Anda di halaman 1dari 24

BAB II

GAMBARAN UMUM ORGANISASI, KONSEP NILAI-NILAI DASAR DAN


KEDUDUKAN PERAN ASN DAN PENETAPAN ISU

A. Gambaran Umum Organisasi


1. Profil Organisasi
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan mulai dibangun
pada Tahun Anggaran 2016. Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe
Kepulauan terletak di ibu Kota Konawe Kepulauan tepatnya di Desa Pasir Putih,
Kecamatan Wawonii Barat yang mempunyai luas lahan : 80.000 m² dan luas
bangunan 3.511 m². RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan terletak pada garis bujur -
4.024602 dan garis lintang 122.990724.
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan adalah Rumah Sakit
yang berada di Kabupaten Konawe Kepulauan. Kabupaten Konawe Kepulauan sendiri
adalah salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) yang dimekarkan dari Kabupaten
Konawe berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 2013 tanggal 11 Mei 2013.
Secara kelembagaan RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan dibentuk pada bulan
September 2014, terdaftar di Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 4 Februari 2015.
RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan terletak di wilayah Kecamatan Wawonii Barat,
tepatnya menempati bangunan gedung Puskesmas Langara.
Berdasarkan Surat Dinas Penanaman Modal, PTSP, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi kabupaten Konawe Kepulauan nomor 503/DPM-PTSP,NAKERTRANS-
III/2017 tanggal 2 maret 2017, tentang Izin Operasional Rumah Sakit Kabupaten
Konawe Kepulauan, memberikan izin operasional Rumah Sakit Umum Daerah
kabupaten Konawe Kepulauan Type D untuk untuk menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan Daerah Kab. Konawe Kepulauan, dimana tugas pokok dan fungsi lembaga
teknis Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan yang merupakan unsur
pendukung dari tugas pemerintahan dimana Rumah Sakit Umum Daerah Konawe
Kepulauan dipimpin oleh direktur yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris daerah dan secara teknis operasional memperoleh
pembinaan dari dinas kesehatan.
2. Struktur Organisasi
Peraturan Bupati Kabupaten Konawe Kepulauan Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi Serta Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Daerah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Konawe menjelaskan bahwa Rumah Sakit dipimpin oleh seorang Direktur
yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Adapun susunan
organisasi Rumah Sakit Umum Daerah Konawe Kepulauan yaitu :
a. Direktur;
b. Komite, terdiri dari:
1) Komite Medis
2) Komite Keperawatan
3) Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
4) Komite Peningkatan Mutu dan Keselamatan pasien
5) Komite K3
6) Komite Etik
7) Komite Nakes Lainnya
c. Sub Bagian Tata Usaha;
d. Seksi Pelayanan Medis, Keperawatan dan Kebidanan, terdiri dari:
1) Instalasi Gawat Darurat
2) Instalasi Rawat Jalan
3) Instalasi Rawat Inap
e. Seksi Pelayanan Non Klinik dan Penunjang Klinik, terdiri dari:
1) Instalasi Rekam Medis
2) Instalasi Farmasi
3) Instalasi Gizi
4) Unit Laboratorium
5) Unit CSSD
6) Unit Loundry
7) IPSRS
f. Kelompok Jabatan Fungsional
Adapun Bagan struktur organisasi RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan sebagai
berikut :
Gambar 1 Struktur Organisasi RSUD Konawe Kepulauan

Jenis dan Jumlah Ketenagaan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe
Kepulauan Tahun 2020 menurut Kualifikasi Pendidikan sebanyak 175 Orang.

Tabel 1 Daftar Ketenagaan RSUD Konawe Kepulauan berdasarkan Pendidikan


Tahun 2020

N KUALIFIKASI HONOR/
PNS JUMLAH
O PENDIDIKAN KONTRAK
I Tenaga Medis
1 Dokter Umum + Interensif 3 4 7
2 Dokter Spesialis Bedah - - -
3 Dokter Spesialis Penyakit - - -
Dalam
4 Dokter Spesialis Kes. Anak - - -
5 Dokter Spesialis Obgyn - - -
6 Dokter Spes THT - - -
7 Dokter Spes Anastesi - - -
7 Dokter Gigi 1 - 1
Sub Total 4 4 8
II Tenaga Keperawatan
1 Perawat Profesional (Ners) 23 9 32
2 Sarjana Keperawatan - 2 2
3 Perawat Vokasi (D3/D4) 4 23 27
4 Perawat Kesehatan Gigi
6 2 8
(AMKG)
5 Bidan (D3/D4) 6 19 25
6 Fisioterapis - 1 1
Sub Total 39 56 95
II Tenaga Kefarmasian
I
1 Apoteker 4 4
2 S1 Farmasi 1 1
3 D3 Farmasi - 6 6
Sub Total 4 7 11
I Tenaga Kesehatan
V Masyarakat
1 S2 Kesehatan Masyarakat - - -
2 S1 Kesehatan Masyarakat 9 2 11
Sub Total 11 2 11
V Tenaga Gizi
1 S1 Gizi - - -
2 D3 Gizi 4 2 6
3 Tenaga Gizi lainnya - - -
Sub Total 4 2 6
V Tenaga Penunjang Medis
II
1 Radiografer 2 - 2
2 Elektromedis 1 - 1
3 Analis Kesehatan 5 1 6
4 Sanitarian 3 1 4
5 Perekam Medis 4 - 4
Sub Total 15 2 17
I Sarjana Muda / Sarjana Non Kesehatan
X
1 S1 Komputer - 1 1
2 D1 Komputer - - -
3 D3 Lainnya - - -
Sub Total - 1 3
X SLTA / SLTP / SD
1 SMA Sederajat 1 16 17
2 SLTP Sederajat - 6 6
Sub Total 1 22 23
79 96 17
JUMLAH TOTAL
5
Sumber : Data Primer per Januari Tahun 2020

3. Visi, Misi dan Nilai Organisasi


Dari berbagai harapan stakeholders terhadap rumah sakit, maupun harapan
rumah sakit kepada stakeholders, RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan
menerjemahkannya ke dalam penetapan visi, misi, dan strategi rumah sakit.
Visi merupakan gambaran masa depan rumah sakit yang hendak diraih yang
bersifat realistis, nyata, menarik, dan menantang. Dengan penetapan visi, diharapkan
seluruh komponen rumah sakit memiliki pandangan jauh ke depan ke arah mana
rumah sakit akan dibawa sesuai dengan harapan stakeholders. Berdasarkan berbagai
kajian dan pertimbangan atas semua aspek yang mempengaruhi rumah sakit, RSUD
Kabupaten Konawe Kepulauan menetapkan rumusan visi sebagai berikut:

“MENJADI RUMAH SAKIT YANG BERKUALITAS DAN MENJADI


KEPERCAYAAN PUBLIK DI KABUPATEN KONAWE KEPULAUAN”
Misi adalah pernyataan yang menetapkan tujuan dan sasaran yang ingin dicapai
oleh rumah sakit, sehingga membawa rumah sakit kepada suatu fokus untuk
menggalang sumber daya yang ada guna melaksanakan aktivitas utama rumah sakit.
Berdasarkan Visi tersebut di atas, Misi yang ingin dicapai Rumah Sakit Umum
Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan adalah:
a. Mewujudkan pelayanan yang berkualitas dan terakreditasi dengan mengutamakan
keselamatan pasien serta kepuasan pelanggan.
b. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan dan penelitian kesehatan yang bermutu dan
beretika untuk menunjang pelayanan.
c. Menyediakan Sumber Daya Manusia Kesehatan yang berkompetensi dan profesional
dibidangnya.
d. Menyediakan peralatan, fasilitas dan sarana prasarana yang aman dan mutakhir.
e. Mewujudkan tata kelola rumah sakit yang profesional, integritas, beretika dan
akuntabel.
Dalam upaya menggapai misi tersebut, RSUD Kabupaten Konawe Kepulauan
sebagai bagian dari elemen institusi pemerintah daerah dihadapkan pada dua
responsibilitas yang harus diemban, yaitu peran sebagai satuan kerja yang tidak
bertujuan mencari keuntungan dan peran untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk dapat menjalankan peran
tersebut, sangat diperlukan proses tata kelola (governance) yang simetris sehingga
tujuan tersebut dapat dicapai secara seimbang.

4. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi


a. Tugas Pokok Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan
RSUD Kelas D Kabupaten Konawe Kepulauan mempunyai tugas pelayanan
kesehatan secara berdayaguna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara serasi
dan terpadu dengan upaya promotif dan preventif dan pelayanan rujukan kesehatan,
pelayanan rawat inap serta penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan bidang kesehatan.
b. Fungsi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Konawe Kepulauan
1) Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan operasional dalam bidang kesehatan
berdasarkan kebijakan, data dan program yang ditetapkan di bidang Kesehatan serta
perundang-undangan yang berlaku;
2) penyelenggaraan pelayanan kesehatan dengan mengutamakan keselamatan, kendali
mutu dan kendali biaya;
3) penyelenggaraan pelayanan Medis umum, kepada pasien sesuai dengan kompetensi
dan kewenangan dokter, dengan memanfaatkan kemampuan fasilitas rumah sakit
secara optimal;
4) penyelenggaraan Pelayanaan Gawat Darurat, selama 24 jam sehari dan 7 (tujuh) hari
seminggu dengan kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai standard pelayanan kegawat
daruratan;
5) penyelenggaraan pelayanan Keperawatan, sesuai dengan kompetensi dan standar
praktik keperawatan serta perundang-undangan yang berlaku;
6) penyelenggaraan pelayanan laboratorium sesuai standar pelayanan laboratorium serta
kewenangan dan ketentuan perundang-undangan;
7) penyelenggaraan pelayanan radiologi, sesuai kewenangan dan perundang-undangan
yang berlaku;
8) penyelengaraan pelayanan farmasi dalam rangka memenuhi ketersediaan obat untuk
kebutuhan pelayanan kesehatan meliputi: penyediaan, pengelolaan, distribusi sediaan
farmasi, perbekalan kesehatan habis pakai dan pelayanan farmasi klinik;
9) penyelenggaraan pelayanan rujukan sesuai kewenangan dan ketentuan perundang-
undangan;
10) penyelenggaraan pelayanan rawat inap dan rawat jalan, sesuai ketentuan perundang-
undangan;
11) penyelenggaraan promotif, preventif dan rehabilitatif, sesuai kewenangan dan
ketentuan perundang undangan;
12) pelaksanaan kerja sama dengan institusi lain seperti lembaga pendidikan/pelatihan,
organisasi profesi, dan lembaga penelitian kesehatan masyarakat yang kompeten
sesuai ketentuan perundangundangan;
13) pelaksanaan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan pelayanan kesehatan dalam
bentuk sistem informasi manajemen rumah sakit sesuai ketentuan perundang-
undangan;
14) penyusunan Peraturan Internal Rumah Sakit (hospital bylaws) sesuai ketentuan
perundang-undangan;
15) penyelenggaraan kegiatan administrasi kepegawaian, ketatausahaan dan pengelolaan
keuangan;
16) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai bidang tugasnya
Selain melaksanakan fungsi di atas, Rumah Sakit Umum Daerah Kelas D dapat
memberikan pelayanan
1) Pelayanan medis spesialis dasar, pelayanan ini dapat diberikan dapat diberikan oleh
dokter spesialis, residen tahap mandiri, atau dokter dengan kewenangan tambahan
tertentu sesuai dengan pelayanan Medis spesialis dasar meliputi:
a) Pelayanan Spesialis kebidanan dan kandungan;
b) Pelayanan Spesialis kesehatan anak;
c) Pelayanan Spesialis penyakit dalam; dan
d) Pelayanan Spesialis bedah
2) Pelayanan medis spesialis penunjang, pelayanan ini dapat diberikan oleh dokter
spesialis, residen tahap mandiri, atau dokter dengan kewenangan tambahan tertentu
sesuai dengan pelayanan medis spesialis penunjang meliputi:
a) Pelayanan Radiologi;
b) Pelayanan Laboratorium
Komite di Rumah Sakit Umum Daerah merupakan perangkat khusus yang
dibentuk untuk tugas tertentu berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur
dan melakukan penyusunan pelayanan profesi, pembinaan etika profesi dan
memberikan saran dalam pengembangan profesi.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Direktur, Kepala Sub Bagian Tata Usaha,
Kepala Seksi Pelayanan Medis, Keperawatan dan Kebidanan, Kepala Seksi Pelayanan
Nonklinik dan Penunjang Klinik, Komite dan Instalasi wajib menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi dalam lingkungan masing-masing maupun antar
satuan organisasi dilingkungan pemerintah daerah serta instansi lain diluar pemerintah
daerah sesuai dengan kewenangan dan tugas masing-masing.

