Membaca Abstrak
A. Secara Garis besar dengan membaca abstrak apakah Anda sudah merasa paham
dengan isi artikel ? Berikan tanda centang √ di kotak yang sesuai
Paham √ Bingung
Meringkas
A. Pendahuluan
Dalam beberapa tahun terakhir, universitas-universitas Australia telah menghadapi
banyak tantangan termasuk pengurangan pendanaan, meningkatnya persaingan,
peningkatan keragaman mahasiswa, dan perubahan kebijakan pendidikan tinggi.
Akibatnya, tingkat retensi siswa menjadi masalah, terutama ketika tingkat atrisi
yang dialami oleh universitas Australia antara tahun 2001 dan 2011 sekitar 20
persen per tahun (Departemen Perindustrian, 2013). Hal ini tidak hanya menjadi
perhatian yang cukup besar pada tingkat individu dan masyarakat, tetapi juga
merupakan ancaman yang signifikan terhadap keuangan institusional.
Akibatnya, ada banyak fokus untuk mengidentifikasi dan memahami faktor- faktor
yang berkaitan dengan retensi siswa, termasuk faktor-faktor khusus universitas
(misalnya, dukungan akademik dan sosial, keterlibatan siswa, iklim sosial) dan
faktor-faktor intra-individu seperti ketahanan. Dengan memperoleh pemahaman
yang lebih baik tentang faktor dan kualitas yang dapat mendorong penyesuaian
positif dan transisi yang berhasil ke lingkungan universitas, terlepas dari risiko dan
kesulitan, diharapkan tingkat retensi dapat ditingkatkan dengan menawarkan
dukungan tambahan kepada siswa di bidang ini.
Resilience telah dikaitkan dengan dorongan motivasi untuk pulih dari kesulitan,
peristiwa yang sangat mengganggu, dan mempertahankan tingkat fungsi psikologis
dan fisiologis yang relatif stabil dan sehat (Abbott, Klein, Hamilton, & Rosenthal,
2009; Herrman, Stewart, Diaz-Granados, Berger, Jackson, & Yuen, 2011; Steinhardt
& Dolbier, 2008). Definisi resiliensi di lingkungan universitas telah difokuskan pada
indikator keberhasilan dan prestasi, dengan penelitian terbaru mempertimbangkan
resiliensi sebagai kemampuan untuk berhasil meskipun menghadapi kesulitan
(Munro & Pooley, 2009; Sarwar, Inamullah, Khan, & Anwar, 2010).
Beban kerja yang menuntut, tekanan akademik, perubahan sosial, tanggung jawab
keuangan dan keseimbangan tuntutan pekerjaan/kehidupan berpotensi menjadi
pemicu stres akut bagi mahasiswa (McCann & Hicks, 2011; Park & Adler, 2003).
Penelitian telah dengan jelas menunjukkan bahwa peningkatan ketahanan
meningkatkan kemampuan individu untuk menangani dan pulih dari kemunduran
dan tantangan (Abbott et al., 2009; Reivich & Shatte, 2002). Secara umum,
mengembangkan kekuatan manusia yang positif dan meningkatkan ketahanan telah
dikaitkan dengan pengurangan tekanan psikologis, terutama gejala kecemasan dan
depresi (Steinhardt & Dolbier, 2008).
Investigasi Faktor Ketahanan (RFI; Reivich & Shatte, 2002) digunakan untuk
mengukur ketahanan. RFI adalah skala laporan diri, terdiri dari 60 item yang
mengukur tingkat ketahanan individu saat ini di tujuh domain ketahanan. Untuk
tujuan analisis digunakan skor rata-rata, yang berfungsi sebagai keseluruhan
resilien quotient (RQ). Skor yang lebih tinggi menunjukkan tingkat ketahanan umum
yang lebih besar. Setiap RQ kemudian diklasifikasikan sebagai tinggi atau rendah
dengan binning visual dari skor. Menggunakan skor RQ rata-rata 61,43, kelompok
ketahanan tinggi (n = 59) dan rendah (n = 63) dibuat dari variabel skala
berkelanjutan. Menurut Reivich dan Shatte (2002), RFI adalah instrumen yang valid
dan psikometris dengan kriteria mapan dan validitas prediktif.
Depresi Anxiety Stress Scales (DASS-21; Lovibond & Lovibond, 1995) digunakan
untuk mengukur tekanan psikologis di tiga domain, depresi, kecemasan dan stres.
Meskipun struktur tiga faktor DASS-21 telah didukung dalam penelitian
sebelumnya, beberapa penelitian juga menunjukkan tingkat tekanan psikologis
secara keseluruhan dapat diukur dengan menghitung skala total untuk keseluruhan
skala. Skor yang lebih tinggi menunjukkan tekanan psikologis yang lebih besar.
Penelitian sebelumnya telah menemukan DASS-21 menjadi instrumen yang valid
dan psikometris suara (Antony, Bieling, Cox, Enns, & Swinson, 1998; Brown,
Chorpita, Korotitsch, & Barlow, 1997).
Academic Coping Strategies Scale (ACSS; Sullivan, 2010) adalah skala laporan diri
yang mengukur seberapa sering seorang mahasiswa mendukung strategi koping
tertentu dalam konteks stresor akademik tertentu. ACSS terdiri dari 34 item yang
mengevaluasi tiga strategi koping: koping pendekatan (15 item), koping
penghindaran (11 item), dan koping dukungan sosial (8 item). Konsisten dengan
Sullivan (2010), skor rata-rata subskala pendekatan dan dukungan sosial
dijumlahkan dan dibagi dua untuk menciptakan koping adaptif. Skor rata-rata dari
subskala penghindaran diubah namanya menjadi koping maladaptif, seperti yang
direkomendasikan oleh Sullivan (2010). Skor yang lebih tinggi untuk masing-
masing subskala menunjukkan dukungan yang lebih besar dari strategi koping
tertentu. Penelitian menunjukkan ACSS adalah instrumen yang valid dan
psikometris suara dengan konsistensi internal yang baik untuk tiga subskala .91, .82.
dan 0,81, masing-masing.
C. Hasil
Analisis varians multivariat antar-subjek satu arah (MANOVA) dilakukan untuk
menguji hipotesis bahwa tingkat kesadaran, strategi koping akademik, dan gejala
distres psikologis akan berbeda secara signifikan antara kelompok siswa resiliensi
tinggi dan resiliensi rendah. Dengan menggunakan kriteria Wilk, efek utama
multivariat yang signifikan secara statistik diamati untuk kelompok F(4, 116) =
10,48, p < .001, 2 = .27, daya = 1,00, menunjukkan dua tingkat ketahanan berbeda
pada empat variabel dependen (perhatian, tekanan psikologis, strategi koping
adaptif, dan strategi koping maladaptif) digabungkan.