Anda di halaman 1dari 51

Kewajiban Perpajakan

Badan Usaha

Jakarta, 09 Juni 2022

www.pajak.go.id
Subjek Pajak

“ BUMDes pada dasarnya merupakan


sebuah badan usaha, sama seperti badan
usaha lain seperti PT maupun CV, hanya saja
dimiliki oleh sebuah desa. Oleh karena itu,
BUMDes memiliki peran yang sama sebagai
Wajib Pajak yang berbentuk badan usaha ”

www.pajak.go.id
Saat Mulai dan Berakhir
Kewajiban Subjektif

Kewajiban Pajak Badan Usaha dimulai


Saat didirikan / berkedudukan di Indonesia

Kewajiban Pajak Badan Usaha Berakhir


Saat dibubarkan atau tidak lagi berkedudukan di
Indonesia

www.pajak.go.id
2 Menghitung
Pajak
PP 23 Tahun 2018 atau PPh Pasal 25

Omzet sampai Omzet


dengan 4,8 M diatas 4,8 M
Badan Usaha dengan Untuk Badan Usaha
Omzet tahun sebelumnya dengan omzet tahun
hingga 4,8 Miliar sebelumnya diatas 4,8
dikenakan tarif 0,5% dari Miliar, menggunakan
omzet (PP 23 Tahun angsuran PPh Pasal 25
2018)
UMKM Non-UMKM
www.pajak.go.id
PP 23
Tahun 2018
Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha
Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang
Memiliki Peredaran Bruto Tertentu
Pengaturan Wajib Pajak Peredaran Bruto Tertentu

 Wajib Orang Pribadi atau


 Wajib Pajak Badan Usaha berbentuk Koperasi, Perseketuan
Komanditer, Firma, perseroan terbatas atau Badan Usaha Milik
Desa / Badan Usaha Milik Desa Bersama
yang menerima atau memperoleh penghasilan dengan peredaran
bruto tidak melebihi Rp4,8 M dalam 1 Tahun Pajak
Dengan jangka waktu tertentu pengenaan PPh final paling lama:
1) 7 (tujuh) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak orang pribadi;
2) 4 (empat) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk koperasi, CV, firma,
badan usaha milik desa/badan usaha milik desa bersama, atau perseroan
perorangan yang didirikan oleh 1 (satu) orang; dan
3) 3 (tiga) Tahun Pajak bagi Wajib Pajak badan berbentuk PT.
www.pajak.go.id
Pengaturan Wajib Pajak Peredaran Bruto Tertentu

Insentif perpajakan berupa pengaturan penghitungan bagian


peredaran bruto dari usaha tidak dikenai PPh ( sebesar Rp500 juta)
dihitung berdasarkan jumlah peredaran bruto dari usaha yang
dihitung secara kumulatif sejak Masa Pajak pertama dalam suatu
Tahun Pajak atau bagian Tahun Pajak.

www.pajak.go.id
Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak UMKM
Bagi UMKM yang menghitung PPh dengan tarif final 0,5% (PP 23/2018) dan memiliki
peredaran bruto sampai Rp 500 juta setahun tidak dikenai PPh.

Peredaran PPh final PPh final


Peredaran Usaha Peredaran Bruto
Peredaran Usaha Usaha Kena terutang terutang
No Bulan Kumulatif Tidak Kena
(juta Rp) Pajak (juta Setelah RUU Sebelum RUU
(juta Rp) Pajak (juta Rp)
Rp) HPP (Rp) HPP (Rp)
1 Januari 100 100 0 0 500,000
2 Februari 100 200 0 0 500,000
3 Maret 100 300 0 0 500,000
4 April 100 400 0 0 500,000
5 Mei 100 500 0 0 500,000
6 Juni 100 600 500 100 500,000 500,000
7 Juli 100 700 100 500,000 500,000
8 Agustus 100 800 100 500,000 500,000
9 September 100 900 100 500,000 500,000
10 Oktober 100 1,000 100 500,000 500,000
11 November 100 1,100 100 500,000 500,000
12 Desember 100 1,200 100 500,000 500,000
Jumlah 1,200 700 3,500,000 6,000,000

www.pajak.go.id
Angsuran
PPh Pasal 25
Angsuran pajak dalam tahun berjalan yang harus
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
Tarif
PPh Badan

22%
FASILITAS PERPAJAKAN Pasal 31 E
WP BADAN DALAM NEGERI DENGAN PEREDARAN BRUTO S.D RP 50 MILIAR
MENDAPAT FASILITAS BERUPA PENGURANGAN TARIF SEBESAR 50%
DARI TARIF NORMAL YANG DIKENAKAN ATAS PENGHASILAN KENA PAJAK
DARI BAGIAN PEREDARAN BRUTO S.D RP 4,8 MILIAR.
Contoh
Penghitungan Pajak
Contoh : Laporan Keuangan BUMDes XXX tahun 2022
Total Penghasilan (Omzet) = Rp. 30.000.000.000
Penghasilan Kena Pajak (PKP) = Rp. 5.000.000.000

Uraian Omzet PKP Tarif PPh


Total 30 M 5.000.000.000

Fasilitas s.d. 4,8 M 800.000.000 11% 88.000.000

Tarif biasa 4,8 M s.d 30 M 4.200.000.000 22% 924.000.000

Jumlah PPh Terutang 1.012.000.000

(4,8M/Total Omzet) X PKP


(4.800.000.000/30.000.000.000) X 5.000.000.000
Angsuran
PPh Pasal 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak
berjalan yang harud dibayar sendiri oleh wajib
pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak
yang penghasilan terutang pada SPT Tahunan
pajak penghasilan tahun lalu dikurangi dengan :
 PPh Pasal 21, 22, 23
 PPh Pasal 24
Dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan
dalam tahun pajak
Contoh penghitungan angsuran
PPh Pasal 25
PPh terutang tahun 2021 Rp. 25.000.000
PPh yg dipotong pihak lain (Kredit pajak) :
 PPh ps.22 Rp. 2.500.000,-
 PPh ps.23 Rp. 7.500.000,-
Jumlah Rp. 10.000.000
PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 15.000.000

Maka besarnya angsuran PPh Pasal 25 untuk bulan-bulan


setelah SPT tahunan dimasukkan adalah :
Rp.15.000.000 : 12 = Rp.1.250.000,-
Definisi
Penghasilan
Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik
yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk
konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan
nama dan dalam bentuk apa pun.
Objek Pajak yang Bersifat Final
(Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
Objek Pajak
Objek Pajak Dengan Ketentuan (Tarif) Umum
KLASIFIKASI (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
PENGHASILAN

Yang Dikecualikan dari


Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
Penghasilan yang
Merupakan Objek Pajak
1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari pekerjaan atau jasa;
2. Hadiah dari undian pekerjaan atau kegiatan dan penghargaan;
3. Laba usaha;
4. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
5. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
6. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang;
7. Dividen dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan
asuransi kepada pemegang polis;
8. Royalti;
9. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta;

Pasal 4 ayat (1) UU PPh


Penghasilan yang
Merupakan Objek Pajak
10. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala;
11. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah;
12. Keuntungan selisih kurs mata uang asing;
13. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva;
14. Premi asuransi;
15. Iuran yang diterima/diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari WP yang
menjalankan usaha/pekerjaan bebas;
16. Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak;
17. Penghasilan dari usaha berbasis Syariah;
18. Imbalan bunga sesuai UU KUP;
19. Surplus Bank Indonesia;

www.pajak.go.id
PPh Final
PPh Final (dibayar sendiri atau dipotong pihak
lain) tidak dapat dikreditkan.

Biaya-biaya yang digunakan untuk


menghasilkan, menagih, dan memelihara (3M)
penghasilan yang dikenakan PPh final tidak
dapat dikurangkan dalam memperhitungkan
PPh terutang pada akhir tahun (dalam SPT
Tahunan PPh).

