Anda di halaman 1dari 6

Kesetiaan

dalam

KBBI

berarti

keteguhan

hati;

ketaatan

(dl

persahabatan,

perhambaan, dsb); kepatuhan. Dalam Alkitab kesetiaan sendiri masuk dalam


rumusan tentang buah roh (Galatia 5:22). Menarik sekali kalau kita lihat sebenarnya
kesetiaan sendiri memiliki akar kata yang sama dengan iman. Dimana

berarti

kesetiaan sendiri memiliki unsur komitmen dan kepercayaan.


Perlu disadari bahwa buah roh sendiri adalah hasil pergumulan dan usaha yang
serius untuk hidup dalam pimpinan Roh. Pepatah mengatakan bahwa "buah jatuh
tidak jauh dari pohonnya" atau "pohon dikenal dari buahnya" memang ada
benarnya. Kita akan sulit mengidentifikasi suatu pohon jika pohon itu tidak berbuah
atau tidak memiliki ciri khasnya. Lain halnya jika sudah berbuah atau memiliki ciri
daun atau aroma yang khas, tidak perlu pohon itu diberi identitas pengenal, orang
sudah tahu pohon apa itu.
Orang percaya diajar untuk hidup dalam pimpinan Roh. Galatia 5:16-26 memuat
tulisan Paulus kepada Jemaat di Galatia mengenai hidup dalam Roh atau menurut
Daging. Orang percaya di himbau untuk tetap tekun dan mengusahakan dirinya
tetap dalam pimpinan roh. Hanya orang yang hidup nya dipimpin oleh Roh dapat
menghasilkan Buah Roh ini. Buah Roh bukan hasil mengikut kelas-kelas kursus atau
seminar-seminar motivasi. Buah Roh hanya dihasilkan jika kita benar-benar serius
hidup dalam pimpinan Roh.
Kesetiaan adalah bagian dari buah roh. Berarti konsekuensinya adalah setiap orang
percaya harus memancarkan sikap kesetiaan. Pertanyaannya kesetiaan seperti
apakah yang Tuhan ingin kita tampilkan?
Kesetiaan tidak akan pernah lepas dari kata komitmen dan kepercayaan. Kesetiaan
sendiri

berbicara

bagaimana

menjaga

kepercayaan

yang

dimiliki

dan

mengembangkannya sebagai tolak ukur keuntungan dan kebahagiaan. Kita sebagai


orang percaya dipanggil untuk memiliki kehandalan yang sungguh, menjaga
kepercayaan yang orang berikan terhadap diri kita. Kesetiaan memberi nilai dalam
hidup kita. Orang tidak akan sembarangan memandang orang yang setia karena
orang setia bukan orang yang sembarangan. Dirinya akan dihargai bukan karena
hal-hal lahiriah yang dia miliki, melainkan kesetiaan yang terpancar dari batinnya.

Orang yang setia memiliki ciri-ciri seperti berikut:


1 Memiliki pertimbangan yang matang dalam menerima tugas yang
dikerjakan.
Mengapa perlu pertimbangan? Karena orang yang setia melakukan suatu
tugas yang diberikan dengan penuh tanggung jawab. Pertimbangan diperlukan
agar tidak mengambil langkah yang salah. Pertimbangan berkaitan dengan
hikmat dan tuntunan dari Tuhan. Dengan kata lain, orang yang setia tetap
tunduk dalam kehendak dan rencana Tuhan bukan nafsu dan keinginan dirinya.
Dalam mengerjakan suatu tugas yang diberikan perlu perhatian khusus
yang akan menghabiskan banyak tenaga. Dia tidak akan sembrono dalam
mengambil keputusan karena dirinya tahu bahwa ada kepercayaan orang lain
yang dipertaruhkan di sana. Lagi pula ia tidak mau tenaganya habis untuk hal
yang tidak perlu.
Sekali diambil suatu keputusan, entah baik maupun buruk

maka orang lain

akan pasti menilai hasil kerja kita.


