Mata kuliah ini membahas tentang berbagai kosnep, prinsip dan keterampilan klinis untuk
membantu memenuhi berbagai kebutuhan manusia yang mencakup aktivitas dan latihan,
kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan dan elektrolit dan keseimbangan cairan-elektrolit,
kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan nutrisi, kebutuhan eliminasi, kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan kebersihan dan perawatan diri, Pengalaman belajar meiputi
pembelajaran di kelas dan Laboratorium.
Sesuai jadwal dengan alokasi waktu 170 menit tiap tatap muka
G. Pembimbing Praktikum
Terlampir sesuai jadwal
H. Tata Tertib
1. Kehadiran praktikum 100%
2. Berpakaian rapi dan sopan (tidak memakai sandal, kaos oblong, baju ketat, anting-
anting dan rambut gondrong
3. Mengenakan jas laboratorium
4. Mengganti apabila menghilangkan, merusak alat laboratorium
5. Mahasiswa menyiapkan alat sehari sebelum pelaksanaan perasat
6. Mahasiswa wajib memiliki modul praktik.
Tujuan Pembelajaran:
a. Menjelaskan macam-macam pengaturan posisi klien
b. Menjekaskan macam-macam ambulasi dan Mobilitas klien
Kasus
Tn. A usia 60 tahun mengeluh susah untuk bergerak, mau duduk kesusahan apalagi untuk
berjalan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan kekuatan otot mengalami penurunan. Perawat
akan melakukan pemeriksaan penunjang dengan foro Rongthen.
Pertanyaan minimal
1. Bagaiman cara melakukan pemindahan/ambulasi klien dalam kondisi yang tidak dapat
berjalan
2. Bagaimana cara melakukan pemindahan/ambulasi klien dalam keadaan tidak sadar
Masalah keperawatan
1. Intoleransi aktivitas
2. Gangguan rasa nyaman
Pendahuluan
Pengertian
Yaitu memindahkan klien yang tidak dapat/tidak boleh berjalan sendiri dari tempat tidur
ke brankard / kursi roda atau sebaliknya
Indikasi
1. Klien yang tidak dapat berjalan sendiri
2. Klien tidak sadar
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
Tujuan Pembelajaran:
a. Menjelaskan macam-macam pengaturan posisi klien
b. Mampu memberikan memposisikan posisi pasien secara tepat
Kasus
Tn. Y usia 70 tahun mengeluh sesak nafas dan batuk berdahak, dari hasil pemeriksaan fisik
didapatkan TD: 130/70 mmhg, N: 90x/mnt, RR: 30 x/mnt, T: 37,7 C
Pertanyaan minimal
1. Apa intervensi yang akan diberikan oleh perawat?
2. Posisi apa yang tepat untuk pasien untuk pasien tersebut?
Masalah keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pendahuluan
Pengertian
Memposisikan klien adalah memberikan/mengubah posisi klien sesuai dengan posisi
yang diinginkan/protap yang ada.
Tujuan
1. Memberi kenyamanan pada klien
2. Prosedural tindakan
3. Terapi/pengobatan
Macam-macam posisi :
1. Posisi Fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala tempat
tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk mempertahankan
kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan klien. Posisi fowler merupakan posisi
bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-90 tanpa fleksi lutut.
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada dan
ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap
Indikasi
1. Pada klien yang mengalami gangguan pernapasan
2. Pada klien yang mengalami mobilisasi
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
3. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien
melorot kebawah pada saat kepala dianaikkan.
4. Naikkan kepala bed 45 sampai 90 sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45 , fowler
tinggi 90 )
5. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana.
Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
6. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva
cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan
diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan
menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.
7. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan
landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari
adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.
8. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah
terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu
supaya klien tidak melorot kebawah.
9. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas
bawah klien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah,
gunakan gulungan trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya.
Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh
tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari
pinggul.
10. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.
11. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki
kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena
tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan
mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan
tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.
12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
13. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Modul Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia – ISTeK ICsada Bojonegoro 8
Cara/prosedur
Sama seperti posisi fowler, hanya berbeda pada sudut pengangkatanya saja yaitu 15-450
3. Posisi Lithotomi
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya ke atas
bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada proses persalinan,
dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Cara Kerja
1. Klien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua paha dan tarik
ke arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomic
4. Pasang selimut
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan klien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.
Indikasi
1. Klien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2. Untuk persalinan
Cara Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Klien dalam keadaan berbaring telentang
3. Pakaian bawah di buka
4. Tekuk lutut dan di renggangkan
5. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia
Tujuan
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut klien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi
1. Untuk klien yang akan di huknah
2. Untuk klien yang akan diberikan obat melalui anus
Prosedur Kerja
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Klien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri dengan posisi badan
setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan ditekuk diarahkan ke
dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kanan diatas tempat
tidur.
4. Bila klien miring ke kanan dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kanan
lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan kiri diatas tempat
tidur.
6. Posisi Trendelenberg
Pada posisi ini klien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Indikasi
1. Klien dengan pembedahan pada daerah perut
2. Klien shock
3. Klien hipotensi.
Cara Kerja
1. Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Posisikan klien berbaring telentang, kemudian angkat bantal dibawah kepala
3. Memasang balok pada kedua kaki tempat tidur, di bagian kaki klien atau menaikkan
pada bagian kaki bila ada tempat tidur yang bias diatur.
4. Merapikan klien
5. Perhatikan keadaan umum klien selama bekerja
7. Posisi Supinasi
Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan
bahu sedikit elevasi menggunakan bantal. Posisi telentang dengan klien menyandarkan
punggungnya agar dasar tubuh sama dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Indikasi
1. Klien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu
2. Klien dengan kondisi sangat lemah atau koma.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body
alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.
4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana.
Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.
5. Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan
yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya
hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.
6. Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak
kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal
tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.
8. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
9. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
8. Posisi Ponasi
Posisi pronasi (posisi telungkup) adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen
dengan kepala menoleh kesamping.
Tujuan
1. Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang
2. Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.
3. Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien post operasi mulut
atau tenggorokan.
Indikasi
1. Klien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan
2. Klien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan
transmisi mikroorganisme.
2. Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk
posisi yang tepat.
3. Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku
lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang
datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat
dipertahankan.
4. Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak
drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan
fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.
5. Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau
payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara
pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan
memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur.
6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi
plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan
mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
7. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan
serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.
8. Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka
elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan
bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan.
Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya
fleksi bahu.
9. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan
10. Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
II Tahap Orientasi
IV Tahap Terminasi
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
3. Akhiri Kegiatan
4. Cuci Tangan
5. Pencatatan/pelaporan (Dokumentasi)
Tujuan Pembelajaran:
a. Memilih macam-macam terapi oksigen dan mengetahui konsentasinya
b. Memberikan terapi oksigen dengan tepat
Kasus
Tn. D usia 70 tahun mengeluh Sesak nafas dan dada terasa nyeri, hasil dari pemeriksaan
didapatkan TD: . TD: 120/70 mmhg, N: 94x/mnt, RR: 30 x/mnt, T: 37,5 C
Pertanyaan minimal
1. Tindakan apa yang akan diberikan perawat?
2. Menggunakan terapi oksigen apa untuk kasus di atas?
Masalah keperawatan
1. Pola Nafas tidak efektif
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pendahuluan
Pengertian
Pemberian oksigen adalah pemberian oksigen melalui hidung dengan
menggunakan kanule nasal. Kanule nasal merupakan suatu alat sederhana yang dapat
memberikan oksigen kontinu dengan aliran 1-6 L/mnt.
Keuntungan : Pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan, bergerak,
berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman.
Kerugian : Tidak dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2
berkurang bila klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1
cm, mengiritasi selaput lendir.
