Kedewasaan Intelektual
Kedewasaan Intelektual
KELOMPOK 3 :
ROSA
FRENGKIE
WILLY
1. Pengertian kedewasaan intelektual
Menjadi dewasa bukanlah tugas yang mudah karena kita dituntut
untuk selalu bersikap dewasa. Dewasa harus mengelola perasaan,
emosi, dan pikiran yang harus selalu jalan beriringan. Kedewasaan
tidak selalu berhubungan dengan umur.
Kedewasaan intelektual merupakan kemampuan seseorang untuk
membentuk pendiriannya sendiri dengan kata lain,ia mampu
membuat pendiriannya sendiri namun juga bisa mempertahankannya
dengan kata lain pendiriannya tidak terombang-ambing oleh keadaan
apapun itu .
2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK HIDUP YANG
MEMPUNYAI AKAL&PIKIRAN
Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna, manusia
merupakan makhluk yang paling sempurna, baik dari wujud fisiknya
maupun rohaninya. Manusia menjadi makhluk ciptaan Tuhan yang
paling sempurna dan mulia karena memilii akal. Dan Akal inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Akal
membantu manusia untuk melakukan tindakan yang seharusnya
dilakukan oleh manusia.
Pola pikir yang harus dimiliki orang dewasa
• Bisa memilah mana yang baik dan buruk.
• Berpikir sebelum bertindak.
• Berbesar hati ketika menerima kritik.
• Melihat sesuatu dari sudut pandang positif.
• Mencari solusi, mengakui kesalahan dan tidak menyalahkan.
• Bisa mengerti orang lain .
• Tidak mudah tersulut emosi.
• Tidak haus pujian.
3. KEDEWASAAN MENURUT ALKITAB
A. AMSAL 25:28: “Orang yang tak dapat mengendalikan diri
adalah seperti kota yang roboh temboknya.”
Mengendalikan atau menguasai diri berarti menahan diri untuk tidak
melakukan suatu keinginan. Bila hidup kita dikuasai oleh keinginan
duniawi, kita akan mudah untuk terjerumus ke dalam dosa.
B. 1 Korintus 13:11: “Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata
seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir
seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku
meninggalkan sifat kanak-kanak itu.»
Kita mungkin sudah sering mendengar ungkapan yang mengatakan
“menjadi tua itu pasti, tetapi menjadi dewasa itu pilihan”. Dengan
kata lain ungkapan itu ingin mengatakan bahwa tiap pribadi akan
pasti menjadi tua selagi dia masih hidup di dunia ini, namun belum
tentu menjadi dewasa.
Ada tiga sifat yang disebutkan Paulus tentang dirinya saat masih
anak-anak, yakni: berkata, merasa, dan berpikir. Ketiga sifat
tersebut: caranya berkata-kata dalam interaksi sosial, caranya merasa
dalam berbagai situasi, serta caranya berpikir dalam berbagai
keadaan dapat menolong kita untuk mengetahui, apakah dia
mempunyai sifat anak-anak, atau mempunyai sifat yang dewasa
C. TITUS 2:6: “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah
mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal.”
Pandangan ini muncul karena anggapan bahwa
dalam usia yang matang, seseorang akan menjadi pribadi yang
dewasa, tenang dan bijaksana. Tetapi pada kenyataannya, usia tidak
dapat menjamin kedewasaan seseorang.Dalam pekerjaan pelayanan
Titus, Paulus memintanya untuk juga hadir bagi sesamanya yang
masih muda dan menasihati mereka untuk dapat menguasai diri
mereka.
D. AMSAL 16:32: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan,
orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota.”
Amsal ditulis pada zaman dimana menundukan kota merupakan
keberhasilan yang sangat luar biasa, namun Alkitab mengatakan
bahwa bagi Tuhan keberhasilan itu tidak ada artinya dengan
keberhasilan seseorang mengendalikan dirinya.
Kita tidak dapat menundukkan atau mengontrol sesuatu ataupun
seseorang kalau kita tidak mampu mengontrol diri sendiri. Karena
itu banyak kegagalan yang disebabkan ketidakmampuan untuk
mengontrol diri sendiri, bahkan suatu bangsa bisa hancur jika
penguasanya tidak bisa untuk mengontrol dirinya sendiri.
E. 2 PETRUS 1:5-6: “Justru karena itu kamu harus dengan
sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu
kebajikan, dan kepada keBAJIKAN PENGETAHUAN dan kepada
pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan,
dan kepada ketekunan kesalehan.”
Inilah yang perlu ditambahkan menurut Petrus : “kebajikan,
pengetahuan, penguasaan diri, ketekunan, kesalehan, kasih akan
saudara-saudara, kasih akan semua orang.” Perhatikan bahwa Petrus
tidak berkata: “Berikut ini daftar hal-hal baik yang bisa kamu miliki,
kalau kamu mau”. Sebaliknya, ia berkata dengan penuh penekanan:
“kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha”