Anda di halaman 1dari 119

SKRIPSI

ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI


DENGAN METODE JOB ORDER COSTING
SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL
(Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu Kecamatan
Poasia Kota Kendari)

OLEH
RISNA SARI
NIM. B1C1 17 108

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI
DENGAN METODE JOB ORDER COSTING
SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL
(Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu Kecamatan
Poasia Kota Kendari)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Haluoleo

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S-1)

OLEH
RISNA SARI
NIM. B1C1 17 108

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021

ii
iii
iv
v
ABSTRAK

Risna sari, B1C117108. Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan


Metode Job Order Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual
(Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu
Kecamatan Poasia Kota Kendari). Skripsi. Jurusan Akuntansi,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis. Universitas Halu Oleo. Program
Sarjana. Dibimbing Oleh (1) Intihanah, (2) Satira Yusuf.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok


produksi dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual
pada Usaha Ayyim Konfeksi. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder
dengan memperolah data biaya produksi yang digunakan untuk menghitung harga
pokok produksi sebagai dasar penentuan harga jual. Metode analisis data yang
digunakan adalah analisis deskriptif melakukan analisis perhitungan harga pokok
yang di gunakann oleh perusahaan kemudian mambandingkan dengan metode job
order costing sebagai dasar penentuan harga jual.
Hasil penelitian ini menunjukkan perhitungan harga pokok produksi
menurut perusahaan tidak sepenuhnya memasukkan unsur-unsur biaya produksi
seperti biaya overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan biaya
transportasi, biaya penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi
(biaya pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sehingga
perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order costing lebih tinggi
dibandingkan dengan harga pokok produksi yang dihitung oleh perusahaan.

Kata Kunci : Harga Pokok Produksi, Job Order Costing, dan Harga Jual

vi
ABSTRACT

Risna Sari, B1C117108. Calculation Analysis Of Product Cost Price By Using


Job Oder Costing As The Basic Of Determining Sale Cost (The Research
In Ayyim Confection In Districts Of poasia, Wards Of Wundumbatu,
Kendari city). An Essay. Accounting Major. Faculty Of Economics And
Business. Halu Oleo University. Undergraduate Program. Under
Guidance Of (1) Intihanah and (2) Satira Yusuf .

This research aimed to know calculation product cost price by using job
order costing method as the basic of determining sale cost in Ayyim Confection.
The data source used is secondary data by obtaining production cost data which
is used to calculate the cost of production as the basis for determining the selling
price. Data analysis method that was used was descriptive analysis by doing
analysis of product cost price used by the confection and then compared it to job
order costing method as the basic to determine sale cost.
The results of this study indicate that the calculation of the cost of
production according to the company does not fully include the elements of
production costs such as factory overhead costs (cost of auxiliary materials,
electricity and transportation costs, depreciation costs for machinery and other
costs) and non-production costs (marketing costs, telephone costs and indirect
labor costs, so that the calculation of the cost of goods manufactured using the
job order costing method is higher than the cost of goods manufactured
calculated by the company.

Keywords : Cost of Production, Job Order Costing, and Selling Price

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan Metode Job Order

Costing Sebagai Dasar Penentuan Harga Jual (Studi Pada Usaha Ayyim

Konfeksi Kelurahan Wundumbatu Kecamatan Poasia Kota Kendari)”.

Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam

memperoleh gelar Sarjana Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Halu Oleo. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

sempurna karena keterbatasan yang penulis miliki dan kesempurnaan hanyalah

milik Allah SWT semata.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga

kepada kedua orang tua penulis, Ayahanda La Tandi dan Ibunda Rahma atas

segala doa, dukungan, pengorbanan, cinta dan kasih sayang yang tulus kepada

penulis. Kakaku yang tersayang Lilis Fitria Ningsih Pratama, A. Md, adikku yang

tercinta Muh. Aprillah Pasha, Iparku Arjuna, S. Pd serta keponakanku Sofyan

AlHakim Pradana terimakasih atas dukungan, doa, nasehat dan kasih sayang yang

selalu diberikan.

viii
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis haturkan kepada Ibu

Dr. Intihanah, SE., M.Si., QIA selaku dosen Pembimbing I dan Ibu Satira Yusuf,

SE., M.Si, selaku dosen Pembimbing II skripsi yang telah memberikan waktu,

tenaga, dan motivasi dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis

hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang

telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh

karena itu perkenankanlah penulis dari lubuk hati yang paling dalam

menghanturkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Zamrun Firihu, S.Si., M.Si., M.Sc, selaku

Rektor Universitas Halu Oleo.

2. Bapak Prof. Dr. H. Arifuddin Mas’ud, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA.,

CTA., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu

Oleo.

3. Bapak Dr. Husin, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

4. Dr. Erwin Hadisantoso, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA, selaku Sekretaris

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo.

5. Bapak Dr. La Ode Anto, SE., M.Si., Ak, QIA, CA., AseanCPA, selaku

Penasehat Akademik.

6. Bapak Dr. Muntu Abdullah, SE., M.Si., Ak., CA., ACPA, Bapak Dr.

Husin, M.Si dan Ibu Nitri Mirosea, SE., M.Si., M.AAC., CFE., Ph.D.

ix
selaku dosen penguji, terima kasih atas arahan dan bimbingan yang

diberikan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Segenap Bapak/Ibu Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Halu Oleo yang telah memberikan banyak ilmu

kepada penulis.

8. Staf Administrasi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ibu

Yunita Abbas, SH, Ibu Untari Endarwati, Bapak Halifah, SE, Ibu

Hasmiaty Muin, SE, dan Ibu Karlina Dwijayanti, ST, terima kasih atas

segala bantuan urusan administrasi yang mendukung penulis selama

masa pendidikan.

9. Bapak Dr. H. Muhammad Bassri, M. Pd, selaku pemilik Usaha Ayyim

Konfeksi terimakasih atas bantuan yang diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan sripsi ini.

10. Segenap staf UPT PK2M Universitas Halu Oleo, terimakasih atas

amanah dan kepercayaan yang diberikan kepada penulis lulus pada

seleksi Program Mahasiswa Wirausaha 2020 untuk melanjutkan karier

saya dibidang tersebut guna membantu penulis dalam kelancaran

pembiayaan dari awal ujian proposal hingga pada siding skripsi ini.

11. Seluruh keluarga yang telah memberikan motivasi, kasih sayang dan

mendoakan penulis.

12. Sahabat-sahabat spesial sekali ku Rini Aprillia, S. Ap, Isnawati, dan

Panji, terimakasih telah menjadi salah satu support system terbaik ku,

x
13. tempat mengadu terbaik, moodboster terbaik, dan selalu menemani

dalam suka maupun duka.

14. Teristimewa Sekali partner jago-jago ku Nila Hasim, terimaksih telah

menjadi salah satu support system terbaik ku yang selalu memberikan

motivasi sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini, terimakasih

dengan rasa kesabaran dan keikhlasan Alhamdulillah kita selalu

dipertemukan menjadi partner ujian sampai tahap akhir ini.

15. Teristimewa sekali my bestie Mita Nur, Alda Risky, Titin Tri Ego,

Isnawati, dan Nurul Alfika Dillah, terimaksih atas doa dan dukungan

kalian hinggah penulis bisa sampai ke tahap akhir ini.

16. Untuk sahabat ku Siska S., Serli Yanti, S. Ak, Novia Rahmadani, dan

Monika M. lambola, terimakasih telah menemani hari-hari ku berjuang

bersama selama ini, kebersamaan saat jalan kaki terobos hujan sampai

depan kampus demi makan ayam geprek Borobudur, kebersamaan saat

nongki-nongki di secret tercinta kita sambil makan bekal kalau lagi

menunggu kuliah siang dan terimaksih telah menemani kebobrokkan ku

setiap saat.

17. Teman-teman seperjuangan angkatan 2017 Fiza, Fatma, Ridwan,

Rahmiati, Hyrnan, Narsi, Wa Cili, Rani, Yesri, Asma, Irma, dan Gusna

yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah turut mendoakan serta

yang selalu mendukung.

xi
18. Teman-teman KKN (Kuliah Kerja Nyata) Reguler Semester Genap T. A

2019/2020 di JL. Safira Indah Kelurahan Rahandouna, Terimaksih atas

kenangan suka maupun duka selama 30 hari bersama.

19. Teristimewa kepada pelanggan setia Rhy Collection, terimakasih atas

doa serta dukungan kalian sehingga bisa sampai ketahap akhir studi ini

dan terimakasih atas amanahnya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bagi pribadi

penulis. Semoga Allah SWT, senantiasa memberikan hidayah, rahmat dan

karunia-Nya kepada kita sekalian. Aamiin.

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL......................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN........................................................v
ABSTRAK.........................................................................................................vi
ABSTRACT.......................................................................................................vii
KATA PENGANTAR.......................................................................................viii
DAFTAR ISI......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL..............................................................................................xv
DAFTAR SKEMA............................................................................................xvii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................7
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian...........................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kajian Teori.................................................................................................8
2.1.1 Konsep Biaya......................................................................................8
2.1.1.1 Pengertian Biaya.....................................................................8
2.1.1.2 Penggolongan Biaya...............................................................9
2.1.2 Biaya Produksi.................................................................................14
2.1.2.1 Pengertian Biaya Produksi...................................................14
2.1.2.2 Unsur-Unsur Biaya Produksi................................................16
2.2.3 Harga Pokok Produksi......................................................................18
2.2.3.1 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi....................................20
2.2.3.2 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi...........................21
2.2.3.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi......................25
2.2.3.4 Perbedaan Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi....33
2.2.3.5 Tujuan Harga Pokok Produksi.............................................35
2.2.4 Harga Jual.........................................................................................36
2.2 Penelitian Terdahulu..................................................................................41
2.3 Kerangka Pikir Penelitian..........................................................................43

BAB III METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Objek Penelitian......................................................................45
3.2 Jenis dan Sumber Data...............................................................................45
3.2.1 Jenis Data.........................................................................................45
3.2.2 Sumber Data.....................................................................................46
3.3 Metode Pengumpulan Data.......................................................................46
3.4 Metode Analisis Data................................................................................47

xiii
3.5 Definisi Operasional Variabel...................................................................48

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambaran Umum Perusahaan..................................................................49
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan..............................................................49
4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan........................................................50
4.1.3 Proses Produksi.................................................................................52
4.1.4 Proses Penjualan Produk..................................................................54
4.2 Hasil Penelitian ........................................................................................54
4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim Konfeksi
..........................................................................................................56
4.2.2 Rekapitulasi Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual
Menurut Usaha Ayyim Konfeksi.....................................................62
4.3 Pembahasan..............................................................................................65
4.3.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Metode Job Order
Costing.............................................................................................65
4.3.2 Rekapitulasi Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual
Menurut Metode Job Order Costing................................................81
4.3.3 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual
Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan Menurut Metode Job Order
Costing.............................................................................................87

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ..............................................................................................91
5.2 Saran ........................................................................................................90

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.1 Data Harga Pokok Produksi............................................................................5
1.2 Data Harga Jual Produk...................................................................................5
2.1 Penelitian Terdahulu........................................................................................41
4.1 Jenis Bahan Baku Dan Bahan Penolong.........................................................55
4.2 Tenaga Kerja...................................................................................................55
4.3 Biaya Bahan Baku Tahun 2018 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi.................56
4.4 Biaya Bahan Baku Tahun 2019 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi.................58
4.5 Biaya Bahan Baku Tahun 2020 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi.................59
4.6 Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Usaha Ayyim Konfeksi...................61
4.7 Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahun 2018-2020 Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi ........................................................................................................62
4.8 Penentuan Harga Jual Produk Tahun2018 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi. 68
4.9 Penentuan Harga Jual Produk Tahun2019 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi. 64
4.10 Penentuan Harga Jual Produk Tahun2019 Menurut Usaha Ayyim Konfeksi
........................................................................................................................65
4.11 Biaya Bahan Baku Tahun 2018 Menurut Metode Job Order Costing..........66
4.12 Biaya Bahan Baku Tahun 2019 Menurut Metode Job Order Costing..........67
4.13 Biaya Bahan Baku Tahun 2020 Menurut Metode Job Order Costing .........68
4.14 Biaya Tenaga Kerja Langsung Menurut Metode Job Order Costing...........69
4.15 Biaya Bahan Penolong Tahun 2018 Menurut Metode Job Order Costing...70
4.16 Biaya Bahan Penolong Tahun 2019 Menurut Metode Job Order Costing...71
4.17 Biaya Bahan Penolong Tahun 2020 Menurut Metode Job Order Costing...72
4.18 Biaya Listrik Menurut Metode Job Order Costing.......................................74
4.19 Biaya Transportasi Menurut Metode Job Order Costing..............................74
4.20 Biaya Lain-Lain Menurut Metode Job Order Costing..................................75
4.21 Biaya Penyusutan Mesin Menurut Metode Job Order Costing....................77
4.22 Biaya Administrasi dan Pemasaran Menurut Metode Job Order Costing....78
4.23 Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung Menurut Metode Job Order Costing. .79
4.24 Biaya Telepon Menurut Metode Job Order Costing.....................................80
4.25 Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahun 2018 Menurut Metode Job Order
Costing.........................................................................................................81
4.26 Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahun 2019 Menurut Metode Job Order
Costing.........................................................................................................82
4.27 Perhitungan Harga Pokok Produksi Tahun 2020 Menurut Metode Job Order
Costing.........................................................................................................83
4.28 Perhitungan Harga Jual Produk Tahun2018 MenurutMetode Job Order
Costing.........................................................................................................85
4.29 Perhitungan Harga Jual Produk Tahun2019 MenurutMetode Job Order
Costing.........................................................................................................85
4.30 Perhitungan Harga Jual Produk Tahun2020 MenurutMetode Job Order
Costing.........................................................................................................86
4.31 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2018..............................87

xv
4.32 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2019..............................87
4.33 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2020..............................88
4.34 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Jual Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2018..............................88
4.35 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Jual Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2019..............................88
4.36 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Jual Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing Tahun 2020..............................89

xvi
DAFTAR SKEMA

Skema Halaman
2.1 Kerangka Pikir Penelitian................................................................................44
4.1 Skema Struktur Organisasi Usaha Ayyim Konfeksi.......................................50

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh beberapa

sektor baik itu sektor pertanian, peternakan, industri, jasa, maupun dagang. Dari

beberapa sektor perekonomian tersebut banyak yang mengalami perkembangan

yang sangat pesat sehingga mendukung pula perkembangan perekonomian di

Indonesia. Salah satu sektor perekonomian yang mengalami perkembangan adalah

sektor industri, baik itu industri jasa maupun manufaktur, dengan melihat keadaan

tersebut perusahaan dituntut untuk menciptakan keunggulan produk dengan

memiliki kualitas baik, harga murah, dan diminati oleh konsumen guna mencapai

laba yang diinginkan.

Namun, di tengah kondisi perekonomian di Indonesia saat ini harga-harga

tengah naik yang disebabkan adanya COVID-19, tentu saja sangat sulit bagi

perusahaan dalam menentukan harga jual yang murah atas produk yang

diproduksi dengan kualitas yang sama. Hal ini dikarenakan biaya untuk

memproduksi barang untuk produk tersebut tentu akan naik karena pengaruh

kenaikan harga-harga yang terjadi, dalam hal ini perusahaan dituntut untuk bisa

mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi permasalahan ini agar

perusahaan tidak mengalami kerugian.

Untuk menghasilkan laba yang diinginkan perusahaan dapat melakukan

dua cara. Cara pertama yaitu dengan menaikkan harga jual. Tindakan ini memang

dapat meningkatkan laba, namun dalam kondisi persaingan yang semakin ketat

1
2

ini, perusahaan tidak mudah menaikkan harga jual karena dapat menyebabkan

konsumen lari ke produk pesaing yang memiliki harga jual yang murah dengan

kualitas yang sama. Cara kedua dengan menekan biaya produksi secara efisien

dan mengendalikan komponen biaya-biayanya sehingga biaya produksi yang

dikeluarkan dapat ditekan seminimal mungkin. Biaya produksi yang tidak

terkendali akan menyebabkan harga pokok produksi yang terlalu tinggi, yang

selanjutnya akan menurunkan daya saing produk dan akhirnya dapat menurunkan

laba (Sukiman:2011).

Setiap perusahaan pastinya mempunyai tujuan yang ingin dicapai, tujuan

tersebut yaitu memperoleh laba yang maksimal guna menjamin kelangsungan

hidup usahanya, mampu bersaing di pasar serta dapat memberikan manfaat

kepada masyarakat. Untuk memperoleh keberhasilan dan laba yang diinginkan,

perusahaan harus dapat menentukan harga jual produk yang dipasarkan dan salah

satu indikatornya adalah laba kotor. Laba kotor ini dipengaruhi oleh harga jual,

biaya produksi, dan volume penjualan.

Untuk menentukan harga jual yang tepat perusahaan harus terlebih dahulu

mengetahui harga pokok produksi dari produk yang akan dijual (Macpal, Morasa,

& Victorina, 2014). Harga pokok produksi adalah jumlah biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan dalam proses produksi hingga produk tersebut berada di pasar

dan siap untuk dijual. Harga pokok produksi itu sendiri terdiri dari beberapa unsur

biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya

overhead pabrik. Informasi dan pengumpulan biaya produksi yang tepat akan

sangat menentukkan perhitungan harga pokok produksi yang tepat pula. Demikian
3

juga dengan perhitungan harga pokok produksi yang benar, akan mengakibatkan

penetapan harga jual yang benar pula, tidak terlalu tinggi bahkan terlalu rendah

dari harga pokok, sehingga nantinya mampu menghasilkan laba sesuai dengan

yang diharapkan. Namun jika perhitungan harga pokok produksi yang kurang

tepat akan berpengaruh terhadap harga jual, yang berakibat tidak mendapatkan

laba atau mengalami kerugian.

