Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI PADA An.

DENGAN EKSPLORASI LAPARATOMI DAN BIOPSI

ATAS INDIKASI TUMOR ABDOMEN

DI OK 2 ( BEDAH ANAK ) INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. SAIFUL ANWAR


MALANG

Oleh :

MUHAMMAD PANJI AS’ARI

NIM. 1501410018

PELATIHAN INSTRUMENTATOR KAMAR OPERASI

RUMAH SAKIT DR. SAIFUL ANWAR MALANG

2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESUME INSTRUMENT TEKNIK

DI OK 2 ( BEDAH ANAK )

INSTALASI BEDAH SENTRAL RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Malang, April 2016

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Akademik Pembimbing OK 2 RSSA Malang

………………………………………… KARYONO
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI PADA An. M
DENGAN EKSPLORASI LAPARATOMI DAN BIOPSI
ATAS INDIKASI TUMOR ABDOMEN
DI OK 2 ( BEDAH ANAK ) INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG

A. DEFINISI
Tumor  adalah  :  merupakan  kumpulan  sel  abdormal  yang terbentuk  oleh  sel-sel yang
tumbuh  terus  mennerus,  tidak  terbatas,  tidak terkoordinasi  dengan  jaringan disekitarnya serta tidak
berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang
terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
Tumor adalah : massa padat  besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin,
Elizabeth.J. 2000)
Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang  disebabkan  oleh  sel  tubuh  yang  mengalami  transformasi  dan  tumbuh  secara
autonom  lepas  dari  kendali  pertumbuhan  sel  normal,  sehingga  sel  tersebut berbeda
dari  sel  normal  dalam  bentuk  dan  strukturnya.  Secara  patologi  kelainan ini  mudah
erkelupas  dan  dapat  meluas  ke  retroperitonium,  dapat  terjadi  obstruksi ureter  atau
vena  kava  inferior.  Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Eksplorasi laparatomy adalah insisi pembedahan untuk membuka rongga abdomen (Dorland,
1998).
Laparatomy adalah suatu explorasi bedah terbuka pada perut untuk melihat organ internal, ter
masuk perut, usus, ginjal, hati, pankreas, kandung empedu, dan organ yang membentuk sistem
reproduksi wanita. (blogkesehatan.net/laparotomy/)

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya  pembelahan  sel  yang  abnormal. Pembedaan sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan,
kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1.      Karsinogen
2.      Hormone
3.      Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang
berserat.
4.      Parasit :  parasit  schistososma  hematobin  yang  mengakibatkan  karsinoma planoseluler.
5.      Genetic
Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
6.      Insiden
Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit kardiovaskuler  yang  menyebabkan kematian
utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat proses maligna,
setiap tahunnya.  Memperlihatkan  frekuensinya,  penyebab kematian akibat tumor di Amerika
Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru,
payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)

C. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic  dari  DNA  seluler,  sel  abnormal  ini membentuk  kolon  dan  berpopliferasi  secar
abnormal,  mengabaikan  sinyal  mengatur  pertumbuhan  dalam  lingkungan  sekitar  sel tersebut.
Sel-sel  neoplasma  mandapat  ener gi  terutama  dari  anaerob  karena
kemampuan  sel untuk  oksidasi  berkurang,  meskipun  mempunyai  enzim  yang  lengkap untuk
oksidasi. Susunan enzim  sel  uniform  sehingga  lebih  mengutamakan  berkembang  biak  yang
membutuhkan energi  unruk  anabolisme  daripada  untuk  berfungsi  yang  menghasilkan energi
dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk  protioplasma dan energi, antara
lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-
bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika  dicapai  suatu  tahap  dimana  sel  mendapatkan  ciri-ciri  invasi,  dan  terjadi
perubahan  pada  jaringan  sekitarnya. Sel-sel  tersebut menginfiltrasi  jaringan  sekitar  dan
memperoleh  akses  ke  limfe  dan  pembuluh-pembuluh  darah,  melalui  pembuluh  darah
tersebut  sel-sel  dapat  terbawa  ke  area  lain  dalam  tubuh  untuk  membentuk  metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini  dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor  bukan  suatu  penyakit  tunggal  dengan  penyebab  tunggal : tetapi  lebih kepada suatu
kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.
(Smelstzer, Suzanne C.2001).

