Pendahuluan: Analgesik Biasanya Diklasifikasikan Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Pendahuluan: Analgesik Biasanya Diklasifikasikan Berdasarkan Mekanisme Kerjanya
Pendahuluan
- Nyeri
Sensasi sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan terkait secara langsung maupun
tidak langsung dengan kerusakan jaringan
- Analgesik
obat yang secara selektif mengurangi nyeri dengan bekerja di SSP atau mekanisme nyeri perifer,
tanpa mengubah kesadaran secara signifikan.
Klasifikasi analgesic
Analgesik biasanya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya.
Opioid opiate, asetildihidrokodein (semi-sintesis), alfentanil (sintetis)
Parasetamol-type parasetamol
NSAIDs COX-2 Inhibitor
Cannabinoid cannabis
Ion channel modulator Ca blocker, Na blocker
Myorelaxants siklobenzaprin
Lainnya camphor, capsaicin
NSAID (Anti-inflamasi Non-Steroid)
Salah satu kelas obat untuk meredakan nyeri dan inflamasi yang bekerja dengan mengganggu enzim
COX 1 dan COX 2.
COX-2 Antagonist
COX-2 inhibitor adalah senyawa analgetika nonsteroid yang secara selektif hanya menghambat enzim
cyclooxygenase 2 (COX2)/Prostaglandin-endoperoxide synthase 2 (PTGS 2).
COX-2 bekerja dengan mengubah asam arakidonat menjadi protastaglandin endoperoksida H2 dimana
nantinya prostaglandin H2 akan diubah menjadi prostacyclin yang menyebabkan terjadinya inflamasi.
COX-2 inhibitor memiliki keunggulan tidak menimbulkan efek samping yang terjadi di NSAIDs
konvensional yaitu gangguan saluran gastrointensinal (GI tract) karena tidak menghambat kerja
isoenzim COX-1.
COX-2 inhibitor pada tahun 2000 dilaporakan memiliki efek samping terhadap penyakit jantung sehingga
banyak negara yang melarang peredaran COX-2 inhibitor turunan coxib.
COX-2 inhibitor diperkirakan dapat menjadi terapi kanker karena pada kanker diketahui terjadi
kelebihan ekpsresi COX-2.
Di Indonesia, COX-2 inhibitor yang beredar adalah celecoxib, etoricoxib, dan parecoxib.
- Trisiklik
- Non-Trisiklik
Perkembangan inhibitor COX-2 selektif dimulai pada awal 1990-an dengan identifikasi isoenzim COX-2
yang diketahui bertanggung jawab atas proses patologis seperti peradangan dan nyeri. Jadi, meskipun
penghambat COX-2 yang lebih selektif akan mengurangi efek samping. Dalam tinjauan ini, penekanan
utama adalah pada hubungan struktur-aktivitas (SAR) dan juga berbagai keluarga struktural senyawa,
yang telah muncul dalam dekade terakhir. Semua senyawa trisiklik memiliki 1,2-diaril substitusi pada
sistem cincin hetero atau karbosiklik pusat dengan karakteristik methanesulfonyl, sulfonamido, azido,
methanesulfonamide atau tetrazolepharmacophore pada salah satu cincin aril yang memainkan peran
kunci pada selektivitas COX-2. Non-trisiklik kekurangan inti pusat siklik. Sebaliknya, mereka memiliki
sistem pusat asiklik seperti olefinik, iminik, azo, asetilenik danα, β - struktur keton tak jenuh. Inti asiklik
pusat dapat berisi struktur rantai beranggota dua atau tiga.
NSAIDs yang dimodifikasi
Di antara NSAID yang dipelajari sejauh ini, template indometasin tampak paling fleksibel dalam
memberikan inhibitor spesifik COX-2 setelah manipulasi gugus fungsi.
Pada prinsipnya, strategi terdiri dari memasukkan substituen yang lebih besar agar sesuai dengan
volume situs aktif COX-2.
Konversi NSAID non-selektif menjadi ester dan amida adalah strategi yang mudah untuk menghasilkan
penghambat COX-2 dari obat-obat yang dikenal tetapi memiliki batasan bahwa ester indometasin dan
mungkin beberapa amida dapat dihidrolisis menjadi indometasin in-vivo .
Contoh obat COX-2 Antagonist