Tujuan
Tujuan pemberian oksigen adalah untuk mempertahankan dan memenuhi kebutuhan
oksigen
Indikasi :
Klien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen (memperbaiki terjadinya
hipoksemia dan menurunkan stimulus yang dapat meningkatkan kardiak output)
Alat dan Bahan :
1. Tabung Oksigen
2. Humidifier dengan air steril di dalamnya
3. Kanule nasal
4. Pita/Plaster jika untuk memastikan kanule ditempatnya
5. Kain kasa untuk melapisi selang di atas tulang pipi
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami input/output cairan
b. Memahami balance dan kebutuhan cairan
c. Menghitung balance dan kebutuhan cairan sesuai usia
Kasus
Seorang pria usia 55 tahun , BB 60 Kg; dirawat dengan post op Laparatomi hari ketiga
akibat appendix perforasi, Keadaan umum : lemah, kesadaran composmentis..Vital sign TD:
100/70 mmHg; HR 88 x/menit; RR 24 x/menit, suhu 36,5°C: pasien masih dipuasakan, saat ini
terpasang NGT terbuka cairan berwarna kuning kehijauan sebanyak 200 cc; pada daerah luka
incici operasi terpasang drainage berwarna merah sebanyak 100 cc, Infus terpasang Dextrose
5% drip Antrain 1 ampul /kolf : 2000 cc/24 jam., terpasang kateter urine dengan jumlah urine
1700 cc, dan mendapat tranfusi WB 300 cc; mendapat antibiotik Cefatoxime 2 x 1 gram yg
didripkan dalam NaCl 50 cc setiap kali pemberian.
Pertanyaan minimal
1. Berapa IWL (Insesible water loss) pasien tersebut?
2. Berapa balance cairan dari pasien ?
Masalah keperawatan
1. Defisit Volume cairan
2. Resiko ketidakseimbnagan elektrolit
Pengertian
Penghitungan keseimbangan cairan masuk dan keluar tubuh.
Tujuan
Mengetahui status cairan tubuh :
1. Mengetahui jumlah masukan cairan
2. Mengetahui keluaran cairan
3. Mengetahui balance cairan
4. Menentukan kebutuhan cairan
Keterangan :
Air Metabolisme (AM) :
a. Dewasa : AM = 5 cc x kg BB/hari
b. Anak
1) Usia Balita : 8 cc/kgBB/hari
2) Usia 5 –7 tahun : 8 –8,5 cc/kgBB/hari
3) Usia 7 –11 tahun : 6 –7 cc/kgBB/hari
NO LANGKAH-LANGKAH Score
II Tahap Orientasi
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami tentang monitoring tetesan infus
b. Memahami cara penghitungan tetesan infus
c. Melakukan penghitungan dan monitor tetesan infus
Kasus
Seorang wanita 60 tahun di rawat di bangsal penyakit dalam. Pasien sudah 4 hari ini mengalami
mual muntah, nyeri perut dan nafsu makan menurun. Pasien keluar keringat dingin dan sakit
kepala. Kesadaran composmentis, keadaan umum lemah dan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital : tekanan darah 130/80, suhu 38 C, frekuensi pernafasan 24x/menit dan nadi 86x/menit.
Dokter memberikan terapi cairan Nacl 500 ml dan diprogramkan habis dalam 8 jam.
Pertanyaan minimal
1. Anda sebagai seorang perawat akan memberi terapi cairan tersebut, berapa tetesan infus yang
diberikan?
Masalah keperawatan
1. Defisit Volume cairan
2. Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Pendahuluan
Pengertian
Memonitor terkesan infus adalah tindakan pemantauan terhadap tetesan cairan infus.
Tujuan
Untuk pemantauan balance cairan, mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan
sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok, mencegah kelebihan cairan
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Tujuan Pembelajaran:
a. Memahami cara menjaga kebersihan lingkungan klien
b. Memahami tujuan menjaga kebersihan alat tenun
c. Mendemostrasikan prosedur mengganti alat tenun
Kasus
Seorang wanita usia 58 tahun dirawat di ruang bedah. Kesadaran delirium, keadaan umum
lemah. TD 90/70, N 80x/menit, RR 24X/menit S 37 . Pasien tidak bisa miring kanan-kiri
sendiri. Tiba-tiba muntah ditempat tidur. Cairan muntah mengotori tempat tidur dan bau.
