Disusun Oleh:
Heny Kusmawati, M.S.I
2017
Heny Kusmawati, MSI, STRATEGI BELAJAR MENGAJAR 2017 Page 1
“KETERANGAN”
DIKTAT STRATEGI BELAJAR MENGAJAR PERTEMUAN 1-6 INI HANYA
SEBAGAI KOMPLEMEN PELENGKAP SECARA KASAR YANG DAPAT DIBACA
MAHASISWA SEBELUM DIBERIKAN HANDOUT DALAM BENTUK POWER
POINT KARENA PERTEMUAN 1-6 BERSIFAT TEORITIK DAN PERTEMUAN 7-
15 BERSIFAT APLIKATIF
“IDENTITAS”
Untuk mempermudah pengumpulan tugas mahasiswa: silahkan semua file tugas laporan
dijadikan satu diketua kelas untuk diemail kan ke kusmawati.heny@gmail.com. Bagi kelas
yang mengumpulkan akan diupload di academia.edu untuk bahan arsip mata kuliah strategi
belajar mengajar STAIP dan silahkan kumpulkan tugas tepat pada waktunya dalam bentuk
laporan dan cd yang berisi video. Silahkan tanya bagi yang mengalami kendala tentang tugas
di no wa 085641575671 agar hasil penilaian dapat maksimal.
Strategi pengajaran yang berpusat pada guru, menunjukkan ciri yaitu guru yang
mendominasi semua proses belajar-mengajar, artinya semua kegiatan dimulai dari
inisiatif dan keputusan guru. Sedangkan strategi pengajaran yang berpusat pada
peserta didik menunjukkan ciri bahwa peserta didik-lah yang berinisiatif dalam
menentukan keputusan.
Ada berbagai macam bentuk strategi pengajaran, yaitu (1) strategi komando: strategi
pembelajaran terbimbing, (2) strategi resiprokal: strategi pembelajaran berdasarkan
ketrampilan, (3) strategi program individual: strategi pembelajaran berdasarkan peserta
1) Tahap Sensorimotor (0‐2 tahun), bayi lahir memiliki sejumlah refleks bawaan
yang mendorong untuk mengeksplorasi dunianya. Masa ini juga sering disebut
sebagai masa oral cenderung menggunakan mulut.
2) Tahap Pra-operasional (2‐7 tahun), pada tahap ini peserta didik mulai belajar
menggunakan dan merepresentasikan objek dengan menggunakan gambaran dan
bahasa tanda lebih bersifat egosentris dan intuitif ketimbang logis.
3) Tahap Operational Konkrit (7‐11 tahun), Pada tahapan ini peserta didik mulai
menghilangkan sifat egosentrisnya untuk melihat sesuatu dari sudut pandang
orang lain. Pada tahap ini pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses
dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, Pada rentang usia ini peserta
didik mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
a) mulai memandang dunia secara objektif, berpindah dari satu aspek situasi ke
aspek lainnya secara reflektif serta memandang unsur-unsur secara serentak;
e) memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan
berat.
Pertumbuhan fisik, baik secara langsung maupun tidak tidak langsung akan
mempengaruhi prilaku peserta didik sehari-hari. Berikut penjelasan terkait
pertumbuhan biologis peserta didik usia SD:
1) Peserta didik usia masuk kelas satu SD berada dalam periode peralihan dari
pertumbuhan cepat masa peserta didik peserta didik awal ke suatu fase
perkembangan yang lebih lambat. Ukuran tubuh peserta didik relatif kecil
perubahannya selama tahun tahun di SD.
2) Usia 9 tahun tinggi dan berat badan peserta didik laki‐laki dan perempuan
kurang lebih sama. Sebelum usia 9 tahun peserta didik perempuan relatif
sedikit lebih pendek dan lebih langsing dari peserta didik laki‐laki.
3) Akhir kelas empat, pada umumnya peserta didik perempuan mulai mengalami
masa lonjakan pertumbuhan. Lengan dan kaki mulai tumbuh cepat.
2) Jenis Kelamin, Kecenderungan ini terjadi karena bangun tulang dan otot pada
peserta didik laki-laki memang berbeda daripada peserta didik perempuan.
