Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN TUGAS BESAR

RANGKAIAN PENGONDISI SINYAL

Mata Kuliah : Praktikum Instrumentasi Industri


Dosen Pengampu : Arief Rahman Hidayat, ST

Disusun Oleh Kelompok 4 / 2B :

1. Bintang Putra Saylendra 05/2031110012

2. Fajar Renata Saputri 09/2031110032

3. Farid Amar Fuadi 10/2031110048

4. Muhammad Faris Fardan 16/2031110119

5. Rindy Tribuana Naggala Yudha 20/2031110127

6. Wahyu Siska Hartiani 24/2031110007

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK ELEKTRONIKA

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2022
RANGKAIAN PENGONDISI SINYAL

1.1. Tujuan

1. Mengidentifikasi rangkaian pengondisi sinyal.


2. Mensimulasikan dan menganalisa penggunaan rangkaian pengondisi sinyal.

1.2. Dasar Teori

1.1.1. Sensor LM35

Sensor adalah suatu komponen atau peralatan yang berfungsi untuk


mendeteksi gejala-gejala atau sinyal-sinyal yang berasal dari perubahan suatu
energi seperti energi listrik, energi fisika, energi kimia, energi biologi, energi
mekanik dan sebagainya (Sharon, 1982). Contoh dari sensor adalah kamera
sebagai sensor penglihatan, telinga sebagai 4 sensor pendengaran, kulit sebagai
sensor peraba, LDR (Light Dependent Resistance) sebagai sensor cahaya, dan
lainnya.

Pada tugas kali ini, penguji menggunakan sensor LM35, Sensor LM35 adalah
sensor suhu yang terkemas dalam bentuk Integrated Circuit. Sensor suhu LM35
yang mempunyai 3 pin, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35,
pin 2 atau kaki tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan
jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi
sensor LM35 yang dapat digunakan antara 4 Volt sampai 30 Volt, pin 3 berfungsi
sebagai ground. Gambar 1 menunjukkan gambar sensor LM35.

Gambar 1 Struktur LM35

Sensor ini mempunyai koefisien sebesar 10 mV/°C yang berarti bahwa setiap
kenaikan suhu 1°C maka akan terjadi kenaikan tegangan sebesar 10 mV.
Gambar 2 Grafik kerja LM 35

1.1.2. Arduino UNO

Arduino Uno adalah board mikrokontroler berbasis ATmega328 (datasheet).


Memiliki 14 pin input dari output digital  dimana 6 pin input tersebut dapat
digunakan sebagai output PWM dan 6 pin input analog, 16 MHz osilator kristal,
koneksi USB, jack power, ICSP header, dan tombol reset. Untuk mendukung
mikrokontroler agar dapat digunakan, cukup hanya menghubungkan Board
Arduino Uno ke komputer dengan menggunakan kabel USB atau listrik dengan
AC yang-ke adaptor-DC atau baterai untuk menjalankannya.
Setiap 14 pin digital pada arduino unu dapat digunakan sebagai input dan
output, menggunakan fungsi pin Mode(), digitalwrite(), dan digitalRead(). Fungsi
tersebut beroperasi di tegangan 5 volt, setiap 5 pin dapat memberikan atau
menerima suatu arus maksumum 40 mA dan mempunyai sebuah resistor pull-up
(terputus secara default) 20-50 K ohm.

Gambar 3 Bentuk Arduino UNO


Tabel 1 Bagian Arduino

1.1.3. LCD

LCD atau Liquid Crystal Display adalah suatu jenis media display (tampilan)


yang menggunakan kristal cair (liquid crystal) untuk menghasilkan gambar yang
terlihat. Teknologi Liquid Crystal Display (LCD) atau Penampil Kristal Cair
sudah banyak digunakan pada produk-produk seperti layar Laptop, layar Ponsel,
layar Kalkulator, layar Jam Digital, layar Multimeter, Monitor Komputer, Televisi,
layar Game portabel, layar Thermometer Digital dan produk-produk elektronik
lainnya. Teknologi Display LCD ini memungkinkan produk-produk elektronik
dibuat menjadi jauh lebih tipis jika dibanding dengan teknologi Tabung Sinar
Katoda (Cathode Ray Tube atau CRT). Jika dibandingkan dengan teknologi CRT,
LCD juga jauh lebih hemat dalam mengkonsumsi daya karena LCD bekerja
berdasarkan prinsip pemblokiran cahaya sedangkan CRT berdasarkan prinsip
pemancaran cahaya. Namun LCD membutuhkan lampu backlight (cahaya latar
belakang) sebagai cahaya pendukung karena LCD sendiri tidak memancarkan
cahaya. Beberapa jenis backlight yang umum digunakan untuk LCD diantaranya
adalah backlight CCFL (Cold cathode fluorescent lamps) dan backlight LED
(Light-emitting diodes).
Struktur Dasar LCD (Liquid Crystal Display)
LCD atau Liquid Crystal Display pada dasarnya terdiri dari dua bagian utama
yaitu bagian Backlight (Lampu Latar Belakang) dan bagian Liquid Crystal (Kristal
Cair). Seperti yang disebutkan sebelumnya, LCD tidak memancarkan pencahayaan
apapun, LCD hanya merefleksikan dan mentransmisikan cahaya yang
melewatinya. Oleh karena itu, LCD memerlukan Backlight atau Cahaya latar
belakang untuk sumber cahayanya. Cahaya Backlight tersebut pada umumnya
adalah berwarna putih. Sedangkan Kristal Cair (Liquid Crystal) sendiri adalah
cairan organik yang berada diantara dua lembar kaca yang memiliki permukaan
transparan yang konduktif.

Bagian-bagian LCD atau Liquid Crystal Display diantaranya adalah :

 Lapisan terpolarisasi 1 (polarizing film 1)


 Elektroda positif (positive electrode)
 Lapisan kristal cair (liquid cristal layer)
 Elektroda negatif (negative electrode)
 Lapisan terpolarisasi 2 (polarizing film 2)
 Backlight atau cermin (backlight or mirror)
Dibawah ini adalah gambar struktur dasar sebuah LCD :

Gambar 4 Struktur Dasar LCD

Catatan : LCD yang digunakan pada Kalkulator dan Jam Tangan digital pada
umumnya menggunakan Cermin untuk memantulkan cahaya alami agar dapat
menghasilkan digit yang terlihat di layar. Sedangkan LCD yang lebih modern dan
berkekuatan tinggi seperti TV, Laptop dan Ponsel Pintar menggunakan lampu
Backlight (Lampu Latar Belakang) untuk menerangi piksel kristal cair. Lampu
Backlight tersebut pada umumnya berbentuk persegi panjang atau strip lampu
Flourescent atau Light Emitting Diode (LED).
Prinsip Kerja LCD (Liquid Crystal Display)
Sekedar mengingatkan pelajaran fisika kita mengenai cahaya putih, cahaya
putih adalah cahaya terdiri dari ratusan cahaya warna yang berbeda. Ratusan
warna cahaya tersebut akan terlihat apabila cahaya putih mengalami refleksi atau
perubahan arah sinar. Artinya, jika beda sudut refleksi maka berbeda pula warna
cahaya yang dihasilkan.

Backlight LCD yang berwarna putih akan memberikan pencahayaan pada


Kristal Cair atau Liquid Crystal. Kristal cair tersebut akan menyaring backlight
yang diterimanya dan merefleksikannya sesuai dengan sudut yang diinginkan
sehingga menghasilkan warna yang dibutuhkan. Sudut Kristal Cair akan berubah
apabila diberikan tegangan dengan nilai tertentu. Karena dengan perubahan sudut
dan penyaringan cahaya backlight pada kristal cair tersebut, cahaya backlight yang
sebelumnya adalah berwarna putih dapat berubah menjadi berbagai warna.

Jika ingin menghasilkan warna putih, maka kristal cair akan dibuka selebar-
lebarnya sehingga cahaya backlight yang berwarna putih dapat ditampilkan
sepenuhnya. Sebaliknya, apabila ingin menampilkan warna hitam, maka kristal
cair harus ditutup serapat-rapatnya sehingga tidak adalah cahaya backlight yang
dapat menembus. Dan apabila menginginkan warna lainnya, maka diperlukan
pengaturan sudut refleksi kristal cair yang bersangkutan.

1.1.4. OP AMP

Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah
satu dari bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah
Op-Amp terdiri dari beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang
terinterkoneksi dan terintegrasi sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan
Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang frekuensi yang luas. Dalam bahasa
Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut juga dengan
Penguat Operasional.
Op-Amp umumnya dikemas dalam bentuk IC, sebuah IC Op-Amp dapat
terdiri dari hanya 1 (satu) rangkaian Op-Amp atau bisa juga terdiri dari beberapa
rangkaian Op-Amp. Jumlah rangkaian Op-Amp dalam satu kemasan IC dapat
dibedakan menjadi Single Op-Amp, dual Op-Amp dan Quad Op-Amp. Ada juga
IC yang didalamnya terdapat rangkaian Op-Amp disamping rangkaian utama
lainnya.

Bentuk dan Simbol IC Op-Amp


Berikut dibawah ini adalah Simbol dan bentuk IC Op-Amp pada umumnya.

Gambar 5 Simbol dan Bentuk OP Amp

Terminal yang terdapat pada Simbol Op-Amp (Operational Amplifier/penguat


operasional) diantaranya adalah :

 Masukan non-pembalik (Non-Inverting) +


 Masukan pembalik (Inverting) –
 Keluaran Vout
 Catu daya positif +V
 Catu daya negatif -V

Karakteristik Op-Amp (Operational Amplifier)


Karakteristik Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp pada umumnya
ditentukan oleh Resistor Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input
pembalik (Inverting Input). Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative
Feedback) ini biasanya disebut dengan Closed-Loop configuration atau
Konfigurasi Lingkar Tertutup. Umpan balik negatif ini akan menyebabkan
penguatan atau gain menjadi berkurang dan menghasilkan penguatan yang dapat
diukur serta dapat dikendalikan. Tujuan pengurangan Gain dari Op-Amp ini
adalah untuk menghindari terjadinya Noise yang berlebihan dan juga untuk
menghindari respon yang tidak diinginkan. Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar
Terbuka atau Open-Loop Configuration, besar penguatannya adalah tak terhingga
(∞) sehingga besarnya tegangan output hampir atau mendekati tegangan Vcc.
Gambar 6 Karakteristik OP Amp

Secara umum, Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki


karakteristik sebagai berikut :

 Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)


 Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
 Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
 Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
 Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
 Karakteristik tidak berubah dengan suhu
Pada dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis dan hampir tidak
mungkin dicapai dalam kondisi praktis. Namun produsen perangkat Op-Amp
selalu berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang mendekati kondisi idealnya
ini. Oleh karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp yang memiliki
karakteristik yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal.
Non Inverting OP AMP

1.1.5. Op Amp Sebagai Penguat Non Inverting


Penguat Non Inverting adalah suatu rangkaian penguat yang berfungsi
menguatkaan sinyal dan hasil sinyal yang dikuatkan tetap sefasa dengan sinyal
inputannya, hasil dari sinyal input dan output rangkaian non inverting dapat dilihat
pada Gambar 1. Pada dasarnya penguat non inverting digunakan sebagai
pengkondisi sinyal inputan sensor yang terlalu kecil sehingga dibutuhkan
penguatan untuk diproses. intinya penguat non inverting ke balikkan dari penguat
inverting.
Gambar 7 Rangkaian Penguat Non-Inverting

Fungsi Penguat Non-Inverting

Fungsi dari penguat non inverting kurang lebih sama dengan penguat
inverting hanya saja polaritas output yang dihasilkan sama dengan sinyal
inputnya. Keluaran sensor dan tranduser pada umumnya mempunyai tegangan
yang sangat kecil hingga mikro volt, sehingga diperlukan penguat dengan
impedansi masukan rendah. Rangkaian penguat non inverting akan menerima
arus atau tegangan dari tranduser sangat kecil dan akan membangkitkan arus atau
tegangan yang lebih besa

Output Penguat Non-Inverting

Gambar 8 Output sinyal Non-Inverting

Pada gambar diatas terlihat rangkaian penguat tak membalik diberikan inpul
sinyal AC dengan tegangan 1 Vpp. Dari gambar sinyal input dan output diatas
terbukti bahwa rangkaian penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) diatas
memiliki output yang tegangannya 2 (dua) kali lebih besar dari sinyal input dan
memiliki fasa yang sama dengan sinyal input yang diberikan ke rangkaian
penguat tak-membalik (non-inverting amplifier) tersebut.
1.1.6. Potensiometer
Potensiometer (POT) adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai
Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika
ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang
tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri
dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai
pengaturnya. Gambar dibawah ini menunjukan Struktur Internal Potensiometer
beserta bentuk dan Simbolnya.

Struktur Potensiometer beserta Bentuk dan Simbolnya


Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah :

1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper


2. Element Resistif
3. Terminal

Jenis-jenis Potensiometer
Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

 Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat


diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari
bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari
untuk menggeser wiper-nya.
 Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat
diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang
melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut.
Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan
Thumbwheel Potentiometer.
 Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan
harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk
memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan
jarang dilakukan pengaturannya.
Gambar 9Jenis Potensiometer

Prinsip Kerja (Cara Kerja) Potensiometer


Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang
membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal
lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan
untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan
Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya
Nilai Resistansi sebuah Potensiometer.
Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran
Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).
Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan
Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer).

Fungsi-fungsi Potensiometer
Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan,
Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika
dengan fungsi-fungsi sebagai berikut :
 Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti
Amplifier, Tape Mobil, DVD Player.
 Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply
 Sebagai Pembagi Tegangan
 Aplikasi Switch TRIAC
 Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser
 Sebagai Pengendali Level Sinyal
1.1.7. LED
Light Emitting Diode atau sering disingkat dengan LED adalah komponen
elektronika yang dapat memancarkan  cahaya monokromatik ketika diberikan
tegangan maju. LED merupakan keluarga Dioda yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Warna-warna Cahaya yang dipancarkan oleh LED tergantung pada
jenis bahan semikonduktor yang dipergunakannya. LED juga dapat memancarkan
sinar inframerah yang tidak tampak oleh mata seperti yang sering kita jumpai pada
Remote Control TV ataupun Remote Control perangkat elektronik lainnya.
Bentuk LED mirip dengan sebuah bohlam (bola lampu) yang kecil dan dapat
dipasangkan dengan mudah ke dalam berbagai perangkat elektronika. Berbeda
dengan Lampu Pijar, LED tidak memerlukan pembakaran filamen sehingga tidak
menimbulkan panas dalam menghasilkan cahaya.  Oleh karena itu, saat ini LED
(Light Emitting Diode) yang bentuknya kecil telah banyak digunakan sebagai lampu
penerang dalam LCD TV yang mengganti lampu tube.
Simbol dan Bentuk LED (Light Emitting Diode)

Cara Kerja LED (Light Emitting Diode)


Seperti dikatakan sebelumnya, LED merupakan keluarga dari Dioda yang
terbuat dari Semikonduktor. Cara kerjanya pun hampir sama dengan Dioda yang
memiliki dua kutub yaitu kutub Positif (P) dan Kutub Negatif (N). LED hanya akan
memancarkan cahaya apabila dialiri tegangan maju (bias forward) dari Anoda
menuju ke Katoda.
LED terdiri dari sebuah chip semikonduktor yang di doping sehingga menciptakan
junction P dan N. Yang dimaksud dengan proses doping dalam semikonduktor adalah
proses untuk menambahkan ketidakmurnian (impurity) pada semikonduktor yang
murni sehingga menghasilkan karakteristik kelistrikan yang diinginkan. Ketika LED
dialiri tegangan maju atau bias forward yaitu dari Anoda (P) menuju ke Katoda (K),
Kelebihan Elektron pada N-Type material akan berpindah ke wilayah yang kelebihan
Hole (lubang) yaitu wilayah yang bermuatan positif (P-Type material). Saat Elektron
berjumpa dengan Hole akan melepaskan photon dan memancarkan cahaya

monokromatik (satu warna).


LED atau Light Emitting Diode yang memancarkan cahaya ketika dialiri tegangan
maju ini juga dapat digolongkan sebagai Transduser yang dapat mengubah Energi
Listrik menjadi Energi Cahaya.Cara Mengetahui Polaritas LED 

Untuk mengetahui polaritas terminal Anoda (+) dan Katoda (-) pada LED. Kita dapat
melihatnya secara fisik berdasarkan gambar diatas. Ciri-ciri Terminal Anoda pada
LED adalah kaki yang lebih panjang dan juga Lead Frame yang lebih kecil.
Sedangkan ciri-ciri Terminal Katoda adalah Kaki yang lebih pendek dengan Lead
Frame yang besar serta terletak di sisi yang Flat.
Warna-warna LED (Light Emitting Diode)
Saat ini, LED telah memiliki beranekaragam warna, diantaranya seperti warna merah,
kuning, biru, putih, hijau, jingga dan infra merah. Keanekaragaman Warna pada LED
tersebut tergantung pada wavelength (panjang gelombang) dan senyawa
semikonduktor yang dipergunakannya. Berikut ini adalah Tabel Senyawa
Semikonduktor yang digunakan untuk menghasilkan variasi warna pada LED :
Bahan Semikonduktor Wavelength Warna

Gallium Arsenide (GaAs) 850-940nm Infra Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 630-660nm Merah

Gallium Arsenide Phosphide (GaAsP) 605-620nm Jingga

Gallium Arsenide Phosphide Nitride


(GaAsP:N) 585-595nm Kuning

Aluminium Gallium Phosphide (AlGaP) 550-570nm Hijau

Silicon Carbide (SiC) 430-505nm Biru

Gallium Indium Nitride (GaInN) 450nm Putih

 Tegangan Maju (Forward Bias) LED

Masing-masing Warna LED (Light Emitting Diode) memerlukan tegangan maju


(Forward Bias) untuk dapat menyalakannya. Tegangan Maju untuk LED tersebut
tergolong rendah sehingga memerlukan sebuah Resistor untuk membatasi Arus dan
Tegangannya agar tidak merusak LED yang bersangkutan. Tegangan Maju biasanya
dilambangkan dengan tanda VF.

Warna Tegangan Maju @20mA

Infra Merah 1,2V

Merah 1,8V

Jingga 2,0V
Kuning 2,2V

Hijau 3,5V

Biru 3,6V

Putih 4,0V

Kegunaan LED dalam Kehidupan sehari-hari


Teknologi LED memiliki berbagai kelebihan seperti tidak menimbulkan panas,
tahan lama, tidak mengandung bahan berbahaya seperti merkuri, dan hemat listrik
serta bentuknya yang kecil ini semakin popular dalam bidang teknologi
pencahayaan. Berbagai produk yang memerlukan cahaya pun mengadopsi teknologi
Light Emitting Diode (LED) ini. Berikut ini beberapa pengaplikasiannya LED
dalam kehidupan sehari-hari.
 Lampu Penerangan Rumah
 Lampu Penerangan Jalan
 Papan Iklan (Advertising)
 Backlight LCD (TV, Display Handphone, Monitor)
 Lampu Dekorasi Interior maupun Exterior
 Lampu Indikator
 Pemancar Infra Merah pada Remote Control (TV, AC, AV Player)

1.1.8. ADC (ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)


Analog To Digital Converter (ADC) adalah pengubah input analog menjadi
kode – kode digital. ADC banyak digunakan sebagai Pengatur proses industri,
komunikasi digital dan rangkaian pengukuran/ pengujian. Umumnya ADC
digunakan sebagai perantara antara sensor yang kebanyakan analog dengan
sistim komputer seperti sensor suhu, cahaya, tekanan/ berat, aliran dan
sebagainya kemudian diukur dengan menggunakan sistim digital (komputer).
ADC (Analog to Digital Converter) memiliki 2 karakter prinsip, yaitu
kecepatan sampling dan resolusi. Kecepatan sampling suatu ADC menyatakan
seberapa sering sinyal analog dikonversikan ke bentuk sinyal digital pada selang
waktu tertentu. Kecepatan sampling biasanya dinyatakan dalam sample per
second (SPS).

Gambar 1. ADC dengan kecepatan sampling rendah dan kecepatan sampling


tinggi

Resolusi ADC menentukan ketelitian nilai hasil konversi ADC. Sebagai


contoh: ADC 8 bit akan memiliki output 8 bit data digital, ini berarti sinyal input
dapat dinyatakan dalam 255 (2n –1) nilai diskrit. ADC 12 bit memiliki 12 bit
output data digital, ini berarti sinyal input dapat dinyatakan dalam 4096 nilai
diskrit. Dari contoh diatas ADC 12 bit akan memberikan ketelitian nilai hasil
konversi yang jauh lebih baik daripada ADC 8 bit.
Prinsip kerja ADC adalah mengkonversi sinyal analog ke dalam bentuk
besaran yang merupakan rasio perbandingan sinyal input dan tegangan referensi.
Sebagai contoh, bila tegangan referensi 5 volt, tegangan input 3 volt, rasio input
terhadap referensi adalah 60%. Jadi, jika menggunakan ADC 8 bit dengan skala
maksimum 255, akan didapatkan sinyal digital sebesar 60% x 255 = 153 (bentuk
decimal) atau 10011001 (bentuk biner).

signal = (sample/max_value) * reference_voltage


= (153/255) * 5
= 3 Volts
KOMPARATOR
Bentuk komunikasi yang paling mendasar antara wujud digital dan analog
adalah piranti (biasanya berupa IC) disebut komparator. Piranti ini, yang
diperlihatkan secara skematik dalam Gambar 2, secara sederhana
membandingkan dua tegangan pada kedua terminal inputnya. Bergantung pada
tegangan mana yang lebih besar, outputnya akan berupa sinyal digital 1 (high)
atau 0 (low). Komparator ini digunakan secara luas untuk sinyal alarm ke
komputer atau sistem pemroses digital. Elemen ini juga merupakan satu bagian
dengan konverter analog ke digital dan digital ke analog yang akan didiskusikan
nanti.

Gambar 2. Sebuah komparator merubah keadaan logika output sesuai fungsi


tegangan input analog

Sebuah komparator dapat tersusun dari sebuah opamp yang memberikan


output terpotong untuk menghasilkan level yang diinginkan untuk kondisi logika
(+5 dan 0 untuk TTL 1 dan 0). Komparator komersil didesain untuk memiliki
level logika yang dperlukan pada bagian outputnya.

ADC SIMULTAN
ADC Simultan atau biasa disebut flash converter atau parallel converter.
Input analog Vi yang akan diubah ke bentuk digital diberikan secara simultan
pada sisi + pada komparator tersebut, dan input pada sisi – tergantung pada
ukuran bit converter. Ketika Vi melebihi tegangan input – dari suatu komparator,
maka output komparator adalah high, sebaliknya akan memberikan output low.
Gambar 3. ADC Simulta
Bila Vref diset pada nilai 5 Volt, maka dari gambar 3 dapat didapatkan :
V(-) untuk C7 = Vref * (13/14) = 4,66
V(-) untuk C6 = Vref * (11/14) = 3,93
V(-) untuk C5 = Vref * (9/14) = 3,21
V(-) untuk C4 = Vref * (7/14) = 2,5
V(-) untuk C3 = Vref * (5/14) = 1,78
V(-) untuk C2 = Vref * (3/14) = 1,07
V(-) untuk C1 = Vref * (1/14) = 0,36
Misal :
Vin diberi sinyal analog 3 Volt, maka output dari C7=0, C6=0, C5=0, C4=1,
C3=1, C2=1,
C1=1, sehingga didapatkan output ADC yaitu 100 biner

Output Comparator Output


Translator
C7 C6 C5 C4 C3 C2 C1 22 21 20
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 1 0 1 0
0 0 0 0 1 1 1 0 1 1
0 0 0 1 1 1 1 1 0 0
0 0 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

COUNTER RAMP ADC


Ada beberapa konsep dasar dari ADC adalah dengan cara Counter Ramp ADC,
Successive Aproximation ADC dan lain sebagainya. Pada gambar 4, ditunjukkan
blok diagram Counter Ramp ADC didalamnya tedapat DAC yang diberi masukan
dari counter, masukan counter dari sumber Clock dimana sumber Clock dikontrol
dengan cara meng AND kan dengan keluaran Comparator. Comparator
membandingkan antara tegangan masukan analog dengan tegangan keluaran DAC,
apabila tegangan masukan yang akan dikonversi belum sama dengan tegangan
keluaran dari DAC maka keluaran comparator = 1 sehingga Clock dapat memberi
masukan counter dan hitungan counter naik.

Gambar 4. Blok Diagram Counter Ramp ADC

Misal akan dikonversi tegangan analog 2 volt, dengan mengasumsikan counter


reset, sehingga keluaran pada DAC juga 0 volt. Apabila konversi dimulai maka
counter akan naik dari 0000 ke 0001 karena mendapatkan pulsa masuk dari Clock
oscillator dimana saat itu keluaran Comparator = 1, karena mendapatkan kombinasi
biner dari counter 0001 maka tegangan keluaran DAC naik dan dibandingkan lagi
dengan tegangan masukan demikian seterusnya nilai counter naik dan keluaran
tegangan DAC juga naik hingga suatu saat tegangan masukan dan tegangan
keluaran DAC sama yang mengakibatkan keluaran komparator = 0 dan Clock tidak
dapat masuk. Nilai counter saat itulah yang merupakan hasil konversi dari analog
yang dimasukkan. Kelemahan dari counter tersebut adalah lama, karena harus
melakukan trace mulai dari 0000 hingga mencapai tegangan yang sama sehingga
butuh waktu.

SAR (SUCCESSIVE APROXIMATION REGISTER) ADC


Pada gambar 5 ditunjukkan diagram ADC jenis SAR, Yaitu dengan memakai
konvigurasi yang hampir sama dengan counter ramp tetapi dalam melakukan trace
dengan cara tracking dengan mengeluarkan kombinasi bit MSB = 1 ====> 1000
0000. Apabila belum sama (kurang dari tegangan analog input maka bit MSB
berikutnya = 1 ===>1100 0000) dan apabila tegangan analog input ternyata lebih
kecil dari tegangan yang dihasilkan DAC maka langkah berikutnya menurunkan
kombinasi bit ====> 10100000.
Untuk mempermudah pengertian dari metode ini diberikan contoh seperti pada
timing diagram gambar 6 Misal diberi tegangan analog input sebesar 6,84 volt dan
tegangan referensi ADC 10 volt sehingga apabila keluaran tegangan sbb :
Jika D7 = 1 Vout=5 volt
Jika D6 = 1 Vout=2,5 volt
Jika D5 = 1 Vout=1,25 volt
Jika D4 = 1 Vout=0,625 volt
Jika D3 = 1 Vout=0,3125 volt
Jika D2 = 1 Vout=0,1625 volt
Jika D1 = 1 Vout=0,078125 volt
Jika D0 = 1 Vout=0,0390625 volt
Gambar 5. Blok Diagram SAR ADC

Gambar 6. Timing diagram urutan Trace


Setelah diberikan sinyal start maka konversi dimulai dengan memberikan
kombinasi 1000 0000 ternyata menghasilakan tegangan 5 volt dimana masih
kurang dari tegangan input 6,84 volt, kombinasi berubah menjadi 1100 0000
sehingga Vout=7,5 volt dan ternyata lebih besar dari 6,84 sehingga kombinasi
menjadi 1010 0000 tegangan Vout = 6,25 volt kombinasi naik lagi 1011 0000
demikian seterusnya hingga mencapai tegangan 6,8359 volt dan membutuhkan
hanya 8 clock.
ADC DALAM BENTUK IC
Chip ADC yang banyak digunakan serta tersedia dipasar adalah jenis ADC
0804, ADC 0808 dan 0809 chip ini dibuat dengan technologi CMOS mempunyai
kemampuan melakukan konversi sebanyak 8 buah chanel input analog secara
multiplexing. Adapun data keluaran digital yang dihasilkan adalah 8 bit bersifat
tristate output. Chip ini menawarkan beberapa keistimewaan antara lain high
speed ( kecepatan tinggi ), konsumsi daya yang rendah. Karenanya chip ini banyak
digunakan pada proses control peralatan mesin-mesin serta aplikasi automotif.
ADC 0804 merupakan salah satu Analog to Digital Converter yang banyak
digunakan untuk menghasilkan data 8 bit. Adapun metode pengukur aras tegangan
cuplikan dan mengubahnya ke dalam sandi biner menggunakan metode
pengubahan dengan tipe pembanding langsung atau successive approximation.
IC ADC 0804 mempunyai dua input analog, Vin(+) dan Vin(-), sehingga
dapat menerima input diferensial. Input analog sebenarnya (Vin) sama dengan
selisih antara tegangan-tegangan yang dihubungkan dengan ke dua pin input yaitu
Vin = Vin(+) – Vin(-). Kalau input analog berupa tegangan tunggal, tegangan ini
harus dihubungkan dengan Vin(+), sedangkan Vin(-) di- groundkan. Untuk
operasi normal, ADC 0804 menggunakan Vcc = +5 Volt sebagai tegangan
referensi. Dalam hal ini jangkauan input analog mulai dari 0 Volt sampai 5 Volt
(skala penuh), karena IC ini adalah SAC 8-bit, resolusinya akan sama dengan

(n menyatakan jumlah bit output biner IC analog to digital converter)

IC ADC 0804 memiliki generator clock internal yang harus diaktifkan


dengan menghubungkan sebuah resistor eksternal (R) antara pin CLK R/CLK
OUT dan CLK IN serta.
sebuah kapasitor eksternal (C) antara CLK IN dan ground digital. Frekuensi
clock yang diperoleh sama dengan :

Untuk sinyal clock ini dapat juga digunakan sinyal eksternal yang dihubungkan ke
pin CLK IN. ADC 0804 memiliki 8 output digital sehingga dapat langsung
dihubungkan dengan saluran data mikrokomputer. Input Chip Select (aktif LOW)
digunakan untuk mengaktifkan ADC 0804. Jika berlogika HIGH, ADC 0804 tidak
aktif (disable) dan semua output berada dalam keadaan impedansi tinggi. Input
Write atau Start Convertion digunakan untuk memulai proses konversi. Untuk itu
harus diberi pulsa logika 0. Sedangkan output interrupt atau end of convertion
menyatakan akhir konversi. Pada saat dimulai konversi, akan berubah ke logika 1.
Di akhir konversi akan kembali ke logika 0.
ADC ini relatif cepat dan mempunyai ukuran kecil. Keuntungan tambahan
adalah setiap cuplikan diubah dalam selang waktu yang sama tidak tergantung
pada arus masukan dan secara keseluruhan ditentukan oleh frekuensi yang
mengendalikan detak dan resolusi dari pengubah. Sebagai contoh, pengubah 8 bit
digunakan untuk menentukan arus logika setiap bit secara berurutan mulai dari bit
signifikan terbesar jika frekuensi detak 10 KHz, waktu pengubahan 8 x periode
detak = 8 x 0,1 mdetik. Jika frekuensi detak dinaikkan menjadi 1 MHz, waktu
pengubahan akan berkurang menjadi 8 udetik.
Kekurangan pengubahan jenis ini adalah mempunyai kekebalan rendah
terhadap derau dan diperlukan adanya pengubah digital ke analog yang tepat dan
pembanding dengan unjuk kerja yang tinggi,
Sebuah contoh diagram pin ADC 0804 adalah ditunjukkan pada gambar 7,
IC ADC 0804 adalah sebuah CMOS 8bit dan IC ADC ini bekerja dibawah 100 us.
Gambar 8 ditunjukkan sebuah pengetes rangkaian yang menggunakan IC ADC
0804 dimana input tegangan analog dimasukkan dengan mengatur potensio 10
Kohm yang dihubungkan dengan ground dan tegangan (+5 volt). Hasil dari ADC
adalah 1/255 (28 - 1) dari skala penuh tegangan 5 Volt. Untuk setiap penambahan
0,02 volt (1/255 x 5 volt = 0,02 volt ). Jika input analog diberi 0,1 volt maka
keluaran binernya = 0000 0101 ( 0,1 volt/0,02 volt = 5 maka binernya = 0000
0101 ).
Gambar 7. Pin ADC 0804 8bit

Gambar 8. Rangkaian dengan IC ADC 0804

1.1.9. I2C
Inter Integrated Circuit atau sering disebut I2C adalah standar komunikasi
serial dua arah menggunakan dua saluran yang didisain khusus untuk mengirim
maupun menerima data. Sistem I2C terdiri dari saluran SCL (Serial Clock) dan
SDA (Serial Data) yang membawa informasi data antara I2C dengan
pengontrolnya. Piranti yang dihubungkan dengan sistem I2C Bus dapat
dioperasikan sebagai Master dan Slave. Master adalah piranti yang
memulai transfer data pada I2C Bus dengan membentuk sinyal Start,
mengakhiri transfer data dengan membentuk sinyal Stop, dan membangkitkan
sinyal clock. Slave adalah piranti yang dialamati master.
Sinyal Start merupakan sinyal untuk memulai semua perintah, didefinisikan
sebagai perubahan tegangan SDA dari “1” menjadi “0” pada saat SCL “1”.
Sinyal Stop merupakan sinyal untuk mengakhiri semua perintah, didefinisikan
sebagai perubahan tegangan SDA dari “0” menjadi “1” pada saat SCL “1”.
Sinyal dasar yang lain dalam I2C Bus adalah sinyal acknowledge yang
disimbolkan dengan ACK Setelah transfer data oleh master berhasil
diterima slave, slave akan menjawabnya dengan mengirim sinyal acknowledge,
yaitu dengan membuat SDA menjadi “0” selama siklus clock ke 9. Ini
menunjukkan bahwa Slave telah menerima 8 bit data dari Master
Dalam melakukan transfer data pada I2C Bus, kita harus mengikuti tata cara
yang telah ditetapkan yaitu:
 Transfer data hanya dapat dilakukan ketika Bus tidak dalam keadaan
sibuk.
 Selama proses transfer data, keadaan data pada SDA harus stabil selama
SCL dalam keadan tinggi. Keadaan perubahan “1” atau “0” pada SDA
hanya dapat dilakukan selama SCL dalam keadaan rendah. Jika terjadi
perubahan keadaan SDA pada saat SCL dalam keadaan tinggi, maka
perubahan itu dianggap sebagai sinyal Start atau sinyal Stop [7].

Gambar 2.7 Modul I2C


1.3. Perancangan Pengujian

1.

1.1.

1.2.

1.3.

1.3.1. Perancangan Rf dan Rin optimal pada OP Amp UA741CN


Disini menggunakan rangkaian non-inverting sebagai penguat tegangan dari sensor
LM35
Range suhu = 0-90 ˚C
Sensitivitas sensor LM35 = 10 mV / ˚C
Tegangan pada Sensor pada range suhu 0-90 ˚C:
Vmin = 0˚C x 10 mV / ˚C = 0 Volt
Vmaks = 90˚C x 10 mV / ˚C = 0,9 Volt
Maka Untuk Perancangan nilai resistor optimal dari Op Amp UA741CN adalah :

Av = 3,5 kali Rf Optimal Rin Optimal


Rid = 2 x 106 Ω Rid x Ro 23.664,319
¿ ( ) ¿
2β 3,5
RO = 70 Ω


6 = 6761,234 Ω
1 2 x 10 x 70
β= ¿ ( )
1−2 Av 2 x 0,125 = 6K8 Ω (nilai standar)
1 = 23.664,319 Ω Atau 6K2 + 620
β=
1−2(−3,5) = 22K + 1K5 Ω (nilai standar) Atau 4k7 + 3k
= 0,125 Atau 1K6 Ω

Hasil Perhitungan dan Perancangan Penguatan Akhir


Vout pada 30˚C
Rf Perancangan penguatan 3,5x, maka :
¿( +1) Vin
Rin Vmin = 0˚C x 10 mV / ˚C x 3,5 = 0 Volt

¿ ( 23,5
6k 7
k
+1 )300 mV Vmaks = 90˚C x 10 mV / ˚C x 3,5= 3,15
Volt
¿ ( 3,5+1 ) 0,3V Penguatan 3,5x dengan Penguat Non-
Inverting, maka :
= 4,5 x 0,3 V
Rf optimal = 22k + 1k5 Ohm
= 1,35 Volt
Rin optimal = 4k7 + 3k Ohm
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

1.3.2. Perancangan Program pada Arduino UNO


Program Arduino :
#include <Wire.h>
#include <LiquidCrystal_I2C.h>
LiquidCrystal_I2C lcd(0x27, 16, 2); // inisialisasi kaki pin yang
digunakan, dan ukuran LCD yang digunakan

int sensor = A0; // inisialisasi pin A0 digunakan sebagai input


sensor
int nilaiSensor;
int LED1 = 8; // inisialisasi pin 8 arduino sebagai output LED merah
int LED2 = 9; // inisialisasi pin 9 arduino sebagai output LED biru
float tegangan;
float suhu;

void setup()
{
pinMode(LED1, OUTPUT);
pinMode(LED2, OUTPUT);
pinMode(sensor, INPUT);
lcd.begin(16, 2);
lcd.setCursor(0, 0);
lcd.print("KEL. 4 PRAK.");
lcd.setCursor(0, 1);
lcd.print("INSTRUMEN ID.");
delay(1000);
lcd.clear();
Serial.begin(9600);
}

void loop()
{

KELOMPOK 4 28
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

int nilaiSensor = analogRead(sensor);


float tegangan = (5.0 * nilaiSensor * 100.0) / 1024;
float suhu = tegangan / 11;
Serial.println(suhu);
if (suhu > 30){
lcd.setCursor(3, 0);
lcd.print("Panas ");
lcd.setCursor(1, 1);
lcd.print("Suhu Ruang = ");
digitalWrite(LED1, HIGH);
digitalWrite(LED2, LOW);
lcd.println(suhu);
}
else{
lcd.setCursor(3, 0);
lcd.print("Dingin ");
lcd.setCursor(1, 1);
lcd.print("Suhu Ruang = ");
digitalWrite(LED1, LOW);
digitalWrite(LED2, HIGH);
lcd.println(suhu);
}
}

1.4. Alat dan Bahan

No. Nama Komponen Jenis / Ukuran Jumlah

1 IC OP amp UA741CN 1

2 Resistor Ω /0.5 Watt 1

3 Resistor Ω /0.5Watt 1

4 Resistor Ω/0.5Watt 2

5 Modul LCD I2C 1

6 Sensor Suhu LM35 1

7 Power Supply Unit 0-12Volt 1

8 LCD 16x2, I2C 1

KELOMPOK 4 29
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

9 LED (Red, Blue) Common LED 2

10 Arduino UNO 1

11 Kabel Jumper - Secukupnya

1.5. Foto Alat

1.

1.1.

1.2.

1.3.

1.4.

1.5.

1.5.1. Schematic Diagram

Gambar 10 Rangkaian Skematik Proteus

KELOMPOK 4 30
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

1.5.2. Blok Diagram

Gambar 11 Blok Diagram Sensor Suhu

1.5.3. Foto Alat Percobaan

Gambar 12 Alat Percobaan

1.6. Prosedur Percobaan

1.7. Hasil Percobaan

KELOMPOK 4 31
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

1.2.

1.3.

1.4.

1.5.

1.6.

1.7.

1.7.1. Hasil pengujian sensor LM35

Error
Suhu (°C) Pengujian (mV) Perhitungan (mV)
(%)

25 253 250 1.2

30 303 300 1

35 355 350 1.4

40 406 400 1.5

45 452 450 0.4

50 502 500 0.4

55 558 550 1.45

60 601 600 0.16

65 653 650 0.46

70 705 700 0.71

75 756 750 0.85

80 805 800 0.625

85 854 850 0.5

90 908 900 1

Rata-Rata 0.832%

KELOMPOK 4 32
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

1.7.2. Hasil pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor LM35

Suhu pembacaan
Suhu pembacaan LCD Error
No. termometer
(°C) (°C)
(°C)
1 25
2 30
3 35
4 40
5 45
6 50
7 55
8 60
9 65
10 70
11 75
12 80
13 85
14 90
Rata-rata

KELOMPOK 4 33
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

1.7.3. Hasil pengujian sensor LM35 setelah kalibrasi

Suhu pembacaan
Suhu pembacaan LCD Error
No. termometer
(°C) (°C)
(°C)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Rata-rata

1.8. Kesimpulan

Isi laporan :

1. Dasar Teori : Sensor dan prinsip kerjanya


2. Perancangan : Blok diagram dan Perancangan rangkaian pengkondisi sinyal mulai
dari pembacaan awal sensor hingga keluaran yang dihasilkan
3. Alat Bahan dan Rangkaian : Sebutkan komponen-komponen yang dibuat dalam
rangkaian.
4. Foto alat
5. Hasil Pengujian Sensor : (Contoh)
6. Hasil pengujian rangkaian pengkondisi sinyal sensor : (Contoh)
7. Hasil pengujian sensor setelah kalibrasi : (Contoh)

KELOMPOK 4 34
Praktikum Instrumentasi Industri
Pengkondisi Sinyal LM35 2022

8. Kesimpulan

KELOMPOK 4 35

Anda mungkin juga menyukai