Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Pendidikan
Karakter yang dibina oleh Baiq Rina Amalia, M.Pd.
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kelompok kami bisa
menyelesaikan tugas makalah “Menganalisis Hubungan Karakter dan
Kepribadian Manusia” sebagai mana mestinya. Tak lupa pula kami ucapkan
banyak terima kasih terhadap pihak-pihak yang turut ikut andil dalam
menyelesaikan tugas ini.
Kami sadar dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekeliruan dan
kekurangan dalam segi penyusunan dan sistematika penulisan yang baik dan
benar oleh karena itu kami selaku penyusun sangat berharap banyak terhadap
para pembaca agar memberi saran dan masukkan sehingga kami bisa
menyempurnakan kekurangan tersebut. Semoga makalah yang kami susun ini
bermanfaat bagi kita semua terutama terhadap tim penyusun.
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................6
2.1 Karakter dan Asesmennya..............................................................................6
2.2 Kepribadian.................................................................................................14
2.2.1 Konsep yang berhubungan dengan Kepribadian...............................15
2.3 Hubungan Karakter dan Kepribadian........................................................17
BAB 3. PENUTUP................................................................................................21
3.1 Kesimpulan...................................................................................................21
DAFTAR TABEL..................................................................................................22
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iii
BAB 1. PENDAHULUAN
4
Pendidikan karakter sesungguhnya tidak asing lagi bagi umat beragama.
Setiap agama mengutamakan penanaman nilai-nilai karakter yang baik. Umat
muslim, memiliki Sang Teladan karakter yaitu Rasulullah SAW. Rasulullah
tidak saja memberikan ilmu dalam hal ibadah dan ketaqwaan kepada Allah
SWT, namun juga menjadi uswatun hasanah (teladan yang baik) bagi
umatnya. Allah bahkan menjamin hal tersebut dengan firman-Nya:
“Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah, suri teladan yang baik
bagimu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut nama Allah. (QS. Al Ahzab: 21). Ayat
ini merupakan landasan dalam meneladani Rasulullah dalam hal perkataan,
perbuatan, dan keadaan Beliau. Rasulullah juga bersabda: “innama bu’itstu
liutammima makarimal akhlaq” (Sesungguhnya aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik). Tugas Rasulullah adalah
menyempurnakan karakter mulia dilandasi kasih sayang dengan empat pilar:
shidiq (benar), amanah (jujur, bisa dipercaya), tabligh (menyampaikan), dan
fathonah (cerdas).
1.3 Tujuan
1. Mengetahui karakter dan asesmennya
2. Mengetahui definisi kepribadian
3. Mengetahui hubungan karakter dan kepribadian
5
BAB 2. PEMBAHASAN
6
penting dalam kehidupan. Sifat-sifat tersebut tercermin dalam pemikiran,
emosi, dan perilaku seseorang. Secara spesifik, telah diidentifikasi enam inti
kebajikan-karakteristik moral yang dipegang teguh oleh para filsuf dan tokoh-
tokoh relijius di dunia. Keenam inti kebajikan ini adalah kebijaksanaan,
keberanian, keadilan, kemanusiaan, kesederhanaan, dan transendensi.
7
(11) semangat, (23) kehormatan diri, (35) dapat dipercaya, dan
(12) empati, (24) integritas, (36) kerelaan hati.
Karakter bukanlah sesuatu yang dapat dihitung atau kekal dan tidak bisa
berubah, oleh karena itu seringkali diistilahkan juga dengan “kualitas
karakter”. Berikut ini adalah enam (6) kualitas karakter yang diidentifikasi
oleh Bialik, Bogan, Fadel, & Horvathova (2015) sebagai kualitas karakter
yang paling tinggi (Tabel 1). Namun demikian, daftar dalam tabel tersebut
belum lengkap dan bukan konsep yang fixed, masih bisa berubah.
8
perhatian, pertumbuhan, visi, wawasan,
keseimbangan batin, kebahagiaan, kehadiran,
keaslian, mendengarkan, berbagi, keterkaitan,
saling ketergantungan, kesatuan, penerimaan,
keindahan, sensibilitas, kesabaran, ketenangan,
keseimbangan, kerohanian, eksistensialitas,
kesadaran sosial, kesadaran lintas budaya, dan
lain-lain.
2 Curiosity Keterbukaan pikiran, eksplorasi, hasrat,
(Keingintahuan) pengarahan diri sendiri, motivasi, inisiatif,
inovasi, antusiasme, keingintahuan, penghargaan,
spontanitas, dan lain-lain.
3 Courage Keberanian, tekad, ketabahan, kepercayaan diri,
(Keberanian) pengambilan risiko, kegigihan, ketangguhan,
semangat, optimisme, inspirasi, energi, kekuatan,
kegairahan, keceriaan, humor, dan lain-lain.
4 Resilience Ketekunan, ketabahan, keuletan, inisiatif,
(Ketangguhan) keberanian, disiplin diri, upaya, ketekunan,
komitmen, kontrol diri, harga diri, kepercayaan
diri, stabilitas, kemampuan beradaptasi,
berurusan dengan ambiguitas, fleksibilitas,
umpan balik, dan lain-lain.
5 Ethics (Etika) Kemurahan hati, kemanusiaan, integritas, rasa
hormat, keadilan, kesetaraan, keadilan, kebaikan,
percaya diri, inklusif, toleransi, penerimaan,
kesetiaan, kejujuran, kebenaran, kemurnian hati,
keaslian, dapat dipercaya, kesopanan,
pertimbangan, pengampunan, kebajikan, cinta,
membantu, kemurahan hati, amal, pengabdian,
rasa memiliki, kewarganegaraan, kesetaraan, dan
lain- lain.
6 Leadership Tanggung jawab, akuntabilitas, ketergantungan,
(Kepemimpinan) keandalan, kesadaran diri, tidak mementingkan
diri sendiri, kerendahan hati, kesederhanaan,
keterampilan hubungan, refleksi diri, inspirasi,
organisasi, delegasi, bimbingan, komitmen,
kepahlawanan, karisma, membimbing,
keterlibatan, keteladanan, orientasi-tujuan, fokus,
orientasi hasil, ketepatan, efisiensi, negosiasi,
konsistensi, sosialisasi, kecerdasan sosial,
keanekaragaman, kesopanan, dan lain-lain.
9
Pada bagian berikut diberikann penjelasan sekilas tentang enam (6)
kualitas karakter tertinggi menurut Bialik dkk (2015), beserta ringkasan cara
mempelajari dan mengasesnya. Hal-hal berikut hanya contoh saja. Penilaian
setiap kualitas karakter dapat dikembangkan sesuai kebutuhan.
1. Mindfullness
2. Curiosity
10
terhadap pengukuran curiosity. Cara yang sesuai untuk mengases curiosity
adalah menggunakan kuesioner. Biasanya kuesioner berisi tentang keterlibatan
dalam pembelajaran. Misalnya sejauh mana siswa tampak termotivasi secara
intrinsik, dan seberapa jauh mereka mendorong diri mereka sendiri.
3. Courage
4. Resilience
11
positif yang signifikan dalam menghadapi kesulitan. Tiga faktor utama yang
telah diidentifikasi di sekolah, masyarakat, dan sistem dukungan sosial yang
secara positif mempengaruhi ketangguhan remaja adalah: hubungan yang
terjaga, komunikasi yang baik, dan peluang untuk keterlibatan dan partisipasi
yang bermakna.
5. Ethics
Ethics (etika) adalah norma atau aturan yang dipakai sebagai pedoman
dalam berperilaku di masyarakat bagi seseorang terkait dengan sifat baik dan
buruk. Etika dikaitkan dengan kesusilaan dan perilaku manusia di dalam
pergaulannya dengan sesama yang menyangkut prinsip dan aturan tentang
tingkah laku yang benar. Etika adalah kewajiban dan tanggungjawab moral
setiap orang dalam berperilaku di masyarakat.
12
Cara mengases ethics dengan mengkategorikan penalaran siswa terhadap
berbagai pertanyaan etis. Seseorang dapat ditempatkan pada suatu titik dalam
kerangka yang lebih besar dari pengembangan penalaran moralnya.
6. Leadership
13
2.2 Kepribadian
Istilah kepribadian dalam bahasa inggris dinyatakan dengan
personality. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu persona yang
berarti topeng dan personare yang artinya menembus.istilah topeng
berkenaan dengan salah satu atribut yang digunakan oleh para pemain
sandiwara pada zaman Yunani Kuno. Dengan topeng yang dikenakan
dan diperkuat dengan gerak-gerik dan yang diucapkan, karakter dari
tokoh yang diperankan tersebut dapat menembus keluar dalam arti dapat
dipahami oleh para penonton. Kata kepribadian dalam kehidupan sehari-
hari di gunakan untuk menggambarkan: (1) identitas diri, contoh: “Saya
seorang yang terbuka” atau “Saya seorang pendiam”, (2) kesan umum
seseorang tentang diri anda atau orang lain, contoh “Dia agresif” atau
“Dia jujur”, dan fungsi-fungsi kepribadian sehat atau bermasalah,
contoh: “Dia baik” atau “Dia mendendam.”
Untuk memperoleh pemahaman tentang kepribadian ini, berikut di
kemukakan beberapa pengertian dari para ahli: Hall dan Lindzey
mengemukakan bahwa secara populer, kepribadian dapat di artikan
sebagai: (1) keterampilan atau kecakapan sosial (social skill), dan (2)
kesan yang paling menonjol, yang di tunjukkan seseorang kepada orang
lain. Selain itu Woodworth juga mengemukakan bahwa kepribadian
merupakan “Kualitas tingkah laku total individu”. Sementara Dashiell
mengartikannya sebagai “Gambaran total tentang tingkah laku individu
yang terorganisasi”. Derlega, Winstead dan Jones mengartikannya
sebagai “Sistem yang relative stabil mengenai karakteristik individu
yang bersifat internal, yang berkontribusi terhadap pikiran, perasaan, dan
tingkah laku yang konsisten.” (Suryabrata, 2006)
Pada mulanya Allport mendefinisikan kepribadian sebagai “What a
man really is”, tetapi definisi tersebut oleh Allport dipandang tidak
memadai, lalu ia merevisi definisi tersebut. Definisi yang dirumuskan
oleh Allport adalah: “Personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophysical systems that determine his unique
adjustments to his environment.” (Kepribadian adalah organisasi
dinamis dalam individu sebagaai sistem psikofisis yang menentukan
caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan)
(Singgih & Dirgagunarsa, 1987).
David Krech dan Richard S. Crutchfield (1969) dalam bukunya
yang berjudul Elements of Psikologi mendefinisikan sebagai berikut,
“Personality is the integration of all of an individual’s characteristic
into a unique organization that determines, and is modified by, his
attemps at adaption to his continually changing environtment.”
14
(Kepribadian adalah integrasi dari semua karakteristik individu kedalam
suatu kesatuan yang unik yang menentukan, dan yang dimodifikasi oleh
usaha-usahanya dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang
berubah terus menerus). Sedangkan Adolf Heuken SJ menyatakan
sebagai berikut: “Kepribadian adalah pola menyeluruh semua
kemampuan, perbuatan serta kebiasaan seseorang, baik yang jasmani,
mental, rohani, emosional maupun yang sosial. Semuanya ini telah
ditata dalam caranya yang khas dibawah beraneka pengaruh dari luar.
Pola ini terwujud dalam tingkah lakunya, dalam usahanya menjadi
manusia sebagaimana dikehendakinya.”
Berdasarkan definisi dari beberapa ahli dapat disimpulkan pokok-pokok
pengertian kepribadian sebagai berikut: pertama, kepribadian merupakan
kesatuan yang kompleks, yang terdiri atas aspek psikis, seperti intelegensi,
sifat, sikap, minat, cita-cita, dan sebagainya serta aspek fisik, seperti bentuk
tubuh, kesehatan jasmani, dan sebagainya. Kedua, kesatuan dari kedua
aspek tersebut berinteraksi dengan lingkungannya yang mengalami
perubahan secara terus-menerus, dan terwujudlah pola tingkah laku yang
khas atau unik. Ketiga, kepribadian bersifat dinamis, artinya selalu
mengalami perubahan, tetapi dalam perubahan tersebut terdapat pola-
pola yang bersifat tetap. Keempat, kepribadian terwujud berkenaan
dengan tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu (Sujanto, 2001).
15
norma-norma sosial adalah baik dan sebaliknya.
Secara arti deskriptif watak menurut Allport bahwa “Character is
personality evaluated, and personality is character devaluated”.
Menurutnya kepribadian dan watak adalah satu dan sama, tetapi
dipandang dari segi yang berlainan. Apabila orang akan mengenakan
norma-norma, yang berarti mengadakan penilaian lebih tepat
dipergunakan istilah “watak”. Apabila tidak mengadakan penilaian
sehingga menggambarkan apa adanya, dipakai istilah “kepribadian”. 2)
Temperament (Tabiat) adalah kepribadian yang lebih bergantung pada
keadaan badaniah, atau kepribadian yang berkaitan erat dengan
determinan biologis atau fisiologis. Secara singkat dapat dikatakan
bahwa tabiat adalah konstitusi kejiwaan.
Temperament memiliki aspek yang meliputi: Motalitas (kegestian
atau kelincahan) ditentukan oleh otot, tulang dan saraf perifer. Contoh:
Orang bekerja dan bereaksi dengan lincah dan gesit. Vitalitas (daya
hidup) lebih ditentukan keadaan hormonal dan saraf otonom. Contoh:
Orang dengan vitalitas tinggi: baru bangun pagi sudah penuh gairah
hidup dan memiliki berbagai rencana. Orang yang mudah bosan, kurang
kreatif, dan kurang inovatif. Emosionalitas (daya rasa) lebih ditentukan
keadaan neurohormonial dan saraf pusat. Contoh: Bila ada sesuatu yang
menakutkan, ada orang yang bereaksi segera dan spontan secara
emosional. 3) Traits (Sifat) ini berfungsi untuk menguntegrasikan
kebiasaan, sikap dan ketrampilan kepada pola-pola pikir, merasa dan
bertindak. Traits dapat diartikan sebagai aspek atau dimensi kepribadian
yang terkait dengan karakteristik respon atau reaksi seseorang yang
relatif konsisten (ajeg) dalam rangka menyesuaikan dirinya secara khas.
Diartikan juga kecenderungan yang dipelajari untuk mereksi rangsangan
dari lingkungan. Deskripsi di atas menggambarkan bahwa traits
merupakan kecenderungan-kecenderungan yang dipelajari untuk
mengevaluasi situasi dan mereaksi situasi dengan cara-cara tertentu.
Setiap traits mempunyai tiga karakteristik (a) uniquencess,
kekhasan dalam berperilaku), (b) likeableness, traits itu ada yang
disenagi dan ada yang tidak disenangi, sebab traits itu berkontribusi
kepada keharmonisan atau ketidak harmonisan, kepuasan atau ketidak
kepuasan orang orang yang mempunyai traits tersebut.26
Traits yang disengai seperti jujur, murah hati dan bertanggung
jawab. Sementara yang tidak disenagi seperti egois, tidak sopan dan
kejam/bengis. Sikap sesorang terhadap traits ini merupakan hasil belajar
dari lingkungan sosialnya; dan (c) consistency, artinya seseorang itu
diharap dapat berperilaku atau bertindak secara ajeg. Konsep yang
keempat dari kepribadian adalah tipe. Perbedaan antara sifat dan tipe
menurut Allport adalah: Individu dapat memiliki sesuatu sifat, tetapi
tidak dapat memiliki suatu tipe, tipe adalah konstruksi ideal si pengamat
dengan mengabaikan sifat-sifat khas individualnya, tipe menunjukkan
perbedaan buatan, sedangkan sifat refleksi sebenarnya dari individu. 5)
Sementara yang terakhir adalah Habit (Kebiasaan). Kebiasaan adalah
bentuk tingkah laku yang tetap dari usaha menyesuaikan diri terhadap
lingkungan yang mengandung unsur afektif perasaan (Yusuf, 2012).
16
2.3 Hubungan Karakter dan Kepribadian
Karakter dan kepribadian memiliki serangkaian hubungan yang
kompleks atau saling terikat satu sama lain yang dapat diasumsikan dari
definisi dan asesmen dari karakter dan kepribadian. Hubungan-hubungan
yang terkadung didalamnya bersipat satu kesatuan yang didapatkan dari
hasil internalisasi berbagai nilai kebajikan yang digunakan sebagai
landasan berpikir dan bertindak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
karakter pada diri manusia sebagai pembentuk atau pendamping dari
kepribadian pada manusia. Pada (Tabel 2) memperlihatkan bahwa
karakter dan kepribadian bersipat satu kesatuan;
Karakter Karakter
Karakter
Karakter Karakter
Kepribadian
Karakter Karakter
Karakter Karakter
Karakter
Karakter Karakter
17
dimaksud dengan arah tindakan yang benar. Kedua, memahami informasi
dari permasalahan yang bersangkutan. Jadi, dalam pengetahuan moral ini,
harus mebngetahui fakta yang sebenarnya mengenai suat hal yang
bersangkutan sebelum mengambil suatu penilaian moral.
18
yang benar. Banyak orang tahu apa yang benar, namun merasakan sedikit
kewajiban untuk berbuat sesuai dengan hal tersebut.
Empati (empathy)
Perlunya empati yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain
sehingga kita mampu keluar dari zona kita. Sebagai aspek dari komponen
karakter, empati harus dikembangkan secara generalisasi. Mempu melihat di
luar perbedaan dan menanggapi kemanusiaan bersama.
Keinginan (will)
Keinginan berada pada inti dorongan moral. Menjadi orang yang baik
memerlukan tindakan keinginan yang baik, suatu penggerakkan energy moral
19
untuk melakukan apa yang kita pikir harus dilakukan.
Kebiasaan (habit)
Kebiasaan yang baik melalui pengalaman yang diulangi dalam apa yang
dilakukan itu membantu, ramah, dan adil dapat menjadi kebiasaan baik yang
akan bermanfaat bagi dirinya ketika menghadapi situasi yang berat.
Komponen karakter di atas dengan aspek komponennya masing-masing
menjelaskan bahwa karakter dan kepribadian manusia saling berhubungan,
bekerjasama untuk saling mendukung sehingga dapat menciptakan kepribadian
yang baik (Lickona, 2013).
20
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan karakter dan kepribadian manusia didasari dari komponen
pembentuk yang eksplist dan implisit pada diri manusia. Aspek pada
komponen-komponen pembentuk karaker memiliki peran dalam
terbentuknya kepribadian yang baik dikarenakan karakter dan kepribadian
bersipat satu kesatuan yang saling bekerjasama dan saling mendukung.
Bentuk rincinya meliputi Moral Knowing, Moral Felling dan Moral Action.
Tiga komponen ini yang menjadi ujung pangkal dari komponen-komponen
karakter untuk bekerjasama dalam hubungan terbentuknya kepribadian yang
baik.
Karakter terbentuk akibat interaksi yang cukup lama dengan seuatu
hal atau konten interaksinya. Pada asesmen karakter cukup sulit dianalisis
dikarenakan sipatnya yang kompleks sehingga perlu keterlatihan dan kehati-
hatian dalam mendidik seseorang yang akan menuju pengembangan
karakter yang baik. Kemajuan teknologi juga tidak luput dari proses
terbentuknya karakter. Dewasa ini sering kita lihat bagaimana kelakuan
remaja maupun siswa dan mahasiwa karena efek kemajuan teknologi. Tidak
dapat dipungkiri bahwa majunya teknologi juga berakibat terbentuknya
karakter karena dengan mudahnya seseorang mengakses sesuatu hal, baik
dalam bentuk game, vidio dan lain sebagainya. Hal itu menimbulkan
karakter yang tidak baik jika digunakan dengan tidak cermat karena
interaksinya yang cukup lama dengan seseorang yang mengaksesnya.
21
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
22
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Bialik, M., Bogan, M., Fadel, C., & Horvathova. (2015). Character Education
for the 21st Century: What Should Students Learn? Boston,
Massachusetts: Center for Curriculum Redesign.
23