3) Gizi dan kesehatan, peserta didik yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih
tinggi tubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan
dengan yang memperoleh gizi kurang.
4) Status sosial ekonomi, fisik peserta didik dari kelompok keluarga sosial
ekonomi rendah cenderung lebih kecil daripada peserta didik dari keluarga
dengan status sosial ekonomi yang cukup atau tinggi.
1) Senang bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang
bermuatan permainan lebih terutama untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di
dalamnya.
2) Senang bergerak
Guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
berpindah atau bergerak. Menyuruh peserta didik untuk duduk rapi untuk jangka
waktu yang lama, dirasakan peserta didik sebagai siksaan.
3) Peserta didik senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulannya dengan kelompok sebaya, peserta didik belajar aspekaspek yang
penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada orang lain.
4) Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung
Ditinjau dari teori perkembangan kognitif, peserta didik SD memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan
konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, peserta
didik membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan,
jenis kelamin, moral, dan sebagainya.
5) Peserta didik manja
Guru harus membuat metode pembelajaran yang dapat membimbing dan
mengarahkan peserta didik, serta membentuk mental peserta didik agar tidak cengeng.
Pada peserta didik-peserta didik yang melakukan aktivitas fisik dipengaruhi oleh
kecenderungan sifat yang dimiliki (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991), antara lain:
b. Berfikir Kasualis
Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja sudah mulai
berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan, masih
menganggapnya sebagai peserta didik kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.
Misalnya, remaja makan didepan pintu, kemudian orang tua melarangnya sambil
berkata “pantang”. Sebagai remaja mereka akan menanyakan mengapa hal itu tidak
boleh dilakukan dan jika orang tua tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan
maka dia akan tetap melakukannya.
Apabila guru/pendidik dan orang tua tidak memahami cara berfikir remaja,
akibatnya akan menimbulkan kenakalan remaja berupa perkelahian antar pelajar.
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Pada periode ini, idealnya
para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang
sedemikian rupa sehingga mereka dengan mudah dapat membayangkan banyak
alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau hasilnya. Kapasitas
berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
multi-dimensi seperti ilmuwan. Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya,
tetapi mereka akan memproses informasi itu serta mengadaptasikannya dengan
pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman masa
lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana
untuk masa depan. Dengan kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu
mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Pada kenyataan, di negara-negara berkembang (termasuk Indonesia) masih
sangat banyak remaja (bahkan orang dewasa) yang belum mampu sepenuhnya
mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Sebagian masih
tertinggal pada tahap perkembangan sebelumnya, yaitu operasional konkrit, dimana
pola pikir yang digunakan masih sangat sederhana dan belum mampu melihat masalah
Salah satu contoh penerapan teori perkembangan intelektual adalah model klinik.
Tujuan model ini adalah: (1) mengembangkan prosedur cair terstruktur yang memungkinkan
peserta didik bergerak secara spontan searah penalarannya sekaligus menghasilkan informasi
definitif tingkat penalaran, (2) pengujian klinik bersifat eksperimental karena pelakunya
menetapkan sendiri masalah, membuat hipotesis, meangadaptasi lingkungan, dan akhirnya
mengontrol setiap hipotesis dengan mengujinya terhadap reaksi-reaksi yang dia rangsang
dalam percakapan.
Menurut pendekatan ini, peserta didik-peserta didik secara bertahap mengembangkan
kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka dapat
mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Berikut ini, akan dikemukakan
B. Konsep Didaktik
Didaktik berasal dari kata Yunani, yaitu didasko asal kata didaskein atau
pengajaran yang berarti perbuatan atau akativitas yang menyebabkan timbulnya
kegiatan baru pada orang lain. Didaktikus berarti pandai mengajar, sedangkan didaktika
berarti gaya mengajar. Didaktika dibagi atas didaktik umum dan didaktik khusus.
Didaktik umum memberikan prinsip-prinsip yang umum yang berhubungan dengan
penyajian bahan pelajaran agar peserta didik dapat menguasai suatu bahan pelajaran.
