DAN BERINTEGRITAS
Indonesia sebagai salah satu Negara demokrasi terbesar di dunia telah menetapkan
enam ukuran pemilu yang demokratis yakni langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil.
Hal itu termuat dalam pasal 22E ayat 1 Undang Undang Dasar 1945. Undang Undang Pemilu
dan Penyelenggara Pemilu yang menjadi turunannya kemudian menambah beberapa keriteria
lagi seperti transparan, akuntabel, tertib dan profesional.
Sementara itu, dari sisi penyelenggaraan dan dalam hal tata kelola pemilu perlu ada
terobosan yang harus dilakukan KPU untuk menghadirkan pemilu yang berkualitas dan
berintegritas. Terobosan ini setidaknya menyasar tiga aspek utama yakni menata akses
informasi public, menjamin hak konstitusional warga Negara dan menjaga otentisitas suara
rakyat.
Demikian pula dalam hal menjaga otentisitas suara rakyat adalah hal penting dalam
tata kelola pemilu. Untuk itu, KPU harus menerapkan membuka dokumen hasil penghitungan
suara di TPS dan rekap di setiap jenjang kepada publik. Dokumen tersebut bisa dibaca dan
sekaligus didownload oleh publik yang membutuhkannya.
Persoalan lain yang terkait dengan Pemilu serentak 2019 adalah anggaran pemilu dan
potensi keamanan yang dapat memicu konflik dalam proses pengamanan pelaksanaan pemilu
serentak. Poinnya adalah kekurangan angggaran pilkada, selain dapat berpotensi konflik juga
dapat menurunkan kualitas penyelenggaraan pemilu serentak.
Secara akademis, konsep pemilu serentak hanya berlaku dalam sistem pemerintahan
presidensial. Penggabungkan pelaksanaan pemilu legislatif dan pemilu eksekutif dalam satu
hari pemilihan bertujuan untuk menciptakan pemerintahan hasil pemilu yang kongruen dan
menghasilkan pemerintahan stabil dan efektif. Melalui format pemilu serentak, keterpilihan
calon presiden akan mempengaruhi keterpilihan calon anggota legislatif karena
kecenderungan pemilih setelah memilih calon presiden, akan memilih partai politik atau
koalisi partai politik yang mencalonkan presiden yang dipilihnya.