Anda di halaman 1dari 3

Analisis kehidupan Perekonomian Masyarakat di Gunung Bromo

Nama : Samsul Arifin

Gunung Bromo merupakan tarikan pelancong di Jawa Timur. Destinasi pelancongan ini
merupakan destinasi dengan panorama alam yang indah sekali gus menarik minat pelancong
dalam dan luar negara. Gunung Bromo terletak di antara Kabupaten Probolinggo, Kabupaten
Lumajang dan Kabupaten Malang, karena merupakan daerah tujuan wisata maka pemegang di
sekitarnya memanfaatkan kesempatan untuk mengumpulkan keuntungan yang dapat menunjang
perekonomian keluarga. Mitos Gunung Bromo menggambarkan tingkat geografis letak dan
suasana kerajaan Majapahit yang sangat terkenal di seluruh nusantara. Mitos Gunung Bromo
menggambarkan mata pencaharian penduduk Gunung Bromo. Mereka biasanya petani. Karena
Gunung Bromo merupakan daerah pegunungan yang penuh lereng dan suasananya sangat
dingin, maka biji-bijian yang paling cocok adalah jagung, kentang, kol, sawi, tomat dan masih
banyak sayuran lainnya. Kesulitan dalam menjual adalah daerah mereka jauh dari perkotaan,
sehingga mereka harus menjual langsung ke pedagang dan tidak langsung ke eksportir sehingga
harga jual hasil pertanian mereka tetap di bawah harga pasar rata-rata.

Selain sektor pertanian, masyarakat juga mengalami perubahan ekonomi, namun


masyarakat juga memperoleh penghasilan dengan berhadapan langsung dengan kawasan
wisata bromo atau dengan mencari penghasilan, seperti menyewa jeep, atau menyewa hotel.
wisatawan sehingga industri pariwisata dapat meningkatkan pendapatan ekonominya melalui
kegiatan tersebut. Namun dengan adanya wisata Gunung Bromo, masyarakat Tengger tidak
perlu lagi menjual hasil pertaniannya, karena banyak wisatawan yang membeli langsung hasil
pertaniannya, sehingga masyarakat Tengger memiliki kesan yang baik terhadap kegiatan wisata
tersebut. Pendapatan pertanian juga meningkat.Ketika Gunung Bromo meletus, menyebabkan
kehancuran, yaitu pemukiman dan tempat wisata diselimuti lapisan abu tebal, menghilangkan
peluang untuk mencari nafkah atau pendapatan. Letusan gunung berapi dapat menyebabkan
beberapa daerah mati akibat abu vulkanik. Distribusi listrik, air dan makanan menjadi perhatian
utama.

Walaupun disebut orang gunung, mereka tidak buta politik, tetapi tidak
menggunakan media politik untuk mendapatkan kekuasaan dan status untuk mendapatkan
status sosial, sehingga dapat dikatakan konflik Tengger terhalang oleh level rendah. Mereka
tetap bertahan sebagai masyarakat agraris, bukan terjebak dalam budaya konsumsi,
materialisme dan hedonisme. Sebelum mereka dapat bertahan, itu semua tergantung pada
pewaris aktif dari tradisi Tengger itu sendiri. Selain itu, seiring dengan wisata Gunung
Bromo, Tengger memiliki beberapa usaha sampingan yaitu menyewakan dan menyetir jeep
untuk wisatawan ke Gunung Bromo, menarik kuda dan menyewakannya kepada wisatawan.
Yang berminat bersepeda sambil menikmati keindahan alam.Brahma yang berfoto bersama
kuda menambah kepuasan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo,
dan pada akhirnya diuntungkan dengan kedatangan wisatawan asing yang datang berwisata
dengan menjual hasil kreasi Tengger, seperti oleh-oleh pakaian yang biasanya
diperdagangkan. Sebagai oleh-oleh dari suatu objek wisata, bisa juga dijadikan sebagai
tanda pengenal jika seseorang pernah bepergian. Dengan kata lain, pendapatan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Harpriyanti, H., Shofiani, A. K. A., & Subhan, R. (2022). STRUKTUR MITOS PADA CERITA
RAKYAT GUNUNG BROMO (STRUKTUR LEVI-STRAUSS). Jurnal Bastra (Bahasa dan Sastra)

Ifa, H., Yoga, D., Puspita, L., & Mazidah, U. (2019). Analisis sosial ekonomi terhadap
tingkat kesejahteraan masyarakat Tengger Gunung Bromo. Majalah Pembelajaran
Geografi

Sazjiyah, S. R. (2020). Dinamika Kehidupan masyarakat suku tengger dibalik kegiatan


pariwisata Bromo. Journal of Tourism and Creativity.

Anda mungkin juga menyukai