Prinsip-prinsip ini berlaku bagi semia mata pelajaran. Sebagai contoh tentang masalah
minat, peragaan, motivasi dan sebagainya. Hal ini berlaku bagi semua mata pelajaraan.
Sedangkan didaktik khusus membicarakan tentang cara mengajarkan mata pelajaran
1. Asas Motivasi
2. Asas Aktivitas
Maksud dari asas aktivitas adalah asas untuk mengaktifkan fisik dan psikis
peserta didik yang sedang belajar. Asas ini sangat penting dalam mengajar pendidikan
3. Asas Individualistis
4. Asas Peragaan/Praktik
5. Asas Apersepsi
Asas apersepsi berhubungan dengan cara menyampaikan pelajaran, yakni
menghubungkan dengan apa yang telah dikuasai peserta didik. Yang dimaksud dengan
apersepsi adalah: menyatukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan berdasarkan
pengalaman yang telah dimiliki dengan demikian dapat memahami dan dapat
menafsirkannya. Contohnya: menanyakan tentang kunjungan ziarah makam ke makam
sunan kepada peserta didik karena bab yang akan dipelajari adalah walisongo.
7. Asas Pengulangan
8. Asas Evaluasi
C. Tahapan Instruksional
Secara umum ada tiga pokok dalam strategi mengajar yakni tahap permulaan (pra-
instruksional), tahap pengajaran (instruksional), dan tahap penilaian dan tindak lanjut. Ketiga
tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat pengajaran. Jika satu tahapan tersebut
ditinggalkan, maka sebenarnya tidak dapat dikatakan telah terjadi proses pengajaran.
1. Tahap Pra-instruksional
Tahap pra-instruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses
belajar dan mengajar. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau oleh peserta
didik pada tahapan ini:
1. Sistem Disiplin
Dalam penyelenggaraan PAI belum ada satu pola baku untuk mendisiplinkan para
peserta didik. “Dua pendekatan yang dapat digunakan yakni center’s assertive
disipline dan hellinson’s levels of affektif.”
Apa pokok pikiran yang melandasi kedua pendekatan tersebut yaitu sebuah
anggapan yang dianggap sudah benar yakni peserta didik pada dasarnya tidak patuh
maka dari itu tugas guru adalah untuk mendidik peserta didik yang tidak patuh itu.
Hal ini bukan hanya untuk kepentingan peserta didik yang tidak patuh tetapi juga bagi
peserta didik lainnya.
Sistem ini diajarkan kepada peserta didik sejak tahun pertama hingga tahun-
tahun berikutnya, sepanjang dinilai masih diperlukan. Guru yang beranggapan bahwa
peserta didik berperilaku baik-baik akan mengalami persoalan yaitu jika terjadi
perilaku tidak disiplin, maka dia akan kalang kabut dan memecahkan masalah secara
seketika.
“Apa keuntungan bagi guru jika ada sebuah sistem yang menanamkan perilaku
disiplin?”. Adapun keuntungannya adalah guru memiliki pegangan yang dapat
diandalkan sebagai panduan untuk mendidik para peserta didik sehingga perilaku
berdisiplin. Dengan sistem itu, maka keputusan guru lebih terarah dan jelas.
a. Penegasan Disiplin
Konsep berperilaku berdisiplin yang dikembangkan oleh Canter dan di
gunakan untuk membina kedisiplinan peserta didik di sekolah seluruh
Indonesia yakni memiliki 9 butir:
1) Semua peserta didik dapat berperilaku bertanggung jawab
2) Kontrol yang ketat ( bukan pasif atau cemburu) adalah fair.
3) Harapan yang beralasan (peraturan, perilaku yang terpuji, komunikasi
yang jelas)
4) Guru perlu mengharapkan perilaku yang pantas dari peserta didik dan
menerima dukungan dari pimpinan dan orang tua untuk merangsangnya.
5) Perilaku yang pantas perlu diperkukuh sementara perilaku yang tidak
patut perlu dijawab dengan konseksuensi logis
Pra-Pertemuan
1. Tujuan / sasaran pelajaran (pokok bahasan) (berisi: persiapan)
2. Pemilihan gaya mengajar
3. Gaya belajar yang diharapkan
4. Siapa yang akan diajar
5. Pokok bahasan
6. Di mana mengajar (lokasi)
7. Kapan mengajar:
i Waktu mulai
ii Kecepatan dan irama pelajaran
iii Lama pelajaran
ivWaktu berhenti
v Interval
viWaktu pengakhiran
8. Sikap tubuh
9. Pakaian dan penampilan
10. Komunikasi
11. Cara menjawab pertanyaan
12. Rencana organisasi
13. Parameter
14. Suasana kelas / pelajaran
15. Materi dan prosedur evaluasi
16. Lain-lain
Sumber: Muska Mosston & Sara Ashworth (2008), Teaching Physical Educations
First Online Edition
1) Tidak ada gaya mengajar yang paling baik untuk selamanya. Setiap gaya mengajar
memiliki kelebihan dan kekurangan tertentu pada gaya itu sendiri. Faktor-faktor
ini harus ditekankan yang berkaitan dengan tujuan-tujuan tertentu dari pelajaran,
kesiapan peserta didik untuk mengambil keputusan faktor lain.
2) Ada periode yang membuat atau menyebabkan berhenti yang harus diamati, jika
gaya mengajar beralih ke arah yang lebih menekan kepada peserta didik pada akhir
dari rangkaian kesatuan gaya mengajar. Orang (peserta didik) yang tidak pernah
memiliki kesempatan untuk membuat keputusan di dalam kelas/pelajaran tidak
dapat mengemukakan dasar pemikiran yang bersifat emosional dan intelektual,
diharapkan melakukan atau membuat lebih banyak keputusan dalam pembelajaran.
Sebaliknya, guru yang membiasakan mendominasi membuat keputusan
seharusnya berusaha mengekang perilaku ini dan memberikan lebih banyak
kesempatan (Keleluasaan) pada peserta didik untuk membuat dari gaya mengajar
1) Pokok bahasan
2) Tugas-tugas
3) Organisasi
4) Dan lain-lain
b) Semua keputusan selama pertemuan berlangsung dibuat oleh guru:
2) Selama pertemuan:
3) sesudah pertemuan:
d) Tentukan parameter-parameternya
c. Merencpeserta didikan:
PERTEMUAN IV
1) pendekatan kontekstual
Pendekatan kontektual (contextual teahing and learning – CTL) sebagai
model pembelajaran untuk membangun pengetahuan dan keterampilan
berpikir melalui bagaimana belajar dikaitkan dengan situasi nyata
dilingkungan sekitar peserta didik, sehingga hasilnya lebih bermakna.
Pembelajaran kontekstual dirancang dengan tujuan untuk meningkatkan minat
dan prestasi belajar, disamping membekali peserta didik dengan pengetahuan
yang secara fleksibel dapat diterapkan antar permasalahan dan antar konteks.
Untuk mencapai tujuan tersebut, CL akan menuntun peserta didik untuk:
a) melakukan hubungan yang bermakna
b) mengeerjakan kegiatan yang berarti
c) mengatur cara belajar sendiri
d) bekerja bersama
e) berpikir kritis dan kreatif
f) memelihara pribadi peserta didik
g) mecapai standar yang tinggi
h) menggunakan penilaian autentik
b) Laksanakan peserta sejauh mungkin kegiatan inkuri untuk semua topik sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh pesertadidik bukan sekedar hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Siklus kegiatan
inkuri yaitu merumuskan masalah, obeservasi, bertanya, mengajukan dugaan,
pengumpulan data dan penyimpulan.
c) Kembangkan sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya karena pengetahuan yang
dimiliki seseorang selalu berawal dari bertanya. Dalam pembelajaran kegiatan
bertanya berguna untuk menggali informasi, mengecek pemahaman peserta didik,
membangkitkan respon peserta didik, mengetahui sejauhmana sifat keingintahuan
peserta didik, mengetahui hal-hal yang sudah diketahui oleh peserta didik,
memfokuskan perhatian peserta didik, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan
dari peserta didik dan menyegarkan kembali pengetahuan peserta didik.
f) Lakukan refleksi di akhir pertemuan agar peserta didik terbiasa untuk menelusuri
kembali pengalaman belajar yang telah dilakukan sekaligus berpikir tentang apa yang
g) Lakukan penilaian yang sebenarnya sela dan setelah proses pembeajarn dengan
berbagai cara untuk memberikan gambaran tentang perkembangan belajar peserta
didik. Hasil penilaian ini yang lebih penting untuk membantu agar peserta didik
mampu belajar bagaimana belajar, bagaimana belajar, bukan diperolehnya sebanyak
mungkin informasi.
