Anda di halaman 1dari 9

Asal daerah :maluku tengah

Lagu daerah :rasasayange


Pakaian adat :baniang putih
Rumah adat :baieleo
Makanan khas :papeda
Senjata khas :kalawai
Tarian khas :tari cakalele
Ayo mama merupakan lagu daerah Maluku yang memiliki melodi
riang. Dalam setiap baitnya, lagu ini menggunakan kata-kata
rayuan yang ditujukan kepada seorang ibu. Melalui rayuan
tersebut sang anak meminta izin kepada ibunya untuk bisa
berpacaran. Awalnya anak ini ketahuan pacaran sehingga
mencoba untuk membujuk ibunya agar tidak dimarahi. Lagu ini
cukup easy listening sehingga mudah sekali dihafal. Pertama kali
Anda mendengar lagu ini irama yang riang akan melekat di
pikiran.
Lagu ini diciptakan oleh Huang-Huilan. Kebanyakan lirik lagu ini
menggunakan beberapa baris pantun yang terlihat menarik dan
mudah dihafal. Lagu ini sangat cocok untuk anak muda sehingga
pesan bisa tersampaikan dengan baik.
Hingga saat ini lagu Ayo Mama sering dinyanyikan dalam
berbagai acara untuk menghidupkan suasana agar terasa lebih
menyenangkan.
Selain itu lagu ini juga sekaligus menyampaikan pesan dari anak
remaja yang meminta izin berpacaran kepada ibunya. Usia
remaja memang membuat kebanyakan anak ingin mencoba
berbagai hal baru termasuk pacaran.
Agar tidak dimarahi oleh orang tuanya terutama sang ibu, anak
berusaha menyampaikan pesan melalui lagu agar bisa
mendapatkan restu untuk bisa berpacaran. Jika sudah mendapat
izin, maka anak tersebut bisa lebih leluasa untuk bisa
berpacaran dan menjalin sebuah hubungan
Baniang putih merupakan pakaian yang berasal dari Maluku
Tengah dan hanya dikenakan untuk
kaum pria. Baniang putih merupakan
sejenis kemeja dalaman yang pada
umumnya menggunakan kancing
berwana hitam berukuran kecil.

Tetapi terdapat perbedaan pada


kemeja lainya yang berada pada
bagian kerah, kemeja baniang
memiliki kerah melingkar. Baniang
putih merupakan busana yang wajib
dimiliki oleh masyarakat pria di Maluku.
Rumah adat Baileo menjadi identitas rumah adat yang ada di
Maluku dan mempunyai peranan penting bagi masyarakat
Maluku
Nama Baileo berasal dari bahasa Maluku yang berarti Balai.
Sesuai namanya, rumah adat ini memang bukan untuk tempat
tinggal masyarakat Maluku. Rumah Baileo secara turun temurun
lebih dikenal sebagai balai adat tempat dilangsungkannya
beragam upacara adat, pertemuan adat, dan kegiatan
keagamaan.
Rumah Baileo memiliki ciri yang
membedakan dengan rumah adat
lain. Pertama, Di depan pintu tepat
di muka pintu rumah terdapat batu
pamali yang menunjukan bahwa
rumah itu adalah balai adat. Batu
pamalai merupakan tempat untuk
menyimpan sesaji.Rumah ini
memiliki struktur panggung
dengan lantai yang sangat luas.
Dibuat dari papan kayu dan sama
sekali tidak menggunakan alat
perekat seperti paku. Meski
demikian, rumah ini sangatlah
kokoh.Di dalamnya juga terdapat
tiang berbentuk balok yang
menopang atap. Kerangka atap rumah Baileo disusun dari daun
sagu dan daun kelapa. Dengan bentuk prisma yang menjadi
sebuah ciri khas rumah adat Maluku.Rumah adat Baileo tidak
memiliki sekat luar dan jendela. Menurut kepercayaan adanya
sekat luar atau dinding dan jendela dapat menutup jalan masuk
dan keluar bagi roh leluhur pada saat berlangsungnya proses
musyawarah.Sedangkan secara fungsional dengan tidak adanya
sekat luar, yang menjadikan penduduk dapat menyaksikan
berlangsungnya proses musyawarah dari luar rumah adat
Baileo.Namun, saat ini terdapat beberapa rumah adat Baileo
yang dibangun menggunakan sekat luar atau dinding yang
terbuat dari tangkai rumbia atau gaba-gaba.
Ciri Khas Rumah Adat Baileo

Rumah adat baileo juga mempunyai ciri khas yang sekaligus


dengan filosofi, yaitu :

Desain rumah yang tidak memiliki dinding yang memiliki makna


keterbukaan masyarakat Maluku terhadap segala perubahan.

 Adanya ornamen berupa ukiran, ukiran tersebut menyerupai 2


ekor ayam yang dihimpit 2 ekor anjing yang berada dimulut jalan
masuk rumah. Dan terdapat ukiran matahari, bulan dan
bintangyang terletak di atap rumah. Konon ukiran ini
menyimbolkan keutuhan adat Maluku.

 Rumah adat maluku memiliki 9 tiang penyangga rumah didepan
dan dibelakan, serta 5 buah tiang di sisi kanan dan kiri rumkah.
jumlah tiang tersebut melambangkan persekutuan antara desa
dan kelompok suku maluku.

 Lantai rumah dibuat lebih tinggi dari tanah, konon katanya agar
roh-roh nenek moyang dapat diberi tempat dengan derajat yang
lebih tinggi.
Papeda merupakan kuliner yang berbahan dasar tepung sagu
yang dimasak hingga menjadi seperti
bubur. Tekstur dari papeda kental,
lentur, dan cenderung lengket dengan
warna putih transparan.

Rasanya yang tawar menjadikan


papeda digunakan sebagai makanan
pokok pengganti nasi di daerah
Maluku. Dalam penyajiannya,
biasanya papeda akan disantap
bersama ikan tongkol.

Cara menyantap papeda juga sangat


unik, yakni menggunakan alat seperti sumpit untuk
memindahkan papeda ke piring yang sudah berisi ikan tongkol
dan kuahnya, atau orang Maluku menyebutnya dengan kuah ikan
kuning.
Kalawai merupakan senjata tradisional Maluku yang
mempunyai bentuk tombak
dengan 3 mata tombak yang diikat
dengan erat pada sebilah bambu
panjang yang digunakan untuk
pegangannya.

Senjata ini mirip dengan tombak,


tetapi mempunyai ukuran yang
lebih panjang jika dibandingkan
dengan ukuran tombak pada
umumnya. 

Anda mungkin juga menyukai