1 Menghargai kepercayaan lebih dari keuntungan
Ingat bagaimana Kisah Esau yang menukar hak kesulungannya dengan
Yakub? Kisah ini dapat kita lihat dalam Kejadian 25:29-34. Esau adalah orang
yang pandai berburu dan suka tinggal di ladang. Tubuh nya kekar dan
ditumbuhi bulu sekelilingnya. Sebaliknya, Yakub adalah orang yang lebih suka
tinggal tenang dalam kemah.
Suatu ketika, Esau pulang dari ladang dengan sangat letih dan lapar.
Kebetulan dirinya melihat Yakub yang sedang memasak sup kacang merah.
Esau yang kelaparan mengingini makanan tersebut. Namun Yakub ternyata
tidak segampang itu memberikan makanannya. Rupanya Yakub menginginkan
pertukaran. Yakub meminta hak kesulungan Esau diberikan kepadanya ditukar
dengan semangkuk sup kacang merah tersebut. Dan Esau pun menyetujuinya.
Alkitab mengatakan sebegitu ringannya Esau memandang hak kesulungannya
yang ditukar dengan semangkuk kacang merah tersebut.

Lalu apa hubungan cerita ini dengan kesetiaan orang percaya? Kesetiaan
kita sering kita tukarkan demi kesenangan-kesenangan sesaat. Kalau kita
belajar dari Esau, ia lebih menikmati kenikmatan dan keinginan yang sesaat
dan instant. Dan tanpa sadar ia rela membuang hak kesulungannya itu, yang
jelas-jelas lebih tinggi mutu nya dari semangkuk sup kacang merah.
Nilai dari sebuah kesetiaan itu lebih tinggi dari kesenangan-kesenangan
sesaat kita. Karena dalam kesetiaan ada kepercayaan. Di sekolah misalnya,
murid yang paling beruntung adalah murid yang disayang oleh guru-guru.
Bagaimana tidak, dia orang yang dipercaya ketika guru tidak ada di kelas.
Bukan maksudnya untuk kita pintar-pintar menjilat dan mengambil perhatian
guru karena tidak semua guru bisa objektif dalam hal ini. Tapi coba lihat
berharganya kepercayaan lewat contoh sederhana ini.
Coba bayangkan seandainya murid yang dipercaya itu melakukan
kesalahan akibat kebodohan dan kecerobohan nya. Tentu saja banyak pihak
menjadi kecewa, terlebih lagi sang murid menyesal dan berharap ada waktu
mengulang agar hal bodoh itu tidak ia lakukan. Ini yang dilakukan Esau ketika
ia tahu dirinya tidak mendapat berkat kesulungan dari ayahnya, Ishak (Kej
27:34).
Orang yang setia tahu yang mana yang patut untuk diperjuangkan dan
yang harus ditinggalkan. Ia tahu yang harus diprioritaskan dengan hal yang
bukan utama. Ini yang membuat orang setia dipercaya. Baginya kepercayaan
adalah nilai yang priceless. Karena Ia menghargai kepercayaan, Ia menjadi
setia, dan karena itu dia dipercaya.
Kepercayaan adalah investasi jangka panjang. Keper cayaan melibatkan
investasi waktu, tenaga, dan

track record seseorang. Dan kredibilitas

seseorang akan nampak dari sikapnya.


1 Menjalankan Tugas yang diberikan dengan sungguh-sungguh.
Poin ini sangat tidak disukai oleh orang yang memang :
a

Tidak pernah sungguh-sungguh berjuang untuk menggapai sesuatu.


Disini kita harus punya semangat bertarung atas apa yang kita pilih.

Masih memandang orang tertentu, atau masih memiliki kepentingan


tertentu

Maksudnya, kalau buat satu orang tertentu, atau karena ada kepentingan
tertentu maka bisa sungguh-sungguh. Kalau bukan dia orang nya,
dikerjakan asal-asalan.
Nah, kedewasaan seorang Kristen harus dibawa untuk mencapai level ini.
Dimana dasar sebenarnya adalah melakukan segala sesuatu untuk kemuliaan
Tuhan (1 Kor 10:31)
"Aku menjawab: Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau
melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan
Allah."
, diri kita telah mati dan hanya layak hidup untuk Dia (2 Kor 5:15)
"Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak
lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah
dibangkitkan untuk mereka."
Selama ini, orang umumnya melakukan sesuatu, karena motivasi terdalam
nya benar-benar tidak murni seperti yang Tuhan ajarkan. Ada motif-motif
sampingan yang kita lakukan yang mengotori ketulusan kita melakukan
sesuatu.
Mengapa orang bisa tidak bisa sungguh-sungguh melakukan sesuatu untuk
Tuhan? Karena memang tidak mengasihi Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Bagaimana mau rela berkorban bagi sosok yang kita sendiri tidak kasihi.
Walaupun satu sisi Tuhan sudah begitu dahulu mengasihi kita (Yoh 3:16).
1 Janjinya dan komitmen yang mengarah ke satu titik.
Hal ini berbicara soal pendirian dan prinsip diri. Orang yang setia tidak akan
mendua. Tidak rakus. Ini sulit. Kita terbiasa untuk menikmati segala sesuatu
sekarang. Kita terbiasa suka-suka sendiri. Tidak berpendirian. Dalam Matius
6:24 Tuhan Yesus berkata bahwa seseorang tidak bisa mengabdi ke dua tuan,
karena ia akan membenci satu dan mengasihi yang lain.
Ngga boleh kompromi sedikit-sedikit dalam hal prinsip.
1 Kepuasan dan kebahagiaannya adalah ketika dipercaya.
Karena baginya itulah kebahagiaan. Kita boleh tidak kaya, tidak punya hal-hal
menarik dan se-update

teman-teman lain miliki. Jangan bersedih. Sebab

senjata orang yang setia bukan itu. Senjata orang setia adalah kepercayaan!
Kredibilitas.
Kebodohan dan kerugian orang yang tidak setia :
1

Tidak setia menghilangkan kemanusiaannya, tidak seperti anjing atau hewan


peliharaan. Anjing tahu siapa tuannya. Begitu menghargai pemeliharaan
majikannya. Submit penuh.

Menghina dirinya. Karena kesetiaan tidak bisa dijual. Ketika kesetiaan itu
sendiri dijual, maka ia akan kerugian besar-besaran. Karena sebenarnya lebih
baik dipercayai daripada setumpuk harta kekayaan. Kesetiaan juga tidak bisa
dibeli, tidak ada orang yang setianya dapat dibeli. Jika ada itu adalah kesetiaan
yang semu.

Tidak puas diri dan ingin bermain banyak.


Logika nya adalah bermain dengan dua kaki akan selalu lebih untung daripada
satu kaki. Tapi itu penuh dengan resiko. Sekali gagal maka kepercayaan akan
hilang. Track Record rusak dan banyak hal buruk terjadi.
Kita ingin memiliki semua yang terbaik sebanyak mungkin dan secepat
mungkin. Ini yang membuat kita tidak setia, tidak teguh hati. Tidak setengahsetengah. Setengah-setengah membuat kita tidak pernah maksimal mencapai
sesuatu. Maka Tuhan memperingatkan di Wahyu 3:15-16 kepada jemaat di
Laodikia, untuk tidak panas dan tidak dingin (suam-suam, setengah-setengah).
Tidak setia sebenarnya men-downgrade kualitas diri sendiri. Merasa bisa
memiliki semua hal dengan cepat, namun tanpa sadar sebenarnya yang
dimiliki akan rontok satu persatu.
Orang seperti ini tinggal menunggu penyesalan dan berharap ada waktu untuk
memperbaiki kesalahannya.
Ada waktu Tuhan dimana mungkin kita diijinkan memiliki banyak hal. Ingat
waktu Tuhan bukanlah waktunya kita. Kita sendiri tidak tahu kapan itu terjadi.
Tunggulah hingga Tuhan mempercayakannya kepada kita.

Hendaknya diri kita sadar akan keadaan kita yang masih belum bisa setia. Belum
bisa dipercaya. Belum bisa diandalkan. Kita tidak berharap untuk jadi manusia
super hebat sehingga bisa diandalkan dalam segala hal. Tapi celaka orang yang
tidak bisa diandalkan dalam tempat yang seharusnya Tuhan tempatkan. Sudahkah

kita benar benar efektif dipercaya di tempat kita? Jika belum, merataplah. Karena
bagaimana Tuhan mau memakai kita kalau manusia saja sulit memakai kita.

Anda mungkin juga menyukai