Secara umum, ada dua jenis metode pengumpulan biaya yang digunakan

oleh perusahaan, yaitu metode harga pokok pesanan (Job Order Costing) dan

metode harga pokok proses (Process Costing). Metode harga pokok pesanan (Job

Order Costing) adalah metode perhitungan harga pokok produksi untuk produk

yang dibuat berdasarkan pesanan. Metode harga pokok proses (Process Costing).

Adalah metode pengumpulan biaya berdasarkan proses yang memproduksi secara

masa.

Dengan menggunakan metode job order costing maka perusahaan dapat

menghitung dan mengetahui jumlah biaya yang dikeluarkan untuk suatu pesanan

setiap saat, karena di dalam metode job order costing biaya produksi masing-

masing produk dipisahkan secara jelas sehingga dapat dihitung harga pokok

produksi tiap pesanan dengan mudah. Untuk menghitung biaya berdasarkan

pesanan secara efektif, maka pesanan harus dapat diidentifikasi secara terpisah

tiap pesanan. Penentuan metode Job Order Costing sangatlah penting dalam

pengambilan keputusan bagi manajemen, dimulai dengan diterimanya permintaan

dari pelanggan maka perusahaan harus segera menghitung harga pokok produksi

dengan kecermatan, ketepatan dan keakuratan untuk menentukan harga jual


4

produk tersebut, setelah harga jual ditetapkan maka langkah selanjutnya yaitu

melakukan negosiasi dengan pembeli sehingga terdapat kesepakatan antara kedua

belah pihak, dan setelah harga jual produk tersebut disepakati maka pesanan

tersebut dapat langsung diproduksi. Adapun tujuan dari penentuan harga jual

adalah mempertahankan kualitas produk, mendapatkan keuntungan yang

maksimal, menjaga kelangsungan hidup usaha, mampu menguasai pangsa pasar

dan lain sebagainya.

Usaha konfeksi di Sulawesi Tenggara terkhusus pada wilayah kota

Kendari sangat minim, dengan memanfaatkan potensi serta sumber daya yang ada

maka sangat mudah bagi pengusaha mendapatkan peluang untuk membuka usaha

konfeksi. Dengan melihat peluang usaha yang ada saat ini maka para pelaku usaha

berbondong-bondong untuk membuat ide usaha seperti yang dilakukan oleh

pemilik Usaha ayyim Konfeksi. Pemilik usaha ini sangat memanfaatkan potensi

dan sumber daya yang ia miliki, hingga terbentuklah usaha yang bernama “Usaha

Ayyim Konfeksi”.

Usaha Ayyim Konfeksi merupakan salah satu usaha yang bergerak

dibidang industri manufaktur yang memproduksi berbagai macam seragam

pakaian diantaranya baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia, kaos olahraga dan

Tapak Wali Indonesia, dan sabuk karate Tapak Wali Indonesia.

Berdasakan hasil penelitian, Usaha Ayyim Konfeksi ini berproduksi

berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan yang telah menjadi pelanggan

tetapnya, sehingga dalam memperhitungkan harga pokok perusahaan

menggunakaan perhitungan harga pokok produksi berdasarkan pesanan. Namun


5

dalam perhitungan harga pokok produksi yang menjadi unsur biaya produksinya

hanya biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung saja.

Berikut ini adalah penyajian data harga pokok produksi dan harga jual

pada Usaha Ayyim Konfeksi dari tahun 2018 sampai tahun 2020.

Tabel 1.1
Data Harga Pokok Produksi pada Usaha Ayyim Konfeksi dari
Tahun 2018-2020
Unsur Biaya Tahun
Produksi 2018 2019 2020
Biaya bahan baku Rp. 358.972.774 Rp. 496.882.678 Rp. 286.390.000
Biaya tenaga kerja Rp. 154.906.310 Rp. 222.300.000 Rp. 130.861.000
langsung
Total Rp. 513.879.084 Rp. 719.182.678 Rp. 417.251.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Tahun 2018-2020

Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui biaya yang dikeluarkan sangat

fluktuatif yaitu pada tahun 2018 sebesar Rp. 513.879.084, tahun 2019 sebesar Rp.

719.182.678dan tahun 2020 sebesar Rp. 417.251.000. Hal ini disebabkan adanya

kenaikkan atau penurunan harga bahan baku, bertambah atau berkurangnya

jumlah permintaan akan produk, pendapatan tenaga kerja yang memproduksi

produk perbulannya terkadang naik ataupun turun, serta adanya COVID-19

sehingga permintaan akan produk menurun dan sebagainya.

Tabel 1.2
Data Harga Jual Produk Usaha Ayyim Konfeksi
Tahun 2018-2020
No. Jenis Produk Jumlah Produksi Harga Jual
2018 2019 2020 2018 2019 2020
1. Kaos 9.825 Lbr 16.275 Lbr 6.375 Lbr Rp. 21.242,68 Rp. 20.712,60 Rp. 20.529,05
2. Baju Pangsi Karate 5.644 Lbr 6.625 Lbr 5.008 Lbr Rp. 47.950,56 Rp. 52.300,26 Rp. 51.375,57
Tapak Wali
Indonesia
3. Sabuk Karate 11.310 Lbr 12.025 Lbr 7.475 Lbr Rp. 8.74,55 Rp. 8.891,47 Rp. 9.469,56
Tapak Wali
Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Tahun 2018-2020
6

Dari data di atas menunjukkan untuk menghitung harga pokok produksi

dan menentukan harga jual prouk pada usaha Ayyim Konfeksi masih

menggunakan cara konvensional, yang dimana masih ada kesalahan dalam

penggolangan biaya bahan penolong dan beberapa biaya yang tidak dimasukkan

oleh perusahaan seperti biaya overhead pabrik (biaya bahan penolong, biaya

listrik dan biaya transportasi, biaya penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan

biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak

langsung, melainkan menghitung biaya bahan baku ditambah biaya tenaga kerja.

Dalam menentukan harga jual produknya Usaha Ayyim Konfeksi menambahkan

10% dari harga pokok produksi yang telah dihitung

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka

penulis tertarik melakukan penelitian dengan mengangkat judul skripsi

“ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN

METODE JOB ORDER COSTING SEBAGAI DASAR PENENTUAN

HARGA JUAL (Studi Pada Usaha Ayyim Konfeksi Kelurahan Wundumbatu

Kecamatan Poasia Kota Kendari)”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana perhitungan harga pokok

produksi dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual

pada Usaha Ayyim Konfeksi?”


7

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan objek yang diteliti maka tujuan yang ingin dicapai

melalui penelitian ini adalah: “Untuk mengetahui perhitungan harga pokok

produksi dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual

pada Usaha Ayyim Konfeksi”.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu sebagai bahan referensi dan acuan

bagi peneliti selanjutnya mengenai penentuan harga pokok produksi

dengan metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual.

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktik dari penelitian ini yaitu dapat menjadi sumbangsi

pemikiran dan menjadi bahan masukan bagi pimpinan usaha khususnya

tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode job order

costing sebagai dasar penentuan harga jual dan memberikan solusi atas

permasalahan kepada pimpinan usaha Ayyim Konfeksi dalam

mengembangkan usahanya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dari penelitian ini yaitu difokuskan pada perhitungan harga

pokok produksi dengan metode job order costing dan penentuan harga jual pada

produk.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Konsep Biaya

2.1.1.1 Pengertian Biaya

Biaya merupakan pengukuran semua elemen laporan keuangan berbasis

biaya historis. Pemahaman mengenai biaya penting sekali karena biaya dapat

menjadi dasar pengambilan keputusan ekonomi.

Terdapat beberapa pendapat mengenai definisi biaya yang berbeda. Oleh

karena itu, tidak jarang terjadi perbedaan persepsi, sekalipun bagi mereka yang

senantiasa menghadapi dan menyadari sepenuhnya betapa penting arti biaya

dalam pelaksanaan tugas sehari-hari. Para akuntan, ekonom dan teknisi misalnya,

masing-masing memiliki dan menggunakan konsep yang meskipun tidak

bertentangan satu sama lain namun tetap tampak adanya perbedaan. Oleh sebab

itu, tidak mudah untuk mendefinisikan atau menjelaskan istilah biaya tanpa

menimbulkan kesangsian atau keragu-raguan akan kebenaran maksudnya.

Definisi biaya menurut Mulyadi (2015) “Biaya adalah pengorbanan

sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang

terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu”. Selanjutnya

biaya dapat didefinisikan sebagai “Jumlah uang yang dinyatakan dari sumber-

sumber (ekonomi) yang dikorbankan (terjadi dan akan terjadi) untuk mendapatkan

suatu atau mencapai tujuan tertentu” (Harnanto, 2017:22). Sedangkan menurut

8
9

Siregar et al. (2016:23) “Biaya adalah kos barang atau jasa yang telah

memberikan manfaat yang digunakan untuk memperoleh pendapatan”.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan menurut para ahli

di atas maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa biaya adalah segala

pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang guna memperoleh

barang atau jasa telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi

kedepan nya guna memperoleh manfaat atau pendapatan. Sedangkan dalam arti

sempit biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk

memperoleh aktiva .

2.1.1.2 Penggolongan Biaya

Menurut Firdaus dan Wasilah (2018:23-35) terdapat berbagai macam cara

penggolongan biaya, yaitu:

1. Berdasarkan objek biaya

Objek biaya (cost object) merupakan suatu dasar yang digunakan untuk

melakukan perhitungan biaya. Perusahaan dapat memiliki banyak hal yang

dapat dijadikan sebagai objek biaya, diantaranya adalah:

a. Produk

b. Jasa

c. Proyek

d. Pelanggan

e. Merek

f. Aktivitas

g. Departemen
10

2. Berdasarkan perilaku biaya

Ditinjau dari perilaku biaya terhadap perubahan dalam tingkat kegiatan

atau volume maka biaya-biaya dapat dikategorikan dalam tiga jenis biaya,

yaitu:

a. Biaya variabel (variable cost)

Biaya variabel adalah biaya-biaya yang nilai total nya berubah secara

langsung seiring dengan adanya perubahan pada tingkat aktivitas atau

volume, baik volume produksi ataupun volume penjualan, tetapi nilai

per unit nya tidak berubah. Contohnya adalah biaya bahan baku

langsung, biaya tenaga kerja langsung, beberapa elemen dalam biaya

overhead, dan biaya penjualan.

b. Biaya tetap (fixed cost)

Biaya tetap adalah biaya-biaya yang nilainya secara total tetap atau

tidak berubah dengan adanya perubahan pada tingkat aktivitas atau

volume dalam batas-batas dari tingkat kegiatan yang relevan atau

dalam periode waktu tertentu. Biaya tetap per unit akan berubah

seiring dengan adanya perubahan pada volume produksi. Dalam

jangka panjang biaya tetap juga akan menjadi biaya variabel.

c. Biaya semi - variabel (semi - variable cost)

Biaya semi - variabel adalah biaya-biaya yang memiliki unsur biaya

tetap dan unsur biaya variabel. Untuk tujuan perencanaan dan

pengendalian biaya, biaya semi - variabel harus dipisah menjadi

elemen biaya tetap dan elemen biaya variabel. Unsur tetap ini biasanya
11

merupakan biaya minimum yang harus dikeluarkan untuk jasa yang

digunakan.

3. Berdasarkan periode akuntansi

Dalam pengklasifikasian biaya sehubungan dengan periode akuntansi,

biaya-biaya dibedakan berdasarkan waktu atau kapan biaya-biaya tersebut

dibebankan terhadap pendapatan. Sehubungan dengan periode akuntansi

ada dua kategori biaya yaitu:

a. Biaya produk (product cost)

Dalam perusahaan manufaktur, biaya ini sama dengan biaya produksi

(manufacturing cost) yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Biaya periode (period cost)

Biaya-biaya periode adalah biaya-biaya yang tidak berkaitan dengan

persediaan atau produk tetapi berhubungan dengan periode waktu atau

periode akuntansi. Biaya periode bermanfaat untuk memperoleh

pendapatan dalam beberapa periode akuntansi tetapi ada juga yang

memberi manfaat hanya untuk periode akuntansi yang berjalan.

4. Berdasarkan fungsi manajemen atau jenis kegiatan fungsional

Pengklasifikasian biaya menurut jenis dari fungsional bertujuan untuk

membantu manajemen dalam perencanaan, analisis, dan pengendalian

biaya atas dasar fungsi - fungsi yang ada dalam suatu organisasi

perusahaan. Anggaran operasi disusun untuk setiap fungsi dan selanjutnya

dibandingkan dengan biaya yang sesungguhnya terjadi dan juga dihimpun


12

menurut fungsi-fungsi tersebut. Berdasarkan pada jenis kegiatan

fungsional maka biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Biaya produksi, biaya-biaya yang terjadi untuk menghasilkan produk

hingga siap untuk dijual.

b. Biaya penjualan, biaya-biaya yang terjadi untuk menjual suatu produk

atau jasa.

c. Biaya umum/administrasi, biaya-biaya yang terjadi untuk memimpin,

mengendalikan, dan menjalankan suatu perusahaan.

Penggolongan biaya menurut Mulyadi (2015) dapat dilakukan dengan

berbagai macam cara yang terdiri dari:

1. Fungsi pokok dalam perusahaan

Dalam perusahaan manufaktur, ada tiga fungsi pokok yaitu fungsi

produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Oleh

karena itu dalam perusahaan manufaktur, biaya dapat di kelompokan

menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual

b. Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk

melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

c. Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk

mengoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk.

2. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai


13

Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam

hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

menjadi 2 (dua) golongan, yang terdiri dari:

a. Biaya langsung (direct cost)

Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya

adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai

itu tidak ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang terjadinya tidak hanya

disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam

hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi

tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead cost).

Biaya ini tidak mudah di dentifikasikan dengan produk tertentu. Dalam

hubungannya dengan departemen, biaya tidak langsung adalah biaya

yang terjadi didepartemen tetapi manfaatnya dinikmati oleh lebih dari

satu departemen.

3. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat

digolongkan menjadi:

a. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah total nya berubah

sebanding dengan perubahan volume kegiatan.


14

b. Biaya semi variabel merupakan biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung

unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

c. Biaya semi fixed merupakan biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

volume produksi tertentu.

d. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

volume kegiatan tertentu contoh biaya tetap adalah gaji direktur

produksi.

4. Jangka waktu manfaatnya

Atas dasar jangka waktu dan manfaatnya, biaya dibagi menjadi dua yaitu:

a. Pengeluaran modal (capital expenditures) pengeluaran modal adalah

biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi

(biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran

modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai kos aktiva, dan

dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan

cara di depresiasi, di amortisasi, atau di deplesi.

b. Pengeluaran pendapatan merupakan biaya yang hanya mempunyai

manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut.

2.1.2 Biaya Produksi

2.1.2.1 Pengertian Biaya Produksi

Dalam kegiatan usaha perusahaan barang, jasa maupun manufaktur,

dibutuhkan suatu proses produksi yang efektif dan efisien. Proses produksi
15

merupakan proses mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang siap untuk

dijual. Dalam proses produksi dibutuhkan suatu pengorbanan berupa biaya, di

mana biaya tersebut ada yang dapat diidentifikasi secara langsung dalam suatu

produk dan ada juga biaya yang tidak dapat diidentifikasi dalam suatu produk.

Kedua jenis biaya tersebut saling mendukung dalam proses pembuatan suatu

produk. Biaya produksi merupakan faktor penting yang perlu diperhatikan ketika

perusahaan akan menghasilkan produksi. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan

tentu menginginkan keuntungan yang besar dalam setiap usaha produksinya. Oleh

karena itu, diperlukan suatu pemahaman tentang biaya produksi agar suatu

perusahaan dapat menghitung biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk

menghasilkan output barang.

Beberapa pendapat para ahli mengemukakan bahwa “biaya produksi

merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk

jadi yang siap untuk dijual” Mulyadi (2015) . Secara garis besar biaya produksi ini

dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead. Selanjutnya di definisikan bahwa menurut L. Gayle R. (2013:32)

“Biaya produksi (production cost) termasuk bahan langsung, tenaga kerja

langsung, dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau

jasa”. Jadi “Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi” (Sutrisno, 2012).

Dari beberapa pendapat diatas, nampak bahwa biaya produksi adalah suatu

biaya yang didapatkan dari proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi
16

yang siap untuk dijual, adapun biaya produksi itu sendiri terdiri dari biaya bahan

baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.

2.1.2.2 Unsur-Unsur Biaya Produksi

Unsur-unsur biaya dalam laporan harga pokok produksi biasanya terbagi

ke dalam tiga golongan yaitu biaya bahan, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead

pabrik.

a. Biaya Bahan Baku

Menurut Mulyadi (2015) “biaya bahan baku merupakan bahan yang

membentuk bagian menyeluruh produk jadi”. Sedangkan pengertian secara

umum mengenai bahan baku merupakan bahan mentah yang menjadi dasar

pembuatan suatu produk yang mana bahan tersebut dapat diolah melalui

proses tertentu untuk dijadikan wujud yang lain.

b. Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja merupakan harga yang dibebankan untuk penggunaan

tenaga kerja yang melakukan proses produksi. ”Biaya tenaga kerja

merupakan harga atau jumlah rupiah tertentu yang dibayarkan kepada para

pekerja atau karyawan yang bekerja pada bagian produksi” (Firdaus dan

Wasilah, 2012:226). Pada dasarnya biaya tenaga kerja dibagi 2 yaitu :

Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan

bahan baku menjadi produk jadi. Pada umumnya, biaya upah langsung

terdiri atas :
17

a. Gaji Pokok ( Original Wages )

Gaji pokok yaitu upah yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja

sesuai dengan kontrak kerja.

Uang Lembur ( Over Time )

Uang lembur yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga

kerja yang melebihi jam kerja yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Bonus ( Incentive )

Bonus yaitu upah tambahan yang diberikan kepada tenaga kerja

karena menunjukkan prestasi kerja melebihi dari apa yang telah

ditetapkan.

c. Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang

dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung

menangani pengolahan bahan baku menjadi barang jadi. Misalnya

biaya pengawasan bagian produksi, penjaga pabrik, pengendalian

mutu, inspeksi, pembelian dan penerimaan, penanganan bahan

baku, tenaga kerja bagian kebersihan, waktu jeda pelatihan, dan

kebersihan. Perlu diingat bahwa elemen dari biaya tenaga kerja

kadang kala bias digolongkan sebagai tenaga kerja langsung

sekaligus tidak langsung tergantung dari objek biayanya. Sebagai

contoh, tenaga kerja untuk pemeliharaan dan perbaikan peralatan

adalah biaya langsung bagi departemen produksi di mana

peralatan tersebut berada. Tetapi merupakan biaya tidak langsung


18

dari produk yang diproduksi departemen tersebut. Biaya tenaga

kerja langsung ini akan dibebankan melalui biaya overhead

pabrik.

d. Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Biaya overhead pabrik merupakan semua biaya dalam proses

produksi kecuali biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga

kerja langsung. Biaya ini juga sering disebut biaya produksi tidak

langsung karena biaya overhead pabrik ini sulit diidentifikasikan

secara fisik.

Segala jenis biaya produksi tidak langsung dicatat dalam berbagai

rekening overhead pabrik yang jumlah maupun namanya bisa berbeda-

beda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lainnya.

Pemilihan nama rekening dan jumlah rekening yang disediakan tergantung

pada sifat perusahaan dan informasi yang diinginkan perusahaan. Contoh

biaya overhead pabrik adalah biaya bahan pembantu, biaya tenaga kerja

tidak langsung, pemeliharaan dan perawatan alat produksi, sewa pabrik,

penyusutan pabrik dan sebagainya.

2.1.3 Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi atau product cost merupakan elemen penting untuk

menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur.

Penerapan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting mengingat

manfaat informasi harga pokok produksi adalah untuk menentukan harga jual
19

produk serta penentuan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam

proses yang akan disajikan dalam laporan posisi keuangan.

Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat dengan indicator - indikator

tentang sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, dan laba bersih.

Harga pokok produksi adalah jumlah dari seluruh pengorbanan sumber ekonomi

yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Perhitungan harga

pokok produk dapat digunakan untuk menentukan harga jual yang akan diberikan

kepada konsumen sesuai dengan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses

produksi.

Menurut Mulyadi (2015) ”harga pokok produksi dalam pembuatan produk

terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi”.

Selanjutnya, Harga Pokok Produksi menurut Sukrisno A. dan Trisnawati E.

(2007) adalah ”mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode

tertentu”. Sedangkan menurut Cecily dan Michael R. (2011:56) “Harga pokok

produksi adalah total produksi biaya barang-barang yang telah selesai dikerjakan

dan di transfer ke dalam persediaan barang jadi selama sebuah periode.”

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas, penulis dapat mengambil

kesimpulan bahwa harga pokok produksi adalah jumlah biaya produksi maupun

non produksi yang dikeluarkan serta diperhitungkan selama proses awal produksi

hingga proses akhir produksi untuk menghasilkan barang jadi dalam suatu waktu

periode tertentu. Dalam perhitungan harga pokok produksi yaitu:

HPP = BBB + BTKL +BOP


20

Keterangan :

HPP = Harga Pokok Produksi

BBB = Biaya Bahan Baku

BOP = Biaya Overhead Pabrik

Harga pokok produksi memiliki peran dalam mengambil keputusan dalam

perusahaan untuk beberapa hal seperti: menerima atau menolak pesanan,

membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain. Informasi mengenai harga

pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam pengambilan keputusan

harga jual produk yang bersangkutan. Oleh sebab itu, biaya-biaya yang

dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang jadi dapat

diperhitungkan untuk menentukan harga jual yang tepat.

2.1.3.1 Unsur-Unsur Harga Pokok Produksi

Untuk menentukan harga pokok produksi yang mutlak diperlukan dasar

penilaiandan penentuan laba rugi periodik. Biaya produksi diklasifikasikan

menurut jenis atau objek pengeluarannya. Hal ini penting agar pengumpulan data

biaya dan alokasi nya yang seringkali menuntut adanya ketelitian yang tinggi,

seperti misalnya penentuan tingkat penyelesaian produk dalam proses pada

produksi secara massal dapat dilakukan dengan mudah.

Yang termasuk ke dalam unsur-unsur “Harga pokok produksi yaitu: biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya produksi tidak langsung atau

biaya overhead pabrik” Bintang dan Ade (2016:22).


21

2.1.3.2 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Metode penentuan harga pokok produksi menurut Mulyadi (2015) dibagi

menjadi dua, yaitu :

1. Metode Full Costing

Metode full costing atau sering pula disebut absorption atau

conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang

memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam kos produksi,

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Harga

pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari :

Biaya Bahan Baku xxxx

Biaya Tenaga Kerja xxxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxxx

Biaya Overhead Pabrik Tetap xxxx +

Harga Pokok Produksi xxxx

Dalam metode full costing ini, biaya overhead pabrik, baik yang

berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang

diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan dimuka pada kapasitas normal

atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu,

biaya overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan

produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual,

dan baru dianggap sebagai biaya (unsur harga pokok produksi) apabila

produk jadi tersebut telah terjual.


22

Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar

tarif yang ditentukan dimuka pad kapasitas normal, maka jika dalam suatu

periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang

dibebankan tersebut, akan terjadi pembebanan overhead lebih

(Overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik

kurang (Underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah

dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan biaya

overhead pabrik lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi

atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan

tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun

produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi

pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik

tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba rugi sebelum

produknya laku terjual.

Metode full costing menunda pembebanan biaya overhead pabrik

tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi

biaya overhead pabrik yang terjadi, baik yang berperilaku tetap maupun

yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada

persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual.

Pada metode full costing ini mengadakan pemisahan antara biaya

produksi dengan period cost. Di mana biaya produksi adalah biaya yang

dapat di identifikasikan dengan produk yang dihasilkan, sedangkan period

cost adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya dengan produksi dan
23

dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Biaya yang termasuk

dalam period cost menurut metode full costing adalah: biaya pemasaran

dan biaya administrasi dan umum (baik yang berperilaku tetap maupun

variabel).

2. Metode Variabel Costing

Metode variabel costing sering disebut juga marginal costing atau

direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya

memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam

harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. Jadi dengan metode ini

harga pokok produksi ditentukan dengan besarnya pembebanan biaya

pabrikasi yang berkaitan dengan perubahan volume. Harga pokok

produksi menurut metode full costing terdiri dari :

Biaya Bahan Baku xxxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung xxxx

Biaya Overhead Pabrik Variabel xxxx +

Harga Pokok Produksi xxxx

Harga pokok produksi menurut variabel costing terdiri dari unsur

biaya produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,

biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya non produksi

variabel (biaya pemasaran variabel dan biaya administrasi dan umum

variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran

tetap, biaya administrasi dan umum tetap).


24

Dalam metode variabel costing, biaya overhead pabrik tetap dianggap

sebagai biaya periode (period cost) dan bukan sebagai unsur harga pokok

produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya

dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap

dalam metode variabel costing tidak melekat pada persediaan produk yang

belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode

terjadinya.

Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang dalam jangka

pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan perubahan volume

produksi. Biaya tetap ini merupakan fungsi waktu dan bukan merupakan

fungsi produksi. Ada atau tidaknya produksi, tetap akan menjadi biaya.

Jadi penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tersebut dan

memperlakukan biaya tersebut sebagai aktiva yang tidak bermanfaat, jika

dalam periode yang akan datang biaya overhead tetap tersebut akan tetap

terjadi. Sebagai contoh, jika biaya depresiasi mesin (yang dihitung dengan

metode garis lurus) diperhitungkan ke dalam harga pokok produk, maka

sebelum produk tersebut laku dijual, biaya depresiasi ini masih melekat

sebagai harga pokok persediaan. Padahal dalam bulan berikutnya tetap

akan diperhitungkan biaya depresiasi, sehingga menurut metode variabel

costing penundaan pembebanan biaya depresiasi ini (biaya tetap) tidak

mempunyai manfaat, karena tidak dapat menghindari pengeluaran biaya

yang sama dalam periode yang akan datang.


25

Menurut metode variabel costing, period cost adalah biaya untuk

mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna memproduksi dan

menjual produk. Dalam metode variabel costing, period cost meliputi

seluruh biaya tetap atau seluruh biaya kapasitas (capacity cost). Dengan

demikian period cost menurut pengertian variabel costing adalah biaya

yang dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan

perubahan volume kegiatan, yang meliputi: biaya overhead pabrik tetap,

biaya pemasaran tetap dan biaya administrasi dan umum tetap.

2.1.3.3 Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)

Menurut Mulyadi (2015) “Harga pokok produksi pesanan adalah

biaya biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga

pokok produksi per satuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi

pesanan tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk

pesanan tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang

bersangkutan”. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode

job order costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini:

Harga Pokok Produksi:

Biaya Bahan Baku Rp. xxx

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. xxx

Biaya Overhead Pabrik Rp. xxx +

Harga Pokok Produksi Rp. xxx


26

Pengolahan produk akan dimulai setelah datangnya pesanan dari

pelanggan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan (sales order),

yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan, spesifikasi pesanan,

tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan.

Untuk setiap pesanan disediakan kartu biaya pesanan (job order cost

sheet) jika dalam satu periode (misal bulan) tertentu terdapat 5 pesanan

yang berbeda karakteristik pesanan, maka disediakan 5 kartu pesanan yang

berbeda. Bahan baku dan tenaga kerja langsung diukur dengan biaya

historis, sedangkan overhead ditentukan biayanya dengan menggunakan

tarif yang ditentukan dimuka (predetermined overhead rate). Oleh karena

itu, overhead pabrik menggunakan tarif yang ditentukan di muka (yang

berarti pula menggunakan system biaya standar untuk overhead), yang

dimasukkan ke kartu harga pokok pesanan adalah biaya standar, bukan

biaya overhead sesungguhnya.


27

Kartu Harga Pokok Pesanan

Perusahaan XXX
Kartu Harga Pokok Pesanan
Nomor Pesanan : Tanggal Dipesan :
Pemesan : Tanggal Dikerjakan :
Jenis Produk : Tanggal Selesai :
Pesanan :

Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Biaya Overhead Pabrik
Ket. Jumlah Total Ket. Jumlah Total Ket. Jumlah Total
(Rp) (Rp.) (Rp)

Total biaya Produk


Biaya bahan baku = Rp. Xxx
Biaya tenaga kerja langsung = Rp. Xxx
Biaya overhead pabrik = Rp. Xxx
Jumlah biaya produksi = Rp. Xxx
Hasil produksi =
Harga pokok produksi per unit
Rp. Xxx = Rp. Xxx

Jumlah unit

Menurut Slamet Sugiri Sodikin (2015) unsur-unsur harga pokok

pesanan adalah sebagai berikut:

a. Bahan Baku

Bahan baku hanya boleh dikeluarkan dari gudang kalau ada

permintaan dari pabrik. Dokumen untuk meminta bahan baku dari

gudang adalah surat permintaan bahan. Berdasarkan pada dokumen

ini, biaya bahan baku dicatat dan dikumpulkan dikartu harga pokok

pesanan. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk

membeli dan mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi. Jika

bahan penolong juga dikeluarkan dari gudang, biaya bahan tersebut

bukanlah biaya bahan baku tetapi biaya overhead yang sesungguhnya

yang terjadi. Jika overhead pabrik menggunakan system biaya standar,


28

alih-alih biaya sesungguhnya yang terjadi, biaya overhead

sesungguhnya tidak dicatat di kartu harga pokok pesanan. Dengan

demikian bahan penolong yang sesungguhnya digunakan dalam

proses produksi tidak dicatat di kartu tersebut.

b. Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang menjadi tanggungan

perusahaan untuk membayar tenaga kerja yang langsung menangani

proses produksi. Data tentang biaya ini diperoleh dari dokumen yang

disebut tiket waktu. Biaya tenaga kerja langsung seperti upah mandor

tidak dimasukkan dalam kartu harga pokok pesanan. Biaya tenaga

kerja tidak langsung dicatat sebagai biaya overhead pabrik

sesungguhnya.

c. Overhead Pabrik

Biaya Overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku dan tenaga

kerja langsung yang diperlukan untuk membuat produk. Overhead

pabrik terdiri atas tenaga kerja tidak langsung, bahan penolong,

depresiasi mesin pabrik, tenaga listrik, reparasi mesin, dan lain

sebagainya. Yang dimasukkan pada kartu harga pokok pesanan adalah

biaya overhead berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka.

d. Overhead Lebih/Kurang - Dibebankan

Overhead yang dibebankan ke pesanan adalah tarif yang ditentukan di

muka. Jumlahnya dapat berbeda dari overhead sesungguhnya yang

terjadi. Jumlah overhead lebih/kurang - dibebankan dapat dibebankan


29

ke biaya produk sehingga akhirnya biaya produk dihitung berdasarkan

biaya historis.

Bahan baku Rp. xxxx

Tenaga kerja langsung Rp. xxxx

Overhead-dibebankan Rp. xxxx +

Rp. xxx

(+) Overhead kurang-dibebankan Rp. xxxx

Biaya yang sesungguhnya Rp. xxxx

Jika terjadi sebaliknya, yakni overhead pabrik sesungguhnya lebih

kecil, selisihnya disebut overhead lebih - dibebankan atau Over-applied

Overdead. Selisih ini kemudian menjadi pengurang biaya produk. Dengan

cara seperti ini, produk pada akhirnya dihitung dengan biaya historis. Di

dalam sistem biaya berdasarkan pesanan, produksi hanya akan dilakukan

jika perusahaan menerima pesanan dari pembeli dan mengumpulkan harga

pokok produksinya dengan menggunakan metode harga pokok pesanan

(Bhayangkara & Putriyanti, 2016).

Menurut Mulyadi (2015) karakteristik perusahaan yang menetapkan

harga pokok produksi berdasarkan pesanan adalah:

a. Proses pengelolaaan produk terjadi secara terputus-putus.

b. Produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan

oleh pemesan.

c. Produksinya ditunjukkan untuk memenuhi pesanan bukan untuk

persediaan gudang.
30

Menurut metode full costing yang digunakan perusahaan yang

produksinya berdasarkan pesanan memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai

spesifikasi pemesan dan setiap jenis produk perlu dihitung harga

pokok produksinya secara individual.

b. Biaya produksi harus digolongkan berdasarkan hubungannya

dengan produk menjadi dua kelompok berikut ini: biaya produksi

langsung dan biaya produksi tidak langsung.

c. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung

disebut dengan istilah biaya overhead pabrik.

d. Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai harga produksi

pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi,

sedangkan biaya overhead pabrik diperhitungkan ke dalam harga

pokok pesanan berdasarkan tarif yang ditentukan di muka.

e. Harga pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai

diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang

dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk

yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan.

Sedangkan dalam metode harga pokok pesanan dengan metode

variabel costing, biaya produksi dikumpulkan per pesanan dengan

menggunakan kartu harga pokok, yang merupakan rincian rekening


31

kontrol barang dalam proses didalam buku besar. Unsur-unsur pada

rekening kontrol yang digunakan, yaitu:

Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku.

Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Variabel yang Dibebankan.

Biaya Pemasaran.

Biaya Administrasi & Umum.

Biaya Pemasaran Variabel.

Biaya Pemasaran Tetap.

Biaya Administrasi & Umum Variabel.

Biaya Administrasi & Umum Tetap.

2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)

Metode harga pokok proses adalah metode pengumpulan harga pokok

produk di mana biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu,

dan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan dalam periode

tertentu dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk periode

tersebut dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang

bersangkutan.
32

Metode penentuan harga pokok proses mengumpulkan setiap elemen

biaya produk berdasarkan pada proses. Jika sebuah produk diproses

melalui dua proses (departemen), biaya dikumpulkan pada setiap proses

(departemen) tersebut. Seperti pada metode penentuan harga pokok

pesanan, bahan baku dan tenaga kerja langsung diukur dengan biaya

historis, sedangkan biaya overhead dibebankan berdasarkan tarif yang

ditentukan di muka. Namun, tidak seperti pada metode penentuan harga

pokok proses, semua biaya dikumpulkan dari awal sampai akhir periode

(misalnya bulan). Pada akhir periode harga pokok per unit dihitung dengan

cara membagi seluruh biaya dengan jumlah produk yang dapat

diselesaikan. Metode harga pokok proses diterapkan dalam perusahaan

yang mengolah produknya melalui satu departemen produksi dan

mengolah produknya lebih dari satu departemen produksi.

Metode pengumpulan harga pokok proses dengan metode full costing

memiliki karakteristik sebagai berikut:

e. Produk yang dihasilkan merupakan produk standar.

f. Produk yang dihasilkan dari bulan ke bulan adalah sama.

g. Kegiatan produksi dimulai dengan diterbitkannya perintah produksi

yang berisi rencana produksi produk standar untuk jangka waktu

tertentu.

h. Mengelola biaya produksi yang produksinya dilaksanakan secara

masal.
33

i. Dalam perhitungan harga pokok produksi persatuan dengan cara

membagi total biaya yang dikeluarkan pada periode tertentu dengan

jumlah periode yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.

Sedangkan dalam metode harga pokok proses dengan metode variabel

costing, harga pokok produk per satuan dihitung setiap akhir periode,

misalnya setiap bulan, dengan cara membagi total biaya produksi variabel

selama satu bulan dengan total ekuivalensi produksi selama periode yang

sama. Unsur-unsur pada rekening kontrol yang digunakan, yaitu:

Barang Dalam Proses - Biaya Bahan Baku.

Barang Dalam Proses - Biaya Tenaga Kerja Langsung.

Barang Dalam Proses - Biaya Overhead Pabrik Variabel.

Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Variabel Sesungguhnya.

Biaya Overhead Pabrik Tetap Sesungguhnya.

Biaya Pemasaran.

Biaya Administrasi & Umum.

Biaya Pemasaran Variabel.

Biaya Pemasaran Tetap.

Biaya Administrasi & Umum Variabel.

Biaya Administrasi & Umum Tetap.

2.1.3.4 Perbedaan Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Adapun perbedaan metode pengumpulan harga pokok produksi dengan

metode pokok pesanan dan proses, yaitu:


34

1. Pengumpulan Biaya Produksi

Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksinya menurut

pesanan, sedangkan metode harga pokok proses mengumpulkan biaya

produksi per departemen produksi per periode produksi

2. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Satuan

Metode harga pokok pesanan menghitung harga pokok produksi per

satuan dengan cara membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan

tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan

yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan saat pesanan telah selesai

diproduksi. Metode harga pokok proses menghitung harga pokok

produksi per satuan dengan cara membagi total biaya produksi yang

dikeluarkan selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang

dihasilkan selama periode yang bersangkutan perhitungan ini dilakukan

setiap akhir periode akuntansi.

3. Penggolongan Biaya Produksi

Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya produksi harus dipisahkan

menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.

Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya

yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung

dibebankan kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan dimuka. Di

dalam metode harga pokok proses, pembedaan biaya produksi langsung

dan biaya produksi tidak langsung sering kali tidak diperlukan, terutama

jika perusahaan hanya menghasilkan satu macam produk (seperti


35

perusahaan semen, pupuk, bumbu masak). Karena harga pokok persatuan

produk dihitung setiap akhir bulan. Maka umumnya biaya overhead

pabrik dibebankan kepada produk atas dasar biaya yang sesungguhnya

terjadi.

4. Unsur yang Digolongkan dalam Biaya Overhead Pabrik

Di dalam metode harga pokok pesanan, biaya overhead pabrik terdiri dari

biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya

produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan kepada atas dasar

tarif yang ditentukan dimuka. Di dalam metode harga pokok proses,

biaya overhead pabrik terdiri dari biaya produksi selain biaya bahan baku

dan bahan penolong, dan biaya tenaga kerja (baik yang langsung maupun

tidak langsung). Dalam metode ini biaya overhead pabrik dibebankan

kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode

akuntansi tertentu.

2.1.3.5 Tujuan Harga Pokok Produksi

Tujuan harga pokok produksi menurut Mulyadi (2015) adalah:

a. Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan

selain data non produksi dalam penentuan harga jual produk yang

dipasarkan.

b. Untuk memantau realisasi biaya produksi.

c. Menghitung laba rugi bruto perusahaan pada periode tertentu.


36

d. Menentukan harga pokok produk dalam proses dan produk selesai

yang disajikan dalam laporan posisi keuangan.

2.1.4. Harga Jual

Penentuan harga jual suatu produk atau jasa merupakan salah satu

keputusan penting manajemen karena harga yang ditetapkan harus dapat menutup

semua biaya dan mendapatkan laba yang diharapkan oleh perusahaan. Memilih

harga paling sesuai untuk produk atau jasa yang dihasilkan merupakan keputusan

dari manajer yang cukup sulit, karena penetapan harga ini berpengaruh terhadap

perkembangan suatu usaha tersebut.

Menurut Krismiaji dan Anni (2011:326) menyatakan bahwa “harga jual

merupakan upaya untuk menyeimbangkan keinginan untuk memperoleh manfaat

sebesar-besarnya dari perolehan pendapatan yang tinggi dan penurunan volume

penjualan jika harga jual yang dibebankan ke konsumen terlalu mahal”.

Garrison dkk. (2013) menjelaskan tentang pendekatan yang umum dalam

penentuan harga adalah mark up biaya. Mark up biaya adalah selisih harga jual

dan harga produk. Mark up biasanya berupa persentase tertentu dari harga produk.

Pendekatan ini disebut cost plus pricing karena persentasi markup yang telah

ditentukan dimuka ditambahkan pada angka harga pokok untuk menentukan harga

jual. Pendekatan ini disebut perhitungan biaya plus (Cost plus pricing) karena

persentase mark up yang telah ditentukan sebelumnya diterapkan pada dasar biaya

untuk menentukan harga jual.

Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa harga

jual adalah.
37

Harga Jual = Biaya + (Persentase Mark-Up + Biaya)

Menurut Supriyono (2013) “harga jual merupakan jumlah moneter yang

dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau

jasa yang dijul atau diserahkan”.

Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

harga jual merupakan jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha

kepada konsumen atas produk maupun jasa yang dijual dengan harapan harga jual

yang dibebankan tersebut dapat menutupi biaya-biaya yang telah dikeluarkan dan

dapat menghasilkan laba yang diinginkan perusahaan tersebut. Harga jual yang

dibebankan atas produk yang dijual haruslah tepat, dan harga jual yang tepat

haruslah harga jual yang sesuai dengan kualitas produk yang dijual, serta harga

jual tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Metode penentuan harga menurut Wiratna (2016), yaitu

1. Metode penetapan harga jual berdasarkan biaya

a. Cost plus pricing method.

b. Mark up pricing method.

c. Penetapan harga BEP (Break Event Point).

2. Metode penetapan harga jual berdasarkan pesaing/kompetitor

3. Penetapan berdasarkan permintaan

Menurut Slamet Sugiri Sodikin (2015:163-177) penentuan harga

berdasarkan biaya dibagi beberapa bagian, yaitu:

1. Cost-plus pricing
38

Pendekatan yang lazim untuk menentukan harga jual produk standar

(lawan produk unik) adalah menerapkan cost plus. Menurut

pendekatan ini, harga jual adalah biaya (cost) ditambah dengan mark

up sebesar presentase tertentu dari biaya tertentu.

a. Biaya produksi penuh adalah biaya produk yang dihitung dengan

menggunakan pendekatan absorption costing (full costing),

meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik tetap dan variabel.

b. Biaya penuh (full cost) adalah seluruh biaya perusahaan yang

terdiri atas biaya produksi total (variabel plus tetap) dan biaya non

produksi total.

c. Biaya produksi variabel adalah biaya produk yang dihitung dengan

menggunakan pendekatan variabel costing, meliputi biaya variabel

yang diperlukan untuk memproduksi barang/jasa terdiri dari biaya

bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead

pabrik variabel.

2. Menentukan presentase Mark Up

Mark up dibentuk untuk menutup: (i) laba yang diinginkan dan (ii)

biaya selain biaya yang menjadi dasar perhitungan. Jika salah

menentukan presentase mark up, biaya tersebut dan laba yang

diinginkan tidak dapat ditutup oleh harga jual. Salah satu cara untuk

menentukan besarnya mark up adalah Return On Investment (ROI).


39

a. Formula full costing, formula ini digunakan jika dasar perhitungan

untuk menentukan mark-up adalah biaya produksi penuh. Ini

berarti mark-up dirancang untuk menutup seluruh biaya selain

biaya produksi penuh. Di mana biaya yang ditutupi dengan mark-

up adalah biaya pemasaran dan biaya administrasi total (variabel

plus tetap).

b. Formula full cost, formula ini digunakan jika dasar perhitungan

untuk menentukan mark up adalah biaya penuh, yaitu penjumlahan

antara biaya produksi dan biaya non produksi. Mark up ditentukan

untuk menutup seluruh biaya, baik biaya produksi maupun biaya

non produksi, dan laba atau target ROI.

c. Formula variabel costing, formula ini digunakan jika dasar

perhitungan untuk menentukan mark up adalah biaya produksi

variabel. Mark up menurut formula ini digunakan untuk menutup

biaya selain biaya produksi variabel. Sehinggah yang menjadi

pembilangnya adalah target ROI dan biaya tetap serta biaya non

produksi variabel.

d. Formula variabel cost, formula ini digunakan jika dasar

perhitungan untuk menentukan mark-up adalah biaya produksi dan

non produksi variabel. Mark up yang digunakan untuk menutup

seluruh biaya selain biaya variabel (baik produksi maupun

nonproduksi). Biaya selain biaya variabel, tentunya adalah biaya

tetap (baik overhead maupun nonproduksi yang bersifat teta).


40

3. Penentuan harga untuk waktu dan bahan

Pendekatan penentuan harga untuk waktu dan bahan (time and

material pricing) menggunakan dua buah tarif penentuan harga jual.

Tarif pertama adalah menentukan harga untuk waktu tenaga kerja

langsung yang digunakan untuk melayani pelanggan. Tarif kedua

adalah menentukan harga bahan yang digunakan untuk melayani

pelanggan.

Komponen waktu dinyatakan secara khusus sebagai tarif per jam

tenaga kerja langsung. Tarif ini dihitung dari penjumlahan tiga elemen

berikut:

a. Biaya tenaga kerja langsung, termasuk gaji dan tunjangan

tambahan;

b. Biaya penjualan dan administrasi; dan

c. Laba yang diinginkan.

Adapun komponen bahan meliputi harga beli bahan yang digunakan

selama pengerjaan ditambah material loading charge (MLC). MLC

dimaksud untuk menutup biaya pemasaran, handlin dan penyimpanan

bahan, plus margin laba untuk bahan itu sendiri.

Menurut Mulyadi (2015), kebijakan penetapan harga jual yang didasarkan

pada biaya menggunakan formula penetapan harga jual berikut ini:

Taksiran biaya produksi untuk jangka waktu tertentu Rp xxxx

Taksiran biaya non produksi untuk jangka waktu tertentu xxxx +

Taksiran total biaya untuk jangka waktu tertentu Rp xxxx


41

Jumlah produk yang dihasilkan untuk jangka waktu tertentu xxxx :

Taksiran harga pokok produk per satuan Rp xxxx

Laba per unit yang diinginkan xxxx +

Taksiran harga jual yang dibebankan kepada pembeli Rp xxxx

Dari formulasi tersebut, terlihat bahwa informasi taksiran biaya produksi

per satuan akan dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam jangka waktu

tertentu dipakai sebagai salah satu dasar untuk menentukan harga jual per unit

produk yang akan dibebankan kepada pembeli.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian
1. Wara Cahyandari, Analisis penentuan Pendekatan metode Order Costing
dkk (2015) harga pokok System untuk menentukan harga
produksi CV. Pitulas pokok produksi plakat dengan nomor
semarang dengan pesanan 820915 dan tropi dengan
menggunakan nomor pesanan 680915 lebih akurat
metode order dibandingkan dengan menggunakan
costing system metode perusahaan (konvensional /
full costing). Penelitian elanjutnya
diharapkan lebih komprehensif atau
menyeluruh dalam mengakumulasi
biaya, baik biaya produksi maupun
biaya non produksi sehingga diperoleh
hasil penelitian yang lebih akurat dan
informatif.
2. Tamsir Amir (2017) Penentuan harga Perusahaan hanya menjumlahkan
pokok produksi biaya bahan baku, biaya tinta, lem,
berdasarkan job keeling, biaya tenaga kerja, serta
order costing dalam biaya listrik dan air saja sehingga
menentukan harga dapat di simpulkan bahwa perhitungan
jual pada perusahaan harga pokok produksi oleh perusahaan
Arif Digital tidak tepat. Dengan demikian maka
Printing. hipotesis ditolak. Perhitungan harga
pokok produksi dengan metode job
order costing lebih rendah meskipun
banyak biaya overhead pabrik seperti
42

biaya telepon, biaya perawatan dan


pemeliharaan mesin, biaya
penyusutan mesin, dan biaya sewa
gedung tidak dimasukkan dalam
perhitungan harga pokok produksi
perusahaan sehingga laba yang
dihasilkan dengan metode job order
costing lebih optimal. Dengan
demikian maka hipotesis ditolak.
3. Norma Ameliza, Perhitungan harga UD. Mebel Sumber Rejeki melakukan
dkk. (Universitas pokok produksi perhitungan secara sederhana tanpa
Muhammadiyah dengan job order memasukkan biaya overhead pabrik
Jember) costing method seperti penyusutan alat produksi, biaya
(Studi Kasus pada listrik dan biaya tenaga kerja tidak
UD. Mebel Sumber langsung. Di mana dalam hal ini
Rejeki) mengakibatkan kesalahan dalam
menentukan harga pokok produk dan
harga jual produk. Peneliti melakukan
perhitungan sesuai dengan metode job
order costing method dengan metode
penentuan produk secara full costing.
Peneliti memasukkan semua unsur
biaya yang terserap dalam proses
produksi pada bulan Juni 2019.
4. Isanawati Manoppo Analisis perhitungan Pada pengelompokkan bahan baku
(Fakultas Ekonomi harga pokok yang dilakukan oleh perusahaan ada
dan Bisnis, produksi dengan salah satu unsur yang kurang tepat,
Universitas metode job order yaitu bahan kimia. Bahan kimia dapat
Brawijaya) costing (Studi Kasus digolongkan menjadi bahan penolong,
pada Usaha Batik karena bahan kimia yang digunakan
Blimbing di Kota untuk menghilangkan lilin tidak
Malang) menjadi bagian dari produk jadi
tersebut. Untuk proses perhitungan
perusahaan juga belum tepat, karena
perusahaan tidak menghitung dengan
pasti berapa biaya bahan baku yang
digunakan hanya berdasarkan asumsi
saja. Sehingga perhitungan biaya
bahan baku yang dilakukan oleh
perusahaan berbeda dengan biaya
bahan baku berdasarkan metode job
order costing.
43

2.3 Kerangka Pikir Penelitian

Kerangka pikir pada penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi

biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya

overhead pabrik yang dikeluarkan untuk menghitung harga pokok produksi pada

Usaha Ayyim Konfeksi. Dalam menghitung harga pokok produksinya perusahaan

belum menetapkan metode yang mereflesikan berapa besar biaya yang telah

dikeluarkan dalam aktivitas produksinya sehingga metode yang digunakan masih

sederhana. Hasil metode yang digunakan perusahaan dengan metode sesuai teori

akuntansi akan dianalisis untuk melihat perbedaannya terhadap perhitungan harga

pokok produksi dan akan berpengaruh terhadap harga jual produk. Perusahaan

pun dapat menentukan harga jual yang tepat untuk produk yang tepat sehingga

harga jual yang ditetapkan nantinya dapat menguntungkan Usaha Ayyim

Konfeksi.

Kerangka pikir secara sistematis dari penelitian ini dapat dilihat pada

gambar 2.1 :
44

Skema 2.1
kerangka pikir penelitian

Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi Dengan

Metode Job Order Costing Sebagai Dasar Penentuan

Harga Jual Pada Usaha Ayyim Konfeksi


Identifikasi Biaya Produksi

Metode Perhitungan Harga Pokok

Produksi

Perhitungan Harga Perhitungan Harga Pokok

Pokok Produksi Produksi dengan Metode

Menurut Perusahaan Job Order Costing

Penentuan Harga Jual


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Tempat dilakukan penelitian ini adalah pada Usaha Ayyim Konveksi, yang

beralamat di BTN Batu Marupa, Blok E No. 12, Kelurahan Wundumbatu,

Kecamatan Poasia, Kota Kendari, Sulawesi tenggara. Sedangkan yang menjadi

objek pada penelitian ini adalah harga pokok produksi dengan metode job order

costing sebagai dasar penentuan harga jual produk yang dihasilkan oleh Usaha

Ayyim Konfeksi.

3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk angka. Data

kuantitatif dalam penelitian ini berupa data statistik yang meliputi biaya

produksi perhitungan harga pokok produksi dan harga jual suatu produk.

2. Data Kualitatif

Data Kualitatif adalah data yang disajikan dalam bentuk kalimat. Data

Kualitatif dalam penelitian ini berupa penjelasan mengenai proses

produksi seperti, darimana mengambil bahan baku, bagaimana mekanisme

pengolahan bahan baku hingga menjadi barang jadi.

45
46

3.2.2 Sumber Data

Sumber data penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu :

1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari perusahaan untuk

diolah kembali, seperti data dari hasil wawancara dan lain-lain yang

berhubungan dengan penelitian. Data primer dari penelitian ini adalah

mengetahui proses produksi dari pengolahan bahan baku hingga menjadi

produk jadi.

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

perusahaan atau melalui media perantara, seperti buku, majalah, jurnal,

hasil lapangan, dan internet (artikel) untuk mendukung penelitian. Data

sekunder dari penelitian ini adalah memperolah data biaya produksi

sebagai yang digunakan untuk menghitung harga pokok produksi sebagai

dasar penentuan harga jual.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung dengan responden.

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini memfokuskan pada

wawancara mengenai semua biaya yang terlibat dalam perhitungan proses

produksi tersebut dan kegiatan apa saja yang ada dalam proses produksi

sampai menghasilkan produk jadi.

2. Observasi
47

Observasi merupakan suatu aktivitas pengamatan terhadap sebuah objek

secara langsung dan mendetail guna untuk menemukan informasi

mengenai objek yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data dan dokumen yang

terkait dengan masalah yang diteliti. Dokumentasi pada penelitian ini

mengenaipengambilan gambar profil perusahaan, jenis produksi dan

sebagainya.

3.4 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, di mana

metode ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas atas masalah yang

diteliti terkait dengan penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan

metode job order costing sebagai dasar penentuan harga jual, dengan cara yaitu:

1. Mengumpulkan data berupa kegiatan dokumentasi dengan pihak

perusahaan mengenai proses produksi.

2. Melakukan analisis perhitungan harga pokok yang di gunakann oleh

perusahaan dan mambandingkan dengan metode job order costing sebagai

dasar penentuan harga jual.

3. Mendeskripsikan perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan

menjabarkan biaya-biaya yang telah dikeluarkan oleh perusahaan pada

suatu periode tertentu.


48

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Harga Pokok Produksi

Harga pokok produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama proses

produksi dilakukan hingga menghasilkan barang jadi yang siap dijual pada

suatu waktu tertentu. Dimana harga pokok produksi menurut perusahaan

ini diperoleh dari biaya bahan baku ditambah dengan biaya tenaga kerja

langsung.

2. Harga Jual

Harga jual adalah biaya tambahan yang diperkirakan sebagai laba yang

diharapkan oleh perusahaan. Dimana harga jual menurut perusahaan

diperoleh dari harga pokok produksi ditambah laba yang diharapkan 10%.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

Usaha Ayyim Konfeksi didirikan pada tahun 2006 oleh Bapak H.

Muhammad Basri S. Pd atau yang lebih akrab dipanggil Pak Basri. Usaha

ini beralamat di BTN Batu Marupa, blok E No. 12, Kelurahan

Wundumbatu, Kecamatan Poasia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara.

Usaha ini bermula dari pemilik usaha yang memang dasarnya

memiliki kemampuan berwirausaha di bidang tekstil (jahit menjahit),

selaku guru di salah satu SMK jurusan tekstil serta mendapat dukungan

penuh dari orang tua. Dengan memanfaatkan keahlian, kesempatan,

potensi yang ada kemudian didorong oleh rasa optimis, kerja keras yang

disertai dengan kesabaran dan ketekunan dalam menjalani usaha ini,

Bapak Dr. H. Muhammad Bassri, M. Pd. dibantu oleh istrinya Dra. Ummi,

M. Pd. Yang memiliki kemampuan yang sama sehingga mampu

mendirikan usaha Ayyim Konfeksi ini. Nama Ayyim sendiri diambil dari

nama anak ketiga mereka.

Usaha Ayyim Konfeksi merupakan salah satu usaha yang bergerak

dibidang manufaktur yang memproduksi berbagai macam produk yang

berbahan baku kain, contoh kain drill American, kain TC, kain lotto, kain

batik, dan kain arrow. Sejak awal berdiri tahun 2006 hingga tahun 2008,

49
Ayyim konfeksi hanya memproduksi baju olahraga sekolah. Memasuki

tahun 2009, produk yang

50
50

dihasilkan beragam seperti perlengkapan Tapak Wali Indonesia berupa kaos,

pangsi dan sabuk, kaos olahraga dan batik sekolah,

Awal mula usaha ini bermodalkan dana pinjaman dari bank

sebesar Rp. 20.000.000, dimana dana sebesar Rp. 10.000.000 digunakan

untuk pembelian 1 unit mesin jahit otomatis, 1 mesin jahit biasa, 2 unit

mesin obras, dan 1 unit mesin overdeck kemudian dana sebesar Rp.

7.000.000 digunakan untuk membeli kain serta sisanya Rp. 3.000.000 ini

digunakan untuk membeli segala kekurangan dalam usaha ini. Proses

promosi usaha juga hanya melalui informasi ke kerabat terdekat. Meski

demikian usaha Ayyim konfeksi selalu kebanjiran pesanan dari berbagai

kalangan.

4.1.2 Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi merupakan perserikatan orang-orang yang masing-

masing diberi peranan tertentu dalam suatu sistem kerja dan pembagian

kerja Struktur organisasi merupakan suatu kerangka yang menunjukkan

seluruh kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara

fungsi-fungsi serta wewenang dan tanggung jawab. Tujuan disusunnya

organisasi adalah untuk membantu mencapai tujuan organisasi dengan

efektif.

Pengambilan keputusan dan tanggung jawab berada ditangan

pimpinan, dapat dilihat pada bagan berikut ini :


51

Skema 4.1
Struktur organisasi Usaha Ayyim Konfeksi

Pimpinan Usaha

Bendahara

Bagian
Produksi/Karyawan

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian

adalah sebagai berikut :

1. Pimpinan Usaha

Bertugas menentukan strategi dan kebijakan serta menentukan arah dan

kendali manajemen dalam pelaksanaan tugasnya dan membagi tugas

antara bagian dan mengadakan penggolongan tugas masing-masing.

2. Bendahara

Bertanggung jawab untuk menerima orderan dari pelanggan dan mencatat

spesifikasi yang diminta pelanggan, bertanggung jawab untuk mengadakan

pembukuan untuk setiap pesanan yang telah diselesaikan dan Menerima

pembayaran dari pelanggan untuk setiap pesanan yang telah diselesaikan.

3. Bagian Produksi

Bertanggung jawab atas pelaksanaan proses produksi yang dilakukan,

mulai dari membeli bahan sampai dengan pesanan jadi dan bertanggung
52

jawab terhadap kegiatan produksi dan melaporkan ke pimpinan

perusahaan.

4.1.3 Proses Produksi

Proses produksi adalah suatu proses mengolah bahan baku menjadi

barang jadi yang siap untuk dijual atau dipasarkan. Adapun tahapan proses

produksi pada Usaha Ayyim Konveksi adalah sebagai berikut.

1. Tahap persiapan

Dalam tahap ini dimulai dari menyiapkan alat dan bahan.

Adapun alat yang dimaksud terdiri dari :

a. Mesin jahit f. Meteran

b. Mesin Obras g. Kapur jahit

c. Mesin overdeck h. Pendedel

d. Gunting i. Setrika

e. Mistar j. Jarum mesin dan sebagainya

Adapun bahan yang diperlukan yaitu :

a. Kain drill American g. Kain kerah Leher

b. Kain lotto h. Kain mangset lengan

c. Kain TC i. Benang jahit

d. Kain Arrow j. Benang Obras

e. Kain batik k. Karet Pinggang dan sebagainya

f. Gabus 50F

2. Tahap Perancangan
53

Di tahap ini mulai untuk merancang model baju sesuai permintaan

konsumen, dengan jenis ukuran S, M, L, XL, XXL serta perpaduan warna

yang sesuai permintaan konsumen.

3. Tahap pembuatan pola

Setelah mengetahui ukuran yang telah diberikan, maka langkah

selanjutnya adalah membuat pola sesuai ukuran konsumen.

4. Tahap Pemotongan

Langkah selanjutnya adalah proses pemotongan kain. Pada tahap ini untuk

memotong kain tidak menggunakan gunting asal-asalan melainkan mesin

pemotong (gunting listrik) .  Ketepatan pemotongan bahan kain ini harus

dilakukan oleh tenaga yang profesional agar hasil potongan tepat.  Karena

apabila bahan kain dipotong tidak tepat, maka kain tidak bisa digunakan

lagi.

5. Tahap Penyablonan

Setelah bahan kain dipotong, proses pembuatan kaos selanjutnya adalah

pembuatan sablon kaos. 

6. Tahap Jahit Menjahit

Setelah kain disablon tahap selanjutnya adalah tahap jahit menjahit.  Pada

tahap ini kain akan dijahit sesuai bentuk/model sesuai permintaan

konsumen secara keseluruhan.  Selain itu juga proses menjahit kain ini

harus menggunakan mesin jahit seperti obras, mesin overdeck dan lainnya

agar hasil memuaskan.

7. Finishing dan Packaging


54

Tahap akhir adalah proses finishing dan packaging.  Pada proses finishing

ini kaos akan dibersihkan dari sisa proses menjahit tadi, memotong sisa

benang yang tidak terpakai lagi. Selanjutnya dikemas serapi mungkin

untuk diberikan kepada pihak customer.  Dan proses finishing ini produk

dipastikan akan dicek oleh bendahara untuk memastikan kaos yang dibuat

sesuai permintaan konsumen.

4.1.4 Proses Penjualan Produk

Penjualan merupakan tahapan akhir setelah proses produksi dan

merupakan tahapan penting dalam suatu kegiatan usaha. Usaha Ayyim

Konfeksi dalam memasarkan produknya dengan memajangkan hasil

produk di etalase atau rak yang telah disediakan. Seiring perkembangan

zaman serta kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi dan

komunikasi yang serba online ditambah lagi keadaan saat ini yang masih

dalam pandemi COVID-19 yang membuat penjualan menjadi menurun,

pemilik usaha gencar mempromosikan produknya dengan memposting

hasil produksi melalui media sosial seperti facebook, Instagram, story

whatsapp, dengan harapan agar produk tersebut dapat dikenal luas oleh

masyarakat sehingga dapat menarik minat konsumen untuk membeli serta

dapat meningkatkan volume penjualan pada usaha ini.

4.2 Hasil Penelitian

Peneliti menggunakan analisis deskriptif guna untuk memberikan

gambaran yang jelas atas masalah yang diteliti terkait dengan penentuan
55

harga pokok produksi dengan metode job order costing sebagai dasar

penentuan harga jual.

Berdasakan hasil penelitian, Usaha Ayyim Konfeksi ini

berproduksi berdasarkan pesanan yang diterima dari pelanggan yang telah

menjadi pelanggan tetapnya, sehinggah dalam memperhitungan harga

pokok perusahaan menggunkaan perhitungan harga pokok produksi

berdasarkan pesanan. Namun dalam perhitungan harga pokok produksi

yang menjadi unsur biaya produksinya hanya biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja saja.

Untuk memenuhi kebutuhan penelitian, maka peneliti mengambil

data biaya produksi dari tahun 2018-2020. Peneliti mengambil data

langsung dari bukti transaksi berupa kwitansi atau nota pembelian yang

diperoleh dari pemilik usaha. Dengan adanya bukti transaksi ini peneliti

dapat mengidentifikasi dan mengelompokkan biaya produksi gunakan

untuk menghitung harga pokok produksi dengan metode job order costing

sebagai dasar penentuan harga jual.

Berikut ini adalah tabel jenis bahan baku dan bahan penolong serta

jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut.

Tabel 4.1
Jenis Bahan Baku dan Bahan Penolong
Jenis Bahan Kaos Olahraga Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Bahan Baku a. Kain Lotto Kain drill American a. Kain petron
b. Kain TC b. busa F50
Bahan Penolong a. Benang jahit, Benang jahit Benang jahit
b. Benang obras,
c. Kain kerah,
56

d. Kain mangset,
e. Tinta dasar sablon,
f. Pewarna emas,
g. Pewarna hitam,
h. Pewarna biru, dan
i. Pewarna hijau

Tabel 4.2
Tenaga Kerja
Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Olahraga Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Jumlah Tenaga Kerja 4 Orang 4 Orang 3 Orang

4.2.1 Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim Konfeksi

A. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

dan mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi. Adapun bahan

baku yang digunakan pada Usaha Ayyim Konfeksi dibeli dari salah satu

toko kain yang ada di Makasssar, Surabaya dan Jakarta.

Tahun 2018

Biaya bahan baku untuk memproduksi kaos yang digunakan oleh

Usaha Ayyim Konfeksi tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3
Biaya Bahan Baku
Tahun 2018
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos Olahraga Kain TC Rp. 91.933.460
Kain Lotto Rp. 25.507.050
Benang Obras Rp. 1.346.000
Benang Jahit Rp. 1.237.296
Karet Rp. 2.400.000 Rp. 130.785.806
Kain Kerah Rp. 1.980.000
Kain Mangset Rp. 5.180.000
Tinta Dasar Sablon Rp. 1.050.000
57

Pewarna Emas Rp. 38.000


Pewarna Hitam Rp. 38.000
Pewarna Biru Rp. 38.000
Pewarna Hijau Rp. 38.000
Baju Pangsi Karate Kain Drill American Rp. 149.330.000
Tapak Wali Indonesia Benang Jahit Rp. 150.081.968
Rp. 751.968
Sabuk Karate Tapak Kain Petron Rp. 44.410.000 Rp. 78.105.000
Wali Indonesia Busa F50 Rp. 33.335.000
Benang jahit Rp. 360.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku pada

Usaha Ayyim Konfeksi untuk pembuatan kaos terdiri dari kain TC dengan

jumlah harga Rp. 91.933.460, kian lotto dengan jumlah harga Rp.

25.507.050, benang obras dengan jumlah harga Rp. 1.346.000, benang

jahit dengan jumlah harga Rp. 1.237.296, karet dengan jumlah harga Rp.

2.400.000, kain kerah dengan jumlah harga Rp. 1.980.000, kain mangset

dengan jumlah harga Rp. 5.180.000, tinta dasar sablon dengan jumlah

harga Rp. 1.050.000, pewarna emas dengan jumlah harga Rp. 38.000,

pewarna hitam dengan jumlah harga Rp. 38.000, pewarna biru dengan

jumlah harga Rp. 38.000, pewarna Hijau dengan jumlah harga Rp. 38.000,

sehingga total biaya bahan baku keseluruhan untuk kaos sebesar Rp.

130.785.806. Pemakaian bahan bahan baku untuk baju pangsi terdiri dari

kain drill American dengan jumlah harga Rp. 149.330.000 dan benang

jahit dengan jumlah harga Rp. 751.968, sehingga total biaya bahan baku

untuk baju pangsi sebesar Rp. 150.081.968. Serta pemakaian bahan baku

untuk sabuk karate Tapak wali Indonesia terdiri dari kain petron dengan

jumlah harga Rp. 44.410.000, busa F50 dengan jumlah harga Rp.
58

33.335.000 dan benang jahit dengan jumlah harga Rp. 360.000, sehingga

total biaya bahan baku untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 78.105.000. Sehinggah total keseluruhan biaya bahan baku yang

dikeluarkan selama tahun 2018 sebesar Rp. 358.972.774.

Tahun 2019

Biaya bahan baku untuk memproduksi kaos yang digunakan oleh

Usaha Ayyim Konveksi tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.4
Biaya Bahan Baku
Tahun 2019
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos Olahraga Kain TC Rp. 143.035.240
Kain Lotto Rp. 51.051.390
Benang Obras Rp. 1.237.000
Benang Jahit Rp. 1.665.040
Karet Rp. 3.330.000
Kain Kerah Rp. 2.132.000
Kain Mangset Rp. 4.661.800 Rp. 208.802.470
Tinta Dasar Sablon Rp. 1.500.000
Pewarna Emas Rp. 38.000
Pewarna Hitam Rp. 38.000
Pewarna Biru Rp. 76.000
Pewarna Hijau Rp. 38.000
Baju Pangsi Karate Kain Drill American Rp. 201.394.000
Tapak Wali Indonesia Benang Jahit Rp. 202.365.208
Rp. 971.208
Sabuk Karate Tapak Kain Petron Rp. 46.800.000 Rp. 85.715.000
Wali Indonesia Busa F50 Rp. 38.420.000
Benang jahit Rp. 495.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku

untuk kaos terdiri dari kain TC dengan jumlah harga Rp. 143.035.240,
59

kain lotto dengan jumlah harga Rp. 51.051.390, benang obras dengan

jumlah harga Rp. 1.237.000, benang jahit dengan jumlah harga Rp.

665.040, karet dengan jumlah harga Rp. 3.330.000, kain kerah dengan

jumlah harga Rp. 2.132.000, kain mangset dengan jumlah harga Rp.

4.661.800, tinta dasar sablon dengan jumlah harga Rp. 1.500.000, pewarna

emas dengan jumlah harga Rp. 38.000, pewarna merah dengan jumlah

harga Rp. 38.000, pewarna hitam dengan jumlah harga Rp. 76.000, dan

pewarna hijau dengan jumlah harga Rp. 38.000, sehingga total biaya

bahan baku untuk kaos sebesar Rp. 208.802.470. Pemakaian bahan baku

untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia terdiri dari kain drill

American atau setara dengan 7.632 meter dengan jumlah harga Rp.

201.394.000 dan benang jahit dengan jumlah harga Rp. 971.208, sehingga

total biaya bahan baku untuk baju pangsi Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 202.365.208. Pemakaian bahan baku untuk baju pangsi karate Tapak

Wali Indonesia terdiri dari kain drill American dengan jumlah harga Rp.

201.394.000 dan benang jahit dengan jumlah harga Rp. 971.208, sehingga

total biaya bahan baku untuk baju pangsi Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 202.365.208. Serta pemakaian bahan baku untuk sabuk karate terdiri

drill kain petron dengan jumlah harga Rp. 46.800.000, busa F50 dengan

jumlah harga Rp. 38.420.000 dan benang jahit dengan jumlah harga Rp.

495.000, total biaya bahan baku untuk sabuk karate sebesar Rp.

85.715.000. Sehinggah total keseluruhan biaya bahan baku yang

dikeluarkan selama tahun 2019 sebesar Rp. 496.882.678.


60

Tahun 2020

Biaya bahan baku untuk memproduksi kaos yang digunakan oleh

Usaha Ayyim Konveksi tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5
Biaya Bahan Baku
Tahun 2020
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos Olahraga Kain TC Rp. 56.974.750
Kain Lotto Rp. 14 525.500
Benang Obras Rp. 1.152.000
Benang Jahit Rp. 448.000
Karet Rp. 2.291.000
Kain Kerah Rp. 2.766.950
Kain Mangset Rp. 208.802.470
Rp. 2.400.000
Tinta Dasar Sablon Rp. 76.000
Pewarna Emas Rp. 76.000
Pewarna Hitam Rp. 38.000
Pewarna Biru Rp. 38.000
Baju Pangsi Karate Kain Drill American Rp. 148.347.000
Tapak Wali Indonesia Benang Jahit Rp. 148.763.000
Rp. 416.000
Sabuk Karate Tapak Kain Petron Rp. 29.590.000
Wali Indonesia Busa F50 Rp. 27.105.000 Rp. 56.875.000
Benang Jahit Rp. 180.000
Sumber Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku

untuk kaos terdiri dari kain TC dengan jumlah harga Rp. 56.974.750, kain

lotto dengan jumlah harga Rp. 14.525.500, benang obras dengan jumlah

harga Rp. 1.152.000, benang jahit dengan jumlah harga Rp. 448.000, kain

kerah dengan jumlah harga Rp. 2.291.000, kain mangset dengan jumlah

harga Rp. 2.766.950, karet dengan jumlah harga Rp. 2.400.000, pewarna

emas dengan jumlah harga Rp. 76.000, pewarna hitam dengan jumlah

harga Rp. 76.000, pewarna hijau dengan jumlah harga Rp. 36.000, dan
61

pewarna biru dengan jumlah harga Rp. 36.000, sehingga total biaya bahan

baku untuk kaos sebesar Rp. 80.752.200. Pemakaian bahan baku untuk

baju pangsi Tapak Wali Indonesia terdiri dari kain drill dengan jumlah

harga Rp. 148.347.000 dan benang jahit dengan jumlah harga Rp. 416.000,

sehingga total biaya bahan baku untuk baju pangsi Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 148.763.000. Serta pemakaian bahan baku untuk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia terdiri dari kain petron dengan jumlah harga Rp.

29.590.000, busa F50 dengan jumlah harga Rp. 27.105.000 dan benang

jahit dengan jumlah harga Rp. 180.000, sehingga total biaya bahan baku

untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 56.875.000.

Sehinggah total keseluruhan biaya bahan baku yang dikeluarkan selama

tahun 2020 sebesar Rp. 286.390.000.

B. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan

baku menjadi produk jadi. Biaya tenaga kerja pada usaha ini dihitung

berdasarkan jumlah produk perlembar yang laku terjual atau yang

terselesaikan, sebesar Rp. 6.000/lembar untuk kaos dengan jumlah tenaga

kerja sebanyak 4 orang, Rp. 17.000/lembar untuk baju pangsi karate Tapak

Wali Indonesia denga jumlah tenaga kerja sebanyak 4 orang dan Rp.

1.000/lembar untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia dengan jumlah

tenaga kerja sebanyak 3 orang. Adapun jumlah biaya tenaga kerja


62

langsung pada Usaha Ayyim Konfeksi yang dikeluarkan selama tahun

2018-2020 dalam menghasilkan produk jadi adalah sebagai berikut.

Tabel 4.6
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun 2018-2020
Jenis Produksi Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Kaos Rp. 58.950.000 Rp. 97.650.000 Rp. 38.250.000
Baju Pangsi Karate Rp. 95.948.000 Rp. 112.625.000 Rp. 85.136.000
Tapak wali
Indonesia
Sabuk Karate Tapak Rp. 11.310.000 Rp. 12.025.000 Rp. 7.475.000
Wali Indonesia
Total Rp. 154.906.310 Rp. 222.300.000 Rp. 130.861.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja langsung

pada tahun 2018 untuk kaos sejumlah Rp. 58.950.000, untuk baju pangsi karate

Tapak Wali Indonesia Rp. 95.948.000 dan untuk sabuk karate Tapak Wali

Indonesia Rp. 11.310.000, sehingga total biaya tenaga kerja selama tahun 2018

sebesar Rp. 154.906.310. Biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2019 untuk

kaos baju sejumlah Rp. 97.650.000, untuk baju pangsi karate Tapak Wali

Indonesia sejumlah Rp. 112.625.000, untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia

Rp. 12.025.000, sehingga total biaya tenaga kerja selama tahun 2019 sebesar Rp.

222.300.000. Dan biaya tenaga kerja langsung pada tahun 2020 untuk kaos baju

Rp. 38.250.000, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp.

85.136.000, untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia Rp. 7.475.000, sehingga

total biaya tenaga kerja selama tahun 2020 sebesar Rp. 130.861.000

4.2.2 Rekapitulasi Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual

Menurut Usaha Ayyim Konfeksi

Perhitungan Harga Pokok Produksi


63

Tabel 4.7
Perhitungan Harga Pokok Produksi
Tahun 2018-2020
Tahun 2018
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Biaya Bahan Baku Rp. 130.785.806 Rp. 150.081.968 Rp. 78.105.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 58.950.000 Rp. 95.948.000 Rp. 11.310.000
Total Harga Pokok Produksi Rp. 189.735.806 Rp. 246.029.968 Rp. 89.415.000
Unit produksi 9.825 lembar 5.644 lembar 11.310 lembar
Harga Pokok produksi Per Unit Rp. 19.311,53 Rp. 43.591,41 Rp. 7.905,83

Tahun 2019
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Biaya Bahan Baku Rp. 208.802.470 Rp. 202.365.208 Rp. 85.715.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 97.650.000 Rp. 112.625.000 Rp. 12.025.000
Total Harga Pokok Produksi Rp. 306.452.470 Rp. 314.990.208 Rp. 97.740.000
Unit Produksi 16.275 lembar 6.625 lembar 12.025 lembar
Harga Pokok produksi Per Unit Rp. 18.829,64 Rp. 47.545,69 Rp. 8.128,06

Tahun 2020
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Biaya Bahan Baku Rp. 80.752.200 Rp. 148.763.000 Rp. 56.875.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp. 38.250.000 Rp. 85.136.000 7.475.000
Total Harga Pokok Produksi Rp. 119.002.200 Rp. 233.899.000 Rp. 64.350.000
Unit Produksi 6.375 lembar 5.008 lembar 7.475 lembar
Harga Pokok produksi Per Unit Rp. 18.667,01 Rp. 46.705,07 Rp. 8.608,69
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Penentuan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi

Penentuan harga jual adalah salah satu keputusan penting bagi

perusahaan, penentuan harga jual yang tinggi akan menyebabkan

pelanggan tidak membeli produk, namun jika penentuan harga jual yang

terlalu rendah akan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. Maka


64

dari itu penentuan harga jual harus ditentukan dengan tepat melalui

perhitungan harga pokok dengan benar. Dalam menentukan harga jual

produknya Usaha Ayyim Konfeksi menambahkan 10% dari harga pokok

produksi yang telah dihitung, berikut ini adalah perhitungan penentuan

harga jual menurut Usaha Ayyim Konfeksi.

Tabel 4.8
Harga Jual Produk
Tahun 2018
Baju Pangsi Sabuk Karate
Keterangan Kaos Karate Tapak Tapak wali
Wali Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 189.735.806 Rp. 246.029.968 Rp. 89.889.350
Laba yang diharapkan 10% 10% 10%
Rp. 1.897.353,06 Rp. 24.602.996,8 Rp. 8.988.935
Total Harga Jual Rp. 208.709.386,6 Rp. 270.632.964,8 Rp. 98.878.285
Jumlah produksi 9.825 lembar 5.644 lembar 11.310 lembar
Harga jual per lembar Rp. 21.242,68 Rp. 47.950,56 Rp. 8.742,55
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga jual

menggunakan metode perusahaan untuk harga jual per lembar kaos sebesar Rp.

21.242,68. Harga jual per lembar untuk baju pangsi Tapak wali Indonesia sebesar

Rp. 47.950,56. Harga jual per lembar untuk Sabuk karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 8.74,55. Harga jual tersebut diperoleh dari harga pokok produksi

ditambah laba yang diharapkan (10% X harga pokok produksi) dari harga pokok

produknya.

Tabel 4.9
Harga Jual Produk
Tahun 2019
Baju Pangsi Sabuk Karate
Keterangan Kaos Karate Tapak Tapak wali
Wali Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 306.452.470 Rp. 314.990.208 Rp. 97.740.000
Laba yang diharapkan 10% 10% 10%
65

Rp. 30.645.247 Rp. 31.499.020,8 Rp. 9.774.000


Total Harga Jual Rp. 337.097.717 Rp. 346.489.228,8 Rp. 107.514.000
Jumlah produksi 16.275 lembar 6.625 lembar 12.025 lembar
Harga jual per lembar Rp. 20.712,60 Rp. 52.300,26 Rp. 8.940,87
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga jual

dengan menggunakan metode perusahaan untuk harga jual per lembar kaos

sebesar Rp. 20.712,60. Harga jual per lembar untuk baju pangsi Tapak Wali

Indonesia sebesar Rp. 52.300,26. Harga jual per lembar untuk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 8.940,87. Harga jual tersebut diperoleh dari

harga pokok produksi ditambah laba yang diharapkan (10% X harga pokok

produksi) dari harga pokok produknya.

Tabel 4.10
Harga Jual Produk
Tahun 2020
Baju Pangsi Karate Sabuk Karate
Keterangan Kaos Tapak Wali Tapak Wali
Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 119.002.200 Rp. 233.899.000 Rp. 64.350.000
10% 10% 10%
Laba yang diharapkan
Rp. 11.900.220 Rp. 23.389.900 Rp. 6.435.000
Total Harga Jual Rp. 130.902.420 Rp. 257.288.900 Rp. 70.785.000
Jumlah produksi 6.375 lembar 5.008 lembar 7.475 lembar
Harga jual per pcs Rp. 20.533,71 Rp. 51.375,57 Rp. 9.469,56
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga jual

dengan metode perusahaan untuk harga jual per lembar kaos sebesar Rp.

20.533,71. Harga jual per lembar untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 51.375,57. Harga jual per lembar untuk sabuk karate Tapak Wali
66

Indonesia sebesar Rp. 9.469,56. Harga jual tersebut diperoleh dari harga pokok

produksi ditambah laba yang diharapkan (10% X harga pokok produksi) dari

harga pokok produknya.

4.3 Pembahasan

4.3.1. Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Job Order Costing

4.3.1.1 Alokasi dan Perhitungan Biaya Produksi

a. Biaya Bahan Baku

Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

dan mengolah bahan baku hingga menjadi produk jadi. Adapun bahan

baku yang digunakan pada Usaha Ayyim Konfeksi dibeli dari salah satu

toko kain yang ada di Makasssar, Surabaya dan Jakarta.

Tahun 2018

Biaya bahan baku untuk memproduksi kaos yang digunakan oleh

Usaha Ayyim Konfeksi tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11
Biaya Bahan Baku
Tahun 2018
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos a. Kain TC Rp. 91.933.460 Rp. 117.440.510
b. Kain Lotto Rp. 25.507.050
Bajun Pangsi Karate Kain drill Rp. 149.330.000 Rp. 149.330.000
Tapak Wali Indonesia american
Sabuk Karate Tapak a. Kain petron Rp. 44.410.000 Rp. 77.745.000
Wali Indonesia b. Busa F50 Rp. 33.335.000
Total Biaya Bahan Baku Rp. 344.515.510

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi


67

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku pada

tahun 2018 Usaha Ayyim Konfeksi untuk pembuatan kaos terdiri dari kain

TC dengan jumlah harga Rp. 91.933.460 dan kian lotto dengan jumlah

harga Rp. 25.507.050, total biaya bahan baku untuk kaos sebesar Rp.

117.440.510. Pemakaian bahan bahan baku untuk baju pangsi karate

Tapak Wali Indonesia terdiri dari kain drill American dengan jumlah

harga Rp. 149.330.000. Pemakaian bahan baku untuk sabuk karate Tapak

wali Indonesia terdiri dari kain petron dengan jumlah harga Rp.

44.410.000 dan busa F50 dengan jumlah harga Rp. 33.335.000, total biaya

bahan baku untuk sabuk sebesar Rp. 77.745.000. Total biaya bahan baku

yang digunakan selama tahun 2018 sebesar Rp. 344.515.510.

Tahun 2019

Tabel 4.12
Biaya Bahan Baku
Tahun 2019
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos a. Kain TC Rp. 143.035.240 Rp. 194.086.630
b. Kain Lotto Rp. 51.051.390
Bajun Pangsi Karate Kain drill Rp. 201.394.000 Rp. 201.394.000
Tapak Wali Indonesia american
Sabuk Karate Tapak a. Kain petron Rp. 46.800.000 Rp. 85.220.000
Wali Indonesia b. Busa F50 Rp. 38.420.000
Total Biaya Bahan Baku Rp. 480.700.630

Sunber: Usaha Ayyim Konfeksi


68

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku pada

tahun 2018 Usaha Ayyim Konfeksi untuk pembuatan kaos terdiri dari kain

TC dengan jumlah harga Rp. 143.035.240 dan kain lotto dengan jumlah

harga Rp. 51.051.390, total biaya bahan baku untuk kaos sebesar Rp.

194.086.630. Pemakaian bahan bahan baku untuk baju pangsi karate

Tapak Wali Indonesia terdiri dari kain drill American dengan jumlah

harga Rp. . 201.394.000. Pemakaian bahan baku untuk sabuk karate Tapak

wali Indonesia terdiri dari kain petron dengan jumlah harga Rp.

46.800.000 dan busa F50 dengan jumlah harga Rp. 38.420.000, total biaya

bahan baku untuk sabuk sebesar Rp. 85.220.000. Total biaya bahan baku

yang digunakan selama tahun 2019 sebesar Rp. 480.700.630.

Tahun 2020

Tabel 4.13
Biaya Bahan Baku
Tahun 2020
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos a. Kain TC Rp. 56.974.750 Rp. 71.500.250
b. Kain Lotto Rp. 14 525.500
Bajun Pangsi Karate Kain drill Rp. 148.347.000 Rp. 148.347.000
Tapak Wali Indonesia American
Sabuk Karate Tapak a. Kain petron Rp. 29.590.000 Rp. 56.695.000
Wali Indonesia c. Busa F50 Rp. 27.105.000
Total Biaya Bahan Baku Rp. 276.542.250

Sunber: Usaha Ayyim Konfeksi


69

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian bahan baku pada

tahun 2018 Usaha Ayyim Konfeksi untuk pembuatan kaos terdiri dari kain

TC dengan jumlah harga Rp. 56.974.750 dan kain lotto dengan jumlah

harga Rp. 14 525.500, total biaya bahan baku untuk kaos sebesar Rp.

71.500.250. Pemakaian bahan bahan baku untuk baju pangsi karate Tapak

Wali Indonesia terdiri dari kain drill American dengan jumlah harga Rp.

148.347.000. Pemakaian bahan baku untuk sabuk karate Tapak wali

Indonesia terdiri dari kain petron dengan jumlah harga Rp. 29.590.000dan

busa F50 dengan jumlah harga Rp. 27.105.000, total biaya bahan baku

untuk sabuk sebesar Rp. 56.695.000. Total biaya bahan baku yang

digunakan selama tahun 2020 sebesar Rp. 276.542.250.

b. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan

kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan

baku menjadi produk jadi.

Tabel 4.14
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tahun 2018-2020
Jenis Produksi Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020
Kaos Rp. 58.950.000 Rp. 97.650.000 Rp. 38.250.000
Baju Pangsi Karate Rp. 95.948.000 Rp. 112.625.000 Rp. 85.136.000
Tapak wali
Indonesia
Sabuk Karate Tapak Rp. 11.310.000 Rp. 12.025.000 Rp. 7.475.000
Wali Indonesia
Total Rp. 154.906.310 Rp. 222.300.000 Rp. 130.861.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi
70

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya tenaga kerja

langsung pada tahun 2018 untuk kaos sejumlah Rp. 58.950.000, untuk

baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia Rp. 95.948.000 dan untuk sabuk

karate Tapak Wali Indonesia Rp. 11.310.000, sehingga total biaya tenaga

kerja selama tahun 2018 sebesar Rp. 154.906.310. Biaya tenaga kerja

langsung pada tahun 2019 untuk kaos baju sejumlah Rp. 97.650.000,

untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 112.625.000,

untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia Rp. 12.025.000, sehingga total

biaya tenaga kerja selama tahun 2019 sebesar Rp. 222.300.000. Dan biaya

tenaga kerja langsung pada tahun 2020 untuk kaos baju Rp. 38.250.000,

untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 85.136.000,

untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia Rp. 7.475.000, sehingga total

biaya tenaga kerja selama tahun 2020 sebesar Rp. 130.861.000

c. Biaya Bahan Penolong

Bahan penolong adalah suatu bahan yang digunakan sebagai bahan

pendukung dalam pembuatan produk. Adapun bahan penolong yang

digunakan untuk pembuatan produk pada Usaha Ayyim Konfeksi adalah

benang jahit, benang obras, kain kerah, kain mangset, karat, tinta dasar

sablon, pewarna emas, pewarna hitam, pewarna hijau, dan pewarna biru.

Tahun 2018

Tabel 4.15
Biaya Bahan Penolong
Tahun 2018
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos a. Benang Rp. 1.346.000 Rp. 13.345.296
obras
71

b.Benang jahit Rp. 1.237.296


c.Karet Rp. 2.400.000
d.Kain kerah Rp. 1.980.000
e.Kain mangset Rp. 5.180.000
f. Tinta dasar sablon Rp. 1.050.000
g.Pewarna emas Rp. 38.000
h.Pewarna hitam Rp. 38.000
i. Pewarna biru Rp. 38.000
j. pewarna hijau Rp. 38.000

Baju Pangsi Karate Benang jahit Rp. 751.968


Tapak Wali Rp. 751.968
Indonesia
Sabuk Karate Tapak Benang jahit Rp. 360.000
Wali Indonesia Rp. 360.000
Total Biaya Bahan Baku Rp. 14.457.264

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian biaya bahan

penolong pada tahun 2018 untuk produk kaos terdiri dari benang obras

dengan jumlah harga Rp. 1.346.000, benang jahit dengan jumlah harga Rp.

1.237.296, karet dengan jumlah harga Rp. 2.400.000, kain kerah dengan

jumlah harga Rp. 1.980.000, kain mangset dengan jumlah harga Rp.

5.180.000, tinta dasar sablon dengan jumlah harga Rp. 1.050.000, pewarna

emas dengan jumlah harga Rp. 38.000, pewarna merah dengan jumlah

harga Rp. 38.000, pewarna hitam dengan jumlah harga Rp. 738.000, dan

pewarna hijau dengan jumlah harga Rp. 38.000, sehingga total biaya

untuk kaos sebesar Rp. 13.345.296. Pemakaian biaya bahan penolong

untuk produk baju pangsi Karate Tapak Wali Indonesia terdiri dari benang

jahit dengan jumlah Rp. 751.968 dan pemakaian biaya bahan penolong

untuk produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia terdiri drai benang jahit
72

dengan jumlah 360.000. sehinggah total biaya bahan bahan penolong pada

tahun 2018 sebesar Rp. 14.457.264.

Tahun 2019

Tabel 4.16
Biaya Bahan Penolong
Tahun 2019

Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya


Kaos a. Benang Rp. 1.237.000 Rp. 14.715.840
obras
b. Benang jahit Rp. 1.665.040
c. Karet Rp. 3.330.000
d. Kain kerah Rp. 2.132.000
e. Kain Rp. 4.661.800
mangset
f. Tinta dasar Rp. 1.500.000
sablon
g. Pewarna Rp. 38.000
emas
h. Pewarna Rp. 38.000
hitam
i. Pewarna biru Rp. 76.000
j. pewarna Rp. 38.000
hijau
Baju Pangsi Karate Benang jahit Rp. 971.208 Rp. 971.208
Tapak Wali
Indonesia
Sabuk Karate Tapak Benang jahit Rp. 495.000 Rp. 495.000
Wali Indonesia
Total Biaya Bahan Baku Rp. 16.182.048

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian biaya bahan

penolong pada tahun 2019 untuk produk kaos terdiri dari benang obras

dengan jumlah harga Rp. 1.237.000, benang jahit dengan jumlah harga Rp.

1.665.040, karet dengan jumlah harga Rp. 3.330.000, kain kerah dengan

jumlah harga Rp. 2.132.000, kain mangset dengan jumlah harga Rp.
73

4.661.800, tinta dasar sablon dengan jumlah harga Rp. 1.500.000, pewarna

emas dengan jumlah harga Rp. 38.000, pewarna merah dengan jumlah

harga Rp. 38.000, pewarna hitam dengan jumlah harga Rp. 38.000,

pewarna biru dengan jumlah harga Rp. 76.000 dan pewarna hijau dengan

jumlah harga Rp. 38.000, sehingga total biaya untuk kaos sebesar Rp.

14.715.840. Pemakaian biaya bahan penolong untuk produk baju pangsi

Karate Tapak Wali Indonesia terdiri dari benang jahit dengan jumlah Rp.

971.208 dan pemakaian biaya bahan penolong untuk produk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia terdiri drai benang jahit dengan jumlah harga Rp.

495.000. sehinggah total biaya bahan bahan penolong pada tahun 2019

sebesar Rp. 16.182.048.

Tahun 2020

Tabel 4.17
Biaya Bahan Penolong
Tahun 2020
Jenis Produk Jenis Bahan Baku Jumlah Biaya Total Biaya
Kaos a. Benang Rp. 1.152.000 Rp. 9.285.950
obras
b. Benang jahit Rp. 448.000
c. Karet Rp. 2.291.000
d. Kain kerah Rp. 2.766.950
e. Kain Rp. 2.400.000
mangset
f. Pewarna emas Rp. 76.000
g. Pewarna Rp. 76.000
hitam
h. Pewarna biru Rp. 38.000
i. Pewarna Rp. 38.000
hijau
Baju Pangsi Karate Benang jahit Rp. 416.000 Rp. 416.000
Tapak Wali
Indonesia
74

Sabuk Karate Tapak Benang jahit Rp180.000 Rp. 180.000


Wali Indonesia
Total Biaya Bahan Baku Rp. 9.881.950

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan pemakaian biaya bahan

penolong pada tahun 2020 untuk produk kaos terdiri dari benang obras

dengan jumlah harga Rp. 1.152.000, benang jahit dengan jumlah harga Rp.

448.000, karet dengan jumlah harga Rp. 2.291.000, kain kerah dengan

jumlah harga Rp. 2.766.950, kain mangset dengan jumlah harga Rp.

2.400.000, pewarna emas dengan jumlah harga Rp. 76.000, pewarna hitam

dengan jumlah harga Rp. 76.000, pewarna biru dengan jumlah harga Rp.

38.000 dan pewarna hijau dengan jumlah harga Rp. 38.000, sehingga total

biaya untuk kaos sebesar Rp. 9.285.950. Pemakaian biaya bahan

penolong untuk produk baju pangsi Karate Tapak Wali Indonesia terdiri

dari benang jahit dengan jumlah Rp. 416.000 dan pemakaian biaya bahan

penolong untuk produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia terdiri drai

benang jahit dengan jumlah harga Rp180.000. sehinggah total biaya

bahan bahan penolong pada tahun 2020 sebesar Rp. 9.881.950.

d. Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead pabrik adalah biaya selain bahan baku dan tenaga

kerja langsung yang diperlukan untuk membuat produk.

Biaya Listrik

Biaya listrik yang dikeluarkan oleh Usaha Ayyim Konfeksi dapat

dilihat pada tabel berikut ini.


75

Tabel 4.18
Biaya Listrik
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 2.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 1.600.000
Baju pangsi karate Tapak Rp. 2.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 1.600.000
Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Wali Rp. 2.000.000 Rp. 2.400.000 Rp. 1.600.000
Indonesia
TOTAL Rp. 6.000.000 Rp. 7.200.000 Rp. 4.800.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya listrik pada

tahun 2018 untuk produk kaos, baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

maupun sabuk karate Tapak Wali Indonesia masing-masing sejumlah Rp.

2.000.000, total biaya listrik 2018 sejumlah Rp. 6.000.000. Biaya listrik

pada tahun 2019 untuk produk kaos, baju pangsi karate Tapak Wali

Indonesia maupun sabuk karate Tapak Wali Indonesia masing-masing

sejumlah Rp. 2.400.000, total biaya listrik 2019 sejumlah Rp. 7.200.000.

Biaya listrik pada tahun 2020 untuk produk kaos, baju pangsi karate Tapak

Wali Indonesia maupun sabuk karate Tapak Wali Indonesia masing-

masing sejumlah Rp. 1.600.000, total biaya listrik 2020 sejumlah Rp.

4.800.000.

Biaya Transportasi

Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Usaha Ayyim Konveksi

dapat dilihat pada tabel berikut ini.


76

Tabel 4.19
Biaya Transportasi
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 1.300.000 Rp. 1.700.000 Rp. 800.000
Baju pangsi karate Tapak Rp. 1.300.000 Rp. 1.200.000 Rp. 800.000
Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Wali Rp. 1.100.000 Rp. 1.100.000 Rp. 700.000
Indonesia
TOTAL Rp. 3.700.000 Rp. 4.000.000 Rp. 2.300.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya transportasi

pada tahun 2018 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 1.300.000, untuk baju

pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 1.300.000, untuk sabuk

karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 1.100.000, sehingga total biaya

transportasi selama tahun 2018 sebesar Rp. 3.70.000. Biaya transportasi

pada tahun 2019 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 1.700.000, untuk baju

pangsi Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 1.200.000, untuk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 1.100.000, sehingga total biaya

transportasi selama tahun 2019 sebesar Rp. 4.000.000. Biaya transportasi

pada tahun 2020 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 800.000, untuk baju

pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 800.000, dan untuk

sabuk karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 700.000, sehingga total

biaya transportasi selama tahun 2020 sebesar Rp. 2.300.000.

Biaya Lain-Lain

Bahan lain-lain adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian

alat pendukung dalam pembuatan produk, seperti jarum tangan, jarum

mesin, kapur jahit, pendedel, meteran, guntimg dan minyak mesin

Berikut ini adalah biaya lain-lain yang digunakan


77

Tabel 4.20
Biaya Lain-Lain
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 256.000 Rp. 319.000 Rp. 186.000
Baju pangsi karate Tapak Rp. 228.000 Rp. 285.000 Rp. 145.000
Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Wali Rp. 152.000 Rp. 174.000 Rp. 109.000
Indonesia
TOTAL Rp. 636.000 Rp. 778.000 Rp. 440.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya lain-lain pada

tahun 2018 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 256.000, untuk baju pangsi

karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 228.000, untuk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 152.000, sehingga total biaya

transportasi selama tahun 2018 sebesar Rp. 636.000. Biaya lain-lain pada

tahun 2019 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 319.000, untuk baju pangsi

Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 285.000, untuk sabuk karate Tapak

Wali Indonesia sejumlah Rp. 174.000, sehingga total biaya transportasi

selama tahun 2019 sebesar Rp778.000. Biaya lain-lain pada tahun 2020

untuk produksi kaos sejumlah Rp. 186.000, untuk baju pangsi karate

Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp145.000, dan untuk sabuk karate Tapak

Wali Indonesia sejumlah Rp. 109.000, sehingga total biaya transportasi

selama tahun 2020 sebesar Rp. 440.000.

Biaya penyusutan Mesin

Biaya adalah biaya yang diperlukan untuk mengalokasikan aset

berwujud selama pemakaiannya yang digunakan untuk menggambarkan

penyusutan nilai aset tersebut dan dibebankan pada produk yang

diproduksi. Biaya penyusutan mesin yang dimaksud pada Usaha Ayyim


78

Konfeksi mencakup biaya service mesin, biasa dilakukan 2 sampai 3 kali

setahun, dengan biaya sekali service sebesar Rp. 150.000. Biaya

penyusutan yang dikeluarkan oleh Usaha Ayyim Konfeksi pada tahun

2018-2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.21
Biaya Penyusutan Mesin
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 600.000 Rp. 600.000 Rp. 400.000
Baju pangsi karate Tapak Rp. 770.000 Rp. 500.000 Rp. 600.000
Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Wali Rp. 880.000 Rp. 700.000 Rp. 500.000
Indonesia
TOTAL Rp. 2.250.000 Rp. 1.800.000 Rp. 1.500.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa biaya penyusutan

mesin pada tahun 2018 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 600.000, untuk

baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 770.000, untuk

sabuk karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 880.000, sehingga total

biaya penyusutan mesin selama tahun 2018 sebesar Rp. 2.250.000. Biaya

lain-lain pada tahun 2019 untuk produksi kaos sejumlah Rp. 600.000,

untuk baju pangsi Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 500.000, untuk

sabuk karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp. 700.000, sehingga total

biaya penyusutan mesin selama tahun 2019 sebesar Rp. 1.800.000. Biaya

penyusutan mesin pada tahun 2020 untuk produksi kaos sejumlah Rp.

400.000, untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sejumlah


79

Rp.600.000, dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sejumlah Rp.

500.000, sehingga total biaya penyusutan mesin selama tahun 2020

sebesar Rp. 1.500.000.

4.3.1.2 Biaya Non Produksi

Biaya Administrasi dan Pemasaran

Biaya Administrasi dan Pemasaran adalah semua biaya yang

diperlukan untuk menjamin pesanan konsumen dan menyampaikan produk

jadi sampai ke tangan konsumen.

Biaya administrasi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh metode

Usaha Ayyim Konfeksi pada tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.22
Biaya Administrasi dan Pemasaran
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 4.912.500 Rp. 8.137.500 Rp. 3.187.500
Baju pangsi karate Rp. 2.822.000 Rp. 3.312.500 Rp. 2.504.000
Tapak Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Rp. 5.655.000 Rp. 6.012.500 Rp. 3.737.500
Wali Indonesia
TOTAL Rp. 13.389.000 Rp. 17.462.500 Rp. 9.429.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Berdasarkan tabel diatas biaya administrasi dan pemasaran termasuk

biaya angkut yang dibebankan untuk setiap produk itu sama adalah sebesar

Rp. 500/per unit produk dikali dengan jumlah produksi. Pada tahun 2018

untuk produk kaos biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp. 4.912.500 (9.825

lembar X Rp. 500), untuk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia biaya

yang dikeluarkan sejumlah Rp. 2.822.000 (5.644 lembar X Rp. 500) dan

untuk produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia biaya yang dikeluarkan

sejumlah Rp. 5.655.000 (11.310 lembar X Rp. 500), sehingga total biaya
80

administrasi dan pemasaran pada tahun 2018 yang dikeluarkan sebesar Rp.

13.389.000. Pada tahun 2019 untuk produk kaos biaya yang dikeluarkan

sejumlah Rp. 8.137.500 (16.275 lembar X Rp. 500), untuk baju pangsi

karate Tapak Wali Indonesia biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp.

3.312.500 (6.625 lembar X Rp. 500) dan untuk produk sabuk karate

Tapak Wali Indonesia biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp. 6.012.500

(12.025 lembar X Rp. 500), sehingga total biaya administrasi dan

pemasaran pada tahun 2019 yang dikeluarkan sebesar Rp. 17.462.500.

Pada tahun 2020 untuk produk kaos biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp.

3.187.500 (6.375 lembar X Rp. 500), untuk baju pangsi karate Tapak

Wali Indonesia biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp. 2.504.000 (5.008

lembar X Rp. 500) dan untuk produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia

biaya yang dikeluarkan sejumlah Rp. 3.737.500 (7.475 lembar X Rp.

500), sehingga total biaya administrasi dan pemasaran pada tahun 2019

yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.429.000.

Biaya tenaga kerja tidak langsung

Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang

dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani

pengolahan bahan baku menjadi barang jadi.

Biaya tenaga kerja tidak langsung pada Usaha Ayyim Konfeksi

ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji bendahara.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa besaran gaji perbulannya dari tahun

2018 sampai tahun2020 itu sama yang dikelurkan untuk membayar


81

bendahara sebesar Rp. 1.500.000/ bulannya, jika setahun sebesar Rp.

18.000.000 (Rp. 1.500.000 X Rp. 1.500.000).

Biaya tenaga kerja tidak langsung yang dikeluarkan oleh Usaha

Ayyim Konfeksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.23
Biaya Tenaga Kerja Tidak langsung
Tahun 2018-2020
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
Baju pangsi karate Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
Tapak Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
Wali Indonesia
TOTAL Rp. 18.000.000 Rp. 18.000.000 Rp. 18.000.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Biaya Telepon

Biaya telepon adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli

pulsa yang digunakan untuk menelpon pelanggan. Biaya telepon yang

dikeluarkan perbulannya sejumlah Rp. 100.000/ bulan, jika pertahunnya

sebesar Rp. 1.200.000 (Rp. 100.000 X 12 bulan) ini sama dari tahun

2018-2020.

Biaya telepon yang dikeluarkan oleh Usaha Ayyim Konfeksi

dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.24
Biaya Telepon
Tahun 2018-2020
Hasil Produksi 2018 2019 2020
Kaos Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Baju pangsi karate Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Tapak Wali Indonesia
Sabuk karate Tapak Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
82

Wali Indonesia
TOTAL Rp. 1.200.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.200.000
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

4.3.2 Rekapitulasi Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual

Menurut Job Order Costing

Perhitungan Harga Pokok Produksi

Tabel 4.25
Harga Pokok Produksi Kaos
Tahun 2018
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp. 117.440.510 Rp. 149.330.000 Rp. 77.745.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 58.950.000 Rp. 95.948.000 Rp. 11.310.000
Langsung
Biaya bahan penolong Rp. 13.345.296 Rp. 751.968 Rp. 360.000
Biaya Overhead parik
- Biaya listrik Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000 Rp. 2.000.000
- Biaya transportasi Rp. 1.300.000 Rp. 1.300.000 Rp. 1.100.000
- Biaya penyusutan Rp. 600.000 Rp. 770.000 Rp. 880.000
mesin
- Biaya lain-lain Rp. 256.000 Rp. 228.000 Rp. 152.000
Total Biaya Produksi Rp. 193.291.806 Rp. 250.327.968 Rp. 93.447.000
83

Biaya Non Produksi:


Biaya Administrasi dan Rp. 4.912.500 Rp. 2.822.000 Rp. 5.655.000
Pemasaran
Biaya tenaga kerja tidak Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
langsung
Biaya Telepon Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Total Biaya Non Produksi Rp. 11.312.500 Rp. 9.222.000 Rp. 12.055.000
Total Harga Pokok Rp. 204.604.306 Rp. 259.549.968 Rp. 105.602.000
Produksi
Unit produksi 9.825 lembar 5.644 lembar 11.310 lembar
Harga pokok per lembar Rp. 20.824,86/ Rp. 45.986,88/ Rp. 9,337,04/
lembar lembar lembar
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total harga pokok

produksi dengan menggunakan metode job order costing pada tahun 2018

untuk produk kaos sebesar Rp. 204.604.306. Harga pokok perlembarnya

adalah Rp. 204.604.306: 9.825 lembar = Rp. 20.824,86/ lembar. Total

harga pokok produksi produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 259.549.968. Harga pokok perlembarnya adalah Rp.

259.549.968: 5.644 lembar = Rp. 45.986,88/ lembar. Total harga pokok

produksi produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp.

105.602.000. Harga pokok perlembarnya adalah Rp. 105.602.000: 11.310

lembar = Rp. 9,337,04/ lembar.

Tabel 4.26
Harga Pokok Produksi Kaos
Tahun 2019
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
84

Biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp. 194.086.630 Rp. 201.394.000 Rp. 85.220.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 97.650.000 Rp. 112.625.000 Rp. 12.025.000
Langsung
Biaya bahan penolong Rp. 14.715.840 Rp. 971.208 Rp. 495.000
Biaya Overhead parik
- Biaya listrik Rp. 2.400.000 Rp. 2.400.000 Rp. 2.400.000
- Biaya transportasi Rp. 1.700.000 Rp. 1.200.000 Rp. 1.100.000
- Biaya penyusutan Rp. 600.000 Rp. 500.000 Rp. 700.000
mesin
- Biaya lain-lain Rp. 319.000 Rp. 285.000 Rp. 174.000
Total Biaya Produksi Rp. 309.311.470 Rp. 319.375.208 Rp. 102.114.000
Biaya Non Produksi:
Biaya Administrasi dan Rp. 8.137.500 Rp. 3.312.500 Rp. 6.012.500
Pemasaran
Biaya tenaga kerja tidak Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
langsung
Biaya Telepon Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Total Biaya Non Produksi Rp. 14.141.970 Rp. 9.712.500 Rp. 12.412.500
Total Harga Pokok Rp. 323.848.970 Rp. 328.907.708 Rp. 114.526.500
Produksi
Unit produksi 16.275 lembar 6.625 lembar 12.025 lembar
Harga pokok per lembar Rp. 19.898,55/ Rp. 49.646,44/ Rp. 9.524,03/
lembar lembar lembar
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total harga pokok

produksi dengan menggunakan metode job order costing pada tahun 2019

untuk produk kaos sebesar Rp. 323.848.970. Harga pokok perlembarnya

adalah Rp. 323.848.970: 16.275 lembar = Rp. 19.898,55lembar. Total

harga pokok produksi produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 328.907.708. Harga pokok perlembarnya adalah Rp.

328.907.708: 6.625 lembar = Rp. 49.646,44/ lembar. Total harga pokok

produksi produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp.

114.526.500. Harga pokok perlembarnya adalah Rp. 114.526.500: 12.025

lembar = Rp. 9.524,03/ lembar.


85

Tabel 4.27
Harga Pokok Produksi
Tahun 2020
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak Wali
Wali Indonesia Indonesia
Biaya produksi :
Biaya bahan baku Rp. 71.500.250 Rp. 148.347.000 Rp. 56.695.000
Biaya Tenaga Kerja Rp. 38.250.000 Rp. 85.136.000 Rp. 7.475.000
Langsung
Biaya bahan penolong Rp. 9.285.950 Rp. 416.000 Rp. 180.000
Biaya Overhead parik :
- Biaya listrik Rp. 1.600.000 Rp. 1.600.000 Rp. 1.600.000
- Biaya transportasi Rp. 800.000 Rp. 800.000 Rp. 700.000
- Biaya penyusutan Rp. 400.000 Rp. 600.000 Rp. 500.000
mesin
- Biaya lain-lain Rp. 186.000 Rp. 145.000 Rp. 109.000
Total Biaya Produksi Rp. 122.022.200 Rp. 236.648.000 Rp. 67.259.000
Biaya Non Produksi:
Biaya Administrasi dan Rp. 3.187.500 Rp. 2.504.000 Rp. 3.737.500
Pemasaran
Biaya tenaga kerja tidak Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000 Rp. 6.000.000
langsung
Biya telepon Rp. 400.000 Rp. 400.000 Rp. 400.000
Total Biaya Non Produksi Rp. 9.587.500 Rp. 9.222.000 Rp. 11.055.000
Total Harga Pokok Rp. 131.609.700 Rp. 245.552.000 Rp. 77.396.500
Produksi
Unit produksi 6.375 lembar 5.008 lembar 7.475 lembar
Harga pokok per lembar Rp. 20.644,65/ Rp. 49.031,94/ Rp. 10.354,04/
lembar lembar lembar
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa total harga pokok

produksi dengan menggunakan metode job order costing pada tahun 2020

untuk produk kaos sebesar Rp. 131.609.700. Harga pokok perlembarnya

adalah Rp. 131.609.700: 6.375 lembar = Rp. 20.644,65/lembar. Total

harga pokok produksi produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 245.552.000. Harga pokok perlembarnya adalah Rp.

245.552.000: 5.008 lembar = Rp. 49.031,94/ lembar. Total harga pokok


86

produksi produk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp.

77.396.500. Harga pokok perlembarnya adalah Rp. 77.396.500: 7.475

lembar = Rp. 10.354,04/ lembar.

Perhitungan Harga Jual Menurut Job Order Costing

Dalam penentuan harga jual menurut job order costing peneliti

akan menggunakan metode cost plus pricing untuk menentukan harga

jual produk.. Untuk perhitungan %Mark-up, laba yang diharapkan berasal

dari wawancara yang dilakukan kepada pemilik usaha. Dimana pemilik

usaha mengharapkan laba sebesar 10% dari harga pokok produksi.

Adapun rumus yang digunakan dalam metode cost plus pricing

untuk menentukan harga jual ialah:


Harga Jual = Biaya Produksi + %Mark-Up

Tabel 4.28
Harga Jual Produksi
Tahun 2018
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak wali
Wali Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 204.604.306 Rp. 259.549.968 Rp. 105.602.000
Laba yang diharapkan 10% 10% 10%
Rp. 20.460.430,6 Rp. 25.954.996,8 Rp. 10.560.200
Total Harga Jual Rp. 255.064.736,6 Rp. 285.504.964,8 Rp. 116.162.000
Jumlah produksi 9.825 lembar 5.644 lembar 11.310 lembar
Harga jual per lembar Rp. 22.907,35 Rp. 50.585,57 Rp. 10.270,75
87

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga

jual metode job order costing pada tahun 2018 harga jual per lembar untuk

kaos sebesar Rp. 22.907,35. Harga jual per lembar untuk baju pangsi

Tapak wali Indonesia sebesar Rp. 50.585,57. Harga jual per lembar untuk

Sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 10.270,75.

Tabel 4.29
Harga Jual Produk
Tahun 2019
Keterangan Kaos Baju Pangsi Sabuk Karate
Karate Tapak Tapak wali
Wali Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 323.848.970 Rp. 328.907.708 Rp. 114.526.500
Laba yang diharapkan 10% 10% 10%
Rp. 32.384.897 Rp. 32.890.770,8 Rp. 11.452.650
Total Harga Jual Rp. 356.233.867 Rp. 361.798.468,8 Rp. 125.979.150
Jumlah produksi 16.275 lembar 6.625 lembar 12.025 lembar
Harga jual per lembar Rp. 21.888,40 Rp. 54.611,09 Rp. 10.476,43
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga

jual metode job order costing pada tahun 2019 harga jual per lembar untuk

kaos sebesar Rp. 21.888,40. Harga jual per lembar untuk baju pangsi

Tapak wali Indonesia sebesar Rp. 54.611,09. Harga jual per lembar untuk

Sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 10.476,43.

Tabel 4.30
Harga Jual Produk
Tahun 2020
Keterangan Kaos Baju Pangsi Karate Sabuk Karate
Tapak Wali Tapak Wali
Indonesia Indonesia
Harga Pokok Produksi Rp. 131.609.700 Rp. 245.552.000 Rp. 77.396.500
Laba yang diharapkan 10% 10% 10%
Rp. 13.160.970 Rp. 24.555.200 Rp. 7.739.650
88

Total Harga Jual Rp. 144.770.670 Rp. 270.107.200 Rp. 85.136.150


Jumlah produksi 6.375 lembar 5.008 lembar 7.475 lembar
Harga jual per pcs Rp. 22.709,12 Rp. 53.935,14 Rp. 11.389,45
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan harga

jual metode job order costing pada tahun 2020 harga jual per lembar untuk

kaos sebesar Rp. 22.709,12. Harga jual per lembar untuk baju pangsi

Tapak wali Indonesia sebesar Rp. 53.935,14. Harga jual per lembar untuk

Sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp. 11.389,45.

4.3.3 Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dan Harga Jual

Menurut Perusahaan dan Menurut Job Order Costing

Harga Pokok Produksi

Tabel 4.31
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2018
HPP Menurut HPP Menurut
Keterangan Usaha Ayyim Metode Job Order Selisih
Konfeksi Costing
89

Kaos Rp. 19.311,53/ Lbr Rp. 20.824,86/ Lbr Rp. 1.513,33


Baju Pangsi Karate Tapak
Rp. 43.591,41/Lbr Rp. 45.986,88/Lbr Rp. 2.395,47
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak Wali
Rp. 7.905,83/Lbr Rp. 9,337,04/Lbr Rp. 1.431,21
Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Tabel 4.32
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2019
HPP Menurut HPP Menurut
Keterangan Usaha Ayyim Metode Job Order Selisih
Konfeksi Costing
Kaos Rp. 18.829,64/ Lbr Rp. 19.898,55/ Lbr Rp. 1.068,91
Baju Pangsi Karate
Rp. 47.545,69/Lbr Rp. 49.646,44/Lbr Rp. 2.100,75
Tapak Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 8.128,06/Lbr Rp. 9.524,03/Lbr Rp. 1.395,97
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Tabel 4.33
Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Usaha Ayyim
Konfeksi dan Menurut Job Order Costing
Tahun 2020
HPP Menurut HPP Menurut
Keterangan Usaha Ayyim Metode Job Order Selisih
Konfeksi Costing
Kaos Rp. 18.667,01/ Lbr Rp. 20.644,65/ Lbr Rp1.997,64
Baju Pangsi Karate
Rp. 46.705,07/Lbr Rp. 49.031,94/Lbr Rp. 2.326,87
Tapak Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 8.608,69/Lbr Rp. 10.354,04/Lbr Rp. 1.745,35
Wali Indonesia
90

Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi diolah

Harga Jual

Tabel 4.34
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2018
Harga Jual
Harga Jual Metode
Keterangan Menurut Usaha Selisih
Job Order Costing
Ayyim Konfeksi
Kaos Rp. 21.242,68/Lb Rp. 22.907,35/Lbr Rp. 1.664,67
Baju Pangsi Tapak
Rp47.950,56/Lbr Rp. 50.585,57/Lbr Rp. 2.635,01
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 8.742,55/Lbr Rp. 10.270,75/Lbr Rp. 1.528,2
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Tabel 4.35
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2019
Harga Jual
Harga Jual Metode
Keterangan Menurut Usaha Selisih
Job Order Costing
Ayyim Konfeksi
Kaos Rp. 20.712,60/Lbr Rp. 21.888,40/Lbr Rp. 1.175,8
Baju Pangsi Tapak
Rp. 52.300,26/Lbr Rp. 54.611,09/Lbr Rp. 2.310,83
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 8.940,87/Lbr Rp. 10.476,43/Lbr Rp. 1.535,56
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah

Tabel 4.36
Perbandingan Perhitungan Harga Jual Menurut Usaha Ayyim Konfeksi dan
Menurut Job Order Costing
Tahun 2020
Harga Jual
Harga Jual Metode
Keterangan Menurut Usaha Selisih
Job Order Costing
Ayyim Konfeksi
Kaos Rp. 20.533,71/Lb Rp. 22.709,12/Lbr Rp. 2.175,41
Baju Pangsi Tapak
Rp. 51.375,57/Lbr Rp. 53.935,14/Lbr Rp. 2.559,57
Wali Indonesia
Sabuk Karate Tapak
Rp. 9.469,56/Lbr Rp. 11.389,45/Lbr Rp. 1.919,89
Wali Indonesia
Sumber : Usaha Ayyim Konfeksi Diolah
91

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

antara perhitungan harga pokok produksi menurut Usaha Ayyim

Konfeksi dengan metode Job Order Costing. Dengan melihat

perbandingan diatas kemudian terdapat selisi antara perhitungan harga

pokok produksi yang dilakukan Usaha Ayyim Konfeksi dengan Job Order

Costing, hal ini disebabkan karena Usaha Ayyim Konfeksi tidak

sepenuhnya memasukkan unsur-unsur biaya produksi biaya overhead

pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan biaya transportasi, biaya

penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi (biaya

pemasaran, biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Oleh

karena itu sangat perlu dilakukan perhitungan harga pokok produksi

dengan metode job order costing.

Perhitungan harga pokok produksi untuk menentukan harga jual

karena metode job order costing itu lebih rinci dalam memperhitungkan

biaya yang digunakan selama proses produksi sehingga harga jual yang

diterapkan dapat menutupi seluruh biaya produksi dan dapat memberikan

keuntungan yang diharapkan. Maka dengan adanya perhitungan

menggunakan metode job order costing diharapkan akan berguna bagi

perusahaan untuk memperhitungkan dengan baik dan benar biaya yang

telah dikeluarkan sehingga dalam menentukan harga jual menjadi lebih

tepat.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

usaha Ayyim Konfeksi masih menggunakan cara konvensional, yang dimana

tidak sepenuhnya memasukkan unsur-unsur biaya produksi seperti biaya overhead

pabrik (biaya bahan penolong, biaya listrik dan biaya transportasi, biaya

penyusutan mesin dan biaya lain-lain) dan biaya non produksi (biaya pemasaran,

biaya telepon dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sehingga menghasilkan

harga pokok produksi menurut perusahaan lebih rendah dari pada menurut metode

job order costing. Dimana perhitungan harga pokok produksi menurut perusahaan

pada tahun 2018 untuk produk kaos harga pokok produksinya sebesar Rp.

19.311,53/ Lbr, untuk produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 43.591,41/Lbr dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar Rp.

7.905,83/Lbr. Pada tahun 2019 untuk produk kaos harga pokok produksinya

sebesar Rp. 18.829,64/ Lbr, untuk produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 47.545,69/Lbr dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 8.128,06/Lbr . Pada tahun 2020 untuk produk kaos harga pokok produksinya

sebesar Rp. 18.667,01/ Lbr, untuk produk baju pangsi karate Tapak Wali Indonesia

sebesar Rp. 46.705,07/Lbr dan untuk sabuk karate Tapak Wali Indonesia sebesar

Rp. 8.608,69/Lbr. Dalam menentukan harga jual produknya Usaha Ayyim

Konfeksi menambahkan 10% dari harga pokok produksi yang telah dihitung.

91
92

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan diatas, maka dapat

dikemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan khususnya Usaha Ayyim Konfeksi, disarankan

sebaiknya dalam perhitungan harga pokok produksi menggnakan

metode job order costing agar bisa memasukkan unsur-unsur biaya

produksi dengan lengkap sehingga informasi biaya yang dihasilkan

lebih akurat khusunya pada perhitungan harga pokok produksi dan

harga jual yang diterapkan menjadi lebih tepat sehingga dapat

memperoleh laba yang diharapkan.

2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan agar dapat melakukan penelitian

mengenai penentuan harga pokok produksi dengan metode full costing

atau variabel costing yang mungkin dapat memperbandingkan

perhitungan tersebut dengan metode perhitungan yang digunakan

dalam penelitian ini.


DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno & Trisnawati Estralita. 2017. Akuntansi Perpajakan. Edisi 3.


Jakarta: Salemba Empat.

Akbar, M. 2011. Analisis Penerapan Metode Activity Based Costing System


Dalam Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel Pada Hotel Coklat
Makassar. (online). (Http://repository.unhas.ac.id. Diakses 28 Januari
2016).

Bhayangkara, A. & Meliza Putriyanti Zifi. 2016. Perhitungan Harga Pokok


Pesanan untuk Menetapkan Harga Jual Studi kasus pada Usaha
Aluminium. Jurnal Akuntansi Keuangan dan Bisnis. 9. 26-37.

Dunia, A. F. & Wasilah Abdullah. 2018. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba


Empat.

Garrison, Noreen. dkk. 2013. Akuntansi Manajerial. Edisi 14. Jakarta: Salemba
Empat.

Hansen & Mowen. 2016. Akuntansi Manajerial terjemahan Denny Arnos. Jakarta:
Selemba Empat.

Harnanto, A. 2017. Akuntansi biaya: Konsep dan metodologi biaya, elemen biaya,
dan perhitungan harga pokok produksi. Cetakan Pertama.
Yogyakarta: Andi Offset.

Hartati, Neneng. 2017. Akuntansi Biaya. Cetakan Kesatu. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Komara, B. & Ade Sudarma. (2016). Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi
dengan Menggunakan Metode Full Costing Sebagai Dasar Penentuan
Harga Jual pada CV Salwa Meubel. Jurnal Ilmiah Ekonomi. ISSN
Vol. 5. Edisi 9. Oktober 2016. Halaman 18-29. ISSN: 200886969.
Universitas Muhammadiyah Sukabumi.

Krismiaji & Anni A. 2011. Akuntansi Manajemen. Unit Penerbit dan Percetakan
Sekolah Tinggi Ilmu ManajemenYKPN. Yogyakarta.

Macpal, B. dkk. 2014. Analisis Perhitungan Harga Pokok Penjualan Barang


Produksi Pada Jepara Meubel Di Kota Bitung. Jurnal EMBA. 2(3).
1495-1503.

Maghfira, M. & Fazli Syam BZ. 2016. Analisis Perhitungan Harga Pokok
Produksi Dengan Penerapan Metode Full Costing Pada UMKM Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi. Vol. 1,
No. 2, (2016) Halaman 59-70.

Mulyadi. 2019. Akuntansi biaya. Edisi 5. Yogyakarta: UPP-STIM YKPN.

Mursyidi. 2010. Akuntansi Biaya. Bandung: PT. Refika Aditama.

Permatasari, A. E. 2013. Penerapan Full Costing Methode Melalui perhitungan


Harga Pokok Produksi sebagai Dasar Penentuan Harga Jual Pada
UKM Tahu Pak Dariyo. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Pramudya, E.Y. 2015. Analisis Full Costing Kaitannya dengan Penentuan Harga
Pokok Produksi Roti pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) (Studi
Kasus UKM Roti Abadi Nganjuk Periode 2013-2014). Kediri.
Halaman 1-17 p.

Raiborn, A. Cecily & Michael R. Kinney 2011. Akuntansi Biaya dan Dasar
Perkembangan. Buku Satu. Edisi 7. Jakarta: Salemba Empat.

Reyburn, G. L. 2013. Akuntansi Biaya dengan Menggunakan Pendekatan


Manajemen Biaya. Jakarta: Erlangga.

Siregar, B. Bambang. S. dkk. 2016. Akuntansi Biaya. Jakarta: Salemba Empat.

Sodikin, S. S. 2015. Akuntansi Manajemen Sebuah Pengantar. Edisi 5.


Yohyakarta: UPP-STIM YKPN.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni, V. W. 2016. Akuntansi Manajemen Teori dan Aplikasinya.Yogyakarta:


Pustaka Baru Press.

Sukiman, Denmas . 2011. Pengaruh Perhitungan Harga Pokok Produksi


Terhadap Penetapan Harga Jual Produk. Skripsi. Universitas
Pamulang. Tangerang.

Supriyono. 2013. Akuntansi Biaya dan Penentuan Harga Pokok. Edisi Kedua.
Yogyakarta: BPEF.

Sutrisno. 2012. Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia.

Wulandari, S. P. 2016. Analisis Biaya Produksi Menggunakan Metode Full


Costing Dalam Penentuan Ketepatan Harga Pokok Produksi Pada
Pabrik Tahu “SS” Di Sidoarjo. Universitas Bhayangkara Surabaya.
LAMPIRAN
PROSES PRODUKSI
HASIL PRODUKSI

 Kaos

 Baju Pangsi Karate Tapak Wali Indonesia

 Sabuk Karate Tapak Wali Indonesia


PROSES WAWANCARA

Anda mungkin juga menyukai