Green
Loan UMKM kepada lebih banyak UMKM agar bergabung bersama
dalam layanan ini.
c. Penawaran Melalui Cabang BNI: Dengan memanfaatkan cabang
BNI yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia, product knowledge
terkait BNI Green Loan UMKM juga akan diberikan kepada seluruh
kantor cabang BNI agar dapat menjaring nasabah potensial yang
berada di sekitar wilayah cabang itu berada.
d. Workshop BNI Green Loan UMKM: Dengan membuat kegiatan
workshop untuk edukasi terkait produk BNI Green Loan, BNI
memberikan kegiatan yang mencoba menyelesaikan tantangan yang
dihadapi oleh UMKM saat ini, terlebih UMKM yang berminat dalam
hal pembiayaan ramah lingkungan.
47
b. BNI Green Business Akselerator: Memberikan edukasi dalam hal
pengembangan bisnis ramah lingkungan dan kemudahan akses
perizinan kepada para nasabah UMKM.
c. Green Brand Image: Memberikan nilai tambah atau meningkatkan
citra BNI di mata masyarakat sebagai Bank yang peduli dan
mendukung kelestarian lingkungan melalui produk dan kebijakan yang
dikeluarkan.
48
4.10.7. Key Partners
Partner bisnis yang membantu merealisasikan bisnis sehingga bisa
berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Key partner ini sangat
menentukan tingkat kesuksesan suatu produk yang dipasarkan kepada
konsumen. Pada produk BNI Green Loan ini pihak yang akan bekerja sama
antara lain:
a. Pemerintah: melalui kebijakan-kebijakan yang dikeluarkannya dalam
rangka mendukung program sustainable financing. Salah satunya bisa
dengan membuat aturan-aturan diterapkannya Green Loan. Utamanya
dalam perizinan maupun aturan pelaksana Green Loan bagi UMKM.
Diharapkan dengan adanya aturan tersebut, dapat mempermudah
UMKM dalam pengurusan perizinan sehingga akan meningkatkan
minat UMKM lain untuk ikut bergabung dalam proses bisnis ramah
lingkungan yang dibantu pembiayaan Green Loan. Disamping itu,
Pemerintah juga bisa memberikan subsidi maupun hibah sehingga
membantu Bank sebagai penyalur dana kepada masyarakat untuk
memberikan tingkat suku bunga yang rendah.
b. Lembaga Pemerhati Lingkungan: Bank akan dapat memberikan
green business akselerator bagi nasabah (UMKM) melalui skema
kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait. Hal tersebut dapat berupa
pelatihan-pelatihan bagi UMKM dalam menunjang proses bisnisnya.
c. Team Marketing: Team marketing memegang peranan penting dalam
hal penyampaian produk kepada calon nasabah (UMKM). Hal ini
karena nilai dari produk Green Loan ini harus jelas disampaikan
kepada calon nasabah supaya memahami maksud, tujuan, dan nilai dari
produk yang dipasarkan.
49
telah ditetapkan. Sehingga bunga yang didapatkan masih terbilang
kompetitif.
b. Biaya Administrasi: Biaya yang dibebankan kepada calon debitur
untuk mengkoordinasikan kegiatan penyaluran kredit dan pemasaran
produk BNI Green Loan.
4.11. Skema Pembiayaan Produk BNI Green Loan bagi UMKM Ramah
Lingkungan
Setelah melihat gambaran data yang sudah dijelaskan sebelumnya,
peneliti akan mengaitkan ketentuan dokumen tambahan untuk pemberian
Green Loan bagi UMKM. Melihat antusiasme dan kesadaran yang datang baik
dari UMKM maupun konsumen terhadap produk ramah lingkungan dikaitkan
dengan Permen LHK 5/2019 dan Pedoman Teknis POJK 51/2017 maka
Peneliti mensyaratkan beberapa ketentuan tambahan sebagai berikut:
a. Bahwa dalam pemberian Green Loan diperlukan dokumen tambahan
berupa sertifikat ramah lingkungan/ekolabel atau kriteria usaha
berkelanjutan yang telah disyaratkan oleh OJK;
b. Bahwa sertifikat ramah lingkungan/ekolabel tidak wajib diberikan oleh
UMKM selama UMKM tersebut membuktikan proses bisnis atau
distribusi produknya memenuhi kriteria usaha berkelanjutan;
50
c. Bahwa untuk menunjang hal-hal pada huruf a dan b, maka dalam
klausul perjanjian yang dibuat oleh Bank dan Nasabah (UMKM) harus
memuat ketentuan mengenai “Pengendalian Lingkungan Hidup”;
d. Bahwa klausul tambahan “Pengendalian Lingkungan Hidup”
merupakan klausul yang menunjukkan bahwa proses produksi,
distribusi, dan produk yang dikeluarkan tidak mencemari lingkungan
dan telah memenuhi salah satu standar kriteria usaha berkelanjutan
yang dikeluarkan oleh Pedoman Teknis POJK 51/2017 maupun
Sertifikat Ramah Lingkungan/Ecolabel dari KLHK.
Berdasarkan data Gambar 4.12 menunjukkan 78% UMKM tertarik dan
sangat tertarik terhadap pembiayaan Green Loan dan hanya 2% yang
menyatakan tidak tertarik. Peneliti akan mengelompokkan jenis UMKM
berdasarkan klasifikasi batas maksimum pembiayaan Green Loan merujuk
pada ketentuan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor
2 Tahun 2021 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pedoman Kredit Usaha
Rakyat, sebagai berikut:
a. Usaha Mikro (Pasal 18)
Pembiayaan usaha mikro ini mengacu pada pembiayaan KUR mikro
yakni dimulai dari Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) sampai
dengan Rp 100.000.000,00 (seratus puluh juta rupiah). Jangka waktu
yang diberikan adalah 3 (tiga) tahun untuk pembiayaan Green
Loan
yang ditujukan untuk ketentuan kredit modal kerja. Sedangkan jangka
51
Dalam pemenuhan persyaratan pembiayaan Green Loan setidaknya
usaha-usaha pada sektor tersebut harus mampu membuktikan bahwa usaha
tersebut telah melakukan:
a. Efisiensi dan efektivitas
Efisiensi dan efektivitas ini bisa ditunjukkan UMKM melalui
penggunaan sumber daya yang digunakan dalam proses bisnisnya.
Sebagai contoh pengurangan penggunaan kertas dan plastik sebagai
packaging yang sudah mulai diterapkan oleh responden. Selanjutnya,
limbah dari produk yang dihasilkan baik berupa plastik atau kertas
dapat dilakukan pemanfaatan lebih lanjut untuk dilakukan penerapan
3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau bekerjasama dengan bank sampah
setempat dalam pengumpulan dan pengolahan limbah.
b. Mitigasi
Mitigasi pada proses bisnis ramah lingkungan hasil dari pendanaan
Green Loan harus memuat
mencegah/membatasi/mengurangi/memperbaiki kerusakan lingkungan
hidup, peningkatan polusi, limbah, kerusakan ekosistem, dan
ketidakadilan/kesenjangan sosial, termasuk pencegahan dan
penanganan polusi/limbah, tidak memicu dan berdampak pada konflik
sosial, berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat,
perlindungan lingkungan hidup dan proses produksi rendah karbon.
Sebagai contoh dalam hal mengurangi limbah produksi pada usaha
furniture, limbah tersebut dapat dimanfaatkan menjadi kerajinan yang
akan memiliki nilai tambah dan ekonomis bagi produsen. Selain itu,
pada usaha peternakan dan agribisnis dapat memitigasi penghasilan gas
metana yang dihasilkan dari limbah peternakan dan agribisnis.
Oksidasi gas metana memiliki pengaruh penting terhadap
pembentukan lapisan ozon (Sanderson, 2018) dan termasuk salah satu
komponen Greenhouse Gas (GHG) (EU Science Hub, 2018). Upaya
yang bisa dilakukan dengan melakukan pengolahan kotoran sapi untuk
kompos siap jual sehingga dampak lain yang bisa didapatkan adalah
menambah keuntungan produsen. Dalam industri kuliner dapat juga
melakukan penggantian packaging menjadi lebih ramah lingkungan.
Alternatif packaging yang digunakan dapat berasal dari anyaman
52
bambu dan
53
plastik yang terbuat dari sari pati singkong yang nantinya dapat
digunakan kembali oleh konsumen.
c. Adaptasi
Dalam adaptasi, usaha-usaha dari sektor industri tersebut dapat
berkontribusi melalui perkembangan proses bisnisnya untuk
menghadapi perubahan iklim yang terjadi. Sebagai contoh dalam usaha
fashion yang bisa menggunakan pewarna alami untuk pakaian yang
dihasilkannya. Kemudian dapat juga menerapkan bundle produknya
dengan kegiatan yang mendukung pelestarian alam, seperti “dengan
pembelian satu produk kami Anda ikut berkontribusi dalam
penanaman pohon mangrove yang kami lakukan di sepanjang Pantai
Indah Kapuk Jakarta”.
Ketentuan diatas bersifat alternatif, sehingga apabila usaha-usaha
UMKM dapat memenuhi salah satu dari tiga unsur kriteria tersebut, UMKM
dapat dinilai memiliki usaha berkelanjutan dan ramah lingkungan. Jika
UMKM dinilai sudah memiliki usaha yang ramah lingkungan, nantinya Bank
BNI dapat menyalurkan pembiayaan dalam bentuk Green Loan.
Untuk dapat melihat skema lebih jelas dari pemberian Green Loan
dapat merujuk pada Gambar 4.12 di bawah ini.
54
Gambar 4. 12 Skema Pembiayaan Green Loan
54
DAFTAR PUSTAKA
55
Osterwalder A, Pigneur Y (2010) Business model generation: A handbook for
visionaries, game changers, and Challengers. Wiley, Hoboken, NJ
Rahman H (2000) Kebijakan Kredit Perbankan Yang Berwawasan Lingkungan.
Citra Aditya Bakti, Bandung
Rosadi D (2021) Survei UNDP: 95 Persen Umkm Berminat terapkan Usaha
Ramah Lingkungan. In: Perdagangan Katadata.co.id.
https://katadata.co.id/doddyrosadi/berita/61681c66c21c2/survei-undp-
95-persen-umkm-berminat-terapkan-usaha-ramah-lingkungan. Accessed
15 Jan 2022
Salim E (1990) Pembangunan Berwawasan Lingkungan. LP3ES, Jakarta
https://ec.europa.eu/jrc/en/news/reducing-methane-emissions-can-play-key-
role-reducing-ozone-worldwide. Accessed 27 Jan 2022
Sanderson M (2018) Climate change, methane and ozone. In: Env Chem Group.
Available:https://www.envchemgroup.com/climate-change-methane-
and- ozone.html#:~:text=Oxidation%20of%20methane%20is
%20responsible, by%20the%20levels%20of%20ozone. Accessed 27 Jan
2022
Saputra, R. H., Baba, J. A., & Siregar, G. Y. (2018). Penilaian kinerja dosen
menggunakan modifikasi skala likert dengan metode simple additive
weighting. Explore: Jurnal Sistem informasi
dan telematika, 9(1).
https://doi.org/10.36448/jsit.v9i1.1029
Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta,
Bandung
Usman R (2003) Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta
World Bank Group (2021) Climate Explainer: Green loans. In: World Bank.
https://www.worldbank.org/en/news/feature/2021/10/04/what-you-need-
to-know-about-green-loans. Accessed 14 Jan 2022
56
LAMPIRAN
57
58
59
Lampiran 2. Daftar Pertanyaan Kuesioner untuk Pelaku UMKM
60
61
62
63
64
65
Lampiran 3. Daftar Pertanyaan Wawancara Karyawan BNI
66