Pertanyaan minimal
1. Tindakan apa yang dilakukan perawat jika ada pasien mengalami hal tersebut.
Masalah keperawatan
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Hambatan rasa nyaman
Pengertian
Kebersihan lingkungan klien adalah keberkahan area sekitar klien berada, baik itu di
dalam ruangan maupun di luar ruangan. Kebersihan yang dimaksud di sini yaitu yang
berada disekitar klien atau yang ditempati klien, seperti tempat tidur klien.
Kebersihan lingkungan klien, khususnya tempat tidur akan memberikan
kenyamanan bagi klien. Jika klien merasa nyaman, klien akan dapat tidur tanpa gangguan
sehingga membantu dalam proses penyembuhan. Tempat tidur klien perlu dirancang
untuk memenuhi keamanan, kenyamanan, dan kemampuan adaptasi untuk mengubah
posisi.
Tujuan
1. Membersihkan lingkungan klien
2. Memberikan kenyamanan bagi klien
Ada beberapa prosedur tindakan yang harus diketahui terkait dengan kebersihan
lingkungan dan kenyamanan klien, yaitu :
1. Menyiapkan tempat tidur
2. Merapikan tempat tidur dengan klien di atasnya
3. Mengganti alat tenun dengan klien di atasnya
NO LANGKAH-LANGKAH Score
2. Cuci Tangan
II Tahap Orientasi
1. Merapikan alat
2. Mencuci tangan
NO LANGKAH-LANGKAH Score
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Tujuan Pembelajaran:
Mendemostrasikan prosedur pemberian nutrisi melalui selang NGT
Kasus
Ny B usia 55 tahun di rawat di ruang ICU. Kesadaran klien somnolen sejak 2 hari yang lalu, TD
: 100, N: 86x/menit, RR: 24X/menit, S: 36,7 C. Pasien tampak lemah, hasil laboratorium
menunjukkan Hb 7,8 , tonus otot menurun dan terdeteksi kebutuhan nutrisi tidak bisa
dilakukan secara mandiri. Jika anda seorang perawat maka intervensi keperawatan apakah
yang akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Ny.W?
Pertanyaan minimal
Tindakan keperawatan apa yang dilakukan oleh perawat dengan kasus diatas?
Masalah keperawatan
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Pendahuluan
Pengertian
Pemberian makanan melalui pipa / selang NGT yang dilakukan pada klien yang tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi per oral atau adanya gangguan fungsi menelan
Tujuan
Memenuhu kebutuhan nutrisi pasien
II Tahap Orientasi
IV EVALUASI
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami prosedur eliminasi klien
2. Mendemostrasikan prosedur eliminasi urine
Kasus
Seorang pria usia 50 tahun dirawat di ruang syaraf. Keadaan umum lemah, Kesadaran
composmentis GCS 456. Pasien pusing , mual dan lemah. Pasien merasa ingin BAK, namun
psien tidak kuat turun ke toilet
Pertanyaan minimal:
Tindakan apa yang dilakukan oleh perawat?
Masalah keperawatan
1. Hambatan Mobilitas Fisik
2. Defisit perawatn diri : eliminasi
Pendahuluan
Pengertian
Membantu pasien BAK yaitu membantu pasien buang air kecil menggunakan urinal
yang diterapkan pada pasien yang tidak mampu buang air kecil sendiri di kamar mandi.
Tujuan
1. Urinal
2. Pengalas
3. Tisu
4. Botol berisi air hangat
NO LANGKAH-LANGKAH Score
4. Menjaga Privasi
5. Memakai sarung tangan bersih
6. Memasang pelak dibawah bokong klien
7. Melepaskan pakaian bawah klien
8. Mengatur isi pasien (dosa rekumben), tergantung
kenyamanan klien
9. Memasang urinal di bawah gluteal/pinggul atau di
antara kedua paha
10. Menganjurkan klien untuk berkemih
11. Menyiram genitalia (penis) klien dengan air hangat
12. Mengeringkan genitalia dengan tisu
13. Memasang kembali pakaian bawah klien
11. Merapikan alat dan pasien
IV Tahap Terminasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Mendemostrasikan prosedur eliminasi fekal klien
Kasus
Seorang pria usia 55 tahun dirawat di ruang bedah. Keadaan umum lemah, Kesadaran
composmentis GCS 456. Pasien pusing , mual dan lemah. Pasien merasa ingin BAB, namun
psien tidak kuat turun ke toilet
Pertanyaan minimal
Tindakan apa yang dilakukan oleh perawat?