5. Tugas Pokok Apoteker di Rumah Sakit


1. PengelolaanPerbekalanFarmasi (Pelayanan Non Klinik)
a. Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit.
b. Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c. Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat
sesuai ketentuan yang berlaku.
d. Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan
kesehatan di RumahSakit.
e. Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang
berlaku.
f. Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
g. Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di RumahSakit.
2. Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan (Pelayanan
Klinik)
a. Melakukan pelayanan dispensing.
b. Mengkaji instruksi pengobatan Obat dan Alat Kesehatan Bahan Habis Pakai.
c. Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan Obat dan Alat
Kesehatan Bahan Habis Pakai.
d. Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan Obat dan Alat
Kesehatan Bahan Habis Pakai.
e. Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan Obat dan Alat Kesehatan Bahan
Habis Pakai.
f. Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
g. Memberi konseling kepada pasien/keluarga.

2.1 KONSEPSI NILAI DASAR ANEKA


2.1.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi
untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.Amanah seorang PNS
adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok,
dan pribadi;
2. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
3. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI (2015:8), aspek-aspek
tersebut terdiri dari:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Akuntabilitas publik terdiri dari dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal
(pertanggungjawaban kepada otoritas yang lebih tinggi) dan akuntabilitas horizontal
(pertanggungjawaban pada masyarakat luas). Untuk memenuhi terwujudnya organisasi
sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme akuntabilitas harus mengandung
dimensi akuntabilitas kejujuran dan hukum, akuntabilitas proses, akuntabilitas
program, dan akuntabilitas kebijakan. (LAN RI, 2015:7).
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus memiliki sikap tanggung
jawab dalam menjalankan setiap tugasnya. Bofens (dalam LAN RI, 2015:10)
menyatakan bahwa akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
2. Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki tingkatan hierarkis.
Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas personal
2. Akuntabilitas individu
3. Akuntabilitas kelompok
4. Akuntabilitas organisasi
5. Akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas memiliki empat dimensi agar memenuhi terwujudnya sektor publik yang
akuntabel, diantaranya sebagai berikut:
1. Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality);
2. Akuntabilitas proses (process accountability);
3. Akuntabilitas program (program accountability);
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability).
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel, ada
beberapa indikator dari nilai-nilai dasar akuntabilitas yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Kepemimpinan, Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana
pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2. Transparansi, Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan
oleh individu maupun kelompok/instansi.
3. Integritas, adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4. Tanggung Jawab, adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya
yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti
berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.
5. Keadilan, adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik
menyangkut benda atau orang.
6. Kepercayaan, Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan
kapasitas.
8. Kejelasan, Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran
yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
Konsistensi, adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir
2.1.2 Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan tidak
hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan mengaktualisasikan nasionalisme
dalam menjalankan fungsi dan tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa, dan negara. Nilai-nilai
yang berorientasi pada kepentingan publik menjadi nilai dasar yang harus dimiliki
oleh setiap pegawai ASN. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila
demi sila dalam Pancasila agar memiliki karakter yang kuat dengan nasionalisme dan
wawasan kebangsaannya.
Nasionalisme dalam arti sempit merupakan sikap yang meninggikan
bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya.
Dalam arti luas, nasionalisme berarti pandangan tentang rasa cinta yang wajar
terhadap bangsa dan negara, sekaligus menghormati bangsa lain. Nasionalisme
Pancasila merupakan pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap
bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Dasar Nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara sekuler yang
membatasi agama dalam ruang privat. Pancasila justru mendorong nilai-nilai
ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik. Nilai-nilai ketuhanan
yang dikehendaki Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali
dari nilai-nilai keagamaan yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung
tinggi keadilan dan persaudaraan.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa
memperkuat pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang
positif, dan memiliki kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan
kekayaan alam yang diberikan Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti
menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak
asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum
dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan
terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena
memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya,
yang menjalani satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter
dan kehendak untuk hidup bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, kebebasaan bangsa Indonesia juga
didukung oleh semangat gotong royong. Dengan kegotong royongan itulah,
Indonesia harus mampu melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia,
bukan membela atau mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu
dari teritorial Indonesia.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi. Fungsi pertama,
badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan asprasi
beragam golongan yang ada di masyarakat. Fungsi kedua, semangat
permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu
golongan atau perorangan. Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan dan
hikmat kebijaksanaan diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang membawa
kebaikan bagi semua pihak.
5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan
bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan. Keadilan sosial juga merupakan perwujudan
imperative etis dari amanat pancasila dan UUD 1945.
2.1.3 Etika publik
Etika dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk
menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak
individu, mencakup cara-cara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan
hal-hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai
nila-nilai yang dianut, Catalano, 1991 (dalam Widita, 2015). Etika adalah tujuan hidup
yang baik bersama dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil (LAN, 2015:8).
Etika lebih dipahami sebagai refleksiatas baik atau buruk, benar atau salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan kewajiban yang baik atau benar. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang standar/norma
yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan
publik (LAN, 2015:6). Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi peribadi, dan kebijaksanaan di dalam
pelayanan publik (Haryatmoko dalam LAN, 2015:7).
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku ASN yakni
sebagai berikut:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang
berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN;
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin
pegawai ASN.
2.1.4 Komitmen mutu
LAN RI (2015: 9) menjelaskan bahwa karakteristik utama yang dapat dijadikan
dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga
dapat memberi kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya,
waktu, tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Inovasi muncul karena
adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan
perubahan yang terjadi di sekitarnya. Mengenai inovasi, LAN RI (2015:11)
menyatakan bahwa proses inovasi dapat terjadi secara perlahan (bersifat evolusioner)
atau bisa juga lahir dengan cepat (bersifat revolusioner). Inovasi akan menjadi salah
satu kekuatan organisasi untuk memenangkan persaingan.
Ada empat indikator dari nilai-nilai dasar komitmen mutu yang harus
diperhatikan, yaitu:
1. Efektif
Efektif adalah berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan
efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektifitas organisasi tidak hanya
diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan
waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan
2. Efisien
Efisien adalah berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa
menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realiasi
penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga dapat
diketahui ada tidaknya pemborosan sumber daya, penyalahgunaan alokasi,
penyimpangan prosedur dan mekanisme yang ke luar alur.
3. Inovasi
Inovasi Pelayanan Publik adalah hasil pemikiran baru yang konstruktif, sehingga akan
memotivasi setiap individu untuk membangun karakter sebagai aparatur yang
diwujudkan dalam bentuk profesionalisme layanan publik yang berbeda dari
sebelumnya, bukan sekedar menjalankan atau menggugurkan tugas rutin.
4. Mutu
Mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan dengan produk, jasa, manusia,
proses dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi harapan konsumen. Mutu
mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada pelanggan sesuai
dengan kebutuhan dan keinginannya, bahkan melampaui harapannya. Mutu
merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur capaian hasil
kerja.Mutu menjadi salah satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan
organisasi dan menjaga kredibilitas institusi.
Target utama kinerja aparatur yang berbasis komitmen mutu adalah
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan. Mutu kerja aparatur
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dewasa ini masih banyak yang tidak
mengindahkan peraturan perundang-undangan.
Beberapa teknik atau metode perbaikan mutu
1. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
a. Plan (Perencanaan)
Pada tahap ini dilakukan identifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi,
penyebabnya dan solusinya. Seperti identifikasi dan menetapkan prioritas peluang
perbaikan kualitas dari permasalahan yang sedang dihadapi, menetapkan sasaran
yang hendak dicapai, menggambarkan proses kerja yang berjalan, mengumpulkan
data-data terkait dengan proses kerja saat ini, mengidentifikasi sumber penyebab
masalah yang sedang terjadi dan mengembangkan rencana aksi (action plan).
b. Do (Melaksanakan)
Dalam tahap ini rencana aksi yang sudah disusun harus dijalankan secara konsisten
oleh semua orang. Tahap pelaksanaan ini harus didukung dengan dokumentasi yang
baik sehingga memudahkan untuk tahap berikutnya yaitu check
c. Check (Pemeriksaan)
Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan apakah rencana aksi yang sudah dilakukan
telah berjalan dengan semestinya, apakah target dan ukuran keberhasilan yang telah
ditetapkan dapat dicapai? Jika belum tercapai apa saja yang menjadi kendala atau
sumber permasalahannya.
d. Act (Tindakan)
Melakukan tindakan atau keputusan yang perlu diambil sebagai tindak lanjut dari
tahap check. Ada tiga tindakan/keputusan terhadap hasil pemeriksaan yaitu adopt,
adapt (melakukan adaptasi), abandon (membtalkan).
2. Diagram sebab dan akibat
Diagram sebab dan akibat adalah metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai faktor yang menjadi akar permasalahan yang dianggap menjadi kendala dalam
mutu.
2.1.5 Anti korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering dikatakan sebagai kejahatan luar biasa,
karena dampaknya yang luar biasa, menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup
pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas.Kerusakan tidak hanya
terjadi dalam kurun waktuyang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang
(Widita, 2015).
Ada 9 (sembilan) indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu :
1. Jujur
Kejujuran merupakan nilai dasar yang menjadi landasan utama bagi penegakan
integritas diri seseorang. Tanpa adanya kejujuran mustahil seseorang bisa menjadi
pribadi yang berintegritas. Seseorang dituntut untuk bisa berkata jujur dan transparan
serta tidak berdusta baik terhadap diri sendiri maupun orang lain.
2. Peduli
Kepedulian sosial kepada sesama menjadikan seseorang memiliki sifat kasih sayang.
Individu yang memiliki jiwa sosial tinggi akan memperhatikan lingkungan
sekelilingnya di mana masih terdapat banyak orang yang tidak mampu, menderita,
dan membutuhkan uluran tangan. Pribadi dengan jiwa sosial tidak akan tergoda
untuk memperkaya diri sendiri dengan cara yang tidak benar tetapi ia malah
berupaya untuk menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membantu sesama.
3. Mandiri
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak
bergantung terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki
seseorang mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Pribadi yang
mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak
bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4. Disiplin
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk
terus mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu
memberdayakan dirinya dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan
dan kebenaran menjadi pegangan utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai
pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan tidak akan terjerumus dalam kemalasan
yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
5. Tanggung Jawab
Pribadi yang utuh dan mengenal diri dengan baik akan menyadari bahwa keberadaan
dirinya di muka bumi adalah untuk melakukan perbuatan baik demi kemaslahatan
sesama manusia. Segala tindak tanduk dan kegiatan yang dilakukannya akan
dipertanggungjawabkan sepenuhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa, masyarakat,
negara, dan bangsanya. Dengan kesadaran seperti ini maka seseorang tidak akan
tergelincir dalam perbuatan tercela dan nista.
6. Kerja Keras
Individu beretos kerja akan selalu berupaya meningkatkan kualitas hasil kerjanya
demi terwujudnya kemanfaatan publik yang sebesar-besarnya. Ia mencurahkan daya
pikir dan kemampuannya untuk melaksanakan tugas dan berkarya dengan sebaik-
baiknya. Ia tidak akan mau memperoleh sesuatu tanpa mengeluarkan keringat.
7. Sederhana
Pribadi yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang menyadari kebutuhannya dan
berupaya memenuhi kebutuhannya dengan semestinya tanpa berlebih-lebihan. Ia
tidak tergoda untuk hidup dalamgelimang kemewahan. Kekayaan utama yang
menjadi modal kehidupannya adalah ilmu pengetahuan.Ia sadar bahwa
mengejarharta tidak akan pernah ada habisnya karena hawa nafsu keserakahan akan
selalu memacu untuk mencari harta sebanyak-banyaknya.
8. Berani
Seseorang yang memiliki karakter kuat akan memiliki keberanian untuk menyatakan
kebenaran dan menolak kebathilan. Ia tidak akan mentolerir adanya penyimpangan
dan berani menyatakan penyangkalan secara tegas. Ia juga berani berdiri sendirian
dalam kebenaran walaupun semua kolega dan teman-teman sejawatnya melakukan
perbuatan yang menyimpang dari hal yang semestinya. Ia tidak takut dimusuhi dan
tidak memiliki teman kalau ternyata mereka mengajak kepada hal-hal yang
menyimpang.
9. Adil
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang
ia sudah upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang
adil kepada bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan
dan kemakmuran bagi masyarakat dan bangsanya.

2.2 PERAN KEDUDUKAN ASN


2.2.1 Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih
dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya ASN
yang unggul selaras dengan perkembangan zaman.
a. Kedudukan ASN
Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini dianggap belum
sempurna untuk menciptakan birokrasi yang profesional. Untuk dapat membangun
profesionalitas birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus
jelas. Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
1) Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai pegawai ASN secara
tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan,
memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK adalah warga
negara Indonesia yang memnuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan.
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan
yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh
dan intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi
anggota dan/atau pengurus partai politik. Selain itu untuk menjauhkan birokrasi dari
pengaruh partai politik, hai ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan
dan persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran dan tenaga
pada tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karir
pegawai ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat
karir tertinggi.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah dan luar negeri. Namun demikian pegawai
ASN merupakan kesatuan. Kesatuan bagi pegawai ASN sangat penting, mengingat
dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadinya isu putra daerah
yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi stagnan
di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai ASN berfungsi dan
bertugas sebagai berikut:
1) Pelaksana kebijakan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakanyang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, serta harus mengutamakan
pelayanan yang berorientasi pada kepentingan publik.
2) Pelayan publik
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayananpublik
yang profesional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi
setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasan
pelanggan.
3) Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan
kesatuan NKRI. ASN senantiasa setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila,
UUD1945, negara dan pemerintah. ASN menjunjung tinggi martabat ASN serta
senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan diri sendiri,
seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelengaraan
dan kebijakan manajemen ASN, salah satunya asas persatuan dan kesatuan.
c. Hak dan kewajiban ASN
Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu
kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan
bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya dengan baik, dapat meningkatkan produktivitas, menjamin
kesejahteraan ASN dan akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK
yang diatur dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN sebagai berikut;
PNS berhak memperoleh:
1) Gaji, tunjangan, dan fasilitas
2) Cuti
3) Jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4) Perlindungan; dan
5) Pengembangan kompetensi.
PPPK berhak memperoleh:
1) Gaji dan tunjangan
2) Cuti
3) Perlindungan; dan
4) Pengembangan kompetensi.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU No. 5 Tahun
2014 tentang ASN disebutkan bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan
untuk mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah juga wajib
memberikan perlindungan berupa:
1) Jaminan kesehatan
2) Jaminan kecelakaan kerja
3) Jaminan kematian
4) Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah suatu yang sepatutnya diberikan.Pegawai
ASN berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
1) Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah
2) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa
3) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
4) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
5) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,dan
tanggung jawab
6) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; danh. bersedia
ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.2.2 Whole of Government
Whole of Government (WoG) Berdasarkan interpretasi analitis dan manifestasi
empiris di lapangan, maka WoG didefinisikan sebagai “suatu model pendekatan
integratif fungsional satu atap” yang digunakan untuk mengatasi wicked problems
yang sulit dipecahkan dan di atasi karena berbagai karakteristik atau keadaan yang
