Makalah ini diajukan dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Syariah
Dosen Pengampu: Anang Zubaidy S.H., MH.
Oleh:
Tito Brahmantiyo
(20410695)
Fakultas Hukum
2022
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Pada 21 April 2005, Aksi Cepat Tanggap (ACT) resmi diluncurkan sebagai yayasan
yang bergerak di bidang sosial dan kemanusiaan. Untuk memperluas kiprahnya, ACT telah
memperluas kegiatannya, mulai dari kegiatan tanggap darurat, kemudian memperluas
kegiatannya ke program pemulihan pasca bencana, pemberdayaan dan pengembangan
masyarakat, serta program berbasis spiritual seperti Qurban, Zakat dan Wakaf.
ACT didukung oleh komunitas donatur publik yang memiliki kepedulian yang kuat
terhadap isu-isu kemanusiaan dan juga partisipasi perusahaan melalui program kemitraan dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Sebagai bagian dari tanggung jawab keuangannya,
ACT secara rutin memberikan laporan keuangan tahunan yang telah diaudit oleh kantor
akuntan publik kepada para donatur dan pihak lain yang berkepentingan dan
mempublikasikannya melalui media.
Sejak tahun 2012 ACT telah berkembang menjadi lembaga kemanusiaan global,
dengan cakupan kegiatan yang lebih luas. Dalam skala lokal, ACT mengembangkan jaringan
di seluruh provinsi, baik dalam bentuk jaringan relawan di forum Masyarakat Relawan
Indonesia (MRI) maupun dalam bentuk jaringan cabang ACT. Jangkauan kegiatan program
tersebut kini telah menjangkau 30 provinsi dan 100 kabupaten/kota di seluruh Indonesia.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, makalah ini akan mengangkat rumusan masalah sebagai
berikut:
BAB III
Pembahasan
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Aksi Cepat Tanggap adalah sebuah lembaga swadaya masyarakat Indonesia yang bergerak
di bidang sosial dan kemanusiaan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan konsep
human security, human communication, dan konsep non-government organization. Dalam
contact person yaitu Manajer Global Humanity Response, Aksi Cepat Tanggap, aktivis
kemanusiaan yang tinggal di Jalur Gaza dan diplomat Palestina untuk Indonesia. Publik
dikejutkan dengan tingginya gaji pengelola dana kemanusiaan tersebut. Misalnya,
Ahyudin, pendiri dan mantan presiden ACT, diduga menerima gaji. Namun, presiden baru
ACT Ibnu Khajar, penerus Ahyuddin, membantah gaji terakhir presiden ACT sebesar Rp
250 juta. Ibnu Khajar mengatakan gaji fund manager adalah 13,7% dari 2017 hingga 2021.
karena bukan lembaga amil zakat tetapi sebagai lembaga kemanusiaan di bawah naungan
Kementerian Sosial, ACT dapat menarik gaji di luar ketentuan LAZ, yang bisa lebih tinggi
dari 12,5%. Penyimpangan ini bisa terjadi karena tidak ada aturan dan standarisasi berapa
gaji yang pantas untuk penggalangan dana kemanusiaan.
Pengumpulan uang dan barang, dalam penjelasan yang diberikan Kementerian Sosial,
mengawasi pengumpulan uang dan barang atau PUB oleh badan penyelenggara yang
berkaitan dengan sumbangan ke Palestina. karena bukan lembaga amil zakat tapi sebagai
lembaga kemanusiaan di bawah naungan Kemensos, ACT bisa menarik gaji di luar
ketentuan LAZ yang bisa lebih tinggi dari 12,5%. Penyimpangan ini bisa terjadi karena
tidak ada aturan dan standarisasi berapa gaji yang pantas untuk penggalangan dana
kemanusiaan. Melalui maraknya kegiatan penggalangan dana yang terjadi di lingkungan,
masyarakat harus meminta izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan harus dimiliki oleh instansi atau organisasi yang melakukan penggalangan dana.
DAFTAR PUSTAKA
https://act.id/tentang/sejarah
https://bukamatanews.id/kolom/view/act-pantas-dibubarkan-lembaga-kemanusiaan-
serupa-perlu-distandarisasi
https://ejournal.staknkupang.ac.id/ojs/index.php/apos/article/view/64/73