Masalah keperawatan
3. Hambatan Mobilitas Fisik
4. Defisit perawatn diri : eliminasi
Pendahuluan
Pengertian
Membantu pasien BAB yaitu membantu pasien buang air besar menggunakan pispot yang
dilakukan pada pasien yang tidak mampu buang air besar di toilet. Pasien dibantu
menggunakan pispot (penampung untuk buang air besar di tempat tidur.
Tujuan
1. Pispot (2 buah)
2. Pengalas
3. Tisu
4. Air bersih dalam tempatnya (botol)
5. Sarung tangan
NO LANGKAH-LANGKAH Score
4. Menjaga Privasi
5. Memakai sarung tangan bersih
6. Memasang pelak dibawah bokong klien
7. Melepaskan pakaian bawah klien
8. Menempatkan pispot di antara pengalas dan gluteal
dengan posisi lubang pispot tepat di bawah rektum
9. Menanyakan kepada klien apakah sudah meras
nyaman, bila belum atur kembali posisi pispot sesuai
dengan kebutuhan
10. Menganjurkan klien untuk BAB pada pispot yang
disediakan
11. Setelah selesai, singkirkan pispot yang kotor dan ganti
dengan pispo yang bersih.
12. Menyiram anus klien dengan air hingga bersih dan
dikeringkan dengan tisu
14. Memasang kembali pakaian bawah klien
12. Merapikan alat dan pasien
IV Tahap Terminasi
Tujuan Pembelajaran:
1. Memahami prosedur mengganti diapers
Kasus
Seorang pria usia 65 tahun dirawat di ruang paru. Keadaan umum lemah, Kesadaran
composmentis GCS 456. Pasien pusing , mual dan lemah. Pasien hanya tidur di tempat tidur,
aktivitas makan, berganti pakaian dibantu oleh keluarga. Keluarga menginformasikan diapers
pasien sudah dipagai sejak pagi tadi dan kotor.
Pertanyaan minimal
Tindakan apa yang dilakukan oleh perawat?
Masalah keperawatan
1. Hambatan Mobilitas Fisik
2. Defisit perawatn diri : eliminasi
Pengertian
Yaitu mengganti diaper/popok pasien dengan diapers/popok yang baru. Pemasangan
diapers/popok dilakukan pada pasien-pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau
yang tidak bisa buang air besar di toilet.
Tujuan
1. Untuk pemantauan pola eliminasi
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Tujuan Pembelajaran:
Menerapkan Prosedur Cuci Tangan
Kasus
Seorang pria usia 65 tahun dirawat di ruang bedah. Keadaan umum lemah, Kesadaran
composmentis GCS 456. Pasien pusing , mual dan lemah. Pasien hanya tidur di tempat tidur,
aktivitas makan, berganti pakaian dibantu oleh keluarga. Keluarga menginformasikan Infus
pasien lepas, dan harus dipang kembali.
Pertanyaan minimal
Tindakan apa yang dilakukan oleh perawat sebelum melakukan pemasangan infus?
Masalah keperawatan
1. Resiko Infeksi
2. Defisit perawatan diri
Pengertian
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit
kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Sementara itu
menurut Perry & Potter (2005), mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi.
Tujuan
1. Mengangkat mikroorganisme yang ada di tangan.
2. Mencegah infeksi silang (cross infection).
3. Menjaga kondisi steril.
4. Melindungi diri dan klien dari infeksi.
5. Memberikan perasaan yang segar dan bersih
Prosedur Kerja :
1. Basuh tangan dengan air
2. Tuangkan sabun secukupnya
3. Gosok kedua telapak tangan dengan cara memutar tangan kanan diatas tangan kiri
berlawanan dengan arah jarum jam
4. Gosok punggung tangan dan sela jari tangan bagian luar dengan berlawanan arah
bergantian
5. Gosok sela-sela jari bagian dalam bergantian
6. Gosok punggung jari dengan gerakan setengah memutar olak balik
7. Gosok ibu jari dan sela jari dan sela jari telunjuk dan ibu jari bagian bawah dengan
gerakan melingkar bergatian
8. Bersihkan sela kuku/ujung jari dengan cara gosokkan ujung jari dengan memutar di
telapak tangan dengan bergantian
9. Gosok pergelangan tangan kiri dengan menggunakan tangan kanan dan lakukan
sebaliknya
10. Bilas kedua tangan dengan air
11. Keringkan dengan tisu sekali pakai sampai benar-benar kering
12. Gunakan tisu tersebut untuk menutup keran sebelum dibuang pada tempat sampah
Prosedur Kerja :
1. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan.
2. Melepas cincin, gelang dan jam tangan
3. Basahi kedua tangan dengan air mengalir sampai siku. Gunakan sabun dari siku
kearah lengan bawah, dan tangan satunya
4. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut ke arah luar, kemudian
bersihkan jari hingga siku dengan gerakan sirkular dengan spon. Lakukan hal yang
sama pada tangan satunya.
5. Bilas tangan secara bergantian dengan air mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan
mengarah keatas sebatas siku
6. Gosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan lengan bawah dengan
antiseptik minimal selama 2 menit
7. Bilas kembali setiap tangan dengan air mengalir secara bergantian
8. Tegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh
permukaan atau benda apapun
9. Keringkan tangan menggunakan handuk steril atau diangin-anginkan. Seka tangan
dimulai dari ujung jari sampai siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk
yang berbeda
2. Peralatan
Wastafel / air mengalir
Sabun biasa / antiseptic
Handuk kecil/pengering
3. Siapkan peralatan dan bahan yang di butuhkan (air
yang mengalir)
II Tahap Kerja
2. Persiapan Alat
Wastafel / air mengalir
Sabun biasa / antiseptic
Sikat, spon
Handuk kecil/pengering
3. Siapkan peralatan dan bahan yang di butuhkan (air yang
mengalir)
II Tahap Kerja
Tujuan Pembelajaran:
a. Menjelaskan Pengkajian nyeri
b. Menerapkan pengkajian nyeri
Kasus
Tn. D usia 67 tahun mengeluh nyeri dibagian lutunya, nyeri dirasakan sudah satu bulan yang
yang lalu, nyeri diakibatkan adanya peradangan pada persendian Tn. D nyeri terasa seperti
dicengkeram, nyeri semakin terasa apabila dibuat beraktifitas.
Pertanyaan minimal
Apa yang harus dilakukan pertama kali oleh perawat pada kasus tersebut?
Masalah keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: Nyeri
2. Intoleransi aktivitas
Pendahuluan
Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau
bersamaan dengan beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun
(Smeltzer, 2001).
Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2001), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba- tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik.
Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik
perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita
untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika
kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam
bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat
dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan.
b. Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode
waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering
tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak
mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena
biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada
penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu
tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan
sendirinya.
P : Provokatif / Paliatif
Apa kira-kira Penyebab timbulnya rasa nyeri...? Apakah karena terkena ruda paksa /
benturan..? Akibat penyayatan..? dll.
Q : Qualitas / Quantitas
Seberapa berat keluhan nyeri terasa..?. Bagaimana rasanya..?. Seberapa sering terjadinya..?
Ex : Seperti tertusuk, tertekan / tertimpa benda berat, diris-iris, dll.
R : Region / Radiasi
Lokasi dimana keluhan nyeri tersebut dirasakan / ditemukan..? Apakah juga menyebar ke
daerah lain / area penyebarannya..?
S : Skala Seviritas
Skala kegawatan dapat dilihat menggunakan GCS untuk gangguan kesadaran, skala nyeri /
ukuran lain yang berkaitan dengan keluhan
T : Timing
Kapan keluhan nyeri tersebut mulai ditemukan / dirasakan..? Seberapa sering keluhan
nyeri tersebut dirasakan / terjadi...? Apakah terjadi secara mendadak atau bertahap..? Acut
atau Kronis..?
sumber: unud.ac.id
2. Verbal Rating Scale (VRS)
Verbal Scale (VRS) hampir sama dengan VAS, hanya, pernyataan verbal dari rasa nyeri yang
dialami oleh pasien ini jadi lebih spesifik. VRS lebih sesuai jika digunakan pada pasien
pasca operasi bedah karena prosedurnya yang tidak begitu bergantung pada koordinasi
motorik dan visual.
sumber: unud.ac.id
sumber: unud.ac.id
NRS di satu sisi juga memiliki kekurangan, yakni tidak adanya pernyataan spesifik terkait
tingkatan nyeri sehingga seberapa parah nyeri yang dirasakan tidak dapat diidentifikasi
dengan jelas.
4. Wong-Baker Pain Rating Scale
Wong-Baker Pain Rating Scale adalah metode penghitungan skala nyeri yang diciptakan dan
dikembangkan oleh Donna Wong dan Connie Baker. Cara mendeteksi skala nyeri dengan
metode ini yaitu dengan melihat ekspresi wajah yang sudah dikelompokkan ke dalam
beberapa tingkatan rasa nyeri.
Saat menjalankan prosedur ini, dokter akan meminta pasien untuk memilih wajah yang
kiranya paling menggambarkan rasa nyeri yang sedang mereka alami.
Seperti terlihat pada gambar, skala nyeri dibagi menjadi:
Raut wajah 1, tidak ada nyeri yang dirasakan
Raut wajah 2, sedikit nyeri
Raut wajah 3, nyeri
Raut wajah 4, nyeri lumayan parah
Raut wajah 5, nyeri parah
Raut wajah 6, nyeri sangat parah
Tujuan Pembelajaran:
a. Mendemostrasikan prosedur memandikan klien di tempat tidur.
Kasus
Seorang wanita 65 tahun, klien tinggal sendiri dirumah. Saat dikunjungi dirumah, klien
mengeluh gatal seluruh tubuh. Klien tampak menggaruk-garuk badannya, penampilan
lusuh,rambut tampak kotor dan bau badan tidak enak. Setelah ditanya klien mengaku sudah
5 hari berbaring saja ditempat tidur karena lemas dan tidak kuat berjalan, BAK dan BAB di
tempat tidur. Dari kasus diatas tindakan apa yang perlu anda lakukan?
Pertanyaan minimal
Apa yang harus dilakukan pertama kali oleh perawat pada kasus tersebut?
Masalah keperawatan
1. Defisit perawatan diri : mandi
2. Gangguan mobilitas fisik
Pengertian
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu mandi secara
sendiri dengan cara memandikan di tempat tidur.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan tubuh,
2. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor,
3. Memperlancar sistem peredaran darah
4. Menambah kenyamanan klien.
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Pengertian
Merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang tidak mampu
memenuhi kebutuhan untuk mencuci dan menyisir rambut.
Tujuan
1. Menghilangkan mikroorganisme kulit kepala
2. Menambah rasa nyaman
3. Membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit
4. Memperlancar sistem peredaran darah di bawah kulit
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Pengertian
Mengganti pakaian klien yaitu merupakan tindakan mengganti pakaian kotor klien
dengan pakaian yang bersih.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan dan kenyamanan klien
2. Untuk meningkatkan gambaran diri & harga diri klien dengan menciptakan susana
yang bersih, rapi & nyaman
3. Untuk mengontrol penyebab mikroorganisme
NO LANGKAH-LANGKAH Score
Tujuan Pembelajaran:
a. Mendemostrasikan prosedur Oral Hygiene.
