BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi salah satu tujuan utama dari
berbagai tatanan pelayanan kesehatan saat ini. Rumah sakit sebagai salah satu institusi
pelayanan kesehatan yang bertanggung jawab dalam memberikanpelayanan yang bermutu
kepada masyarakat sesuai standar yang ditetapkan. (Wijono, 1999)Keberhasilan suatu
rumahsakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya peningkatan mutu
pelayanan rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapafaktor. Faktor
yang dominan adalah sumber daya manusia.(depkes,2002).
Sumber daya manusia merupakan komponen paling penting dalam pelayanan di
rumah sakit. Sebagai penyedia layananan dituntut untuk menampilkan kualitas pelayanan
yang prima dan dapat diandalkan oleh masyarakat sebagai pengguna layanan. Masyarakat
membutuhkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga akan kualitas
layanan kesehatan dan juga pengetahuan tentang kesehatan yang dibutuhkan untuk
meningkatkan derajad kesehatan mereka.
Pasien membutuhkan tenaga kesehatan yang professional dan berkualitas untuk
mengatasi masalah kesehatan mereka. Kualitas professional dapat dinyatakan melalui
jenjang pendidikan professional yang telah diakuli secara legal dan pelatihan-pelatihan yang
sesuai dengan kebutuhan akan layanan kesehatan yang spesifik. Kebutuhan-kebutuhan yang
professional tersebit hendaknya dapat ditangkap dan dipenuhi oleh rumah sakit sebagai
penyedia layanan kesehatan. Sehingga dengan demikian jumlah dan kualitas professional
penyedia layanan kesehatan merupakan dua hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Sama halnya seperti petugas kesehatan, demikian pula petugas non kesehatan
sebagai pendukung pelayan di rumah sakit tidak kalah penting dalam mendukung pelayanan
di suatu rumah sakit. Tenaga kerja yang professional yang sesuai dengan bidang profesi dan
kemampuannya diperlukan untuk menduduki posisi-posisi tertentu di rumah sakit.
1
Untuk memenuhi kebutuhan pelayan akan sumber daya manusia yang berkualitas,
seluruh unit di Rumah Sakit Sahabat menyusun pola ketenagaan setiap tahun melalui
berbagai analisa yang baik dan terukur untuk menentukan jumlah dan kualifikasi sumber daya
manusia dan disesuikan dengan pedoman pola ketenagaan yang ada di RS Sahabat.
Berdasarkan hal tersebut diatas maka disusunlah pola ketenagakerjaan di seluruh
unit RS Sahabat di tahun 2017. Sebagai acuan dalam menerapkan perencanaan Sumber Daya
Manusia yang berkualitas serta memenuhi kuantitas yang ada.
B. Tujuan
a. Menentukan jumlah tenaga di Rumah Sakit Sahabat sesuai dengan kebutuhan dan standar
yang ada.
b. Menentukan kualifikasi tenaga di Rumah Sakit Sahabat sesuai dengan beban kerja
dimasing-masing unit.
C. Ruang Lingkup
D. Dasar Hukum
2
BAB II
RENCANA KEBUTUHAN SUMBER DAYA MANUSIA RS SAHABAT TAHUN 2017
Kesenjanga
n
Jumlah Tenaga Keadaan
No Unit Kerja Profesi Kualitfikasi (5) –(6)
Saat Ini Kebutuhan
(1) (2 ) (3) (4) (5) (6) (7)
Dokter Spesialis Dokter
spesialis
Dokter Spesialis S1 9 9 0
Instalasi Rawat
Jalan
Fisioterapi D3 1 1 0
1
Perawat D3 3 5 2 Kurang
Bidan D3 3 3 0
Total 16 18 2 Kurang
Total 5 7 2 kurang
Ahli Gizi D3 2 2 0
Total 6 6 0 Sesuai
Assembling D4 1 2 1 Kurang
Coding D3 1 1 0 Ssuai
Instalasi Rekam Filling D3 3 3 0
4 Medik
Total 5 6 1 Kurang
Total 14 14 0 Sesuai
Laboratorium Analisis D3 6 6 0
6 Administrasi SMA 0 1 1
Total 6 7 1 Kurang
3
Total 1 3 2 Kurang
R. Lotus Bidan D3 12 12 0
Perawat D3 0 0 0
Pekarya
8 SMA 0 0 0
Kesehatan
Total 12 12 0 sesuai
Sarana
10 STM 2 2 0
Prasarana
OB SMA 2 2 0
Satpam SMA 12 12 0
Cleaning Kurang
SMA 6 8 2
Service
Parkir SMP 0
Total 0 sesuai
Bagian SMA 5 5 0
Kasir
Akuntansi &
Kanit
Keuangan Pengeluaran S1 1 1 0
S1 1 1 0
11 Adm.Akunting
Kanit Pendapatan D2 1 1 0
Total 8 8 0 sesuai
Kesling Kesling S1 1 1 0
12
Total 1 1 0 Sesuai
BAB III
PERHITUNGAN KETENAGAAN INSTALASI
1. Pendahuluan
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat banyak hal yang perlu
diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dianggap mempunyai peranan yang cukup penting
adalah penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Sesuai dengan peraturan Undang-Undang No.
23 Tahun 1999 tentang Pelayanan Kesehatan. Agar penyelenggaraan pelayanan kesehatan
dapat mencapai tujuan yang diinginkan maka pelayanan harus memenuhi berbagai syarat
diantaranya; tersedia dan berkesinambungan, dapat diterima dan wajar, mudah dicapai,
mudah dijangkau, dan bermutu (Azwar, 1996).
Saat ini, rumah sakit berada dalam iklim persaingan yang sangat ketat. Masyarakat
sebagai pelanggan berada dalam posisi yang lebih kuat karena semakin banyak pilihan rumah
sakit yang dapat melayaninya. Pada saat yang bersamaan, masyarakat juga semakin kritis
terhadap pelayanan kesehatan. Dalam kondisi seperti ini, agar tetap dapat eksis melayani
pelanggannya, rumah sakit harus memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas. Salah satu
aspeknya adalah kemauan dan kemampuan dalam memberikan pelayanan yang prima. Oleh
karena itu diperlukan paradigma dan sikap mental yang berorientasi melayani, serta
pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam melaksanakan pelayanan yang prima.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003
mendefinisikan pelayanan sebagai segala bentuk pelayanan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintah pusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik negara dalam bentuk
barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun
dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundangan-undangan. Rawat jalan adalah
pelayanan medis kepada seorang pasien untuk tujuan pengamatan, diagnosis, pengobatan,
rehabilitasi, dan pelayanan kesehatan lainnya, tanpa mengharuskan pasien tersebut dirawat
inap. Keuntungannya, pasien tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menginap (opname).
Pelayanan rawat jalan adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana
yang dimaksud dengan perawatan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan
untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (Azwar,1998).
Pola ketenagaan di Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil
merupakan salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit
Islam Masyithoh. Pola ketenagaan ini terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar
ketenagaan Departemen Kesehatan RI dan disesuaikan dengan klasifikasi kelas rumah sakit
5
yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan
tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga
pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
▪
Keputusan Menteri Kesehatan No.66/ Menkes / II / 1987
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit, standar minimal rawat jalan
▪
Nomo 11 Tahun 2016 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Rawat Jalan Eksekutif di
Rumah Sakit
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga instalasi rawat jalan di Rumah Sakit Sahabat berdasarkan pada
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2014 Tentang
Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit, Buku Manual 2 Perencanaan Kebutuhan SDM
Kesehatan Berdasarkan Standar Ketenagaan Minimal (Pusat Perencanaan dan
Pendayagunaan SDM Kes badan PPSDM Kesehatan Tahun 2015).
6
Sedangkan pola ketenagaan di Instalasi rawat jalan RS Sahabat menggunakan metode/
rumus Perhitungan tenaga Cara Need. Cara ini dihitung berdasarkan kebutuhan menurut
beban kerja yang diperhitungkan sendiri dan memenuhi standart profesi.
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
Dr. Ririn
1 Widyastuti Kepala Instalasi R.Jalan
Verisia Nur
2 Velina Penyakit dalam & Paru Karu Rawat Jalan
3 Nafisa Ahmad KIA & Anak Bidan Rawat Jalan
4 Irma Dwitya Kandungan & ortopedi Bidan Rawat Jalan
5 Tri Setyawati Saraf & bedah Perawat Rawat Jalan
Ulivia
6 Damayanti Perawat Rawat Jalan
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Intalasi rawat jalan Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan
tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Instalasi rawat jalan Rumah Sakit Sahabat pada tahun 2017.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Sahabat.
7
Pasuruan, 26 Desember 2017,
Kepala Ruang Rawat Jalan, Kepala Instalasi Rawat Jalan,
Dr. i
8
B. Instalasi Rawat Inap
1) Ruang Shofa
1. Pendahuluan
Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit
pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk
membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap
merupakan salah satu revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan
atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Pelayanan rawat
inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang
merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk
rawat inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang
rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas
dan rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan
mengalami tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga
pasien dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Menurut Supranto (1997), arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari
pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan
(pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung, penyediaan
peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/ gizi), dilanjutkan pelayanan
administrasi dan keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang.
Untuk mendukung itu semua, maka diperlukan ketenagaan yang sesuai dan tepat
dengan beban kerja di masing-masing rawat inap. Ketenagaan yang tepat dapat di capai
dengan menggunakan pola ketenagaan yang tepat. Pola ketenagaan di Instalasi rawat
inapRumah Sakit Islam Masyithoh Bangilmerupakan salah satu bagian dari arah
pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam Masyithoh. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan
RI dan disesuaikan dengan klasifikasi kelas rumah sakit yang dikompilasikan dengan
kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat,
maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan
pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
9
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
▪
Peraturan Mentri kesehatan No. 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
Rumah sakit
▪
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter Umum
▪
Dokter Gigi
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga ruang shofa di Rumah Sakit Islam Masyithoh berdasarkan
pada perhitungan pola ketenagaan menggunakan rumus Douglas.
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
10
7. Daftar tenaga yang ada
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di ruang shofa Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja dan namun belum sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan.
▪
Yang perlu dikembangkan ialah kompetensi masing-masing perawat. Agar kualifikasi
tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat / pelatihan (bergiliran,
sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan ruang shofa Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
Bangil, 1 Desember 2015,
Kepala Ruang Rawat Shofa, Kepala Instalasi Rawat Inap,
11
2) Ruang Marwah I
1. Pendahuluan
Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit
pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk
membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap
merupakan salah satu revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan
atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Pelayanan rawat
inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang
merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat
inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan
rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami
tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien
dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Menurut Supranto (1997), arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari
pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan
(pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung, penyediaan
peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/ gizi), dilanjutkan pelayanan
administrasi dan keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang.
Untuk mendukung itu semua, maka diperlukan ketenagaan yang sesuai dan tepat
dengan beban kerja di ruang marwah 1. Ketenagaan yang tepat dapat di capai dengan
menggunakan pola ketenagaan yang tepat. Pola ketenagaan di Instalasi rawat inap
Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil merupakan salah satu bagian dari arah
pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam Masyithoh. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI
dan disesuaikan dengan klasifikasi kelas rumah sakit yang dikompilasikan dengan
kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat,
maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan
pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
12
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter Umum
▪
Dokter Gigi
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga Ruang Marwah I di Rumah Sakit Islam Masyithoh berdasarkan
pada perhitungan pola ketenagaan menggunakan rumus Douglas
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
13
7. Daftar tenaga yang ada
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Ruang Marwah I Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan
tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Ruang Marwah I Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
14
3) Ruang Marwah II
1. Pendahuluan
Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit
pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk
membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap
merupakan salah satu revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan
atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Pelayanan rawat
inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang
merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat
inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan
rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami
tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien
dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Menurut Supranto (1997), arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari pelayanan
pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan (pelayanan
tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung, penyediaan peralatan
medis/ non medis, pelayanan makanan/ gizi), dilanjutkan pelayanan administrasi dan
keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang.
Untuk mendukung itu semua, maka diperlukan ketenagaan yang sesuai dan tepat
dengan beban kerja di ruang marwah II. Ketenagaan yang tepat dapat di capai dengan
menggunakan pola ketenagaan yang tepat. Pola ketenagaan di Instalasi rawat inap
Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil merupakan salah satu bagian dari arah
pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam Masyithoh. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI
dan disesuaikan dengan klasifikasi kelas rumah sakit yang dikompilasikan dengan
kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat,
maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan
pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
15
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter Gigi
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
16
4 96.2.012 Ninik Rahmawati
5 14.2.070 Laili Fitria Zamruda
6 16.2.085 Fifit Andriyani
7 16.2.082Nur Fatimah
8 96.2.014 Nur Indah Yuliati
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di ruang marawah II Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan
tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan ruang marwah II Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
17
4) Ruang Mina
1. Pendahuluan
Menurut Nursalam (2001), pelayanan rawat inap merupakan salah satu unit
pelayanan di rumah sakit yang memberikan pelayanan secara komprehensif untuk
membantu menyelesaikan masalah yang dialami oleh pasien, dimana unit rawat inap
merupakan salah satu revenew center rumah sakit sehingga tingkat kepuasan pelanggan
atau pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator mutu pelayanan. Pelayanan rawat
inap adalah suatu kelompok pelayanan kesehatan yang terdapat di rumah sakit yang
merupakan gabungan dari beberapa fungsi pelayanan. Kategori pasien yang masuk rawat
inap adalah pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena
penyakitnya. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi
observasi, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat
inap pada sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas dan
rumah bersalin yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap dan mengalami
tingkat transformasi, yaitu pasien sejak masuk ruang perawatan hingga pasien
dinyatakan boleh pulang (Muninjaya, 2004).
Menurut Supranto (1997), arus pelayanan pasien rawat inap dimulai dari
pelayanan pasien masuk di bagian penerimaan pasien, pelayanan ruang perawatan
(pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga perawat, lingkungan langsung, penyediaan
peralatan medis/ non medis, pelayanan makanan/ gizi), dilanjutkan pelayanan
administrasi dan keuangan, terakhir pelayanan pasien pulang.
Untuk mendukung itu semua, maka diperlukan ketenagaan yang sesuai dan tepat
dengan beban kerja di ruang mina. Ketenagaan yang tepat dapat di capai dengan
menggunakan pola ketenagaan yang tepat. Pola ketenagaan di Instalasi rawat inap
Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil merupakan salah satu bagian dari arah
pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam Masyithoh. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI
dan disesuaikan dengan klasifikasi kelas rumah sakit yang dikompilasikan dengan
kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat,
maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan
pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
2. Tujuan
18
▪
Menentukan kualifikasi tenaga di ruang mina Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil
sesuai dengan perhitungan beban kerja yang ada.
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter Umum
▪
Dokter Gigi
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga ruang mina di Rumah Sakit Islam Masyithoh berdasarkan
perhitungan pola ketenagaan menggunakan rumus Douglas.
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
19
6 14.2.074 Lailatul Fitria
7 09.2.095 Siti Maghfiroh
8 16.2.081 Fetty Wulandari
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di ruang mina Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan
tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan ruang mina Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
20
C. Instalasi Ruang Bersalin/Al -Wiladah
1. Pendahuluan
Asuhan yang dapat diberikan bidan kepada ibu adalah memberikan informasi,
memberikan dorongan semangat, menyiapkan ruangan untuk persalinan, teman yang
mendukung, mobilisasi, memberi tahu pada ibu perubahan apa saja pada saat persalinan
antara lain perubahan tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan (Depkes RI, 2000).
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan perhatian yang utama
bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan pengawasan, nasehat serta
asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan nifas. Asuhan kebidanan yang
diberikan termasuk pengawasan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas, baik di
rumah, posyandu maupun polindes (Rafless, 2011).
Asuhan selama periode nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis
baik bagi ibu maupun bagi bayi yang dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa
kritis dari kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu
setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir (Winkjosastro et al, 2002).
21
mempertahankan kualitas pelayanan dan asuhan keperawatan selama 24 jam terus
menerus, serta mampu mengadakan perubahan.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter Umum
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
22
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di ruang Alwiladah Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan kebutuhan.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan ruang Alwiladah Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
23
D. Instalasi Gawat Darurat
1. Pendahuluan
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka di Instalasi Gawat Darurat perlu dibuat
standar pelayanan yang merupakan pedoman bagi semua pihak dalam tata cara
pelaksanaan pelayanan yang diberikan ke pasien pada umumnya dan pasien IGD RS
khususnya.
Berkaitan dengan hal tersebut diatas maka, dalam melakukan pelayanan gawat
darurat di IGD harus berdasarkan standar pelayanan Gawat Darurat. Untuk dapat
melaksanakan pernyataan ini, perlu adanya rekrut, seleksi, orientasi, pengembangan,
penjadwalan serta klasifikasi dan perencanaan tenaga keperawatan yang diatur dengan
baik sesuai dengan prinsip-prinsip dalam sistem pengelolaan dan pendayagunaan tenaga
keperawatan di unit Instalasi Gawat Darurat.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
24
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Dokter umum
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga Instalasi Gawat Darurat di Rumah Sakit Islam Masyithoh
berdasarkan pada pola ketenagaan perhitungan formula PPNI.
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
25
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
Islam Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan
tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Masyithoh pada
tahun 2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia
di Rumah Sakit Islam Masyithoh.
26
E. Instalasi Kamar Operasi, HCU dan RR
1. Pendahuluan
Pelayanan ruang operasi, ruang HCU dan ruang pemulihan (RR) di rumah sakit
perlu dikembangkan dan ditingkatkan secara berkesinambungan dalam rangka
memenuhi kebutuhan pelayanan bedah, pengobatan, dan perawatan ke pasien. RSI
Masyithoh Bangil adalah rumah sakit tipe D dengan beberapa pelayanan didalamnya,
diantaranya yaitu pelayanan IGD, pelayanan HCU, pelayanan ruang operasi 24 jam,
pelayanan ruang bersalin, pelayanan Poli Spesialis, pelayanan Rawat Inap, pelayanan
Radiologi, pelayanan poli gigi, pelayanan tumbuh kembang anak.
Untuk Pelayanan ruang operasi terdapat beberapa tindakan pembedahan antara
lain : bedah umum, bedah obstetri ginekologi, bedah orthopedi, dan mata. Kegiatan
pembedahan di ruuang operasi rata – rata melayani 5 pasien per hari dengan kriteria
operasi : operasi kecil, sedang, besar, dan khusus.
Pelayanan ruang pemulihan (RR) meliputi perawatan pasca operasi dan post
anastesi yang membutuhkan observasi pulih sadar. Pelayanan di ruang HCU adalah
pasien yang membutuhkan perawatan intensif, baik itu pasien kasus penyakit dalam,
kasus syaraf,ataupun kasus lain yang membutuhkan perawatan intensif.
Maka perlu dibuat penyusunan pengelolaan tenaga Unit Kerja Ruang Operasi,
Ruang HCU dan ruang pemulihan( RR) sehingga peningkatan pelayanan di ruang operasi
dapat dilakukan terus menerus agar tercapai kepuasan pasien.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
27
4. Standar Tenaga
▪
Dokter Spesialis
▪
Perawat
▪
Bidan
▪
Administrasi
5. Standar Kualifikasi
Standar kualifikasi tenaga Instalasi Kamar Operasi di Rumah Sakit Islam Masyithoh
berdasarkan pada rumus Standar Tenaga Kep Depkes,2002.
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Instalasi kamar operasi Rumah Sakit
Islam Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan
28
penambahan tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Islam Masyithoh pada
tahun 2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia
di Rumah Sakit Islam Masyithoh.
29
F. Instalasi Farmasi
1. Pendahuluan
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011.
30
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 58 tahun 2014, Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomer 889/MENKES/PER/V/2011
Tentang regristrasi, Izin Praktik dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian.
▪
Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 573/MENKES/SKVI/2008 Tentang Standar
Profesi Asisten Apoteker
4. Standar Tenaga
▪
Apoteker
▪
Asisten Apoteker
▪
Juru Racik
▪
Admin Farmasi
5. Standar Kualifikasi
2008
Berdasarkan kualifikasi tersebut diatas maka kualifikasi dan kompetensi tenaga sebagai
berikut :
Terlampir
31
7 10.3.036 Diah Ayu Wulandari Asisten Apoteker
8 00.3.007 Nunuk Mardiningsih Asisten Apoteker
9 14.3.050 Bayin Nur Rahma Asisten Apoteker
10 09.3.030 Anik Fauzziyah Asisten Apoteker
11 11.3.041 Ragil Suprastyawan Asisten Apoteker
12 14.3049 Anita Fanani Asisten Apoteker
13 99.4.037 Mohammad Basori Juru Racik
14 10.4.064 Suci Nur Aviva Admin farmasi
15 84.4.003 Lilik Faizah Admin farmasi
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Intalasi Farmasi Rumah Sakit Islam
Masyithoh sudah sesuai dengan standar yang tersebut diatas. Namun akan di lakukan
evaluasi dan monotoring terhadap beban kerja di instalasi farmasi secara berkala.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
32
G. Instalasi Gizi
1. Pendahuluan
Salah satu pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah Pelayanan Gizi RumahSakit
(PGRS). Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 134/Menkes/SK/IV/1978,
pelayanan gizi ditetapkan sebagai pelayanan penunjangmedis didalam struktur organisasi
rumah sakit dan dikelola oleh instalasi gizi yang berada dibawah dan bertanggung jawab
kepada direktur rumah sakit. Dalam melaksanakan kegiatannya, PGRS harus diintegrasikan
dengan pelayanan kesehatan lainnya yang berada di rumah sakit. Pelayanan gizi di rumah
sakit sebagai salah satu komponen penunjang diselenggarakan oleh instalasi gizi yang
bertujuan untuk menyelenggarakan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan makanan di
rumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan sampai dengan pendistribusian
makanan kepada pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan dengan
tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan serta
Pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang
membutuhkan (Depkes RI, 2003).
Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya.
Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya
proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003).
Kegiatan pelayanan gizi di rumah sakit adalah untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat
rumah sakit rawat inap dan rawat jalan, untuk keperluan metabolisme tubuh, peningkatan
kesehatan, mengoreksi kelainan metabolisme dalam upaya preventif, kuratif, rehabilitatif
dan promotif.
Berdasarkan pengertian diatas, guna terciptanya pelayanan yang profesional di
instalasi gizi Rumah Sakit Islam Masyithoh perlu didukung oleh tenaga kesehatan untuk
menjalankan pelayanan medis salah satunya ialah penyusunan pola ketenagaan di instalasi
gizi.
Pola ketenagaan di instalasi gizi Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangilmerupakan
salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit Islam
Masyithoh khususnya tenaga di instalasi gizi. Pola ketenagaan ini terdiri dari kebutuhan
tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI dan Standar Akreditasi
RS yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan
tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga
pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di instalasi gizi disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan gizi di RSI Masyithoh. Tujuan pelayanan di Bagian instalasi
gizi adalah memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai dengan
33
target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan tenaga di Bagian
instalasi gizi harus sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta alasan
yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 028/MENKES/PER/II/2011
▪
Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 374/MENKES/SKIII/2007 Tentang
▪
Pedoman Pelayanan PGRS (Pelayanan Gizi Rumah Sakit) Kementrian Kesehatan RI
2013
4. Standar Tenaga
▪
TRD (Technical Register Dietisien )
▪
RD (Registered Dietesien)
▪
NR (Nutritionist Registered)
▪
Juru masak
▪
Urusan gudang/perbekala
▪
Pekarya
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
34
7. Daftar tenaga yang ada
No NIK Nama Sub Unit Kerja Jabatan
1 04.1.009 dr. Siswa Kepala Inst. Gizi
Purnomo,MMRS
2 09.3.032 Ririn Ratna Suminar Ahli Gizi/ TRD (Technical Register Kepala Unit
Dietisien ) & NR (Nutritionist
Registered)
3 Anggi Ahli Gizi/ RD (Registered Dietesien)
4 03.4.040 Siti Fatimah Pengolah makanan /Juru Masak
5 10.3.040 Yulian Dwi. S Pengolah makanan /Juru Masak
6 14.4.084 Puguh Arief S Pengolah makanan /Juru Masak
8 85.4.004 Suharni Pengolah makanan /Juru Masak
9 91.4.014 Agus Subkhan Assisten Pengolah makanan
13 04.4.044 Rumiati Assisten Pengolah makanan
11 89.4.007 Sukamti Assisten Pengolah makanan/perbekala
(gudang)
12 82.4.004 Anwari Assisten Pengolah makanan/pekarya
10 16.4.096 Yasni Pratiwi Assisten Pengolah makanan
11 16.4.097 Maharani Ana Assisten Pengolah makanan
Prianingtyas
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Intalasi Gizi Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan standar beban yang ada.
▪
Untuk meningkatkan kualifikasi tenaga sehingga memenuhi syarat, maka staf perlu
diikutkan dalam diklat / pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Instalasi Gizi Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
35
H. Instalasi Laboratorium
1. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit merupakan bagian integral yang tidak dapat
dipisahkan dari pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Pada saat ini perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan semakin meningkat dan sudah mengarah
pada spesialisasi dan subspesialisasi. Semakin pesat lajunya pembangunan, semakin besar
pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik.
Perlu disadari bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat, tuntutan akan pelayanan kesehatan yang bermutu pun semakin meningkat. Di
lain pihak pelayanan Rumah Sakit yang memadai, baik di bidang diagnostik maupun
pengobatan semakin dibutuhkan. Sejalan dengan itu maka pelayanan diagnostik yang
diselenggarakan oleh laboratorium klinik Rumah Sakit sangat perlu untuk menerapkan
sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan menjadi landasan hukum yang kuat untuk
pelaksanaan peningkatan mutu pelayanan kesehatan. Sebagai penjabaran dari undang-
undang tersebut salah satunya adalah Surat Keputusan Direktur Jendral Pelayanan Medik
Nomor HK 006.06.3.5.00788 tahun 1995 tentang pelaksanaan akreditasi Rumah Sakit
(termasuk di dalamnya adalah pelayanan laboratorium klinik) untuk mengukur mutu
pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di instalasi laboratorium disusun
berdasarkan kebutuhan dan tujuan pelayanan laboratorium di RSI Masyithoh. Tujuan
pelayanan di Bagian instalasi laboratorium adalah memberikan pelayanan yang profesional
dan bermutu sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan
kebutuhan tenaga di Bagian instalasi laboratorium harus sesuai dengan standart tertentu
melalui proses yang sistematis serta alasan yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang
dibutuhkan.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan pola ketenagaan bagian laboratorium adalah :
▪
Menentukan jumlah tenaga di bagian laboratorium Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangil sesuai dengan kebutuhan dan standar yang ada.
▪
Menentukan kualifikasi tenaga di bagian laboratorium Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangil sesuai dengan perhitungan beban kerja yang ada.
36
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
▪
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 370/Menkes/SK/III/2007
tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Laboratorium Kesehatan
4. Standar Tenaga
▪
Analis
▪
Petugas Sampling
▪
Administrasi Lab
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian laboratorium Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja. Sehingga perlu ada perencanaan
penambahan tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
37
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian laboratorium Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
38
I. Instalasi Radiologi
1. Pendahuluan
2. Tujuan
39
▪
Menentukan kualifikasi tenaga di bagian radiologi Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangil sesuai dengan perhitungan beban kerja yang ada.
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
▪
KMK Nomor 1014/MENKES/SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiologi
Diagnostik di Sarana Pelayanan Kesehatan
▪
Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 Tentang
Penyelenggaraan Pekerjaan Radiografer
▪
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 375/MENKES/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Radiografer
4. Standar Tenaga
• Spesialis radiologi
• Radiografer
• Keperawatan
• Tenaga administrasi
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
40
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian radiologi Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja namun berdasarkan standar kualifikasi
masih ada kekurangan terutama tenaga keperawatan. Sehingga perlu ada perencanaan
penambahan tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian radiologi Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
41
J. Instalasi Rekam Medik & Pendaftaran
1. Pendahuluan
2. Tujuan
42
▪
Menentukan kualifikasi tenaga di bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangil sesuai dengan perhitungan beban kerja yang ada.
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
▪
Keputusan Menteri Kesehatan No. 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi
Perekam Medis dan Informasi Kesehatan
▪
Peraturan Meteri Kesehatan Republik Indonesia No. 269/MENKES/PER/III/2008
tentang Rekam Medis
4. Standar Tenaga
▪
Assembling
▪
Filling
▪
Retrieval
▪
Administrasi umum
▪
Pelaporan
5. Standar Kualifikasi
43
13 14.4.082 Yafi Wahyu Romadhon Pendaftaran
14 00.4.036 Indahwati Pendaftaran
15 15.4.086 M. Ainul Mamdukh Pendaftaran
16 Oktavian Wiguna Filling
Pendaftaran
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian rekam medik Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga
yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian rekam medik Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
44
a) Sub Unit Laundry
1. Pendahuluan
2. Tujuan
45
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Pedoman Manajemen Line di Rumah Sakit Departemen Kesehatan RI Direktorat
Jendral Pelayanan Medik Tahun 2004
▪
Pedoman Manajemen rumah sakit Departemen Kesehatan RI Direktorat Jendral
Pelayanan Medik Tahun 2004
4. Standar Tenaga
▪
Tanaga perawat (Akper, SPK)
▪
Tenaga kesehatan
▪
Tenaga Non medis/pekarya pendidikan minimal SMP dengan latihan khusus
5. Standar Kualifikasi
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di Laundry Rumah Sakit Islam Masyithoh
masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga yang
dilaksanakan pada tahun 2016.
46
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan Laundry Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
47
BAB III
PENGHITUNGAN KETENAGAAN BAGIAN-BAGIAN
A. Bagian Driver
1. Pendahuluan
Sopir ambulans bertugas untuk mengangkut orang sakit, terluka, atau yang pulih
kerumah sakit, fasilitas kesehatan, atau tujuan lainnya dan melaksanakan berbagai
macamkewajiban yang berhubungan dengan pekerjaan utamanya. Menempatkan pasien
pada tandudan mengisi tandu ke dalam ambulans, biasanya dengan bantuan dari petugas
ambulans(pelayanan medis). Mengganti kain pengalas pada tandu. Melakukan
pengangan pertama jikadiperlukan. Dapat melaporkan fakta-fakta yang berhubungan
dengan kecelakaan ataukegawatdaruratan kepada petugas rumah sakit atau penegak
hukum. Seorang yangmengemudi kendaraan emergensi medis, ambulans atau
pelayanan rumah sakit dapatmembantu dalam mengangkut bayi di dalam ambulans.
Sopir ambulans memegang posisi penting dalam sopir ambulans dan
pengobatanpasien. Ini adalah tanggung jawab dan kewajiban pengemudi untuk
mengantar petugas danambulans ke TKP dengan cara yang aman, untuk memfasilitasi
trasportasi pasien ke dalamambulans,, untuk mengangkut pasien dan kru tetap
mempertahankan platform kerja yangcocok untuk sopir ambulansan pasien yang efektif,
dan mengembalikan kru ke tempatasalnya dengan aman dan profesional.
Berdasarkan pengertian diatas, guna terciptanya pelayanan yang profesional di
bagian driver Rumah Sakit Islam Masyithoh perlu didukung oleh tenaga kesehatan
untuk menjalankan pelayanan medis salah satunya ialah penyusunan pola ketenagaan di
instalasi gizi.
Pola ketenagaan di bagian driver Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangilmerupakan salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di
Rumah Sakit Islam Masyithoh khususnya tenaga di bagian driver. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan
RI dan Standar Akreditasi RS yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit.
Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini
dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai
target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di bagian driver disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan bagian driver di RSI Masyithoh. Tujuan pelayanan di
Bagian bagian driver adalah memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu
sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan
48
tenaga di Bagian bagian driver harus sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang
sistematis serta alasan yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
▪
Supir pelayanan ambulance
▪
Supir pelayanan operasional rumah sakit
5. Standar Kualifikasi
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian driver Rumah Sakit Islam
Masyithoh sudah sesuai dengan beban kerja di bagian driver. Sehingga perlu ada
perencanaan penambahan tenaga yang dilaksanakan pada tahun 2016.
49
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian driver Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
50
B. Bagian Personalia
1. Pendahuluan
2. Tujuan
51
3. Landasan
▪
Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Berdasarkan perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian Personalia Rumah
Sakit Islam Masyithoh telah sesuai dengan perhitungan. Namun seiring dengan
kemajuan rumah sakit akan diadakan perhitungan beban secara berkala sehingga
kinerja di unit personalia akan bekerja secara optimal.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
52
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian Personalia Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
53
C. Bagian Umum
1. Pendahuluan
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
▪
Pedoman Penyelenggaraan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit Kelas D
Departemen Kesehatan RI Direktoral Jendal Pelayanan Medik Direktoral Instalasi
Medik 1992
54
4. Standar Tenaga
▪
IPRS
▪
Sarana Prasarana
▪
Cleaning Service
▪
Security
▪
Parkir
▪
Tukang Bangunan
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
55
Dwi Prasetyo Cleaning Service
Sujarwo Cleaning Service
Yusuf Cleaning Service
Indra Parkir
Didit Parkir
Heru Cahyono Parkir
Suparno Parkir
Fadilah Firmansyah Parkir
Thom Marur Nazil Parkir
Tris
No
Kus
X
X
X
X
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian umum Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga
yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian umum Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
56
D. Bagian Diklat
1. Pendahuluan
57
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
▪
Penyusun TNA
▪
Administrasi Diklat
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja & Kebutuhan
Terlampir
8. Kesimpulan
▪ Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian diklat Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga
yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪ Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
58
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian diklat Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
59
E. Bagian Logistik
1. Pendahuluan
Logistik adalah proses pengelolaan dari pada pemindahan dan penyimpanan barang
dan infomasi terkait dai sumber pengadaaan ke konsumen akhir secara efektif dan efisien.
Manajemen logistik merupakan bagian dari rantai pasokan atau (supply chain
management ) yang merencanakan,melaksanakan,dan mengendalikan secara efektif dan
efisien, aliran dan penyimpanan dari barang dan jasa serta informasi terkait dari titik
(tempat) asal ke titik (tempat) konsumsi yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan.
sistem logistik merupakan interaksi yang terintegrasi dari berbagai sub sistem
dalam bidang logistik dimana terjadi keterkaitan antar peran dan antar fungsi dan antar
bagian yang diarahkan untuk mencapai sasaran yang menyeluruh.sistem logistik
mempunyai masukan berupa sumber manusia seperti uang, mesin, material,jasa,
manjemen,metoda, dan sebagainya.
Pola ketenagaan di bagian logistik Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangi
lmerupakan salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di Rumah Sakit
Islam Masyithoh khususnya tenaga di bagian logistik. Pola ketenagaan ini terdiri dari
kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI dan Standar
Akreditasi RS yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi
kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan
baik sehingga pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah
ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di bagian logistik disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan bagian diklat di RSI Masyithoh. Tujuan pelayanan
dibagian logistik adalah memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai
dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan tenaga di
bagian logistik harus sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta
alasan yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
2. Tujuan
60
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
- Logisitk Medis
- Logistik Umum
5. Standar Kualifikasi
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian logistik Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga
yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian logistik Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
61
Bangil, 1 Desember 2015,
Kepala Unit Logistik Medis Kepala Unit Logistik Umum,
1. Pendahuluan
Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu kegiatan dari manajemen
keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki agar dapat memberikan
data dan informasi yang akan mendukung para manajer Rumah Sakit dalam pengambilan
keputusan maupun pengamatan serta pengendalian kegiatan Rumah Sakit. Yang menjadi
kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan sampai saat ini adalah Rumah
Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang berdasarkan prinsip
akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk memenuhi
ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara paralel, independen dan
tercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun dirasakan menjadi
beban petugas Rumah Sakit.
Rumah Sakit merupakan unit kerja yang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat umum. Permasalahan yang selalu timbul adalah sulitnya meramalkan
kebutuhan pelayanan yang diperlukan masyarakat maupun kebutuhan sumberdaya untuk
mendukungnya. Di lain pihak Rumah Sakit harus siap setiap saat dengan sarana, prasarana
tenaga maupun dana yang dibutuhkan untuk mendukung pelayanan tersebut. Di sampingitu
Rumah Sakit sebagai unit sosial dihadapkan pada semakin langkanya sumber dana untuk
membiayai kebutuhannya, padahal di lain pihak Rumah Sakit diharapkan dapat
bekerjadengan tarif yang dapat terjangkau oleh masyarakat luas.Dengan perubahan sistem
keuangan Rumah Sakit serta sistem keuangan secara keseluruhandiharapkan dana yang
dikelolaoleh Rumah Sakit akanmenjadi lebih besar dan terus meningkat sejalan dengan
peningkatan keuntungan dari tahun ke tahun. Kondisi ini selain akan membawa pengaruh
positif bagi peningkatan pelayanan, tetapi juga membuka peluang untuk timbulnya ekses
negatif penyalahgunaan dalam pengelolaan keuangan negara. Untuk itu diperlukan
berbagai upaya dalam mengatasinya.Akuntansi Rumah Sakit yang merupakan salah satu
kegiatan dari manajemen keuangan adalah salah satu sasaran pertama yang harus diperbaiki
agar dapat memberikan data daninformasi yang akan mendukungpara manajer Rumah Sakit
dalam pengambilan keputusan maupun pengamatanserta pengendalian kegiatan Rumah
Sakit. Yang menjadi kendala pada Rumah Sakit Swadana dan belum terpecahkan sampai
saat ini adalah Rumah Sakit melakukan dua sistem pencatatan dan pelaporan yaitu yang
berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim (Accrual Basis) dan Basis Kas (Cash Basis) untuk
memenuhi ketentuan yang berlaku yang diharapkan dapat berjalan secara paralel,
independen dantercipta mekanisme saling kontrol di antaranya (kontrol internal), namun
dirasakan menjadi beban petugas Rumah Sakit.
Pola ketenagaan di bagian akuntansi Rumah Sakit Islam Masyithoh
63
Bangilmerupakan salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di Rumah
Sakit Islam Masyithoh khususnya tenaga di bagian akuntansi. Pola ketenagaan ini terdiri dari
kebutuhan tenaga berdasarkan standar ketenagaan Departemen Kesehatan RI dan Standar
Akreditasi RS yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi
kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan
baik sehingga pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di bagian akuntansi disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan bagian akuntansi di RSI Masyithoh. Tujuan pelayanan
dibagian logistik adalah memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai dengan
target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan tenaga di bagian
akuntansi harus sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta alasan
yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
▪
Standar Akuntansi Rumah Sakit
4. Standar Tenaga
Admin piutang
Admin hutang
5. Standar Kualifikasi
64
7. Daftar tenaga yang ada
8. Kesimpulan
▪
Dari ketiga standar diatas, baik Standar DirJen YanMed, Standar Akreditasi maupun
perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian akuntansi Rumah Sakit Islam
Masyithoh masih ada kekurangan. Sehingga perlu ada perencanaan penambahan tenaga
yang dilaksanakan pada tahun 2016.
▪
Agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam diklat /
pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian akuntansi Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
65
G. Bagian Keuangan
1. Pendahuluan
Proses administrasi itu timbul apabila ada sekelompok manusia hendak mencapai
tujuaannya secara kerja sama. Drs. The Liang Gie mengemukakan bahwa: “Segenap proses
penyelenggaraan dalam setiap usaha kerja sama sekelompok manusia untuk mencapai
tujuan tertentu dapat disebut dengan satu istilah, yaitu Administrasi”. Proses ini dimulai
dari saat penentuan suatu tujuan dan berakhir pada tercapainya tujuan tersebut.
Dalam kehidupan maju dan modern, bagi manusia secara perseorangan atau secara
bersama-sama dalam sebuah organisasi, yang bermaksud melaksanakan kegiatan, sudah
sangat sulit menemukan sesuatu yang dapat melepaskan diri dari aspek yang berhubungan
dengan keuangan. Semakin besar kegiatan yang ingin atau akan diwujudkan guna
mencapai suatu tujuan tertentu, maka semakin besar pula dana/uang yang diperlukan.
Kenyataan seperti itu di lingkungan suatu organisasi memerlukan perhatian khusus dan
serius dari setiap pimpinan dan semua personel di lingkungannya.
Masalah yang dihadapi oleh setiap organisasi bukan saja mengenai penggunaan uang
yang berdaya guna dan berhasil guna secara maksimal, tetapi juga mengenai upaya
pengadaan yang biasanya bukanlah persoalan yang mudah. Pengelolaan keuangan bagi
organisasi tersebut, menyentuh kelangsungan hidup atau merupakan faktor yang
menentukan hidup atau matinya, didalam kehidupan modern yang berisi persaingan yang
keras dan ketat. Karena peranan faktor uang yang sangat penting, maka akan dibahas lebih
lanjut mengenai administrasi keuangan.
Pola ketenagaan di unit keuangan Rumah Sakit Islam Masyithoh Bangil merupakan
salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga di Rumah Sakit Islam Masyithoh
khususnya tenaga di unit keuangan. Pola ketenagaan ini terdiri dari kebutuhan tenaga
berdasarkan perhitungan beban kerja unit yang dikompilasikan dengan kemampuan rumah
sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan
ini dapat tersusun dengan baik sehingga pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai
target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di unit keuangan disusun berdasarkan
kebutuhan dan tujuan pelayanan unit keuangan di RSI Masyithoh. Tujuan pelayanan di unit
keuangan adalah memberikan pelayanan yang profesional dan bermutu sesuai dengan target
yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan kebutuhan tenaga di unit keuangan harus
sesuai dengan standart tertentu melalui proses yang sistematis serta alasan yang jelas
mengenai jumlah dan jenis tenaga yang dibutuhkan.
66
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
• Kasir penerimaan
• Kasir bank
• Kasir pengeluaran
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Dari perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian keuangan Rumah Sakit
Islam Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja.
▪
Namun agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam
diklat / pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
67
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian keuangan Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
68
H. Teknologi Informasi
1. Pendahuluan
Bagian teknologi informasi di rumah sakit ialah mengelola sistem informasi rumah
sakit yang mana fungsinya sangat menunjang terhadap keberlangsungan rumah sakit.
Pola ketenagaan di bagian teknologi informasi Rumah Sakit Islam Masyithoh
Bangil merupakan salah satu bagian dari arah pengembangan tenaga kesehatan di Rumah
Sakit Islam Masyithoh khususnya tenaga di bagian teknologi informasi. Pola ketenagaan ini
terdiri dari kebutuhan tenaga berdasarkan perhitungan beban kerja di RS yang
dikompilasikan dengan kemampuan rumah sakit. Apabila standarisasi kebutuhan tenaga
dilakukan secara tepat, maka pola ketenagaan ini dapat tersusun dengan baik sehingga
pelaksanaan kegiatan pelayanan dapat mencapai target yang telah ditentukan.
Adapun secara khusus pola ketenagaan di bagian teknologi informasi disusun
berdasarkan kebutuhan dan tujuan pelayanan bagian teknologi informasi di RSI Masyithoh.
Tujuan pelayanan dibagian teknologi informasi adalah memberikan pelayanan yang
profesional dan cepat sesuai dengan target yang ingin dicapai. Sedangkan dalam menentukan
kebutuhan tenaga di bagian teknologi informasi harus sesuai dengan standart tertentu melalui
proses yang sistematis serta alasan yang jelas mengenai jumlah dan jenis tenaga yang
dibutuhkan.
2. Tujuan
Tujuan penyusunan pola ketenagaan bagian teknologi Informasi Rumah Sakit Islam
Masyithoh Bangil sesuai dengan kebutuhan dan standar yang ada.
▪
Menentukan kualifikasi tenaga di bagian teknologi Informasi Rumah Sakit Islam
Masyithoh Bangil sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan beban kerja yang ada.
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
▪
Programer (software)
▪
Maintenance (hardware)
69
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja & Kebutuhan
Terlampir
8. Kesimpulan
▪ Dari perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian teknologi Informasi
Rumah Sakit Islam Masyithoh susuai dengan beban kerja di rs.
▪ Namun agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam
diklat / pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian teknologi informasi Rumah Sakit Islam Masyithoh pada
tahun 2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia
di Rumah Sakit Islam Masyithoh.
70
I. Bagian Sekretaris
1. Pendahuluan
Kata sekretaris bersal dari kata secret yang artinya rahasia. Jadi tugas-tugas
sekretaris tidak lepas dari kerahasiaan perusahaan. Ini disebabkan kebijakan awal yang
akan dikeluarkan oleh pimpinan atau perusahaan sedikit banyak akan diketahui oleh
sekretaris. Karena tugas sekretaris adalah membantu pimpinan dalam meringankan tugas-
tugasnya.
Pengertian Sekretaris Menurut Betty Hutchinson dan Carol Milano yang dikutip
oleh Ursula Ernawati adalah seorang profesional. Sebagai Profesional, Anda diharapkan
menampilkan aneka macam tangungjawab tugas kesekretaisan dengan penuh
kompetensi,dapat dipercaya dan berkepribadian.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayan akan sumber daya manusia yang berkualitas
seluruh unit di Rumah Sakit Islam Masyithoh menyusun pola ketenagaan setiap tahun
melalui bergai analisa yang baik dan terukur untuk menentukan jumlah dan kualifikasi
sumber daya manusia dan disesuikan dengan pedoman pola ketenagaan yang ada di RSI
Masyithoh.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
-
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
71
7. Daftar tenaga yang ada
No NIK Nama Sub Unit Kerja Jabatan
1 09.4.049 Dhini Marga Rahardian, S.KM Sekretaris Direktur Sekretaris
8. Kesimpulan
▪ Dari perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di sekretaris Rumah Sakit Islam
Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja.
▪ Namun agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam
diklat / pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan sekretaris Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun 2016.
Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di Rumah
Sakit Islam Masyithoh.
72
J. Bagian Pembelian
1. Pendahuluan
Kegiatan pembelian merupakan salah satu fungsi dasar dari sebuah perusahaan,
fungsi pembelian ini dikatakan dasar karena suatu perusahaan tidak akan dapat beroperasi
dengan baik tanpa adanya fungsi tersebut. Fungsi pembelian ini sangat penting untuk
dikelola dengan sungguh-sungguh karena ruang lingkup dari pembelian tidak hanya
sebatas bagaimana manajemen berhasil menerapkan suatu mekanisme pengadaan barang
secara tepat waktu dan sesuai dengan target harga, namun lebih jauh lagi adalah bagaimana
menetukan strategi kemitraan antar perusahaan yang efektif.
Dalam penerapannya, secara sekilas fungsi pembelian terlihat sederhana namun
pada kenyataannya terdapat suatu hal tertentu yang harus diperhatikan, terutama yang
berkaitan dengan karakteristik barang yang dibutuhkan dan faktor-faktor eksternal di
sekitar perusahaan. Oleh karena itulah manajemen dalam pembelian penting untuk
diterapkan dalam perusahaan.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayan akan sumber daya manusia yang berkualitas
unit pembelian di Rumah Sakit Islam Masyithoh menyusun pola ketenagaan setiap tahun
melalui bergai analisa yang baik dan terukur untuk menentukan jumlah dan kualifikasi
sumber daya manusia dan disesuikan dengan pedoman pola ketenagaan yang ada di RSI
Masyithoh.
2. Tujuan
3. Landasan
▪
Keputusan Menteri kesehatan Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar
Pelayanan Minimal Rumah Sakit
▪
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 028/MENKES/PER/II/2011
4. Standar Tenaga
▪
Pembelian barang umum
▪
Pembelian barang medis
73
5. Standar Kualifikasi
Terlampir
6. Perhitungan Beban Kerja &
Kebutuhan Terlampir
8. Kesimpulan
▪
Dari perhitungan beban kerja, maka jumlah tenaga di bagian pembelian Rumah Sakit
Islam Masyithoh telah sesuai dengan beban kerja.
▪
Namun agar kualifikasi tenaga memenuhi syarat, maka staf perlu diikutkan dalam
diklat / pelatihan (bergiliran, sesuai masa kerja dan kebutuhan)
9. Penutup
Demikian pola ketenagaan bagian pembelian Rumah Sakit Islam Masyithoh pada tahun
2016. Harapan kami semoga dapat membantu pengembangan sumber daya manusia di
Rumah Sakit Islam Masyithoh.
74
BAB IV
PENUTUP
Pola Ketenagaan menjadi dasar bagi RSI Masyithoh untuk menentukan jumlah kebutuhan
tenaga. Perkembangan rumah sakit berkaitan dengan perencanaan kebutuhan tenaga yang perlu
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) RS. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
RS yang disusun berbeda-beda setiap tahunnya. Oleh Karena itu seiring dengan kebutuhan dan
perkembangan RS pola ketenagaan akan ditinjau kembali dalam 1 (satu) tahun sekali.
Demikian Pola Ketenagaan ini kami susun semoga bermanfaat dalam kebutuhan tenaga.
75