melekat antara lain: tidak jelas sebabnya, multi dimensi, menyangkut perubahan
perilaku.
a. Penerapan Whole of Government
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga. Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika
jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan
manageable. Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali yang
rasional akan sangat terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah
lembaga yang ada sampai mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi.
Dengan jumlah lembaga yang rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih
mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus, pembentukan lembaga terpisah dan
permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah
salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan
status lembaga setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan
yang dikoordinasikan.
3) Membangun gugus tugas, gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi
yang dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen.
Pembentukan gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya
yang terlibat dalam koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan
formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses koordnasi tadi.
4) Koalisi sosial, koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan
khusus dalam koordinasi.

b. Tantangan dalam praktek


Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek sebagai
berikut:
1) Kapasitas SDM dan institusi
Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama.
Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG, misalnya
mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, dimana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika terjadi upaya kolaborasi
dengan kelembagaan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan WoG.
Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu mengakomodasi
perubahan nilai dan budayA organisasi serta meramu SDM yang tersedia guna
mencapai tujuan yang diharapkan
c. Praktek Whole of Government (WoG)
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor
yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenalI dapat
didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan
berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang
dihasilkan bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat
kepemilikan, atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi
seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain
2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan dan lainnya.
3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lain-lain
4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
d. Nilai-nilai dasar Whole of Government
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang
terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
1) Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan efisien antar
lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan
2) Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga sehingga menjadi
kesatuan yang utuh
3) Singkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang berasal dari berbagai
sumber, dengan menyingkronkan seluruh sumber tersebut.
4) Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait data/proses disuatu
lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.
2.2.3 Pelayanan publik
Sebagai Aparatur pemerintahan, ASN mempunyai salah satu peran yang
penting dalam tugas dan fungsinya sebagai Aparatur Sipil Negara dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan
pelayanan publik kepada masyarakat. Aparatur Sipil Negara melakukan perannya
sebagai aparatur pemerintah dengan memberi pelayanan publik.
Aparatur Sipil Negara merupakan penyelenggara pelayanan publik dituntut
untuk memberikan kinerja dengan produktivitas yang baik dalam memberikan
pelayanan, memberikan kualitas pelayanan yang baik dan prima, dimana Aparatur
Sipil Negara responsive serta responsibel dalam melakasanakan dan memberikan
pelayanan publik kepada masyarakat dan bertanggung jawab atau ada pertanggung
jawaban (akuntabel) terhadap tugas dan fungsinya serta hasil pencapaian yang telah
dilaksanakannya.
Prinsip-prinsip Pelayanan Publik Penyelengaraan pelayanan publik juga harus
memenuhi beberapa prinsip pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Negara Nomor 63 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :
1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
10. Kenyamanan

Anda mungkin juga menyukai