Kasus
Seorang wanita berusia 70 tahun, klien tinggal sendiri dirumah. Saat dikunjungi dirumah,
klien mengeluh bau mulut. Klien tampak menutup mulutnya disaat berbicara dengan perawat,
mulut tampak kotor. Setelah ditanya klien mengaku sudah 4 hari berbaring saja ditempat tidur
karena lemas dan tidak kuat berjalan ke kamar mandi untuk melakukan gosok gigi. Dari kasus
diatas tindakan apa yang perlu anda lakukan?
Pertanyaan minimal
Apa yang harus dilakukan pertama kali oleh perawat pada kasus tersebut ?
Masalah keperawatan
1. Defisit perawatan diri
2. Gangguan mobilitas fisik
Definisi
Mulut yang sehat meliputi kebersihanya, kenyamanan dan kelembabanya.
Perawatan mulut bertujuan untuk mencegah mulut dari penyakit dan kerusakan gigi.
Klien yang dirawat lama dirumah sakit jarang sekali mendapat perawatan kebersihan
mulut yan optimal. Idealnya klien merawt mulut secara rutin setiap kali sesudah makan,
mandi dan bangun tidur.
Namun tidak semua klien mampu untuk melakukan perawatan mulut pada saat
dia berada dirumah sakit, sehingga ada klien yang harus dibantu dalam perawatan
mulut. Perawatan mulut diperlukan pada klien yang mendapatkan oksigenasi dan Naso
Gastrik Tube (NGT), demikian juga pada klien yang lama tidak menggunakan mulut. Pada
klien yang tidak mampu melakukan perawatan mulut secara mandiri inilah yang harus
amendapatkan bantuan dari perawat untuk merawat mulutnya. Pada kondisi ini klien
menggunakan mulut untuk bernafas dan tidak memakan apapun dengan mulutnya,
sehingga bakteri, sisa-sisa dari mukosa dan sekresi lain berkumpul dimulut, gigi dan
bibir.
Tujuan
1. Menjaga kebersihan mulut
2. Meningkatkan nafsu makan
NO LANGKAH-LANGKAH Score
IV Tahap Terminasi
Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 1. Jakarta: Salemba Medika
Alimul. (2015). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
Alimul. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan. Buku
1. Jakarta: Salemba Medika
Alimul. (2012). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi konsep dan Proses Keperawatan Buku 2.
Jakarta: Salemba Medika
Barnest., Vichi Vine., 1989. Clinical Skill and Assessment Techniques in Nursing Practice.
London : Scoth Foreman and Company.
Belland, Kethleen Hoerth & Wells, Marry Ann. 1986. Clinical Nursing Prosedures. California:
Jones and Battlett Publisher
Carol., Taylor., 1989., Fundamental of Nursing : The Art and Science of Nursing Care,
Philadelphia : JB. Lippincott Company.
Craven R and Hirnle C.J. 2000. Fundamentals of Nursing, Human Health and Function.
Third Edition. Philadelphia : Lippincott
Kozier, B., Erb, G.,Berwan, A.J., & Burke,K. (2008). Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
Practice. New Jersey: Prentice Hall Health
Lynn, P. B.. 2011. Taylor’s Clinical Nursing proachSkill;.Third EditionANursing. Philadelphia: Lippincott
William & Wilkins.
Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media Aesculapius. FKUI.
Meeker, B. & Rhoads, J. 2011. Davis Guide To Clinical Nursing Skills. Philadelphia : F A
Davis Co.
Potter, P.A., 2000., Pocket Guide ti Basic Skill and Procedures (3rd ed)., Toronto : Mosby
Potter, P.A. & Perry,A.G. (2009). Fundamentals of Nursing. 7th Edition. Singapore: Elsevier Pte.Ltd
Prasetyo, Sigit Nian. 2010. Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Binarupa Aksara
Publisher
Sjamsuhidajat, R. & De Jong, W. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Smeltzer, S.C., Bare, B.G., 2002, Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth, Alih
Bahasa : Monica Ester, Jakarta : EGC
Modul Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia – ISTeK ICsada Bojonegoro 65
Tarwoto. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika