Anda di halaman 1dari 82

Smester 2

PETA MATERI
PELAJARAN VI

TEMA

DISIPLIN gEtE/pto/
Lako atoran

DESKRIPSI PETUAH SASTRA


DAERAH

PENGERTIAN WACANA

1 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
PELAJARAN VI
TEMA : DISIPLIN
(gEtE/ pto/ Lako atoran)

Gambar/Foto 6.
Penegakan Disiplin
(gEtE/ pto/Lako atoran)

1. MENYIMAK

2 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
- Memahami deskripsi dan pengertian nilai karakter dalam
bahasa Indonesia dan bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan
- Menyajikan penerpan nilai karakter baik secara lisan
maupun tulisan

1. DESKRIPSI
Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.

2. PENGERTIAN
a. di. sip.lin n 1 tata tertib ( di sekolah, di kantor, dsb);
ketaatan atau kepatuhan terhadap tata tertib atau
peraturan;
ber.di.sip.lin v menaati (mematuhi) tata tertib;
men.di.sip.lin.kan v membuat berdisiplin;
mengusahakan agar dapat mematuhi tata tertib.
b. Disiplin dalam bahasa daerah (Bugis) disebut
gEtE(getteng) getang, ketegasan; mgEtE (magetteng),
(Makassar) disebut pto (patto), dan (Toraja) disebut
Lako atoran yang berarti: keteguhan memegang
prinsip.

TUGAS.
Kerjakan secara kelompok dan individu apa yang telah
dilaksanakan di sekolah sebagai penerapan tema Disiplin
( gEtE /pto/Lako atoran), dan bacakan di depan
kelompok lain.
Lembar Kerja 1 (LK-1)
Kelompok : ……………………………..............
Nama Kelompok : ……………………………………...
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
3 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
4. Anggota :1. …………………….
2……………………...
Laporan hasil kerja kelompok

No Indikator Dalam Manfaat


Ya/Tidak bentuk
1 Memiliki daftar
hadir warga
sekolah
2 Memiliki tata
tertib sekolah
3 Membiasakan
warga sekolah
untuk berdisiplin
4
Menegakkan
aturan dengan
memberikan
sanksi secara adil
bagi pelanggar
5 tata tertib sekolah
Sekolah
memberikan
penghargaan
terhadap warga
sekolah yang
dinilai memiliki
kedisiplinan yang
tinggi

Penerapan Individu (dikerjakan diluar jam tatap muka)


Lembaran Kerja 2 (LK-2)

Nama : ………………………………..
4 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Laporan Individu.
No Indikator Tulis Tuliskan Jelaskan
frekuensi apa yang komitmennya
bulan ini didapat ke depan bila
terkait terkait no.2 bulan ini
dengan no 1 dan 3 pernah
melanggar
atau tidak
pernah
1 Memiliki S=
data I =
absensi A=
J =
2 Memiliki
data
pelangga
ran tata
tertib
sekolah
dan
sanksi
nya
3
Pengharg
aan yang
diterima
terkait
dengan
penera
pan
disiplin

5 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
3. PETUAH
- Menganalisis arti dan makna petuah dalam bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan
- Menginterpretasi relevansi petuah dalam bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), dengan kenyataan sekarang baik
secara lisan maupun tulisan

Bugis.

tEsirEb tG tEsiewely jCi.

Dibaca :

Tessirebbang tangnga tessiweleyang janci.

Makassar.

etn niaGeg-aeg pgp (bji aiaerk


kodi), etn nipsls ri jji.

Dibaca :
Tena nianngakgeng-akgeng pagappa (bajik iareka kodi),
tena nipassalasa ri janji.

Toraja.

Menkaola lako paqdandi (panngalluq).

Terjemahan :

Tidak batas membatasi pertimbangan, tidak ingkar


mengingkari janji.
6 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
(Indonesia).

Penjelasan :
Supaya hubungan dengan pihak lain terjalin lebih
erat untuk mencapai kerja sama lebih yang tinggi,
diperlukan pertimbangan-pertimbangan bersama guna saling
mengisi atas kekurangan masing-masing. Kerja sama akan
lebih bertambah indah karena diuntai menjadi perhiasan,
seindah hidup bila dijalin dengan pengertian dan kerja sama
yang baik.

TUGAS :

I. Diskusikan arti dan makna serta relevansi petuah dalam


bahasa daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dengan tema
Disiplin (gEtE / pto/ Lako atoran)
dengan kenyataan kehidupan sekarang. Diskusi kelas
II. Buat Baliho/Standing Banner petuah dalam bahasa
Daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dan terjemahannya
dengan tema Disiplin (gEtE /pto/ Lako atoran).
Kelompok, pajang dan presentasikan di depan kelas

2. MEMBACA

- Menganalisis teks kisah/biografi tokoh, baik melalui lisan


maupun tulisan
- Menyajikan kegiatan yang dapat diteladani dalam teks
kisah/biografi tokoh, baik secara lisan maupun tulisan

Tugas Kelompok

Studi Pustaka
1. Bacalah biografi tokoh di bawah ini dengan cermat

7 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
2. Berdiskusilah bersama teman sekelompok, hendaknya
kamu berbicara secara sopan, dan saling menghargai
3. Tuliskan kegiatan yang dapat diteladani dalam isi teks
kisah/biografi tokoh Muhammad Jusuf yang telah dibaca,
dan bacakan di depan kelas.

(Lihat LK-3)
MUHAMMAD JUSUF
(Jenderal Bugis Berdedikasi Tinggi)

Bangsawan Bugis yang Sederhana


Tidak banya Jenderal yang punya dedikasi tinggi dan
loyal terhadap Negara, bertanggung jawab, perhatian terhadap
prajuritnya, serta jujur dan disiplin akan sikap dan prinsipnya,
seperti halnya Jenderal Muhammad Jusuf. Keloyalan dan
perhatiannya kepada Negara dan rakyat hampir tidak diragukan
lagi. Tidak seperti beberapa Jenderal yang pernah berkuasa
selama orde baru, banyak di antara mereka kemudian dituntut
dan diduga terkait dengan pelanggaraan Hak Asasi Manusia
(HAM) yang terjadi selama orde baru. Tetapi bagi seorang
Jusuf sampai beliau wafat hampir tidak ada berita-berita miring
tentang dirinya.
Yang ramai dibicarakan orang tak lain hanya berkaitan
dengan Surat Sebelas Maret (SUPERSEMAR). Hal ini
disebabkan beliau adalah termasuk tokoh kunci Supersemar,
dan sebagian orang mempertanyakan di mana dokumen
aslinya. Selain Supersemar yang mengaitkan namanya terkait
pula dengan misteri kuburan Qahar Mudzakkar yang tidak
diketahui sampai sekarang.
Terlepas dari semua itu, beliau hampir bersih dari
pemberitaan-pemberitaan media zaman reformasi ini. Jenderal
M. Jusuf, lahir di Kajuara, Bone 1928, putra dari Andi Amir,
seorang raja di Kajuara Bone. Istrinya bernama Elly Saelan,
sedangkan anak semata wayangnya bernama Jaury Jusuf Putra
yang meninggal tahun 1960.
8 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Jusuf memang bukanlah manusia Bugis kebanyakan. Hal
ini Karena ia berasal dari keluarga bangsawan Bugis Bone
yang jika disebutkan nama lengkap dengan predikat
kebangsawanannya bernama Andi Muhammad Jusuf Amir. Di
kalangan orang Bugis, predikat Andi hanyalah diletakkan pada
mereka yang berasal dari keturunan raja atau paling tidak
memiliki garis keturunan tersebut. Golongan ini biasanya
adalah golongan kelas tinggi dalam ranah masyarakat Bugis.
Walaupun demikian, predikat kebangsawan yang
melekat pada Jusuf tidak menjadikannya angkuh dan sombong.
Bahkan justru sebaliknya predikat membuatnya risih dan
akhirnya menaggalkan gelar tersebut pada tahun 1957, dan
tidak memakainya lagi, sehingga hanya dikenal dengan
panggilan Jenderal M.Jusuf. Suatu tindakan yang tidak lasim
pada saat sekarang yang sebagian orang dengan bangganya
memasang namanya dengan gelaran Andi, meskipun gelar
tersebut tidak jelas asal-usulnya. Dari itulah, mengapa Jusuf
berbeda dengan masyakat kebanyakan. Tidak tergoda dengan
gelar dan materi keduniawian yang penting bisa bermanfaat
bagi masyarakat bangsa dan Negara. Tidak mau merepotkan
orang lain adalah salah satu cirinya.
Ketika memasuki tahun 1994, saat belia berangkat ke
Perth Australia untuk berobat. Beliau ditawari oleh pemerintah
uang sebagai biaya tambahan berobat ke Australia melalui
salah seorang pejabat Negara yang menelponnya. Beliau
menolaknya secara halus, seperti penjelasanya Sumarkidjo
(2006: 25).
“Pak saya dengar bapak akan berobat ke Australia.
Bapak menginstuksikan Saya untuk menyediakan sejumlah
dana yang Bapak bisa pergunakan nanti. Sekedar tambahan,
Pak!”
“O, ya baek-baek. Tapi selain ucapan terima kasih
kepada Presiden, tolong juga sampaikan, Saya kebetulan bisa
membayar sendiri biayanya,”jawab Jusuf”.

9 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
“Wah, Pak Saya nggak berani. Kalau bapak Presiden
telah menginstruksikan, maka Saya harus menjalankan.” Si
pejabat mencoba meyakinkan (Jusuf) untuk menerima “dana
tambahan” itu.
“begini saja. Tolong sampaikan kepada Presiden,
uangnya Saya terima, tetapi untuk sementara saya titipkan
padamu. Nanti kalau Saya kekurangan, Saya akan minta uang
yang dititipkan itu.”
Si pejabat merasa lega, karena paling tidak setelah
pulang dari Australia, uangnya akan diambil, tapi ternyata
keliru, karena sampai pemerintahan orde baru jatuh, uang itu
tidak pernah diambil.
Memang semenjak berhenti dari semua jabatan
kenegaraan sekitar bulan Desember 1994, kondisi kesehatan
beliau mulai agak menurun, hanya karena pada saat itu
perhatiannya terfokus pada pembangunan Masjid Raya di
Makassar, yaitu Masjid Al Markaz Al-Islami sehingga tidak
begitu beliu rasakan.
Sebagai seorang bangsawan Bugis Bone, Jusuf memulai
pendidikannya dengan masuk pada HIS, suatu sekolah tingkat
dasar pada zaman Belanda, setelah tamat beliau kemudian
melanjutkan di MULO, sekolah setingkat SMP. Pendidikan
adalah modal utama dalam mencapai cita-cita. Dengan
pendidikan pula, beliau akhirnya bisa menjadi seorang perwira
militer dan panglima ABRI.
Ketika di era revolusi fisik, Jusuf belum terlalu menonjol
dan dikenal banyak orang. Peran beliau dalam perang di
Yogyakarta, hanyalah sebagai ajudan dan Overste Qahhar
Mudzakar, seorang pria berwatak keras kelahiran Luwu yang
nanti kemudian menjadi lawannya.
Jusuf bergabung dengan KRIS (Kebaktian Rakyat
Indonesia Sulawesi), yang merupakan tempat memulai karier
militernya. Seperti yang diceritakan oleh Rosihan Anwar,
salah seorang wartawan senior yang menjadi saksi banyaknya
peristiwa peristiwa sejarah bahwa pada akhir tahun 1945,
10 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
seorang pemuda bangsawan Bugis berusia 17 tahun naik
perahu pinisi di Makassar, berlayar mnenuju ke Pulau Jawa
dengan tujuan bergabung dengan pemuda pejuang untuk
mempertahankan kemerdekaan (17 agustus 1945) dari
rongrongan kolonialisme Belanda. Pemuda itu ditampung oleh
Qohhar Mudzakar yang berada dalam KRIS dan menjadi
ajudannya di staf Komando Markas ALRI Pangkalan X di
Yogyakarta.
Pendidikan Militer di Amerika Serikat
Setelah pengakuan kedaulatan Belanda atas RI pada 27
Desember 1949, TNI kemudian mengambil alih seluruh peran
dan kedudukan tentara Belanda di Indonesia. Hal tersebut
dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan isi KMB (Konferensi
Meja Bundar). Khususnya Indonesia bagian timur dibentuklah
Komando Tentara Territorium VII/Wirabuana yang meliputi
seluruh Indonesia Timur, Maluku dan Nusa Tenggara.
Sebagai pelaksanaan dari intruksi dari MBAD (Markas
Besar Angkatan Darat), Jusuf sebagai perwira muda
berpangkat Kapten CPM kembali ke Sulawesi dan diberi tugas
sebagai staf Komisi Militer untuk Indonesia Timur. Ketika
Kolonel Kawilarang menjabat Panglima TT VII/Wirabuana,
beliau adalah ajudan Panglima pada April 1950. Ekspedisi
militer pertama Jusuf ketika dikirim ke Maluku untuk
mengatasi kerusuhan akibat pemberontakan RMS (Republik
Maluku Selatan) yang dipimpin oleh Dr. Soumokil (saing,
2008: 28).
Untuk melaksanakan reorganisasi dalam tubuh angkatan
darat maka dibutuhkan perwira-perwira yang cakap dalam
bidang kemiliteran, tidak hanya berani di lapangan tetapi
cerdas dan memahami strategi serta administrasi kemiliteran.
Untuk itu Jusuf pada tahun 1952 dikirim ke Bandung untuk
mengikuti Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKD)
atau SESKOAD sampai tahun 1953. Setelah pulang dari
Bandung, di wilayah penugasannya, Jusuf kemudian diangkat
menjadi Kepala Staf Resimen Infanteri 24 di Manado dan
11 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
akhirnya kemudian menjadi Asisten II Operasi Tentara
Territorium VII Wirabuana yang berdudukan di Makassar.
Perjalanan karier militer M. Jusuf semakin menanjak
ketika beliau dikirim ke Amerika Serikat, seorang prajurit
pertama asal Sulawesi Selatan yang menempuh sekolah
kemiliteran Amerika. Di sana beliau kemudian berkenalan
dengan Achmad Yani, yang kemudian nantinya menjabat
sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat (Men Pangad).
Menurut beliau selama di Amerika Yani biasa meminjam
oto’Jeepnya ketika ada keperluannya.
Pertemanannya dengan Yani, jelas mempengaruhi karier
militernya nanti, apalagi setelah Yani kemudian terpilih
menjadi Men Pagad. Kurang lebih satu tahun yaitu 1955-1956,
banyak pelajaran dan kisah menarik yang dialami Jusuf selama
di Amerika. Termasuk wawasannya dalam dunia yang dialami
Jusuf selama di Amerika.
Dalam salah atu kisahnya diceritakan bahwa ia sempat
menulis ahli warisnya ketika, Ia melakukan latihan terjung
pertama. Hal tersebut ia lakukan dikhawartikan akan terjadinya
kecelakaan ketika pada saat penerjungan nanti. Setelah satu
tahun lebih di Amerika, Jusuf pulang ke Indonesia.
Beliau kemudian kembali memimpin Komando Reserve
Umum (KRU) yang beberapa bulan kemudian diganti menjadi
Resimen Infanteri Hasanuddin, suatu satuan yang beberapa
tahun sebelumnya sangat diimpikan Qahhar untuk
dipimpinnya. Meskipun tidak sesuai dengan cita-cita para
pejuang KGSS (Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan), tetapi
paling tidak sudah mewadahi sebagian besar pejuang KGS
yang dibentuk oleh Jusuf dengan KRU.
Perlu diketahui bahwa KGSS merupakan gabungan
sepuluh batalyon daerah yang dibentuk oleh Letkol Qahhar
Mudzakkar pada tahun 1949, sekaligus dia sebagian
pimpinannya. Tetapi ternyata tidak diakui oleh pemerintah
pusat, bahkan Kolonel Kawilarang sendiri yang ditunjuk
sebagai Panglima TT/VII mengeluarkan dekrit tentang
12 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
pembubaran KGSS. Salah satu tuntutan KGSS adalah
dimasukkannya KGSS ke dalam Devisi Hasanuddin dan
mengusulkan Kahar Mudzakkar sebagai pimpinannya.
Di KRU, Jusuf sebagai Kepala Staf berusaha
menghimpun batalyon-batalyon daerah setempat (ada sekitar 7
batalyon), sehingga pada saat itu Jusuf dikenal sebagai perwira
yang mampu menyatukan pasukan gado-gado. Sementara itu
Letkol Achmad Yani sepulang dari Amerika langsung diangkat
menjadi Asisten. Operasi II, istilahnya saat itu Deputy II
KSAD, oleh KSAD Abdul Haris Nasution.
Banyak pengamat menilai bahwa penilaiannya terhadap
konflik yang terjadi di Sulawesi mulai terbuka karena
pendidikan yang ia peroleh di Amerika. Khususnya mengenai
persoalan dalam jajaran militer (TNI) di Sulawesi Selatan
dijelaskan oleh Harvey (1984: 49), bahwa Yusuf benar-benar
merasakan kekacauan di Sulawesi Selatan persatuan Indonesia
berada dalam bahaya oleh adanya nada tambahan kesukuan,
tanggungjawab penyelesaian ini harus diberikan kepada
mereka dari daerah itu sendiri. Disebabkan sebagian yang
menindas pemberontakan itu adalah orang Jawa.
Qahhar Mudzakkar telah menggunakan semboyan-
semboyan anti Jawa untuk menarik dukungan
pemberontakannya. Tuntutannya supaya Sulawesi Selatan
dipimpn dan diatur anak-anak daerah sendiri, juga ditujukan
kepada orang-orang Minhasa yang mengisi begitu banyak
kedudukan tinggi di jawatan-jawatan militer dan sipil. Bagi
Jusuf, persoalannya adalah bukan hanya kehadiran pasukan-
pasukan Jawa di Sulawesi Selatan, tetapi kedudukan istimewa
orang-orang Minhasa terutama di jajaran TT-VII. Pandangan-
pandangan Jusuf akan perlunya anak daerah mengurusi daerah
mereka sendiri diperkukuh dengan pengalamannya sendiri.
Ketika M. Jusuf kembali dari Fort Benning Georgia, pada
pertengahan 1956, kepadanya diberitahukan tak ada kedudukan
yang terbuka untuknya di TT-VII.

13 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Bulan juli 1956 di Jakarta dibentuk Komando Daerah
Pengamanan Daerah Sulawesi Selatan dan Tenggara
(KoDPSST) dimana ditunjuk sebagai Panglima adalah colonel
Sudirman, mantan Panglima Divisi Brawijaya. Adanya
komando yang dibuat oleh pusat yang pada bulan Juli 1956
justru membuat perwira-perwira asal Minahasa tidak puas,
termasuk di antaranya adalah Letkol H.N.V Sumual. Meskipun
ada juga perwira-perwira lokal yang menjadi pimpinan. Akan
tetapi mayoritas pimpinan komando itu berasal dari Jawa
(terutama dari Jawa Timur). Hal itulah yang membuat para
perwira Sulawesi Selatan dan Minahasa bersatu dan
membentuk aliansi.
Kekecewaan kemudian merebak di kalangan pemimpin
sipil, sehingga memunculkan gelombang protes atas kebijakan
pemeritah pusat. Untuk mengatasi makn memanasnya suhu
politik di Sulawesi, maka Letkol M. saleh Lahade bersama
Mayor M. Jusuf berangkat ke Jakarta menemui KSAD A.H
Nasution. Mereka berdua menyampaikan keinginan-keinginan
daerah termasuk soal ekonomi daerah dan rehabilitasi
infrastruktur di wilayah Sulawesi.
Secara prinsipil Nasution menerima usualan tersebut, hal
ini terlihat dengan tanda-tanda kebaikan dari KSAD tersebut
dengan melantik tiga perwira daerah menjadi pimpinan
komando di Sulawesi Selatan pada bulan Januari 1957. Ketiga
perwira tersebut adalah (1) Mayor. M. Jusuf menjadi
Komandan Reesimen Infanteri Hasanuddin, (2) Mayor Andi
Rivai menjadi Komandan Resimen Infanteri 23 di Pare Pare
dan (3) Letkol Andi Mattalatta menjadi Komandan Komando
Militer Kota Besar (KMKB) di Makassar. Dengan demikian
telah terjadi proses buginasasi tanggung jawab keamanan di
Sulawesi Selatan dan Tenggara. (Nasution 1984: 18).

Melawan Teman Seperjuangan


Patut diketahui dan sampai kapan tercatat dalam sejarah
bahwa nama Jusuf termasuk salah satu perwira yang
14 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
menandatangani Piagam Permesta. Suatu piagam yang
menuntut perbaikan terhadap daerah-daerah Indonesia Timur
khususnya Sulawesi baik dalam kehidupan sosial, politik,
pendidikan dan pembangunan.
Di antara para pendukung Piagam Permesta terdapat
perbedaan pandangan. Inilah yang terjadi antara Mayor M.
Jusuf dengan Letkol H.N.S. Sumual, sebagaimana dijelaskan
oleh Harvey (1984: 87) bahwa kabarnya Jusuf percaya bahwa
dipandang dari segi kemampuan teknis tentara di Sulawesi
Selatan tidak siap untuk berperang melawan tentara pusat.
Kabarnya Ia mengemukakan bahwa yang pokok adalah
pendidikan dan latihan, pembangunan organisasi militer, dan
penguasaan daerah, pemantapan persoalan keamanan di
Sulawesi Selatan dan, setelah itu ada kemungkinan
pembangunan. Selanjutnya Ia puas dengan apa yang dicapai
sekarang. KoDPSST dibubarkan, komando tersendiri untuk
Sulawesi Selatan telah dilaksanakan, dan penarikan pasukan
Jawa telah dimulai. Ia bersedia menerima reorganisasi Yani
yang menyebutkan bahwa militer harus berada di bawah
komando MBAD dan di dalamnya hanya akan ada seorang
koordinator daerah.
Sumual yang berada dalam keadaan akan kalah kalau
usul itu diterima, mau mempertahankan kekuasaan territorial
pada tingkat divisi untuk keempat KDM itu. Dikatakan, Ia
mengusulkan agar yang hadir keluar dari TNI dan bersiap
bertempur di hutan-hutan. Sumual sendiri berkata, Jusuf
mengusulkan memindahkan markas besar Permesta ke Pare-
Pare, tetapi ini hanyalah sebuah taktik untuk menangkap
Sumual di depan mata Nasution dan Yani, kalau Sumual benar-
benar meninggalkan kota.
Ketika dilihat bahwa Jusuf dan Hertasning, setelah
pertemuan langsung pergi ke Pesanggarahan tamu Gubernur
tempat tinggal Nasution dan Yani, pimpinan permesta
memutuskan tetap tinggal di Makassar, dan berperang di sana
kalau sampai terjadi terjadi perang. Para perwira Sulawesi
15 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Selatan tidak menghendaki pertempuran dalam kota dan tidak
juga mau mundur ke hutan-hutan.
Di sini jelas terlihat bahwa perbedaan persepsi tentang
perjuangan Permesta antara kedua perwira tersebut, bahkan
sampai pada tuduhan akan penghianatan yang dilakukan oleh
Jusuf terhadap Permesta, setelah M. Jusuf dan Hertasning
terlihat menemui Yani dan Nasution di Gubernur Makassar.
Kekecewaan Sumual akibat tidak mendapat dukungan
nyata dari M. Jusuf membuat perwira asal Minahasa tersebut
hijrah ke kota Kinilow Minahasa. Pada 15 februari 1958
diproklamirkan Pemerintahan Revolusioner Indonesia (PRRI)
d kota Padang Masalah kemudian meuncul di Sulawesi, karena
tokoh-tokoh penting Permesta juga diangkat menjadi menteri
seperti M. Saleh Lahade, dan Mokhtar Lintang.
Di Makassar sendiri terjadi pro dan kontra dengan
pengumuman tersebut, meskipun Panglima KDMSST yang
dilantik pada 1Juni 1957 Andi Mattalatta menyatakan bahwa
daerahnya tidak sudi dijadikan sebagai basis perlawanan
terhadap pemerintah, ternyata tidak bisa menjembatani kedua
kelompok tersebut. Perlu sedikit gambaran bahwa Komando
daerah Militer Sulawesi Selatan/Tenggara KDMSST
merupakan bentukan KSAD sebagai pengganti TT
VII/Wirabuana dan KoDPSST.
Untuk mengetahui keberpihakan M. Saleh Lahade dan
Mohtar Lintang, maka KSAD A.H Nasution memberikan
ultimatum tiga hari kepada keduanya termasuk kepada Letkol
J.F Warouw untuk secepatnya melapor kepada KSAD A.H
Nasution, apakah mereka menerima pengangkatannya sebagai
menteri oleh pihak PRRI atau tidak.
Tetapi dalam waktu tiga hari tersebut mereka tidak
melaporkan diri, maka KSAD kemudian memerintahkan
kepada Andi Mattalatta untuk menangkap M. Saleh Lahade.
Andi Mattalatta kemudian menolak, dengan alasan bahwa, M.
Saleh Lahade belum mengetahui jika dirinya diangkat sebagai
menteri oleh PRRI. Karena pihak pusat kemudian tidak sabar,
16 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
maka M. Saleh Lahede kemudian dinyatakan dipecat dari dinas
ketentaraan berlaku mundur tertanggal 17 februari 1958.
Pada 22 Mei 1958, mokhtar Lintang dan M. Saleh
Lahade ditangkap oleh aparat KDMSST. Menurut Bachtiar, ia
diperintahkan oleh M. Jusuf untuk membujuk M. Saleh Lahade
untuk kembali ke Makassar. Tetapi M. Saleh Lahade menolak
bujukan itu, karena tidak sabar menunggu, akhirnya M. Jusuf
memerintahkan Letkol Andi Rivai, Komandan Resimen
Infanteri 23 untuk melakukan penangkapan. Dan Letkol Andi
Rivai pun menjalankan tugasnya dengan baik.
Di sini jelas terlihat bahwa upaya damai merupakan
jalan pertama yang ditempuh untuk menagkap pihak yang
bersalah dimata pemerintah, apalagi mengingat jasa-jasa yang
diberikan oleh M. Saleh Lahade kepada republic ini, ketika
upaya damai telah buntu barulah jalan kekerasan yang
dilakukan.
Pada bulan Oktober 1959 M. Jusuf kemudian
menggantikan Andi Mattalatta sebagai Panglima KDMSST
dan bulan Juli 1960, pangkatnya menjadi colonel. Pada tahun
itu juga KDMSST diubah menjadi Komando Daerah Militer
XIV Hasanuddin pertama sampai tahun 1964.
Seperti halnya pemberontakan yang dilakukan oleh
Kapten Andi Selle bersama Batalyon 710-nya, mereka
melakukan pemerasan-pemerasan pada mayarakat di Polewali
Manda dan Majene sehingga meresahkan warga M. Jusuf
mengatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Selle hanyalah
merupakan gerakan untuk mengambil keuntungan dari
kekecauan politik di Sulawesi Selatan dengan memperkaya diri
sendiri dan kelompoknya, dan rakyatlah yang menjadi korban
karena dibebani pajak yang terlalu tinggi.
Gerombolan Andi Selle melakukan perdagangan kopra
langung dengan Tawao Malaysia. Hasilnya kemudian
digunakan untuk membiayai pasukaannya, termasuk
perlengkapan militer seperti senapan otomatis dan sejumlah
panzer wagon. Untuk memadamkan pemberontakan yang
17 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
dilakukan Andi Selle, maka M. Jusuf sebagai Pangdam
Hasanuddin berusaha mengambil langkah taktis, pertama-tama
upaya damai melalui jalur perundingan diupayakan oleh M.
Jusuf, tetapi selalu menemui jalan buntu. Bahkan ketika terjadi
perundingan di Pinrang, Mobil Panglima M. Jusuf mengalami
insiden penembakan oleh pasukan Andi Selle. Beruntung
insiden tersebut tidak mencederai Panglima M. Jusuf, akan
tetapi colonel sugiri tewas. Karena jalan damai sudah menemui
jalan buntu, maka pasukan Siliwangi dari Yon 330 Kujang
akhirnya bergerak cepat mensterilkan kota Pinrang dan setelah
itu memasuki kota Polewali dan Majene untuk membersihkan
anasir-anasir pasukan Andi Selle.
Andi Selle sendiri melarikan diri ke hutan. Dan baru
pada awal September 1964 Andi Selle dilaporkan telah tewas
akibat penyergapan Kompi E/330 Kujang di tepi Sungai
Mamasa, tetapi menurut Anhar Gonggong, Selle meninggal
akibat penyakit jantung yang dialaminya (Gonggong, 2004).
Selain gerombolan Andi Selle perhatian utama Panglima
M. Jusuf adalah menumpas pemberontakan Qahhar Mudzakar
yang telah lama menyengsarakan masyarakat di Sulawesi
Selatan. Upaya-upaya penyelesaian damai tentunya merupakan
jalan pertama sebelum penyelesaian damai tentunya merupakan
jalan pertama sebelum melakukan operasi militer. Semenjak
M. Jusuf melakukan perundingan dengan Qahhar Mudzakar
dan paling terkenal adalah perundingan di Bonepote, dan
hasilnya perundingan itu gagal karena pihak Qahhar Mudzakar
menuntut sesuatu yang tidak masuk akal.
Qahhar menginginkan ia menjadi Panglima Pembebasan
Irian Barat. Bagi Jusuf itu adalah hal yang mustahil. Meskipun
menghabiskan waktu yang lama untuk menumpas
pemberontakan Qahhar Mudzakar, mengingat medan yang sulit
di Sulawesi Selatan dan Tenggara akhirnya Qahhar tertembak
oleh Kopral Ilie Sadelli dari Kujang Siliwangi (Hamid, 2008).
Keberhasilan ini tidak lepas operasi Tumpas/Kilat yang
dipimpin langsung Panglima M. Jusuf. Jika kembali kepada
18 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
sejarah sebenarnya Qahhar Mudzakar adalah atasan M. Jusuf,
ketika revolusi fisik di Yogyakarta, tetapi karena perbedaan
ideology dan prinsip akhirnya mereka menjadi lawan dan
pemenangnya adalah M. Jusuf.
Tokoh Kunci Supersemar
Banyak rahasia sebenarnya yang disimpan oleh Jendral
M. Jusuf. Dua rahasia besar menurut beberapa pengamat dan
menjadi sangat kontroversi sampai sekarang adalah mengenai
kuburan Qahhar Mudzakkar dan surat perintah Sebelas Maret.
Mengenai dimana Qahhar dikuburkan hal tersebut tidak
diceritakan oleh Jusuf sampai beliau meninggal. Menurutnya
itu menjadi rahasia Negara dan cukup dia yang mengetahuinya.
Alasan lain menurut Hamid Awaluddin di kompas bahwa M.
Jusuf merahasiakan kuburan Qahhar, untuk menghindari
pertumpahan darah ke depan. Karena dikhawatirkan kuburan
tersebut dijadikan symbol kemarahan dan kebencian yang
menjadi pemicu kemarahan pengikut atau orang yang sepaham
dengan Qahhar Mudzakkar (Saing 2008:4).
Mengena supersemar, terhadap banyak cerita yang
berkembang sebelum penandatangan oleh presiden terhadap
surat tersebut, salah satunya anggota Cakrabirawa Letnan Dua
(purn) soekarjo Wilardijito mengaku bahwa tidak hanya tiga
jendral yang menghadap ke Presiden waktu itu, ada Jendral
Panggabean, bahkan sempat menodongkan pistolnya ke
kepresiden. (Adam, 2004). Dan itu artinya keluarnya
supersemar dengan keadaan terpaksa, tetapi hal tersebut
kemudian dibantah oleh Jendral Jusuf, bahwa yang datang
menghadap Presiden itu hanya tiga orang yaitu, Jendral Amir
Mahmud, Jendral Basuki Rahmat, dan ia sendiri.
Kesaksian Anggota Cakrabirawa Letnan Dua (purn)
soekarjo Wilardjito ternyata diragukan oleh mantan Wakil
komandan Resimen Tjakrabirawa Kolonel CPM (purn) Maulwi
saelan. Seperti yang dijelaskan Atmadji Sumarkidjo, 2006
dalam wawancara dengan Maulwi Saelan, bahwa tidak
mungkin orang seperti dia bisa mendekati Presiden Soekarno
19 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
di istana dalam jarak yang begitu dekat, karena Ia bukanlah
pengawal pribadi Presiden. Ada prosedur dan peraturan ketat
mengenai penugasan setiap anggota Tjakrabirawa.
Kesaksian lain datang dari kiswadi dan serka (purn) Rian
Ismail yang kini bermukim di klaten Jawa tengah. Mereka
mengaku melihat bahwa yang datang ke istana Bogor itu
berjumlah empat orang, bukan tiga orang seperti yang
diketahui selama ini. Bahkan Kiswadi dalam Sumarkidjo 2006,
mengakui bahwa:
Pada waktu itu, sekitar pukul 01:00 WIB dini hari.
Panggabean datang mengendarai mobil jip dan berpakaian
dinas militer. Ia kemudian masuk menuju istana Bogor.
Sementara itu Jendral Jusuf menyatakan dengan tegas,
bahwa mereka tidak pernah pulang pukul 01:00 dini hari. Yang
beliau ingat bahwa mereka pulang pukul 20:30 malam. Yang
manakah sebenarnya yang benar?. Atau semua kesaksian
benar. Apakah mungkin ada Jendral lain datang menghadap ke
Presiden setelah Jusuf meninggal Istana Bogor. Yang jelasnya
bahwa Jusuf tidak pernah menyebut Jendral Panggabean serta
tidak da todongan pistol ketika beliau menghadap ke Presiden
Soekarno.
Mengapa Jusuf yang diserahi tanggungjawab menghadap
Presiden Soekarno bersama Jendral Amir Mahmud, dan
Jendral Basuki Rahmat. Padahal, waktu itu tidak banyak tokoh
yang bisa dekat dengan Bung Karno. Kepercayaan Soeharto
tentu mempunayai pertimbangan sendiri. Jusuf memilki
pendekatan dengan kultur dan istiadat yang berbeda.
Nama Jusuf mulai dikenal, ketika menjabat Pangdam
XIV Hasanuddin, sehingga seringkali menghadap ke Presiden.
Yang memperkenalkan Jusuf kepada Presiden adalah Men
Pangad Achmad Yani, sahabat dekat Jusuf. Ia juga pernah
menjadi tuan rumah bagi Presiden, termasuk ketika terjadi
peristiwa Cendrawasih, mobil Presiden dilempari granat di
jalan Cendrawasih, Makassar, bahkan anak-anak Soekarno, di

20 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
antaranya Megawati Soekarno Putri pernah menginap di rumah
Jusuf di JL. Sungai Tangka.
Kedekatan Jusuf dengan Bung Karno juga terlihat pasca
insiden penembakan mobil Jusuf di pinrang ketika melakukan
perundingan dengan Andi Selle. Ketika beliau melaporkan
kejadian itu kepada Presiden, beliau langsung dipeluk oleh
Presiden Soekarno. Atas dasar itulah mungkin, maka
kepercayaan untuk meyakinkan Bung Karno deserahkan
kepada beliau. Kepercayaan itu berhasil dijalankan, meskipun
dialog dengan Bung Karno sangat alot hingga keluarnya
supersemar. Tidak hanya peran dalam keluarnya supersemar.
Dalam proes pelantikan Soeharto sebagai Presiden, Jusuf
harus bolak balik menemui Soeharto dan Nasution untuk
menyamakan persepsi keduanya, bahkan sampai masalah
protokoler. Dan akhirnya pelantikan itu bisa dilakukan.
Nasution memakai baju lengan pendek, Soeharto berpakaian
sipil lengkap plus peci, dan secara resmi, menggantikan
Presiden, menggantikan Soekarno yang sudah dilenserkan.
Loyal kepada Negara
Sikap loyal kepada pemerintah dan segala keputusan
Presiden telah berhasil ditunjukkan oleh Jendral Jusuf. Mulai
jabatan militer yang diembannya seperti yang dijelaskan
sebelumnya, sampai terpilihnya menjadi Menhankkam/Pangab
(29 Maret 1978-19 Maret 1983) berusaha diembannya dengan
baik. Demikian pula dalam karir sipil beliau. Dalam cabinet
Dwikora I (27 Agustus 1964-21 februari 1966) menjabat
Menteri Perindustrian ringan, Kabinet Dwikora II dan III (24
Februari 1966-28 Maret 1966,28 Maret 1966-25 Juli 1966),
menjabat Menteri Perindustrian Dasar.
Dalam Kabinet Ampera (25 juli 1966-17 Oktober 1967)
menjadi perindustrian dasar dan menengah. Selam pemerintah
Orde baru, beliau pernah menjabat Menteri Perindustrian di
Kabinet Pembangunan I dan II (6 juni 1968-28 Maret 1973 dan
28 Maret 1973 Maret 1978). Terakhir beliau sebagai ketua

21 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Badan Pemeriksa Keuangan (1983_1988 dan 1988-1993)
(Saing, 2008).
Sikapnya terhadap pemerintah memang juga sudah
ditunjukkan ketika terjadi gerakan Permesta yang dipimpin
oleh Letkol H.N.V. Sumual, meskipun beliau sempat
menandatangi Piagam Permesta yang beliau pahami pada
dasarnya benar. Tetapi sejak perbedaan pendapat dengan
pemimpin permesta tentang langkah-langkah perjuangan,
ditambah lagi bergabungnya Permesta dengan PRRI, maka Ia
lebih memilih untuk bergabung dengan KSAD A.H. Nasution
untuk menumpas gerakan tersebut. Seperti halnya dengan issu-
issu yang berkembang ketika beliau menjadi Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata
(Menhankam Pangab) mengenai usaha beliau untuk
menggalang kekuatan untuk merebut kursi kepemimpinan
Soeharto.
Issu tersebut muncul, disebabkan kedekatan Jusuf
dengan para prajurit TNI dan seringnya beliau muncul di
media, bahkan menurut majalah far Eastern Economic review
tahun 1980 dalam Atmadji Sumarkidjo 2006 melaporkan
bahwa popularitas Menhankam/Pangab di mata masyarakat dan
juga dikalangan prajurit dan para perawira muda segera
dirasakan di semua lapisan. Tidak diperlukan petugas intellejen
yang tajam untuk mengatakan bahwa dalam soal popularitas,
Jendral Jusuf adalah orang nomor dua terpopuler sesudah nama
Presiden Soeharto.
Melihat popularitas beliau, membuat beberapa pihak iri
dan berusaha melaporkannya kepada Presiden Soeharto, tetapi
laporan dan issu-issu tersebut dibantahnya, bahkan dalam
sebuah rapat kenegaraan yang dipimpin oleh Presiden
Soeharto, ketika Mendagri Amir Mahmud yang berbicara
pertama, Ia sempat mengungkapkan suara-suara yang
mengatakan bahwa dengan semakin populernya Jendral Jusuf
selakun Menhankam/Pangab, maka diduga ada ambisi-ambisi
tertentu Jendral Jusuf yang perlu ditanyakan. Mendengar itu
22 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Jusuf menggebrak meja. Seperti yang jelaskan atmadji itu tidak
benar semua! Saya ini diminta untuk jadi Menhankam/Pangab
karena perintah bapak Presiden. Saya ini orang bugis. Jadi saya
sendiri tidak tahu arti kata kemanuggalan yang bahasa Jawa itu.
Tapi laksanakan perintah itu sebaik-baiknya tanpa tujuan apa-
apa!”
Satu-satunya jenderal atau bahkan satu-satunya orang
yang berani menggebrak meja dihadapan Presiden Soeharto.
Suatu tindakan berani seorang Jenderal, tetapi tentunya
dilandasi kebenaran dan membela diri atas ketidakadilan yang
diberikan padanya. Setelah peristiwa tersebut hubungan antara
Soeharto dengan Jusuf mulai sedikit renggang sampai ia
kemudian digantikan oleh Jenderal L.B Mordani selaku
Menhankam Pangab.
Sebelum naiknya Jenderal L.B. Moerdani sebagai
Menhankam Pangab menggantikan beliau, banyak perwira
muda yang tidak setuju. Seorang perwira muda berinisial X
sempat mengirimkan surat kepadanya. Surat itu diterima
Menhankam Pangab pada tanggal 26 Februari 1983, dalam
Atmadji Sumarkidjo 2006 berbunyi sebagai berikut:
Bapak yang tercinta
Saat ini adalah detik-detik yang bersejarah. Bapak
terpanggil untuk menyelamatkan Negara. Bapak jangan goyah.
Demi TNI kita yang tercinta, kalau berdiri teguh sekarang pasti
menang. Dukungan cukup kuat. Kami siap membela
kepentingan bangsa di atas segala hal yang lain.
1945,1948,1965, dan skarang!
Kami ingin menghadap langsung untuk laporan. Tapi
bapak dalam keadaan selalu diamati! Jangan percaya siap saja.
Termasuk SPRI, Walpri, pembantu rumah tangga, supir.
Semua ruangan bapak di kantor dan di rumah disadap. Semua
telpon disadap. Semua gerakan bapak diikuti. Kalau bapak mau
menerima kami nanti kita bisa atur pertemuan. Kalau bisa
segera. Pak Yogi (Maksudnya Letjen Yogie S.M, Danjen
Kopassandha-penulis) juga diamati. Semua pak sanif (asisten
23 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Operasi Hankam-penulis), Himawan (Himawan Soetanto,
kepala Staf Operasi Hankam-penulis) dll. Jangan bicara
terbuka di ruangan manapun.
Mohon jawaban segera lisan, surat ini mohon segera
dibakar, kalau bapak setuju bilang saja-okay, atur saja kami
akan hubungi lagi.
Surat tersebut sebenarnya merupakan ajakann untuk
melakukan kudeta, makanya hal tersebut mendapatkan
perhatian serius dari beliau, sebab jika ditangani secara cepat
akan menncoreng nama TNI, dan hal tersebut tidak boleh
terjadi dalam tubuh TNI. Akhirnya M.Jusuf mengadakan
pertemuan dengan perwira muda tersebut beserta beberapa
perwira lainnya dan memberikan pengertian kepada mereka.
M.Jusuf tahu bahwa penggagas pertemuan tersebut
adalah perwira yang sejak dulu tidak suka dengan L.B
Moerdani. Hal yang membuat lega beliau adalah kesedian para
perwira tersebut untuk bersumpah tetap setia kepada
pimpinannya dan tidak melakukan gerakan apa pun.
Kelopyalnya terhadap pemerintah kembali dibuktikannya
dengan tidak setuju dengan keinginan para perwira tersebut
untuk melakukan kudeta. Sejak berhenti sebagai anggota BPK
tahun 1993 aktivitas Jusuf lebih banyak di Makassar sampai
beliau menghembuskan nafasnya yang terakhir pada 8
September 2004, tercatat dua bangunan megah berhasil
didirikannya yaitu Mesjid AL Markaz AL Islami Makassar
serta Rumah Sakit Akademis (RSA) Jaury Jusuf Putra. Kedua
bangunan tersebut dapat kita lihat sampai saat sekarang ini.

Lembar Kerja 3 (LK-3)


Kelompok : ………………………………...........
Nama Kelompok :………………………………………
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota : 1. …………………….
24 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
2………………….......
Laporan hasil kerja kelompok :

Teransliterasi dan
Kegitan yang dapat translasi dalam
Nama Tokoh diteladani sesuai bahasa dan akasara
teks daerah
(Bugis/Makassar/
Toraja)
1.
2.
3.
4.
5.
dst.

3. BERBICARA
- Memahami teknik mendeklamasikan sastra daerah (Bugis/
Makassar/Toraja)
- Mendeklamasikan sastra daerah (Bugis/Makassar/Toraja

Tugas Indivudu
a. Mendeklamasikan sastra daerah (Bugis/Makassar/)Toraja)
b. Amatilah teman yang mendeklamasikan sastra daerah
(Bugis/Makassar/Toraja)
c. Berikan penilaian
(Lihat LK-4)

1. Sastra Daerah (Bugis) “ Osong “


aoson aibN dea sil
tdPEGEk lpua

25 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
rj ptauk bulo bulo

rj ptauk kpl

sauloeh todo

ln ai bN

ritEl dea sisil

proleaGi lmti

lpua lpuan

kpiet mGrbob

erkua jjiwi bj

ruk silili tnea

ritn tElu liPoea

gaun lpuet mt

etak ela lpua

ntuRua mljuea

nprol bldea

mminsw lpua

buwbtuai aelku

mtij msmjw lpua

trosaimpton

mtoeR

brisin bldea

26 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
auewwsai ebl mpsipopo mell

mell piCE ri alE

ri tenet lePeaed

bld puet mtea

aj naitai btiku

reaKliGai sosorEku

mdPE soeraG

ntnia erwE primE

2. Sastra Daerah ( Makassar) “ Puisi Aru “

aru tobrnian but gow

at………..krea
teb kipmoporE mm
ridelk lbirit
risri krutuat
rieapoa mtigit

ainek mien krea


lbr tts ain gow

nkerepkGi
pGulu ri brugy
nketpokGi sl krea
psor atG pr
ainai naimo sl krea
tmptiejGi toejG
tmpiadki adk

27 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
kuslgai
kuaisr prlekn

ebrj kunipetb
pkulu kunisoeay

aikau aGi krea


naikeb elko kyu

miriko aGi
nmrun elko kyu
aiy sni mdidiyji nurun

aikau ejen krea


naikeb bt mmyu
soloko ejen
mmminw bt kyu
aiy sni sopo bonpi kyu

aikau jru krea


naikeb bn pjai
aiy sni lbusupi nkotu toej

mknmmki mea krea


naikeb mmki mea krea
naikeb mpjri

pun sl tkmy
aruku ri delkt
pkai ejrku
tir bet aojoku
pauw an ri boko
ps an tjri
tumkny krea
28 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
ntrupai jjin

3. Sastra Daerah (Toraja) “ Puisi “

ALLO KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

Tabe’ indo tabe ambe’ siman lako anggena mairi’


Angga to tama rante kulua’ mairi’ te to tidukun tama
Tandung kalonara

Tasipa’ …… massolanasang, tasitatanpa angga mairi’


Tapataua rampa’pa talinga duanta
Tapalidan maya mayapa sulinng patomalinta angku
longanpa sngbuku kada, angku endekpa sangpati, kanna
bisara,

Kumua: ia te allo totemo, te kulla’ tamarassan misa allo


malabi’, kulla dipamakareang tontong dianna batu
silambi’ disituran-turanni kumua: ia te allo angina’ to
kulla’ pura diboko’ maparri’ tongan tu limoto
“ Belanna naparentatentaki balanda “
Na o’tonki’ to m’kuli pute
“ Apa bendan paloloan Sukarno, lan tangana tondok
tunanuang matoto’ bung Hatta lan una’na lipu daenan,
bendan ma’kada tongan, tonanuang ma’pau tang sala-
sala,

Nabaenanni lako randanna langi tu balando napopa’


biringngi lako lelean uran tu to ma’kula’ pute.

Tirandukmi aluk dipakasalle lan tangan tondok tio’tonmi


sangka’ dipamaroson lan una’ lipu daenan, MERDEKAMI

29 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
INDONESIA, sae lako allo totemo, ma’parenta
kalenamiki’lan tondok kadadianta tagaragamo misa’
oko’na, ta tumampamo misa’ esungan, tapasundunni
rekke lolokna ta paupu’ langan pendaunanna te
pembangunan.

Na puang matuamoro domain tangana langi na to


kaubananmoro domain massuanggana to palullungan,
umbura’ki lindo masakke umpi pikkiki’ rupa
madarinding, anta tontong sangkutu’ banne nene’
sangboke’ amboran lante kulla’ ditingayoi lako.

Lembaran Kerja 4 (LK-4)

Nama : …………………………………………………

Laporan Individu

No Nama Wira Wir Wi Lanc Disip Jml/Rata-


Siswa ma asa rag ar lin rata/
a Kategori
1
2
3
4
5
Dst

Catatan :
1. Nilai : 1-10
2. Nilai : Skor Perolehan x 100 %
Skor Maksimal (50)
3. Kategori :
Baik Sekali : Jumlah Nilai : 86-100 %
Baik : Jumlah Nilai : 70-85 %
30 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Cukup : Jumlah Nilai : 55-69 %
Kurang : Jumlah Nilai : dibawah 55 %

PETA MATERI
PELAJARAN VII

TEMA

KERJA KERAS mpto/mtinulu/atuju etrs/


Parruq Pagtan- ngaranna

DESKRIPSI PETUAH SEJARAH


SUL-SEL

PENGERTIAN WACANA

31 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
PELAJARAN VII
TEMA : KERJA KERAS
(mpto/mtinulu/ atuju etrs/
Parruq Pagtanngaranna)

32 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Gambar/Foto 7.
Motto dan Penghargaan Hasil Kerja Kerasn
(mpto/mtinulu/atuju etrs/ Parruq Pagtanngaranna)

A. MENYIMAK

- Memahami deskripsi dan pengertian nilai karakter dalam


bahasa Indonesia dan bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan
- Menyajikan penerapan nilai karakter baik secara lisan
maupun tulisan

1. DESKRIPSI
Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar, tugas dan
menyelesaikan tugas sebaik-baiknya.

2. PENGERTIAN
a. ker.ja 1 n kegiatan melakukan sesuatu ; 2 n mata
pencaharian; 3 v cak bekerja;
ke.ras a 1 padat, kuat dan tidak mudah berubah
bentuknya atau tidak mudah pecah; 2 ki teguh; kuat.

33 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
b. Kerja Keras dalam bahasa Daerah (Bugis) disebut: 1
mpto(mapato) : rajin, giat ‘sungguh-sungguh, dari kata
pto(pato): rajin, getol. 2 tinulu (tinulu)’ (Makassar)
atuju etrs, dan (Toraja) disebut Parruq Pagtan
ngaranna yang berarti : tekun, rajin, ikhlas, tulus.

TUGAS.

Kerjakan secara kelompok dan individu apa yang telah


dilaksanakan di sekolah sebagai penerapan tema Kerja
Keras (mpto/mtinulu/atuju etrs/ Parruq
Pagtanngaranna ), dan bacakan di depan kelompok lain.

Lembar Kerja 5 (LK-5)

Kelompok : ……………………………..............
Nama Kelompok : ……………………………………...
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota :1. …………………….
2……………………...
Laporan hasil kerja kelompok

No Indikator Ya/Tidak Dalam bentuk Manfaat


1 Menciptakan
suasana
kompetisi yang
sehat
2 Menciptakan
suasana
sekolah yang
manantang dan
memacu untuk

34 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
3 bekerja keras
Menciptakan
suasana belajar
yang memacu
4 kerja keras
Memliki
pajangan
tentang
selogam atau
5 motto tentang
kerja keras
Adanya hasil
kerja keras

Penerapan Individu (dikerjakan diluar jam tatap muka)

Lembaran Kerja 6 (LK-6)

Nama : ………………………………..

Laporan Individu.

Dalam Waktu Hasil yang


No Indikator kegiatan dacapai
1 Berkompetisi
yang sehat
2 Belajar
menantang
3 Bekerja keras
4 Motto
- - Tuliskan
tentang kerja
mottonya
keras

35 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
3. PETUAH
- Menganalisis arti dan makna petuah dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan
maupun tulisan
- Menginterpretasi relevansi petuah dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja), dengan kenyataan
sekarang baik secara lisan maupun tulisan

Bugis.

aupEn mkersoea mplao mesPo


delai.

Dibaca :
Upe’na makkaresoe mappalao masempo dalle’i.

Makassar.

kaupk btu riaushy aiamiatu aeGrGi


del.
Dibaca :
Kaupakkang battu riusahaya iamiantu anngerangi dallek.
Toraja.
Kamauparan mengkarang umpabutuq dalleq

Terjemahan:

Kemujuran dari berusaha ialah mengantar rezeki.


(Indonesia).

Penjelasan :

Usaha yang dibarengi ketekunan merupakan tangga


pertama kejenjang kemujuran. Jika nasib baik menyertainya,

36 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
maka ambang pintu rezeki sudah terpijak dan selangkah lagi
rezeki sudah tercapai.

TUGAS :

I. Diskusikan arti dan makna serta relevansi petuah dalam


bahasa daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dengan tema
Kerja Keras (mpto/mtinulu/ atuju etrs / Parruq
Pagtanngaranna dengan kenyataan kehidupan
sekarang. Diskusi kelas.
II. Buat Baliho/Standing Banner petuah dalam bahasa
daerah (Bugis Makassar/Toraja) dan terjemahannya
dengan tema Kerja Keras (mpto/mtinulu/atuju etrs/
Parruq Pagtanngaranna).
Kelompok. Pajang dan presentasikan di depan kelas
B. MEMBACA

- Menganalisis teks kisah/biografi tokoh, baik melalui lisan


maupun tulisan
- Menyajikan kegiatan yang dapat diteladani dalam teks
kisah/biografi tokoh, baik secara lisan maupun tulisan

Tugas Kelompok

Studi Pustaka

1. Bacalah profil tokoh di bawah ini dengan cermat


2. Berdiskusilah bersama teman sekelompok, hendaknya
kamu berbicara secara sopan, dan bekejasama
3. Tuliskan kegiatan yang dapat diteladani dalam isi teks
kisah/biografi tokoh Bachruddin Jusuf Habibie yang telah
dibaca, dan bacakan di depan kelomok lain.
(Lihat LK-7)

BACHARUDDIN JUSUF HABIBIE


37 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf
Habibie, lahir di Pare-Pare, Sulawesi-Selatan, pada 25 Juni
1936. Beliau merupakan anak keempat dari delapan
bersaudara, dari pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA.
Tuti Marini Puspowardoyo. Habibie yang menikah dengan
Hasri Ainun Habibie pada tanggal 12 Mei 1962 ini dikaruniai
dua orang putra, yaitu Ibrahim Akbar dan Thareq Kemal.
Masa kecil Habibie dilalui bersama saudara-saudaranya
di Pare-Pare, Sulawesi-Selatan. Sifat tegas berpegang pada
prinsip telah ditunjukkan Habibie sejak kanak-kanak. Habibie
yang punya kegemaran menunggang kuda ini harus
kehilangan bapaknya yang meninggal dunia pada 3 September
1950 karena terkena serangan jantung. Tak lama setelah
bapaknya meninggal, Habibie pindah ke Bandung untuk
menuntut ilmu di Gouvernment Middlebare School. Di SMA,
prestasi beliau mulai tampak menonjol, terutama dalam
pelajaran-pelajaran eksakta. Habibie menjadi sosok favorit di
sekolahnya.
Setelah tamat SMA di Bandung tahun 1954, beliau
masuk Universitas Indonesia di Bandung (Sekarang ITB).
Beliau mendapat gelar Diploma dari Technische Hochschule,
Jerman, tahun 1960, yang kemudian mendapatkan gelar
Doktor dari tempat yang sama pada tahun 1965. Habibie
menikah pada tahun 1962, dan dikaruniai dua orang anak.
Tahun 1967, beliau menjadi Profesor kehormatan (Guru
Besar) pada Institut Teknologi Bandung.
Banyak langkah Habibie dikagumi, penuh kontroversi,
namun tak sedikit pula yang tak sependapat dengannya. Setiap
kali, peraih penghargaan bergengsi Theodore van Karman
Award, itu kembali dari “habitat”-nya Jerman, beliau selalu
menjadi berita. Habibie hanya setahun kuliah di ITB Bandung,
kemudian 10 tahun beliau kuliah hingga meraih gelar doktor
konstruksi pesawat terbang di Jerman dengan predikat summa
cum laude. Lalu, beliau bekerja di industri pesawat terkemuka
38 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
MBB Gmbh Jerman, sebelum memenuhi panggilan Presiden
Soeharto untuk kembali ke Indonesia.
Di Indonesia, selama 20 tahun Habibie menjabat Menteri
Negara Ristek/ Kepala BPPT, memimpin 10 perusahaan
BUMN Industri Strategis, dipilih MPR menjadi Wakil
Presiden RI, dan disumpah oleh Ketua Mahkamah Agung
menjadi Presiden RI menggantikan Soeharto. Soeharto
menyerahkan jabatan presiden itu kepada Habibie berdasarkan
Pasal 8 UUD 1945. Sampai akhirnya Habibie dipaksa pula
lengser akibat referendum Timor Timur yang memilih
merdeka. Pidato Pertanggungjawabannya ditolak MPR RI.
Beliau pun kembali menjadi warga Negara biasa, kembali pula
hijrah untuk bermukim ke Jerman.

Lembar Kerja 7 (LK-7)


Kelompok : ………………………………...........
Nama Kelompok : ……………………………………
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota :1. …………………….
2………………………
Laporan hasil kerja kelompok :

Teransliterasi dan
Kegiatan yang dapat translasi dalam
Nama Tokoh diteladani sesuai bahasa dan aksara
teks daerah
(Bugis/Makassar/
Toraja)
1.
2.
3.

39 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
4.
5.
dst.

C . MENULIS

- Memahami sejarah Sulawesi Selatan baik melalui lisan


maupun tulisan
- Melakukan tranliterasi dan translasi isi teks sejarah
Sulawesi Selatan dari bahasa Indonesia ke dalam Bahasa
dan aksara daerah (Bugis/Makassar/Toraja).

Tugas Kelompok
1. Lakukan tranliterasi dan translasi ringkasan isi teks
Sejarah Sulawesi Selatan dari bahasa Indonesia ke
dalam bahasa dan aksara daerah
(Bugis/Makassar/Toraja)!
2. Laporkan hasil tranliterasi dan translasi ringkasan isi
teks sejarah Sulawesi Selatan!
3. Amati teman yang menyampaikan laporan!
4. Berikan penilaian!
(Lihat LK-8)
5. Tulis sejarah Kabupaten/Kota tempat tinggal masing-
masing dalam bahasa dan aksara daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), kerjakan di luar jam tatap
muka.

Sejarah Sulawesi Selatan 

Sekitar 30.000 tahun silam pulau ini telah dihuni oleh


manusia. Penemuan tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit

40 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah timur laut dan
Makassar sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Kemungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Peeble
dan flake telah dikumpulkan dari teras sungai di lembah
Walanae, diantara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-
tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.
Selama masa keemasan perdagangan rempah-rempah,
diabad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan
sebagai pintu Gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil
rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan
peranan penting didalam sejarah Kawasan Timur Indonesia
dimasa Ialu.
Pada sekitar abad ke-14 di Sulawesi Selatan terdapat
sejumlah kerajaan kecil, dua kerajaan yang menonjol ketika
itu adalah Kerajaan Gowa yang berada di sekitar Makassar
dan Kerajaan Bugis yang berada di Bone. Pada tahun 1530,
Kerajaan Gowa mulai mengembangkan diri, dan pada
pertengahan abad ke-16 Gowa menjadi pusat perdagangan
terpenting di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 1605, Raja
Gowa memeluk Agama Islam serta menjadikan Gowa
sebagai Kerajaan Islam, dan antara tahun 1608 dan 1611,
Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone
sehingga Islam dapat tersebar ke seluruh wilayah Makassar
dan Bugis.
Perusahaan dagang Belanda atau yang lebih dikenal
dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie)
yang datang ke wilayah ini pada abad ke-15 melihat Kerajaan
Gowa sebagai hambatan terhadap keinginan VOC untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di daerah ini. VOC
kemudian bersekutu dengan seorang pangeran Bugis bernama
Arung Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah
jatuhnya Bugis di bawah kekuasaan Gowa.
Belanda kemudian mensponsori Palakka kembali ke
Bone, sekaligus menghidupkan perlawanan masyarakat Bone
dan Soppeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah
berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil
dikalahkan. Dan Raja Gowa, Sultan Hasanuddin dipaksa
untuk menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat
mengurangi kekuasaan Gowa. Selanjutnya Bone di bawah
Palakka menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.
41 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Persaingan antara Kerajaan Bone dengan pemimpin
Bugis lainnya mewarnai sejarah Sulawesi Selatan. Ratu Bone
sempat muncul memimpin perlawanan menentang Belanda
yang saat itu sibuk menghadapi Perang Napoleon di daratan
Eropa. Namun setelah usainya Perang Napoleon, Belanda
kembali ke Sulawesi Selatan dan membasmi pemberontakan
Ratu Bone. Namun perlawanan masyarakat Makassar dan
Bugis terus berlanjut menentang kekuasaan kolonial hingga
tahun 1905-1906. Pada tahun 1905, Belanda juga berhasil
menaklukkan Tana Toraja, perlawanan di daerah ini terus
berlanjut hingga awal tahun 1930-an.
Sebelum Proklamasi RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas
sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan didiami
empat etnis yaitu ; Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja.
Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu
Luwu, Gowa dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII
mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang
serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, Cina, Melayu
dan Arab.
Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun
1950 yang pada saat itu Sulawesi Selatan menjadi provinsi
administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960
menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara
berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi
Selatan dari daerah otonom Sulawesi Selatan dan Tenggara
ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga
menjadi daerah otonom Sulawesi Selatan.
Periode Gubernur :
I. Gubernur Sulawesi
1945 – 1949 DR. G. S.S.J. Ratulangi
1950 – 1951 B. W. Lapian
1951 – 1953 R. Sudiro
1953 – A. Burhanuddin
1953 - 1956 Lanto Dg. Pasewang
1956 – 1959 A. Pangerang Pettarani
II. Gubernur Sulawesi Selatan dan Tenggara :
1959 – 1960 A. Pangerang Pettarani
1960 – 1966 A. A. Rivai.
III. Gubernur Sulawesi Selatan
1966 – 1978 Ahmad Lamo (Dua periode)
42 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
1978 – 1983 Andi Oddang
1983 – 1993 A. Amiruddin (Dua periode)
1993 - 2003 H. Z. B. Palaguna (Dua periode)
2003 - 2008 H. M. Amin Syam
2008-Ahmad Tanribali Lamo Pejabat Gubernur
Sementara
2008 – 2018 Syahrul Yasin Limpo
2018 - ... DR. SUMARSONO, M.D.M ( Penjabat). 
2018-2023. Prof. Nurdin abdullah,......
Menurut catatan sejarah Budaya Sulsel, ada tiga kerajaan
besar yang pernah berpengaruh luas yakni Kerajaan Luwu, Gowa,
dan Bone, disamping sejumlah kerajaan kecil yang beraliansi
dengan kerajaan besar, namun tetap bertahan secara otonom.
Berbeda dengan pembentukan Provinsi lain di Indonesia,
Sulawesi Selatan terbentuk menjadi satu kesatuan wilayah
administratif tingkat provinsi, atas kemauan dan ikrar raja-raja
serta masyarakat setempat sekaligus bergabung dalam negara
kesatuan Republik Indonesia, sehingga Sulawesi Selatan menjadi
salah satu provinsi di Indonesia yang diatur dalam UU Nomor 21
tahun 1950 dan Makassar sebagai pusat pemerintahan.
Dengan undang-undang ini maka Wilayah Administratif
Sulsel terbagi menjadi 21 daerah swantantra tingkat II dan 2 (dua)
kotapraja yakni Makassar dan Pare Pare. Status Provinsi
Administratif Sulawesi berakhir pada tahun 1960 yang ditetapkan
dengan UU Nomor 47 Tahun 1960 dan secara otonom membagi
Sulawesi menjadi Propinsi Sulawesi Selatan Tenggara beribukota
Makassar dan Propinsi Sulawesi Utara-Tengah beribukota
Manado, Empat tahun kemudian pemisahan wilayah Sulawesi
Selatan dan Tenggara ditetapkan dalam II Nomor 13 Tahun 1964
dan Sulawesi Selatan resmi menjadi daerah otonom dan terus
disempurnakan dengan ditetapkannya UU No. 5 Tahun 1974
tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah yang
menggabungkan wilayah administratif daerah-daerah otonom
dalam satu penyebutan yaitu Daerah Tingkat II atau Kotamdya
dan Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan Selanjutnya
Provinsi daerah Tingkat I Sulawesi Selatan terbagi dalam 23
Kabupaten/Kotamadya serta 2 (dua) Kota Administratif yakni
Palopo di Kabupaten Luwu dan Watampone di kabupaten Bone.
Sedangkan yang sangat berarti adalah perubahan nama ibukota
Provinsi Sulawesi Selatan dari Makassar ke Ujung Pandang yang
43 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
ditetapkan dalam PP Nomor 51 tahun 1971 Lembaran negara
Republik Indonesia Nomor 65 tahun 1971.
Lembaran Kerja 8 (LK-8)
Laporan Kelompok : …………………………………………

N Lafal Into Ba La Kerja Jml/Rata-


o Kelompok nasi ha nca Keras rata/
sa r Kategori
1
2
3
4
5
D
s
t
Catatan :
1. Nilai : 1-10
2. Nilai : Skor Perolehan x 100 %
Skor Maksimal (50)
3. Kategori :
Baik Sekali : Jumlah Nilai : 86-100 %
Baik : Jumlah Nilai : 70-85 %
Cukup : Jumlah Nilai : 55-69 %
Kurang : Jumlah Nilai : dibawah 55 %

44 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
PETA MATERI
PELAJARAN VIII

TEMA

KREATIF pbiRu/ pper


Maluangan
Paqtanngaranna
45 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
DESKRIPSI PETUAH LAGU
DAERAH

PENGERTIAN WACANA

PELAJARAN VIII
TEMA : KREATIF
(pbiRu/pper/
Maluangan Paqtanngaranna )

46 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Gambar/Foto 8.
Kegiatan Kreatifitas
(pbiRu/ pper/ Maluangan Paqtanngaranna)

A. MENYIMAK
- Memahami deskripsi dan pengertian nilai karakter dalam
bahasa Indonesia dan bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan.
- Menyajikan penerpan nilai karakter baik secara lisan
maupun tulisan.

1. DESKRIPSI
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkam
cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

2. PENGERTIAN
a. kre.a.tif/kreatif/ a memiliki daya cipta; memiliki
kemampuan untuk menciptakan
kre.a.ti.vi.tas /kreativitas/ n kemampuan untuk
mencipta; daya cipta.
b. Kreatif dalam bahasa daerah (Bugis) disebut pbiRu
(Pabbinru) : pembuat, pencipta, dari kata wiRu (winru):
buat, cipta, (Makassar) disebut pper (paparek), dan

47 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
(Toraja) disebut Maluangan Paqtanngaranna yang
berarti: pembuat, pencipta.

TUGAS.
Kerjakan secara kelompok dan individu apa yang telah
dilaksanakan di sekolah sebagai penerapan tema Kreatif
(pbiRu/ pper/ Maluangan Paqtanngaranna), dan
bacakan di depan kelompok lain.

Lembar Kerja 9 (LK-9)

Kelompok : ……………………………..............
Nama Kelompok : ……………………………………...
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota : 1. …………………….
2……………………...
Laporan hasil kerja kelompok

No Indikator Dalam Manfaat


Ya/Tidak bentuk
1 Menciptakan
situasi belajar
yang
menumbuhkan
daya berfikir
dan bertindak
kreatif bagi
siswa
2
Pemberian
tugas untuk

48 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
menantang
munculnya
karya baru,
baik yang
autentik
maupun
3
modifikasi
Adanya
pengakuan atas
karya yang
dihasilkan
siswa

Penerapan Individu (dikerjakan diluar jam tatap muka)

Lembaran Kerja 10 (LK-10)

Nama : ………………………………..

Laporan Individu.

No Indikator Ya/Tidak Tuliskan Manfaatnya

1 Berpikir dan
bertindak
kreatif
2 Menghasilkan
karya baru,
baik yang
autentik
maupun
modifikasi
3
Mendapat
pengakuan atas
49 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
karya yang
dihasilkan

3. PETUAH
- Menganalisis arti dan makna petuah dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja) baik melalui lisan
maupun tulisan
- Menginterpretasi relevansi petuah dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dengan kenyataan
sekarang baik secara lisan maupun tulisan

Bugis.

aEpai tRn tau eknw nwea :


1 . emloriwi gau ptuju
2 . emloriwi ad ptuju
3 . emloaiey ropo ropo nerwE paimE
4 . emloaiey lol mlitikE

Dibaca :
Eppai tanranna tau kenawa-nawae :
1. Meloriwi gau’ patuju
2. Meloriwi ada’ patuju
3. Meloie roppo-roppo narewe’ paimeng
4. Meloie lolang malitike’

Makassar.

nia ap trn tau amikiri


1. apkrnuai pgauk bji
2. pkrnuai kn kn bji
3. amtulu ropo ropo amoeterki dkn
4. loloki loloki aGolo agn

50 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Dibaca :

Niak appak tanranna tau ammikkiri


1. Appakarannui pangkaukang bajik
2. Appakarannui kana- kana bajik
3. Ammanunutuluk rompok-rompok ammotereki dkkana
4. Lolo-loloki anngolo agadang

Toraja.
Dennapaq to matangnga :
1. Umposende panngaliran tongan
2. Untoe kada tongan
3. Untammui kamassussan moqdong mentengka
4. Maqlingka lan kamatangkinan

Terjemahan :
Ada empat ciri orang yang berpikiran :
1. Menyenangkan perbuatan benar
2. Menyenangkan kata benar
3. Menghadapi semak-semak ia surut langkah
4. Menempuh jalan ia berhati-hati
(Indonesia).

Penjelasan :
Pada umumnya orang yang betul-betul berpikiran atau
berakal sehat, adalah budiman pula. Seorang budiman lebih
banyak memikirkan kesalahan yang ada ada dirinya dari pada
apa yang ada pada orang alain. Berdasarkan pengetahuan atas
kecurangan-kecurangan ia berusaha meningkatkan diri, karena
itu ia menyenangi perbuatan serta kata benar.
Orang berkal berani surut langkah dari kesalahan dengan
anggapan, bahwa surut langkah untuk menghindari kesalahan
bukanlah suatu kekalahan dan lebih baik menghindari
kesalahan dari pada melakukannya. Makanya orang berakal
selalu berhati-hati, sebab ia memperhitungkan tiap langkahnya.
51 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
TUGAS :

I. Diskusikan arti dan makna serta relevansi petuah dalam


bahasa daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dengan tema
Kreatif (pbiRu /pper/ Maluangan Paqtanngaranna
dengan kenyataan kehidupan sekarang.
Diskusi kelas.
II. Buat Baliho/Standing Banner petuah dan dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja) terjemahannya dengan
tema Kreatif (pbiRu/pper/ Maluangan Paqtanngaranna).
Kelompok, pajang dan presentasiakn di depan kelas

B. MEMBACA

- Menganalisis teks kisah/biografi tokoh, baik melalui lisan


maupun tulisan
- Menyajikan kegiatan yang dapat diteladani dalam teks
kisah/biografi tokoh, baik secara lisan maupun tulisan
Tugas Kelompok

Studi Pustaka

1. Bacalah profil tokoh di bawah ini dengan cermat


2. Berdiskusilah bersama teman sekelompok, hendaknya
kamu berbicara secara sopan, dan Saling menghargai
3. Tuliskan kegiatan yang dapat diteladani dalam isi teks
kisah/biografi tokoh HM. Yasin Limpo dan Karaeng
Temba yang telah dibaca, can bacakan di depan kelompok
lain
(Lihat LK-11)

HM .YASIN LIMPO DAN


KARAENG TEMBA

52 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Taklukkan Musuh di bulukunyi

Saat markas pejuang di Ko’mara dikepung oleh Belanda.


pejuang kemerdekaan tentu saja tak mau menyerah begitu saja,
Akibatnya, dalam pertempuran hidup mati, puluhan bunga bangsa
kembali ke pangkuan ibu pertiwi.
Pejuang yang masih hidup berusaha meloloskan diri dari
kepungan musuh dengan berbagai cara. Karena wanita saat itu
mendapat perlakuan baik dari Belanda kaum laki-laki. ketika
dikejar tentara NICA di barembeng HM Yasin Limpo saat itu
menyamar sebagai wanita, sehingga lolos dari kepungan Belanda,
juga lolos dari maut.
Demikian halnya saat Ia dikepung dikampung Mamajang di
Makassar, ia diselamatkan oleh ibu rumah tangga, kebetulan
rumahnya lagi terbuka. Yasin masuk dan di suruh bersembunyi di
dalam sumur. ketika Belanda menggeledah hasilnya nihil, markas
loloslah kedua kalinya. saat dikepung Yasin sudah siap dua
geranat ditangan sambil berdo’a pada Allah SWT agar terhindar
dari maut.
Beberapa kesatuan kelasykaran pemuda di Sulawesi Selatan
seperti Lipang Bajeng, harimau Indonesia bernaung dibawa Panji
Lapris yang dipimpin oleh Ranggong Daeng Romo. Yasin saat itu
dipercayakan oleh Ranggong untuk memimpin Pasukan Rahasia
Republik Indonesia Sulawesi (Parris), semacam Intelijen.
Tugas intelijen ini adalah memantau secara rahasia basis
kekuatan Belanda dan hasilnya diinformasikan pada perjuangan
Lapris untuk memudahkan pergerakan kelasykaran.
Takalar sejak masa itu merupakan basis perjuangan yang
tangguh, dan mendapat pengakuan dari nusantara bahkan dunia
internasional. karena pada masa itu kekuatan Belanda beberapa
kali dipatahkan oleh pejuang Lapris di Polongbangkeng Takalar.
Setelah pimpinan Lapris Ranggong Daeng Romo gugur, ia
digantikan oleh Karaeng Temba pada 23 maret 1947. Belanda
terus melancarkan serangan, tetapi serangan besar-besaran itu
sempat terbaca oleh para pejuang. Para pejuang memasang taktik,

53 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
markas di Bulukunyi dikosongkan kemudian menebar peluru di
sekeliling markas tersebut. saat posisi pasukan Lapris dianggap
sudah mantap, salah seorang pasukan lantas membakar peluru
yang sudah ditebar itu. terdengarlah suara dar dir dor. Belanda
menyangka terjadi peperangan. Pasukan Belanda selanjutnya
menyerbu Bulukunyi. Setelah pasukan belanda masuk Bulukunyi,
barulah pejuang Lapris menyerang dari belakang. Banyak
Pasukan Belanda yang mati.
Menurut karaeng temba, sebelum organisasi pejuang itu
bergabung dalam Lapris, tak kurang dari 80 kali dirinya terlibat
dalam kontak senjata dengan belanda. Pertempuran paling
melelahkan, saat markas Lapris di Gunung Langkese diserang
yang merenggut nyawa Ranggong Dg Romo.
Dalam kondisi demikian, markas pejuang berpindah-pindah,
setelah Bulukunyi, pindah ke Rannaya. Di Rannaya pasukan
Karaeng Temba berhadapan sekitar 300 tentara Belanda, karena
pasukan Belanda lebih unggul dalam persenjataan, markas
terpakasa dipindahkan ke Molo (ko’mara). dari markas baru inilah
pada tahun 1956 pejuang melancarkan serangan yang dipimpin
oleh Djalil Dg Leo.

Lembar Kerja 11 (LK-11)

Kelompok : ………………………………...........
Nama Kelompok : ……………………………………
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota : 1. …………………….
2……………………...
Laporan hasil kerja kelompok :

Teransliterasi dan
Kegitan yang dapat translasi dalam
Nama Tokoh diteladani sesuai bahasa dan aksara
54 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
teks daerah
(Bugis/Makassar/
Toraja)
1.
2.
3.
4.
5.
dst.

C. BERBICARA

- Memahami teknik menyanyikan lagu daerah


(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan
- Menyanyikan lagu daerah (Bugis/Makassar/Toraja)

Tugas Indivudu

1. Nyanyikan lagu daerah (Bugis/Makassar/Toraja) di bawah


ini
2. Amatilah teman yang menyanyi/membawakan lagu
daerah (Bugis/Makassar/Toraja).
3. Berikan penilaian.
(Lihat LK-12)

a. Lagu Daerah (Bugis)


aoKon aruPoen
Judul asli : RADIGAMBONG

Lagu dan Syair


DG. MASSIKKI

erkua adi laoki bj


troki lEb eced 2x
55 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
al plw audni
plw audni

erkua adi mrudniki


ecGki ri ektEeG 2x
al tosidup mt
tosidup mt

b. Lagu Daerah (Makassar)

sulewsi prsGt
 

sulewsi prsGt
but psoloG ecert
ajri tGoG mlopo
aiket tum buty
pun etn kisipaiG
nki msi msi Gu rGi
namsn selwn
tmkuel am borit

cini sai bori ebly


eblmo ekmjuan
eten mmo julu bsn
am sn prsGt

sbori sprsGt
bji mki ajulu ati
n am sn selweG
sulewsi prsGt

c. Lagu Daerah (Toraja)

56 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Marendeng Marampa
Cipt. NN
Voc. Daniel Tandirongang
Marendeng marampa' kadadianku
Dio padang digente' Toraya
Lebukan Sulawesi

Mellombok membuntu mentanetena


Nakabu' uma sia pa'lak 
na sakkai Salu Sa'dan

Kami Sang Torayan


Umba umba padang ki olai
Maparri' masussa ki rampoi

Tang ki pomabanda penawa


Ya mo passanan tengko ki 
Umpasundun rongko'ki 
Lembaran Kerja 12 (LK-12)

Nama : …………………………………………………

Laporan Individu

N Nama Siswa Wira Wi Wi Lan Ker Jml/Rata-


o ma rasa ra car ja Ke rata/Kate
ga ras gori
1

57 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
d
s
t

Catatan :
1. Nilai : 1-10
2. Nilai : Skor Perolehan x 100 %
Skor Maksimal (50)
3. Kategori :
Baik Sekali : Jumlah Nilai : 86-100 %
Baik : Jumlah Nilai : 70-85 %
Cukup : Jumlah Nilai : 55-69 %
Kurang : Jumlah Nilai : dibawah 55 %

PETA MATERI
PELAJARAN IX

TEMA

58 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
BAIK SANGKA edec kp/bji kpn/
Ma’penaa melo

DESKRIPSI PETUAH MENGARANG

PENGERTIAN WACANA

PELAJARAN IX
TEMA : BAIK SANGKA
( edec kp/bji kpn/ Ma’penaa melo )

59 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Gambar/Foto 9.
Pesan Baik Sangka
(edec kp/bji kpn/ Ma’penaa melo)

A. MENYIMAK

- Memahami deskripsi dan pengertian nilai karakter dalam


bahasa Indonesia dan bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan
- Menyajikan penerpan nilai karakter baik secara lisan
maupun tulisan

1. DESKRIPSI
Sikap dan prilaku yang senangtiasa menduga seseorang
pada hal-hal yang baik.

2. PENGERTIAN

a. Ba.ik a 1 elok; teratur; rapi; 2 tidak jahat 3 sembuh; pulih


dr sakit; 4 berguna; manjur;
Sang.ka v duga; taksir;

60 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
b. Baik sangka dalam bahasa daerah (Bugis) disebut edec
kp(deceng kapang): Menduga dengan hal yang baik. dari
kata edec (deceng) : baik. medec (madeceng): jadi baik, yg
baik; mpedec (mappadeceng): memperbaiki, dan kp
(kapang) : dugaan, sangka, kira, barangkali, mungkin,
curiga. mkp (makkapang), (Makassar) disebut bji kpn
(baji kapanna), dan (Toraja) disebut Ma’penaa melo yang
berarti : menduga, mengira yang baik.

TUGAS.
Kerjakan secara kelompok apa yang telah dilaksanakan di
sekolah sebagai penerapan tema Baik Sangka (edec
kp/bji kpn/ Mappenaa melo), dan bacakan di depan
kelompok lain.

Lembar Kerja 13 (LK-13)

Kelompok : ……………………………..............
Nama Kelompok : ……………………………………...
Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….
2. Sekretaris : ……………………….
3. Pelapor : ……………………….
4. Anggota : 1. …………………….
2……………………...
Laporan hasil kerja kelompok
Jenis
No Indikator Manfaat Ket
Kegiatan
1 Sekolah
menganggap
semua siswa
adalah baik
2 Sekolah tidak
menjatuhkan
sanksi kepada
siswa tanpa

61 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
bukti
3 pelanggaran
Sekolah
memberikan
kesempatan
kepada siswa
untuk merubah
prilakunya
yang buruk
menjadi baik

Penerapan Individu (dikerjakan diluar jam tatap muka)


Lembaran Kerja 14 (LK-14)
Nama : ………………………………..
Laporan Individu.

Dengan
No Indikator Manfaat Ket
cara
1 Saya selalu
menganggap semua
teman adalah baik
2 Saya tidak tidak
pernak mempitnah
teman
3 Saya senangtiasa
mengingatkan teman
untuk tidak berbuat
kesalahan

3. PETUAH

- Menganalisis arti dan makna petuah dalam bahasa daerah


(Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan maupun
tulisan

62 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
- Menginterpretasi relevansi petuah dalam bahasa daerah
(Bugis/Makassar/Toraja), dengan kenyataan sekarang baik
secara lisan maupun tulisan

Bugis.
troai gaun sElaomu rimedeceG gK moPon gau
sielnErEnea.

Dibaca :
Taroi gau’na sellaomu rimadecengnge gangka mompona
gau’ silennerennae.

Makassar.
boliki pgaukn agnu bjik segn kmn toej.
Dibaca :

Boloki panggaukanna aagannu ri bajika sakgenna kammana


tojeng.

Toraja.

Kilalai (ingaranni) tu apa napogauq solama sae lako


mempayanna

Terjemahan :

Letakkanlah perbuatan kawanmu pada nan baik sampai


timbulnya kenyataan.
(Indonesia)
Penjelasan :

Pada umumnya manusia lebih cendrung untuk


menanggapi perbuatan seseorang dari sudut yang kurang baik,
maka hal tersebut harus dihindari sampai timbulnya
kenyataan, karena menentukan penilaian selanjutnya: lebih-

63 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
lebih kalau menyangkut seorang sahabat. Kalau kelak
tanggapan tersebut bertentangan dengan kenyataan, tidaklah
terlalu menjauhi nilai kebaikan yang telah diberikan dengan
timbulnya tanggapan baru yang baik pula, misalnya, bahwa
kesalahan itu dilakukan karena kekhilafan.

TUGAS :

I. Diskusikan arti dan makna serta relevansi petuah dalam


bahasa daerah (Bugis/Makassar/Toraja) dengan tema
Baik Sangka (edec kp/bji kpn/ Ma’penaa melo)
dengan kenyataan kehidupan sekarang.
Diskusi kelas.
II. Buat baliho/Standing Banner petuah dalam bahasa
daerah (Bugis/Makassar/Toraja), dan terjemahannya
dengan tema Baik Sangka (edec kp/bji kpn/ Mappenaa
melo)
Kelompok, pajang dan presentasikan di depan kelas

B. MEMBACA

- Menganalisis teks kisah/biografi tokoh, baik melalui lisan


maupun tulisan
- Menyajikan kegiatan yang dapat diteladani dalam teks
kisah/biografi tokoh, baik secara lisan maupun tulisan

Tugas Kelompok

Studi Pustaka

1. Bacalah kisah tokoh di bawah ini dengan cermat

64 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
2. Berdiskusilah bersama teman sekelompok, hendaknya
kamu berbicara secara sopan, dan saling menghargai
3. Tuliskan kegiatan yang dapat diteladani dalam isi teks
kisah/biografi tokoh Raja Bugis yang telah dibaca, dan
bacakan di depan kelompok lain.
Lihat LK-15.

MIMPI RAJA BUGIS


YANG MENGGETARKAN

Raja Bugis yang dimaksudkan dalam tulisan ini ialah La


Pattiware Daeng Parebbung, Raja Luwu yang pertama
memeluk agama Islam langsung dari Trio Datok dari Sumatra.
Menurut riwayat, sebelum menerima Islam secara pribadi, La
Pattiware termasuk Raja yang arif bijaksana. Tingkah lakunya
yang lembut, kharisma pribadinya yang menggetarkan serta
daya pesona yang dimilikinya membuat rakyat dan seluruh
rakyat Luwu mencintainya.
Barangkali karena memang sudah menjadi takdir bagi
La Pattiware, figur yang satu ini akhirnya mendapat
kehormatan sejarah sepanjang masa. Ia dinobatkan sebagai
Raja pertama yang menerima Islam dengan tulus ikhlas.
Proses masuknya kedalam Islam, memang tidak begitu
mulus. Sebab, perkembangan dakwah yang telaten dan penuh
ketabahan dari Trio Datok yang dikirim Raja Iskandar Muda
dari Aceh memang memerlukan waktu yang amat panjang.
Hanya karena keuletan para pengajurnya, ajaran Islam yang
hingga hari ini telah menjadi sub identifikasi budaya orang-
orang Bugis-Makassar dapat berkembang sampai hari ini.
Kedatangan para Datok menurut lontaraq Bugis disebutkan
pertama kali mendarat di pantai Makassar.
Mereka tinggal di sana sekitar 11 hari lamanya. Pada
waktu itu ketiganya kepingin sekali ketemu dengan Raja
Gowa XIV Imangngarangi Daeng Manrabbia Tumianga ri
Gaukanna. Tetapi justru yang pertama kali ketemu dengan
Datok-datok ini adalah seorang nelayan dari Mandar?. Dari

65 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
nelayan inilah ketiga Datok mendapat informasi, tentang peta
kekuasaan raja-raja Bugis-Makassar. Menurut informasi dari
nelayan yang tadi dikenal itu, kerajaan Bugis yang paling
besar di daerah ini ialah Kerajaan Luwu yang pusatnya di
Palopo. Atas informasi itu, ketiganya kemudian berangkat
menuju Luwu melalui Selat Makassar menyusuri pantai
Mamuju dan kemudian menuju Palopo. Perjalanan dari
Mamuju ke Palopo dilakukan dengan jalan kaki setelah
melewati daerah Tana Toraja.
Tatkala, Trio panganjur Islam ini sedang dalam
perjalanan menuju Luwu, di rumah Kerajaan Luwu yang
megah. Tengah malam yang penuh bintang-bintang. Raja
Luwu yang disegani La Pattiware Daeng Parebbung sedang
berfikir keras tentang mimpi yang baru saja dialaminya.
Dalam mimpi, yang anehnya juga dialami isterinya, beliau
melihat bulan dan tujuh bintang dengan sinar cemerlang jatuh
ke atas pangkuannya. Esok harinya, tatkala para anggota hadat
dan peramal kerajaan Luwu sedang duduk tafakur, salah
seorang tokoh istana mengungkapkan ramalan yang aneh akan
arti mimpi yang dialami La Pattiware dan isterinya. Ahli
nujum itu berkata jelas: “Dewata Seuwae (istilah Tuhan Yang
Esa dalam tradisi pra Islam Bugis) yang maha besar
kekuasaannya akan melimpahkan kebaikan yang paling besar
kepada kekuasaan Raja Luwu dan Kerajaan Luwu secara
keseluruhan”.
Dalam keadaan bimbang karena dalam penantian yang
tidak pasti, bagaimana pula gerangan makna mimpi itu bakal
menjadi kenyataan dalam hidupnya sebagai Raja yang
disegani di mana-mana. Tiga hari kemudian, yaitu masa
kesangsian yang ketiga harinya, tatkala La Pattiware sedang
istirahat pagi dinihari di rumahnya, seorang penjaga wilayah
istana datang menghadap sembah: “Tuhanku.”katanya. “Kami
telah menyaksikan tiga orang aneh sedang duduk istirahat di
bawah pohon rindang di Gunung Alipeng. Bentuk badannya
tidak sama dengan kita, suaranya tidak sama dengan suara
66 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
orang kebanyakan dan pada waktu-waktu tertentu, mereka
kelihatan tenang sekali. Sesekali kami mendengar suara yang
begitu aneh dan tidak pernah kami dengarkan sepanjang hayat
selama ini: kalaulah Tuan tak keberatan, sudilah menerima
ketiga orang itu, siapa tahu, ia bakal membawa manfaat”.
Bagai kena hipnotis, pertemuan ketiga Datok dengan La
Pattiware tak dapat kesulitan apa-apa. Dengan mulus,
ketiganya berhasil mencatat Raja Luwu menjadi pemeluk
agama Islam. Sejak saat itu, Raja Luwu memahami bahwa
makna mimpi yang dialaminya tiga hari sebelumnya telah
menjadi kenyataan. Peristiwa ini terjadi pada 15 Ramadhan
1007 H.
Agaknya, ketiga Datok pengajur agama Islam dari
Sumatera ini termasuk para fundamentalis yang sangat radikal.
Sebab tatkala La Pattiware menerima Islam, ketiganya
mengajak Raja Luwu agar menyerukan ke seluruh kerajaan di
daerah Sulawesi untuk menerima agama Islam. Permintaan
para Datok juga disertai permintaan yang ekstrim, kalau
mereka tak menerima Islam secara damai, perangi mereka.
Akan hal ini, La Pattiware tak meluluskannya. Ia menolak
permintaan yang satu itu, karena: “Kami tidak memiliki
kekuatan militer yang bisa menjamin kemenangan kalau
berperang cukup lama”. Akan tetapi, La Pattiware menyuruh
para Datok berangkat ke Gowa. Sebab hanya Gowa yang
mampu melakukan peperangan terbuka dengan raja-raja
manapun juga yang menentang kehendaknya. Dalam
perjalanan menuju Gowa, ketiganya berbeda paham, Datok
Sulaiman cenderung terlebih dahulu mengajarkan saja fiqh
kepada Raja Gowa, sementara Datok Abdul Jawwad
cenderung mengajarkan Al-Qur’an saja, sementara Datok
Abdul Makmur memilih tasawuf.
Dalam diskusi intern antara ketiganya, Abdul Jawwad
tiba-tiba sakit keras. Ia kemudian ternyata meninggal dunia di
Tiro. Sejak itu ia populer dengan Datok Tiro.

67 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Kedatangan Datok Sulaiman dan Datok Abdul Makmur
di Gowa juga mendapat sambutan yang melegakan. Keduanya
seperti di Luwu tak mendapatkan rintangan yang berarti.
Dentan mudah, Raja Gowa I Mangngarangi Daeng Manrabbia
dan mangkubuminya Raja Tallo I Mallingkaang Daeng
Manyonri diajak masuk Islam.
Ketika sudah memeluk agama Islam, Datok penganjur
agama menyuruh Raja Gowa mengirim surat ke seluruh
Kerajaan di Sulawesi Selatan. Menurut riwayat, ada 20
kerajaan yang dikirimi yaitu: Tellu Limpoe (Bone, Soppeng,
dan Wajo), Lima Ajang Tappareng (Sidenreng, Rappang,
Pinrang, Sawitto, dan Suppa), Lima Massemgrrempulu
(Bontobatu, Alla, Mallawa, Enrekang, dan Maiwa), dan Pitu
Babana Binanga (Balanipa, Banggae, Pamboang, Tappalang,
Mamuju, Binuang, dan Sendana).
Memang di beberapa kerajaan, terutama di Tellu
Limpoe, Islam disebarkan kemudian setelah didahului
peperangan yang meminta banyak korban. Tetapi, Islam
kemudian menjadi panutan mayoritas, bahkan seluruhnya di
daerah Sulawesi Selatan. Inilah, barangkali akibat-akibat
langsung dari sebuah mimpi raja Bugis yang menggetarkan
peradaban Bugis-Makassar dalam jangka waktu yang amat
lama.

Lembar Kerja 15 (LK-15)

Kelompok : ………………………………...........

Nama Kelompok : ………………………………………

Nama Anggota : 1. Ketua : ……………………….

2. Sekretaris : ……………………….

3. Pelapor : ……………………….

68 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
4. Anggota : 1. …………………….

2…………………

Laporan hasil kerja kelompok :

Teransliterasi dan
Kegitan yang dapat translasi dalam
Nama Tokoh diteladani sesuai bahasa dan aksara
teks (Bugis/Makassar/
Toraja)
1.
2.
3.
4.
5.
dst.

C. MENULIS

- Memahami tata cara menulis karangan dalam bahasa dan


aksara daerah (Bugis/Makassar/Toraja), baik melalui lisan
maupun tulisan
- Menulis karangan dalam bahasa dan akasara daerah
(Bugis/Makassar/Toraja).

Tugas Individu

1. Perhatikan dengan baik contoh karangan di bawah ini


2. Tulislah karangan dalam bahasa dan aksara daerah
(Bugis/Makassar/Toraja) dengan judul cita-citaku.
3. Bacakan karangan masing-masing di depan kelas
69 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
4. Amatilah setiap teman yang membacakan karangannya dan
berikan penilaian.
Lihat LK-16.

Contoh Karangan

CITA-CITAKU
INGIN MENJADI GURU

Di kala besar nanti, aku ingin menjadi guru. Aku sangat


ingin menjadi guru,karena aku ingin mencerdaskan anak-anak
bangsa. Aku juga ingin berguna bagi nusa dan bangsa. Maka aku
harus belajar dengan giat dan mengerjakan apa yang diberikan
oleh guru kami. Saya harus belajar dengan tekun karena kami
merupakan generasi-generasi penerus bagi nusa dan bangsa di
Indonesia.
Guru merupakan pahlawan tanpa tanda jasa dan mungkin
tanpa ada guru Saya dan teman Saya yang lainnya tidak mengerti
huruf dan angka, dan juga tidak bisa menulis dan membaca. Itulah
pengorbanan seorang guru terhadap negara. Maka kita harus
mematuhi apa yang diperintahkan oleh guru kita, dan mematuhi
tata tertib sekolah. Seharusnya kita besyukur dibandingkan
dengan anak-anak yang lainnya, karena kita masih bisa bersekolah
dan bermain dengan teman-teman lainnya. Sedangkan anak-anak
lainnya berada di pinggir jalan, dan mereka bekerja di pinggir
jalan. Mereka seharusnya belajar dan duduk dibangku sekolah dan
mengerti bagaimana rumitnya matematika dan pelajaran biologi,
bahkan tentang bahasa daerah. Padahal sekolah sangat penting,
namun kondisi ekonomi orang tua mereka kurang mampu.
Nampaknya biaya pendidikan menjadi masalah bagi mereka. Dan
masalah itu menyebabkan sekitar 12 juta anak terancam putus
sekolah.
Kebanyakan dari mereka, pendidikan yang tinggi menjadi
satu cita-cita dan impian mereka tersendiri. Bahkan untuk
menyelesaikan jenjan SD-SMP-SMA saja sudah lebih dari cukup.
Kurangnya pendidikan bagi anak-anak ini berdampak jauh lebih
besar dari apa yang bisa kita pikirkan. Kurangnya pendidikan
mempunyai dampak pada kesejahteraan hidup mereka. Karena
70 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
mereka pada dasarnya mereka tidak memiliki pengetahuan yang
luas dibandingkan dengan kita.
Padahal mereka masih membutuhkan sekolah. Mereka
juga merupakan generasi-generasi penerus. Mereka juga
mempunyai cita-cita dan impian. Mungkin kedua orangnya tidak
mengerti atau kurang memehami betapa pentingnya sekolah untuk
anak-anak mereka. Padahal anak-anak mereka ingin sekali
melanjutkan sekolahnya sampai perguruan tinggi dan meraih cita-
cita dan impian mereka masing -masing. Karena keterbatasan
ekonomi di keluarga mereka, jadi mereka tidak dapat bersekolah
atau untuk melanjutkannya.
Sekarang mereka hanya dapat bersekolah sampai SD saja.
Namun SD itu belum tentu selesai, terkadang sudah putus
sekolah. Semestinya mereka bermain bersama teman-teman
sebanyaknya, melainkan mereka sudah bekerja untuk mencari
uang. Maka dari itu Saya sangat ingin sekali meraih cita-cita Saya
menjadi GURU dan semoga cita-cita saya tercapai.
Amin...
                                                                                
 Lembar Kerja 16 (LK-16)

Laporan hasil penilaian :

N Nama Siswa Isi La In La Ker Jml/Rata-


o dan fal tona n ja Ke rata/Kate
Bhs, si car ras gori
1
2
3
4
5
d
s
t

Catatan :

71 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
1. Nilai : 1-10
2. Nilai : Skor Perolehan x 100 %
Skor Maksimal (50)
3. Kategori :
Baik Sekali : Jumlah Nilai : 86-100 %
Baik : Jumlah Nilai : 70-85 %
Cukup : Jumlah Nilai : 55-69 %
Kurang : Jumlah Nilai : dibawah 55 %

DAFTAR PUSTAKA / NARASUMBER


Alam Syamsul.Cs. 2004. Manfaat Pappaseng Sastra Bugis
dalam Kehidupan Bermsyarakat. Makassar. Samrud
Nusantara.
Ali. A.M. 1989. Seuntai Mutiara yang Terpendam.
Awaluddin Bustan. 2009. 5 Tokoh Bugis Pengukir Sejarah,
Makassar : Refleksi.
72 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Balalembang. … Ada’ Toraya
Buttu Dan.......... Sastra Toraja Untuk Kelas XI SMA Katolik
Rantepao
Burairah Badaruddin. 2007. Nene Mallomo Tau Accana
Sidenreng Rappang
Bunga Rampai. 2015. Hasil Penelitian Bahasa dan Sastra.
Makassar : Balai Bahasa Sulawesi Selatan dan Sulawesi
barat
Daeng Kembong Cs. 2013. Kosa Kata Tiga Bahasa(Indonesia-
Makassar-Bugis). Makassar. Mandiri.
Chaeran Tamrin. 1980. Kamus Ungkapan Bugis-Indonesia.
Manado : Yayasan Frater Andres
Internet. 2018.
Kawu A. Shadiq. 2007. Kisah Kisah Bijak Orang Sulsel (1).
Makassar : Refleksi.
Kulle Syarifuddin. 2003. Aksara Lontara Makassar. Gowa Buana
Lambaselo
Kemendiknas. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya dan
Karkter Bangsa, Pedoman Sekolah, Jakarta :
Balitbang Puskur dan Perbukuan.
Kemendiknas. 2011. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan karakter
(Berdasrkan pengalaman di satuan Pendidikan
Rintisan), Kakarta : Balitbang Puskur dan
Perbukuan.
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter,
Jakarta : Balitbang Puskur dan Perbukuan.
Machmud Hasan, 2001. Silasa I Kumpulan Petuah Bugis
Makassar.UD Indah Jaya.
Majah Sukardi,. 2016. Muatan Lokal SMA/Sederajat Bahasa dan
Sastra Bugis mnEnuGE Kelas X. Makassar. CV. Al-
Hikmah Jaya Pratama
Moein MG. 1990. Menggali Nilai-Nilai Budaya Bugis-Makassar
Di Sirik Na Pacce. Makassar : Mapress
Nur M. Rafiuddin. 2008. Aku bangga berbahasa BUGIS Bahasa
Bugis dari ka sampai ha, Makassar : Rumah Ide.
Nonci Haji. Pesan-Pesan Tradisional Pappaseng To
Riolo.Makassar. CV.Aksara
Palippui dan Hasan Pulu, 1987, “ Kumpulan Lagu-lagu Daerah
Bugis “

73 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Proseding, 2017. Konferensi Internasional Ikatan Budaya Daerah
Indonesia (IKADBUDI) Volume 1 dan 2. Makassar :
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin.
Qadratilah Meity Taqdir. 2011. Kamus bahasa Indonesia untuk
Pelajar, Jakarta Timur : Badan Pengembangan dan
pembinaan Bahasa.
Rizal Hannabi dkk. 2007. Profil Raja dan Pejuang Sulwesi
Selatan, Makassar : Refleksi.
Said M.Ide. 1977. Kamus Bahasa Bugis-Indonesia, Pusat
Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud,
Jakarta
Salim Muhammad. 1994. Konsep Silsilah Sisumpullolo Orang
Allekkuang
Salim Muhammad, Dkk, 1979/1980, “ Transliterasi dan
Terjemahan Elong Ugi (Kajian Naskah Bugis )“
Sulawesi selatan : Departemen Pendidikan Bugis (Bagian
Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan ).
Sikki Muhammad, Dkk. 1988. Tata Bahasa Bugis. Departemen
Pendidikan
Suwandi Sarwija dan Sutarmo. 2008. Bahasa Indonesia Bahasa
Kebanggaanku. Jakarta : Sumber Bahagia.
W. J. S. Poerdarminta, 1986. Kamus Bahas Indonesia. Lembaga
Bahasa Indonesia, Bandung: Sinta Darma.

Lampiran 1.
Lagu Daerah (Bugis)

bua tsR muw


G=1 4/4 Cipt : Hasan Pulu
74 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Moderato Lirik : Drs.Palippui

Lampiran 2.

RIWAYAT HIDUP
PENCIPTA/PENYUSUN

SUKARDI MAJAH, lahir di Sidrap (tepatnya Desa Wanio


Kecamatan Panca Lautang), 31 Desember 1959. Anak ke 3 (tiga)
dari 5 (lima) bersaudara orang tua bernama Mappangile dan
Ajarah (MAJAH).
Tamat sekolah SDN No. 2 Wanio di Wanio Kecamatan
Panca Lautangtahun 1972, SMP Negeri Pangkajene di Bilokka
Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang tahun
1975, SPG Negeri Pare-Pare tahun 1979.
Mencapai Sarjana Muda (BA) Jurusan Didaktik Kurikulum
pada STKIP Muhammadiyah Rappang Kabupaten Sidenreng
Rappang tahun 1984, Sarjana lengkap (Drs.) Jurusan Pendidikan
Umum pasa UVRI Ujung Pandang tahun 1986. Pasca Sarjana (S2)
Konsentrasi Ilmu Administrasi pada STIAMI Jakarta tahun 2010.
Diangkat menjadi guru (CPNS TMT, 01 Desember 1980
pada SDN No. 4 Bilokka di Desa Corawali Kecamatan Panca
Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang, Kepala Sekolah TMT, 03
November 1995 pada SDN No. 4 Bilokka di Desa Corawali
Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang,
Penilik PLS TMT, 15 Juli 2002 pada Kantor Cabang Dinas P dan
K Kecamatan Panca Lautang Kabupaten Sidenreng Rappang,
Pengawas Bidang Studi pada SMP, SMA dan SMK lingkup Dinas
Pendidikan Kabupaten Sidenreng Rappang TMT, 10 Januari
2005. Lulus Sertifikasi Pengawas Mulok Bahasa Daerah tahun
2009. Pengawas Sekolah Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi

75 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Selatan UPT Wilayah Sidenreng Rappang TMT 01 Oktober
2016, yang pelaksanaannya secara efektif 01 Januari 2017.
Prestasi yang dicapai terkait dengan Karya Tulis Ilmiah
adalah Juara Harapan II Tingkat Nasional Tahun 2003 pada
Lomba Karya Tulis Penilik PLS, Juara II Tingkat Nasional Tahun
2004 pada Lomba Karya Tulis Penilik PLS. Peserta Desiminasi
Best Practice Pengawas Sekolah tingkat Nasional tahun 2011 dan
2012. Pemenang 10 terbaik Nasional Best Practice Pengawas
Sekolah tahun 2013 dengan judul “ Menyusun Bahan Ajar
Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah untuk SMA/MA dan
SMK/MAK/ Sederajat di Kabupaten Sidenreng Rappang” .Karya
Tulis Ilmiah inilah mengantar penulis sebagai peserta Program
Benchamarking Pengembangan Pembelajaran Pendidikan ke
Rusia, Finlandia dan Swedia tanggal 31 Mei s.d 9 Juni 2014.
Pinalis 10 terbaik Nasional dalam lomba penulisan Best Practice
Pengawas Sekolah tingkat SMP tahun 2016 dengan judul “
Pengadaan Media Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra
Bugis untuk SMP/MTs Kab. Sidenreng Rappang”. Pemenang
Kelompok Terbaik III dalam Lomba Feature Tingkat Nasional di
Yogyakarta Tahun 2017, pretasi ini adalah yang pertama setelah
beralih menjadi Pengawas Dikmen Provinsi Sulawesi Selatan.
Buku yang telah diciptakan dan ditulis/ disusun adalah
penilaian kinerja PNS tahun 2009, Mulok SMP/ MTs Bahasa
Daerah Bugis mnEnuGE Kelas VII-IX tahun 2010. Mulok SD/MI
Bahasa Daerah Bugis mnEnuGE Kelas I-VI tahun 2011 dan
Mulok SMA/MA dan SMK/MAK/ Sederajat Bahasa dan Sastra
Daerah mnEnuGE Kelas X-XII tahun 2013. Mulok SD/MI
Bahasa Bugis mnEnuGE Kelas IV-VI Edisi 2 tahun 2014.Mulok
SMP/ MTs Bahasa Bugis mnEnuGE Kelas VII-IX Edisi 2 tahun
2014. Mulok SD/MI Bahasa Bugis mnEnuGE Kelas I-III Edisi 2
tahun 2015. Mulok SD/MI Bahasa Bugis mrEnu Kelas I-VI Edisi
2017. Mulok SMP/MTs Bahasa Bugis mrEnu Kelas VII-IX
Edisi 2017. Lontara dan Pangadereng Perkawinan Suku Bugis
Edisi I 2018.

76 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Melaksanakan sunnah Rasulullah Muhammad Saw tanggal
03 Desember 1988 yaitu menikah dengan wanita bernama
NURHAYATI LAMBA ( Lahir 16 Oktober 1968 ) di Desa
Corawali Kecamatan Panca Lautang. Alhamdulillah pada tanggal
28 April 1992 dikaruniahi oleh Allah SWT anak pertama Laki-
laki yang kami beri nama MUHAMMAD SHOLEH IBNU
SAKTI, selajutnya anak kedua juga Laki-laki pada tanggal 08
Juli 1998 yang kami beri nama AL-YUSRAN DWI SAKTI.
SAKTI singkatan dari SUKARDI NURHAYATI dalam arti dan
makna lain bahwa kami selaku ayah dan ibu kandung berharap
mendapat kemudahan dalam membina anak menjadi saleh dan
memiliki kemampuan untuk kesalamatan, kebahagian dunia
akhirat. A m i n . . .

Motto : Bahasa Bugis adalah Jati Diriku.

Etos Kerja : ersop ntEmGiGi mlomo


neletai pmes edwt.

Artinya : Hanya dengan kerja keras yang tak kenal


Rahmat Allah SWT akan tercurah
(Indonesia).

77 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Lampiran 3.

INDO SURE
(hurupu lotr)

k g G K

p b m P

t d n R

c j N C

y r l w

s a h
78 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Lampiran 4.

ANAK SURE

a i u e o e’

k : k ki ku ek ko kE
g : g gi gu eg go gE
G : G Gi Gu eG Go GE
K : K Ki Ku eK Ko KE
p : p pi pu ep po pE
b : b bi bu eb bo bE
m : m mi mu em mo mE
P : P Pi Pu eP Po PE
t : t ti tu et to tE
d : d di du ed do dE
n : n ni nu en no nE
R : R Ri Ru eR Ro RE
79 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
c : c ci cu ec co cE
j : j ji ju ej jo jE
N : N Ni Nu eN No NE
C : C Ci Cu eC Co CE
y : y yi yu ey yo yE
r : r ri ru er ro rE

l : l li lu el lo lE
w : w wi wu ew wo wE
s : s si su es so sE
a : a ai au ea ao aE
h : h hi hu eh ho hE

80 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat
Lampiran 5.

KOLOM INFORMASI

Dengan hormat, demi penyempurnaan Buku Mulok


SMA/Sederajat Bahasa dan Sastra Daerah
(Bugis/Makassar/Toraja) Kelas X Edisi 2018 kami sampaikan :

No
Prihal Temuan/Permasalahan Saran
.

...............................
Hormat kami

................................
Alamat :
81 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)
Kelas X SMA/Sederajat
Catatan : Kirim ke Pencipta/Penyusun

d.a. : Drs.SUKARDI MAJAH,M.Si/


Tim Pengembang Kurikulum Mulok Sul-sel
Dinas Penddidikan Provinsi Sul-Sel
Jalan Perintis Kemerdekaan Km 10. Makassar
Hp : 085255346059
E-mail : sukardi_majah@yahoo.co.id

82 Bahasa dan Sastra Daerah (Bugis/Makassar/Toraja)


Kelas X SMA/Sederajat

Anda mungkin juga menyukai