Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ory Sativa Syakban, S.Pd.

I
Institusi : Anggota KPU Kabupaten Padang Pariaman, Divisi Teknis Penyelenggaraan
Topik : Tata Kelola Pemilu
Judul : Ideal Daftar Pemilih Yang Berkelanjutan

I. PENDAHULUAN
Catatan Sejarah Pemutakhiran Daftar Pemilih di Indonesia, Pemutakhiran Daftar Pemilih
Berkelanjutan (PDPB) bukan sesuatu yang baru, namu aktual untuk diimplementasikan
secara serius. Pasal 14, 17 dan 20 UU 7 tahun 2017 tentang Pemilu, mewajibkan KPU,
KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/kota melaksanakan pemutakhiran dan memelihara Data
Pemilih secara berkelanjutan.
PDPB merupakan upaya memperbaharui Data Pemilih berdasarkan DPT Pemilu atau
Pemilihan terakhir dan telah disinkronisasikan dengan data kependudukan secara nasional.
Pasca Pemilu 2019, KPU melaksanakan PDPB dengan Tujuan memelihara,
memperbaharui dan mengevaluasi Daftar Pemilih secara terus menerus dan berkelanjutan,
guna mempermudah proses pemutakhiran data dan Penyusunan Daftar Pemilih Pemilu
berikutnya.
Pelaksanaan PDPB harus mampu menyediakan informasi pemilih yang Komprehensif,
akurat dan muktahir. Daftar Pemilih Komprehensif menggambarkan informasi pemilih
yang lengkap dan luas, memuat seluruh Data WNI dimanapun berada yang memenuhi
persyaratan dan diakomodir menjadi pemilih untuk dapat menggunakan hak pilihnya di
Hari Pemungutan Suara.
Daftar Pemilih Muktahir menggambarkan kondisi realtime pemilih yang terus menerus
diperbaharui, dan Akurat menggambarkan kebenaran Daftar Pemilih secara jumlah dan
akurasi elemen serta dapat dipertanggungjawabkan. Setidaknya Daftar Pemilih
Berkelanjutan menyasar tiga hal, menambah pemilih baru yang belum terdaftar dalam
Daftar Pemilih, mencoret pemilih yang Tidak lagi Memenuhi Syarat sebagai Pemilih, dan
memperbarui elemen Data Pemilih secara berkelanjutan.
Penulis berkeyakinan, pilihan kebijakan Daftar Pemilih Berkelanjutan adalah suatu
keniscayaan memperkuat partisisipasi masyarakat Indonesia secara sukarela dalam setiap
agenda pemerintahan dan dalam setiap proses politik secara langsung dan tidak langsung,
serta menghadirkan Data Pemilih yang komprehensif, akurat dan mutakhir, dan menjamin
penyelenggaran Pemilu berikutnya yang berintegritas.

II. BADAN
Substansi dalam setiap Penyusunan Daftar Pemilih adalah berkenaan dengan pemenuhan
hak konstitusional, hak yang melekat pada setiap Warga Negara Dewasa yang tidak boleh
dinegasikan dengan argumentasi apapun.
Pemutakhiran Daftar Pemilih menggunakan Sistem Cuontinus List, semenjak dimulai tahun
2020, dilaksanakan setiap bulannya oleh KPU kabupaten/kota, tiap 3 bulan oleh KPU
Provinsi dan 6 bulan sekali di tingkat KPU RI. Meski demikian, PDPB memiliki segudang
problem yang unik di lapangan, penulis mencoba menggambar problematika PDPB yang
terjadi berdasarkan pengalaman, meski pelaksanaannya sudah diatur PKPU 6 tahun 2021
tentang PDPB.
Problematika PDPB tersebut antara lain, Pertama, Pemilih adalah subyek yang sangat
dinamis. Setiap saat ada yang lahir dan meninggal dunia, alih status sipil ke TNI/Polri dan
sebaliknya, pindah domisili, memasuki usia dewasa politik yakni telah berumur 17 tahun
atau sudah menikah, potensi perubahan elemen data karena satu dan lain hal.
Kedua, Sumber Data yang tidak tunggal. Setidaknya ada 5 (Lima) sumber data yang
harus disinkronkan dan dimutakhirkan oleh KPU, yakni DPT Pemilu atau Pemilihan
terakhir, Data Hasil Konsolidasi Dirjen Dukcapil setiap 6 bulan sekali, data dari
Kementerian atau lembaga lainnnya yang diperoleh melalui Forum Koordinasi PDPB, Data
Pemilih dari formulir Daftar Pemilih Tambahan yang berada dalam Kotak Suara Tersegel
hasil Pemilu atau Pemilihan terakhir, ditambah dengan data masukan dan tanggapan
masyarakat.
Ketiga, Partisipasi Publik yang masih relatife rendah, Baik partisipasi publik dalam bentuk
kesadaran tertib administrasi kependudukan, seperti pembuatan akta kelahiran dan
kematian, perekaman KTP, administrasi pindah domisili, perubahan elemen data dan
sebagainya, Sehingga update Data Dirjen Dukcapil sekali 6 bulan tersebut, mustahil
mengakomodir data warga yang tidak tertib administrasi tersebut. Poin Ini yang menjadi
penyebab utama ditemukan masalah hampir di setiap tahap Pemutakhiran dan Penyusunan
Daftar Pemilih.
Selanjutnya partisipasi publik dalam bentuk merespon kebijakan Daftar Pemilih
Berkelanjutan, kesukarelaan warga memberikan tanggapan pemutakhiran data ke KPU
relatif rendah selain karena belum masifnya sosialisasi yang dilakukan, termasuk
persoalan kesadaran memberikankan masukan, meski sudah mengetahui kebijakan
tersebut, Maupun Paritispasi publik dalam bentuk penyediaan Perubahan Data penduduk
oleh kementerian dan lembaga termasuk dari Parpol, kontribusi memberikan informasi
data, masukan, dan koreksi sangat minim, dan Forum Koordinasi Daftar Pemilih
Berkelanjutan cenderung pasif dan berjalan hambar, tensi forum jauh dari kata “panas”.
Keempat, Kondisi elemen data yang tidak lengkap. Hal ini dikarenakan data respon dari
lembaga lainnnya yang diberikan kepada KPU Kabupaten/Kota melalui forum Koordinasi
PDPB atau masukan dan tanggapan masyarakat, elemen datanya cendrung tidak lengkap
atau data dukung tidak memadai, sehingga sulit untuk dimutakhirkan. Di dalam PKPU
Nomor 6 Tahun 2021 tentang PDPB, setidaknya Daftar Pemilih memuat elemen data NIK,
Nomor KK, Nama lengkap, Tempat lahir, Tanggal lahir, Jenis kelamin, Status perkawinan,
Alamat, RT, RW, dan Jenis disabilitas.
Sementara secara etika dan hukum, KPU Kabupaten/Kota dapat merespon partisipasi
publik tersebut dengan maksimal, yang pada akhirnya melakukan berbagai upaya, selain
pelacakan melalui koordinasi dengan berbagai pihak pemberi data, Dinas Dukcapil dan
bahkan tidak tertutup kemungkinan dengan cara verifikasi faktual langsung ke alamat
domisili warga agar dapat diidentifikasi, hal ini tentu membutuhkan biaya yang tidak kecil
dan SDM.
Kelima, Belum ada sumber data lain bagi KPU Kabupaten/Kota dalam melakukan
pembaruan data setiap bulannya, serta metode apa yang digunakan untuk mendapatkannya.
Mekanisme kerja PDPB yang digambarkan dalam PKPU nomor Tahun 2021 tentang
PDPB, terkesan KPU lebih pasif dibanding dengan Pemutakhiran Daftar Pemilih dengan
System Periodic List.
Data penduduk yang sangat dinamis, memiliki potensi MS dan TMS, Pemilih Baru atau
perubahan elemen Data Pemilih. PDPB tidak menggunakan nomenklatur adhoc dan coklit
dalam regulasinya, sementara pemerintah hanya memberikan data kependudukan yang
dikonsolidasikan setiap enam bulan kepada KPU sebagai bahan pemutakhiran data pemilih
dan giat pemutakhiran dilaksanaka setiap bulan oleh KPU kabupaten/Kota. Disisi lain
pihak Disdukcapil kabupaten/kota belum memberikan akses perubahan data harian kepada
KPU Kabupaten/Kota mengingat regulasi yang mengatur terkait kewenangan, akses dan
Perlindungan Data Kependudukan sebagaimana dalam UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Adminduk”.
Keenam, Keterbatasan anggaran dan SDM, anggaran yang mampu membiayai ruang
lingkup kegiatan PDPB yang wajib dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota, baik kegiatan
yang secara eksplisit disebutkan dalam Peraturan KPU, maupun kegiatan yang secara
otomatis muncul sebagai konsekuensi dari PDPB, Termasuk SDM yang mendukung
keberhasilan Giat PDPB. Dalam kondisi tertentu, Dimungkinkan adanya upaya verifikasi
faktual terhadap data pemilih hasil masukan dan tanggapan masyarakat, hasil koordinasi
atau saran perbaikan Bawaslu, Parpol dan pihak terkait lainnya, maupun berdasarkan hasil
pencermatan sendiri, yang memiliki konsekwensi pemutakhiran terhadap data pemilih, dan
SDM yang mumpuni tentu menjadi urgent dibutuhkan.

III. KESIMPULAN
Kiranya penulis berpendapat bahwa pilihan menjaga dan memelihara data pemilih melalui
agenda PDPB perlu dibarengi dengan ikhtiar yang ideal dalam mendefinisikan dan
Mengimplementasikan Pemutakhiran Daftar Pemilih Berkelanjutan, Serta metode-metode
yang digunakan secara berkemajuan, untuk meneguhkan keberlangsungan Data Pemilih
Berkelanjutan, sehingga memperoleh data yang muktahir, akurat, dan komprehensif, dan
agenda ini tidak dianggap sebagai upaya yang biasa-biasa saja.
Penyempurnaan data pemilih adalah salah satu upaya perbaikan demokratisasi melalui
Pemilu, KPU tidak dapat bekerja sendiri, perlu ada upaya optimal dari berbagai pihak.
Peluangnya adalah diantaranya melalui Implementasi Visi Indonesia menuju 2045 yakni
terwujudnya Negara yang demokratis, kuat dan bersih, berupa kebijakan Satu Data
Indonesia (SDI) yang dicanangkan oleh presiden melalui perpres 39 tahun 2019 tentang
SDI.
Melalui Forum Satu Data Indonesia, KPU dapat mendorong terobosan hukum dan
kebijakan yang mampu memayungi berbagai lembaga dan kementerian yang diantara
output kewenangannya terkait data kependudukan atau berimplikasi terhadap perubahan
elemen data penduduk, dengan prinsip saling menghormati tugas dan fungsi masing-
masing dan tetap mengedepan perlindungan Data Pribadi.
Terobosan kebijakan Satu Data Pemilu yang terintegrasi antar lembaga dan kementerian
tersebut, mutakhir secara realtime, berbagai lembaga dan kementerian dapat mengelola
metadata kependudukan secara Interoperabilitas, fakta bahwa semua lembaga dan
kementerian sudah menggunakan system elektronik dan saling berinteraksi menggunakan
tegnologi informatika.
Seperti Kemendagri, KemenLU, Kemenag, KemenKumHAM, KemenPUPR, KemenKes,
TNI, POLRI, BPBN dan Satgas Covid-19, termasuk kementerian dan lembaga lainnnya
dapat berbagipakai data kependudukan dan terintegrasi secara realtime.
Sebagai contoh imajiner, ketika kementerian agama mencatat adanya warga yang menikah,
atau ketika seorang warga menjadi anggota TNI /POLRI dan Pengadilan memutuskan
Pencabutan Hak Politik seorang terdakwa, secara real time berubah elemen data warga-
warga tersebut di Kemendagri, dan sidalih KPU mampu mengakomodir dengan cara men-
TMS-kan atau menkonfirmasi notifikasi perubahan dan penambahan data pemilih
dimaksud dengan kerangka regulasi yang dimiliki.
Ideal berikutnya, kebijakan Daftar Pemilih Berkelanjutan mesti disosialisasikan secara
luas, sama dengan sosialisasi Daftar Pemilih ketika hendak pemilu, seperti sosialisasi
coklit, GMHP dan penempelan DPS atau DPT disetiap TPS dan kegiatan lainnnya, PDPB
meski diperlakukan sama dalam bentuk sosialisasi dan anggaran.
Radikalnya, Bahkan setiap rumah warga, layar Smartphone, televisi dan media berjaringan
warga, terpajang ajakan tertib administrasi kependudukan dan ajakan memberikan
masukan dan tanggapan terhadap perubahan data kependudukannya kepada KPU.
Selain membuka akses partisipasi seluas-luasnya terhadap masyarakat melalui berbagai
layanan mudah yang direspon dengan cepat, pilihan dalam bentuk dorongan parpol kepada
konstituennya dalam memberikan tanggapan dan masukan terhadap Daftar Pemilih
berkelanjutan, termasuk opsi penting, bahkan tidak tertutup kemungkinan menggunakan
opsi verifikasi factual menjadi salah satu metode pemutakhiran, tentu aturan teknis KPU
dapat mengakomodir pilihan metode-metode diatas pada akhirnya.
Agaknya kita optimis, hadirnya Daftar Pemilih yang komprehensif, akurat dan mutakhir
pada pemilu berikutnya, bukanlah sebuah ilusi, dan penyelenggaran Pemilu dan pemilihan
yang berintegritas, Luber dan Jurdil adalah suatu kepastian ikhtiar.

Anda mungkin juga menyukai