2) Pendekatan tematik
Pendekatan tematik sebagai suatu pembelajaran di mana materi yang akan
dipelajari oleh peserta didik disampaikan dalam bentuk topik-topik dan tema yang
dianggap relevan digunakan dalam kurikulum K-13. Pembelajaran dengan pendekatan
tematik dapat dilakspeserta didikan untuk satu disiplin ilmu atau multidisiplin ilmu.
Ciri-ciri Pembelajaran Tematik Terpadu
a) Berpusat pada peserta didik.
c) Pemisahan antar muatan pelajaran tidak begitu jelas (menyatu dalam satu pemahaman
dalam kegiatan).
d) Menyajikan konsep dari berbagai pelajaran dalam satu proses pembelajaran (saling
terkait antar muatan pelajaran yang satu dengan lainnya).
e) Bersifat luwes (keterpaduan berbagai muatan pelajaran).
f) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik (melalui penilaian proses dan hasil belajarnya).
Sebelum melaksanakan pemilihan materi pembelajaran PAI, terlebih dahulu perlu
diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran PAI. Kriteria pokok pemilihan materi
pembelajaran adalah standar kompetensi lulusan, standar kompetensi, dan kompetensi dasar.
Hal ini berarti bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu
pihak dan harus dipelajari siswa di lain pihak hendaknya berisikan materi pembelajaran yang
benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata
lain, pemilihan materi pembelajaran haruslah mengacu atau merujuk pada standar
kompetensi.
Setelah diketahui kriteria pemilihan materi pembelajaran, sampailah kita pada
langkah-langkah pengembangan materi pembelajaran. Secara garis besar langkah-langkah
pengembangan materi pembelajaran meliputi:
1) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang menjadi acuan atau rujukan pengembangan materi pembelajaran;
2) mengidentifikasi jenis-jenis materi materi pembelajaran;
3) memilih materi pembelajaran yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi; dan
4) memilih sumber materi pembelajaran dan selanjutnya mengemas materi pembelajaran
tersebut.
3) Memilih jenis materi yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan
kompetensi dasar
Pemilihan jenis materi harus disesuaikan dengan kompetensi dasar dan standar
kompetensi yang telah ditentukan. Selain itu, perlu diperhatikan pula jumlah atau ruang
lingkup yang cukup memadai sehingga mempermudah siswa dalam mencapai standar
kompetensi. Sebagaimana disebutkan di point B di atas, materi yang akan diajarkan
perlu diidentifikasi apakah termasuk jenis fakta, konsep, prinsip, prosedur, afektif, atau
gabungan lebih daripada satu jenis materi. Dengan mengidentifikasi jenis-jenis materi
yang akan diajarkan, maka guru akan mendapatkan kemudahan dalam cara
mengajarkannya. Identifikasi jenis materi pembelajaran juga penting untuk keperluan
mengajarkannya, sebab setiap jenis materi pembelajaran memerlukan strategi
pembelajaran atau metode, media, dan sistem evaluasi/penilaian yang berbeda-beda.
a. Buku teks
Buku teks yang diterbitkan oleh berbagai penerbit dapat dipilih untuk digunakan
sebagai sumber materi pembelajaran. Buku teks yang digunakan sebagai sumber materi
pembelajaran untuk suatu jenis matapelajaran tidak harus hanya satu jenis, apa lagi
hanya berasal dari satu pengarang atau penerbit. Gunakan sebanyak mungkin buku teks
agar dapat diperoleh wawasan yang luas.
Laporan hasil penelitian yang diterbitkan oleh lembaga penelitian atau oleh para
peneliti sangat berguna untuk mendapatkan sumber materi pembelajaran yang atual
atau mutakhir.
e. Profesional
f. Standar Isi
h. Internet
3. Jenis Pengembangan
Terdapat beberapa jenis pengembangan materi pembelajaran, yakni jenis
penyusunan, pengadaptasian, pengadopsian, penerjemahan, dan perevisian. Di dalam
istilah hak kekayaan intelektual (HAKI), pengembangan materi pembelajaran tergolong
ke dalam hak cipta yang kepemilikannya ada pada pencipta. Terdapat beragam jenis
ciptaan yang hak ciptanya dapat dimiliki oleh pencipta, yakni penciptaan baru,
penerjemahan, pengadaptasian, pengaransemenan, pengalihwujudan, pengadopsian.
Penciptaan baru merupakan karya pertama, sedangkan penerjemahan, pengadaptasian,
C. Strategi pembuatan media pembelajaran yang modern dan sesuai minat peserta
didik
1. Jenis bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
a. Bahan ajar cetak (printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Yang termasuk dalam
bahan ajar ini, yaitu:
1) Handout, adalah bahan tertulis yang dipersiapkan oleh seorang guru
untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Contoh: dengan cara
mendownload dari internet, atau menyadur dari sebuah buku.
2) Buku, adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan.
3) Modul, adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru,
sehingga modul berisi paling tidak tentang segala komponen dasar
bahan ajar yang telah disebukan sebelumnya.
4) Lembar kegiatan peserta didik, adalah lembaran-lembaran berisi tugas
yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan
biasanyaberupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu
tugas.
Apakah yang dimaksud dengan blog itu ? Berikut beberapa definisi mengenai blog:
1. Weblog atau blog merupakan teks dokumen, gambar, objek media dan data yang
tersusun secara hierarkis dan menurut kronologi tertentu yang dapat dilihat melalui
bowser internet (misalnya internet explorer)
2. Blog merupakan publikasi secara periodik dan tetap mengenai pemikiran personal
seseorang dan juga link web
3. Blog adalah jurnal yang disediakan pada sebuah web. Aktivitas meng-update sebuah
blog dinamakan “blogging”. Seseorang yang mengelola blog disebut “blogger”
4. Blog adalah suatu perjalanan yang berkesinambungan, dengan panduan logika yang
berkelanjutan dan konsisten. Topik dan pembahasan di dalam sebuah blog biasanya
konsisten pada topik utama, misalnya politik, sastra, musik dan sebagainya
5. Blog adalah jurnal yang disediakan pada web. Blog dapat di-update setiap hari dengan
suatu aplikasi yang disediakan oleh penyedia. Tidak dibutuhkan suatu keahlian khusus
untuk melakukan update atau mengelola blog. Posting dalam blog tersusun secara
teratur sesuai kriteria tertentu, biasanya dengan pengaturan urutan tanggal
Secara umum blog memiliki fitur utama, yaitu: arsip dan kotak komentar. Situs
layanan penyedia blog gratis saat ini begitu banyak diantaranya: blogger.com,
wordpress.com, friendster.com, xanga.com, blogdrive.com, blogsome.com,
Pada tutorial kali ini saya akan memberikan langkah-langkah pembuatan blog dengan
blogger.com. Kemudian saya juga akan mendaftar link-link yang dapat dijadikan acuan atau
inspirasi untuk mengembangkan blog Anda.
2.Klik CREATE YOUR BLOG NOW, kemudian Anda isikan data-data pada kolom
yang disediakan
4. Klik CONTINU untuk melanjutkan pemilihan template. Klik template yang sesuai
dengan keinginan Anda. Template yang disediakan pada langkah ini merupakan
template standar. Anda dapat mengganti dengan template yang lebih menarik pada
5. Klik CONTINU dan jika berhasil maka akan ditampilkan pernyataan bahwa blog
sudah berhasil dibuat
6. Klik START POSTING, jika Anda ingin mencoba untuk posting pertama kali
7. Jika Anda sudah menuliskan posting, maka lanjutkan langkah Anda dengan
mengeklik
PUBLISH POST
Sampai pada langkah 8, sebenarnya Anda baru membuat standar blog minimalis, artinya
masih sederhana dan perlu untuk dikembangkan.
PENGEMBANGAN BLOG
Berikut langkah-langkah untuk mengembangkan blog Anda, agar blog Anda menjadi lebih
menarik dan dinamis.
- Create a Blog membuat blog baru, sehingga dengan fitur ini Anda dapat
membuat banyak blog dengan hanya 1 login (account)
- View Blog melihat preview blog Anda
- New Post membuat posting baru
- Manage Posts mengatur posting (edit/hapus posting)
- Setting pengaturan blog
- Layout mengganti template, ukuran dan warna huruf, edit HTML
- Edit Profile mengubah profil Anda
- My Account pengaturan account blog Anda
•PAGE ELEMENTS
-Edit (header) mengatur header (bagian atas blog/banner). Pada fitur ini Anda dapat
mengganti gambar header sesuai dengan keinginan Anda. Caranya dengan upload
Dari sekian elemen yang dapat ditambahkan pada halaman blog, elemen
HTML/JavaScript merupakan elemen terpenting untuk membuat blog Anda menjadi
lebih menarik. Pada elemen ini Anda dapat menambahkan kode-kode HTML atau
Javascipt yang diperoleh dari situs-situs penyedia elemen blog, misalnya Anda dapat
menambahakan kode HTML shoutbox (kotak komentar) dari oggix.com atau
menambahkan counter dari statcounter.com dan lain-lain. (daftar situs penyedia
elemen blog gratis terdapat pada akhir tutorial ini)
Seperti yang disebutkan di atas, bahwa Anda dapat mengganti template blog
Anda dengan template seperti yang disediakan finalsense.com atau dengan template
buatan Anda sendiri. Dari situs penyedia template gratis, Anda akan mendapatkan
kode-kode HTML yang dapat Anda copy, kemudian paste ke menu Edit HTML
pada bagian Layout.
Hal penting yang perlu Anda lakukan ketika Anda melakukan perubahan
template dengan menu Edit HTML adalah bahwa Anda harus membackup kode-
kode HTML yang asli. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi bila kode HTML
yang Anda peroleh error atau tidak berfungsi. Selain itu Anda harus mengaktifkan
Expand Widget Templates dengan memberi tanda check pada kotak yang
disediakan.
PERTEMUAN VI
PENGELOLAAN KELAS
A. Perilaku Mendidik
1. Penyediaan Alternatif
Guru PAI yang pintar menerapkan suasana pengasuhan dalam pengajarannya
mengupayakan bahwa tidak ada satupun anak yang merasa dikucilkan dan
dipermalukan dihadapan teman-temannya. Aktivitas dirancang dengan
memperhitungkan satu situasi yakni anak tidak akan ada yang merasa rendah diri di
depan teman-temannya. Berkenaan dengan hal ini, maka penyajian materi atau isi
kegiatan berupa penawaran tugas dan variasi antartugas merupakan strategi untuk
mengatasi keadaan yang tidak mengenakkan.
2. Analisis Interaksi
Strategi lain untuk menghapuskan perasaan negatif dalam pelaksanaan PAI
yaitu mengontrol pola hubungan antarorang, hubungan peserta didik dengan lainnya.
Sebagai contoh, guru sama sekali jangan menunjukkan perlakuan berbeda dalam
penyampaian informasi kepada peserta didik yang pintar dan kurang pintar karena itu,
pengaturan giliran juga memerlukan keberhati-hatian, jangan sampai peserta didik
yang terkena giliran terakhir merasa peserta didik yang paling tidak populer atau tidak
terampil.
3. Kompetisi bagi Peserta didik
Suatu perlombaan memang menyenangkan, menimbulkan kesukaan dan ada
ketegangan untuk memenangkannya. Namun sayang, sering kurang disadari dampak
kompetesi apalagi jika dilaksankan secara berlebih-lebihan karena itu, seperti diatas,
perlu kehati-hatian karena bagia peserta didik yang kalah dapat melukai hati nya.
Alternatifnya menggunakan pemilihan permainan dan altenatif sistem skor bagi
peserta didik berprestasi.
4. Menghapuskan Perasaan Negatif
Berapa kali anda mendengar ucapan peserta didik dilingkungan sekolah anda:
“saya tidak dapat” selama satu hari? Dapatkah ungkapan dan kesan negatif diubah
menjadi positif. Banyak dijumpai pengalaman seperti itu orang mengatakan bahwa
dia tidak dapat berbuat sesuatu dengan alasan bermacam-macam seperti susah, berat,
berisiko padahal belum mencoba.
Bila kelas diberikan batasan sebagai sekelompok orang yang belajar bersama, yang
mendapatkan pengajaran dari guru, maka di dalamnya terdapat orang-orang yang
melakukan kegiatan belajar dengan karakteristik meraka masing-masing yang berbeda
dari yang satu dengan yang lainnya. Perbedaan ini perlu guru pahami agar mudah
dalam melakukan pengelolaan kelas secara efektif. Mengelola kelas secara efektif perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Kelas adalah kelompok kerja yang diorganisasi untuk tujuan tertentu,yang dilengkapi
oleh tugas-tugas dan diarahkan oleh guru. Dalam situasi kelas, guru bukan tutor untuk
satu pada waktu tertentu, tetapi bagi semua peserta didik atau kelompok. Sementara
itu, kelompok mempunyai perilaku sendiri yang berbeda dengan perilaku-perilaku
masing-masing individu dalam kelompok itu. Kelompok mempengaruhi individu-
individu dalam hal bagaimana mereka memandang dirinya masing-masing dan
bagaimana belajar. Kelompok kelas menyisipkan pengaruhnya kepada anggota-
anggota. Pengaruh yang jelek dapat dibatasi oleh usaha guru dalam membimbing
mereka di kelas di kala belajar.
Praktik guru waktu belajar cendrung terpusat pada hubungan guru dan peserta
didik. Makin meningkat keterampilan guru mengelola secara kelompok, makin puas
anggota-anggota di dalam kelas.Struktur kelompok, pola komunikasi, dan kesatuan
kelompok ditentukan oleh cara mengelola, baik untuk mereka yang tertarik pada
sekolah maupun bagi mereka yang apatis, masa bodoh atau bermusuhan.
Ditambahkannya lagi, bahwa organisasi kelas tidak hanya berfungsi sebagai dasar
terciptanya interaksi guru dan peserta didik, tetapi juga menambah terciptannya
efektivitas, yaitu interaksi yang bersifat kelompok. Dari hasil riset telah disimpulkan
beberapa variable masalah yang diperhatikan untuk membuat iklim kelas yang sehat
dan efektif, sebagai berikut:
Hubungan guru dan peserta didik dikatakan baik apabila hubungan itu memiliki sifat-
sifat sebagai berikut:
1. Keterbukaan, sehingga baik guru maupun peserta didik saling bersikap jujur dan
terbuka diri satu sama lain
2. Tanggapan bilamana seseorang tahu bahwa dia dinilai oleh orang lain.
3. Saling Ketergantungan, antara satu dengan yang lain
4. Kebebasan, yang memperbolehkan setiap orang tumbuh dan mengembangkan
keunikannya, kreativitasnya, dan kepribadiannya
5. Saling memenuhi kebutuhan, sehingga tidak ada kebutuhan satu orang pun yang tidak
terpenuhi.
1. Berhenti di tempat
Dalam kaitannya dengan penciptaan atmosfer belajar, maka pengenalan dan
penanggulangan perilaku menyimpang dapat dilakspeserta didikan dengan
strategi berhenti di tempat duduknya atau menginstrusikan peserta didik untuk
tiba-tiba berdiri. Dengan strategi tersebut, maka guru PAI dapat mengamati
posisi dan perilaku peserta didik baik secara umum dan khusus, misalnya
ditujukan pada salah satu peserta didik tertentu. Guru berdiri disamping peserta
didik sehingga 50% peserta didik teramati.
Kemampuan untuk mengidetifikasi perilaku yang tidak sesuai dengan
keinginan guru sangat penting untuk mencapai pengajaran yang sukses. Bila
guru dapat mengidentifikasi gelagat perilaku menyimpang itu, maka tindakan
perbaikan akan dapat segera dilakspeserta didikan. Sebagai contoh, tiba-tiba ada