D. TANDA DAN GEJALA


1)  Hiperplasia
2)  Konsistensi tumor umumnya padat atau keras
3)  Tumor  epital  biasanya  mengandung  sedikit  jaringan  ikat  dan  apabila  berasal  dari
masenkim  yang  banyak  mengandung  jaringan  ikat  maka  akan  elastic  kenyal  atau
lunak.
4)  Kadang tampak hipervaskulari disekitar tumor.
5)  Biasa terjadi pengerutan dam mengalami retraksi.
6)  Edema disekitar tumor disebabkan infiltrasi kepembuluh limfe.
7)  Nyeri
8)  Anoreksia, mual, muntah.
9)  Penurunan berat badan.

E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1)       Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam
berespon terhadap tumor.
2)       Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran berbagai
struktur tubuh.
3)       CT Scan
Menggunakan pancaran  sinar  sempit  sinar-X  untuk  memindai  susunan  lapisan jaringan
untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4)       Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat
mencakup penggunaan bahan kontras.
5)       Ultrasound
Echo  dari  gelombang  bunyi  berfrekuensi  tinggi  direkam  pada  layer  penerima, digunkan
untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6)       Endoskopi
Memvisualkan  langsung  rongga  tubuh  atau  saluran  dengan  memasukan  suatu  ke
dalam  rongga  tubuh  atau  ostium  tubuh;  memungkinkan  dilakukannya  biopsy jaringan,
aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7)       Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan  suntikan  intravena  atau  menelan  bahan  radiosisotope  yang  diikuti
dengan    pencitraan  yang  menjadi  tempat  ber kumpulnya  radioisotope.(Smeltzer, Suzanne
C.2001).

F. PENATALAKASAAN MEDIS
1)       Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas  penanganan  utama,  biasanya  gasterektoni subtotal atau total, dan
digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien  dengan tumor lambung  tanpa  biopsy
dan  tidak ada  bukti  matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk
menentukan apakah
pasien  harus menjalani  prosedur  kuratif  atau  paliatif.  Komplikasi  yang  berkaitan
dengan tindakan  adalah  injeksi,  perdarahan,  ileus,  dan  kebocoran anastomoisis.(Smeltzer,
Suzanne C. 2001)
2)       Radioterapi
Penggunaaan  partikel  energy  tinggi  untuk  menghancurkan  sel-sel  dalam pengobatan  tumor
dapat  menyebabkan  perubahan  pada  DNA  dan  RNA  sel  tumor. Bentuk energy yang
digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
3)       Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk  tumor  lambung  tingkat  tinggi  lanjutan  dan  pada  kombinasi  dengan
terapi radiasi  dengan  melawan  sel  dalam  proses pembelahan, tumor  dengan  fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4)       Bioterapi
Terapi  biologis  atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan
menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal,  vaksin,  factor  stimulasi  koloni,  interferon, interleukin.(Danielle Gale.
2000).

LAPORAN KASUS
TEKNIK INSTRUMENTASI EXPLORASI LAPARATOMY BIOPSI

A. DEFINISI
Teknik Instrumentasi Explorasi laparatomi adalah prosedur pembedahan membuka abomen untuk
mencari kalainan pada area abdomen.(www.kamus –kedokteran.co.id)
Laparatomy adalah suatu explorasi bedah terbuka pada perut untuk melihat organ internal, ter masuk
perut, usus, ginjal, hati, pankreas, kandung empedu, dan organ yang membentuk sistem reproduksi
wanita. (blogkesehatan.net/laparotomy/)
Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang baik. Pada kondisi ini
deodenum bisa mengalami penyempitan secara komplit sehingga menghalangi jalannya makanan dari
lambung menuju usus untuk mengalami proses absorbsi. Apabila penyempitan usus terjadi secara
parsial, maka kondisi ini disebut dengan doudenal stenosis

B. INDIKASI
Klien dengan obstruksi usus letak tinggi susp. Atresia / stenosis

C. KONTRA INDIKASI
Keadaan umum klien jelek

D. TUJUAN INSTRUMENTASI
Menyiapkan perlengkapan peralatan instrumen bedah pada operasi eksplore laparatomi.
Mengatur alat secara sistematis di meja instrumen dan meja mayo.
Memperlancar handling instrumen.
Mempertahankan keseterilan alat alat instrumen selama pembedahan.

E. PATOFISOLOGI
Ada faktor ekstrinsik serta ekstrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya atresia duodenal. Faktor
intrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya anomali ini karena kegagalan rekanalisasi lumen usus.
Duodenum dibentuk dari bagian akhir foregut dan bagian sefalik midgut. Selama minggu ke 5-6
lumen tersumbat oleh proliferasi sel dindingnya dan segera mengalami rekanalisasi pada minggu ke 8
- 10. Kegagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia duodenum.

F. TINDAKAN
Explorasi Laparatomy
G. PERSIAPAN
PERSIAPAN PASIEN
1) Sebelum pasien di pindah ke meja operasi
2) Pengecekan status (Informed Consent)
3) Pengecekan persiapan fisik pasien (Puasa, Lepas semua perhiasan bila ada, Vital sign dalam batas
normal, penandaan lokasi operasi)
4) Mengecek dan mencatat obat-obatan yang di bawa
5) Setelah pasien di pindah ke meja operasi
6) Pasien dibaringkan di meja operasi dan dibaringkan dengan posisi supine Pasien dilakukan
anastesi general anestesi, dipasang vital sign, oksigen
7) Pasien dipasang negative cauter dibawah punggung (daerah banyak lemak)
8) Dipasang softband pada kedua tungkai untuk mencegah hipotermi.

PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Cek couter, suction dan lampu operasi
2) Mencuci area yang akan di operasi
3) Memasang braket dan jelly board
4) Memberi alas perlak dan linen pada meja operasi

C. PERSIAPAN ALAT
BHP (Bahan Habis Pakai)
Handscoon steril sesuai ukuran :sesuai kebutuhan
Kasa Steril sedang : 20
Kasa Deppers besar : 10
Big Kasa :5
Underpad steril :3
Mess no. 15 :1
Benang Vicril 3/0 :1
Cairan NACL 0.9 % 500 ml :1
Opsite jumbo :1
Sofratule :1
Foley catheter no. 8 :1
Urine bag :1
Jelly : 5 cc
Betadine 10 % : 100 cc

Alat non steril


Lampu operasi : 1 set
Mesin termocouter : 1 set
Plat diathermi :1
Meja operasi : 1 set
Meja mayo :1
Meja instrument :3
Mesin suction :1
Infant Warmer : 1 set
Penghangat cairan : 1 set
Wascom :2
Standart tempat wascom :1
Gunting Verband :1
Tempat sampah :2

Alat steril
Meja mayo
Handle mess no. 3 :1
Gunting metzenbaum (metzenbaum scissor) :1
Pinset cirrugis (dissecting forcep) :2
Pinset anatomis (tissue forcep) :2
Desinfektan forcep (washing and dressing forcep) :1
Duk klem (towel klem) :5
Klem pean bengkok (delicate hemostatic forceps pean curve) :2
Klem kocher bengkok (delicate hemostaticforceps kokher curve) :4
Needle holder (hald foeder) :2
Gunting benang (surgical scissor) :1
Kanul suction (canule suction) :1
Hak Timan :2
Hak U :2
Spatel :1

Meja Instrumen
Duk besar :3
Duk sedang :3
Duk kecil :5
Sarung mayo :1
Gaun operasi :5
Handuk kecil :5
Bengkok/nier becken :2
Kom kecil :1
Kom besar :1

Alat penunjang steril


Handpiece cauter dan kabel :1
Gunting bipolar :1
Selang suction :1
Bengkok :3
Cucing :1
Kom :2
Pemegang lampu :2

TEKHNIK INSTRUMENTASI
1. Pasien masuk kamar operasi melakukan SIGN IN.
2. Setelah pasien diberikan general anastesi dan diposisikan supinasi, kemudian pasang ground
(arde) couter dibawah punggung.
3. Asisten operator dengan dibantu Perawat sirkuler memasang kateter no 8 pada pasien.
4. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning dan gloving kemudian membantu operator
dan asisten untuk mengenakan gown dan handscoen.
5. Berikan desinfeksi klem, deppres dan povidon iodine 10% dalam cucing pada asisten untuk
melakukan desinfeksi pada lapangan operasi.
6. Lakukan drapping dengan memberikan :
a. Duk besar rangkap untuk bagian bawah
b. Duk besar untuk bagian atas
c. Duk kecil untuk bagian kanan/kiri
d. Fiksasi keempat sudut dengan duk klem
7. Dekatkan meja mayo dan meja instrument lalu pasang kabel couter monopolar, gunting bipolar
dan selang suction lalu fiksasi duk klem
8. Marker daerah yang akan di lakukan operasi , incisi medline
9. Perawat sirkuler membacakan TIME OUT
10. Berikan handle mess no 3 dan mess no 15 pada operator untuk melakukan insisi pada abdomen.
(2 cm di atas umbilikus – 2 cm di bawah umbilikus)
11. Berikan kassa lembab Ns 0,9 %, klem pean dan pinset cirurgis pada asisten operator untuk
merawat perdahan.
12. Berikan couter dan pinset cirurgis pada operator untuk memperdalam insisi.
13. Insisi diteruskan dari facia, beri asisten Klem kocher lurus untuk menjepit fasia. sampai ke otot,
berikan hak pielum untuk memperlebar area operasi dan beri operator gunting bipolar dan klem
pean bengkok untuk memotong otot.
14. Setelah nampak peritoneum, berikan dua pinset anatomis pada asisten dan gunting
metzemboum kepada operator, setelah peritoneum terbuka perawat memberikan 2 buah hak U
kepada operator untuk melebarkan lapangan operasi.
15. Lakukan eksplore laparatomi, operator identifikasi letak tumor abdomen.
16. Berikan big kassa basah dengan NS 0,9% dan pinset anatomis untuk melindungi usus
17. Berikan Hak timan atau hak abdomen dan big kassa basah pada asisten untuk membuka lapang
operasi.
18. Berikan Ellis klem pada operator untuk menjepit jaringan tumor, lalu berikan gunting bipolar
kepada operator untuk memotong / mengambil bagian tumor untk di Biopsi, rawat perdarahan
dengan masquito dan couter .
19. kemudian jaringan tumor diberikan kepada perawat sirkuler dalam botol kecil yang telah diberi
cairan formalin dan identitas pasien untuk di PA.
20. Perawat sirkuler membacakan SIGN OUT
21. Inventaris instrumen dan kasa sebelum peritonium ditutup.
22. Berikan nald voeder dan vicril 3.0 serta pinset cirugi pada operator untuk menjahit peritomium,
otot, fasia, fat dengan teknik jelujur veston, lindungi usus dengan kasa hangat dan spatel.

23. Kemudian berikan nald voeder dan benang prolene 3-0 untuk jahit kulit
24. Setelah proses penjahit selesai, berikan kasa basah untuk membersihkan sisa/ bekas darah dan
terakhir kasa kering.
25. Kemudian tutup dengan sofratule, kassa kering dan fiksasi dengan hypafix
26. Rapikan pasien
27. Catat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo.
28. Proses dekontaminasi
a. Alat yang sudah dipergunakan dirapikan dan dibawa semua ke ruang pencucian alat
b. Alat – alat yang kotor (terkontaminasi cairan tubuh pasien) direndam dengan ALKAZYM
1 bungkus ( 25 g ) dalam 1 liter air selama 15 menit, kemudian rendam dalam larutan
Enzimatic Detergen (CIDECYM) selama 1 menit
c. Cuci alat dengan cara menyikat alat hingga bersih, lakukan penyemprotan untuk alat
berongga
d. Bilas alat dengan air mengalir kemudian di keringkan
e. Inventarisai alat
f. Lakukan pengepakan alat kemudian diberi indicator dan keterangan isi dari alat

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995.  Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC. 
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakarta : EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001.  Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai