dalam
KBBI
berarti
keteguhan
hati;
ketaatan
(dl
persahabatan,
berarti
berbicara
bagaimana
menjaga
kepercayaan
yang
dimiliki
dan
Lalu apa hubungan cerita ini dengan kesetiaan orang percaya? Kesetiaan
kita sering kita tukarkan demi kesenangan-kesenangan sesaat. Kalau kita
belajar dari Esau, ia lebih menikmati kenikmatan dan keinginan yang sesaat
dan instant. Dan tanpa sadar ia rela membuang hak kesulungannya itu, yang
jelas-jelas lebih tinggi mutu nya dari semangkuk sup kacang merah.
Nilai dari sebuah kesetiaan itu lebih tinggi dari kesenangan-kesenangan
sesaat kita. Karena dalam kesetiaan ada kepercayaan. Di sekolah misalnya,
murid yang paling beruntung adalah murid yang disayang oleh guru-guru.
Bagaimana tidak, dia orang yang dipercaya ketika guru tidak ada di kelas.
Bukan maksudnya untuk kita pintar-pintar menjilat dan mengambil perhatian
guru karena tidak semua guru bisa objektif dalam hal ini. Tapi coba lihat
berharganya kepercayaan lewat contoh sederhana ini.
Coba bayangkan seandainya murid yang dipercaya itu melakukan
kesalahan akibat kebodohan dan kecerobohan nya. Tentu saja banyak pihak
menjadi kecewa, terlebih lagi sang murid menyesal dan berharap ada waktu
mengulang agar hal bodoh itu tidak ia lakukan. Ini yang dilakukan Esau ketika
ia tahu dirinya tidak mendapat berkat kesulungan dari ayahnya, Ishak (Kej
27:34).
Orang yang setia tahu yang mana yang patut untuk diperjuangkan dan
yang harus ditinggalkan. Ia tahu yang harus diprioritaskan dengan hal yang
bukan utama. Ini yang membuat orang setia dipercaya. Baginya kepercayaan
adalah nilai yang priceless. Karena Ia menghargai kepercayaan, Ia menjadi
setia, dan karena itu dia dipercaya.
Kepercayaan adalah investasi jangka panjang. Keper cayaan melibatkan
investasi waktu, tenaga, dan
Maksudnya, kalau buat satu orang tertentu, atau karena ada kepentingan
tertentu maka bisa sungguh-sungguh. Kalau bukan dia orang nya,
dikerjakan asal-asalan.
Nah, kedewasaan seorang Kristen harus dibawa untuk mencapai level ini.
Dimana dasar sebenarnya adalah melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan
Tuhan (1 Kor 10:31)
"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Allah."
, diri kita telah mati dan hanya layak hidup untuk Dia (2 Kor 5:15)
"Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka."
Selama ini, orang umumnya melakukan sesuatu, karena motivasi terdalam
nya benar-benar tidak murni seperti yang Tuhan ajarkan. Ada motif-motif
sampingan yang kita lakukan yang mengotori ketulusan kita melakukan
sesuatu.
Mengapa orang bisa tidak bisa sungguh-sungguh melakukan sesuatu untuk
Tuhan? Karena memang tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Bagaimana mau rela berkorban bagi sosok yang kita sendiri tidak kasihi.
Walaupun satu sisi Tuhan sudah begitu dahulu mengasihi kita (Yoh 3:16).
1 Janjinya dan komitmen yang mengarah ke satu titik.
Hal ini berbicara soal pendirian dan prinsip diri. Orang yang setia tidak akan
mendua. Tidak rakus. Ini sulit. Kita terbiasa untuk menikmati segala sesuatu
sekarang. Kita terbiasa suka-suka sendiri. Tidak berpendirian. Dalam Matius
6:24 Tuhan Yesus berkata bahwa seseorang tidak bisa mengabdi ke dua tuan,
karena ia akan membenci satu dan mengasihi yang lain.
Ngga boleh kompromi sedikit-sedikit dalam hal prinsip.
1 Kepuasan dan kebahagiaannya adalah ketika dipercaya.
Karena baginya itulah kebahagiaan. Kita boleh tidak kaya, tidak punya hal-hal
menarik dan se-update
senjata orang yang setia bukan itu. Senjata orang setia adalah kepercayaan!
Kredibilitas.
Kebodohan dan kerugian orang yang tidak setia :
1
Menghina dirinya. Karena kesetiaan tidak bisa dijual. Ketika kesetiaan itu
sendiri dijual, maka ia akan kerugian besar-besaran. Karena sebenarnya lebih
baik dipercayai daripada setumpuk harta kekayaan. Kesetiaan juga tidak bisa
dibeli, tidak ada orang yang setianya dapat dibeli. Jika ada itu adalah kesetiaan
yang semu.
Hendaknya diri kita sadar akan keadaan kita yang masih belum bisa setia. Belum
bisa dipercaya. Belum bisa diandalkan. Kita tidak berharap untuk jadi manusia
super hebat sehingga bisa diandalkan dalam segala hal. Tapi celaka orang yang
tidak bisa diandalkan dalam tempat yang seharusnya Tuhan tempatkan. Sudahkah
kita benar benar efektif dipercaya di tempat kita? Jika belum, merataplah. Karena
bagaimana Tuhan mau memakai kita kalau manusia saja sulit memakai kita.