Penghasilan yang dikenakan PPh Final tidak


digabung dalam penghitungan pajak akhir
tahun, tapi cukup dilaporkan saja.
www.pajak.go.id
Penghasilan yang
Dikenai PPh Final
penghasilan berupa bunga deposito penghasilan dari transaksi pengalihan
dan tabungan lainnya, bunga obligasi harta berupa tanah dan/atau bangunan,
dan surat utang negara, dan bunga usaha jasa konstruksi, usaha real
simpanan yang dibayarkan oleh koperasi estate, dan persewaan tanah dan/atau
kepada anggota koperasi orang pribadi; bangunan; dan

penghasilan dari transaksi saham dan Penghasilan atas usaha WP yang


sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang memiliki peredaran bruto tertentu (PP
diperdagangkan di bursa, dan transaksi 23 Tahun 2018).
penjualan saham atau pengalihan
penyertaan modal pada perusahaan
pasangannya yang diterima oleh
perusahaan modal ventura;

penghasilan berupa hadiah undian;


www.pajak.go.id
Penghasilan yang
Dikecualikan Dari Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang ditentukan pemerintah;
2. harta hibahan, sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
b. warisan;
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan/jasa yang diterima dalam bentuka
natura dan/atau kenikamatan, meliputi :
 Penyediaan makan/minum, bahan makanan/minuman bagi seluruh pegawai
 Natura di daerah tertentu
 Natura karena keharusan pekerjaaan, contoh: alat keselamatan kerja atau seragam
 Natura yang bersumber dari APBN/APBD/APBDes
 Natura dengan jenis dan batasan tertentu
e. pembayaran dari perusahaan asuransi karena kecelakaan, sakit, atau karena meninggalnya
orang yang tertanggung, dan pembayaran asuransi beasiswa;
www.pajak.go.id
Penghasilan yang
Dikecualikan Dari Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

f. dividen atau penghasilan lain dengan ketentuan yang diatur dalam pasal 4 ayat 3 huruf f;
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi,
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas sahan-saham, persekutuan,
perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektifi;
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura;
l. beasiswa;
m. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan dengan syarat tertentu;

www.pajak.go.id
Penghasilan yang
Dikecualikan Dari Objek Pajak
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
kepada WP tertentu;
o. Dana setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) dan/atau BPIH khusus, dan
penghasilan
dari pengembangan keuangan haji dalam bidang atau instrumen keuangan tertentu,
diterima
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH);
p. sisa lebih yang diterima/diperoleh badan atau lembaga sosial dan/atau keagamaan
yang terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam
bentuk sarana dan prasarana sosial dan keagamaan dalam jangka waktu paling lama
4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan sebagai
dana abadi

www.pajak.go.id
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan
dari Penghasilan Bruto (Pasal 6 UU PPh)

Biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara (3M)


penghasilan termasuk:
 Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha;
 Biaya penyusutan dan/atau amortisasi fiskal;
 Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan (untuk OP);
 Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta;
 Kerugian dari selisih kurs;
 Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia;
 Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
 Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan memenuhi syarat
tertentu;
www.pajak.go.id
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan
dari Penghasilan Bruto (Pasal 6 UU PPh)

 sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya


diatur dengan Peraturan Pemerintah;
 sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
 biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;
 sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah;

www.pajak.go.id
Biaya-biaya yang boleh dikurangkan
dari Penghasilan Bruto (Pasal 6 UU PPh)

 sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan


Peraturan Pemerintah; dan
 biaya penggantian atau imbalan yang diberikan dalam bentuk natura dan/atau
kenikmatan.

www.pajak.go.id
Biaya-biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
Pasal 9 UU PPh

• Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun;


• Biaya yang dibebankan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau
anggota;
• Pembentukan dan pemupukan dana cadangan kecuali yang diatur dalam pasal 9 ayat1
huruf c ;
• Premi asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang
dibayar oleh WP OP;
• Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau
kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan
dengan
pekerjaan yang dilakukan; www.pajak.go.id
Biaya-biaya yang Tidak Boleh Dikurangkan
dari Penghasilan Bruto
• Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b;
• Pajak Penghasilan;
• Biaya yang dibebankan/dikeluarkan untuk kepentingan pribadi WP atau
orang yang menjadi tanggungan;
• Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;
• Sanksi administrasi serta sanksi pidana di bidang perpajakan

www.pajak.go.id
Penyusutan
(Pasal 11 ayat (1) UU PPh )

Penyusutan atas pengeluaran:


 untuk pembelian, pendirian, penambahan,
perbaikan, atau perubahan harta berwujud,
 kecuali tanah yang berstatus hak milik, hak guna
bangunan, hak guna usaha, dan hak pakai,
 yang dimiliki dan digunakan untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat
lebih dari 1 (satu) tahun.

www.pajak.go.id
Penyusutan
Dilakukan :
1. dalam bagian-bagian yang sama besar selama
masa manfaat yang telah ditentukan bagi harta
tersebut (metode Garis Lurus)  ayat (1)
2. dalam bagian-bagian yang menurun selama
masa manfaat, yang dihitung dengan cara
menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku,
dan pada akhir masa manfaat nilai sisa buku
disusutkan sekaligus, dengan syarat dilakukan
secara taat asas (metode Saldo Menurun) 
ayat (2)

(Penjelasan Pasal 11 ayat (1) dan (2) UU PPh )


www.pajak.go.id
Penyusutan
Daftar Kelompok Harta (PMK no. 96/PMK.03.2009) (UU No.7 tahun 2021)

Kelompok Harta Masa


Garis Lurus Saldo Menurun
Berwujud Manfaat
I. Bukan bangunan
Kelompok 1 4 tahun 25% 50%
Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
a
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%
II. Bangunan
Permanen 20 tahun 5%
Tidak Permanen 10 tahun 10%
Apabila bangunan permanen sebagaimana dimaksud pada ayat (6) mempunyai masa manfaat melebihi 20
(dua puluh) tahun, penyusutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bagian yang sama
besar, sesuai dengan masa manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (6) atau sesuai dengan masa manfaat
yang sebenarnya berdasarkan pembukuan Wajib Pajak ( Pasal 11 ayat 6a UU Nomor 7 tahun 2021)
www.pajak.go.id
Amortisasi
(Pasal 11A UU PPh )
Amortisasi atas pengeluaran :
 untuk memperoleh harta tak berwujud (hak
cipta, hak paten, dan lainnya) dan pengeluaran
lainnya termasuk biaya perpanjangan hak guna
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, dan
muhibah (goodwill)
 yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun
 yang dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan

www.pajak.go.id
Amortisasi
(Pasal 11A ayat (1) UU PPh )

Dilakukan :
• dalam bagian-bagian yang sama besar (Garis
Lurus)
• dalam bagian-bagian yang menurun selama masa
manfaat, yang dihitung dengan cara menerapkan
tarif amortisasi atas pengeluaran tersebut atau
atas nilai sisa buku dan pada akhir masa manfaat
diamortisasi sekaligus dengan syarat dilakukan
secara taat asas. (Saldo Menurun)

www.pajak.go.id
Pengelompokan dan Tarif
Amortisasi (Pasal 11A ayat (2) UU PPh )
Tarif Amortisasi
Kelompok Harta
Masa Manfaat Garis Saldo
Tak Berwujud
Lurus Menurun

Kelompok 1 4 tahun 25% 50%


Kelompok 2 8 tahun 12,5% 25%
Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5%
Kelompok 4 20 tahun 5% 10%

www.pajak.go.id
3 Membayar
Pajak
Pembayaran Pajak
Jatuh Tempo Pembayaran dan Pelaporan

Pasal JT Pembayaran JT Pelaporan

Data yang dibutuhkan untuk membuat 21 10 Bln berikutnya 20 bln berikutnya


Kode Billing:
23 10 Bln berikutnya 20 bln berikutnya
• NPWP Penyetor Pajak 25 15 Bln berikutnya 20 bln berikutnya
• Kode Jenis Pajak dan Kode Jenis 4(2) 10 Bln berikutnya 20 bln berikutnya
Setoran [Daftar] PPN akhir bln brktnya akhir bln brktnya
• Masa Pajak dan Tahun Pajak
• Jumlah Pajak yang akan disetorkan ke
kas negara

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
Pembayaran Pajak
BUAT KODE BILLING BAYAR
Bank
www.pajak.go.id

Kantor Pos
Datang langsung ke Kantor Pajak

Mesin ATM
SMS (khusus Telkomsel)
SMS Banking
Penyedia Jasa Aplikasi
Internet Banking
Teller Bank
Mesin EDC
4 Melaporkan
SPT
Kewajiban Pelaporan Surat Pemberitahuan
(SPT)
Sarana dalam melaporkan dan mempertanggung- 1. SPT Masa
jawabkan penghitungan jumlah pajak yang
sebenarnya terutang

2. SPT Tahunan
www.pajak.go.id
SPT
Masa
JENIS-JENIS WITHOLDING TAX

1 PPh Psl 21
Pembayaran Gaji, Honorarium dan Upah

2 PPh Psl 23
Sewa & Jasa Selain Orang Pribadi dan Tanah Bangunan

3 PPh Final 4 (2)


Sewa dan Penyerahan Tanah Bangunan

4 PPN
Pajak atas Konsumsi Barang dan/atau Jasa

www.pajak.go.id
SPT
Tahunan
Pengambilan
Formulir SPT Tahunan

Formulir SPT Tahunan dapat


diperoleh melalui:
1. Mengunduh di www.pajak.go.id
2. KPP / KP2KP terdekat
3. Mobil Pajak Keliling / Pojok Pajak

www.pajak.go.id
Cara Melaporkan SPT
Sesuai dengan ketentuan perpajakan
yang belaku, wajib pajak wajib Datang langsung ke Kantor Pajak
melaporkan Surat Pemberitahuan
(SPT) Masa dan Tahunan sesuai
dengan kriteria perpajakan* melalui
www.pajak.go.id
beberapa sarana.
*Jenis Surat Pemberitahuan dan Batas Waktu
Pelaporan Menyesuaikan Dengan Kegiatan Usaha
Wajib Pajak
Kantor Pos

Penyedia Jasa Aplikasi

www.pajak.go.id
Alur Pengisian
SPT Tahunan

Kurang Bayar (KB) BAYAR

Lebih Bayar (LB) Isi SPT


HITUNG Lengkap, Benar, dan Jelas
NIHIL

LAPOR

www.pajak.go.id
Kredit Pajak

 Pemotongan dan/atau pemungutan PPh:


• PPh Pasal 22 (Pemungutan PPh atas impor atau
transaksi tertentu lainnya)
• PPh Pasal 23 (Pemotongan PPh antara lain atas
persewaan harta selain tanah dan/atau
bangunan)
 Pembayaran PPh oleh Wajib Pajak sendiri
(angsuran PPh Pasal 25)
 PPh yang dipotong atau dibayar di luar negeri (PPh
Pasal 24)

www.pajak.go.id
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
dalam Pengisian SPT
 Melampirkan laporan keuangan lengkap seperti: neraca,
laporan rugi laba, daftar penyusutan, dan lain-lain;
 Yang diisi terlebih dahulu adalah formulir lampiran,
bukan induknya;
 Di setiap lembar jangan lupa mengisi identitas seperti
nama, NPWP dan tahun pajaknya;
 Jangan lupa membubuhkan tanda tangan, karena jika
tidak, SPT yang anda laporkan dianggap tidak sah;
 Jika SPT menunjukkan kurang bayar, kekurangan
tersebut harus dibayar paling lambat sebelum SPT
dilaporkan;
 Pembayaran dapat dilakukan di kantor pos atau bank.
www.pajak.go.id
Batas Waktu
Penyampaian SPT

4
Bulan
Setelah akhir tahun buku
Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan SPT
Tahunan PPh harus dibayar lunas sebelum SPT PPh disampaikan.
Sanksi Tidak Menyampaikan SPT

DENDA & BUNGA Rp 1.000.000 dan % bunga acuan dari


Ps. 7 UU KUP Kurang Bayar

PIDANA TIDAK MENYAMPAIKAN SPT atau


KARENA ALPA MENYAMPAIKAN SPT:
Ps. 38 UU KUP
• Isinya Tidak Benar
• Tidak Lengkap
• Melampirkan Keterangan Yang Isinya
Tidak Benar

PIDANA KARENA
SENGAJA
Ps. 39 UU KUP

www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai