Oleh :
NIM. 1501410018
2016
LEMBAR PENGESAHAN
DI OK 2 ( BEDAH ANAK )
Mengetahui,
………………………………………… KARYONO
LAPORAN TEKNIK INSTRUMENTASI PADA An. M
DENGAN EKSPLORASI LAPARATOMI DAN BIOPSI
ATAS INDIKASI TUMOR ABDOMEN
DI OK 2 ( BEDAH ANAK ) INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG
A. DEFINISI
Tumor adalah : merupakan kumpulan sel abdormal yang terbentuk oleh sel-sel yang
tumbuh terus mennerus, tidak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan disekitarnya serta tidak
berguna bagi tubuh. (Kusuma, Budi 2001)
Tumor adalah : benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel dengan pertumbuhan yang
terbatas dan lonjong. (E. Oswari, 2000)
Tumor adalah : massa padat besar, meninggi dan berukuran lebih dari 2 cm. (Carwin,
Elizabeth.J. 2000)
Tumor abdomen : merupakan massa yang padat dengan ketebalan yang berbeda-beda,
yang disebabkan oleh sel tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara
autonom lepas dari kendali pertumbuhan sel normal, sehingga sel tersebut berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Secara patologi kelainan ini mudah
erkelupas dan dapat meluas ke retroperitonium, dapat terjadi obstruksi ureter atau
vena kava inferior. Massa jaringan fibrosis mengelilingi dan menentukan struktur yang di
bungkusnya tetapi tidak menginvasinya.
Eksplorasi laparatomy adalah insisi pembedahan untuk membuka rongga abdomen (Dorland,
1998).
Laparatomy adalah suatu explorasi bedah terbuka pada perut untuk melihat organ internal, ter
masuk perut, usus, ginjal, hati, pankreas, kandung empedu, dan organ yang membentuk sistem
reproduksi wanita. (blogkesehatan.net/laparotomy/)
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya tumor karena terjadinya pembelahan sel yang abnormal. Pembedaan sel tumor
tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan fungsi aotonomnya dalam pertumbuhan,
kemampuanya mengadakan infiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya tumor antara lain:
1. Karsinogen
2. Hormone
3. Gaya hidup, kelebihan nutrisi khususnya lemak dan kebiasaan makan makanan yang kurang
berserat.
4. Parasit : parasit schistososma hematobin yang mengakibatkan karsinoma planoseluler.
5. Genetic
Infeksi, trauma, hipersensitivitas terhadap obet-obatan.
6. Insiden
Tumor adalah penyakit kedua setelah penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan kematian
utama di Amerika Serikat. Lebih dari 496.000 orang Amerika meninggal akibat proses maligna,
setiap tahunnya. Memperlihatkan frekuensinya, penyebab kematian akibat tumor di Amerika
Serikat meliputi kanker paru, prostate, dan area kolorektal pada pria dan pada tumor paru,
payudara, dan area kolorektal pada wanita.(Smelstzer, Suzanne C.2001)
C. PATOFISIOLOGI
Tumor adalah proses penyakit yang bermula ketika sel abnormal di ubah oleh mutasi
ganetic dari DNA seluler, sel abnormal ini membentuk kolon dan berpopliferasi secar
abnormal, mengabaikan sinyal mengatur pertumbuhan dalam lingkungan sekitar sel tersebut.
Sel-sel neoplasma mandapat ener gi terutama dari anaerob karena
kemampuan sel untuk oksidasi berkurang, meskipun mempunyai enzim yang lengkap untuk
oksidasi. Susunan enzim sel uniform sehingga lebih mengutamakan berkembang biak yang
membutuhkan energi unruk anabolisme daripada untuk berfungsi yang menghasilkan energi
dengan jalan katabolisme.
Jaringan yang tumbuh memerlukan bahan-bahan untuk membentuk protioplasma dan energi, antara
lain asam amino. Sel-sel neoplasma dapat mengalahkan sel-sel normal dalam mendapatkan bahan-
bahan tersebut. (Kusuma, Budi drg. 2001).
Ketika dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan ciri-ciri invasi, dan terjadi
perubahan pada jaringan sekitarnya. Sel-sel tersebut menginfiltrasi jaringan sekitar dan
memperoleh akses ke limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh darah
tersebut sel-sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk metastase
(penyebaran tumor) pada bagian tubuh yang lain.
Meskipun penyakit ini dapat diuraikan secara umum seperti yang telah digunakan,
namun tumor bukan suatu penyakit tunggal dengan penyebab tunggal : tetapi lebih kepada suatu
kelompok penyakit yang jelas denagn penyebab, metastase, pengobatan dan prognosa yang berbeda.
(Smelstzer, Suzanne C.2001).
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Prosedur diagnostik yang biasa dilakukan dalam mengevaluasi malignansi meliputi :
1) Marker tumor
Substansi yang ditemukan dalam darah atau cairan tubuh lain yang tumor atau oleh tubuh dalam
berespon terhadap tumor.
2) Pencitraan resonansi magnetic (MRI)
Penggunaan medan magnet dan sinyal frekuensi_radio untuk menghasilkan gambaran berbagai
struktur tubuh.
3) CT Scan
Menggunakan pancaran sinar sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan
untuk memberikan pandangan potongan melintang.
4) Flouroskopi
Menggunakan sinar-X yang memperlihatkan perbedaan ketebalan antar jaringan; dapat
mencakup penggunaan bahan kontras.
5) Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer penerima, digunkan
untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam tubuh.
6) Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan memasukan suatu ke
dalam rongga tubuh atau ostium tubuh; memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan,
aspirasi dan eksisi tumor yang kecil.
7) Pencitraan kedokteran nuklir
Menggunakan suntikan intravena atau menelan bahan radiosisotope yang diikuti
dengan pencitraan yang menjadi tempat ber kumpulnya radioisotope.(Smeltzer, Suzanne
C.2001).
F. PENATALAKASAAN MEDIS
1) Pembedahan
Pembedahan adalah modalitas penanganan utama, biasanya gasterektoni subtotal atau total, dan
digunakan untuk baik pengobatan maupun paliasi. Pasien dengan tumor lambung tanpa biopsy
dan tidak ada bukti matastatis jauh harus menjalani laparotomi eksplorasi atau seliatomi untuk
menentukan apakah
pasien harus menjalani prosedur kuratif atau paliatif. Komplikasi yang berkaitan
dengan tindakan adalah injeksi, perdarahan, ileus, dan kebocoran anastomoisis.(Smeltzer,
Suzanne C. 2001)
2) Radioterapi
Penggunaaan partikel energy tinggi untuk menghancurkan sel-sel dalam pengobatan tumor
dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan RNA sel tumor. Bentuk energy yang
digunakan pada radioterapi adalah ionisasi radiasi yaitu energy tertinggi dalam spektrum
elektromagnetik.
3) Kemoterapi
Kemoterapi sekarang telah digunakan sebagai terapi tambahan untuk reseksi
tumor, untuk tumor lambung tingkat tinggi lanjutan dan pada kombinasi dengan
terapi radiasi dengan melawan sel dalam proses pembelahan, tumor dengan fraksi
pembelahan yang tinggi ditangani lebih efektif dengan kemoterapi.
4) Bioterapi
Terapi biologis atau bioterapi sebagai modalitas pengobatan keempat untuk kanker dengan
menstimulasi system imun(biologic response modifiers/BRM) berupa
antibody monoclonal, vaksin, factor stimulasi koloni, interferon, interleukin.(Danielle Gale.
2000).
LAPORAN KASUS
TEKNIK INSTRUMENTASI EXPLORASI LAPARATOMY BIOPSI
A. DEFINISI
Teknik Instrumentasi Explorasi laparatomi adalah prosedur pembedahan membuka abomen untuk
mencari kalainan pada area abdomen.(www.kamus –kedokteran.co.id)
Laparatomy adalah suatu explorasi bedah terbuka pada perut untuk melihat organ internal, ter masuk
perut, usus, ginjal, hati, pankreas, kandung empedu, dan organ yang membentuk sistem reproduksi
wanita. (blogkesehatan.net/laparotomy/)
Atresia duodenum adalah kondisi dimana duodenum tidak berkembang baik. Pada kondisi ini
deodenum bisa mengalami penyempitan secara komplit sehingga menghalangi jalannya makanan dari
lambung menuju usus untuk mengalami proses absorbsi. Apabila penyempitan usus terjadi secara
parsial, maka kondisi ini disebut dengan doudenal stenosis
B. INDIKASI
Klien dengan obstruksi usus letak tinggi susp. Atresia / stenosis
C. KONTRA INDIKASI
Keadaan umum klien jelek
D. TUJUAN INSTRUMENTASI
Menyiapkan perlengkapan peralatan instrumen bedah pada operasi eksplore laparatomi.
Mengatur alat secara sistematis di meja instrumen dan meja mayo.
Memperlancar handling instrumen.
Mempertahankan keseterilan alat alat instrumen selama pembedahan.
E. PATOFISOLOGI
Ada faktor ekstrinsik serta ekstrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya atresia duodenal. Faktor
intrinsik yang diduga menyebabkan terjadinya anomali ini karena kegagalan rekanalisasi lumen usus.
Duodenum dibentuk dari bagian akhir foregut dan bagian sefalik midgut. Selama minggu ke 5-6
lumen tersumbat oleh proliferasi sel dindingnya dan segera mengalami rekanalisasi pada minggu ke 8
- 10. Kegagalan rekanalisasi ini disebut dengan atresia duodenum.
F. TINDAKAN
Explorasi Laparatomy
G. PERSIAPAN
PERSIAPAN PASIEN
1) Sebelum pasien di pindah ke meja operasi
2) Pengecekan status (Informed Consent)
3) Pengecekan persiapan fisik pasien (Puasa, Lepas semua perhiasan bila ada, Vital sign dalam batas
normal, penandaan lokasi operasi)
4) Mengecek dan mencatat obat-obatan yang di bawa
5) Setelah pasien di pindah ke meja operasi
6) Pasien dibaringkan di meja operasi dan dibaringkan dengan posisi supine Pasien dilakukan
anastesi general anestesi, dipasang vital sign, oksigen
7) Pasien dipasang negative cauter dibawah punggung (daerah banyak lemak)
8) Dipasang softband pada kedua tungkai untuk mencegah hipotermi.
PERSIAPAN LINGKUNGAN
1) Cek couter, suction dan lampu operasi
2) Mencuci area yang akan di operasi
3) Memasang braket dan jelly board
4) Memberi alas perlak dan linen pada meja operasi
C. PERSIAPAN ALAT
BHP (Bahan Habis Pakai)
Handscoon steril sesuai ukuran :sesuai kebutuhan
Kasa Steril sedang : 20
Kasa Deppers besar : 10
Big Kasa :5
Underpad steril :3
Mess no. 15 :1
Benang Vicril 3/0 :1
Cairan NACL 0.9 % 500 ml :1
Opsite jumbo :1
Sofratule :1
Foley catheter no. 8 :1
Urine bag :1
Jelly : 5 cc
Betadine 10 % : 100 cc
Alat steril
Meja mayo
Handle mess no. 3 :1
Gunting metzenbaum (metzenbaum scissor) :1
Pinset cirrugis (dissecting forcep) :2
Pinset anatomis (tissue forcep) :2
Desinfektan forcep (washing and dressing forcep) :1
Duk klem (towel klem) :5
Klem pean bengkok (delicate hemostatic forceps pean curve) :2
Klem kocher bengkok (delicate hemostaticforceps kokher curve) :4
Needle holder (hald foeder) :2
Gunting benang (surgical scissor) :1
Kanul suction (canule suction) :1
Hak Timan :2
Hak U :2
Spatel :1
Meja Instrumen
Duk besar :3
Duk sedang :3
Duk kecil :5
Sarung mayo :1
Gaun operasi :5
Handuk kecil :5
Bengkok/nier becken :2
Kom kecil :1
Kom besar :1
TEKHNIK INSTRUMENTASI
1. Pasien masuk kamar operasi melakukan SIGN IN.
2. Setelah pasien diberikan general anastesi dan diposisikan supinasi, kemudian pasang ground
(arde) couter dibawah punggung.
3. Asisten operator dengan dibantu Perawat sirkuler memasang kateter no 8 pada pasien.
4. Perawat instrument melakukan scrubing, gowning dan gloving kemudian membantu operator
dan asisten untuk mengenakan gown dan handscoen.
5. Berikan desinfeksi klem, deppres dan povidon iodine 10% dalam cucing pada asisten untuk
melakukan desinfeksi pada lapangan operasi.
6. Lakukan drapping dengan memberikan :
a. Duk besar rangkap untuk bagian bawah
b. Duk besar untuk bagian atas
c. Duk kecil untuk bagian kanan/kiri
d. Fiksasi keempat sudut dengan duk klem
7. Dekatkan meja mayo dan meja instrument lalu pasang kabel couter monopolar, gunting bipolar
dan selang suction lalu fiksasi duk klem
8. Marker daerah yang akan di lakukan operasi , incisi medline
9. Perawat sirkuler membacakan TIME OUT
10. Berikan handle mess no 3 dan mess no 15 pada operator untuk melakukan insisi pada abdomen.
(2 cm di atas umbilikus – 2 cm di bawah umbilikus)
11. Berikan kassa lembab Ns 0,9 %, klem pean dan pinset cirurgis pada asisten operator untuk
merawat perdahan.
12. Berikan couter dan pinset cirurgis pada operator untuk memperdalam insisi.
13. Insisi diteruskan dari facia, beri asisten Klem kocher lurus untuk menjepit fasia. sampai ke otot,
berikan hak pielum untuk memperlebar area operasi dan beri operator gunting bipolar dan klem
pean bengkok untuk memotong otot.
14. Setelah nampak peritoneum, berikan dua pinset anatomis pada asisten dan gunting
metzemboum kepada operator, setelah peritoneum terbuka perawat memberikan 2 buah hak U
kepada operator untuk melebarkan lapangan operasi.
15. Lakukan eksplore laparatomi, operator identifikasi letak tumor abdomen.
16. Berikan big kassa basah dengan NS 0,9% dan pinset anatomis untuk melindungi usus
17. Berikan Hak timan atau hak abdomen dan big kassa basah pada asisten untuk membuka lapang
operasi.
18. Berikan Ellis klem pada operator untuk menjepit jaringan tumor, lalu berikan gunting bipolar
kepada operator untuk memotong / mengambil bagian tumor untk di Biopsi, rawat perdarahan
dengan masquito dan couter .
19. kemudian jaringan tumor diberikan kepada perawat sirkuler dalam botol kecil yang telah diberi
cairan formalin dan identitas pasien untuk di PA.
20. Perawat sirkuler membacakan SIGN OUT
21. Inventaris instrumen dan kasa sebelum peritonium ditutup.
22. Berikan nald voeder dan vicril 3.0 serta pinset cirugi pada operator untuk menjahit peritomium,
otot, fasia, fat dengan teknik jelujur veston, lindungi usus dengan kasa hangat dan spatel.
23. Kemudian berikan nald voeder dan benang prolene 3-0 untuk jahit kulit
24. Setelah proses penjahit selesai, berikan kasa basah untuk membersihkan sisa/ bekas darah dan
terakhir kasa kering.
25. Kemudian tutup dengan sofratule, kassa kering dan fiksasi dengan hypafix
26. Rapikan pasien
27. Catat pemakaian alat dan bahan habis pakai pada lembar depo.
28. Proses dekontaminasi
a. Alat yang sudah dipergunakan dirapikan dan dibawa semua ke ruang pencucian alat
b. Alat – alat yang kotor (terkontaminasi cairan tubuh pasien) direndam dengan ALKAZYM
1 bungkus ( 25 g ) dalam 1 liter air selama 15 menit, kemudian rendam dalam larutan
Enzimatic Detergen (CIDECYM) selama 1 menit
c. Cuci alat dengan cara menyikat alat hingga bersih, lakukan penyemprotan untuk alat
berongga
d. Bilas alat dengan air mengalir kemudian di keringkan
e. Inventarisai alat
f. Lakukan pengepakan alat kemudian diberi indicator dan keterangan isi dari alat
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC.
Ganong, F. William. 1998. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 17.Jakarta : EGC.
Marrilyn, E. Doengus. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3 . Jakarta : EGC.
Smelster, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2 . Jakarta : EGC.