Anda di halaman 1dari 43

HSE PLAN

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT PLAN


(HSE PLAN)

Nama Pekerjaan : Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE - Dumai

Lama Pekerjaan :Estimasi 3 Bulan

Lokasi Pekerjaan : Dermaga PBBCE Dumai

Kategori Resiko : M (Menengah)

Keterangan : Sesuai dokumen Penunjukan Penyedia Jasa Pekerjaan Upgrading Dermaga di KPPT Dumai
No : L9PPN200.210/2017/022, mengenai Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga
PBBCE Dumai.

Disusun oleh,
PT. CIPTA RUPA PERTAMA
Project Manager

Barzah Arifiana

1
HSE PLAN

Health, Safety, Environment Plan


Proyek : Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE – Dumai

GAMBARAN UMUM :

1. Gambaran Umum Kontraktor Pelaksana Proyek :

Sesuai dengan dokumen pengadaan perihal pekerjaanPerbaikan Struktur Dermaga PBBCE Dumai
antara pihak PT. Pertamina Patra Niaga dengan Pihak PT. Cipta Rupa Pertama dengan masa
durasi kontrak selama 90 hari, PT. Cipta Rupa Pertama melaksanakan pekerjaan tersebut sesuai
dengan spesifikasi yang telah ditentukan dalam KAK.
PT Cipta Rupa Pertama adalah Perseroan Terbatas yang bergerak dalam bidang Chemical
Construction, Specialist Contractor dalam bidang Concrete Admixture, Waterproofing, Grouting,
Epoxy Coating, Flooring, Concrete Injection Repair dan Anchoring System.

2. Gambaran Umum Proyek :

Proyek ini adalah bersifat perbaikan struktur dermaga PBBCE Dumai milik PT. Pertamina Patra
Niaga selama 90 (sembilan puluh) hari, Pekerjaan ini sesuai dengan dokumen Penunjukan
Penyedia Jasa Pekerjaan Upgrading Dermaga di KPPT Dumai No : L9PPN200.210/2017/022 yang
di tunjuk oleh PT. Pertamina Patra Niaga untuk kesiapan dan kesanggupannya dalam
melaksanakan Pekerjaan yang dalam hal ini adalah Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE Dumai.
Proyek perbaikan struktur Dermaga Dumai ini direncanakan akan dikerjakan dalam waktu 90 Hari
Kerja dengan progress mengacu kepada kesepakatan yang tertuang dalam dokumen Penunjukan
Penyedia Jasa Pekerjaan Upgrading Dermaga di KPPT Dumai No : L9PPN200.210/2017/022 .

3. Ruang Lingkup Proyek :

Proyek ini ditangani langsung oleh PTCIPTA RUPA PERTAMA, Tenaga Kerja, Material, Peralatan
Kerja dan Alat Bantu Kerja menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT. CIPTA RUPA PERTAMA.
Untuk material pekerjaan disediakan dari PT FOSROC Indonesia . Material pekerjaan sipil seperti
besi , kayu, material pendukung scaffolding dan sejenis lainnya jika tidak ada di lokasi sekitar
setempat pekerjaan akan diupayakan dari Jakarta atau kota lain.
Ruang lingkup kerja meliputi:
1. Perbaikan struktur dermaga bagian bawah dengan metode grouting untuk menambah ketebalan
beton yang telah terkikis akibat korosif.
2. Perbaikan meliputi seluruh area dermagatetapi tidak mencakup keseluruhan ( hanya segmen
segmen yang telah mengalami kerusakan)

Pekerja adalah mereka-mereka yang sudah berpengalaman dalam bidangnya, seperti Ahli
pemasangan Scaffolding untuk area dibawah dermaga (menggantung), K3 Umum, kualifikasi juru
las (welder), ahli kelistrikan dan pada umumnya telah memahami akan aspek-aspek HSSE.

2
HSE PLAN

4. Penanggung Jawab Proyek :

Sesuai dengan struktur organisasi proyek, maka masing-masing pengawas bertanggung jawab pada
bidangnya dilapangan.
Dan secara umum, susunan penanggung jawab proyek adalah sebagai berikut :
1. Project Manager :Barzah Arifiana Hp.081223299671
2. Site Manager :Ahmed Faizal Hp. 081222644839
3. Koordinator Engineering :Rizki Nastiti Rahayu Hp. 0895333559599
4. Koordinator Scaffolding dan Formwork :Rukmana Hp. 081316113588
5. Koordinator Chipping :Syamsul Triman Hp. 082126437010
6. Koordinator Pembesian :Asep Hermawan Hp. 082316117216
7. Koordinator Grouting :Muriyanto Hp. 081214734470
8. Koordinator K3 :Yuhendri Hp. 082169734762

KEPEMIMPINAN DAN KOMITMEN :


1. Kebijakan HSE :
PT.CIPTA RUPA PERTAMA sebagai badan usaha yang bergerak di bidang Specialist Chemical
Construction senantiasa diperhadapkan dengan resiko aspek HSE yang tinggi, Untuk itu seluruh
jajaran baik manajemen, pekerja maupun buruh harian PT.CIPTA RUPA PERTAMA berkomitmen
untuk senantiasa menerapkan Sistem Manajemen HSE sebagai perioritas utama di setiap kegiatan
usaha bisnisnya.
Dengan harapan terciptanya kondisi lingkungan kerja yang Aman, bebas dari Kecelakaan / Luka,
serta Sakit akibat kerja maupun terjadinya Pencemaran Lingkungan, karena isu HSE dapat
menurunkan kredibilitas maupun dapat dijadikan barometer akan keberhasilan PT.CIPTA RUPA
PERTAMA, Untuk itu PT.CIPTA RUPA PERTAMA membuat kebijakan HSE sebagai berikut :

Objektif
Service Excellence, Nihil Insiden

Tujuan
PT.CIPTA RUPA PERTAMA yang bergerak di bidang chemical construction mempunyai komitmen
untuk melindungi setiap orang, aset perusahaan, sarana fasilitas, lingkungan dan komunitas sekitar
dari potensi bahaya yang berhubungan dengan kegiatan bisnis perusahaan sesuai dengan pedoman
dan prosedur standard yang berlaku di perusahaan dan mutu dari layanan itu sendiri.

Komitmen
Seluruh lapisan manajemen maupun pekerja PT.CIPTA RUPA PERTAMA terus berupaya untuk:

1. Mempertahankan pelayanan tepat kualitas, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat tujuan untuk
memenuhi kepuasan pelanggan.
2. Menjamin kehandalan sarana dan fasilitas penunjang operasi, efektifitas proses dan
kelangsungan suplai.

3
HSE PLAN
3. Memprioritaskan aspek kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan dalam
kegiatan bisnis perusahaan.
4. Selalu melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan upaya-upaya mitigasi dari setiap
bahaya dalam semua tahapan bisnis perusahaan.
5. Meningkatkan budaya, kesadaran dan kompetensi setiap pekerja di bidang kesehatan,
keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.
6. Mematuhi dan melaksanakan peraturan perundang-undangan dan standard kesehatan,
keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.
7. Bersungguh-sungguh menerapkan penghargaan dan konsekuensi terhadap tindakan-tindakan
dalam aspek mutu, kesehatan, keselamatan kerja dan lindungan lingkungan.
8. Senantiasa melakukan perbaikan dan peningkatan yang berkesinambungan melalui praktik
terbaik dan pengembangan inovasi.

Setiap manajemen lini, pekerja dan mitra kerja dituntut untuk berperan aktif dan bertanggung jawab
untuk selalu meningkatkan mutu layanan, mencegah dan menghindari bahaya yang dapat
menimbulkan insiden, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan dengan jalan menciptakan
kondisi dan tata kerja yang aman, sehat dan ramah lingkungan.

2. Kebijakan Minuman Keras dan Obat-obatan Terlarang :


PT.CIPTA RUPA PERTAMA juga berkomitmen untuk menerapkan tempat kerja dan pekerja yang
bebas penyalahgunaan NAPZA, untuk itu PT.CIPTA RUPA PERTAMA membuat kebijakan
pencegahan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang, yaitu sebagai berikut :

Objektif
Nihil Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan Terlarang

Tujuan
Melindungi keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja serta mencegah tindakan pelanggaran
hukum terkait.

Komitmen
Seluruh lapisan manajemen maupun pekerja PT.CIPTA RUPA PERTAMA berkomitmen untuk:

1. Menciptakan lingkungan kerja yang bebas dari alkohol dan obat-obatan terlarang.
2. Tidak mentolerir perilaku dan tindakan penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.
3. Memastikan bahwa setiap pekerja tidak melakukan tindakan penyalahgunaan alkohol dan obat-
obatan terlarang dengan cara pemeriksaan kesehatan secara berkala.
4. Melarang setiap perilaku penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang dalam setiap
aktifitas bisnis perusahaan.
5. Mengkomunikasikan secara aktif dan berkesinambungan tentang bahaya dan dampak negatif
yang ditimbulkan dari penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang.

Setiap manajemen lini, pekerja dan mitra kerja PT.CIPTA RUPA PERTAMA dituntut untuk sadar dan
peduli bahwa penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang merupakan tindakan yang tidak bisa
ditolerir karena mempengaruhi kesehatan, keselamatan kerja, produktifitas serta bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4
HSE PLAN
3. KPI HSE :

TARGET & UKURAN KINERJA TERPILIH ASPEK HSE


(HSE Key Performance Indicator)
PEMBANGUNAN NEW GANTRY SYSTEM & END TO END DATA AUTOMATION

ITEM TARGET INDICATOR BOBOT CATATAN


No
1. Jumlah Tenaga Kerja Absensi 2 All Pekerja
2. Jam Kerja Aman Data Jam Kerja 2 12 bulan = 360 hari
LANGGING INDICATOR :
1. Fatality 0 Angka Total Kasus 5
2. Insiden Kebakaran 0 Angka Total Kasus 5
3. Insiden Tumpahan Minyak 0 Angka Total Kasus 5
4. First Aid 0 Angka Total Kasus 5
LEADING INDICATOR :
1. H S E Meeting 12 Notulen 5 Setiap Bulan
2. H S E Talk / Briefing 360 Daftar Hadir 5 Setiap Hari

3. H S E Reporting 12 Laporan 5 Setiap Bulan


H S E Management Visit /
4. 6 Dokumen Visit 10
Inspeksi Management Kontraktor
Dok. Tindak Lanjut
5. Temuan yang Belum Selesai 0 5
Temuan
6. Pre Job Activity (PJA) 1 Dok. Inspection 10
7. Work In Progress (WIP) 2 Laporan W I P 10
Dok. Lap. Evaluasi
8, Final Evaluation 1 10
Akhir
9. Pengurusan Ijin Kerja 100 % Dokumen 4
10. Pelanggaran Terhadap A P D 0 Dokumen 4
Dok. Pelanggaran/
11. Pelanggaran Thd. Pengelo. Sampah 0 4
PPIK
Dok. Pelanggaran/
12. Pelanggaran Terhadap Rokok 0 4
PPIK
100 %

Ditetapkan di Bandung pada tanggal 10 Mei 2017


PT.CIPTA RUPA PERTAMA
Project Manager Upgrading Dermaga PBCCE Dumai

Barzah Arifiana

5
HSE PLAN

I. ORGANISASI, TANGGUNG JAWAB, KOMPETENSI Dan STANDAR :

1. Organisasi :
a. Organisasi Perusahaan di PT. CIPTA RUPA PERTAMA

Zirha Hafni Gagak Lumayung, ST, MBA Zohra Zein, BSc


(Commissioner 1) (Director) (Commissioner 2)

VACANT Gita Nuri Lenggogeni, S.Psi


(Secretary) (Vice Director)

M. Arifin Fitri Kamiawati, Amd Zuchdy Harary, BSc OUTSOURCE, DEBT COLLECTOR
(Trade Manager) (Operation Manager) (Engineer) (Collection)

VACANT Yuyun Yuningsih Aditya Ociem Pratama


(Technical Sales) (Administration) (Concrete Repair Specialist)

VACANT
Martono
(Technical Sales)
(Formwork & Rebar Specialist)
Ricci
VACANT (Tools & Equipment Repair Specialist)
(Technical Sales) Yayat Supriyatna
(Concrete Finishing Specialist)

Budi Wuryanto
(Waterproofing & Flooring Specialist)

b. Organisasi Project : Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE –


Dumai

6
HSE PLAN

2. Tanggung Jawab
a. Tanggung Jawab Manajer Proyek
Manager Proyek dalam hal ini bertanggung jawab sepenuhnya atas keseluruhan kegiatan
proyek dan sebab akibat yang ditimbulkan dari kegiatan proyek tersebut sampai dengan selesai
100 % pekerjaan.

Adapun Tugas Pokok Manajer Proyek antara lain :


Mengurus perijinan-perijinan yang dipersyaratkan dalam suatu kegiatan proyek di lingkungan
kerja PT CIPTA RUPA PERTAMA Dermaga PBBCE Dumai, termasuk memantau seluruh
kegiatan HSE yang dilakukan oleh Site Manager, Koordinator Engineering, Koordinator lapangan
, Koordinator K3 dan para pekerja atau siapapun yang terkait dengan kegiatan proyek dimaksud.
Dapat bertindak atau mewakili perusahaan (PT CIPTA RUPA PERTAMA) untuk mengambil
keputusan, berkomunikasi, berkoordinasi,dan atau melaporkan kegiatan proyek kepada
penjabat-pejabat dilingkungan PT PERTAMINA PATRA NIAGAdermaga PBBCE
Dumaisetempat atau kepada pejabat siapapun diluar PT PERTAMINA PATRA NIAGA Dermaga
PBBCE Dumai yang dinyatakan ada keterkaitan dengan pekerjaan proyek ini.
Memantau dan memastikan bahwa pelaksanaan proyek sesuai dengan jadwal, waktu, biaya,
mutu, aspek keselamatan, dan melakukan improvisasi demi kesuksesan proyek.

b. Tanggung Jawab Koordinator Engineering


Mengkoordinir pelaksanaan proyek yang sedang berlangsung dan terdokumentasi dan
memastikan project Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE Dumaiv sesuai
dengan engineering desain dan contrustion.
c. Tanggung Jawab Site Manager
Site Manager bertanggung jawab untuk memastikan bahwa setiap aktifitas pada proyek
Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga Dumai termasuk diantaranya melaksanakan
manajemen proyek kontrol, quality kontrol dan aspek HSE sehingga dapat berjalan dengan
aman, terkontrol, sesuai kualitas dan selamat bagi pekerja dan mitra kerjanya,tidak menimbulkan
penyakit akibat kerja, dan tidak terjadi kerusakan lingkungan akibat aktifitas bisnis perusahaan,
serta memastikan bahwa peraturan, standar dan perundang-undangan di bidang K3LL dapat
dipatuhi dan dilaksanakan.
d. Tanggung Jawab Koordinator K3
Koordinator K3 dalam hal ini bertanggung jawab sepenuhnya danmemastikan terlaksananya
seluruh tahapan proyek dengan memperhatikan aspek HSE dan tercapainya rencana kerja yang
tertuang di dalam HSE PLAN yang sudah disepakati, dan memastikan tidak terjadinya insiden
dengan menghilangkan unsafe act (tindakan tidak aman) dan unsafe condition (kondisi tidak
aman) dalam pelaksanaan proyek tersebut.

Dimana keberadaan safety representatif diharapkan mampu melaksanakan :


 Indentifikasi aspek dan bahaya dan menilai lebih dini akan resiko dan dampaknya mulai
proses engineering. Selama proyek pekerjaan berjalan sampai dengan proyek dinyatakan
selesai 100 % disertai evaluasinya.
 Dapat melakukan tindakan mitigatif dan preventif terhadap resiko HSE yang potensial atau
kemungkinan timbul dalam proses pekerjaan secara lebih efektive dan efisien.
 Mampu memfasilitasi, memotivasi dan meningkatkan kepedulian para pekerja akan hal-hal
diantaranya seperti :

 Ketaatan penggunaan APD.

7
HSE PLAN
 Menggunakan APD yang khusus sebagaimana objek pekerjaan yang dikerjakan
mengisyaratkan pekerja harus menggunakannya.
 Membangun Perilaku Selamat dan Aman, seperti Merokok pada tempat yang
ditentukan, membuang sampah pada tempatnya dan sesuai keperuntukannya,
mengendarai kendaraan sebagaimana ketentuan umum yang berlaku.
 Menerapkan prinsip efisiensi energi, seperti mematikan aliran listrik atau air yang tidak
diperlukan lagi sebelum meninggalkan tempat kerja.
 Melakukan Intervensi, dengan cara dapat memberhentikan pekerja atau intervensi langsung
jika melihat tindakan pekerja bekerja pada kondisi tidak aman apalagi menyalahi peraturan.
 Memperhatikan keadaan sekitar objek pekerjaan maupun orang-orang yang ada disekitarnya,
apakah dampak objek pekerjaan kepada mereka dan lingkungannya, atau sebaliknya apakah
lingkungan dan orang-orang disekitarnya berdampak terhadap objek pekerjaan saat ini dan
kemudiannya.
 Sebagai safety officer pada proyek dimaksud setiap hari kerjanya dapat melakukan
pembinaan (HSE TALK), Meeting periodik, Mengawasi, dan membuat laporan.
 Dalam keadaan darurat segera bertindak untuk meminalisasi sumber keadaan darurat. Dan
memberikan tanda keadaan darurat jika sumber keadaan darurat tidak teratasi segera.

e. Tanggung Jawab Koordinator Lapangan


Bertanggung jawab kepada manager Proyek dan selalu melaporkan perkembangan pelaksanaan
pekerjaan kepada penanggung jawab proyek, dalam hal ini pengawas lapangan adalah
pemimpin dilokasi pekerjaan.

f. Tanggung Jawab Pekerja


Keseluruhan pekerjaPT. CIPTA RUPA PERTAMAbertanggung jawab untuk melaksanakan
pekerjaan dengan selalu memperhatikan aspek HSE, dan berperan aktif dan bertanggung jawab
untuk selalu meningkatkan kesadaran akan keselamatan diri sendiri, rekan kerja dan masyarakat
umum, mencegah dan menghindari bahaya yang dapat menimbulkan insiden, penyakit akibat
kerja dan pencemaran lingkungan dengan jalan menciptakan kondisi dan tata kerja yang aman,
sehat dan ramah lingkungan.

Dengan pengetahuan dan keterampilan akan aspek-aspek safety yang telah diberikan atau
diarahkan ketika dilaksanakan safety meeting atau safety induction, maka setidak-tidaknya para
pekerja sudah mampu untuk melaksanakan praktek-praktek keselamatan di lingkungan proyek,
seperti. :
 Menggunakan APD standar yang ditentukan dan wajib,
 Menggunakan APD khusus sesuai objek pekerjaan yang dikerjakan.
 Mematkan arus listrik pada sumbernya ketika tidak digunakan.
 Menempatkan material atau peralatan kerja pada tempat yang aman.
 Dalam hal mengetahui adanya sumber-sumber bahaya agar “diberi tanda bahaya”
 Segera memberitahu pada atasan/kawannya jika melihat tanda-tanda bahaya.
 Mengamankan peralatan kerja jika terjadi keadaan darurat, dan membantu evakuasi.

8
HSE PLAN

3. Komunikasi HSE :
Aspek-aspek HSE akan disampaikan atau dibahas bersama seluruh para pekerja yang ada melalui
rencana program komunikasi HSE berupa :
 HSE Induction
 HSE Training
 HSE Sign
 HSE Safety Talk (daily)
 HSE Reporting (Pelaporan Penerapan ke Pertamina EP / WIP)
 HSE Manajemen Inspection
 HSE Audit dan Evaluasi

Untuk Training HSSE, dilaksankan pada awal pelaksanaan proyek untuk setiap pekerja, dan akan
menyesuaikan dengan jadwal dari PTCIPTA RUPA PERTAMA, PT. PERTAMINA PATRA
NIAGADermaga PBBCE Dumaidan Pihak pelaksana training lainnya.

9
HSE PLAN
a. Program Komunikasi HSE :
Plan /
No Aktifitas Actual Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
Plan
1 HSE Induction
Actual
Plan
2 HSE Talk / Briefing
Actual
Plan
3 HSE Training
Actual
Plan
4 HSE Meeting
Actual
Plan
5 HSE Reporting
Actual
Plan
6 Management Visit
Actual
Plan
7 Inspeksi HSE
Actual

Ditandatangani di Jakarta, 10 Mei 2017


PT. CIPTA RUPA PERTAMA
Manager Proyek

Barzah arifiana

b. Training HSE :Pada pelaksanaan Proyek, disesuaikan dengan Jadwal Training di lokasi
( Menyesuaikan dengan Jadwal di PertaminaPatra Niaga Dermaga PBBCE Dumai)

10
HSE PLAN
4. Standar Kerja :
Standar kerja yang digunakan pada proyek ini lebih banyak mengacu kepada standar Nasional.

a. Kelengkapan Standar Kerja yang Digunakan :

No. PERIHAL STANDAR ACUAN PENJELASAN


a. UU No. 1 – Th. 1970 a. Keselamatan Kerja
b. UU No. 13 – Th, 2003 b. Ttg. Ketenagakerjaan
c. Per. Menakertrans No.1/1980 c. K3 pd Konstruksi Bangunan
1 Tenaga Kerja
d. Peraturan K3LL PT Pertamina d. Ketentuan HSE, Rambu2
2008 HSE + Aturan Stmpt. Safety
e. Aturan Lokasi Setempat + APD Induction.
a. Perindah Mulai Kerja.
b. Surat2 Perijinan & HSE
a. SPMP / SPK / SPB - Kontrak Kompetensi
b. Peraturan2 PT. Pertamina pekerja/operator.
2 Administrasi
c. SIKA & SIMA c. Lapaporan HSE, WIP,
d. TNK dan Berita Acara Safety Meeting.
d. Laporan Harian – Bulanan
/TNK
a. Standart Industri Indonesia (SII)
Material yang digunakan selain
b. Standart Nasional Indonesia
Cemen, Besi Beton, Cat
(SNI)
Tembok& Cat Minyak. Kaca,
3 Material a. Peraturan Beton Indonesia
Kabel dan Lampu2. Maka
(PBI’71)
Pasir, Krikil, Batu Kali/Pecah
b. Perraturan Beton Bertulang
& Tela dari Lokal Setempat
Indonesia (PBBI ’82)
a. Pedoman Kerja Listrik - AKLI
b. Alat2 Bantu Kerja yang
Mengacu tidak terjadi
terisolasi
4 Pek. Kelistrikan sengatan listrik pada pekerja
c. Perkerja pakai Sarung Tgn.
atau sesama pekerja.
Karet
d. Rambu2 Tanda Bahaya Listrik
a. Keselamatan dan
kesehatan kerja pada
konstruksi bangunan
a. Per.01/MEN/1980
b. Kualifikasi Juru las
b. Per.02/MEN/1982
5 Konstruksi ditempat kerja
c. Per.05/MEN/1987
c. Pesawat Angkat dan
d. Per.01/MEN/1989
Angkut
d. Kualifikasi dan Syarat
operator Kren Angkat
a. Workman Construction Harnes
ANZI Z.359 – OSHA Standart.
b. Menggunakan
Kondisi phisik pekerja sehat,
Perancah/Saffolder/Platform.
5 Pek. Di Ketinggian tidak phobia (takut di
c. Menggunakan Full Body
ketinggian)
Harness dilengkapi
Anchor/Kaitan – Mounted
Overhead.

11
HSE PLAN
b. Ketersediaan Standar Kerja :
Sudah menjadi ketentuan umum bahwa setiap perusahaan baik yang memiliki kategori CSMS :
Tinggi, Menengah dan Rendah pasti memiliki standart sesuai yang disarankan oleh PT.
PERTAMINA PATRA NIAGA Tbk , Sebelum melaksanakan pekerjaan.
Dalam hal ini Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga Dumai dikategorikan beresiko
Menengah.
Untuk itu pekerja harus memaham tentang hal-hal akan atau mungkin terjadi dalam suatu
pekerjaan, selain pengertian bekerja berhati-hati. Wajib menggunakan perlengkapan Safety ketika
bekerja dsb.

II. MANAJEMEN RESIKO :


1. Metode dan Prosedur Penilaian Bahaya:
Dalam melaksanakan pekerjaan dapat dipastikan para pekerja akan menemukan
kondisi dimana ada potensi – potensi bahaya yang terdapat, menyertai ataupun muncul
dari setiap tahapan kegiatan/pekerjaan. Untuk dapat meminimalisasi atau
menghilangkan nilai potensi bahaya itu, maka dilakukan tahapan-tahapan :
 Diperlukan analisa bahaya/indentifikasi pada tiap-tiap tahapan pekerjaan dengan
mempertimbangkan semua aspek dan resiko terhadap :
 MANUSIA
 ASSET
 LINGKUNGAN
 PERALATAN / MESIN dan
 REPUTAS NAMA BAIK PERUSAHAAN.

 Menentukan criteria terhadap resiko yang mungkin terjadi dan melakukan tindakan
prefentif dengan cara/teknik penanggulangannya yang maksimal untuk
menghindfari terjadinya resiko yang optimal.
 Menentukan langkah pengendalian resiko/mitigasi dengan cara menghilangkan
sumber, menggantikan material atau peralatan yang berisiko tinggi, dengan
rekayasa teknik, dengan menerapkan pengendalian administratif (SIKA, SIMLOK),
dan terakhir menentukan dan menyediakan APD yang harus digunakan.
 Mentaati Rambu-rambu terpasang merupakan kepedulian alam menghindari
resiko yang jika tidak dipedulikan memungkinkan bahaya.
 Melakukan Safety Talk serta Evaluasi pekerjaan.
 Dapat pula mengacu pada Pre Job Activity (PJA) maupun Standar Operation
Procedur (SOP)

2. Job Health Safety and Environment Analysis.


a. Analisa setiap tahapan pekerjaan
Terlampir

3. Alat Pelindung Diri :


a. Metode Analisis kebutuhan APD :
APD standar berupa APD yang umum digunakan pada lokasi/daerah terbatas ialah :
 Indentitas Diri berupa ID Card PT. PertaminaTerminal BBM Medan Group untuk para
pekerja.
 Rompi warna mencolok (Safety Vest)
 Helm / Head Protection (Safety Helmet)
 Sepatu Kerja (Safety Shoes) dan atau Safety Boots.
12
HSE PLAN
 Sarung Tangan Katun (Hand Protection)

APD yang bersifat Khusus dimana dibutuhkan sesuai dngan jenis pekerjaannya antara lain :
 Sarung Tangan Karet – (Latex / PVC Glove)
 Sarung Tangan Kulit – (Leather Work Glove)
 Masker Debu dan Bau.
 Pelindung Diri Jatuh dari ketinggian (Full Body Harness + Lanyard).
 Kaca Mata Kerja/Bening. (Eye Protection )

b. Matriks Kebutuhan APD :

FIKASI KEBUTUHAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

13
HSE PLAN

Jumlah Safety Safety Uniform/ Safety Respiratory Ear Eye Live Fall Safety
URAIAN
Pekerja Shoes Helmet Overall Glove Protector Protector Protector Jacket* Arrester Vest
Manajer proyek 1 1 1 - 1 - - 1 - - 1
Koordinator Engginering & 1
1 1 - 1 - - 1 - - 1
Construction
Koordinator Proyek kontrol, quality 1
1 1 - 1 - - 1 - - 1
kontrol & HSE
Koordinator Commisioning & Start Up 1 1 1 - 1 - - 1 - - 1
Pengawas Lapangan 1 1 1 1 1 - - 1 - - 1
Safety Man 1 1 1 1 1 - - 1 - - 1
Pekerja 50 50 50 50 50 - 10 30 - 5 50
Total Kebutuhan 56 56 56 52 56 - 10 36 - 5 56

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Mei 2017


PT. Cipta Rupa Pertama
Project Manager Upgrading Dermaga PBBCE Dumai

Barzah Arifiana

14
HSE PLAN

Safety Safety Uniform/ Safety Respiratory Ear Eye Live Fall Safety
AKTIVITAS
Shoes Helmet Overall Glove Protector Protector Protector Jacket* Arrester Vest
Persapan pekerjaan,
√ √ √ √ - - - - - √
mobilisasi/demobilisasi
Pekerjaan Pemasangan Scaffolding √ √ √ √ - - √ √ √ √
Surface Preparation √ √ √ √ - - √ - - √
Grouting Pile Cap, Beam & Slab √ √ √ √ - - - - - √
Pekerjaan Steel Reebar √ √ √ √ - - √ - - √
Pekerjaan Formwork √ √ √ √ - - √ - - √

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 10 Mei 2017


PT. CIPTA RUPA PERTAMA
Project ManagerUpgarading Dermaga PBBCE Dumai

Barzah Arifiana

15
HSE PLAN
III. PERENCANAAN dan PROSEDUR KERJA :

1. Perencanaan dari Program Kerja Proyek :


Proyek ini adalah proyek Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur Dermaga PBBCE Dumai, dimana
perbaikan ini mencakup penambahan lapisan beton struktur bawah dermaga akibat waktu pemakaian
yang telah lama dan struktur beton dermaga bagian bawah yang telah korosif akibat terendam air laut .
Waktu pelaksanaan membutuhkan waktu selama 90 Hari Kerja. Program Proyek ini dilaksanakan
dengan mengacu pada perencanaan kerja sbb. :
1.1 Persiapan
1 Perijinan di Lokasi Kerja
2 Persiapan Gudang
3 Mobilisasi / demobilisasi pekerjaan persiapan
4 Pembuatan Direksi Kit
5 Pembuatan Administrasi dan Dokumentasi
6 Desain Rekayasa (Engineering)
7 Persiapan Air, Listrik dan Keamanan Kerja
8 Persiapan Asuransi
9 Persiapan Surat Keterangan Sehat
10 Persiapan Rambu-rambu kerja

1.2 Pekerjaan Pemasangan Scaffolding


1 Pekerjaan Persiapan
2 Pembuatan Rakit
3 Pemasangan besi UNP
4 Pekerjaan Pemasangan scaffolding di atas besi UNP
1.3 Surface Preparation
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pekerjaan marking
3 Pekerjaan cutting area yang akan d bobok
4 Pekerjaan bobok kedalaman kurang lebih 2-10cm sampai menemukan tulangan beton
5 Pembuangan puing hasil bobokan kedalam karung
1.4 Grouting Pile Cap, Beam & Slab
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pembuatan Lubang Coring
3 Pengadukan semen grouting Conbextra GP menggunakan mixer
4 Pengecoran lapisan bawah dermaga melalui lubang coring
1.5 Steel Rebar
1 Pekerjaan Persiapan
2 Pemotongan besi menggunakan Cutting Wheel
3 Penggantian tulangan beton existing dengan besi spesifikasi yangsama
1.6 Formwork
1 Pekerjaan Persiapan
2 Fabrikasi bekisting sesuai area yang akan d grouting
3 Pemasangan Bekisting pada beton
2. Perencanaan dan Program Kerja HSE :
Program Kerja HSE selama proyek berlangsung terdiri dari :

16
HSE PLAN

a. Aspek Keselamatan (Safety)


Sebagaimana telah dijelaskan diatas, bahwa aspek keselamatan adalah menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dengan pergerakan bisnis PT. PERTAMINA PATRA NIAGA dan telah dipahami
menjadi tanggung jawab bersama baik manajemen, pekerja maupun para pekerja harian lepas.
Disisi lain dipahami juga bahwa untuk memperoleh keselamatan dalam bekerja, tidaklah semudah
ungkapan, karena bahaya ataupun resiko selalu membayangi terus dimana aktifitas berlangsung.
Untuk itu dalam setiap kegiatan dan kegiatan proyek seperti ini, aspek-aspek keselamatan kerja
tetap harus di informasikan/disosialisasikan
Pada proyek ini direncanakan penyampaian Aspek Keselamatan Kerja akan dilaksanakan sbb. :
 Safety Talk akan dilaksanakan tiap hari kerja sebekum pekerja mulai bekerja. Pada kesempatan
inipun dilakukan evaluasi terhadap hasil kerja hari sebelumnya.
 Safety Meeting direncanakan pada tiap tahapan jenis pekerjaan akan dilakukan penjelasan
akan dampak dari objek kerja yang akan dilaksanakan. Diperkirakan akan terjadi 6 s/d. 8 kali
safety meeting dilaksanakan. Dan hasil rekamannya akan menjadi dokumen pelaksanaan dan
pelaporan ke pengawas proyek (Pertamina)
 Safety Sign merupakan bagian untuk setiap saat dapat dilihat dibaca dan dimaknai, bahwa
keselamatan kerja itu merupakan bagian dari kehidupan yang sejahtera.
 Safety Promotion adalah gambaran tindak tanduk dari pimpinan, dan petugas safety yang
menggambarkan prilalaku kesehariannya dalam mengilhami makna safety dalam kehidupannya.
Dari tindakan ini diharapkan menjadi modul buat pekerja lainnya yang kesehariannya berada
dalam cengkraman bahaya.
 Punishment & Reward memberikan sanksi dan penghargaan kepada pekerja yang lalai
terhadap kepedulian aspek-aspek HSE, dan memberikan penghargaan kepada peklerja-pekerja
yang mampu mendekteksi sinyal-sinyal hazard dilokasi kerja.

b. Aspek Kesehatan (Health)


Untuk mengukur adanya dampak perubahan kesehatan pekerja ditempat kerja, maka kepada para
pekerja yang dipekerjakan agar terlebih dahulu melakukan dekteksi/pemeriksaan akan
kesehatannya. Dan dari bukti hasil pemeriksaan itu atau dengan diperoleh Surat Keterangan sehat
maka pekerja baru dapat diijinkan masuk dalam daftar pekerja yang dipekerjakan di proyek ini.
Dalam hal para pekerja memperoleh rasa aman bekerja, maka para pekerja dijamin melalui
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (JAMSOSTEK)

c. Aspek Lingkungan (Environment)


Dari sifat pekerjaan pada proyek ini, cukup dipahami bahwa selama pekerjaan berlangsung tidak
terdapat adanya dampak aspek lingkungan yang terjadi melebihi batas yang ditolelir.
Sifat pekerjaan ini ialah berupa pekerjaan konstruksi enginering, sipil, electrical dan mechanical
dimana Limbah Air, Limbah Padat mengandung Bahan B3 maupun Emisi dari Gas Buang dapat
dikatakan tidak ada.

3. Prosedur dan Peralatan Kerja :


a. Prosedur Kerja

17
HSE PLAN
PT. Cipta Rupa Pertamadalam melaksanakan pekerjaan “Upgrading Dermaga / Perbaikan Struktur
Dermaga PBBCE Dumai” maka sebagaimana telah dijelaskan diatas, dimana pada tiap tahapan
pekerjaan akan diberikan instruksi pedoman HSE secara khusus.
Hal in dipahami bahwa aspek HSE tidak selalu bersifat global. Pada tahapan-tahapan tertentu maka
ada unsur aspek HSE yang bersifat khusus, seperti penggunaan sarung tangan kulit berbeda
dengan ketika menggunakan sarung tangan catoon.
Oleh karenanya pengawas bertanggungjawab untuk memberikan penjelasan pada tahapan itu,
langkah-langkah kerja/tindakan yang harus dilakukan oleh pekerja.
Sedangkan SOP tertulis agar dapat dibaca langsung oleh pekerja
.
b. Peralatan Kerja
Perlengkapan kerja yang akan menunjang pekerjaan proyek ini antara lain;
 Mesin Gurinda / Potong Besi
 Mesin Bor Listrik
 Mesin Bobok Beton
 Scafolding
 Genset
 Mesin Cutting Wheel
 Mesin Mixer semen

4. Prosedur dan Peralatan HSE :


a. Kelengkapan Prosedur HSE :
Mengamati akan proyek ini, maka selama proyek ini berlangsung diperlukan beberapa perijinan
sebagaimana prosedur yang lazim berlaku di PT Pertamina Patra Niaga
Prosedur HSE yang diperlukan pada proyek ini ialah :
 Surat Ijin Masuk Lokasi Kerja
 Surat Ijin Kerja Aman (SIKA)
 Surat Ijin Kerja Ketinggian
 Surat Ijin Kelistrikan

b. Kelengkapan Data Peralatan HSE :


Kelengkapan peralatan HSE antara lain :
 APAR
 Scafolder
 Pelampung

5. Pelaporan HSE :
Pelaporan HSE akan dibuat sesuai rencana kerja sebagaimana yang telah ditetapan pada KPI HSE
yang telah disetujui bersama. Dengan tujuan untuk mengetahui tingkat efektifitas kinerja HSE yang
diukur dan dipantau melalui kinerja keselamatan dan aspek lingkungan dalam menjalankan suatu
proyek yang disampaikan dalam bentuk pelaporan kepada manajemen.

IV. KEADAAN DARURAT :


Dalam hal terjadi keadaan darurat, maka para pekerja PT. Cipta Rupa Pertama akan segera melakukan
tindakan penangganan sebagaimana yang telah diarahkan pada Safety Meeting dan dijelaskan pada Job
Decription para penanggungjawab dilapangan.

Prosedur Tanggap Darurat


I. Pendahuluan
1.1 Lingkup
18
HSE PLAN
Identifikasi Aspek Keselamatan Kerja dan Lindungan Lingkungan (K3LL) yang signifikan dalam keadaan
darurat, sehubungan terjadinya kecelakaan pekerja, kebocoran gas dan minyak, potensi kebakaran,
ledakan, gas beracun dan dampak lingkungannya.
1.1.1 Kebocoran pipa minyak pada saat proses kontruksi
1.1.2 Kebakaran dan ledakan
1.1.3 Keadaan darurat lain yang terkait dengan kondisi geografis dan sosial politik Indonesia
seperti kerusuhan, ancaman bom dan gempa bumi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Menanggulangi keadaan darurat selama kegiatan pelaksanaan kontruksi di lapangan, untuk
mencegah dan mengurangi terjadinya kecelakaan, insiden maupun dampak lingkungan.
1.2.2 Menetapkan rencana penanggulangan keadaan darurat untuk meyakinkan adanya system
yang tepat untuk menanggulangi kecelakaan maupun insiden yang tidak diinginkan
1.3 Tanggung Jawab
1.3.1 Pejabat HSE menyiapkan Sistem Tangggap Darurat & Penanggulangan (STDP). Pengawas
Lapangan di lapangan memeriksa dan menyetujui STDP ini.
1.3.2 Pengawas Lapangan mengkomunikasikan, mengkoordinasikan dan menginstruksikan
kepada semua Personil di lapangan untuk menentukan langkah-langkah yang harus diambil
termasuk sumber daya yang harus di siapkan untuk menanggulangi keadaan darurat.
1.4 Acuan
1.4.1 Pedoman Sistem Manajamen Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan
(K3LL).
1.4.2 Prosedur Kerja Aman dan Prosedur K3LL lainyang terkait.
1.4.3 Standard Operating Procedure (SOP) lapangan.

2. Definisi dan Singkatan


2.1 Keadaa Darurat
Kejadian/insiden/kondisi yang tidak direncanakan yang dapat membahayakan manusia, merusak
lingkungan dan/ atau perusahaan, yang harus di cegah di tanggulanngi secara cepat dan tepat.
2.2 Kecelakaan
Kejadian yang tidak di inginkan di lokasi pekerjaan yang menimbulkan korban manusia, gangguan
kesehatan kerja, kerusakan peralatan/asset maupun lingkungan.Kejadiann ini dapat terjadi
saatkegiatan pelaksanaan proyek di lapangan.
2.3 Insiden
Kejadian yang tidak di inginkan di lokasi pekerjaan yang berpotensi menimbulkan korban manusia,
gangguan kesehatan kerja, kerusakan peralatan/asset maupun lingkungan.Kejadian ini dapat terjadi
saat kegiatan pelaksanaan proyek di lapangan.
2.4 Kebocoran pipa
Kebocoran pipa gas, dan atau minyak yang dapat terjadu selama kegiatan proyek.
2.5 Ancaman bom
Indikasi adanya ancaman peledakan bom yang akan membahayakan manusia.
2.6 Kerusuhan
Kekacauan/gangguan ketenangan public yang dilakukan oleh tiga oraang atau lebih untuk suatu
tujuan pribadi atau kelompok tertentu dengan melakukan terror atau kerusuhan.

3. Uraian Kegiatan
3.1 Sistem Komunikasi Darurat
3.1.1 Pelaksanaan Komunikasi
1. Apabila terjadi insiden atau kecelakaan, saksi mata langsung melaporkan kepada :
- Puskodal keselamatan kerja
- Petugas Keamanan
- Pegawai Perusahaan/karyawan yang ada dan segera melaporkan kepada Pengawas
pihak berwenang
2. Pengawas Lapangan segera :
- Menginstrusikan segera kepada Pelaksana HSE untuk langsung menangani
Insiden/kecelakaan tersebut.
19
HSE PLAN
- Menjadi Pimpinan di tempat kejadian dalam menangani dan mengendalikan situasi
keadaan darurat.
3. Dalam keadaan darurat/kritis, Pengawas Lapangan adalah pimpinan di tempat kejadian
dalam menangani dan mengendalikan situasi tersebut dan selalu berhubungan dengan
perusahaan untuk mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu.
3.1.2 Jaringan Komunikasi dan Peralatan
Jaringan komunikasi harus di tetapkan dan di uji, serta di sediakan dalam jumlah yang
memadai. Jaringan ini akan di pelihara antara perusahaan, organinsasi eksternal, di lokasi di
laksanakannya proyek.
3.1.3 Pemeliharaan Peralatan Penanggulangan Keadaan Darurat. Seluruh peralatan
penanggulangan keadaan darurat dan perlengkapannya harus diiventarisir, dipelihara agar
selalu siap untuk di pergunakan sesuai rencana yang di tetapkan dan dicatat kinerja
pemeliharannya.

3.2 Situasi Keadaan Darurat


1.2.1 Tipe Situasi Keadaan Darurat :
1. Kebocoran pipa Gas dan/atau Minyak
2. Kebakaran dan ledakan
3. Keadaan darurat lainnya :
- Ancaman Bom
- Kerusuhan Masa
- Gempa Bumi, Banjir dan bencana alam lainnya.
3.2.2 Tingkatan Keadaan Darurat :
1. Peringatan Tingkat 0
Setiap kejadian yang dapat di tangani, diatasi dan di komunikasikan oleh setiap personil
yang telah mengikuti pelatihan.
2. Peringatan Tingkat 1
Kejadian yang memerlukan Tim/Pasukan untuk mengendalikan dan mengatasinya
termasuk mengevakuasi personil.
3. Peringatan Tingkat 2
Kejadian luar biasa yang memerlukan evakuasi dan mobilisasi seluruh personil lokasi
proyek/kegiatan.
3.3 Kegiatan dan Penangggulangan
Tujuan :
1. Memaksimalkan keselamatan personil dan meminimalkan kerusakan akibat situasi yang tidak
terkendali
2. Meyakinkan adanya komunikasi yang jelass selama penanganan keadaan darurat.
Mengembalikan ke kondisi operasi normal secara mungkin.

Berikut di uraikan upaya penanggulangan berbagai keadaan – keadaan darurat yaitu :


3.3.1 Kebocoran Pipa
3.3.1.1 Bahaya semburan liar gas dan minyak, antara lain adalah :
- Kebocoran pipa yang sedang beroperasi (gas/minyak) sangat berbahaya karena
dapat diikuti terjadinya ledakan dan kebakaran.
- Kebocoran pipa gas, minyak dapat berakibat pada seluruh komunitas atau
lingkungan yang luas sehingga kegiatan operasi penyaluran tidak dapat di laksnakan
dengan baik.
- Kejadian ini di awali dengan semburan kecil gas atau minyak dari pipa/tanki.
3.3.1.2 Tingkatan Keadaan Bahaya
- Peringatan Tingkat 0
Terjadi kebocoran kecil pipa
- Peringatan tingkat 1
Terjadi kebocoran tanpa diikuti kebakaran/ledakan
- Peringatan tingkat 2
Terjadi kebocoran yang diikuti kebakaran
20
HSE PLAN
3.3.1.3 Indikasi terjadinya kebocoran
- Adanya aliran/rembesan kecil minyak/gas yang di tandai dengan bau gas yang
menyengat
- Aliran yang meningkat melewati “Flow Line”
- Penurunan tekannan pada indikator tekanan
3.3.1.4 Penanggulangan kebocoran kecil (peringatan tingkat 0)
- Hentikan segera operasi/kegiatan yang berhubungan ddengan pipa yang sedang
beroperasi
- Tutup keran /valve terdekat
- Laporkan ke Pengawas Lapangan secepatnya
- Beritahu Pengawas Lapangan dari instansi terkait
3.3.1.5 Kebocoran pipa/tanki BBM (peringatan tingkat 1)
- Kebocoran gas/minyak terjadi karena berbagai hal, seperti pecah/retaknya material,
atau akibat kecerobohan pada saat pelaksanaan pekerjaan
- Tindakan yang dapat di lakukan adalah melakukan evakuasi dan penyelamatan,
khususnya penyelamatan personil
- Evakuasi dilakukan sesuai jalur dan prosedur yang di tetapkan
- Lakukan penyelamatan peralatan operasi yang memungkinkan
- Selama penyelamatan harus tetap di lakukan penyemprotan dengan air, untuk
menghindari timbulnya bunga api
- Siagakan unit pemadam kebakaran bantuan dari sumber-sumber yang telah
dihubungi sebelumnya.
- Hindari kepanikan dan perhatikan komando yang diberikan oleh kepala pengawas
lapangan.
- Bertindak cepat dan aman, lokalisir daerah berbahaya untuk mencegah orang yang
tidak berkepentingan memasuki daerah tersebut.

3.3.1.6 Penanggulangan kebocoran pipa/tangki (peringatan tingkat 2)


- Apabila kebocoran pipa/tangki diikuti terjadinya kebakaran, maka keadaan darurat
menjadi peringatan tingkat 2
- Dalam kondisi ini maka koordinasikan dengan instansi terkait.
- Penanggulangan dan pemadaman dikalukan sesui prosedur yang terlaku
- Amankan dan lokalisir daerah berbahaya untuk mencegah orang yang tidak
berkepentingan memasuki daerah terkait.

3.3.2 Kebakaran dan peledakan


Kebakaran dan ledakan bisanya terjadi tanpa adanya peringatan terlebih dahulu dan dapat
berakibat pada lingkungan kerja yang luas, sehingga menimbulkan kerusakan fasilitas dan kerugian
perusahaan.
Kebakaran terjadi karena adanya tiga elemen dari segi tiga api yaitu panas/energi, bahan bakar dan
oksigen.
Prinsif dari pemadaman kebakaran adalah menghilangkan salah satu unsur segitiga tersebut, yaitu
menhilangkan bahan bakar, memisahkan oksigen dari api dan mendinginkannya.
3.3.2.1 Bahaya dari suatu kebakaran atau ledakan adalah :
- Kebakaran/ledakan pada suatu fasilitas, dapat mengakibatkan kerusakan pada
seluruh fasilitas, bahkan membahayakan kehidupan disekitarnya.
- Kebakaran dapat mengakibatkan kondisi yang lebih buruk apabila timbul polusi
sebagai akibatnya lanjutnya.
3.3.2.2 Klasifikasi kebakaran
Pemadaman kebakaran di lakukan sesuai denngan klasifikasi apai yang dihadapi
- Api Kelas A
Api yang berkaitan dengan bahan keras yang mudah terbakar seperti kayu, kertas dan
plastik. Dengan pendingin air, api dapat di padamkan.
- Api Kelas B

21
HSE PLAN
Api yang berkaitan dengan minyak, gas dan subtansi lain yang daapat mengeluarkan uap
yang mudah terbakar. Pemadaman di lakukan dengan mengisolasi sumber api dari
udara/oksigen. Tepung kimia kering, busa dan CO2 dapat di pergunakan.
- Api Kelas C
Api yang melibatkan kebakaran listrik, atau dekat dengan peralatan listrik. Pemadaman di
lakukan dengan Dry Chemical dan CO2.
- Api Kelas D
Api yang melibatkan logam-logam yang dapat terbakar seperti Magnesium, Titanium dsb.
Pemadamannya di lakukan dengan teknik khusus seperti BCF (Bromo Choloro
Fluoride).
3.3.2.3 Penanggulangan
- Penanggulangan harus di usahakan sendiri mungkin, sewaktu apai belum membesar.
- Lokalisir kebakaran dengan memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar atau
berharga pada jarak aman dari api.
- Siapkan firefighting system dan laksanakan penanggulangannya sesuai fire fighting
prosedur yang berlaku.
- Lakukan pemadaman api.

3.3.3 Tumpahan Minyak dan Bahan Kimia


3.3.3.1 Bahaya tumpahan minyak atau bahan kimia :
- Tumpahan minyak dapat menimbulkan bahaya kebakaran bila dekat dengan sumber
panas.
- Tumpahan minyak maupun bahan kimia dapat menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan.
- Efek lebih lanjut tumpahan minyak adalah potensi pencemaran terhadap tanah dan
air.
3.3.3.2 Penanggulangan
- Hentikan segera sumber tumpahan dengan menutup valve, mematikan pompa dsb.
- Lokalisir areal tumpahan di atas tanah dengan membuat tanggul darurat (tanah) atau
bahan-bahan lain dan lokalisir tumpahan dalam air laut dengan memasaang oil boom
untuk menghambat penyebaran tumpahan.
- Sebanyak mungkin kumpulkan tumpahan yang dapat di ambil, masukkan ke dalam bak/tempat
penampungan.
- Bila terjadi di tanah bentangkan absorbent di daerah berminyak.
- Kumpulkan dan bersihkaan kembali absorbent.
- Bila terjadi pencemaran besar dapatkan bantuan dari Pemerintah setempat dan
Instansi terkait.
- Lakukan remediasi terhadap tanah yang tercemar tumpahan minyak sesuai ketentuan
pengelolaan limbah.
- Pantau kontaminasi sumber air kemudian lakukan penanganan selanjutnya
.
3.3.4 Keadaan darurat lain yang terkait dengan kondisi geografis dan social politik Indonesia
(Kerusuhan massa, Ancaman bom dan Gempa bumi)
A. Kerusuhan Masa
Untuk mencapai sasaran prosedur ini, di perlukan penanggulangan yang tepat, terkendali dan
tenang.
A.1 Potensi Resiko
1. Seluruh personil dan fasilitas pada Operasional Lapangan perusahaan sangat berpotensi
akan resiko keselamatan dan kerusakan sebagai akibat terjadinya kerusuhan masa.
2. Kerusuhan masa di kategorikan sebagai tingkat 2.
3. kelompok dapat bertindak maerusak dan bertentangan dengan hukummaupun perintah
pimpinannya, yang dapat berakibat pada keamanan fisik instalasi/fasilitas yang ada.
4. Pelaku kerusuhan dapat merusak dan memungkinkan timbulnya kerusakan dan
gangguan terhadap personil maupun property, melalui sabotase, perusakan maupun
vandilisme.
22
HSE PLAN

A.2 Penanggulangan
1. Pengawas Lapangan adalah pimpinan penanggulangan, dan bertanggungjawab untuk
melakukan tindakan yang tepat dalam menghadapinya.
2. pengawas lapangan yang berwenang bertanggung jawab untuk segera melaporkannya
kepada perusahaan.
3. Segera koordinasi dengan petugas securiti setempat untuk penanganan lebih lanjut.
Kerusuhan dapat timbul karena berbagai alasan, sebagian berkembang cepat tanpa
adanya tanda-tanda sebelumnya, dan sebagian berkembang dengan berlahan. Apabila
berkembang secara berlahan maka petugas setempat (petugas sekuriti) dapat
mengusahakan agar tim penanggulangan perusahaan dapat mengantisipasi sebelumnya.
Kerusuhan massa dikategorikan sebagai timkat bahaya yang harus dihadapi dengan
tenag dan hati-hati.
B. Ancaman Bom
B.1 Potensi Resiko
1. Seluruh personil dan fasilitas perusahaan sangat berpotensi akan resiko keselamatan
dan kerusakan sebagai akibat terjadinya ancaman bom pada lokasi kerja
B.2 Penanggulangan
1. Setiap personil yang menerima telepon dari luar yang mengancam untuk meledakn bom
harus segera melapor pengawas lapangan yang berwenang.
2. Pengawas lapangan yang berwenang, segera melaporkan ancaman ini kepada
penaggung jawab lokasi kerja.
3. Pengawas lapangan yang berwenang mengumumkan kepada seluruh personil untuk
menghentikan kegiatan disekitar fasilitas.
4. seluruh personil agar tetap tenang, pengamatan atas setiap perkembangan tingkat
bahaya merupakan hal penting dalam penyelamatan seluruh pekerja maupun property
perusahaan.
5. petugas sekuriti menyarankan perusahaan untuk menghubungi pos polisi dan
melaporkan ancaman yang diterima.
6. Perusahaan menginformasikann agar personil yang bertugas berada didekat pesawat
telepon untuk mengikuti setiap instruksi.
C. Gempa Bumi
C.1.Potensi Resiko
1. Gempa bumi biasanya terjadi tanpa adanya peringatan, dapat mempengaruhi seluruh
komunitas atau daerah yang luas sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada fasilitas
yang ada.
2. Bahaya suatu gempa bumi adalah runtuhnya seluruh fasilitas, kemungkinan kerusakan
fasilitas sangat besar.
3. seluruh personil yang bekerja dilokasi proyek juga dapat menanggung resiko yang timbul.
4. tergantung instensitas gempa yang terjadi, situasi ini dapat di kategorikan sebagai
peringatan tingkat 2, yang harus di hadapi dengan tenang dan hati-hati.
C.2. Penanggulangan
1. Pengawas lapangan yang berwenang mengumumkan kepada seluruh personil untuk
menghentikan kegiatan yang dilakukan,
2. supervisor yang bersangkautn segera menghentikan seluruh operasi dan mengevakuasi
personilnya keluar/menjauhi fasilitas yang ada menuju ke tempat evakuasi yang aman
sampai diperintahkan untuk seluruh tindakan selanjutnya.
3. seluruh personil agar tetap tenang, penanggulangan yang terkendali sangat penting
untuk keselamatan seluruh pekerja dan properti perusahaan.
4. dokter atau perawat (dilapangan) minta bantuan medis jika diperlukan
5. Pengawas lapangan yang berwenang mempersiapkan rencana evakuasi dan
mengorganisirnya.
6. pengawas lapangansegera mengevaluasi fasilitas/peralatan yang menjadi tanggung
jawabnya dan melaporkan kerusakan kepada perusahaan.

23
HSE PLAN
7. pengawas lapangan melaporkan kepada manajer operasi dan mengistruksikan seluruh
pekerja kembali ke tempat kerjanya setelah kondisi normal.
3.3.5 pertolongan Pertama Pada Kecelakaan dan Evaluasi Medis.

1. Kelengkapan Prosedur Keadaan Darurat dan Pelaporannya :


a. Prosedur Keadaan Darurat untuk Kebakaran :
Prosedur keadaan darurat ketika terjadi kebakaran harus tersedia dan disosialisasikan kepada para
pekerja serta diteruskan juga kepada pengawas PT Pertamina Terminal BBM Medan Group. Hal ini
dimaksudkan ialah ketika terjadi keadaan darurat (kebakaran) maka masing-masing pekerja telah
memahami tindakan yang harus dilakukannya.
Dengan adanya prosedur tertulis ini serta telah dipahami oleh para pekerja maka, jika terjadi
keadaan darurat masing-masing personil pekerja telah memahami tindakan apa yang harus
dilakukannya.
Namun bila prosedur keadaan keadaan darurat tidak ada atau ada tapi tidak dipahami oleh para
pekerja, maka sudah dapat dipastikan yang akan terjadi ialah ketidak teratur/kacau dalam kondisi
emergency.

b. Prosedur Keadaan Darurat untuk Tumpahan Minyak/Pencemaran :


Berkaitan dengan pekerjaan pada proyek ini, kemungkinan terjadi keadaan darurat yang
diakibatkan dengan adanya tumpahan minyak/pencemaran di-indentifikasi jauh dari kemungkinan
terjadi dan terkait langsung dengan objek proyek.
Namun tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi di lokasi. Jika hal ini terjadi maka para pekerja
akan tunduk pada perintah yang diinstruksikan oleh pengawas proyek Terminal BBM Medan Group.
Hal ini disampaikan juga kepada para pekerja PT. Pertamina Patra Niaga. melalui Safety Brefing
atau Safety Talk.

c. Prosedur Keadaan Darurat untuk Kecelakaan Kerja :


Kecelakaan Kerja merupakan hal yang tidak diinginkan, namun prosedur tentang kecelakaan kerja
perlu juga dibuat dan disosialisasikan kepada para pekerja. Karena kecelakaan ketika bekerja bisa
saja sewaktu-waktu terjadi. Untuk itu dalam hal terjadi kecelakaan kerja yang diakibatkan seperti :

2. Kelengkapan Informasi yang terkait dgn Keadaan Darurat :


Dalam hal diperlukan bantuan atau tindak lanjut penangganan keadaan darurat dengan pihak terkait
lainnya, maka dapat menghubungi alamat sbb. :

No. KETERANGAN NOMOR TELEPON ALAMAT


RS Pertamina Bukit Datuk, Dumai Sel., Kota
1 0765-439200
Dumai Dumai, Riau 28826
Jalan Sultan Syarif Kasim No. 4,
2 RSUD Dumai 0765-38367 Bulu Kasap, Dumai Timur, Kota
Dumai, Riau
Pemadam Tlk. Binjai, Dumai Tim., Kota
3 0765-38208
Kebakaran Dumai, Riau 28826
Jalan Jend. Sudirman, Buluh
4 Polres 0765-31007 Kasap, Dumai Tim., Kota Dumai,
Riau 28813
Jl. Sultan Syarif Kasim No.11,
5 Kodim 0303 0765-31303 Tlk. Binjai, Dumai Tim., Kota
Dumai, Riau 28826

24
HSE PLAN

08127594510,
Saber Pungli Kota
6 08127661843, saberpungli.dumai1@gmail.com
Dumai
085265979735

3. :Kelengkapan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3.K)


a. Peralatan P3K :
 Alat Balut / Pembalut / Verban.
 Kasa Steril
 Kapas Pembalut Puti
 Pembalut Pita dan Segi Tiga (Mitella)
 Plester
 Tensoplasi
 Peralatan lain : Gunting, Pinset, Dll.

b. Obat-obatan P3K :
Sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik indonesia No.
PER.15/MEN/VIII/2008 Lampiran II tentang isi kotak P3K disesuaikan dengan jumlah pekerja
diantaranya:
1. Kasa Steril terbungkus
2. Perban (lebar 5 cm)
3. Perban (lebar 10 cm)
4. Perban (lebar 1,25 cm)
5. Plaster Cepat
6. Kapas (25 gram)
7. Kain segitiga/mittela
8. Gunting
9. Peniti
10. Sarung tangan sekali pakai
11. Masker
12. Pinset
13. Lampu Senter
14. Gelas Untuk cuci mata
15. Kantong Plastik bersih
16. Aquades (100 ml)
17. Povidon Iodin (60 ml)
18. Alkohol 70%
19. Buku Panduan P3K di Tempat Kerja
20. Buku Catatan daftar isi kotak

V. INCIDENT, ACCIDENT dan INVESTIGATION REPORT :


Prosedur Investigasi Kecelakaan
I. Pengertian
Investigasi kecelakaan kerja adalah suatu upaya untuk mencari penyebab kecelakaan kerja untuk mengurangi
kesempatan kecelakaan serupa terjadi di masa mendatang. Investigasi kecelakaan harus dilaksanakan oleh
personel atau team investigasi yang kompeten untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh karena itu,
investigator kecelakaan kerja harus mendapatkan pelatihan tentang prosedur investigasi kecelakaan kerja,
teknik investigasi kecelakaan dan analisa akar penyebab kecelakaan kerja. Sedaangkan team Investigasi
Kecelakaan Kerja (TIK) dapat disusun oleh investigator, yang terdiri dari orang yang menguasai bidang
tertentu (ahli) dan pendamping team (satpam, Humas, dsb).

II. Tujuan

25
HSE PLAN
Sebagai tindakan perbaikan (corrective action) untuk menemukan penyebab dasar (root causes) dari kasus
insiden yang terjadi dan memberikan rekomendasi agar kejadian yang serupa tidak terulang kembali.

III. Prosedur
1. Karyawan harus melaporkan kejadian kecelakaan kepada pengawasnya, dan/atau tenaga HSE
perusahaan (dalam waktu 24 jam setelah kejadian kecelakaan).
2. Pengawas harus memverifikasi kejadian kecelakaan dan mengkoordinir pelaksanaan Pertolongan
Pertama (bilamana korban masih berada ditempat kejadian), serta melaporkan secara lisan dan disusul
dengan “laporan kejadian kecelakaan” secara tertulis kepada tenaga HSE dan juga Pengawas Utama
fungsi terkait, untuk proses pelaporannya kepada pihak Pemerintah.
3. Tenaga HSE Perusahaan (yang kompoten melakukan investigasi) akan melaporkan kepada pimpinan
Perusahaan dan melakukan investigasi dengan melibatkan beberapa personel ahli dibidang masing-
masing. Langkah yang dapat dilakukan dalam investigasi antara lain :
- Pastikan korban telah diamankan dan ditangani oleh pihak terkait.
- Amankan area kecelakaan (jangan sampai dirubah).
- Segera ambil data di lokasi kejadian (foto, film, kondisi sarfas, dll).
- Interview (investigasi) semua pihak yang terkait.
- Deskripsikan kegiatan yang biasa dilakukan di lokasi kejadian.
- Deskripsikan kejadian kecelakaan. Kapan, dimana, dan bagaimana penanggulangannya. Deskripsi
kejadian ini dapat dilihat di Prosedur pelaporan Kejadian.
- Buat Kronologi urutan kejadian.
4. Hasil investigasi dan rekomendasi tindakan perbaikan oleh Investigator atau team Investigator akan
dilaporkan kepada Pimpinan unit perusahaan setempat, dan akan direview terlebih dahulu sebelum
disetujui untuk dikeluarkan.
5. Laporan investigasi kecelakaan kerja akan dilaporkan oleh Pimpinan unit perusahaan kepada
Pemerintah dan piha ketiga yang dipandang sangat membutuhkan laporan untuk keperluan perbaikan /
pencegahan kecelakaan kerja.
Jika terjadi suatu Kecelakaan atau suatu Kejadian yang tidak diinginkan serta terjadinya kebakaran,
kecelakaan Sarfas, kecelakaan kerja dan atau pencemaran lingkungan, maka akan dilakukan pencegahan /
tindakan penanggulangan bersama-sama pengawas lokasi (PT. Cipta rupa Pertama). Dan setelah itu
setidak-tidaknya 1 (satu) jam setelah kejadian segera melapor secara lisan / tertulis kepada PT Pertamina
Patra Niaga, dimana untuk selanjutnya dapat dilakukan Investigasi atas kejadian itu.
Prosedur Pelaporan Insiden
II. Pengertian
Segala bentuk insiden yang merugikan pekerja daan asset maupun hampir-celaka (nearmissed) wajib
dilaporkan ke pihak manajemen.

III. Tujuan
Pelaporan insiden bertujuan untuk memperoleh informasi kronologis mengenai insiden yang terjadi.Dari
laporan tersebut dapat diperoleh informasi yang berguna saat dilakukan investigasi.

IV. Prosedur
1. Laporan insiden dibuat oleh Pengawas yang bertugas pada saat insiden terjadi.
2. Laporan insiden dibuat di “Lembar Laporan Kejadian”. Contoh lembaran dapat dilihat pada lampiran.
3. Lembaran ini kemudian diserahkan ke Petugas HSE dan kemudian akan diteruskan ke pihak
manajemen untuk ditindaklanjuti.

VI. INSPEKSI dan AUDIT :

a. INSPEKSI :
Inspeksi HSE akan dilakukan oleh manager HSE dilapangan / oleh safety man, dimana
pelaksanaannya bersama-sama dengan pihak PT PERTAMINA PATRA NIAGA yang ditugaskan untuk
itu. Dan semua bentuk laporan HSE harus disahkan oleh penanggung jawab HSE di lokasi/setempat.

26
HSE PLAN

b. AUDIT :
Audit terhadap HSE akan dilakukan oleh pihak PT PERTAMINAPATRA NIAGA, PT. CIPTA RUPA
PERTAMA dan manager HSE akan mendampingi pelaksanaannya. Dalam pelaksanaan audit maka
manager HSE akan mencatat semua temuan di lapangan sepanjang pekerjaan berlangsung.
Acuan Audit mengacu pada HSE Plan - PJA - WIP sampai dengan pekerjaan dinyatakan selesai.
Hasil Audit meupakan Data dalam Final Evaluasi HSE.
Jakarta, 20 Mei 2017
PT. Cipta Rupa Pertama
Project Manager

Barzah Arifiana

27
HSE PLAN

1. Kebijakan Perusahaan Tentang Mutu, Kesehatan Keselamatan Kerja dan Lindungan


Lingkungan
2. Kebijakan Tentang Pencegahan Penyalahgunaan Alkohol dan Obat-obatan Terlarang

28
HSE PLAN

SOP Peralatan Kerja


1. Demolition Hammer
a. Pastikan keadaan kabel baik/tanpa lecet
b. Patikan oli dalam jumlah yang cukupMasukan ujung sniper ke badan demolition hammmer
c. Pastikan ujung sniper sudah pada tempatnya dengan suara “click”
d. Sambungkan kabel ke sumber listrik, pastikan sumber listrik dalam keadaan baik
e. Arahkan ujung sniper kearah lokasi pekerjaan
f. Hidupkan demolition hammer
g. Setelah selesai digunakan matikan demolition hummer dan mencabut sambungan kabel
h. Cabut kembali ujung sniper dari tempatnya
i. Masukkan semua peralatan kembali ke tempatnya

2. Bor tangan
a. Pastikan kabel dalam kondisi baik
b. Masukan mata bor pada tempatnya
c. Pastikan mata bor dalam keadaan lurus dan terpasang kuat
d. Sambungkan kabel kesumber listrik
e. Setelah selesai digunakan lepas kembali mata bor dari dudukan kemudian simpan ketempat yang
aman

3. Gerinda Tangan
a. Pastikan kabel dalam kondisi baik
b. Pasang pelindung bagian depan mesin gerinda
c. Pasang piringan gerinda pada tempatnya, yakinkan bahwa sudah kuat
d. Sambungkan kabel ke sumber listrik
e. Setelah selesai digunakan, lepas piringan gerinda dan kembalikan ketempat semula

4. Kunci moment (kunci torsi)


a. Pastikan kunci torsi di set ke 0
b. Pasang kunci torsi ke baut yang akan dikencangkan
c. Stel kunci torsi ke setengah dari kekuatan yang diinginkan
d. Kencangkan baut
e. Tingkatkan kunci torsi pada kekuatan yang diinginkan
f. Kencangkan kembali baut sampai bunyi “clikc”
g. Stel kunci torsi kembali ke 0
h. Kembalikan pada tempatya semula

5. Stager/scaffolding
a. Tentukan tinggi tempat kerja untuk menentukan jumlah scaffolding yang dibutuhkan
b. Pasangan scoffolding sesuai dengan ketinggian yang dikehendaki
c. Pasang kunci pengaman di setiap tingkatan scaffolding
d. Pasang pen penyambung untuk menambah satu tingkat scaffolding
e. Setelah selesai digunakan pembongkaran scaffolding dilakukan dari bagian atas
f. Kembalikan scaffolding ke tempatnya semula

6. Stamper (alat untuk pemadatan tanah)


a. Periksa minyak yang berada ditangki mesin
b. Hidupkan mesin, buka katup bahan bakar ke posisi terbuka kemudian atur posisi mesin ON
c. Mesin dipanaskan kira-kira 3-4 menit kemudian atur posisi tuas dengan memindahkan kait pengatur
secara perlahan dan perlahan alat diarahkan ke tempat yang akan dipadatkan dengan mengatur
posisi pada pegangan mesin
d. Setelah selesai digunakan tutup katup bahan bakar ke posisi tertutup kemudian atur posisi mesin
OF
29
HSE PLAN

Cara Pengunaan Alat Pelindung Diri

Cara Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

SAFETY VEST

FUNGSI
 Melindungi tubuh dari panas, dingin, angin, hujan, bahan kimia, dan gesekan.
 Memudahkan orang lain mengetahui keberadaan kita karena dilengkapi reflector atau
pemantul cahaya.

DO
 Pilih ukurannya yang sesuai dengan ukuran
tubuh pemakainya.
 Cek keadaan fisiknya, apakah dalam keadaan
rusak , dan lengkap komponen-komponennya.
 Kenakan safety vest dan rekatkan dengan seksama.
 Gerak-gerakkan anggota badan (kaki, tangan),
 untuk memastikan apakah pakaianpelindung
telah terpakai dengan nyaman.

DON’T
 Menggunakan safety vest didalam pakaian atau jaket.
 Tidak merekatkan safety vest.
 Memakai safety vest dengan ukuran yang lebih kecil.

30
HSE PLAN

SAFETY SHOES

FUNGSI
 Melindungi kaki dari tumbukan mekanis, benda tajam, benda panas, cairan kimia dsb.
 Mencegah terpeleset akibat jalan licin.

DO
 Pilih ukuran sepatu yang sesuai dengan ukuran kaki.
 Periksa terlebih dahulu kondisi sepatu. Pastikan
kondisi tali, besi pelindung dan sepatu masih
dalam kondisi baik.
 Gunakan kaos kaki pada saat memakai safety shoes.
 Pakailah sepatu dan untuk sepatu yang bertali
pastikan tali terikat dengan benar dan kuat.

DON’T
 Menginjak bagian belakang sepatu pada saat dipakai.
 Tidak memakai kaos kaki.
 Memakai sepatu dengan ukuran yang tidak sesuai.
 Tali sepatu tidak diikat.

31
HSE PLAN

SAFETY HELMET

FUNGSI
 Melindungi kepala dari tumbukan mekanis, terluka dan terjebaknya rambut di dalam mesin yang
bergerak (scalping).
 Melindungi kepala dari panas matahari.

DO
 Pilih helm dalam kondisi baik (fisik luar dan dalam
helm).
 Sebelum digunakan, sesuaikan ukuran penahan
kepala sesuai dengan ukuran kepala user. Aturlah
supayatidak terlalu longgar atau tidak terlalu sempit.
 Pasang dikepala dengan benar (tidak miring,
terlalu mendongak, menunduk sehingga
menutupi pandangan, atau terbalik.
 Lakukan uji coba dengan cara membungkukan
badan, jika helm terjatuh maka lakukan penyesuaian
ulang pada ukuran penahan kepala.
 Jika berada pada tempat yang tinggi dan kondisi
ber-angin, chain strip harus digunakan untuk
menghindari safety helmet yang dikenakan
terbang karena tiupan angin kencang.

DON’T
 Memakai helm dengan ukuranpenahan kepala yang
tidak sesuai dengan ukuran kepala.
 Memakai helm yang kondisinya sudah rusak.
 Dilarang memakai topi/ penutup kepala lainnya pada
saat memakai helm.
 Tali helm tidak digunakan.

32
HSE PLAN

SAFETY GLASSES
FUNGSI
Fungsi kaca mata pengaman adalah untuk melindungi mata dari:
 Percikan bahan bahan korosif.
 Kemasukan debu atau partikel-partikel yang melayang di udara.
 Lemparan benda-benda kecil.
 Pantulan panas dan radiasi sinar matahari (uv).
 Pancaran gas atau uap kimia yang dapat menyebabkan iritasi mata.
 Silau nyala api las / cutting torch.
 Benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam.

DO
 Pilihan kaca mata yang sesuai, small,
medium, atau large.
 Buka tangkai kaca mata lekatkan bagian
tengah kacamata pada punggung hidung.
 Tempelkan lensa kaca mata.
 Kaitkan tangkai kaca mata pada daun telinga.
 Usahakan agar mata dan sekitar
betul-betul tertutup oleh kacamata.

DON’T
 Menggunakan kaca mata pada ujung hidung.
 Memakai kaca mata di alis mata.

33
HSE PLAN

AR PLUG

FUNGSI
Untuk melindungi telinga akibat kebisingan alat dengan intensitas suara ≥85 dBA.

DO
 Pilih ear plug yang terbuat dari bahan yang bisa
menyesuaikan dengan bentuk telinga. Biasanya
terbuat dari karet atau plastik lunak.
 Pilih bentuk dan ukuran yang sesuai dengan bentuk
dan ukuran dari seluruh telinga si pemakai
 Cek sumbat telinga, apakah secara fisik dalam keadaan
baik (tidak rusak) dan bersih.
 Masukkan ear plug ke dalam lubang telinga, lalu
diputar sehungga benar-benar terasa menutup lubang
telinga dengan sempurna.
 Cek dengan suara tepukan, apakah masih terasa keras
atau tidak. Jika masih terasa keras, lepas ear plug dan
ulangi cara pemasangan hingga dapat meredam suara
tepukan.

DON’T
 Memakai ear plug yang sudah rusak.
 Ear plug tidak menutup lubang telinga

34
HSE PLAN

SARUNG TANGAN

FUNGSI
Untuk melindungi jari dan tangan dari pengaruh lingkungan sekitarnya atau melindungi lingkungan sekitar
dari tangan sang pemakai
DO
 Sarung tangan kulit : untuk mengangkat benda-benda berat, membuka, menutup kerangan, uap
panas, pekerjaan yang banyak mengandung partikel kecil.
 Sarung tangan karet : untuk pekerjaan yang mengandung listrik (insulating), pekerjaan yang
menggunakan bahan kimia berbahaya (warna hitam) dan pekerjaan yang mengandung TEL warna
putih.
 Sarung tangan katun : untuk pekerjaan konstruksi/pengangkatan yang ringan
DON’T
Sarung tangan tidak boleh digunakan untuk memegang benda yang berputar

35
HSE PLAN

Cara Menggunakan APAR

Cara Penggunaan APAR CO2

TATA CARA PENGGUNAAN


APAR CO2 4,5 KG
Digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B (
minyak ) dan C (Listrik) lakukan pemadaman dalam
posisi tidak berlawanan dengan arah angin.
 Buka/cabut pin pengaman dengan memutuskan
segel pengaman terlebih dahulu.
 Pegang alat dalam keadaan tegak.
 Lepaskan selang (berikut corong) dari klip.
 Pegang corong pada gagang corong.
 Tekan/pijit tuas pengatup.
 Arahkan corong ke pangkal api dengan cara
menyapu.

36
HSE PLAN

Cara Penggunan APAR Dry Chemical Powder (DCP)

TATA CARA PENGGUNAAN


APAR DCP AL 10 PC
Digunakan untuk memadamkan kebakaran kelas B (
minyak ) dan C (Listrik) lakukan pemadaman dalam
posisi tidak berlawanan dengan arah angin.
 Buka/cabut pin pengaman dengan memutuskan
segel pengaman terlebih dahulu.
 Pegang alat dalam keadaan tegak.
 Lepaskan selang dari klip.
 Pegang selang dengan tangan kiri.
 Tekan/pijit tuas pengatup.
 Arahkan corong ke pangkal api dengan cara
menyapu.

37
HSE PLAN

MATERIAL SAFETY DATA SHEET PRODUK MICROCONCRETE

F o sr o c Exp an d it e L t d
Head Offic e and Factory

69 Waione Street
Petone, New Zealand
P.O. Box 38-079 Petone
SAFETY DATA SHEET Tel 0-4-568 8046
Fax 0-4-568 8043
1. IDENTIFICATION OF THE SUBSTANCE/PREPARATION OF THE
COMPANY/UNDERTAKING

Product Name: CONBEXTRA GP (INA)


Application: Cementitious grout
Company: Fosroc Indonesia
Address: Jl. Akasia II Blok A8 No. 1 Delta Silicon Industrial Park
Lippo Cikarang 17550, Indonesia
Telephone: 62 21 - 897 2103 Fax: 62 21 - 897 2107

2. COMPOSITION/INFORMATION ON INGREDIENTS

Composition: Portland cements, silica sands, surfactant.

Hazardous Ingredient(s) Symbol Risk Phrases Other Information %


Cement (OPC) Xi R36/37/38 Cas No: 65997-15-1 >50

All constituents of this product are listed in EINECS (European Inventory of Existing
Commercial Chemical Substances) or ELINCS (European List of New Chemical Substances) or
are exempt.

Refer to Section 8 for Occupational Exposure Limits.

3. HAZARD IDENTIFICATION

Irritating to eyes, respiratory system and skin.

IRRITANT

4. FIRST AID MEASURES

Eyes: Irrigate immediately with copious of quantities of water for several


minutes. Obtain medical attention urgently.

38
HSE PLAN

Skin: Wash immediately with copious of quantities of water. Remove


contaminated clothing immediately. Obtain medical advice if skin
disorders develop.
Inhalation: Remove from exposure, rest and keep warm and obtain medical attention
urgently.
Ingestion: Wash out mouth with water. Do NOT induce vomiting. Obtain medical
attention.

5. FIRE FIGHTING MEASURES

Suitable Extinguishing Media: None, not flammable


Special Exposure Hazard: None.
Special Protective Equipment: None.

6. ACCIDENTAL RELEASE MEASURES

Personal Precautions: Wear rubber boots in addition to the recommended protective


clothing.
Environmental Precautions: Prevent entry into drains, sewers and watercourses
Decontamination Procedure: Avoid the creation of dust in atmosphere. Gather into containers.
Residues may be flushed to drain with large volumes of water.
Prior consent must be obtained from the local Water Company if
discharged to sewer.

7. HANDLING AND STORAGE

Handling: Avoid creating dust. Avoid breathing dust. In case of insufficient ventilation, wear
suitable respiratory equipment. Avoid skin and eye contact.
Storage: Store in cool, dry area.

8. EXPOSURE CONTROL / PERSONAL PROTECTION

Occupational Exposure Limits:-


Substance 8 Hour TWA STEL Source/Other
Information
Silica, amorphous: EH40
Total inhalable dust 6 mgm-3 -----
Respirable dust 3 mgm-3

Portland cement: EH40


Total inhalable dust 10 mgm-3 -----
Respirable dust 5 mgm-3 -----

Engineering Control Measures: Atmospheric levels of dust must be maintained within the
Occupational Exposure Standard. Where mechanical
methods are inadequate or impractical, appropriate
personal protective equipment must be used.
Personal Protective Equipment: Impervious gloves (e.g. PVC). Safety glasses/Goggles.
Approved dust mask. Wear impervious, chemical resistant
boots.

9. PHYSICAL AND CHEMICAL PROPERTIES

Physical State: Aggregated powder


39
HSE PLAN

Color: Grey
Odor: Odorless
pH (working dilution): > 12
Boiling point/Range (C): Not applicable
Flash Point (closed, C): None
Autoflammability (C): Not applicable
Oxidizing Properties: Not determined
Relative Density (at 20C): 1.3 (bulk)
Water Solubility: Partially soluble

10. STABILITY AND REACTIVITY

Stability: Stable.
Conditions to avoid: Exposure to air. Contamination with water.
Material to avoid: Strong acids.
Hazardous Decomposition Products: None.

11. TOXICOLOGICAL INFORMATION

Health Effects
On eyes: Irritating and may injure eye tissue if not removed promptly.
On skin: Irritation. See “chronic” effects.
By Inhalation: Irritating to respiratory system. Inflammation of the nasal mucous
membrane by exposure to cement dust.
By Ingestion: May cause irritation of mouth, throat and digestive tract.
Chronic: Cement, cementitious grouts and mortar are known to cause both irritant
and allergic contact dermatitis. Prolonged skin contact can result in
chemical burns.

12. ECOLOGICAL INFORMATION

Environmental Assessment: Little detailed information is available on the ecological effects of


this product, but its overall environmental impact is not regarded
as significant.
Mobility: Insoluble in water.
Persistence & Degradability: Not readily biodegradable.
Bioaccumulative Potential: Not determined.
Ecotoxicity: Not expected to be ecotoxic to fish/daphnia/algae in cured state.

13. DISPOSAL CONSIDERATIONS

Disposal must be in accordance with local and national legislation.


Unused Product: Dispose of in an approved manner.
Used/Contaminated Product: As for unused product.
Packaging: The method of disposal must be acceptable to the local authority.

14. TRANSPORT INFORMATION

This product is NOT classified as dangerous for transport.

15. REGULATORY INFORMATION

Hazard Label Data:-


Named Ingredients: cement powders
40
HSE PLAN

Symbol (s): Xi
Risk Phrases: Irritating to eyes, respiratory system, and skin.
Safety Phrases: Do not breath dust.
Avoid contact with skin and eyes.
Wear suitable gloves and eye/face protection.
In case of contact with eyes, rinse immediately with plenty of
water and seek medical advise.
After contact with skin, wash immediately with plenty of soap and
water.
EC Directives: Dangerous Substances Directive, 67/548/EEC and adaptations.
Dangerous Preparations Directive, 88/379/EEC.
Safety Framework Directive, 91/155/EEC.
Safety Data Sheets Directive, 91/155/EEC.
Statutory Instrument: Chemicals (Hazard Information and Packaging) Regs. 1993 (SI
1746).
Health & Safety at Work, etc. Act 1974.
Control of Substances Hazardous to Health Regs. 1988 (SI 1657).
Codes of Practice: Waste Management. The Duty of Care.
Guidance Notes: Occupational skin diseases: health and safety precautions (EH
26).
Dust in the workplace: general principles of protection (EH 44).
Occupational exposure limits (EH 40).

The above publications are available from HMSO.

16. OTHER INFORMATION

The data and advice given apply when the product is used for the stated application or applications. The product is not sold as
suitable for any other application. Use of the product for applications other than as stated in this sheet may give rise to risks not
mentioned in this sheet. The product should not be used other than for the stated application or applications without seeking advice
from Fosroc International Limited. If this product has been purchased for supply to a third party for use at work, it is the purchaser's
duty to take all necessary steps to secure that any person handling or using the product is provided with the information in this
sheet.

It is the responsibility and duty of the employer to inform employees and others who may be affected of any hazards described in
this sheet and of any precautions which should be taken. This sheet does not constitute or substitute for the users' own assessment
of workplace risks, as required by other health and safety legislation.

Date Printed: 07/07/2003

41
HSE PLAN

42
HSE PLAN

43

Anda mungkin juga menyukai