Anda di halaman 1dari 162

ANALISIS HOTS (HIGH ORDER THINKING SKILL) PADA

SOAL PENILAIAN TENGAH SEMESTER DALAM MATA


PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV
WILAYAH GUGUS II KECAMATAN BONTONOMPO

ANALISIS OF HOTS (HIGH ORDER THINKING SKILL) ON


MID SEMESTER ASSESSMENT QUESTIONS IN CLASS IV
OF SOCIAL SCIENCES SUBJECTS IN CLUSTER II REGION
BONTONOMPO DISTRICT

TESIS

Oleh :
HASTUTI
Nomor Induk Mahasiswa: 105060205117

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ANALISIS HOTS (HIGH ORDER THINKING SKILL) PADA
SOAL PENILAIAN TENGAH SEMESTER DALAM MATA
PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV
WILAYAH GUGUS II KECAMATAN BONTONOMPO

TESIS

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister


Program Studi
Magister Pendidikan Dasar

Disusun dan Diajukan Oleh

HASTUTI
Nomor Induk Mahasiswa : 105.06.02.051.17

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
iii
iv
ABSTRAK

Hastuti, 2020. Analisis Hots (High Order Thinking Skill) pada Soal
Penilaian Tengah Semester Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial Kelas IV Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo, dibimbing oleh
Rosleny B dan Muhammad Nawir.

Kemampuan Guru dalam menyusun soal Hots(High Order Thinking


Skills), merupakan tugas pendidik yang profesional dalam mengukur
kemampuan berfikir kritis murid , dimana Soal yang baik adalah yang
memperhatikan kemampuan berpikir murid. Terdapat lima langkah-
langkah penyusunan kisi-kisi soal Hots, yaitu memilih stimulus yang
menarik dan kontekstual, menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi
soal, membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan Hots (High
Order Thinking Skills) pada soal penilaian tengah semester dalam mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IV Wilayah Gugus II
Kecamatan Bontonompo. Alasan dilakukannya penelitian ini, dikarenakan
masih kurangnya kemampuan guru dalam menyusun soal Hots dan
adanya faktor yang menjadi penghambat guru didalam menyusun soal
PTS. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti berusaha
mendeskripsikan Proses kemampuan guru, Faktor yang mempengaruhi
kemampuan guru dan pengembangan Hots (High Order Thinking Skills)
pada soal penilaian tengah semester dalam mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) kelas IV Wilayah Gugus II Kecamatan
Bontonompo. Berdasarkan hasil analisis, diperoleh temuan, yakni
ditemukan 31 butir soal yang tidak memenuhi kriteria soal Hots (High
Order Thinking Skills), dimana dari hasil analisis level kognitif untuk
menentukan Keterampilan berpikir kritis murid namun 31 butir soal
tersebut terdapat 0% (Hots) dan 100% (Lots) dimana soal tersebut tidak
dapat mengukur kemampuan berpikir kritis murid yang menyebabkan
kemampuan guru dalam menyusun soal Hots (High Order Thinking Skills)
masuk pada kategori sangat kurang dan perlu bimbingan.

Keywords: Hots (High Order Thinking Skills), berfikir kritis, ilmu


pengetahuan sosial (IPS)

v
vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah s.w.t. yang telah memberikan anugerah-


Nya kepada penulis sehingga dapat melanjutkan studi di Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar. Juga telah memberikan
kemudahan dalam menyelesaikan serangkaian kegiatan penelitian dan
penulisan laporan penelitian dalam bentuk tesis yang berjudul: “ANALISIS
HOTS (HIGH ORDER THINGKING SKILL) PADA SOAL PENILAIAN
TENGAH SEMESTER DALAM MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL KELAS IV WILAYAH GUGUS II KECAMATAN
BONTONOMPO”.

Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas akhir sebagai syarat yang
harus dipenuhi dalam jenjang perkuliahan di pascasarjana khususnya di
Unismuh Makassar.

Selesainya penyusunan tesis adalah berkat bantuan dari beberapa


pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moril selama studi
dan senantiasa memberikan kasih sayang yang tidak ternilai.
2. Dr. Rosleny Babo, M. Si., dan Dr. Muhammad Nawir. M.Pd., Dosen
pembimbing yang telah membimbing selama penyusunan tesis.
3. Sulfasyah, S. Pd., M. Pd., Ph. D., Ketua Jurusan Program Studi
Pendidikan Dasar Unismuh Makassar yang senantiasa memberikan
motivasi dan bimbingan kepada kami.
4. Dr. Darwis Muhdina, M. Ag., Direktur Pascasarjana Unismuh
Makassar.
5. Prof. Dr. H. Ambo Asse., M. Ag., Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar.

vii
6. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Pascasarjana Pendidikan Dasar yang
telah memberikan ilmunya kepada penulis.
7. Teman-teman angkatan 2017 program Studi Pendidikan Dasar yang
selalu ada dalam kebersamaan selama perkuliahan, baik suka maupun
duka.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini masih jauh dari


sempurna. Untuk itu segala saran dan kritik membangin dari semua pihak
sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa yang akan dating.
Semoga tesis ini bermanfaat terutama bagi penulis, bagi Kecamatan di
mana penelitian ini dilakukan dan bagi semua pembaca.

Gowa, Januari 2020


Penulis,

HASTUTI
NIM. 105060205117

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................. iii

ABSTRAK ........................................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................... v

DAFTAR ISI ......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL ................................................................................. ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xi

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................ 10

C. Tujuan Penelitian .............................................................. 11

D. Manfaat Penelitian ............................................................. 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 13

A. Tinjauan Hasil Penelitian ................................................... 13

B. Tinjauan Teori dan Konsep ................................................. 14

1. Analisis Hots Soal Tes Penilaian Tengah Semester....... 14

2. Kemampuan Guru Menyusun Soal Hots......................... 24

3. Pembelajaran IPS............................................................ 32

4. Gugus Sekolah ............................................................... 33

C. Kerangka Pikir ...................................................................... 35

ix
BAB III. METODE PENELITIAN ........................................................ 38

A. Pendekatan Penelitian ....................................................... 38

B. Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................. 39

C. Unit Analisi Dan Penetuan Informan ................................. 39

E. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 40

F. Teknik Analisa Data ........................................................... 43

G. Teknik Keabsahan Data ................................................... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................ 48

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian .................................... 48

B. Hasil Penelitian ................................................................... 61

C. Pembahasan ...................................................................... 86

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 99

A. SIMPULAN ......................................................................... 99

B. SARAN ............................................................................... 101

DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 102

RIWAYAT HIDUP ................................................................................. 106

LAMPIRAN-LAMPIRAN ....................................................................... 107

1. INSTRUMEN PENELITIAN

2. IZIN PENELITIAN

3. DATA SEKOLAH

4. DATA INFORMASI

5. KISI-KISI DAN SOAL PTS

6. DOKUMENTASI

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Pembagian luas wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan


Bontonompo ........................................................................... 58
Tabel 4.2 Sumber: daftar hadir KKG Gugus II ........................................ 60
Tabel 4.3 Hasil Analisis Soal secara Keseluruhan .................................. 83

xi
DAFTAR GAMBAR

A. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian ................................ 37


B. Gambar 3.1 Analisis Kualitatif Data .............................................. 43
C. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kecamatan Bontonompo ....................... 53

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian


Lampiran 2 : Izin Penelitian
Lampiran 3 : Data Sekolah
Lampiran 4 : Data Informasi
Lampiran 5 : Kisi-Kisi Dan Soal PTS
Lampiran 6 : Dokumentasi

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas guru menjadi bagian sangat penting dalam kemajuan

suatu negara. Finlandia merupakan negara yang beralih dari negara

industri agraris tradisional menjadi negara maju yang perekonomiannya

ditopang oleh ilmu pengetahuan berbasis inovasi teknologi. Kemajuan

tersebut disebabkan faktor kualitas guru yang telah disiapkan dengan

sebaik-baiknya sebelum mereka mengajar Sahlberg, (2010).

Guru sebagai pendidik pada jenjang satuan pendidikan anak usia

dini, dasar, dan menengah memiliki peran yang sangat penting dalam

menentukan keberhasilan peserta didik sehingga menjadi determinan

peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Pentingnya peran guru dalam

pendidikan diamanatkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3

yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan


membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen mengamanatkan adanya pembinaan dan

1
2

pengembangan profesi guru sebagai aktualisasi dari profesi pendidik.

Sudah sangat jelas fungsi guru dalam mengembangkan kemampuan

peserta didik dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonsia.

Berdasarkan Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang

kompetensi guru meliputi kompetensi Pedagogik, Kepribadian, Sosial dan

Profesional. Salah satu kompetensi guru dalam dimensi pedagogik adalah

dapat menyelenggarakan penilaian, evaluasi proses dan hasil belajar,

dengan kompetensi inti di antaranya dapat menentukan aspek-aspek

proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai

dengan karakteristik pada pelajaran di sekolah dasar dan

mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil

belajar.

Penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan

beragam alat, untuk memperoleh berbagai informasi ketercapaian

kompetensi peserta didik Mimin (2006; 16). Penilaian belajar peserta didik

dilakukan oleh pendidik yang meliputi aspek: sikap, pengetahuan, dan

keterampilan. Penilaian sikap dilakukan oleh pendidik untuk memperoleh

informasi deskriptif mengenai perilaku peserta didik. Penilaian

pengetahuan dilakukan untuk mengukur penguasaan pengetahuan

peserta didik, sedangkan penilaian keterampilan dilakukan untuk

mengukur kemampuan peserta didik menerapkan pengetahuan dalam

melakukan tugas tertentu. Penilaian hasil belajar oleh pendidik ini


3

bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar,

dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan.

Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik

untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order

Thinking Skills) Hots, karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong

peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi

pelajaran. Penilaian berorientasi Hots bukanlah sebuah bentuk penilaian

yang baru bagi guru dalam melakukan penilaian. Tetapi penilaian

berorientasi Hots ini memaksimalkan keterampilan guru dalam melakukan

penilaian. Guru dalam penilaian ini harus menekankan pada penilaian

sikap, pengetahuan dan keterampilan yang bisa meningkatkan

keterampilan peserta didik dalam proses pembelajaran berorientasi Hots.

Dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir peserta didik dalam usaha

yang dilakukan oleh seorang guru artinya mensyukuri anugerah terbesar

dari Allah SWT yakni akal dan pikiran. Karena kedua hal inilah yang

membedakan antara manusia dengan makhluk lainnya. Hal ini sesuai

dengan firman Allah SWT dalam Surat Az-Zumar ayat 9 yang berbunyi:

(٩ )

gan orang-orang yang tidak mengetahui ? Sesungguhnya

orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Kemampuan guru yang harus dimilikinya dan menjadi bagian yang

paling penting adalah kemampuan membuat serta mampu


4

mengembangkan alat evaluasi hasil belajar peserta didik. Evaluasi adalah

kegiatan untuk mengetahui apakah suatu rencana sudah terealisasi,

apakah bernilai, dan Anda juga dapat memeriksa tingkat efisiensi

pelaksanaannya. Tujuan dari kegiatan asesmen ini adalah untuk

mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan telah tercapai dan

apakah topik yang diajarkan di kelas sudah tepat. Untuk dapat melakukan

kegiatan asesmen tentunya dibutuhkan alat bantu. Kita dapat menyebut

alat yang digunakan dalam kegiatan penilaian ini sebagai alat.

Instrumen evaluasi adalah alat yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan murid dalam menangkap pelajaran dari guru. Dalam praktik

sekolah, salah satu instrumen atau alat penilaian yang biasa digunakan

untuk mengetahui hasil belajar murid adalah alat tes.

Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif

untuk memperoleh data atau keterangan-keterangan yang diinginkan

tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat

Basuki & Hariyanto (2014).

Tes berfungsi sebagai alat pengukuran terhadap peserta didik dan

alat pengukuran keberhasilan proses belajar mengajar di kelas. Secara

umum, tes digolongkan ke dalam beberapa kategori, salah satunya adalah

tes sumatif. Tes sumatif dilaksanakan diakhir program pengajaran atau

dikenal dengan istilah Penilaian Akhir Semester (PAS) dan Penilaian

Tengah Semester (PTS). Tes sumatif bertujuan untuk menentukan nilai

yang menunjukkan keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses


5

pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, sehingga dapat diketahui

peserta didik tersebut dapat melanjutkan ke pengajaran berikutnya atau

tidak.

Ilmu Pengetahuan Sosial selama ini sering diidentikkan dengan

kebutuhan akan kemampuan mengingat saja, padahal IPS juga

membutuhkan pola pikir kritis peserta didik. Misalnya kemampuan

menyatakan kembali (restate) atau merujuk tanpa melakukan pengolahan

(recite). Untuk itu, guru perlu memberikan instrumen penilaian berupa

soal Hots yang mampu mengukur kemampuan berpikir kritis, logis,

reflektif, metakognitif, dan kreatif. Jenis soal ini mengacu pada Taksonomi

Bloom yang telah direvisi oleh Anderson dan Krathwohl. Level kognitif

yang dicapai dimulai dari C4 (menganalisis), C5 (mengevaluasi), hingga

C6 (mencipta).

Berdasarkan hasil studi internasional Programme for International

Student Assessment (PISA) menunjukkan prestasi literasi membaca

(reading literacy), literasi matematika (mathematical literacy), dan literasi

sains (scientific literacy) yang dicapai peserta didik Indonesia sangat

rendah. Mullis, et al. (2012, p.56) menyatakan hasil prestasi TIMSS tahun

2007 dan 2011 menunjukkan skor pencapaian prestasi belajar peserta

didik kelas VIII SMP (eight grade)berturutturut 397 dan 386 (skala 0

sampai 800) dengan skor rata-rata 500. Keadaan kemampuan peserta

didik kelas VIII SMP Indonesia berada di bawah rata-rata. Selanjutnya

berdasarkan hasil survei PISA pada tahun 2015, Indonesia berhasil naik
6

enam peringkat dari posisi sebelumnya yakni dua terbawah dari 72 negara

yang ikut, ujar Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Totok

Suprayitno, Selasa (6/12/2016). Sayangnya, peningkatan capaian tersebut

masih di bawah rata-rata negara-negara Organisation for Economic

Cooperation and Development (OECD). Berdasarkan data, rata-rata nilai

sains negara OECD adalah 493. Sedangkan Indonesia baru mencapai

skor 403. Untuk matematika, rata-rata negara OECD 490, namun skor

Indonesia hanya 386. Sementara dalam membaca skor rata-rata

Indonesia baru 397. Padahal, rata-rata OECD adalah 493. Hasil studi

PISA yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor.

Salah satu faktor penyebabnya antara lain karena peserta didik di

Indonesia kurang terlatih dalam menyelesaikan soal-soal kontektual,

menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam meyelesaikannya,

dimana soal-soal tersebut merupakan karakteristik soal-soal TIMS. Hal ini

sesuai dengan Kemdikbud (2013, p.2) yang menyatakan bahwa

rendahnya prestasi siswa Indonesia tersebut disebabkan oleh banyaknya

materi uji di TIMSS yang tidak terdapat dalam kurikulum Indonesia. Pada

umumnya kemampuan peserta didik Indonesia sangat rendah dalam: (1)

memahami informasi yang kompleks; (2) teori, analisis, dan pemecahan

masalah; (3) pemakaian alat, prosedur dan pemecahan masalah; dan (4)

melakukan investigasi.
7

Pada pengembangan soal Hots, guru diharapkan dapat memenuhi

beberapa karakteristik. Pertama, mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

sehingga menuntut peserta didik benar-benar berpikir tidak hanya mengingat.

Kedua, berbasis pada permasalahan kontekstual. Ketiga, menggunakan stimulus

yang menarik. Keempat, mengelola kompleksitas kognitif dan tingkat kesukaran

secara terpisah. Karakteristik tersebut diimplementasikan dalam langkah-langkah

pembuatan soal Hots seperti: menganalisis KD, menentukan stimulus yang

menarik dan kontekstual, menyusun kisi-kisi soal, menuliskan butir soal sesuai

dengan kisi-kisi dan pedoman penulisan butir soal, serta membuat kunci jawaban

atau pedoman penskoran. Widana (2016) dan Kemendikbud (2017,p.23).

Struktur kogntif dalam Hots merupakan hal penting yang harus

diterapkan dalam proses pembelajaran. Hal ini diperlukan untuk

menunjang kemampuan berpikir peserta didik khususnya dalam bidang

sosial pada mata pelajaran IPS juga masih dianggap sulit oleh

kebanyakan peserta didik. Karthwol dan Lewy (2009: 16) menyatakan

bahwa indikator untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

meliputi menganalisis, mengevaluasi, mencipta. Hots menjadi salah satu

aspek penting yang perlu diterapkan dalam pembuatan soal agar peserta

didik dapat berpikir secara kritis dan mampu memecahkan suatu

permasalahan yang ada serta dalam kehidupan sehari-hari peserta didik

mampu menghasilkan suatu inovasi yang didukung oleh karakter yang

mampu dalam mengendalikan inovasi itu sendiri sehingga kemampuan

berpikir tingkat tinggi sangatlah penting. menurut Devi (dalam Laily

2015:29), bahwa ada beberapa pedoman para penulisan soal untuk


8

menuliskan butir soal yang menuntut berfikir tingkat tinggi, yaitu materi

yang akan ditanyakan akan diukur dengan perilaku yang sesuai ranah

kognitif Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta kemudian

agar butir soal yang ditulis dapat memenuhi berfikir tingkat tinggi, maka

setiap butir soal tersebut yang diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang

berbentuk sumber bahan bacaan sebagai bahan informasi. Untuk

menstimulus agar kemampuan berpikir tingkat tinggi itu terbentuk yaitu

dengan memberikan soal-soal yang mampu menstimulus kemampuan

berpikir tingkat tinggi seperti pada soal Penilaian Tengah Semester (PTS).

Kenyataan di lapangan berdasarkan hasil observasi awal dengan

guru kelas IV pada wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo, pada

tanggal 29 oktober 2018 dimana guru tersebut tidak membuat sendiri soal

Penilaian Tengah Semester (PTS) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) kelas IV akan tetapi mengambil soal dalam bank soal di

internet yang relevan dengan materi yang akan diberikan pada siswa dan

juga langsung mengambil soal tersebut pada buku cetak tanpa ada kisi-

kisi soal yang seharusnya menjadi acuan pembuatan soal. Kemudian guru

pun sangat kurang memperhatikannya terhadap kriteria-kriteria tertentu

yang menjadi acuan untuk membuat soal di Sekolah Dasar (SD). Selain

itu, berdasarkan hasil observasi selanjutnya pada tanggal 5 November

2018 terungkap bahwa beberapa soal-soal Penilaian Tengah Semester

(PTS) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dirancang dan

disusun oleh guru pun cenderung lebih banyak menguji tentang aspek
9

kognitif saja. Padahal buku-buku pelajaran yang menunjang kegiatan

belajar di sekolah telah menyajikan berbagai materi yang dapat mengajak

siswa untuk belajar aktif dan menyajikan berbagai konsep materi yang

sistematis. Namun, dalam kegiatan penilaian atau evaluasinya kurang

melatih keterampilan berpikir peserta didik.

Rendahnya kemampuan peserta didik SD kelas IV wIlayah gugus II

Kecamatan Bontonompo dalam memecahkan suatu permasalahan perlu

diperbaiki dengan cara memberikan latihan soal-soal yang berbeda yaitu

dengan menggunakan soal yang berkarakter Hots. Peserta didik perlu

diujikan menggunakan soal-soal dengan karakater Hots, dengan diujikan

soal Hots keterampilan berpikir peserta didik tersebut akan semakin

terasah. Kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal berpikir

tingkat tinggi dapat digunakan oleh guru untuk mengetahui apakah

peserta didik sudah memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam

kegiatan pembelajaran.

Untuk mengatasi masalah tersebut, guru dituntut dan diharapkan

memiliki keterampilan mengajukan dan mengembangkan masalah ilmu

sosial (IPS) yang dapat melatih keterampilan berpikir siswa. Untuk

membantu guru dalam mengajukan pertanyaan ilmu sosial (IPS) yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa tersebut, digunakan

standar penyusunan pertanyaan Hots.

Hots atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat

kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis


10

dan berpikir kreatif. Yang lebih ditekankan di sini yaitu dalam kelompok

berpikir kritis Presseisen (dalam Devi, 2011).

Evaluasi sangat diperlukan untuk keperluan pengambilan kebijakan

pendidikan bagi semua elemen pendidikan yang terkait di Kabupaten

Gowa Kecamatan Bontonompo. Jika telah dievaluasi dan diketahui

hambatan serta dicari solusi yang paling rasional, hasil penelitian bisa

berfungsi sebagai rujukan untuk kelancaran pelaksanaan di tahun

mendatang. Atas dasar tersebut, perlu dilakukan kajian analisis yang lebih

mendalam tentang Analisis Hots Pada Soal Penilaian Tengah Semester

Dalam Mata Pelajaran IPS. Oleh karena itu, akan dilakukan penelitian

dengan judul “Analisis Hots Pada Soal Penilaian Tengah Semester Dalam

Mata Pelajaran IPS pada Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh rumusan

masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana proses guru dalam menyusun soal Hots pada pembelajaran

IPS di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo ?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan guru dalam menyusun

soal Hots di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo?

3. Apakah soal muatan mata pelajaran IPS pada Penilaian Tengah

Semester di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo sudah sesuai

dengan kriteria soal Hots?


11

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Proses guru dalam menyusun soal Hots pada pembelajaran IPS di

wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo.

2. Faktor apakah yang mempengaruhi kemampuan guru dalam

menyusun soal Hots di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

3. Soal muatan mata pelajaran IPS pada Penilaian Tengah Semester di

wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo sudah sesuai dengan

kriteria soal Hots

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat, baik teoretis

maupun praktis. Secara rinci manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Hasil Penelitian diharapkan dapat menambah pemahaman bagi

peneliti khususnya dan bagi pembaca pada umumnya tentang analisis

Hots pada soal PTS pembelajaran IPS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

Penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peserta didik

agar peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar.


12

b. Bagi guru

Sebagai masukan bagi guru dalam melakukan menyusun hots

pada soal objektif tes pembelajaran IPS.

c. Bagi sekolah

Sebagai bahan masukan pelaksanaan dalam menyusun soal hots

dalam rangka peningkatan kualitas sekolah dan perencanaan program

pengembangan kompetensi guru.

d. Bagi peneliti

Penelitian ini menjadi bekal untuk peneliti sebagai tambahan

wawasan ketika memasuki dunia kependidikan mendatang. Penelitian ini

juga dapat dijadikan sebagai referensi atau rujukan untuk peneliti

berikutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Hasil Penelitian

Sebagai acuan peneliti dalam masalah yang diangkat, peneliti

melakukan penulusuran terkait penelitian sebelumnya yang dianggap

relevan dengan penelitian ini. Hal tersebut dimaksudkan agar penulis

mampu mengidentifikasi kemungkinan signifikan antara peneliti

sebelumnya dengan peneliti ini.

Penelitian yang dilakukan Amelia (2016) dalam jurnal yang berjudul

“Analisis Soal Tes Hasil Belajar (Hots) Matematika Materi Pecahan untuk

Kelas 5 sekolah dasar”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa

analisis tingkat kesukaran soal, yaitu 1 soal (5%) memiliki tingkat

kesukaran kategori mudah, 15 soal (75%) memiliki tingkat kesukaran

kategori sedang dan 4 soal (20%) yang memiliki tingkat kesukaran

kategori sukar. Dengan melakukan analisis butir soal, guru dapat

mengetahui kualitas soal yang dibuat. Soal yang berkualitas baik akan

dapat mengukur kemampuan peserta didik secara tepat. Namun jika

kualitas butir soal belum baik, dimungkinkan kemampuan peserta didik

tidak diukur secara tepat dan soal tersebut perlu diperbaiki.

Penelitian yang dilakukan Awaliyah (2018) dalam jurnal

“Penyusunan Soal Hots bagi Guru PKN dan IPS Sekolah Menengah

13
14

Pertama”. Hasil penelitian menunjukkan masih rendahnya kemampuan

guru dalam menulis soal Hots, dari 84 peserta sebanyak 2 soal yang

mencapai level Hots, 2 peserta mencapai level Mots, dan 80 lainnya

masih berada pada level Lots. Kendala yang dihadapi: (1) 1 instruktur

membimbing 84 peserta sehingga tidak dapat maksimal memberikan

pendampingan, (2) ruangan tidak kondusif, luas 40 M untuk 84 peserta,

panas, (3) peserta tidak pernah menerapkan pembelajaran yang Hots

atau pembelajaran dengan tingkat pengetahuan metakognitif.

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan dapat kita lihat bahwa,

hasil dari penelitian bervariasi dalam menganalisis soal Hots. Penelitian

tersebut menunjukkan rendahnya kemampuan guru dalam menuliskan

soal Hots. Soal yang berkualitas baik akan dapat mengukur tingkat

kemampuan berpikir kritis pada peserta didik, sehingga peneliti akan

melanjutkan hasil penelitian tersebut dalam menganalisis soal Hots,

Penelitian ini dapat menjadi bekal di dunia pendidikan sebagai tambahan

wawasan dalam menentukan kriteria pengembanganan soal Hots.

B. Tinjauan Teori dan Konsep

1. Analisis Hots Soal Tes Penilaian Tengah Semester

a. Analisis Hots Soal Tes

Menurut Sudjana (2013: 135), analisis butir soal adalah pengkajian

pertanyaan-pertanyaan tes agar diperoleh perangkat pertanyaan yang

memiliki kualitas yang memadai. Pendapat lain diungkapkan oleh


15

Arikunto (2006: 205), analisis butir soal adalah suatu prosedur yang

sistematis yang akan memberikan informasi-informasi yang sangat khusus

terhadap butir tes yang kita susun. Tujuan dari analisis butir soal adalah

untuk memperoleh kualitas soal yang baik sehingga dapat memperoleh

gambaran tentang hasil belajar siswa yang sebenarnya.

Pelaksanaan analisis butir soal tes hasil belajar dimaksudkan untuk

memperoleh informasi penting, yang nantinya akan menjadi umpan balik

yang berguna untuk memperbaiki, dan menyempurnakan item-item yang

telah digunakan dalam tes hasil belajar, sehingga guru tes dapat menulis

atau menggambar di kemudian hari. Hasil belajar dapat digunakan

sebagai alat untuk menilai hasil belajar yang baik dengan mengajukan

pertanyaan yang bermutu tinggi.

Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui

kemampuan siswa dalam menyerap kemampuan mengajar guru. Hal ini

sejalan dengan pendapat Indra kusuma (dalam Basuki & Hariyanto. 2014,

hlm. 22) menyatakan bahwa “tes adalah suatu alat atau prosedur yang

sistematis dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan-

keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh

dikatakan tepat dan cepat”.

Menurut Bahri (2006: 106), berdasarkan tujuan dan ruang

lingkupnya tes dapat digolongkan kedalam beberapa jenis jenis penilaian,

yaitu: (1) Tes formatif (2) Tes sumatif, dan (3) Tes submatif.
16

Tes sumatif ini biasanya dilakukan di tengah-tengah rencana

pembelajaran, atau disebut dengan penilaian pembelajaran jangka

menengah (PTS). Tes sumatif dirancang untuk mengetahui nilai

keberhasilan siswa setelah jangka waktu tertentu dalam proses

pembelajaran, sehingga dapat diketahui apakah siswa tersebut dapat

melanjutkan ke kelas selanjutnya.

Menurut Uno (2012: 110) tes hasil belajar untuk keperluan

penelitian perlu memerhatikan hal-hal sebagai berikut:

a.) Tes tersebut berfungsi untuk memperoleh informasi tentang

kemampuan sebjek penelitian. Fungsi penilaian bertujuan untuk

memperoleh tentang hal yang dapat dinilai melalui tes.

b.) Menentukan kriteria penilaian untuk penelitian. Untuk melakukan

penilaian yang baik maka harus soal harus memiliki mutu yang

baik pula.

c.) Merancang soal soal yang akan diberikan pada subjek

penelitian. Soal yang dirancang haruslah relevan dengan tingkat

kesukaran dan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam

rancangan pembelajaran.

Tes adalah salah satu alat evaluasi yang sering digunakan, seperti

yang dikemukakan oleh Arikunto (2015) bahwa “Tes adalah merupakan

alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah

ditemukakan”. Sebagai tahap awal untuk mendapatkan alat penilaian yang


17

baik maka perlu dilakukan analisa bentuk masalah. Dalam hal ini, alat

evaluasi perlu diuji untuk melihat standarnya.

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Mendidik peserta didik dengan Hots berarti menjadikan mereka

mampu berpikir. Murid dikatakan mampu berpikir jika dapat

mengaplikasikan pengetahuan dan mengembangkan keterampilan yang

dimiliki dalam konteks situasi yang baru.

Ada banyak definisi tentang Hots. Menurut Onosko & Newman

(1994), Hots berarti “non-algoritmik” dan didefinisikan sebagai potensi

penggunaan pikiran untuk menghadapi tantangan baru. “Baru” berarti

aplikasi yang belum pernah dipikirkan siswa sebelumnya. Belum tentu

sesuatu yang universal bersifat baru. Hots dipahami sebagai kemampuan

siswa untuk menghubungkan pembelajaran dengan elemen lain di luar

yang guru ajarkan diasosiasikan denganya Brookhart (2010).

“Higher Order Thinking Skill” (Hots) atau keterampilan berpikir

tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah,

membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif Presseisen dalam

Costa (1985).

Pengertian berpikir kritis dijelaskan oleh beberapa ahli yang

dikutip oleh H. A. R. Tilaar (2011: 15-16) sebagai berikut: Robert H.

Ennis (2011), menyatakan bahwa Critical thinking is reasonable and

reflective thinking focused on deciding what to believe or do (

berpikir kritis adalah suatu proses berpikir reflektif yang berfokus untuk
18

memutuskan apa yang diyakini untuk diperbuat ). Hal ini berarti di

dalam berpikir kritis diarahkan kepada rumusan-rumusan yang memenuhi

kriteria tertentu untuk diperbuat. Richard Paul (1990), menyatakan

berpikir kritis adalah suatu kemampuan dan disposisi untuk

mengevaluasi secara kritis suatu kepercayaan atau keyakinan,

asumsi apa yang mendasarinya dan atas dasar pandangan hidup

mana asumsi tersebut terletak.

Dalam Jurnal oleh Patricia C. Seifert (2010) tentang thinking

critically mendefinisikan berpikir kritis secara formal maupun informal.

Definisi formal yang dijelaskan oleh Facione, and Sanchez sebagai

berikut: Critical thinking is a process of making reasoned

judgments based on the consideration of available evidence,

contextual aspects of a situation, and pertinent concepts (2010: 197).

(Berpikir kritis adalah sebuah proses pembuatan keputusan beralasan

berdasarkan pertimbangan bukti yang tersedia, aspek kontekstual dari

situasi, dan konsep yang bersangkutan ). Sedangkan definisi secara

informal menurut Patricia C. Seifert adalah sebagai berikut: less formal

and more skeptical definition of critical thinking: deciding what to

do and when, where, why, and how to do it (2010: 197). (definis

kurang formal dan lebih skeptis terhadap pemikiran kritis:

memutuskan apa yang harus dilakukan dan kapan, dimana, mengapa,

dan bagaimana melakukannya). Dari hal tersebut dapat diketahui

bahwa keterampilan berpikir kritis lebih mungkin untuk tumbuh dan


19

berkembang dalam lingkungan yang selalu adanya rasa ingin tahu dalam

sebuah proses untuk memecahkan masalah.

Lebih lanjut Mark Mason (2007: 341-343) mengutip pendapat

Robert H. Ennis, mendefinisikan konsep berpikir kritis terutama

didasarkan pada keterampilan tertentu khususnya keterampilan

mengamati, menyimpulkan, generalisasi, penalaran, mengevaluasi

penalaran dan sejenisnya.

Berpikir kritis menurut Cottrell (2005: 1) mengemukakan bahwa

“Critical thinking is a cognitive activity, associated with using the mind”

yang artinya berpikir kritis merupakan aktifitas kognitif, yaitu berhubungan

dengan penggunaan pikiran. Berdasarkan dimensi kognitif Bloom,

kemampuan berpikir kritis menempati bagian dimensi analisis (C4),

sintesis (C5), dan evaluasi (C6). Tampak bahwa dimensi-dimensi ini

diambil dari sistem taksonomi Bloom yang lama. Jika dicocokkan dengan

taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh Anderson & Krathwohl (2010,

hlm. 403), maka kemampuan berpikir kritis menempati bagian dimansi

analisis (C4), dan evaluasi (C5), karena pada versi revisi, dimensi sintesis

diintegrasikan ke dalam dimensi analisis.

Dimensi analisis menurut Anderson & Krathwohl (2010, hlm. 403)

merupakan dimensi dimana terjadi pemecahan suatu materi menjadi

bagian-bagian yang kecil dalam suatu keterkaitan hubungan antar bagian-

bagian tersebut. Dimensi menganalisis meliputi proses kognitif

membedakan, mengorganisasi,dan mengatribusikan. Selanjutnya,


20

Anderson & Krathwohl (2010) mendefinisikan dimensi evaluasi sebagai

dimensi dimana terjadi pengambilan keputusan berdasarkan kriteria dan

standar tertentu. Kriteri-kriteria yang biasanya digunakan yaitu kualitas,

efektivitas, efisien, dan konsistensi. Anderson & Krathwohl menjelaskan

lebih lanjut bahwa pada kategori mengevaluasi mencakup proses kognitif

yaitu memeriksa keputusan yang telah diambil berdasarkan kriteria

internal dan mengkritik keputusan yang diambil berdasarkan kriteria

eksternal.

Kemampuan berpikir kritis menurut Nitko & Brookhart (2011: 236)

yaitu kemampuan berpikir kritis paling baik diukur dan dinilai dalam

konteks pembelajaran tertentu, bukan secara umum. Untuk itu, guru yang

berkepentingan mengukur kemampuan berpikir kritis perlu menjalankan

indikator-indikator kemampuan berpikir kritis ke dalam konteks materi

pembelajaran yang bersangkutan. Selain itu, penting pula

menghubungkan materi pembelajaran tersebut dengan kondisi kehidupan

keseharian dalam melakukan pengukuran terhadapa kemampuan berpikir

kritis. Kemampuan berpikir kritis merupakan untuk menganalisis suatu

situasi atau masalah melalui pemeriksaan yang ketat.

Kemampuan berpikir kritis dapat masuk kedalam kategori

kemampuan yang sulit. Walaupun terlihat mendasar, akan tetapi

kemampuan berpikir kritis membutuhkan suatu proses yang cukup rumit

dalam pencapaiannya. Terlebih lagi, manusia sendiri tidak secara alami

dapat berpikir kritis. Sekalipun manusia terlahir dengan kemampuan


21

berpikir kritis, manusia sendiri masih belum mampu menguasainya karena

kemampuan berpikir kritis adalah aktivitas kompleks yang dibangun

dengan kemampuan lainnya yang lebih mudah diperoleh (Gelder,

2005:42).

Definisi-definisi di atas menunjukkan bahwa berpikir kritis

merupakan suatu konsep yang normatif. Menurut pendapat peneliti

berpikir kritis adalah kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk

mengembangkan pengetahuan yang dimiliki, mengevaluasi, dan

menghubungkan dengan fakta atau informasi dari berbagai sumber.

Berpikir kritis bukan hanya sebuah instumen akan tetapi tidak mudah

menerima fakta, tidak puas dengan fakta pendukung. Dalam hal ini

fakta bukan hanya merupakan pemberat jawaban tetapi benar-benar

kebenaran.

c. Kata Kerja Operasional (KKO)

Menurut Lestari, (2018) Hots dapat meliputi aspek berpikir kritis,

berpikir kreatif, serta kemampuan memecahkan masalah. Berpikir kritis

merupakan kemampuan untuk menganalisis menciptakan dan

menggunakan kriteria secara objektif, serta mengevaluasi data. Hal- hal

yang dapat meliputi aktivitas berpikir kreatif diantaranya, yaitu:

1) Memperhatikan detil secara keseluruhan identifikasi

kecenderungan dalam pola, seperti identifikasi kesamaan,

memetakan informasi, serta ketidaksamaan, dll.


22

2) Mengulangi pengamatan untuk memastikan tidak akanada yang

terlewatkan melihat informasi yang didapatkan dari beberapa

sudut pandang.

3) Memilih solusi yang sangat disukai secara obyektif

mempertimbangkan dampak serta konsekuensi jangka panjang

pada solusi yang dipilih.

Terdapat perbedaan level pada butir-butir soal. Guru dapat

menentukan Kata Kerja Operasional (KKO) kognitif pada Taksonomi

Bloom pada setiap butir-butir soal. Kompetensi kognitif siswa dapat

dievaluasi berdasarkan pada jenis kognitif/jenis pengetahuan. Anderson

dan Krathwohl dalam (Wikanengsih, 2016) menyusun kategori

pengetahuan atas dua hal, yaitu: 1) dimensi pengetahuan dan 2) dimensi

proses. Dimensi pengetahuan terdiri atas empat kategori, yaitu: 1)

pengetahuan faktual, merupakan pengetahuan tentang elemen-elemen

yang terpisah dan mempunyai ciri-ciri tersendiri; 2) pengetahuan

konseptual, yaitu pengetahuan tentang bentuk-bentuk pengetahuan yang

lebih kompleks dan terorganisasi; 3) pengetahuan prosedural, yaitu

pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu; dan 4) pengetahuan

metakognitif, yaitu pengetahuan mengenai kognisi secara umum,

kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi sendiri.

Menurut (Gunawan, 2014) Ranah kognitif terdiri dari (berturut-turut)

mulai yang sederhana dan yang paling kompleks). Sebagai mana

dijelaskan Setiawati, ( 2019) bahwa dalam penerapannya, keterampilan


23

tingkat tinggi (HOTS) pada evaluasi pembelajaran tercermin melalui soal-

soal yang harus diselesaikan oleh siswa. Soal-soal yang dapat diberikan

bukan hanya terbatas pada level aplikasi (C3) tetapi juga sampai level

mencipta (C6). Oleh karena itu, dalam proses penulisan soal, guru dapat

berpedoman pada KKO yang dirumuskan untuk masing-masing level

kognitif.

Berikut susunan KKO menurut Agung, Widiana, & Tresnayanti, (

2017):

1. Mengingat (C1) : Menemukan, mengingat kembali, membaca,

menyebutkan, melafalkan, menghafal, menyusun daftar,

menggarisbawahi, menjodohkan, memilih, memberi definisi,

menyatakan.

2. Memahami (C2) : Menjelaskan, mengartikan,

menginterpretasikan, menceritakan, menampilkan, memberi

contoh, merangkum, menyimpulkan, membandingkan,

mengklasifikasikan, menunjukan, menguraikan, membedakan

menyadur, meramalkan, memperkirakan, menerangkan,

menggantikan. Menerapkan

3. (C3) : Melaksanakan, menggunakan, mengonsepkan,

mengimplementasikan, menentukkan, mendemonstrasikan,

memproseskan, menghitung, menghubungkan, melakukan,

membuktikan, menghasilkan, memperagakan, melengkapi,

menyesuaikan, menemukan.
24

4. Menganalisis (C4): Mendiferensiasikan, mengaitkan,

mengorganisasikan, Mengatribusikan, menelaah, mendiagnosis,

memerinci, menguraikan, mendeteksi, memecahkan,

memisahkan, menyeleksi, memilih, membandingkan,

mempertentangkan, menguraikan, menemukan.

5. Mengevaluasi (C5) : Mengecek, mengkritik, membuktikan,

mempertahankan, memvalidasi, mendukung, memproyeksikan,

memperbandingkan, menyimpulkan, mengkritik, menilai,

mengevaluasi, memberi saran, memberi argumentasi,

menafsirkan, merekomendasi.

6. Menciptakan (C6) : Membangun, merencanakan, memproduksi,

mengkombinasikan, merancang, merekontruksi, membuat,

menciptakan, mengabstraksi, mengkategorikan,

mengkombinasikan, mengarang, merancang, menciptakan,

mendesain, menyusun kembali, merangkaikan.

2. Kemampuan Guru Menyusun Soal Hots

a. Kemampuan Guru

Peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar memiliki posisi yang

sangat penting. Peranan guru menjadi salah satu faktor dapat

berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. guru diharapkan

mampu mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam setiap

prosesnya. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa terdapat pada

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang lebih mengarah


25

pada ranah pengetahuan (kognitif) sehingga dapat meningkatkan pola

pikir siswa sampai ke tingkat Hots.

Slameto dalam Suleman (2014:1) mengemukakan bahwa

Kemampuan adalah “Kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu

kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang

baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-

konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan

mempelajarinya dengan cepat”.

Berdasarkan Departemen Pendidikan Nasional (2005) yaitu : Guru

memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pendidikan. Guru yang profesional diharapkan menghasilkan lulusan yang

berkualitas. Profesionalisme guru sebagai ujung tombak di dalam

implementasi kurikulum di kelas yang perlu mendapat perhatian. Guru

berperan sebagai pembimbing dan dalam hal ini menyangkut fisik dan

juga mental anak didik. guru merupakan pemimpin dimana guru di

harapkan mempunyai kepribadian dan pengaruh untuk memimpin anak

didiknya.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa status, peran

serta tugas guru sangatlah penting dalam menentukan keberhasilan

pendidikan, untuk menjadi seorang guru yang profesional maka

memerlukan keahlian khusus dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang

orang di luar bidang kependidikan. Begitu pula dengan tugas guru,

seorang guru memiliki tugas tidak hanya mengajar tetapi juga harus dapat
26

mendidik, membimbing, membina dan memimpin kelas. Sementara

peranan guru juga sangat banyak yaitu sebagi perancang pembelajaran,

pengelola pembelajaran, sebagai pembelajaran, sebagai evaluator,

sebagai konselor dan sebagai pelaksana kurikulum, serta membimbing

untuk membentuk kepribadian anak demi menyiapkan dan

mengembangkan sumber daya manusia.

Penilaian pengetahuan dapat diartikan sebagai penilaian potensi

intelektual yang terdiri dari tahapan mengetahui, memahami, menerapkan,

menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Seorang pendidik perlu

melakukan penilaian untuk mengetahui pencapaian kompetensi

pengetahuan peserta didik. penilaian terhadap pengetahuan peserta didik

dapat dilakukan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Teknik

penilaian kompetensi pengetahuan dilakuan dengan tes tulis, tes lisan,

dan penugasan. Tiap-tiap teknik tersebut dilakukan melalui instrumen

tertentu yang relevan.

Berdasarkan uraian diatas maka sangat jelas bahwa seorang guru

harus mampu menyusun soal-soal Hots apalagi Pada abad 21 ini,

perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi khususnya di bidang

informasi dan komunikasi tumbuh sangat pesat. Selain itu, persaingan

hidup di era globalisasi ini juga sangat ketat. Ketatnya persaingan ini telah

mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk di bidang pendidikan.

Dalam menghadapi era modernisasi seperti sekarang ini, sistem

pendidikan di Indonesia diharapkan mampu membekali siswa dengan


27

keterampilan-keterampilan belajar serta kecakapan hidup yang salah

satunya adalah kemampuan berpikir kritis sehingga hal tersebut harus

membuat guru mampu menyusun soal-soal yang membuat murid harus

berfikir kritis (Hots).

Soal-soal Hots merupakan instrumen pengukuran yang digunakan

untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan

berpikir yang tidak sekadar mengingat (recall), menyatakan kembali

(restate), atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal

Hots pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu

konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan informasi, 3)

mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, 4)

menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah

ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang

berbasis Hots tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal Hots mengukur

dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual,

atau prosedural saja.Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan

menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan,

memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan

masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning),

dan mengambil keputusan yang tepat.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana

yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas
28

kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2),

menerapkan (aplying-C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi

(evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Soal-soal Hots pada

umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-

C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).Pada

pemilihan Kata Kerja Operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal

Hots, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai

contoh kata kerja menentukan pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2

dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal Hots, kata kerja „menentukan‟

bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan

keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang

disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan

yang terbaik. Bahkan kata kerja „menentukan‟ bisa digolongkan C6

(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi

pemecahan masalah baru. Jadi, ranah Kata Kerja Operasional (KKO)

sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk

menjawab pertanyaan yang diberikan.

Pada penyusunan soal-soal Hots umumnya menggunakan

stimulus.Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan.Dalam

konteks Hots, stimulus yang disajikan hendaknya bersifat kontekstual dan

menarik.Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah

teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan

infrastruktur.
29

Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan

yang ada di lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat,

kasus-kasus di daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah

tertentu. Kreativitas seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan

variasi stimulus yang digunakan dalam penulisan soal Hots.

Untuk menulis butir soal Hots, seorang guru dalam menyususn

soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan

merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus)

dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu

uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi)

tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam

penulisan soal Hots, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan

dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih

stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan

pendidikan.

Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal Hots.

1.) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal Hots

Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan

soal-soal Hots.Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal

Hots.Guru-guru secara mandiri atau melalui forum MGMP dapat

melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal Hots.

2.) Menyusun kisi-kisi soal


30

Kisi-kisi penulisan soal-soal Hots bertujuan untuk membantu

para guru dalam menulis butir soal Hots. Secara umum, kisi-kisi

tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam: (a) memilih KD yang

dapat dibuat soal-soal Hots, (b) memilih materi pokok yang terkait

dengan KD yang akan diuji, (c) merumuskan indikator soal, dan (d)

menentukan level kognitif.

3.) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus yang digunakan hendaknya menarik, artinya

mendorong peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang

menarik umumnya baru, belum pernah dibaca oleh peserta didik.

Sedangkan stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan

kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta

didik untuk membaca.Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih

stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.

4.) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan

butir soal Hots. Kaidah penulisan butir soal Hots, agak berbeda dengan

kaidah penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak

pada aspek materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa

relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format

terlampir.

5.) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban


31

Setiap butir soal Hots yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan

pedoman penskoran atau kunci jawaban.Pedoman penskoran dibuat

untuk bentuk soal uraian.Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk

soal pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan

isian singkat. Widana (2016) dan Kemendikbud (2017, p.23)

b. Pilihan Ganda

Pada umumnya soal-soal Hots menggunakan stimulus yang

bersumber pada situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari pokok soal

(stem) dan pilihan jawaban (option). Pilihan jawaban terdiri atas kunci

jawaban dan pengecoh (distractor). Kunci jawaban ialah jawaban yang

benar atau paling benar. Pengecoh merupakan jawaban yang tidak benar,

namun memungkinkan seseorang terkecoh untuk memilihnya apabila

tidak menguasai bahannya/materi pelajarannya dengan baik.Jawaban

yang diharapkan (kunci jawaban), umumnya tidak termuat secara eksplisit

dalam stimulus atau bacaan. Peserta didik diminta untuk menemukan

jawaban soal yang terkait dengan stimulus/bacaan menggunakan konsep-

konsep pengetahuan yang dimiliki serta menggunakan logika/penalaran.

Jawaban yang benar diberikan skor 1, dan jawaban yang salah diberikan

skor 0.

Formulir soal tes yang digunakan dalam tes ringkasan biasanya

berupa tes tertulis, yaitu soal bentuk objektif. Jika pertanyaan obyektif

adalah tes atau ujian dari jawaban atas pertanyaan yang diberikan atau
32

informasi atau jawaban yang diperlukan. Ada beberapa jenis pertanyaan

bentuk objektif, salah satunya adalah pertanyaan pilihan ganda.

Pertanyaan pilihan ganda adalah pertanyaan yang jawabannya harus

dipilih dari jawaban yang tersedia. Keuntungan dari pertanyaan pilihan

ganda adalah, dibandingkan dengan pertanyaan jawaban atau pertanyaan

esai, pertanyaan pilihan ganda memiliki materi yang lebih beragam,

validitas dan reliabilitas yang lebih tinggi, dan lebih mudah digunakan, dan

guru dapat mengukur berbagai bidang kognitif. Agar penilaian bisa lebih

mudah, lebih cepat dan lebih obyektif. Selain kelebihan, soal pilihan ganda

juga memiliki kekurangan. Kekurangan dari soal pilihan ganda adalah

membutuhkan banyak waktu untuk membuat soal pilihan ganda, dan

jawaban siswa belum tentu menunjukkan hasil yang sebenarnya, karena

siswa masih memiliki banyak kesempatan untuk menebak jawaban, sulit

mengukur kemampuan berpikir siswa, dan sulit untuk menentukan

jawaban yang logis. Dan homogen.

c. Penilaian Tengah Semester

Sebagaimana yang dijelaskan Permendikbud No.66 Tahun 2013

adalah Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses

pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar

peserta didik.

Ujian Tengah Semester adalah kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah


33

melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ujian meliputi

seluruh indikator yang merepresentasikan seluruh KD pada periode

tersebut.

3. Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial atau IPS sebagai salah satu mata

pelajaran disekolah dasar mempunyai peran penting, sebab mata

pelajaran ini bertujuan membekali siswa dengan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini

juga dapat dipergunakan siswa dalam pengembangan kemampuan dan

sikap rasional tentang gejala sosial serta pengembangan masyarakat

Indonesia baik di masa lampau maupun dimasa depan.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah mata pelajaran yang

mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian

geografi, ekonomi, sosial, antropologi, tata negara dan sejarah

(Depdikbud : 1994).

Pengajaran IPS berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan

dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan

sehari-hari. Pengajaran sejarah bertujuan agar siswa mampu

mengembangkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat sejak

masa lalu hingga masa kini, sehingga siswa memiliki kebanggaan sebagai

bangsa Indonesia dan cinta tanah air.

Ruang lingkup pengajaran IPS meliputi masalah kehidupan

manusia dan masyarakat (luas maupun setempat). Pengajaran IPS


34

mengkaji hal ikhwal kehidupan diri manusia, perekonomian,

kemasyarakatan, budaya, hukum, politik, kesejarahan geografis dan

bahkan kehidupan keagamaan.

4. Gugus Sekolah

a. Pengertian Gugus Sekolah

Gugus sekolah adalah gabungan dari 3 sampai dengan 8 SD,

dengan 30 sampai dengan 60 personal guru dan kepala sekolah. Dalam

sebuah gugus terdapat 1 SD Inti dan yang lainnya sebagai SD imbas.

Dalam sebuah gugus terdapat Pusat Kerja Guru (PKG), Kelompok Kerja

Kepala Sekolah (KKKS), dan Kelompok Kerja Guru (KKG).

b. Dasar Pembetukan Gugus Sekolah

Gugus sekolah dan Sistem Pembinaan Profesional di Sekolah

Dasar dilaksanakan berlandaskan kepada kebijakan serta peraturan-

peraturan sebagai berikut :

1) Peraturan pemerintah Nomor 38 tahun 1992 tentang Tenaga

Kependidikan :

a) Pasal 39, “Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional

bertanggung jawab atas kebijakan Nasional berkenaan dengan

system pengembngan tenaga kependidikan pada setiap

cabang ilmu pengetahuan” .

b) Pasal 30, “Pengelola satuan pendidikan bertanggung jawab

atas pemberian kesempatan kepada tenaga kependidikan yang


35

bekerja di satuan pendidikan yang berasngkutan untuk

mengembangkan kemampuan professional masing – masing “.

2) Keputusan Mewndikbud RI nomor 0487/U/1992 tentang Sekolah

Dasar ;

a) Pasal 28

Kepala SD bertanggung jawab atas :

(1) Penyelenggaraan kegiatan pendidikan meliputi :

- Penyusunan program kepala sekolah,

- Peraturan kegiatan belajar mengajar dan bimbingan

penyuluhan,

- Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan

Belanja Sekolah,

- Pendayagunaan buku perpustakaan sekolah

(2) Pembinaan Siswa

(3) Pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bagi guru

(4) Pembinaan tenaga kependidikan lainnya

(5) Penyelenggaraan Administrasi sekolah

(6) Pelaksanaan hubungan sekolah dengan lingkungan ,

orang tua dan atau masyarakat.

(7) Pelaporan pelaksanaan pendidikan.

3) Keputusan Dirjen Dikdasmen Nomor 079/C/Kep/I/1993 tentang

Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru

melalui pembentukan gugus sekolah di Sekolah Dasar.


36

C. Kerangka Konsep

Pembelajaran harus melibatkan murid yang aktif dalam proses

pembelajaran. Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak dapat

dipisahkan, Pembelajaran mengacu pada apa yang harus dilakukan

seseorang ketika menerima suatu mata kuliah (pembelajar), dan mengajar

mengacu pada apa yang harus dilakukan oleh seorang guru.

Hots lebih difokuskan ke dalam kelompok berfikir kritis atau critical

thingking. Berpikir kritis pada dasarnya adalah proses berpikir yang lebih

dalam. Dalam berpikir kritis, keterampilan dapat dikembangkan yang

dapat digunakan sebagai referensi untuk mengajukan pertanyaan untuk

menguji murid pada tingkat yang lebih tinggi.

Adapun langkah-langkah penyusunan soal Hots, menganalisis KD

yang dapat dibuat soal-soal Hots, menyusun kisi-kisi soal, memilih

stimulus yang menarik dan kontekstual, menuliskan butir pertanyaan

sesuai dengan kisi-kisi soal, membuat pedoman penskoran (rubrik) atau

kunci

Pengembangan soal Hots memerlukan berbagai kriteria baik dari

segi bentuk soalnya maupun konten materi subyeknya. Teknik penulisan

soal-soal Hots baik yang berbentuk pilihan ganda atau uraian secara

umum sama dengan penulisan soal tingkat rendah, tetapi ada beberapa

ciri yang membedakannya. Seorang guru dalam menyususn butir soal

dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan


37

merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus)

dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu

uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi)

tidak selalu tersediah dibuku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan

soal Hots tersebut dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan

dalam menuliskan soal, dan kreativitas guru pun dalam memilih simulus

soal harus sesuai dengan situasi dan kondisi didaerah sekitar satuan

pendidikan.

Bagan Kerangka Konsep

Proses kemampuan
guru dalam menyusun
soal Hots

Menganalisis Menyusun Memilih Menulis butir Membuat


KD yang dapat kisi-kisi stimulus pertanyaan pedoman
dibuatkan soal soal yang sesuai penskoran atau
Hots menarik dan dengan kisi- kunci jawaban
kontekstual kisi soal

Faktor yang mempengaruhi


kemampuan guru dalam
menyusun soal Hots

Kategori Hots
38

LOTS (C1, C2, C3) HOTS (C4, C5, C6,)

Gambar 2.1 Bagan kerangka Konsep


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.

Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini yang

menekankan pada masalah proses. Jenis penelitian ini akan mampu

menangkap berbagai informasi kualitatif dengan deskripsi teliti dan penuh

nuansa yang lebih berharga dari pada sekedar pernyataan jumlah atau

frekuensi dalam bentuk angka. Strategi yang digunakan adalah study

kasus (case study). Crswell (dalam Gunawan, 2017: 114) menyatakan

bahwa penelitian studi kasus adalah penelitian yang dilakukan terhadap

suatu objek, yang disebut sebagai kasus, yang dilakukan secara

seutuhnya, menyeluruh dan mendalam dengan menggunakan berbagai

sumber data. Dengan demikian, penelitian deskriptif kualitatif bertujuan

untuk menggambarkan obyek penelitian yang belum jelas dan penuh

makna dengan sistematis, faktual, dan akurat. Pendekatan deskriptif

kualitatif pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

analisis Hots pada soal penilaian tengah semester pembelajaran IPS

guru-guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

Kabupaten Gowa.

38
39

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menetapkan lokasi penelitian di

Sekolah Dasar di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo Kabupaten

Gowa Sulawesi Selatan. Peneliti memilih sekolah tersebut karena sekolah

itu merupakan sekolah yang sudah melaksanakan kurikulum 2013 di

Kabupaten Gowa. Waktu penelitian dilaksanakan selama kurang lebih dua

bulan yaitu bulan Oktober sampai bulan November 2019 tahun ajaran

2019/2020.

C. Unit Analisis dan Penentuan Informan

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka unit analisis dalam

penelitian ini adalah guru kelas IV di wilayah Gugus II dari delapan

sekolah di Gugus II Kecamatan Bontonompo.

Teknik penentuan informan sangat penting karena informan yang

memberikan informasi. Koentjaraningrat (1993: 89) menyatakan bahwa

penentuan informan sebagai sumber data lebih banyak menggunakan

pertimbangan realitas sosial, artinya informan-informan yang mewakili

masyarakat dipilih secara purposive sampling yaitu pemilihan informan

berdasarkan kriteria tertentu. Dalam penelitian ini digunakan purposive

sampling, yakni untuk mencari data yang sesuai dengan kriteria yang

telah ditentukan serta maksud dan tujuan penelitian.


40

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka informan dalam penelitian

ini

guru kelas IV dari delapan sekolah yang ada di Wilayah Gugus II

Kecamatan Bontonompo.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan juga jenis sumber

data yang dimanfaatkan tersebut, maka teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi dalam penelitian kualitatif sering disebut sebagai

observasi berperan pasif (Spradley dalam Endang, 2018:160). Observasi

ini dilakukan dengan tujuan memperkaya atau memperluas pandangan

peneliti terhadap suatu masalah juga untuk mengidentifikasi dan

menganalisis kecocokan soal dengan kriteria pengembangan soal Hots

yang telah dibuat oleh guru-guru SD kelas IV yang ada di wilayah gugus II

Kecamatan Bontonompo, serta melihat apa saja kelengkapan administrasi

yang dimiliki oleh guru berkaitan dengan penyusunan soal, seperti

kelengkapan RPP, silabus, kisi-kisi soal, serta penskoran/kunci jawaban,

sekaligus segala bentuk yang berkaitan dengan kemampuan guru dalam

menyusun soal Hots.

2. Wawancara mendalam (in-depth-interviewing)


41

Wawancara jenis ini bersifat lentur dan terbuka, tidak terstruktur

ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang pada

informan yang sama (Patton dalam Sutopo, 2002 : 58). Pertanyaan yang

diajukan dapat semakin terfokus sehingga informasi yang dikumpulkan

semakin rinci dan mendalam. Wawancara mendalam dilakukan dengan

cara tanya jawab yang berhubungan dengan tujuan penelitian secara

mendalam, saat memperoleh jawaban dari pertanyaan tersebut maka dari

jawaban itu akan menimbulkan pertanyaan lagi secara mendalam hingga

memperoleh keterangan sesuai dengan tujuan penelitian. Kelonggaran

dan kelenturan cara ini akan mampu mengorek kejujuran informan untuk

memberikan informasi yang sebenar-benarnya, terutama yang berkaitan

dengan pandangan mereka terhadap soal Hots dan langkah penyusunan

soal Hots. Tujuan dilakukan wawancara pada penelitian ini yaitu untuk

mengetahui lebih mendalam mengenai tentang bagaimana proses yang

dilakukan guru dalam menyusun soal Hots, sesuai dengan Kemendikbut

(2017, Pasal 23), dan faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam

menyusun soal Hots. Adapun langkah-langkah penyusunan soal Hots

yaitu menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal Hots, menyusun kisi-

kisi soal, memilih stimulus yang menarik dan kontekstual, menuliskan butir

pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal, membuat pedoman penskoran

(rubrik) atau kunci.

Dilanjutkan dengan penulisan butir soal yang menuntut berfikir

kritis, menurut Devi (dalam Laily 2015:29), bahwa ada beberapa pedoman
42

para penulis soal untuk menuliskan butir soal yang menuntut berpikir

tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan prilaku

yang sesuai dengan ranah kognitif Bloom, yaitu menganalisis,

mengevaluasi, dan mencipta kemudian agar butir soal yang ditulis dapat

menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal yang diberikan

dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber bahan bacaan

sebagai bahan informasi. Untuk menstimulus agar kemampuan berpikir

tingkat tinggi itu terbentuk yaitu dengan memberikan soal-soal yang

mampu menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Dengan mengacu pada pendapat tersebut maka peneliti melakukan

wawancara secara tidak terstruktur dan menetapkan pertanyaan-

pertanyaan yang akan diajukan yang telah disusun dan divalidasi terlebih

dahulu terkait proses guru dalam menyusun soal Hots, apakah soal PTS

yang diberikan guru kepada murid telah mengikuti langkah-langkah

penyususnan soal dan butir soal terlebih dahulu sesuai dengan

Kemendikbud (2017 pasal 23) dan pendapat Devi (Laily 2015). Setelah

peneliti melakukan wawancara terkait proses penyususn soal Hots

dilanjutkan dengan analisis butir soal yang diberikan kepada murid,

apakah soal tersebut dapat mengukur kemampuan berfikir kritis murid.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan alat pengumpulan data yang tidak kalah

pentingnya dalam sebuah penelitian, dokumentasi pada penelitian ini yaitu

peneliti dapatkan dokumen yang dimiliki oleh guru SD kelas IV wilayah


43

gugus II kecamatan Bontonompo terkait analisis soal Hots berupa soal

yang diberikan guru kepada murid yang dapat mengukur kemampuan

berpikir kritis murid sesuai dengan level kognitif c4, c5, c6 yaitu analisis,

evaluasi, dan mencipta.

Teknik mencatat dokumen merupakan analisis isi, hal ini dilakukan

untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen soal PTS dan

arsip tertulis yang terdapat di gugus II serta segala bentuk yang berkaitan

dengan kemampuan guru dalam menyusun soal Hots.

E. Teknik Analasis Data

Dalam menganalisis data penelitian tahap awal ini perlu digunakan

teknik analisis interaktif, yaitu terdapat tiga komponen analisis: Data

reduction, data display dan data conclusion drawing yang saling

berinteraksi. Pada proses verifikasi sering melangkah kembali pada tahap

reduksi data, sehingga triangulasi selalu inheren dalam proses penilaian.

Untuk memperjelas model analisis interaktif dapat digambarkan sebagai

berikut: :

Koleksi Data Penyajian Data

Reduksi Data

Penarikan
Kesimpulan
44

Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data: Model Interaktif


1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan

polanya dan membuang yang tidak perlu. Adapun penelitian ini

merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analisis

karena ditujukan untuk mengetahui informasi secara mendalam

mengenai suatu objek penelitian secara keseluruhan. Adapun

langkah langkahnya sebagai berikut.

a. Mengecek administrasi yang dimiliki oleh guru,

mengumpulkan soal Penilaian Tengah Semester yang

disusun guru dan diberikan kepada murid serta hasil

wawancara mendalam yang dilakukan terkait proses guru

dalam menyusun soal dan faktor yang mempengaruhi dalam

menyusun soal Hots dengan mengacu pada teori langkah-

langkah penyusunan soal Hots (Kemendikbud, 2017 psl 23)

dan butir soal Hots (Devi dalam layli, 2015).

b. Setelah soal penilaian tengah semester dikumpulkan data

dianalisis sesuai dengan level kognitif soal yang disusun

guru tersebut yaitu level kognitif Lots C1, C2, C3 dan level

kognitif Hots C4, C5, dan c6 dengan menyesuaikan tingkat


45

level kognitif mengacu pada KKO Taksonomi Bloom revisi

Anderson.

2. Penyajian Data

Langkah selanjutnya, Dalam penelitian ini data yang akan

digunakan untuk menyajikan data adalan data berupa uraian

teks yang bersifat naratif dan hasil analisis soal Hots yang masuk

pada level kognitif Hots dengan melihat hasil masing-masing

level kognitif. Peneliti pada tahapan ini juga menyeleksi data-

data yang relevan dengan permasalahan yang ingin dijawab

dalam penelitian ini. Selain itu, peneliti akan melakukan

pengklasifikasian data berdasarkan kategori masing-masing.

Data yang masih sifatnya teracak, akan menjadi teratur.

Penyajian data dapat mempermudah untuk memahami apa yang

terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang

telah dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,

dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat

yang mendukung pada tahap pengumpulan berikutnya. Semua

data hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang

terkumpul diamati secara menyeluruh dan disusun secara


46

sistematis sehingga dapat diperoleh satu kesimpulan mengenai

analisis Hots pada soal PTS dalam mata pelajaran IPS.

F. Teknik Keabsahan Data

Guna menjamin dan mengembangkan validasi data yang akan

dikumpulkan dalam penelitian ini, teknik pengembangan validasi data

yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif triangulasi yang ada

(Patton dalam Sutopo, 2002:78), hanya akan digunakan :

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber adalah mengumpulkan data sejenis dari

beberapa sumber data yang berbeda, Triangulasi sumber dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh dari beberapa

sumber. Hasil wawancara tentang kemampuan guru dalam

menyusun butir soal Hots yang telah didapatkan dari sumber guru

kelas IV dicek dengan mengklarifikasikan data kepada guru yang

serumpun yang ada di wilayah gugus II . Tringgulasi sumber dapat

dicapai dengan cara membandingkan data hasil wawancara

dengan hasil observasi dan membandingkan hasil wawancara

dengan sumber lain.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode dilakukan dengan menggali data yang sama

dengan metode yang berbeda, data diperoleh dengan wawancara,

lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi. Bila dengan tiga

teknik pengujian kredibilitasi data tersebut menghasilkan data yang


47

berbeda-beda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada

sumber data yang bersangkutan atau lainya untuk memastikan

data mana yang dianggap benar.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang

dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat

narasumber masih segar, belum banyak masalah akan

memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk

itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan

dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara,

observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda.

Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan

secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya.


48
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Daerah Penelitian

1. Sejarah Singkat Kecamatan Bontonompo

Bontonompo merupakan Salah satu daerah yang masuk dalam

distrik ini adalah Kekarean Bontonompo. Kekarean ini dipimpin oleh

pejabat yang bergelar Kare, yang awalnya mengakui sebagai bagian dari

kekuasaan Karaeng Loe ri Katingang. Setelah Katingan Kalah oleh Gowa

yang saat itu dipimpin oleh Somba Tumapa‟risika Kallonna, maka otomatis

wilayah ini berpindah ke Kerajaan Gowa, kemudian berpindah ke Karaeng

Sanrobone yang telah menjadi sekutu kerajaan Gowa.

Kekarean Bontonompo, kemudian dimasukkan dalam kekuasaan

Gallarrang Manuju. Selanjutnya wilayah ini kemudian secara sepihak

diserahkan sebagai hadiah kepada anak Raja Lemo Appa saat melakukan

perburuan sekitar tahun 1669.

Jabatan Kare kemudian dihapuskan, setelah I Yuseng Daeng

Mallingkai Kare Bontonompo gugur saat melakukan perlawanan melawan

kerajaan Gowa dalam perang Mangngasa pada tahun 1868. Selanjutnya

kepemimpinan tertinggi di Bontonompo disebut Anrongguru, sehingga

praktis Kare terakhir dijabat oleh Kare I Yuseng Daeng Mallingkai. Usai

perang Mangngasa, pihak kerajaan Gowa menunjuk seorang putera raja

Gowa yang saat itu di jabat oleh I Kumala Karaeng lembang Parang,

48
49

Sultan Abdul Kadir Muhammad Aidid Tumenaga ri Kakuasanna. Putera

Sombaya yang di tunjuk sebagai Anrong Guru pertama Bontonompo

tersebut adalah I Mappatunru Karaengta ri Bura‟ne.

Berselang setahun kemudian, sekira tahun 1870, pihak kerajaan

Gowa menunjuk dan mengangkat anak Kare I Yuseng, yakni I Poli Daeng

Mannyarrang sebagai Anrongguru Bontonompo kedua. Dimasa

pemerintahannya, sekitar tahun 1872 bersama dengan I Mappatunru

Karaengta ri Bura‟ne membangun sebuah masjid di kampung Camba

Jawaya/Lompo Masigi (baca; Mesjid), di atas tanah miliknya yang

diwakafkan. Untuk mengenang pembangunan mesjid tersebut, maka

tanah yang berseberangan dengan lokasi masjid tersebut diberi nama

Tanete Katangka, sebagai penjelmaan kampung Katangka tempat

berdirinya Masjid pertama di wilayah Gowa atau Lakiung.

Anrong Guru Poli Daeng Mannyarrang, kemudian digantikan oleh

anaknya yakni I Mannarai Daeng Mangngemba sebagai Anrong Guru

ketiga. Ia kemudian mengemban amanah untuk menentukan batas antara

Bone dan Gowa atau lazim di sebut Tirak Butta, untuk menghindari

peperangan antara kedua kerajaan. Batas yang ditentukan bagi kedua

kerajaan pada penentuan perbatasan tersebut adalah Sungai Tangke.

Setelah Anrong Guru Mannarai menancapkan tapal batas antara kerajaan

Gowa dan Bone. Ia kemudian membuat perkampungan. Saat itulah

muncul ular berkepala dua, yang setelah ditebas hidup kembali. Setelah

menebas sebanyak dua kali dan tetap hidup kembali, ia kemudian


50

memanggil pengawal setianya, Bapak nembok untuk membawa kuku dan

rambut ke Bontonompo.

Pada tahun 1950, Anrongguru Mannangngarri terbunuh oleh

kelompok tersebut, dengan membuat opini bahwa pembunuhan tersebut

dilakukan oleh para perampok. Wafatnya Anrongguru Mannangarri, maka

diadakanlah penunjukan terhadap diri I Sinring Daeng Lira, yang pada

tahun 1951 diadakannya pemilihan dan ternyata terpilih kembali dan

menduduki jabatan sebagai Anrongguru Bontonompo kedelapan. Pada

saat yang sama yakni di tahun 1952, pihak kerajaan Gowa menarik

Karaeng Bontonompo yang saat itu dijabat oleh Andi Machmud. Maka

Anrongguru Sinring kemudian ditunjuk sebagai pejabat sementara kepala

Distrik atau karaeng Bontonompo.

Pada tahun 1961, diadakan kembali pemilihan Anrongguru

Bontonompo, dan terpilihlah I Patarai Daeng Ma‟ruppa, putera I

Mannyaurang Daeng Sibali sebagai Anrongguru kesembilan. Ia menjabat

selama 26 tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1987. Dimasa

pemerintahannyalah, jabatan Anrongguru berubah status menjadi Lurah.

Setelah mencapai usia pensiun, maka ditunjuklah seorang puteranya yang

bernama Drs, Mulyadharma Daeng Ngewa sebagai Lurah Bontonompo. Ia

dilantik pada hari Kamis, 10 September 1987 oleh Bupati Kepala Daerah

Tingkat II Gowa, Letkol. Inf A. Kadir Dalle di Kantor Kelurahan

Bontonompo.

Dalam struktur pemerintahan Kekarean Bontonompo, Kare


51

Bontonompo yang selanjutnya menjadi Anrongguru Bontonompo

membawahi Punggawa Kalase‟rena, Jannang Romang Lasa, Taipa

Le‟leng dan dua orang suro. Kedua Jannang dan Anrongguru dipilih oleh

rakyat dan diangkat oleh Kepala Afdeling. Punggawa Kalase‟rena

memerintah bersama suronya Kampung kalase‟rena. Kepada Jannang

Romang Lasa diperbantukan suro-suro Romanglasa, Bontosalang dan

Tanete. Suro Bontotangnga dan Darumung serta Salekowa memimpin

163 wajib pajak. Jannang Taipale‟leng dengan suronya memerintah

kampung-kampung Taipale‟leng, Kalumpang, Bontokadieng dan Kokoa.

Selain itu, Anrongguru Bontonompo dibantu oleh sejumlah suro, yakni :

a.Suro untuk Borong Balla dan Bontocara‟de b.Suro untuk Rappokaleleng,

Giring-giring dan Pamase dan Sela c.Suro untuk Kampung Tamallaeng,

Gongga dan Parang d.Suro untuk Kampung Bontonompo dan Bu‟nea

e.Suro untuk Kampung Katangka dan Tanetea f.Suro Untuk Kampung

Cambajawaya, Bontomate‟ne dan Parannaja g.Suro untuk Kampung

Bontoratta dan Borongbo‟dia Sejak tahun 1915, yakni saat I Mangimangi

Daeng Matutu Karaeng Bontonompo Sultan Muhammad Tahir

Muhimuddin Tumenanga ri Sungguminasa, menjadi Somba Gowa ke 35.

Distrik Bontonompo tidak lagi memiliki kepala pemerintahan.

Sehingga pemerintahan dijalankan oleh Kontrolir Takalar dan

menyerahkan kepada Bestur Asisten. Jabatan ini dipangku oleh pribumi

yang tidak dipilih oleh rakyat, tetapi ia diangkat dan dipecat oleh Gubernur

Celebes, dan atau dengan kata lain bukan wakil rakyat. Selanjutnya
52

struktur pemerintahan berubah mengikuti status perubahan Anrongguru

menjadi Lurah Bontonompo.

2. Kondisi Geografis dan Iklim

Lokasi dalam penelitian ini adalah di Sekolah Dasar Kelas IV

Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo . Kecamatan Bontonompo

merupakan satu dari 18 kecamatan di kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi

Selatan, dengan luas wilayah 30,39 Ha dengan jumlah penduduk 43.788

jiwa terdiri dari laki-laki 21,266 , sedangkan perempuan berjumlah 22.522

jiwa. Terletak di bagian selatan Sungguminasa, ibu kota kabupaten Gowa,

dengan jarak 17 km searah jalan nasional menuju Takalar dan Jeneponto.

Bontonompo terdiri atas 14 desa/kelurahan yang dibagi kedalam tiga

kelurahan dan 11 desa.

Berikut 14 Desa dan Kelurahan di Kecamatan Bontonompo:

1) Kelurahan Bontonompo

2) Kelurahan Tamallayang

3) Kelurahan Kalase'rena

4) Desa Bontolangkasa

5) Desa Bontolangkasa Selatan

6) Desa Barembeng

7) Desa Kalebarembeng

8) Desa Bategulung

9) Desa Manjapai

10) Desa Katangka


53

11) Desa Bontobiraeng Selatan

12) Desa Bontobiraeng

13) Desa Romanglasa

14) Desa Bulogading

Kecamatan Bontonompo sebuah Kecamatan di Kabupaten Gowa,

Sulawesi selatan, Indonesia yang Ibu kotanya berada di Kelurahan

Tamallayang yang berjarak sekitar 18,5 Km ke arah selatan dari ibu kota

Kabupaten Gowa atau ditempuh dengan perjalanan darat kurang lebih 45

menit dari kota Makassar.

Dibentuk berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun 2005. Ibukota

kecamatan Bontonompo adalah Tamallaeng. Bontonompo berbatasan

dengan beberapa wilayah di Gowa dan Takalar. Pada sebelah timur

berbatasan dengan kecamatan Pombangkeng Utara kabupaten Takalar,

sebelah selatan dengan kecamatan Bontonompo Selatan, sebelah barat

dengan Bajeng Barat dan kecamatan Galesong, sebelah utara dengan

kecamatan Bajeng. Gambar 4.3


54

Beberapa fasilitas umum yang terdapat di kecamatan Bontonompo

seperti sarana pendidikan antara lain Taman Kanak-Kanak sebanyak 14

unit, Sekolah Dasar Negeri 12 unit, Sekolah Dasar Inpres 15 unit, Sekolah

lanjutan pertama lima unit, sekolah lanjutan atas satu unit, Sekolah

Menengah Kejuruan dua unit, Madrasah Ibtidaiyah empat unit, Madrasah

Tsanawiah dua unit, PAUD SPAS 14 unit. Sarana kesehatan Puskesmas

dua unit, pustu 14 unit. Terdapat pula sarana ibadah (masjid), pasar,

aula, dll. Di kecamatan ini terdapat satu kawasan konservasi lingkungan

yang didirikan secara swadaya bernama Rumah Hijau Denassa (RHD)

sejak 2007 silam, yang telah dikenal luas hingga ke mancanegara.

Kawasan ini telah menyalamatkan ratusan jenis tumbuhan dan flasma

nutfah lain untuk menjaga danmelestariakn keanekaragaman hayati

nusantara khususnya kawasan Wallacea.

Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kabupaten Gowa

Kecamatan Bontonompo hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau

dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni

hingga September sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember

hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun

setelahmelewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-

November. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan

suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa

stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai


55

rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli -

September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan.

3. Topologi, Geologi, dan Hidrologi

Topografi memepengaruhi perkembangan pembentukan profil

tanah yaitu jumlah curah hujan terabsorpsi dan penyimpanan dalam

tanah, tingkat perpindahan tanah bagian atas oleh erosi dan juga gerakan

bahan-bahan dalam suspensi atau larutan dari suatu tempat ke

tempat lain. Faktor topografi yag dinilai adalah tingkat kecuraman

lereng, karena terdapatnya perbedaan penting dalam syarat-syarat

pengelolaan tanah untuk tanaman tertentu pada tingkat kecuraman

yang berbeda. lokasi penelitian merupakan daerah dataran rendah

ditinjau dari kemiringan lereng yang bekisar sekitar 3.931,73 dan

ditinjau dari ketinggian daerah yang berisar 0-25 meter diatas permukan

laut (mdpl).

Jenis tanah di kabupaten Gowa diklasifikasikan dalam:

4(empat) tipe:1) Alluvial Mudamerupakan endapan aluvium (endapan

aluvialsungai, pantaidan rawa) yang berumur kuarter (resen)

danmenempati daerah morfologi pedataran dengan ketinggian 0-60

mdengan sudut kemiringan lereng <3%.Tekstur beraneka mulai

dariukuran lempung, lanau, pasir, lumpur, kerikil, hingga

kerakal,dengan tingkat kesuburan yang tinggI. 2) Regosol adalah tanah

hasil lapukan dari batuan gunungapi danmenempati daerah perbukitn

vulkanik, dengan ketinggian 110-1.540 m dengan sudut kemiringan


56

lereng >15%. Sifat-sifat fisiknyaberwarna coklat hingga kemerahan,

berukuran lempung lanauan–pasir lempungan, plastisitas sedang, agak

padu, tebal 0,1-2,0 m.3)Litosol merupakan tanah mineral hasil

pelapukan batuan induk,berupa batuan beku (intrusi) dan/atau

batuan sedimen yangmenempati daerah perbukitan intrusi dengan

ketinggian 3-1.150 mdan sudut lereng < 70%. Kenampakan sifat fisik

berwarna coklatkemerahan, berukuran lempung, lempung lanauan,

hingga pasirlempungan, plastisitas sedang-tinggi, agak padu, solum

dangkal,tebal 0,2-4,5 m. 4)Mediteran merupakan tanah yang

berasal dari pelapukanbatugamping yang menempati daerah

perbukitan karst, denganketinggian 8-750 m dan sudut lereng >

70%. Kenampakan fisikyang terlihat berwarna coklat kehitaman,

berukuran lempungpasiran, plastisitas sedang-tinggi, agak padu,

permeabilitas sedang,rentan erosi, tebal 0,1-1,5 m. Berdasarkan jenis

tanah tersebut, memberikan pengaruh terhadap Jenis tanah yang

terdapat di Kabupaten Gowa didominasi oleh jenis tropudults,

dystropepts dan utrandepts, sedangkan yang paling kecil adalah

jenis tanah rendolis. Jenis tanah tersebut tersebar di seluruh wilayah

Kabupaten Gowa.

Hidrologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu Hydrologia yang

berarti "ilmu air". Hidrologi adalah cabang ilmu Geografi yang

mempelajari pergerakan, distribusi, dan kualitas air di seluruh Bumi,

termasuk siklus hidrologi dan sumber daya air. Pada lokasi penelitian
57

kondisi hidrologi kawasan tersebut meliputi air dalam tanah. Air tanah

dalam adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau bebatuan

dibawah permukaan tanah. Air tanah merupakan salah satu sumber daya

air selain air sungai dan air hujan. Selain air permukaan, sumber air

yang dapat dimanfaatkan oleh penduduk di kecamatan Bontonompo

ini yaitu air tanah dalam. Air tanah dalam yang digunakan oleh

penduduk di kecamatan ini berupa sumur, yang didapatkan pada

kedalaman 5 meter. Pemanfaatan sumur gali ditinjau dari kondisi fisik

airnya (warna dan bau) secara umum sudah memenuhi persyaratan

untuk dikonsumsi sebagai air minum tetapi ditinjau dari sifat kimianya

masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat

kandungan airnya yang dapat berpengaruh negatif terhadap

kesehatan masyarakat. Guna memenuhi kebutuhan air bersih pada

Kecamatan Bontonompo, disamping sumber air bersih berasal dari air

tanah dangkal melalui sumur gali, juga dilayani melalui aliran air

perpipaan yang dikelola oleh PDAM.

4. Kondisi Demografis

Bontonompo merupakan daerah dataran rendah.Dimana ibu kota

dari kecamatan Bontonompo terletak dikelurahan Bontonompo yang batas

wilayahnya yaitu pada sisi utara kec. Bajeng, disisi Timur kelurahan

Tammalayang, disisi Selatan kelurahan Bontobiraeng dan bagian sisi

barat Bt Lks Ut. Kecamatan Bontompo juga merupakan daerah

perbatasan, yaitu antara Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar.


58

Pembagian Luas Daerah merupakan hal yang perlu diperhatikan ,

mengingat pembagian luas wilayah merupakan ukuran/besaran suatu

wilayah untuk melihat batasan-batasan luas wilayah tersebut, Adapun

pembagian Luas wilayah Desa/kelurahan Kecamatan Bontonompo Dapat

dilihat dari tebel 4.1.

Tabel 4.1. Pembagian luas wilayah Desa/Kelurahan Kecamatan

Bontonompo.

NO Desa / Kelurahan Luas (KM2)

1 Manjapai 3,25

2 Barembeng 2,14

3 K. Barembeng 2,34

4 Bontolangkasa Selatan 1,68

5 Bategolong 2,27

6 Bontolangkasa Utara 2,23

7 Katangka 3,68

8 Kalase‟rena 2,34

9 Tamallayang 1,75

10 Bontonompo 3,45

11 Bontobiraeng selatan 1,43

12 Bontobiraeng utara 2,76

13 Romallasa 1,50

14 Bulogading 2,80

Jumlah 33,62
59

Sumber : Profil Kependudukan Kabupaten Gowa (2019)

Setelah melihat dan mengamati table diatas maka dapat diketahui bahwa

Jumlah Luas wilayah Kecamatan Bontonompo dari 14 kelurahan adalah

33,62 KM2 yang di mana kelurahan Katangka merupakan daerah terluas

dengan jumlah luas daerah 3,68 KM2 dandisusul oleh kelurahan

Bontompo dengan Luas Daerah 3,45 KM2,Selanjutnya Kelurahan

Manjapai dengan Luas Daerah 3,25 KM2, Kelurahan Bulogading Dengan

Luas Daerah 2,80 KM2, Kelurahan Bontobiraeng Utara dengan luas

Daerah 2,76 KM2, Dan Kelurahan K. Barembeng dan Kelurahan

Kalaserena yang mempunyai luas daerah yang sama yaitu 2,34 KM2,

Kelurahan Bategulung dengan luas daerah 2,27 KM2, Kelurahan

Bontolangkasa dengan luas daerah 2,23 KM2, Kelurahan Barembeng

dengan Luas Daerah 2,14 KM2, kelurahan Tammalayang dengan luas

daerah 1,75 KM2, kelurahan Bontolangkasa Selatan 1,68 KM2, Kelurahan

Romanglasa dengan luas daerah 1,50 KM2dan adapun luas daerah

terkecil yaitu Kelurahan Bontobiraeng Selatan dengan Luas daerah 1,43

KM2.

5. Kehidupan sosial, Ekonomi, Budaya

Padi dan bata merah merupakan produksi lokal andalan kecamatan

ini, karena seluruh wilayahnya merupakan dataran rendah yang

merupakan sawah - sawah. Mayoritas penduduk Kecamatan Bontonompo

berprofesi sebagai petani, PNS, dan sebagian lagi lainnya wiraswasta.

6. Deskripsi Khusus Wilayah Gugus II


60

Gugus sekolah adalah gabungan dari 3 sampai dengan 8 SD,

dengan 30 sampai dengan 60 personal guru dan kepala sekolah. Dalam

sebuah gugus terdapat 1 SD Inti dan yang lainnya sebagai SD imbas.

Dalam sebuah gugus terdapat Pusat Kerja Guru (PKG), Kelompok Kerja

Kepala Sekolah (KKKS), dan Kelompok Kerja Guru (KKG), Sehingga pada

penelitian yang dilakukan di Sekolah Dasar Kelas IV Wilayah Gugus II

Kecamatan Bontonompo terdiri atas 8 SD diantaranya sebagai berikut:

no NPSN Nama satuan Alamat Kelurahan Status

pendidikan

1 40314249 SD Inpres Bontorannu Bontonompo Negeri

Bontorannu

2 40314249 SD Inpres Bontosallang Romanglasa Negeri

Bontosallang

3 40301374 SD Inpres Taipaleleng Bontobiraeng Negeri

Bulogading 1 Utara

4 40314413 SD Inpres Borong Bulogading Negeri

Bulogading II tangnga

5 40300986 SD Inpres Salekowa Kalebarembe Negeri

Salekowa ng

6 40314276 SD Negeri Annasappu Bontobiraeng Negeri

Annasappu selatan

7 40314385 SD Negeri Romanglasa Romanglasa Negeri

Romanglasa
61

8 40301142 SD Negeri Kokowa Kokowa Bontobiraeng Negeri

Utara

Tabel 4.2 Sumber: daftar hadir KKG Gugus II

Penelitian yang dilaksanakan di wilayah gugus II dengan delapan

SD di Kecamatan Bontonompo ini bertujuan untuk mengetahui

kemampuan guru dalam menyusun soal Hots dan hasil analisis yang

dilakukan oleh peneliti terhadap soal yang didapatkan dari beberapa SD

yang melaksanakan PTS dipertengahan semester. Dari hasil penelitian

yang dilakukan terhadap delapan sekolah hanya enam sekolah saja yang

memiliki soal PTS yang akan dianalisis oleh peneliti untuk menjawab

rumusan masalah tersebut. Diantaranya SDI Bulogading 1, SDI

Bontorannu, SDN Romanglasa, SDI Bontosallang, SDN Kokowa, SDN

Annasappu. Sedangkan dua dari sekolah tersebut tidak diperoleh soal

PTS yang akan dianalisis yaitu dari SD Salekowa dan SD Bulogading II.

B. Hasil Penelitian

1. Proses guru dalam menyusun soal Hots pada pembelajaran IPS


di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo
Kemampuan Guru dalam menyusun soal Hots (High Order Thinking

Skills), merupakan tugas pendidik yang profesional dalam mengukur

kemampuan berfikir kritis murid, dimana Soal yang baik adalah yang

memperhatikan kemampuan berpikir murid.

Berdasarkan penelitian dari hasil observasi dan wawancara

terhadap guru di Sekolah Dasar gugus II Kecamatan Bontonompo, di


62

mana kriteria pengembangan soal Hots (High order thinking skills) yang

disusun oleh guru dapat kita lihat dari hasil pedoman observasi dan

wawancara yang dilakukan di sekolah tersebut, dari hasil wawancara guru

di Sekolah Dasar gugus II Kecamatan Bontonompo mengakui bahwa

pembuatan soal Hots (High order thinking skills) sebagian besar tidak

mengikuti langkah-langkah dalam penyusunan butir soal Hots. Beberapa

guru di Sekolah Dasar gugus II Kecamatan Bontonompo dari SDI

Salekowa yakni Ibu SS , SDI Bulogading II yakni Ibu HW, SDI

Romanglasa yakni Ibu MA, dan SDN Bontosallang yakni Bapak PS,

mengakui bahwa soal PTS dibuat dengan menjadikan buku cetak sebagai

acuan pembuatan soal Hots, dengan menganalisis KD dan menyusun kisi-

kisi, namun guru kelas IV tersebut mengakui bahwa dalam penyusunan

soal tersebut tidak terlalu paham tentang ranah kognitif Bloom pada level

Anlisis, Evaluasi, dan Mencipta. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh

salah seorang guru SDI Salekowa yakni Ibu HA (28 Tahun) wali kelas IV,

bahwa:

“Saya tidak memahami bagaimana itu soal Hots, kalau ditanya


tentang c1 sampai c6 saya mengerti itu adalah tingkat level soal.
Tapi jika membuat soal hots saya tidak mengerti cara-cara
pembuatanya, mungkin karena saya tidak pernah mengikuti
pelatihan penyusunan soal. Dulu sempat ikut pelatihan k13 disalah
satu sekolah yakni SDI Katangka, tapi yang dibahas bukan
pembuatan soal Hots melainkan penilaian dan Rpp” (Hasil
Wawancara Selasa, 8 Oktober 2019).

Guru SDI Salekowa yakni Ibu HA menjelaskan bahwa kurangnya

pemahaman mereka tentang Hots yang membuat para guru tidak dapat
63

menyusun soal Hots. Menurut hasil wawancara terhadap Ibu HA tersebut

masih kuranganya pelatihan pembuata soal Hots terhadap guru dalam

menyusun soal Hots. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan

guru dalam menyusun soal Hots adalaha pelatihan, dimana jika dilihat dari

hasil observasi tidak semua guru di kecamatan Bontonompo khususnya

di gugus II yang pernah mengikuti pelatihan penyusunan soal Hots. Itu

menandakan bahwa pelatihan guru itu masih kurang merata, artinya

hanya beberapa guru saja yang pernah mengikuti pelatihan tersebut dan

guru yang pernah mengikuti pelatihan itupun belum tentu bisa

mengimbaskan ilmu yang diperolehnya dari pelatihan kepada teman-

teman mereka disekolah. Padahal Guru merupakan salah satu faktor

penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan, maka setiap usaha

peningkatan mutu pendidikan perlu memberikan perhatian besar terhadap

kinerja guru. Dalam arti khusus dapat dikatakan bahwa pada setiap

diri guru terletak tanggungjawab untuk membawa para peserta

didiknya dalam mencapai hasil pembelajaran yang maksimal

Hasil dari wawancara guru kelas IV di gugus II kecamatan

Bontonompo bahwa, menyajikan soal PTS yang diberikan kepada murid

tersebut adalah salah satunya dari hasil mengambil langsung soal di

internet. Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara kepada informan

yang memberikan jawaban kepada peneliti saat diberikan pertanyaan

terkait penyusunan soal Hots. Soal PTS tersebut tidak sepenuhnya

disusun oleh mereka melainkan mengambil soal PTS langsung di internet.


64

Soal tersebut memang sudah sesuai dengan kisi-kisi soal begitu pula

dengan KD dan indikatornya, akan tetapi tetap saja beberapa guru

tersebut belum sepenuhnya memahami apakah soal PTS yang di berikan

kepada murid sudah sesuai dengan langkah-langkah penyusunan soal

Hots atau belum dan saat di ajukan sebuah pertanyaan apakah mereka

memahami soal tersebut sudah termasuk pada soal Hots, dengan sangat

jelas mereka mengatakan bahwa tidak mengerti akan hal itu. Hal ini

sesuai dengan pernyataan oleh salah seorang guru SDI Bontorannu Ibu

KM ( 38 Tahun) wali kelas IV, bahwa :

““Jujur saja, kalau soalnya PTS yang saya berikan kepada murid itu
saya ambil di internet dan sebagian lagi saya buat sendiri, kisi-kisi
soalnya ada, KD dan Indikatornya sesuai dengan kisi-kisinya. Saya
paham mengenai soal Hots, hanya saja jika saya ditanya bagaimana
penyusunannya, itu sangat ribet menurutku. Soal yang tingkat rendah
saja kadang murid susah untuk menyelesaiakan, apalagi jikalau soal
tersebut sudah Hots” (Hasil Wawancara Rabu, 9 Oktober 2019).

Sebagai seorang pendidik yang profesional memang perlu

memperhatikan pedoman umum dalam pembuatan soal Hots sesuai

dengan kriteria pengembangan soal Hots, Standar proses diarahkan pada

pencapaian kompetensi abad ke-21 yang terdiri dari kemampuan untuk

berpikir kritis, kreatif, kolaboratif, dan komunikatif. Kompetensi ini bisa

tercapai apabila proses pembelajaran dan penilaian mengarah pada

terwujudnya keterampilan berpikir tingkat tinggi. Sementara keterampilan

berpikir tingkat tinggi, dalam rumusan Anderson dan Krathwohl (2001),

merujuk pada dimensi proses berpikir pada level menganalisis,

mengevaluasi, dan mengkreasi ide. Pada konteks ini, soal Hots


65

merupakan tuntutan kurikulum agar siswa memperoleh keterampilan

berpikir sesuai dengan perkembangan zaman jadi sudah seharusnya guru

memahami bagaimana penyusunan soal Hots tidak mengambil soal PTS

langsung di internet.

Selanjutnya pernyataan oleh salah seorang guru SDI Romanglasa

Ibu MA ( 46 Tahun ) wali kelas IV, terkait tentang Hots saat diwawancarai

bahwa :

“Mohon maaf sebelumnya, tapi saya tidak memahami apa itu soal
Hots, mungkin karena pengaruh umur juga makanya sudah tidak
mengerti. kalau tentang c1 sampai c6 saya tahu pengelompokanya,
c1 sampai c3 itu dia tingkat soalnya rendah, kalau c4 sampai c6 itu
dia berfikir tingkat tinggi. Tapi kalau masalah Hots saya tidak
mengerti” (Hasil Wawancara Selasa, 8 Oktober 2019).

Kemampuan para guru dalam memahami soal Hots perlu

ditingkatkan. Sebab tingkat pemahaman guru terhadap soal Hots sangat

berpengaruh terhadap kemampuan murid dalam Hal ini akan mendorong

peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam, guru punya andil

cukup besar dalam keberhasilan pembelajaran di sekolah.

Pentingnya pemahaman guru SD tentang konsep penyusunan soal

Hots sangat diperlukan dalam proses penilaian prestasi peserta didik di

sekolah. Perlu diketahui bahwa soal-soal Hots bukan sekadar untuk

melatih kemampuan mengingat (recall), menyatakan kembali (restate),

dan merujuk tanpa pengolahan (recite).

Namun, soal Hots lebih mengacu pada kemampuan untuk transfer

satu konsep ke konsep lainnya, memproses dan menerapkan informasi,


66

mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda-beda, menggunakan

informasi untuk menyelesaikan masalah, serta menelaah ide dan

informasi secara kritis. Hal inilah yang perlu diasah dalam meningkatkan

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Soal Hots dapat digunakan untuk

mengukur dimensi metakognitif, tetapi bukan hanya dimensi konseptual,

faktual, dan prosedural. Dimensi metakognitif juga berbicara tentang

kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, melakukan

interpretasi, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi

pemecahan masalah, menemukan metode baru, menyampaikan argumen

(reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Selanjutnya hal yang harus diperhatikan pula sebagai seorang guru

adalah Dalam hal penilaian yang otentik sesuai dengan harapan yang

diinginkan dalam kurikulum 2013, sangat penting bagi seorang guru untuk

mempersiapkan soal-soal yang bervariasi dan harus bijak dalam

menentukan teknik penilaian berikut dengan instrumen penilaiannya

terutama dalam ranah pengetahuan dan keterampilan.

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan oleh salah seorang guru

SDI Bulogading II Ibu HW (32 Tahun) terkait tentang pembelajaran yang

berorientasi Hots, bahwa :

“Tapi saya melakukan proses belajar mengajar tetap mengacu pada


buku yang diberikan langsung dari pemerintah yakni buku cetak k 13
yang katanya sudah direvisi, hanya saja saya tidak memahami
apakah cara mengajar saya sudah sesuai yang dimaksudkan
pembelajaran berorientasi Hots. Sepertinya belum berorientasi Hots
secara keseluruhan karena cara mengajar saya biasa-biasa saja,
mengajarnya juga belum menggunakan laptop karena memang saya
tidak mengerti hal demikian. Soal PTS yang saya berikan kemurid itu
67

sudah saya sesuaikan dengan materi, soalnya juga agak ribet


karena murid susah menjawab, hanya saja saya tidak paham. Saya
jalani saja bagaimana cara mengajar asalkan tetap mengikut pada
buku k 13. ” (Hasil Wawancara Rabu, 9 Oktober 2019).

Dalam perencanaan pembelajaran tersebut jika di atur dengan baik

dan memastikan proses pembelajaran sesuai dengan tuntutan

pembelajaran KD Hots yang dirumuskan dalam Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) maka dapat dipastikan peserta didik mampu

mengerjakan soal Hots baik dalam evaluasi pembelajaran di setiap mata

pelajaran maupun saat ulangan PTS berlangsung. Dari sudut pandang

peserta didik juga demikian, bila proses pembelajaran Hots sudah mampu

diaplikasikan oleh guru mata pelajaran di kelas, dengan melakukan

pembiasan dan pengkayaan soal-soal Hots, maka hal ini akan berdampak

pada kesiapan peserta didik dalam menghadapi ujian lainya, dan mampu

mengembangakan pola pikir tingkat tinggi dalam kehidupan sehari-hari

sesuai konteks umumnya.

Selanjutnya dari hasil wawancara guru kelas IV yang ada

beberapa SD di Kecamatan Bontonompo, dalam menyusun butir soal PTS

tidak mengikuti langkah-langkah penyusunan butir soal Hots dan

mengambil soal langsung di internet, memiliki kisi-kisi soal namun sejauh

ini belum terlalu paham apa itu ranah kognitif Bloom, serta guru kelas IV

juga belum melakukan proses belajar mengajar yang berorientasi Hots,

sehingga guru kelas IV Di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

belum sepenuhnya memahami apakah soal PTS yang mereka berikan

pada murid dapat mengukur berfikir tingkat tinggi dalam menganalisis,


68

mengevaluasi dan mencipta. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh salah

seorang guru SDI Bulogading II Ibu HW (32 Tahun) wali kelas IV berikut :

“Kita ketahui bersama bahwa sekarang kita berada pada kurikulum k


13, buku-bukunya pun sudah direvisi berulang kali, pastinya sudah
Hots. Pembelajaranya sudah pasti Hots asalkan tetap ikut pada buku
k 13. Tetapi kalau masalah soal PTS yang saya merikan ke murid itu
yang saya tidak paham apakah sudah mengur tingkat berfikir kritis
murid atau belum. Karena soal PTS tersebut saya menyuruh salah
satu teman untuk dicarikan di internet, kisi-kisi soalnya ada karena
saya ambil semua di internet” (Hasil wawancara Kamis, 10 Oktober
2019).

Berdasarkan hasil wawancara tersebut mayoritas guru belum

mampu merencanakan dan mengembangkan pembelajaran Hots. Banyak

guru yang belum memahami konsep kurikulum 2013, menurut hasil

wawancara guru di gugus II kecamatan Bontonompo, mereka begitu

kesulitan dalam mengembangkan KD Hots akibatnya pembelajaran tidak

Hots. Di sinilah sebenarnya akar masalah soal Hots, yakni

ketidakmampuan guru dalam merencanakan dan mengembangkan

pembelajaran Hots. Ketika pembelajaran tidak Hots, tidak mungkin siswa

mampu menyelesaikan soal Hots. Padahal buku-buku yang disediakan

oleh pemerintah dalam melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar

sudah direvisi dan pastinya sudah masuk pada kategori Hots, hanya saja

beberapa guru belum memahami bagaimana proses pembelajaran di

dalam kelas yang berorientasi Hots.

Dalam Permendikbud No. 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013

disebutkan bahwa salah satu dasar penyempurnaan kurikulum adalah

adanya tantangan internal dan eksternal. Tantangan eksternal antara lain


69

perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Terkait dengan hal

tersebut, Kurikulum 2013 mengalami berbagai penyempurnaan, baik

terhadap standar isi maupun standar penilaian. Untuk penyempurnaan

tersebut, Kurikulum 2013 mengadaptasi model-model penilaian standar

internasional. Dengan penilaian hasil belajar tersebut, peserta didik akan

terbantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi Hots. Hal

ini akan mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan

mendalam.

Kemudian pernyataan tersebut juga hampir sama yang dilontarkan

informan kepada peneliti saat diwawancarai apakah soal tersebut dibuat

sendiri dan memiliki kisi-kisi soal. Hal tersebut seperti dikemukakan oleh

salah seorang guru SDN Bontosallang Bapak PS (37 Tahun) wali kelas IV,

bahwa :

“Soal PTS ada. Tapi jujur saja kalau soal PTS tersebut bukan saya
yang buat. Kisi-kisinya juga ada, tapi kalau saya ditanya apakah
sudah Hots, ini yang tidak saya pahami karena saya minta tolong ke
teman untuk dibuatkan soalnya, bukan saya yang buat (Hasil
wawancara Kamis, 10 Oktober 2019).

Paparan di atas, menunjukkan bahwa peningkatan kemampuan

guru dalam menyusun soal Hots belum sepenuhnya komponen

dilaksanakan. Usaha-usaha untuk mempersiapkan guru menjadi

profesional masih belum dapat menunjukkan kualitas pendidikan

sebagaimana mestinya. Sebagai seorang pendidik Membuat soal yang

Hots adalah salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang

guru. akan tetapi, pada kenyataannya masih banyak guru yang belum bisa
70

membuat soal Hots. Guru seharusnya menyadari akan kelemahan

tersebut sehingga bisa memperbaiki kekurangan dan kelemahannya.

Kemampuan menyusun soal Hots merupakan hal penting bagi guru untuk

mendapatkan hasil sebenarnya dari keberhasilan proses pembelajaran.

Soal yang tidak baik akan mempersulitkan guru dalam mendapatkan

informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan.

Kemudian Bapak PS (SDN Bontosallang) melanjutkan

pernyataanya mengenai hal yang menyebabkan sebagian guru disana

tidak dapat berkembang dalam menghadapi kehidupan pendidikan

dizaman sekarang dalam menghadapi tantangan abad 21.

“Sebenarnya kendala kita disini adalah karena tidak memanfaatkan


kegiatan KKG sebaik mungkin, bagaimana saya tidak mengatakan
demikian, karena tidak pernah ada pelatihan KKG tentang
pembuatan soal PTS, setidaknya mendatangkan pamateri dari luar
yang lebih paham tentang penyusunan soal saat KKG. Tapi pada
kenyataanya, saat diadakan KKG itu-itu saja yang kita bahas dan
tidak ada perubahan. Mana lagi kegiatan KKG hanya sekali sebulan,
bahkan kadang tidak pernah sama sekali, mungkin karena
kurangnya perhatian atasan dan kerjasama pun masi sangat kurang.
Kita lihat contoh dari beberapa KKG yang diadakan di kecamatan
lain, KKG yang diadakan itu lancar setiap bulan, jadi pada saat waktu
PTS mereka tidak susah harus membuat soal karena mereka
melakukan pelatihan-pelatihan pembuatan soal sehinggal mereka
memahami pembuatan soalnya walau pun belum sepenuhnya
paham” (Hasil wawancara Kamis, 10 Oktober 2019).

Kelompok Kerja Guru (KKG) merupakan tempat berkumpul para

guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

silabus, menyusun soal-soal ulangan dan lainnya dalam rangka

peningkatan kualitas guru, Melalui KKG ada pertemuan dari para guru

sesuai kelompok yang ditetapkan. Dalam pertemuan itu, para guru dilatih
71

serta untuk saling memberikan informasi. Pertemuan dalam KKG bisa

dilakukan dalam waktu tiap bulan sekali. Baik menyusun program-

program, menyusun soal-soal ulangan dan lainnya yang bermanfaat.

Namun dari hasil wawancara tersebut terhadap informan menyampaikan

bahwa kegiatan KKG di gugus II kecamatan Bontonompo tidak berfungsi

dengan baik sebagaimana mestinya. Hal tersebut yang menjadi salah satu

faktor kurang mampunya seorang guru dalam menyusun soal. Mereka

lebih memilih mengambil soal langsung di internet atau meminta soal PTS

kepada teman yang lebih mampu menyusun soal, padahal sudah menjadi

salah satu kewajiban seorang guru memiliki kemampuan dalam menyusun

soal sesuai dengan pedoman penyusunan soal.

selanjutnya menyusun soal Hots merupakan hal yang gampang

susah bagi sebagian guru, materi penulisan soal Hots merupakan materi

yang memakan waktu dan energi yang cukup banyak bagi peserta

sehingga alokasi jumlah jam pelajarannya pun cukup lama. Para guru

harus berpikir keras untuk menyusun stimulus hanya untuk satu soal saja

karena keterbatasan referensi, bahan, dan perbendaharaan kata-kata

menjadi sebuah stimulus yang lengkap. Stimulus soal harus sesuai

dengan KKO pada IPK yang akan diukur dan redaksinya yang mudah

dipahami dan sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa. Hal

inilah yang membuat beberapa guru tidak mampu dalam menyusun butir

soal dan memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah

murid.
72

Hal tersebut seperti dikemukakan oleh salah seorang guru SDN

Romanglasa Ibu MA ( 46 Tahun), bahwa

“Sebagian kecil dari bahan bacaan yang saya buatkan soal, tetapi
begitulah kalau gurunya terlalu malas buat soal PTS yang ada
stimulusnya yang berbentuk bahan bacaan, jadi soalnya masih yang
biasa-biasa saja yang saya berikan kepada murid. Kalau gambar-
gambar ada, itu pun kadang langsung ambil dibuku ikut k 13 dan
tinggal saya sesuaikan, biasanya nanti soal bacaan ada kalau bentuk
soalnya itu soal cerita” (Hasil wawancara Selasa, 08 Oktober 2019).

Sedangkan hasil wawancara bersama salah seorang guru SDI

Bulogading II Ibu HW (32 Tahun), bahwa :

“Tidak ada stimulus, tidak ada gambar-gambar, pokoknya yang ada


saja. Itu pun masih saya pilih-pilih yang mudah dipahami murid untuk
menjawab soal PTS” (Hasil wawancara Selasa, 10 Oktober 2019).

Stimulus merupakan hal yang mutlak diperlukan dalam sebuah soal

dalam menentukan deskripsi stimulus pun harus harus singkat, padat dan

jelas. Setelah guru menentukan stimulus yang dinilai tepat atau relevan,

maka guru dapat menyusun deskripsi stimulus. Menyusun soal Hots

bukan hal yang mudah, karena soal yang dibuat harus diawali dengan

stimulus yang menjadi pengantar soal Hots tersebut. Stimulus tersebut

harus berfungsi dengan baik sebagai bahan untuk dianalisis,

dihubungkan, dikaitkan oleh peserta didik untuk menyusun

(mengonstruksi) jawaban, bernilai kebaruan, tidak mengarahkan peserta

untuk memilih pilihan jawaban tertentu karena kalau pernah diberikan

sebelumnya kepada peserta didik yang sama, soal tersebut tidak lagi

termasuk ke dalam kategori Hots., tetapi Lots. Secara prosedural, dalam

penulisan soal Hots diawali dengan menganalisis Kompetensi Dasar (KD),


73

lalu dijabarkan menjadi kisi-kisi soal, dan berikutnya dibuat menjadi soal

yang utuh. Sehinggal dari hasil wawancara tersebut, maka hal paling

mendasar yang perlu diperhatikan adalah guru perlu cermat memilih

stimulus yang cocok, menarik, dan menantang siswa untuk

menyelesaikannya. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan

guru dalam menulis stimulus soal Hots adalah melalui penguatan literasi.

Maksud literasi disini adalah bukan hanya dalam konteks membaca dan

menulis, tetapi juga jenis literasi yang lainnya, seperti literasi informasi,

literasi lingkungan, literasi seni dan budaya, literasi sains, literasi IPTEK,

dan sebagainya. berbagai kemampuan literasi tersebut akan sangat

menunjang dan memperkaya redaksi dan variasi soal Hots yang dibuat

oleh. Saat guru banyak membaca, berdiskusi dengan rekan sejawat, dan

mengobservasi, maka wawasannya dan pengalamannya pun akan

bertambah, dan bisa mendukung dalam membuat stimulus soal Hots.

Literasi informasi akan menunjang guru dalam membuat soal yang

aktual dan kontekstual, kecuali yang berkaitan dengan sejarah. Berita,

gambar, foto, masih relevan menggunakan sumber atau koleksi yang

lama.

Oleh karena itu, guru harus meningkatkan kemampuannya dalam

menyusun stimulus dengan cara banyak membaca dan berlatih menulis

stimulus soal Hots. Dengan kata lain, kemampuan literasi guru pun harus

ditingkatkan.
74

Adapun hasil observasi dan wawancara yang dapat kita lihat pada

beberapa indikator untuk mengetahui proses kemampuan guru dalam

menyusun soal Hots pada pembelajaran IPS di wilayah gugus II

Kecamatan Bontonompo

a. Menganalisis KD yang dapat dibuatkan soal Hots

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil wawancara bahwa butir

soal yang disusun guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo, dimana soal PTS yang diberikan kepada murid tidak

disusun dengan menganalisis Kd terlebih dahulu, guru mengakui lebih

banyak mengambil soal langsung diinternet dan memberikan kepada

murid tanpa mengikuti langkah-langkah penyusunan soal Hots, sehingga

bentuk penyusunan soal Hots pada indikator ini guru menganalisis KD

termasuk dalam kategori kurang

b. Menyusun kisi-kisi soal

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil wawancara terhadap guru

dikelas IV wilayah gugus II kecamatan Bontonompo, terdapat dua guru

tidak memiliki kisi-kisi yang digunakan didalam menyusunan soal Hots,

dua guru yang memiliki soal PTS tanpa memiliki kisi-kisi soal terlebih

dahulu, dan terdapat empat guru yang memiliki kisi-kisi soal tetapi

mengambil langsung diinternet/meminta kepada teman, sehingga bentuk


75

penyusunan soal Hots pada indikator ini guru menyusun kisi-kisi soal

termasuk dalam kategori kurang.

c. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil analisis bahwa

penyusunan butir soal Hots oleh guru kelas IV di wilayah gugus II

Kecamatan Bontonompo guru tidak mampu menyusun butir soal Hots

sesuai dengan langkah-langkah penyusunan soal Hots. Butir soal Hots

yang dimiliki guru lebih sebagian kecil tidak memiliki stimulus didalam

mengukur kemampuan berpikir kritis murid, dimana stimulus yang

digunakan harus tepat artinya mendorong peserta didik untuk mencermati

soal, sehingga bentuk penyusunan soal Hots pada indikator ini guru

memilih stimulus yang menarik dan kontekstual termasuk dalam kategori

kurang.

d. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil wawancara pada guru

kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo dalam aspek

penulisan butir soal ini guru tidak memahami apakah soal PTS tersebut

sudah sesuai dengan kisi-kisi soal yang mereka miliki, karena kisi-kisi

yang mereka miliki tidak disusun sendiri melainkan mengambil diinternet

dan sebagian lagi meminta kepada teman untuk dibuatkan soal PTS,

sehingga bentuk penyusunan soal Hots pada indikator ini guru menyusun

soal sesuai dengan kisi-kisi termasuk dalam kategori kurang.

e. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban


76

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil observasi pada kriteria

penyusunan butir soal Hots, guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo, dalam aspek indicator ini secara keseluruhan masih ada

empat guru yang tidak memiliki penskoran atau kunci jawaban yang

harusnya disiapkan oleh seorang guru dalam menyusun soal Hots. Dua

diantaranya memang tidak memiliki soal PTS sehingga guru tersebut

dikategorikan tidak mampu dalam menyusun soal Hot,. sehingga bentuk

penyusunan soal Hots pada indikator ini guru membuat pedoman

penskoran atau kunci jawaban termasuk dalam kategori kurang.

f. materi yang akan ditanyakan diukur dengan prilaku yang


sesuai dengan ranah kognitif Bloom, yaitu menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil wawancara pada kriteria

penyusunan butir soal Hots, guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo guru tidak memahami apakah soal PTS yang mereka

berikan kepada murid dalam penyusunan butir soal sudah sesuai dengan

ranah kognilif bloom yaitu analisis, evaluasi dan mencipta. Hal demikian

dikarenakan guru tidak menyususn sendiri soal PTS yang mereka berikan

kepada murid sehinggah tidak memahami apakah soal tersebut dapat

mengukur tingkat berpikir kritis murid, sehingga bentuk penyusunan butir

soal Hots pada indikator ini guru membuat soal sesuai dengan ranah

kognitif bloom termasuk dalam kategori kurang.

Jika dilihat dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti

lakukan tersebut setelah melaksanakan penelitian dan melihat hasil


77

indikator diketahui guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo memiliki kemampuan yang kurang dalam menyusun soal

Hots dan memiliki kesulitan yang mereka hadapi. Berdasarakan indikator

yang ada, dalam menentukan spesifikasi, guru sudah cukup mampu

walaupun beberapa guru masih kesulitan dan tidak mengerti bagaimana

menyusun soal Hots pada pembelajaran IPS di wilayah gugus II

Kecamatan Bontonompo.

Sehingga dari hasil wawancara yang telah dilakukan dan disusun

oleh peneliti dapat kita simpulkan bahwa masih banyak pengaruh atau

kekurangan yang menjadi pegangan guru-guru di SD kelas IV Wilayah

gugus II Kecamatan Bontonompo dalam menyusun soal Hots. Banyaknya

kendala-kendala tersebut seharusnya menjadi perhatian lebih bagi

pemerintahan setempat untuk lebih memperhatikan kegiatan-kegiatan

yang mendatangkan manfaat yang baik bagi guru khususnya kegiatan

KKG atau pelatihan-pelatihan yang mampu meningkatkan kemampuan

guru dalam menyusun soal Hots.

2. Faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam menyusun


soal Hots di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

Pada pengembangan soal Hots, guru diharapkan dapat memenuhi

beberapa karakteristik. Karakteristik tersebut diimplementasikan dalam

langkah-langkah pembuatan soal Hots (Kemendikbut, 2017) seperti:

menganalisis KD, menentukan stimulus yang menarik dan kontekstual,

menyusun kisi-kisi soal, menuliskan butir soal sesuai dengan kisi-kisi dan

pedoman penulisan butir soal, serta membuat kunci jawaban atau


78

pedoman penskoran. menurut Devi (dalam Laily 2015:29), bahwa ada

beberapa pedoman para penulis soal untuk menuliskan butir soal yang

menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur

dengan prilaku yang sesuai dengan ranah kognitif Bloom, yaitu

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta kemudian agar butir soal yang

ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal yang

diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber bahan

bacaan sebagai bahan informasi. Untuk menstimulus agar kemampuan

berpikir tingkat tinggi itu terbentuk yaitu dengan memberikan soal-soal

yang mampu menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

didik.

Terkait karakteristik tersebut sehingga guru diharapkan dapat

memenuhi kriteria pengembangan soal Hots dalam menyusun soal PTS

yang akan guru berikan kepada murid dalam mengukur keterampilan

berpikir kritisnya. Adapun hasil wawancara kepada guru kelas IV dalam

penyusunan soal dan butir soal terdapat faktor yang mempengaruh guru

dalam penyusunan soal Hots dimana faktor tersebut diperoleh dari hasil

wawancara, yaitu :

a. Guru kurang memahami bagaimana itu soal Hots, karena guru

tersebut mengaku tidak pernah mengikuti pelatihan penyusunan soal

Hots. SDI Salekowa (Ibu HA, 28 Tahun)

b. Beberapa Guru tidak memahami apa itu Hots disebabkan karena

faktor usia. SDI Romanglasa (Ibu MA, 46 Tahun)


79

c. Kurang terampil dalam menggunakan komputer dan Kurangnya

pengetahuan guru tentang tehnologi informasi atau internet. SDI

Bulogading (Ibu HW, 32 Tahun)

d. Faktor malas menjadi salah satu penyebab kurangnya kemampuan

guru dalam menyusun soal Hots. SDI Romanglasa (Ibu MA, 46

Tahun)

e. Kurangnya pemahaman dalam penyususnan soal Hots. SDN

Bontosalang (Bapak PS, 37 Tahun) guru mengakui bahwa salah satu

kesulitan untuk menyusun Soal PTS yang berkarakter Hots adalah

karena kurangnya pemahaman mereka tentang Hots.

f. Tidak memanfaatkan kegiatan KKG sebagai wadah dalam menyusun

soal PTS yang berkarakter Hots. (Bapak PS, 37 Tahun)

3. Soal muatan mata pelajaran IPS pada Penilaian Tengah Semester di


wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo sudah sesuai dengan
kriteria soal Hots

Analisis kriteria soal Hots pada PTS pembelajaran IPS yang

disusun oleh guru kelas IV di wilayah gugus II kecamatan Bontonompo,

merupakan soal kriteria Hots (High order thinking skills) di mana soal

tersebut dapat mengukur kemampuan berpikir yang mengujikan pada

tingkat yang lebih tinggi, dalam artian tidak hanya mengujikan pada aspek

ingatan atau hapalan saja, namun menguji sampai pada aspek analisis,

sintesis, dan evaluasi.

Dalam menggali informasi untuk memperoleh hasil analisis kriteria

pengembangan soal Hots pada PTS pembelajaran IPS yang disusun oleh
80

guru kelas IV di wilayah gugus II kecamatan Bontonompo, peneliti

melakukan observasi dan wawancara terhadap delapan guru yang

menjadi informan dalam penelitian ini, peneliti meminta dokumen berupa

soal PTS yang telah disusun guru berdasarkan langkah-langkah

penyusunan soal Hots untuk dianalisis kesesuaianya dengan kriteria

pengembangan soal Hots, peneliti berharap bahwa soal yang

diperolehnya tersebut sesuai dengan langkah-langkah penyusunan soal

Hots serta penulisan butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi

sesuai dengan pedoman para penulis butir soal. Soal-soal yang dibuat

tentu harus mengacu kepada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi

Dasar (KD) yang sesuai dengan K 13 yang telah dibuat oleh guru mata

pelajaran dalam perangkat pembelajaran.

Sebagai seorang guru, tentu saja dituntut untuk membuat sebuah

soal yang mampu mengisi kompetensi siswa. Guru harus pandai

membuat soal evaluasi. Oleh karena itu, keterampilan pembuatan soal

harus dikuasai guru. Guru pun harus kreatif dalam membuat soal-soal

baru. Bila guru tidak terampil dan kreatif dalam pembuatan soal-soal,

maka guru akan kesulitan membuat soal yang berbobot dan benar-benar

mampu menguji kemampuan siswa. Akan terlihat siswa yang pandai dan

siswa yang lemah dari pengujian soal-soal itu. Guru pun akan segera

melakukan tindakan untuk siswa yang lemah itu.

Hasil dari observasi dan wawancara yang dilakukan ke delapan

guru kelas IV di wilayah gugus II kecamatan Bontonompo, diperoleh dua


81

guru kelas IV yang tidak memiliki soal PTS sehingga peneliti tidak dapat

melakukan analisis soal terhadap soal yang diharapkan dapat diperoleh

dari ke dua sekolah tersebut. Guru dengan mengatakan tidak memilik kisi-

kisi soal dalam menyusun soal PTS, sehingga sangat jelas bahwa

beberapa guru tidak mengikuti langkah-langkah penyusunan soal Hots.

Hal tersebut seperti dikemukakan oleh salah seorang guru SDI

Bulogading I yakni ibu SS ( 54 Tahun) wali kelas IV, bahwa:

“Sebenarnya saya tidak memiliki kumpulan soal PTS, soal PTS yang
saya berikan kepada murid adalah soal yang langsung saya ambil di
buku cetak dan saya catat dipapan” (hasil wawancara Senin, 7
Oktober 2019).
Berdasarkan hasil wawancara bahwa guru membuat soal PTS

secara langsung tanpa ada bukti fisik dari soal yang telah diberikan

kepada murid, guru di kelas IV SDI Bulogading I tidak mengikuti langkah-

langkah penyusunan soal Hots dan tidak mengikuti pedoman penulisan

butir soal Hots. Sehingga dari hasil wawancara tersebut, tidak diperolah

soal PTS yang akan dianalisis soal yang memenuhi kriteria

pengembangan soal Hots, Pernyataan informan dari guru kelas IV SDI

Bulogading I pun hampir sama persis dengan pernyatakan yang dikatakan

oleh salah seorang guru SDN Annassapu yakni Ibu HR (57 Tahun) wali

kelas IV, bahwa:

“Baru-baru ini semester ganjil saya sudah memberikan ulangan PTS


terhadap murid, soalnya pun sudah saya tulis di buku kumpulan soal
saya, hanya saja saya lupa menyimpan buku kumpulan soalnya
dimana, nanti saya cariakan yah.. karna sekarang saya ada urusan
dulu.”(hasil wawancara Sabtu, 12 Oktober 2019 )
82

Berdasarkan hasil wawancara tersebut yang di dilakukan terhadap

informan wali kelas IV SDN Annassappu yakni ibu HR, tidak diperoleh

soal yang dapat dianalisis soal PTS dan disesuaikan kriteria

pengembangan soal Hots, sehingga peneliti bermaksud akan datang

kembali diwaktu yang berbeda untuk meminta soal PTS yang telah

diberikan guru kepada murid, namun saat kembali kesekolah SDN

Annassappu dan meminta soal PTS yang dimaksdkan wali kelas IV SDN

Annassappu yakni Ibu HR selaku informan, mengaku tidak menemukan

dimana dia menyimpan buku kumpulan soal tersebut, sehingga

pernyatakan yang dikatakan informan tersebut dari SDN Annassapu yakni

Ibu HR (57 Tahun) wali kelas IV, bahwa:

“Sebelumnya saya mohon maaf, karena saya tidak ingat simpan


dimana buku kumpulan soalku, padahal sudah saya cari dilemari tapi
belum ketemu. Minta soal sama gurunya kelas V saja karena dia itu
lengkap juga ADMnya”(hasil wawancara Rabu, 15 Oktober 2019 )
Berdasarkan hasil wawancara lanjutan kepada informan Ibu HR SDN

Anassappu, menyampaikan kepada peneliti bahwa kumpulan soal

tersebut tidak diketahui keberadaanya, sehingga informan menyarankan

kepada peneliti untuk meminta soal kepada guru kelas V, namun peneliti

hanya membutuhkan soal PTS kelas IV sesuai dengan rumusan penelitian

yang dimana soal PTS kelas IV akan dianalisis sesuai dengan kriteria

pengembangan soal Hots. Sehingga berdasarkan hasil wawancara dari

beberapa guru di kelas IV Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo

terdapat dua sekolah yaitu guru SDI Bulogading I yakni ibu SS dan guru

SDN Annasappu yakni ibu HR yang tidak diperoleh soal PTS untuk
83

dianalisis soal yang memenuhi kriteria pengembangan soal Hots, dan

hanya terdapat enam sekolah saja yaitu SDN Kokoa yakni ibu SR, SDI

Salekowa yakni ibu HA, SDI Bulogading II yakni ibu HW, SDI Bontorannu

yakni ibu KM, SDI Romanglasa yakni ibu MA, dan dari SDN Bontosallang

yakni bapak PS yang akan dianalisis soal PTS yang memenuhi kriteria

pengembangan soal Hots yang akan disesuaikan dengan sebelas

indikator menurut teori Robert Ennis.

Hasil penelitian diperoleh untuk tahapan analisis kriteria

pengembangan soal Hots pada PTS pembelajaran IPS yang disusun oleh

guru kelas IV di wilayah gugug II kecamatan Bontonompo, ditemukan 31

soal yang tidak memenuhi kriteria pengembangan soal Hots (High order

thinking skill).

Setelah dianalisis kesesuaianya dengan langkah-langkah

penyusunan soal dan butir soal Hots (High order thinking skill), langkah

selanjutnya yang peneliti lakukan adalah menentukan level kognitif

dengan menentukan kata kerja operasinal. Dari keseluruhan butir soal

yang sudah dianalisis tadi dengan menggunakan pedoman analisis

berbentuk kriteria pengembangan soal Hots (High order thinking skill),

dapat diketahui soal yang mana saja masuk pada level kognitif Hots.

Berikut adalah tabel hasil analisis soal secara keseluruhan.

Tabel 4.3 Hasil Analisis Soal secara Keseluruhan

No Asal Nomor Kata Kerja


Level Kognitif
Sekolah soal Operasional
84

1. SDI TEMA 1 Mengidentifikasi


C1
10
Salekowa
11 Menyebutkan C2
12 Menjelaskan C3
2. SDI TEMA 1 Mengidentifikasi
C1
10
Bontorannu
11 Menghafal C1
12 Menghafal C1
TEMA 2 Menyebutkan
C2
10
11 Menyebutkan C2
12 Mengkategorikan C2
3 SDN TEMA 1 Mengidentifikasi
C1
3
Romanglasa
9 Menjelaskan C3
10 Menghafal C1
TEMA 1 Menghafal
(Sub 2) C1
1
5 Menunjukkan C1
14 mengelompokkan C1
15 Menyebutkan C1
TEMA 3 Menyebutkan
C1
9
10 Mengidentifikasi C1
4 SDN TEMA 1 Mengidentifikasi
C1
10
Bontosallang
11 Menghafal C1
12 Menghafal C1
TEMA 2 Menyebutkan
10 C2

11 Menyebutkan C2
12 Mengkategorikan C2
5 SDN TEMA 1 Menghafal
C1
1
Bulogading
TEMA 2 Menyebutkan
C1
II 1
TEMA 3 Menyebutkan
C1
1
TEMA 1 Menentukan
C3
1
6 SDN 2 Menunjukkan C1
TEMA 2 Menyebutkan C1
85

Kokowa 1
2 Mengidentifikasi C1

Pada bagian hasil analisis ini, akan menjelaskan mengenai temuan

dan hasil analisis kriteria soal Hots pada PTS pembelajaran IPS yang

disusun oleh guru kelas IV di wilayah gugug II kecamatan Bontonompo.

Dari hasil analisis terhadap 31 butir soal yang disusun guru kelas IV di

wilayah gugug II kecamatan Bontonompo, dan dari hasil analisis yang

dilakukan terhadap soal tersebut ditemukan 31 soal level kognitif dominan

tidak mengukur kemampuan berpikir kritis murid dan tidak memenuhi

kriteria pengembangan soal Hots (High order thinking skills). Dari hasil

analisis 31 butir soal, terdapat 21 soal yang masuk pada level kognitif c1,

yakni dari SDI Salekowa pada tema 1 soal nomor 10. SDI Bontorannu

pada tema 1 soal nomor 11 dan nomor 12. SDN Romanglasa pada tema 1

soal nomor 3 dan nomor10, tema 2 soal nomor 1, nomor 5, nomor 14,

nomor 15 dan tema 3 pada soal nomor 9 dan nomor 10. SDN

Bontosallang pada tema 1 soal nomor 10, nomor 11, dan soal nomor 12.

SDN Bologading pada tema 1 soal nomor 1, tema 2 soal nomor 1 dan

tema 3 soal no 1. SDN Kokowa pada tema 1 soal no 1 dan tema 2 soal no

1, 2. Kemudian terdapat 7 soal yang masuk pada level kognitif c2, yakni

dari SDI Salekowa tema 1 soal nomor 11. SDI Bontorannu tema 2 soal

nomor 10, nomor 11 dan nomor 12. SDN Bontosallang tema 2 soal nomor

10, nomor 11, nomor 12. Kemudian Ditemukan 3 soal yang termasuk level

kognitif c3, dari SDI Salekowa tema 1 soal nomor 12, SDN Romanglasa

Tema 1 soal nomor 9, SDN Kokowa tema 1 soal nomor 1. Kemudian


86

dengan menganalisis level kognitif untuk mencari soal yang dapat

mengukur keterampilan berfikir kritis murid sesuai dengan teori Devi (Layli,

2015) dimana Dari keseluruhan hasil analisis yang dilakukan terhadap 31

butir soal diperoleh 21 soal yang dinyatakan masuk pada level kognitif C1,

7 butir soal yang dinyatakan masuk pada level kognitif C2, dan 3 butir soal

yang dinyatakan masuk pada level kognitif C3. Jumlah total dari hasil

analisis level kognitif adalah sebesar 100% masuk kategori Lots dan tidak

ditemukan satu soal pun masuk pada level kognitif Hots sehingga sesuai

dengan data yang diperoleh tentang penyususnan soal Hots guru kelas IV

di wilayah gugus II kecamatan Bontonompo Artinya soal yang dirancang

dan disusun oleh guru ini sebagian besarnya tidak memenuhi kriteria

pengembangan soal Hots (High order thinking skills) dan 100% soal

tersebut tidak dapat mengukur kemampuan berpikir kritis murid (Hots).

C. Pembahasan

1. Proses Guru dalam Menyusun Soal Hots pada Pembelajaran IPS di


Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo

Sejalan dengan implementasi kurikulum 2013, salah satu harapan

yang dibebankan kepada guru adalah guru mampu merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan menilai hasil belajar

peserta didik secara Higher Order Thinking Skills (Hots) agar kualitas

lulusan dapat meningkat dan kompetitif karena berdasarkan kompetisi di

ajang internasional seperti PISA dan TIMMS, siswa-siswa Indonesia

kesulitan dalam menjawab soal-soal Hots


87

Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah melakukan beberapa

upaya, yaitu disamping menyusun buku pedoman Hots juga

menyelenggarakan pelatihan Hots bagi guru-guru.

Salah satu hal yang penting yang perlu dikuasai oleh guru adalah

penilaian yang berorientasi Hots, karena penilaian Hots merupakan muara

dari perencanaan dan pembelajaran Hots.

Hasil wawancara guru di Sekolah Dasar gugus II Kecamatan

Bontonompo mengakui bahwa pembuatan soal Hots (High order thinking

skills) sebagian besar tidak mengikuti langkah-langkah dalam penyusunan

butir soal Hots. Untuk menulis butir soal Hots, seorang guru dalam

menyusun soal Diperlukan untuk dapat menentukan perilaku yang akan

diukur, dan merumuskan bahan yang digunakan sebagai dasar masalah

(stimulus) dalam situasi tertentu berdasarkan perilaku yang diharapkan.

Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran

tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Karena hal tersebut

maka dalam penulisan soal Hots, dibutuhkan penguasaan materi ajar,

keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru

dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di

sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah

penyusunan soal-soal Hots, Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal

Hots, Menyusun kisi-kisi soal, Menulis butir pertanyaan sesuai dengan

kisi-kisi soal, Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban.


88

Kemudian menurut Devi (dalam Laily 2015:29), bahwa ada

beberapa pedoman para penulis soal untuk menuliskan butir soal yang

menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur

dengan perilaku yang sesuai dengan ranah kognitif Bloom, yaitu

menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta kemudian agar butir soal yang

ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka setiap butir soal yang

diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang berbentuk sumber bahan

bacaan sebagai bahan informasi. Untuk menstimulus agar kemampuan

berpikir tingkat tinggi itu terbentuk yaitu dengan memberikan soal-soal

yang mampu menstimulus kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta

didik.

Dilihat dari hasil indikator pada hasil penelitian dalam mekukan

observasi dan wawancara dimana dalam menganalisis KD yang dapat

dibuatkan soal Hots guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo, dimana soal PTS yang diberikan kepada murid tidak

disusun dengan menganalisis Kd terlebih dahulu, guru mengakui lebih

banyak mengambil soal langsung diinternet dan memberikan kepada

murid tanpa mengikuti langkah-langkah penyusunan soal Hots, analisis

KD diawali dengan menentukan KD yang terdapat pada Permendikbud no

37 tahun 2018. Selanjutnya KD yang sudah ditentukan dianalisis

berdasarkan tingkat kognitifnya. Tidak semua KD berada pada tingkat

kognitif yang sama, Kd yang berada pada level kognitif C4, C5,C5 dapat

disusun soal Hots.


89

Menyusun kisi-kisi soal Berdasarkan temuan penelitian dan hasil

wawancara terhadap guru dikelas IV wilayah gugus II kecamatan

Bontonompo, dimana kisi-kisi penyusunan soal digunakan guru untuk

menyusun soal Hots. Secara umum, kisi-kisi tersebut memandu guru

dalam memilih Kd yang dapat dibuat soal Hots, menentukan lingkup

materi, merumuskan indikator soal, menentukan nomor soal, menentukan

level kognitif, dan menentukan bentuk soal yang diginakan.

Selanjutnya dalam Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil analisis bahwa penyusunan butir

soal Hots oleh guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

guru tidak mampu menyusun butir soal Hots sesuai dengan langkah-

langkah penyusunan soal Hots. Butir soal Hots yang dimiliki guru lebih

sebagian kecil tidak memiliki stimulus didalam mengukur kemampuan

berpikir kritis murid, dimana stimulus yang digunakan harus tepat artinya

mendorong peserta didik untuk mencermati soal, stimulus yang tepat

umumnya baru dan belum pernah dibaca oleh peserta didik, stimulus

kontekstual dimaksudkan stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam

kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca.

Dalam konteks ujian sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan

sekolah atau daerah setempat.

Dalam menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal dimana

butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal

Hots. Kaidah penulisan butir soal Hots, agak berbeda dengan kaidah
90

penulisan butir soal pada umumnya, perbedaan terletak pada aspek

materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama, setiap

soal dituliskan pada kartu soal, sesuai dengan format terlampir.

Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Berdasarkan temuan penelitian dan hasil observasi pada kriteria

penyusunan butir soal Hots, guru kelas IV di wilayah gugus II Kecamatan

Bontonompo, dalam aspek indicator ini secara keseluruhan masih ada

empat guru yang tidak memiliki penskoran atau kunci jawaban yang

harusnya disiapkan oleh seorang guru dalam menyusun soal Hots.

Dimana setiap butir soal Hots yang dituliskan hendaknya dilengkapi

dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran

dibuat untuk membentuk soal uraian, sedangkan kunci jawaban dibuat

untuk bentuk soal pilihan ganda, dan isian singkat.

materi yang akan ditanyakan diukur dengan prilaku yang sesuai

dengan ranah kognitif Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan

mencipta, hal tersebut sesuai dengan pendapat Devi (dalam Laily

2015:29), bahwa ada beberapa pedoman para penulis soal untuk

menuliskan butir soal yang menuntut berpikir tingkat tinggi, yakni materi

yang akan ditanyakan diukur dengan perilaku yang sesuai dengan ranah

kognitif Bloom, yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta kemudian

agar butir soal yang ditulis dapat menuntut berpikir tingkat tinggi, maka

setiap butir soal yang diberikan dasar pertanyaan (stimulus) yang

berbentuk sumber bahan bacaan sebagai bahan informasi. Untuk


91

menstimulus agar kemampuan berpikir tingkat tinggi itu terbentuk yaitu

dengan memberikan soal-soal yang mampu menstimulus kemampuan

berpikir tingkat tinggi peserta didik.

Sehingga dari hasil wawancara yang telah dilakukan dan disusun

oleh peneliti dapat kita simpulkan bahwa terdapat beberapa kendala yang

guru kelas IV hadapi dalam menyusun soal PTS diantaranya merujuk

pada langkah-langkah penyusunan soal Hots.Dari hasil wawancara

dimana guru kurang memperhatikan hal tersebut, dimulai dari

menganalisis KD terlebih dahulu karena tidak semua KD bisa dibuatkan

butir soal Hots, selanjutnya beberapa guru tidak memiliki kisi-kisi soal

dimana kisi-kisi soal tersebut dapat membantu guru dalam menyusun butir

soal, guru juga kurang memperhatikan pengembangan indikator soal

menjadi sebuah butir soal dan sebagian guru tidak memahami bagaimana

pembuatan soal Hots yang menggunakan stimulus sebagai bahan

informasi, hal yang harus guru perhatikan dalam langkah penyusunan soal

adalah menyiapkan kunci jawaban atau penskoran. Kurangnya

pengetahuan guru kelas IV diwilayah gugus II kecamatan Bontonompo

sehingga guru tersebut kurang mampu atau perlu bimbingan dalam

menyusun soal yang berkarakter Hots.

2. Faktor yang mempengaruhi kemampuan guru dalam menyusun


soal Hots di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo

Kemampuan para guru dalam memahami soal high order thinking

skills Hots perlu ditingkatkan. Sebab, tingkat pemahaman guru terhadap


92

soal Hots masing rendah. Apalagi seorang guru mempunyai pengaruh

besar dalam keberhasilan peserta didik. selama ini tidak sedikit guru yang

masih mengajarkan soal-soal yang bersifat hafalan dan hal inilah yang

masih diberlakukan oleh sebagian guru dikecamatan bontonompo

terutama terfokus pada guru kelas IV wilayah gugus II kecamatan

bontonompo. Padahal, tantangan guru di era saat ini tidak mudah. Mereka

dituntut untuk mampu menganalisis, mencipta, mengevaluasi, serta

berpikir kritis. Pembelajaran dan soal-soal Hots memang menjadi hal baru

bagi para guru. Karena itu, guru perlu dilatih secara berkelanjutan,

Terutama untuk menciptakan pembelajaran yang memfokuskan pada pola

berpikir kritis serta penyelesaian masalah.

Pada pembahasan ini terkait faktor yang mempengaruhi

kemampuan guru tersebut dalam menyusun soal Hots yang diperoleh saat

melakukan wawancara kelas IV wilayah gugus II kecamatan Bontonompo.

Pertama, Guru kurang memahami bagaimana itu soal Hots, karena

guru tersebut mengaku tidak pernah mengikuti pelatihan penyusunan soal

Hots. SDI Salekowa. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan

guru dalam menyusun soal Hots adalah pelatihan, dimana jika dilihat dari

hasil observasi tidak semua guru di kecamatan Bontonompo khususnya

di gugus II yang pernah mengikuti pelatihan penyusunan soal Hots. Itu

menandakan bahwa pelatihan guru itu masih kurang merata, artinya

hanya beberapa guru saja yang pernah mengikuti pelatihan tersebut dan

guru yang pernah mengikuti pelatihan itupun belum tentu bisa


93

mengimbaskan ilmu yang diperolehnya dari pelatihan kepada teman-

teman mereka disekolah. Kedua, Beberapa Guru tidak memahami apa

itu Hots disebabkan karena faktor usia. faktor usia tersebut yang

menyebabkan kemampuan guru dalam memahami soal Hots itu kurang

perhatian, dimana dalam hal umur/usia, apakah semakin bertambahnya

usia seseorang, maka kinerjanya semakin berkurang/rendah atau

sebaliknya. Menurut Suragih, dengan bertambahnya usia seseorang,

maka kekuatan kerjanya semakin menurun. Bagi guru yang tugas

mengajarnya mendekati masa pensiun memiliki hambatan dan tantangan

untuk mengikuti perkembangan Kurikulum 2013 secara

berkesinambungan. Menyusun soal Hots merupakan tantangan yang

harus ditempuh guru agar tetap menjadi guru yang profesional. Ketiga

Kurang terampil dalam menggunakan komputer dan Kurangnya

pengetahuan guru tentang tehnologi informasi atau internet. Dari

hasil wawancara yang dilakukan peneliti, salah satu guru di kelas IV

wilayah gugus II tersebut mengakui bahwa tidak memahami tentang

penggunaan komputer sehingga dalam proses belajar mengajar didalam

kelas secara keseluruhan belum Hots (Ibu HW, SDI Bulogading II), dan

faktor inilah yang menyebabkan mengapa guru susah menyusun soal PTS

yang berkarakter Hots, dikarenakan proses belajar mengajar guru didalam

kelas belum sepenuhnya berorientasi Hots. padahal diera ini Guru harus

memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan media-

media pembelajaran digital untuk membantu siswa agar mencapai standar


94

akademik dan mengembangkan potensinya, Pengajar harus memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan

sumber-sumber digital untuk membantu pembelajar agar mencapai

standar akademik, dan hal tersebut hanya bisa terjadi jika adanya

kemauan guru dalam hal ini untuk menerapkan pembelajaran dengan

dukungan tehnologi informasi/internet. Keempat Faktor malas menjadi

salah satu penyebab kurangnya kemampuan guru dalam menyusun

soal Hots. Salah satu upaya guru untuk meningkatkan kemampuan guru

dalam menulis soal Hots adalah melalui penguatan literasi, Maksud

literasi disini adalah bukan hanya dalam konteks membaca dan menulis,

tetapi juga jenis literasi yang lainnya, seperti literasi informasi, literasi

lingkungan, literasi seni dan budaya, literasi sains, literasi IPTEK, dan

sebagainya. berbagai kemampuan literasi tersebut akan sangat

menunjang dan memperkaya redaksi dan variasi soal Hots yang dibuat

oleh. Saat guru banyak membaca, berdiskusi dengan rekan sejawat, dan

mengobservasi, maka wawasannya dan pengalamannya pun akan

bertambah, dan bisa mendukung dalam membuat stimulus soal Hots.

namun jika seorang guru malas dalam melakukan berbagai hal maka hal

inilah yang akan menjadi penghambat seorang guru dalam meningkatkan

pengetahuanya didalam proses belajar mengajar . Kelima Kurangnya

pemahaman dalam penyususnan soal Hots. guru mengakui bahwa

salah satu kesulitan untuk menyusun Soal PTS yang berkarakter Hots

adalah karena kurangnya pemahaman mereka tentang Hots. maka dari itu
95

guru harus banyak melakukan literasi dalam hal membiasan menyusun

soal Hots dan mengikuti pelatihan-pelatihan yang membahas tentang

Hots. keenam Tidak memanfaatkan kegiatan KKG sebagai wadah

dalam menyusun soal PTS yang berkarakter Hots. KKG merupakan

tempat berkumpul para guru untuk menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP), silabus, menyusun soal-soal ulangan dan lainnya

dalam rangka peningkatan kualitas guru, Melalui KKG ada pertemuan dari

para guru sesuai kelompok yang ditetapkan. Dalam pertemuan itu, para

guru dilatih serta untuk saling memberikan informasi, namun menurut hasil

wawancara salah satu guru di kelas IV wilayah gugus II tersebut

mengatakan bahwa kegiatan KKG tersebut tidak berfungsi dengan baik

sebagaimana mestinya, dimana KKG tersebut dimanfaat sebaik mungkin

dalam meningkatkan kemampuan guru yang profesional dalam menyusun

soal PTS.

Sehingga dari hasil wawancara yang telah dilakukan dan disusun

oleh peneliti dapat kita simpulkan bahwa masih banyak pengaruh atau

kekurangan yang menjadi faktor guru di SD kelas IV Wilayah gugus II

Kecamatan Bontonompo dalam menyusun soal Hots. Banyaknya kendala-

kendala yang guru miliki dalam pembuatan soal PTS yang berkarakter

Hots tersebut, sehingga sudah seharusnya menjadi perhatian lebih bagi

pemerintahan setempat untuk lebih memperhatikan faktor yang dimiliki

guru tersebut dalam menyusun soal Hots seperti kegiatan-kegiatan yang

mendatangkan manfaat yang baik bagi guru khususnya kegiatan KKG


96

tersebut, dalam kegiatan KKG guru bisa dilatih atau diberi bekal tambahan

berupa pengetahuan didalam penyusunan soal Hots yang mengukur

keterampilan berpikir kritis murid, dimana pada forum tersebut juga bisa

sebagai wadah profesional guru untuk peningkatan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan dalam menyusun soal Hots. Dengan

adanya pemberdayaan KKG, seluruh anggota KKG dapat memperoleh

pengalaman guna melakukan penyusunan kurikulum yang ditetapkan

pada masing-masing sekolah terutama pada penyusunan soal PTS pada

pembelajaran IPS.

3. soal muatan mata pelajaran IPS pada Penilaian Tengah Semester


di wilayah gugus II Kecamatan Bontonompo sudah sesuai dengan
kriteria soal Hots

Pengembangan soal High Order Thinking Skill (Hots) atau

kemampuan berfikir tingkat tinggi memerlukan berbagai kriteria, baik dari

segi bentuk soalnya maupun konten materi subyeknya. Teknik penulisan

soal-soal Hots baik yang berbentuk pilihan ganda atau uraian secara

umum sama dengan penulisan soal tingkat rendah, tetapi ada beberapa

ciri yang membedakannya. Ada beberapa cara yang dapat dijadikan

pedoman oleh para penulis soal untuk menulis butir soal yang menuntut

berpikir tingkat tinggi, yakni materi yang akan ditanyakan diukur dengan

perilaku misalnya sesuai dengan ranah kognitif Bloom dan setiap

pertanyaan diberikan dasar pertanyaan (stimulus) dan soal mengukur

kemampuan berpikir kritis.


97

Agar butir soal yang ditulis dapat menuntut kemampuan berpikir

tingkat tinggi, maka setiap butir soal selalu diberikan dasar pertanyaan

(stimulus) yang berbentuk sumber/bahan bacaan seperti: teks bacaan,

paragrap, kasus, gambar, grafik, foto, rumus, tabel, daftar kata/symbol,

contoh, peta, film, atau suara yang direkam.

Terdapat perbedaan level pada butir-butir soal. Guru dapat

menentukan Kata Kerja Operasional (KKO) kognitif pada Taksonomi

Bloom pada setiap butir-butir soal. Kompetensi kognitif siswa dapat

dievaluasi berdasarkan pada jenis kognitif/jenis pengetahuan. Anderson

dan Krathwohl dalam (Wikanengsih, 2016) menyusun kategori

pengetahuan atas dua hal, yaitu: 1) dimensi pengetahuan dan 2) dimensi

proses. Dimensi pengetahuan terdiri atas empat kategori, yaitu: 1)

pengetahuan faktual, merupakan pengetahuan tentang elemen-elemen

yang terpisah dan mempunyai ciri-ciri tersendiri; 2) pengetahuan

konseptual, yaitu pengetahuan tentang bentuk-bentuk pengetahuan yang

lebih kompleks dan terorganisasi; 3) pengetahuan prosedural, yaitu

pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu; dan 4) pengetahuan

metakognitif, yaitu pengetahuan mengenai kognisi secara umum,

kesadaran akan dan pengetahuan mengenai kognisi sendiri. Menurut

(Gunawan, 2014) Ranah kognitif terdiri dari (berturut-turut) mulai yang

sederhana dan yang paling kompleks). Sebagai mana dijelaskan

Setiawati, ( 2019) bahwa dalam penerapannya, keterampilan tingkat tinggi

(HOTS) pada evaluasi pembelajaran tercermin melalui soal-soal yang


98

harus diselesaikan oleh siswa. Soal-soal yang dapat diberikan bukan

hanya terbatas pada level aplikasi (C3) tetapi juga sampai level mencipta

(C6). Oleh karena itu, dalam proses penulisan soal, guru dapat

berpedoman pada KKO yang dirumuskan untuk masing-masing level

kognitif.

Hasil penelitian diperoleh untuk tahapan analisis kriteria

pengembangan soal Hots pada PTS pembelajaran IPS yang disusun oleh

guru kelas IV di wilayah gugug II kecamatan Bontonompo, ditemukan 31

soal yang tidak memenuhi kriteria pengembangan soal Hots (High order

thinking skill). Kemudian setelah dianalisis kesesuaianya dengan level

kognitif Hots (High order thinking skill), langkah selanjutnya yang peneliti

lakukan adalah menilai hasil Level Kognitif. Dari keseluruhan butir soal

yang sudah dianalisis tadi dengan dapat diketahui soal tersebut tidak

satupun masuk pada level Hots Artinya soal yang dirancang dan disusun

oleh guru ini sebagian besarnya tidak memenuhi kriteria pengembangan

soal Hots (High order thinking skills) dan 100% soal tersebut tidak dapat

mengukur kemampuan berpikir kritis murid (Hots).


99
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian kualitatif dengan teknik observasi

wawancara dan dokumentasi yang dilakukan di kelas IV Wilayah Gugus II

Kecamatan Bontonompo, mengenai analisis Hots (High Order Thinking

Skills) pada soal penilaian tengah semester dalam mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS), maka diperoleh simpulan yang dapat

menjawab pertanyaan dari penelitian atau rumusan masalah dalam

penelitian ini.

Mutu soal Hots yang disusun guru setelah di teliti dan dianalisis

kriteria pengembangan soal Hots tersebut dikategorikan guru kurang

dalam penyusunal soal Hots. Dengan demikian Kemampuan guru dalam

menyusun soal Hots masih kurang dan perlu bimbingan karena selama

ini praktek di lapangan guru belum menerapkan atau membiasakan

melakukan proses belajar mengajar yang berorientasi Hots dan kurang

melatih diri dalam menyusun soal yang mengukur berfikir tingkat tinggi

murid sesuai dengan ranah kognitif Bloom yaitu menganalisis,

mengevaluasi dan mencipta. Dilihat dari hasil observasi dan wawancara

guru kurang mampu dalam menyusun soal sesuai deng langkah-langkah

penyususn soal Hots (kemendikbud 2017, psl 23) dan butir soal Hots

(menurut Devi dalam Layli, 2015) Dilihat dari hasil penelitian kemampuan

99
100

guru dalam menyusun soal Hots dan hasil analisis Artinya kemampuan

guru dalam menyusun soal soal Hots dan hasil analisis kriteria

pengembangan butir soal Hots pada Penilaian Tengah Semester mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Kelas IV wilayah Gugus II

Kecamatan Bontonompo yang dirancang dan disusun oleh guru ini

sebagian besarnya kurang dan tidak dapat mengukur keterampilan

berpikir kritis murid(High order thinking skills).

Adapun faktor yang ditemukan guru kelas IV wilayah gugus II

kecamatan Bontonompo terdapat enam faktor yang menjadi kendala guru

dalam menyusun soal PTS tersebut. Banyaknya kendala-kendala yang

guru miliki dalam pembuatan soal PTS yang berkarakter Hots, sehingga

sudah seharusnya menjadi perhatian lebih bagi pemerintahan setempat

untuk lebih memperhatikan faktor yang dimiliki guru tersebut dalam

menyusun soal Hots, seperti kegiatan-kegiatan yang mendatangkan

manfaat yang baik bagi guru khususnya kegiatan KKG.

Analisis yang dilakukan terhadap soal Hots pada penilaian tengah

semester, berupa soal pilihan ganda kelas IV diperoleh 31 butir soal yang

tidak memenuhi kriteria Hots (High Order Thinking Skills). Dari

keseluruhan butir soal yang sudah dianalisis tadi dapat diketahui soal

tersebut tidak satupun masuk pada level Hots Artinya soal yang dirancang

dan disusun oleh guru ini sebagian besarnya tidak memenuhi kriteria

pengembangan soal Hots (High order thinking skills) dari 31 butir soal
101

tersebut 0% (Hots) dan 100%(Lots) dimana soal Lots tersebut tidak dapat

mengukur kemampuan berpikir kritis murid (Hots).

B. SARAN

Untuk melengkapi hasil penelitian ini, peneliti memberikan

beberapa saran dalam hasil analisis Hots (High Order Thinking Skills)

serta kemampuan guru dalam menyusun soal penilaian tengah semester

dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), diantaranya adalah

Dari Hasil Analisis Hots pada soal PTS yang disusun guru

diharapkan dapat mengukur kemampuan berfikir kritis murid, namun hasil

analisis penelitian menunjukkan kriteria penilaian masuk pada kriteria

kurang. Saran dari peneliti seharusnya seharusnya KKG dipergunakan

sebaik mungkin untuk membantu guru dalam menyusun soal Hots dan di

datangkan pemateri dari luar kecamatan yang dipercayakan menguasai

penyusunan soal Hots agar mampu memberikan bekal kepada guru

dalam menyusun soal Hots.

Untuk mengatasi kemampuan guru dalam menyusun soal hots guru

harus membiasakan melakukan proses belajar mengajar yang

berorientasi Hots dan melatih diri dalam menyusun soal yang mengukur

berfikir tingkat tinggi murid sesuai dengan ranah kognitif Bloom yaitu

menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.


102
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. G., Widiana, I. W., & Tresnayanti, P. I. (2017). Talking stick


sebagai inovasi dalam aktivitas mengomunikasikan untuk
meningkatkan pemahaman siswa. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,
1(3), 147-154.
Amelia, Maria Agustina.2006 Analisis Soal Tes Belajar Hots Matematika
Materi Pemecahan untuk Kelas 5 Sekolah Dasar. Jurnal.
Universitas Sanata Dharma

Anggraeni, Lili. 2016. Peningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menyusun


Butir Soal Bermutu melalui Program Workshop. Jurnal.
Banjarnegara

Ardika Sulaeman. 2014. Pengaruh Upah dan Pengalaman Kerja terhadap


Produktivitas Karyawan Kerajinan Ukiran Kabupaten Subang,
Trikonomika Volume 13, No.1, Hal 91-100 ISSN 1411-514 X
(print)/ISSN 23557737 .

Awaliyah, Siti. 2018. Penyusunan Soal Hots Bagi Guru PPKN dan IPS
Sekolah Menengah Pertama. Jurnal. Universitas Negeri Malang

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Ed.2.


Jakarta: Bumi Aksara.

Anderson, L.W., dan Krathwohl, D.R. 2001. A Taxonomy for Learning,


Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom‟s Taxonomy of
Educatioanl Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (Eds). 2010. Kerangka landasan untuk
pembelajaran, pengajaran, dan asesmen: revisi taksonomi
pendidikan Bloom.(Terjemahan Agung Prihantoro). Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. hlm 403.

Bahri, Syamsul. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Basuki, I. & Hariyanto. 2014. Asesmen Pembelajaran. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.
Brookhart, Susan M. 2010. Hou To Assess Higher Order Thingking Skills
In Your Classroom. Massachusetts: ASCD

102
103

Costa, A.L. and Presseisen, B.Z., 1985. Glossary of Thinking Skill, in A.L.
Costa (ed). Developing Minds: A Resource Book for Teaching
Thingking, Alexandria: ASCD

Cottrell, S. 2005. Critical Thinking Skills, Developing Effective analysis and


Argument. Palgrave Macmillan. New York. 296 hlm.

Dinas Pendidikan dan Pencatatan Sipil, 2018. Profil kependudukan. Gowa

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia


edisi ketiga Balai Pustaka. Jakarta

Devi, poppy kamalia. 2012.Pengembangan Soal “Higher Order Thinking


Skill” Dalam Pembelajaran Ipa Smp/Mts. Diakses 5 November
2018 dari https://www.academia.edu

Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical Thinking : An Outline of Critical


Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois.

Fanami, Ahmad & Kusmaharti, Dian. Pengembangan Pembelajaran


Berbasis Hots di Sekolah Dasar Kelas V. Jurnal. Surabaya.
Universitas PGRI Adi Buana.

Gelder, S.V. 2005. Global brand strategy. London: Kogan Page.

Gunawan, Heri. 2017. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.


Bandung: Alfabeta.

Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2016). Taksonomi Bloom–revisi ranah


kognitif: kerangka landasan untuk pembelajaran, pengajaran, dan
penilaian. Premiere educandum: jurnal pendidikan dasar dan
pembelajaran, 2(02).

H.B. Sutopo. 2002. Pengantar Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas


Sebelas Maret Press.

Kemdikbud. (2013). Hasil Konvensi Ujian Nasional, Tahun 2013. Diakses


pada tanggal 23 Mei 2019, dari
http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/sites/default/files/Hasil%20
Konvensi%20UN .pdf.

Koentjaraningrat. (1993). Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta,


Indonesia: PT. Gramedia.

Lestari, A. (2018). Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Soal Buatan Guru Ujian Akhir Semester (Uas) Mata Pelajaran
104

Bahasa Indonesia Sma Negeri 20 Medan Tahun Pembelajaran


2017/2018 (Doctoral dissertation, UNIMED).

Lewy. (2009). Pengembangan soal untuk MengukurKemampuan Berpikir


Tingkat Tinggi Pokok Bahasan Barisan dan Deret Bilangan di
Kelas IX Akselerasi SMP Xaverius Pemalang. Jurnal Pendidikan
Matematika, 27.

Mason, Mark. 2007. “Critical Thinking and Learning”. Phylopsophy of


Education Society of Australasia.
Mimin Haryati. 2006. Sistem Penialian Berbasis Kompetensi, Teori dan
Praktek. Jakarta: Gaung Persada Press

Mullis, I. V. S., Martin M. O., Foy P., & Arora A. (2012). TIMSS 2011
international results in mathematics.Boston: TIMSS & PIRLS
International Study Center.

Nana Sudjana. 2013. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


PT.Remaja Rosdakarya.

Nitko, A.J. & Brookhart, S.M. 2011. Educational Assessment of Student


(6th ed). Pearson Education. Boston.

Onosko, J. J./ & Newmann, F. M. 1994. Creating More Thoughtful


Learning Environment. In J. Mangieri, & C. C. Blocks (Eds.),
Creating powerful thingking in teachers and students diverse
perspectives (pp. 27-49). Fort Worth: Brace College Publishers.

Paul, Richard and Linda Elder. 2005. The Miniature Guide to Critical
Thinking ”CONCEPTS & TOOLS”. The Foundation of Critical
Thinking: California

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016


Tentang Standar Penilaian Pendidikan. Diakses 5 November 2018
dari http://bsnp-indonesia.org.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang


Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Diakses 5
November 2018 dari https://akhmadsudrajat.files.wordpress.com
Putra, S. R., 2013. Desain Evaluasi Berbasis Kinerja. Yogyakarta: DIVA
Press.

Reynold, L., W. 2010. Measurement and Assesment in Education.


Pearson Eucation, Inc., Upper Saddle River, New Jersey 07458.
Pearson.
105

Sahlberg, P. (2010). The secret to Finland’s success:Educating teacher.


Diakses 1 November 2018 dari www.edpolicy.stanford.edu.

Seifert, Patricia C. 2010. Thinking Critically. Joournal Aorn. 91(2), 197-199

Setiawati, S. (2019, February). Analisis Higher Order Thinking Skills


(HOTS) Siswa Sekolah Dasar dalam Menyelesaikan Soal Bahasa
Indonesia. In Prosiding Seminar Nasional Pendidikan KALUNI
(Vol. 2).
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Afabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Sutopo, H.B. 2002. Memahami Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas


Maret University Press.

Thomas, A. dan Thorne, G., 2009.How to Increase Higher Order


Thinking:http://www.cdl.org/articles/how-to-increase-high
orderthinking/ (Diakses pada tanggal 6 Agustus 2019)

Tilaar, H.A.R dkk. 2011. Pedagogik Kritis: Perkembangan, substansi, dan


Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta

Uno, Hamzah. 2012. Assesment Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Warisdiono, Eko. 2017. Modul Penyusunan soal Hots. Direktorat


pembinaan sma direktorat jenderal pendidikan dasar dan
menengah Departemen pendidikan dan kebudayaan. Jakarta.
Modul.

Zhafir, S. 2013. Pentingnya Keterampilan Guru Menyusun Instrumen


Penilaian. [Online]. Diakses dari http://septizhafir.blogspot.com/
2013/ 01/ pentingnya- keterampilan-guru-menyusun. Html
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Hastuti, lahir di Ujungpandang Kota Makassar

Sulawesi Selatan pada tanggal 8 November 1992.

Anak kedua dari dua bersaudara pasangan Muchtar

dan Maryam.

Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SDI Katangka (1999-

2004), Sekolah Menengah Pertama di SMPN 1 Bontonompo (2004-2007),

Sekolah Menengah Atas di SMAN 1 Bajeng (2007-2010). Kemudian

penulis melanjutkan pendidikan pada jenjang S1 di Universitas

Muhammadiyah Makassar (Unismuh) pada jurusan PGSD dan selesai

pada tahun 2014. Kemudian pada tahun 2017, penulis melanjutkan

pendidikan di jenjang S2 dengan memilih Program Studi Pendidikan

Dasar pada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah

Makassar. Untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.), penulis

menulis tesis dengan judul Analisis Hots (High Order Thinking Skill) pada

Soal Penilaian Tengah Semester Dalam Mata Pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial Kelas IV Wilayah Gugus II Kecamatan Bontonompo.

106
L
A
M
P
I
R
A
N

107
108

LAMPIRAN 1

INSTRUMEN PENELITIAN

ANALISIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) PADA SOAL


PENILAIAN TENGAH SEMESTER DALAM MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS IV WILAYAH GUGUS II
KECAMATAN BONTONOMPO

HASTUTI
Nomor Induk Mahasiswa : 105060205117
109

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER PENDIDIKAN DASAR
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019

Judul Tesis : ANALISIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING


SKILLS) PADA SOAL PENILAIAN TENGAH
SEMESTER DALAM MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS IV WILAYAH
GUGUS II KECAMATAN BONTONOMPO

Nama : HASTUTI
NIM : 105060205117
Program Studi : Magister Pendidikan Dasar
Pembimbing I : Dr. Hj. Rosleny Babo, M. Si.
Pembimbing II : Dr. Muhammad Nawir. M.Pd.
110

ANALISIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) PADA SOAL


PENILAIAN TENGAH SEMESTER DALAM MATA PELAJARAN ILMU
PENGETAHUAN SOSIAL DI KELAS IV WILAYAH GUGUS II
KECAMATAN BONTONOMPO

HASTUTI

Kepada Yth.
Bapak/Ibu….
Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu
dan memberi saran terhadap instrument penilaian yang saya kembangkan dalam rangka
penilaian “ANALISIS HOTS (HIGHER ORDER THINKING SKILLS) PADA SOAL
PENILAIAN TENGAH SEMESTER DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN
SOSIAL DI KELAS IV WILAYAH GUGUS II KECAMATAN BONTONOMPO”
(studi kasus : Sekolah Dasar di Kecamatan Bontonompo Gugus II).
 Hasil penilaian dari Bapak/Ibu merupakan bantuan yang tak terhingga nilainya
dalam rangka penulisan tugas akhir. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan
karunia dan rahmatNya kepada Bapak/Ibu beserta keluarga.
 Atas partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan banyak terima kasih.

LEMBAR VALIDASI
PEDOMAN OBSERVASI DAN PEDOMAN WAWANCARA

Nama Validator : DR. Ernawati, M.Pd


Pekerjaan : Dosen Pasca Sarjana UHAMKA Jakarta
Bidang Keahlian : Evaluasi Pendidikan
111

Petunjuk:
1. Berdasarkan pendapat Bapak/Ibu, berilah checlist (v) pada kolom
yang sesuai dengan kriteria.
2. Mohon menulislah kesimpulan pada tempat yang tersedia dengan
memilih salah satu kategori yang sesuai.
3. Jika ada yang perlu dikomentari, tuliskan pada tempat yang tersedia.

No Elemen yang Divalidasi Kriteria


LD LDR TLD

1. Format pedoman observasi dan


pedoman wawancara

2. Kesesuaian petunjuk penilaian pada pedoman


observasi dan pedoman wawancara

3. Kejelasan huruf
4. Istilah yang digunakan tepat dan mudah dipahami
5. Cukup aspek-aspek pedoman observasi, pedoman
wawancara dan instrument dokumentasi

Untuk kesimpulan diharapkan diidikan kode di bawah ini agar dapat


diketahui kelayakan lembar validasi pedoman observasi dan pedoman
wawancara
Keterangan:
LD = Layak Digunakan
LDR = Layak Digunakan Dengan Revisi
TLD = Tidak Layak Digunakan

Penilaian umum

1. Mohon berikan penilaian bapak/ibu yang sesuai dengan cara melingkari


angka dibawah ini!

Instrument Penyesuaian Sosial


112

1. Dapat digunakan tanpa revisi

2. Komentar dan saran perbaikan

Pertanyaan yang diajukan dalam pedoman observasi dan pedoman


wawancara sudah cukup baik, hanya saja saya masih sering menemukan
kesalahan dalam penggunaan huruf kapital, misalnya RPP ditulis Rpp.
RPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran jadi
harus ditulis besar singkatannya. Selain itu kata-kata seperti hanya,
gambar, jika tidak berada dalam awal kalimat, maka ditulis memakai huruf
kecil.

Makassar, 20 Sptember 2019


Validator

DR. Ernawati, M.Pd


113

PEDOMAN OBSERVASI
1. Identitas Observasi
Nama Sekolah :
Kelas yang diamati :
Hari, Tanggal :
Waktu :
2. Aspek yang diamati
Proses penyusunan soal

Observasi

No Aspek yang di amati Ya Tidak

1 Guru memiliki ADM (RPP) sebagai acuan penyusunan soal

2 Guru memiliki buku cetak sebagai penyusunan soal dan sumber


informasi
3 Guru memiliki butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

4 Guru memiliki pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

5 Guru membuat soal sesuai dengan KD yang dicapai

6 Guru membuat Soal sesuai dengan indikator yang diukur

7 Guru membuat soal hanya ada satu kunci jawaan yang tepat

8 Guru membuat soal yang memiliki petunjuk yang jelas tentang cara

pengerjaan soal

9 Soal yang dibuat guru menggunakan gambar/grafik/tabel/diagram

yang digunakan pada soal disajikan dengan jelas

10 Pokok soal yang dibuat guru tidak memberikan petunjuk kunci

jawaban
114

11 Menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah Bahasa

Indonesia

12 Guru menggunakan bahasa yang komunikatif

13 Menggunakan kalimat jelas dan mudah dimengerti

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

Item Pertanyaan
No Variabel Indikator

a) Menurut anda apakah soal tersebut


dibuat sendiri atau mengambil soal
diinternet
b) Menurut anda apakah soal tersebuat
sesuai dengan kisi-kisi soal sebagai
acuan pembuatan soal ?
c) Menurut anda apakah soal UTS
sesuai dengan KD yang dicapai ?
d) Menurut anda apakah soal UTS
sesuai dengan indikator yang diukur
?
e) Menurut anda apakah soal tersebut
sesuai dengan ranah kognitif bloom
pada level Analisis ?
f) Menurut anda apakah soal tersebut
sesuai dengan ranah kognitif bloom
pada level Evaluasi ?
a. Materi diukur g) Menurut anda apakah soal tersebut
sesuai dengan ranah sesuai dengan ranah kognitif bloom
kognitif bloom pada level Mencipta ?
a) Apakah guru memberikan pelajaran
yang berorientasi Hots dalam proses
pembelajaran ?
Pengintegrasian b. Butir soal yang b) menurut anda apakah soal tersebut
1. Hots ditulis dapat sudah termasuk pada soal Hots ?
menuntut berpikir c) Bagaimana keseriusan anda dalam
tingkat tinggi menyusun soal Hots
115

d) Bagaimana soal tersebut dapat


menuntut siswa berfikir kritis ?
e) Apakah soal tersebut dapat
mengukur berfikir tingkat tinggi murid
dalam menganalisis, mengevaluasi
dan mencipta ?

a) Menurut anda apakah soal tersebut


telah memilih stimulus soal sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah
disekitar murid ?
b) Menurut anda apakah soal tersebut
c. Butir soal yang diberikan dasar pertanyaan yang
diberikan dasar berbentuk sumber / bahan bacaan
pertanyaan seperti teks bacaan, paragrap, teks
(Stimulus) yang drama, penggalan
berbentuk sumber novel/cerita/dongeng, puisi, kasus,
bahan bacaan gambar, grafik, foto, rumus, tabel,
sebagai bahan daftar kata/symbol, contoh, peta, film,
informasi. atau suara yang direkam
116

LAMPIRAN 3
DATA SEKOLAH
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD INPRES BULOGADING I
2 NPSN : 40301374
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Taipaleleng
RT / RW : 0 / 0
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Bontobiraeng Utara
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3276 Lintang
119,4217 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD INPRES BULOGADING II
2 NPSN : 40314413
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Borongtangnga
RT / RW : 0 / 0
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Bulogading
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3301 Lintang
119,4023 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD NEGERI ROMANGLASA
2 NPSN : 40314385
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Romanglasa
117

RT / RW : 1 / 1
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Romanglasa
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3314 Lintang
119,4087 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD INPRES BONTOSALLANG
2 NPSN : 40301452
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Bontosallang
RT / RW : 2 / 3
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Romanglasa
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,332 Lintang
119,409 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD INPRES BONTORANNU
2 NPSN : 40314249
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Bontorannu
RT / RW : 1 / 1
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Bontonompo
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3369 Lintang
119,4298 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD NEGERI KOKOWA
118

2 NPSN : 40301142
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Kokowa
RT / RW : 0 / 0
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Bontobiraeng Utara
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3256 Lintang
119,4243 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD NEGERI ANASSAPPU
2 NPSN : 40314276
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : Anassappu
RT / RW : 0 / 0
Kode Pos : 92153
Kelurahan : Bontobiraeng Selatan
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
6 Posisi Geografis : -5,3359 Lintang
119,4186 Bujur
1. Identitas Sekolah
1 Nama Sekolah : SD INPRES SALEKOWA
2 NPSN : 40300986
3 Jenjang Pendidikan : SD
4 Status Sekolah : Negeri
5 Alamat Sekolah : SALEKOWA
RT / RW : 2 / 2
Kode Pos : 92153
Kelurahan : KALEBAREMBENG
Kecamatan : Kec. Bontonompo
Kabupaten/Kota : Kab. Gowa
Provinsi : Prop. Sulawesi Selatan
Negara :
119

6 Posisi Geografis : -5,3442 Lintang


119,4045 Bujur
LAMPIRAN 4
Data Informasi
1 Nama : Syamsiah,S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Kacci kacci,31-12-1965

NIP : 196512311986112020

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo

2 Nama : HERMAWATI S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Borongtangnga, 2 Desember 1984

NIP :-

Jabatan : Guru kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo

3 Nama : MULIATI S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : SALLUTTOA 15 JULI 1969

NIP : 196907152008012022

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo

4 Nama : PAISAL S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Kacci-kacci, 6 november 1983

NIP :-

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontorannu


120

5 Nama : KASMIATI S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Kalaserena, 6 Juni 1982

NIP : 19820606201101 2 011

Jabatan
: Guru Kelas IV
Unit Kerja
: Korwil Kec. Bontonompo

6 Nama : SERLY S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Sungguminasa 09-11-1987

NIP :-

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo

7 Nama : Hj. Hanurung S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir : Kacci-kacci, 6 Juni 1963

NIP : 196312311986112011

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo

8 Nama : HARDIANTI S.Pd

Tempat dan Tanggal Lahir :Salekowa, 08 November 1991

NIP :-

Jabatan : Guru Kelas IV

Unit Kerja : Korwil Kec. Bontonompo


121

LAMPIRAN 5

KISI-KISI SOAL DAN SOAL PENILAIAN

TENGAH SEMESTER KELAS IV WILAYAH

GUGUS II KECAMATAN BONTONOMPO


122

Hasil Analisis Soal IPS Penilaian Tengah Semester Kelas IV Wilayah Gugus II Secara keseluruhan

No Nama Soal Penilaian Tengah Semester (IPS) HOTS LOTS Keterangan


Sekolah
SDI 10. Berikut agama yang di akui menurut peraturan di Indonesia, kecuali …..  Soal termasuk LOTS, karena soal
Salekowa a. Islam c. Budha tersebut mengandung kata kerja
operasional tingkatan C1 yaitu
b. Hindu d. Arteis
“Mengidentifikasi”
11. Contoh seni kebudayaan suku jawa, yaitu …..  Soal termasuk LOTS, karena soal
tersebut mengandung kata kerja
a. Kecak c. Tarian payung operasional tingkatan C2 yaitu
b. Jathilan d. Tradisi tiwah menyebutkan sebuah contoh
12. Apa yang harus kita lakukan terhadap teman kita yang berbeda agama? Soal termasuk LOTS, karena soal
tersebut mengandung kata kerja
a. Membatasi tali persaudaraan dengan c. Saling menghargai dan operasional tingkatan C1 yaitu
teman yang berbeda agama menghormati hak dan kewajiban “menjelaskan”
antar umat beragama
b. Menganggap agama kita yang d. Menjahauinya takut karena dosa
terbaik dan merendahkan agama lain
SDI TEMA 1  Soal termasuk LOTS, karena soal
Bontorannu 10. Dibawah ini kehidupan zaman praaksara, kecuali …. tersebut mengandung kata kerja
a. Belum mengenal tulisan c. Berburu operasional tingkatan C1 yaitu
b. Sebelum sejarah d. Tinggal di perkotaan “Mengidentifikasi”

11. Situs Trowulan terletak di kabupaten ...  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Banyuwangi c. Purwokerto tersebut mengandung kata kerja
b. Solo d. Mojokerto operasional tingkatan C1 yaitu
“Menghafal”
12. Tempat ibadah Agama Kristen adalah ….  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Vihara c. Masjid tersebut mengandung kata kerja
b. Klenteng d. Gereja operasional tingkatan C1 yaitu
“Menghafal”
TEMA 2  Soal termasuk LOTS, karena soal
10. Contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat didaerah perkotaan adalah… tersebut mengandung kata kerja
a. Petani c. Nelayan operasional tingkatan C2 yaitu
b. Manajer d. Perajin menyebutkan sebuah contoh

11. Contoh kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat  Soal termasuk LOTS, karena soal
diperbarui adalah …….. tersebut mengandung kata kerja
a. Pertanian c. Peternakan operasional tingkatan C2 yaitu
123

b. Perkebunan d.Industri alat transportasi menyebutkan sebuah contoh

12. Minyak bumi dan batu bara sumber daya alam .  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Kekal c. dapat diperbarui tersebut mengandung kata kerja
b. tidak dapat diperbarui d. Alami operasional tingkatan C2 yaitu
“mengkategorikan”

SDN Tema 1 (Subtema 1 dan 2) Soal termasuk LOTS, karena soal


Romanlasa 3. Manfaat apa yang didapat pada kegiatan berikut, kecuali …… tersebut mengandung kata kerja
operasional tingkatan C1 yaitu
“Mengidentifikasi”

a. Meringankan pekerjaan c. Menjalin persatuan dan persatuan

b. Menjalin hubungan kekeluargaan d. Meguras tenaga dan pikiran

9. Apa yang harus kita lakukan terhadap teman kita yang berbeda agama?  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Membatasi tali persaudaraan dengan c. Saling menghargai dan tersebut mengandung kata kerja
teman yang berbeda agama menghormati hak dan kewajiban operasional tingkatan C1 yaitu
antar umat beragama “menjelaskan”
b. Menganggap agama kita yang d. Menjahauinya takut karena dosa
terbaik dan merendahkan agama lain
10. Darimanakah suku asmat berasal? - Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Kalimantan c. Papua tersebut mengandung kata kerja
b. Maluku d. Sulawesi operasional tingkatan C1 yaitu
“menghafal”
124

Tema 1 (Subtema 3) Tema 2 (Subtema 1) Soal termasuk LOTS, karena soal


tersebut mengandung kata kerja
1. Gambar berikut merupakan rumah adat masyarakat provinsi Maluku yang bernama operasional tingkatan C1 yaitu
......... “menghafal”

a. Rumah Gadang c. Rumah Panggung


b. Rumah Baileo d. Rumah Joglo

5. Apa yang harus kita lakukan terhadap sumber daya alam kita yang tidak dapat  Soal termasuk LOTS, karena soal
diperbaharui? tersebut mengandung kata kerja
operasional tingkatan C1 yaitu
“menunjukkan”
a. Menggunakan berlebihan c. Menghemat dan melestarikan

b. Menghabiskan selagi masih ada d. Digunakan sembarangan

14. Minyak bumi, emas, besi dan berbagai tambang termasuk ke dalam kelompok  Soal termasuk LOTS, karena soal
sumber daya ….. tersebut mengandung kata kerja
operasional tingkatan C1 yaitu
a. Dapat diperbaharui c. Langka “mengelompokkan”
b. Tidak dapat diperbaharui d. Dilindungi
15. Berikut sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah ….  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Minyak bumi c. Air tersebut mengandung kata kerja
operasional tingkatan C1 yaitu
b. Batubara d. Emas “menyebutkan”
Tema 1 (Subtema 3), Tema 2 (Subtema 1)

9. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, termasuk batu bara.
125

Berikut manfaat dari batubara yaitu  Soal termasuk LOTS, karena soal
tersebut mengandung kata kerja
a. Sebagai bahan bangunan c. Sebagai bahan perhiasan operasional tingkatan C1 yaitu
“menyebutkan”
b. Menghasilakan metanol untuk d. Menghasilkan sulfur
bahan bakar
10. Peran minyak bumi sangat penting bagi kehidupan sehari hari dalam membangun  Soal termasuk LOTS, karena soal
perekonomian masyarakat. Berikut manfaat minyak bumi, kecuali ….. tersebut mengandung kata kerja
a. Bahan bakar c. Pembangkit listrik operasional tingkatan C1 yaitu
“Mengidentifikasi”
b. Industri kimia d. Menggoreng

SDN Tema 1  Soal termasuk LOTS, karena soal


Bontosallang 10. Dibawah ini kehidupan zaman praaksara, kecuali …. tersebut mengandung kata kerja
a. Belum mengenal tulisan c. Berburu operasional tingkatan C1 yaitu
b. Sebelum sejarah d. Tinggal di perkotaan “Mengidentifikasi”

11. Situs Trowulan terletak di kabupaten ...  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Banyuwangi c. Purwokerto tersebut mengandung kata kerja
b. Solo d. Mojokerto operasional tingkatan C1 yaitu
“menghafal”
12. Tempat ibadah Agama Kristen adalah ….  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. Vihara c. Masjid tersebut mengandung kata kerja
b. Klenteng d. Gereja operasional tingkatan C1 yaitu
“menghafal”
TEMA 2  Soal termasuk LOTS, karena soal
tersebut mengandung kata kerja
10. Contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat didaerah perkotaan adalah… operasional tingkatan C2 yaitu
a. Petani c. Nelayan menyebutkan sebuah contoh
b. Manajer d. Perajin

11. Contoh kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak dapat  Soal termasuk LOTS, karena soal
diperbarui adalah …….. tersebut mengandung kata kerja
a. Pertanian c. Peternakan operasional tingkatan C2 yaitu
b. Perkebunan d.Industri alat transportasi menyebutkan sebuah contoh

12. Minyak bumi dan batu bara sumber daya alam .  Soal termasuk LOTS, karena soal
126

a. Kekal c. dapat diperbarui tersebut mengandung kata kerja


b. tidak dapat diperbarui d. alami operasional tingkatan C2 yaitu
“mengkategorikan”

SDN TEMA 1  Soal termasuk LOTS, karena soal


Bulogading tersebut mengandung kata kerja
II 1. Rumah adat tongkonan berasal dari.... operasional tingkatan C1 yaitu
a. Sulawesi tenggara b. Sulawesi selatan “menghafal”
c. Sulawesi Barat

TEMA 2  Soal termasuk LOTS, karena soal


tersebut mengandung kata kerja
1. Tidak membuang kertas adalah merupakan ............. seorang siswa operasional tingkatan C1 dan c3
a. Hak b. Tugas yaitu “menyebutkan dan
menyesuaikan”
c. Kewajiban

TEMA 3  Soal termasuk LOTS, karena soal


tersebut mengandung kata kerja
1. Segala sesuatu yang harus kita dapatkan disebut ............ operasional tingkatan C1 yaitu
a. Hak b. Kewajiban “menyebutkan”
c. Tugas

SDN TEMA 1  Soal termasuk LOTS, karena soal


Kokowa 1. Sikap yang tidak menunjukkan kerja sama yaitu…. tersebut mengandung kata kerja
A. membersihkan halaman C. mencontek saat ulangan operasional tingkatan C3 yaitu
B. piket kelas D. lomba madding antar kelas “menentukan”
127

2. Berikut ini yang bukan merupakan hal-hal yang dapat memupuk kerja sama adalah…  Soal termasuk LOTS, karena soal
A. peran dan tanggung jawab yang jelas tersebut mengandung kata kerja
B. ingin berbagi ide dan pikiran operasional tingkatan C1 yaitu
C. berburuk sangka kepada orang lain “menunjukkan”
D. keinginan untuk mencapai tujuan

TEMA 2  Soal termasuk LOTS, karena soal


tersebut mengandung kata kerja
1. Segala sesuatu yang harus dimiliki dan didapatkan setiap manusia disebut …. operasional tingkatan C1 yaitu
a. hak c. kewajiban “menyebutkan”
b. perilaku d. kepentingan

2. Berikut ini, hak-hak yang harus didapatkan siswa di sekolah, kecuali ….  Soal termasuk LOTS, karena soal
a. mendapat bimbingan dari guru tersebut mengandung kata kerja
b. memperoleh pembelajaran di kelas operasional tingkatan C1 yaitu
c. mendapatkan perlindungan di sekolah “Mengidentifikasi”
128

KISI-KISI PENILAIAN TENGAH SEMESTER


Kelas / Semester : IV/ I
Tema : . 11. Selalu Berhemat Energi
N MUAT KOMPETENSI DASAR SOAL Kunci BANYAK BENTUK SOAL NO.
O AN DAN INDIKATOR Jawaban SOAL SOAL
PELAJ
ARAN
1 PKN 3.2 Mengidentifikasi 1. Sesuatu yang layak diperoleh setiap orang 1. b. Hak 4 Pilihan Ganda 1,2,3
pelaksanaan disebut…. dan Isian ,16
kewajiban dan hak a. Keinginan c. Kewajiban 2. b. Menjaga
sebagai warga b. Hak d. Kesenangan kebersihan
masyarakat dalam 2. Berikut ini yang termasuk kewajiban adalah lingkungan
kehidupan sehari- a. Mendapat air bersih
hari b. Menjaga kebersihan lingkungan 3. Semua Orang
 Peserta didik c. Mengolah sumber daya alam
mampu memahami d. Mersakan Manfaat listrik
makna hak dan 3. . Menjaga kelestarian sumber daya alam
kewajiban dalam merupakan kewajiban 16. Kewajiban
kehidupan sehari- a. Pemerintah C. Perusahaan
hari b. Orang Tua d. Semua Orang!
16. Kita harus mendahulukan ……………… dari pada
hak

 Peserta didik
mampu
mengidentifikasi
pelaksanaan
kewajiban dalam
129

kehidupan sehari-
hari

2. BAHAS 3.1 Mencermati 4. Dalam membuat laporan percobaan kita harus 5. a. bersamaan 4 Pilihan Ganda, 4,5,6
A gagasan pokok menggunakan kata yang . . . dan Isian , dan
INDO dan gagasan a. baku c. tidak 6. b. keterpaduan 17
NESIA pendukung yang langsung
b. tidak baku d. 7. d. kolase
diperoleh dari teks
langsung
lisan, tulis,
5. Dalam membuat kalimat laporan percobaan, 17. Mematikan krang air
atau visual antar paragraf harus ada . . . tersebut
 Peserta didik a. bersamaan c.
mampu menuliskan perbedaan
laporan dengan b. keterpaduan d.
menggunakan kata eksplorasi
baku dan tidak baku 6. . Bacalah teks petunjuk berikut dengan teliti
 Di sajikan teks Ambillah kertas bekas ,potong menjadi 12
bacaan cara bagian sama besar, ambil satu bagian lalu susun
pembuatan di meja, ambil satu bagian yang lain, lalu lipat
kerajinan tangan. menjadi 2 bagian sama panjang, potong dan
warnailah susun dibawahnya, ambil lagi, lipat
menjadi 4 bagian sama panjang, potong
warnailah, susun dibawahnya, begitu seterusnya
sampai pecahan 12.
Teks petunjuk diatas adalah cara untuk membuat
..
a. Tas sederhana c. jas hujan
b. Sepatu plastic d. kolase
17. Jika kita menjumpai kerang air yang sedang
berjalan terus sebaiknya yang kita lukukan
adalah ………..
130

3. IPA 3.5 Mengidentifikasi 7. Gaya yang terjadi pada saat melempar 7. b. Gaya dorong 4 Pilihan Ganda, 7,8,9
berbagai sumber pesawat terbang kertas adalah . . . Isian ,dan
energi, perubahan a. Gaya tarik c. Gaya 8. c. Radiasi 18
bentuk energi, dan grafitasi
sumber energi b. Gaya dorong d. Gaya 9 .c. bahan bakar bio
alternatif (angin, air, pegas
matahari, panas 8. Perpindahan panas tanpa zat perantara 18. Tenaga Angin,
bumi, bahan bakar disebut perpindahan secara . . . Tenaga Matahari
organik, dan nuklir) a. Konduksi c. Radiasi dan pembangkit
dalam kehidupan b. Konveksi d. Induksi Listrik Tenaga Air
sehari-hari. 9. Yang bukan termasuk energi alternatif adalah .
 Peserta didik ..
mampu memahami a. matahari c. bahan
gaya yang di lakukan bakar bio
pada saat melempar b. angin d.
 Peserta didik minyak bumi
mampu memahami 18.Contoh sumber energy alternative adalah
arti perpindahan …………………….
panas
 Peserta didik
mampu mengenal
contoh energy
alternative
4. IPS 3.1 Mengidentifikasi 10. Contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan 10 b. Manajer 4 Pilihan Ganda 10,1
karakteristik ruang masyarakat didaerah perkotaan adalah… dan Isian 1,12
dan pemanfaatan a. Petani c. Nelayan 11. d.Industri alat dan
sumber daya alam b. Manajer d. Perajin transportasi 19
untukkesejahteraan 11. Contoh kegiatan ekonomi yang
masyarakat dari memanfaatkan sumber daya alam yang tidak 12. b. tidak dapat
tingkat dapat diperbarui adalah …….. diperbarui
kota/kabupaten a. Pertanian c. Peternakan
sampai tingkat b. Perkebunan d.Industri alat 19. Minyak bumi dan
provinsi transportasi Batu bara
131

- Peserta didik 12. Minyak bumi dan batu bara sumber daya
mampu memahami alam .
kegiatan ekonomi a. Kekal c. dapat
yang di lakukan di diperbarui
daerah perkotaan b. tidak dapat diperbarui d. alami
- Peserta didik 19. Contoh sumber energy alternative adalah
mampu memahami ………………
sumber daya alam
yang tidak dapat di
perbaharui

5. SBDP 3.2 Memahami tanda 13. Menyanyikan lagu harus memperhatikan 13. b. nada 4 Pilihan Ganda 13,1
tempo dan tinggi rendahnya…. dan Isian 4,15
rendah nada. a. syair c. ritme 14. b. Sedang dan
 Peserta didik b. nada d. 20
mampu memahami Tempo 15 c. Ibu Sud
tanda tempo dalam 14. Lagu” Menananm jagung “ dinyanyikan
sebuah lagu dengan tempo 20. Bu Kasur
a. sangat cepat c. Cepat
b. Sedang d.
 Peserta didik dapat Lambat
mengetahui 15. Pecipta “ lagu Menanam Jagung “ adalah
pencipta lagu a. W.R. Supratman c. Ibu
menanam jangung Sud
 Peserta dapat didik b. Maladi d. A.T.
mengetahui Mahmud
pencipta lagu ada 20. Lagu” ada sepeda “adalah ciptaan dari . . .
sepeda.
132

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA


DINAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN PEMUDA
UPTD SATUAN PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR INPRES BONTORANNU

PENILAIAN TENGAH SEMESTER ( PTS )


TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Tema : 1. Indahnya Kebersamaan Nama :


Kelas : IV ( Empat ) Nis :
Waktu : 120 Menit Hari/ Tanggal :

Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar !
1. Cara menghargai keragaman agama yang ada adalah dengan cara

a. Pura – pura tidak tahu c,. Mengotori tempat ibadah agama orang lain
b. Mengikuti ibadah agama orang lain d. tidak gaduh jika ada orang lain yang beribdah

2. Kemungkinan yang akan terjadi apabila kita tidak memiliki sikap toleransi beragama adalah

a. Terjadi perdamaian c. kesejahteraan bangsa


b. Perselisihan antar agama d. Persahabtan antar agama

3. Yang bukan perwujudan rasa syukur atas keragaman budaya yang dimiliki adalah …..

a. Acuh terhadap keragaman budaya c. Saling menghormati antar budaya


Indonesia

b. Menjaga kelestarian budaya Indonesia d. Menggunakan Produksi Budaya Indonesia

4. Apa nama rumah adat suku Minang di Sumatra Barat…


a. Rumah Gadang c. Rumah Joglo
b. Rumah Limas d. Rumah Banjar
5. Ghomi, jundi dan indra mendapat tugas kelompok mozaik dengan tema rumah adat dari gurunya.
Untuk membagi tugas dengan adil sebaiknya mereka melakukan...
a. sidang c.Musyawarah
b. Kerja bakti d. Kerjasama
6 Kata baku yang benar terdapat dalam kalimat ... .
a. Jika sedang sakit sebaiknya kita membeli obat di apotik.
133

b. Sebelum kita melaksanakan kegiatan, sebaiknya kita dengarkan nasihat guru.


c. Negara Indonesia terdiri dari 35 Propinsi
d. Teknologi modern merupakan dampak dari perkembangan zaman
7. Bunyi dihasilkan dari … .
a. Benda yang bercahaya c. Benda yang bersentuhan
b. Benda yang bergetar d. Benda yang bergerak

8. Kecapi merupakan alat yang menghasilkan bunyi dimainkan dengan cara...


a. Dipetik c. Digesek
b. Ditekan d. Dipukul
9. Bunyi pantul yang terdengar sebagian dengan bunyi asal disebut ... .
a. gaung c. suara
b. gema d. Getaran
10. Dibawah ini kehidupan zaman praaksara, kecuali ….
a. Belum mengenal tulisan c. Berburu
b. Sebelum sejarah d. Tinggal di perkotaan
11. Situs Trowulan terletak di kabupaten ...
a. Banyuwangi c. Purwokerto
b. Solo d. Mojokerto
12. Tempat ibadah Agama Kristen adalah ….
a. Vihara c. Masjid
b. Klenteng d. Gereja
13. Salah satu gerakan tari kipas ilah dengan menggerakkan naik turun kipas yang memiliki arti … .
a. Hidup itu selalu berputar c. Hidup itu haru bersyukur
b. Hidup itu kadan dibawah kadang diatas d. Hidup itu harus sopan
14. Tarian yang berasal dari Aceh adalah …… … .
a. Tari Reog c Tari saman
b. Tari Kecak d. Tari jaipong
15. Berasal dari manakah Tarian Pakarena ….
a. Gowa c. Bali
b. Padang d. Jawa Tengah
134

B. Isilah titik – titik dibawah ini dengan jawaban yang tepat!


21.. Cara Menghargai Perbedaan Agama , suku, ras, budaya, adalah jenis sikap……………

22. Gagasan pokok sering disebut …………….


23. . Bunyi merambat melalui benda … .
24. Candi Bhorobudur merupakan candi yang bercorak agama ... .
25. Tari kipas dimainkan pada saat ... .

“Selamat Bekerja”
KUNCI JAWABAN
TEMA 1
A. Pilihan Ganda

PKN BAHASA INDONESIA IPA IPS SBDP

1.D 4.D 7.B 10.D 13.B


2. A 5.A 8.A 11.D 14. C
3. A 6.A 9.A 12.D 15.A

B. ISIAN

16.Sikap saling menghargai antar warga negara


17.Gagasan utama
18.Padat, Cair dan Gas

19.Budha

20.Pertunjukan atau upacara adat


HASIL ANALISIS INDIKATOR DAN KRITERIA SOAL PTS

ASAL SEKOLAH : SDI SALEKOWA


INDIKATOR SOAL :
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan nama- nama agama
yang di akui menurut peraturan di Indonesia.
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan seni kebudayaan yang di
miliki oleh suku jawa.
- Disajikan soal, siswa mampu menjelaskan sesuatu yang harus di
lakukan terhadap teman yang berbeda agama.

KRITERIA : Mendefinisikan asumsi, Bertanya dan menjawab


pertanyaan, Menganalisis Argumen

13. Berikut agama yang di akui menurut peraturan di Indonesia, kecuali …..

a. Islam c. Budha

b. Hindu d. Arteis
14. Contoh seni kebudayaan suku jawa, yaitu …..

a. Kecak c. Tarian payung

b. Jathilan d. Tradisi tiwah


15. Apa yang harus kita lakukan terhadap teman kita yang berbeda agama?
a. Membatasi tali persaudaraan c. Saling menghargai dan
dengan teman yang berbeda menghormati hak dan
agama kewajiban antar umat
beragama
b. Menganggap agama kita d. Menjahauinya takut karena
yang terbaik dan dosa
merendahkan agama lain
ASAL SEKOLAH : SDI BONTORANNU
INDIKATOR SOAL :
TEMA 1
- Peserta didik Mampu mengetahui tempat kehidupan pada zaman
prakarsa
- Peserta didik Mampu mengetahui letak dan tempat situs trowulan
- Peserta didik Mampu mengetahui tempat ibadah dari berbagai
macam Agama.
TEMA 2
- Peserta didik mampu memahami kegiatan ekonomi yang di lakukan
di daerah perkotaan
- Peserta didik mampu memahami sumber daya alam yang tidak dapat
di perbaharui

KRITERIA : Mendefinisikan asumsi, Memfokuskan pada pertanyaan,


Bertanya dan menjawab pertanyaan

TEMA 1
10. Dibawah ini kehidupan zaman praaksara, kecuali ….
a. Belum mengenal tulisan c. Berburu
b. Sebelum sejarah d. Tinggal di perkotaan
11. Situs Trowulan terletak di kabupaten ...
a. Banyuwangi c. Purwokerto
b. Solo d. Mojokerto
12. Tempat ibadah Agama Kristen adalah ….
a. Vihara c. Masjid
b. Klenteng d. Gereja
TEMA 2
10. Contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat didaerah perkotaan
adalah…
a. Petani c. Nelayan
b. Manajer d. Perajin
11. Contoh kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui adalah ……..
a. Pertanian c. Peternakan
b. Perkebunan d.Industri alat transportasi
12. Minyak bumi dan batu bara sumber daya alam .
a. Kekal c. dapat diperbarui
b. tidak dapat diperbarui d. Alami
ASAL SEKOLAH : SDN ROMANGLASA
INDIKATOR SOAL :
Tema 1 (Subtema 1 dan 2)
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan contoh kerjasama dalam
keberagaman dilingkungan masyarakat.
- Disajikan soal, siswa mampu menjelaskan sesuatu yang harus di
lakukan terhadap teman yang berbeda agama.
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan suku

Tema 1 (Subtema 3) Tema 2 (Subtema 1)


- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan rumah adat daerah
Indonesia
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan manfaat dari energi
matahari dalam kehidupan sehari- hari.
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan 3 sumber energi dalam
kehidupan sehari-hari.
- Disajikan soal, siswa mampu menyebutkan manfaat dari minyak
bumi bagi kehidupan.
- Disajikan soal, siswa mampu menjelaskan upaya yang harus di
lakukan untuk melestarikan air bersih.

KRITERIA : Menganalisis Argumen, Bertanya dan menjawab


pertanyaan, Memfokuskan pada pertanyaan

Tema 1 (Subtema 1 dan 2)


4. Manfaat apa yang didapat pada kegiatan berikut, kecuali ……

a. Meringankan pekerjaan c. Menjalin persatuan dan


persatuan
b. Menjalin hubungan d. Meguras tenaga dan pikiran
kekeluargaan
11. Apa yang harus kita lakukan terhadap teman kita yang berbeda agama?
a. Membatasi tali persaudaraan c. Saling menghargai dan
dengan teman yang berbeda menghormati hak dan
agama kewajiban antar umat
beragama
b. Menganggap agama kita d. Menjahauinya takut karena
yang terbaik dan dosa
merendahkan agama lain

12. Darimanakah suku asmat berasal?


a. Kalimantan c. Papua

b. Maluku d. Sulawesi
Tema 1 (Subtema 3) Tema 2 (Subtema 1)
2. Gambar berikut merupakan rumah adat masyarakat provinsi Maluku yang
bernama .........

a. Rumah Gadang c. Rumah Panggung

b. Rumah Baileo d. Rumah Joglo


6. Apa yang harus kita lakukan terhadap sumber daya alam kita yang tidak dapat
diperbaharui?

a. Menggunakan berlebihan c. Menghemat dan melestarikan


b. Menghabiskan selagi masih
d. Digunakan sembarangan
ada
14. Minyak bumi, emas, besi dan berbagai tambang termasuk ke dalam kelompok
sumber daya …..

a. Dapat diperbaharui c. Langka

b. Tidak dapat diperbaharui d. Dilindungi


16. Berikut sumber daya alam yang dapat diperbaharui adalah ….

a. Minyak bumi c. Air

b. Batubara d. Emas

Tema 1 (Subtema 3), Tema 2 (Subtema 1)

11. Indonesia memiliki sumber daya alam yang sangat berlimpah, termasuk batu
bara. Berikut manfaat dari batubara yaitu

a. Sebagai bahan bangunan c. Sebagai bahan perhiasan


b. Menghasilakan metanol d. Menghasilkan sulfur
untuk bahan bakar
12. Peran minyak bumi sangat penting bagi kehidupan sehari hari dalam
membangun perekonomian masyarakat. Berikut manfaat minyak bumi,
kecuali …..

a. Bahan bakar c. Pembangkit listrik

b. Industri kimia d. Menggoreng

ASAL SEKOLAH : SDN BONTOSALLANG


INDIKATOR SOAL :
TEMA 1
- Peserta didik Mampu mengetahui tempat kehidupan pada zaman
prakarsa
- Peserta didik Mampu mengetahui letak dan tempat situs trowulan
Tema 1
10. Dibawah ini kehidupan zaman praaksara, kecuali ….
a. Belum mengenal tulisan c. Berburu
b. Sebelum sejarah d. Tinggal di perkotaan
11. Situs Trowulan terletak di kabupaten ...
a. Banyuwangi c. Purwokerto
b. Solo d. Mojokerto
12. Tempat ibadah Agama Kristen adalah ….
a. Vihara c. Masjid
b. Klenteng d. Gereja
TEMA 2
10. Contoh kegiatan ekonomi yang dilakukan masyarakat didaerah perkotaan
adalah…
a. Petani c. Nelayan
b. Manajer d. Perajin
11. Contoh kegiatan ekonomi yang memanfaatkan sumber daya alam yang tidak
dapat diperbarui adalah ……..
a. Pertanian c. Peternakan
b. Perkebunan d.Industri alat transportasi
12. Minyak bumi dan batu bara sumber daya alam .
a. Kekal c. dapat diperbarui
b. tidak dapat diperbarui d. alami

ASAL SEKOLAH : SDN BULOGADING II


INDIKATOR SOAL :
TEMA 1 :-
TEMA 2 :-
TEMA 3 :-
TEMA 1
2. Rumah adat tongkonan berasal dari....
b. Sulawesi tenggara b. Sulawesi selatan c. Sulawesi
Barat
TEMA 2
2. Tidak membuang kertas adalah merupakan ............. seorang siswa
b. Hak b. Tugas c. Kewajiban
TEMA 3
2. Segala sesuatu yang harus kita dapatkan disebut ............
b. Hak b. Kewajiban c. Tugas

ASAL SEKOLAH : SDN KOKOWA


INDIKATOR SOAL :
TEMA 1 :-
TEMA 2 :-
TEMA 1
3. Sikap yang tidak menunjukkan kerja sama yaitu….
A. membersihkan halaman C. mencontek saat ulangan
B. piket kelas D. lomba madding antar kelas

4. Berikut ini yang bukan merupakan hal-hal yang dapat memupuk kerja sama
adalah…
E. peran dan tanggung jawab yang jelas
F. ingin berbagi ide dan pikiran
G. berburuk sangka kepada orang lain
H. keinginan untuk mencapai tujuan

TEMA 2
3. Segala sesuatu yang harus dimiliki dan didapatkan setiap manusia disebut ….
c. hak c. kewajiban
d. perilaku d. kepentingan

4. Berikut ini, hak-hak yang harus didapatkan siswa di sekolah, kecuali ….


d. mendapat bimbingan dari guru
e. memperoleh pembelajaran di kelas
f. mendapatkan perlindungan di sekolah

Anda mungkin juga menyukai