Anda di halaman 1dari 3

Presepektif Tekno Ekonomi dalam Cerita Rakyat Gunung Bromo

Oleh: Siti Wardatul Hasanah

Pada zaman dahulu kala ketika kerajaan majapahit mengalami serangan dari berbagai daerah
sehingga penduduk pribumi kerajaan majapahit melarikan diri untuk mencari tempat tinggal baru
demi keselamatan hidup mereka dan pada akhirnya mereka terpisah menjadi 2 bagian yaitu
pertama menuju kawasan gunung bromo dan yang kedua menuju Pulau Bali. Karena berasal
dari lokasi yang sama sehingga ke 2 tempat ini sampai sekarang mempunyai kesamaan akan
budaya, agama, adat istiadat yaitu menganut kepercayaan agama Hindu. Penduduk pribumi
majapahit yang tinggal di kawasan gunung bromo diberi nama suku tengger. Asal mula suku
tengger berdasarkan cerita sejarah dan legenda gunung bromo diambil dari suku kata akhir dari
pasangan Roro Anteng dan Joko Seger. Cerita singkatnya pernikahan mereka tak kunjung
diberikan keturunan. Pada akhirnya kedua pasangan Roro Anteng dan Joko Seger bersemedi di
gunung bromo dengan harapan agar segera diberikan keturunan oleh sang hyang widhi. Setelah
beberapa hari semedi munculah bisikan suara goib bahwa keinginannya itu akan terwujud namun
anak keturunan yang terakhir harus dikorbankan ke dalam kawah bromo.

Dalam mencukupi kehidupannya, suku tengger bermata pencaharian sebagai petani. Karena,
seluruh masyarakat suku tengger mempunyai lahan pribadi yang diamanahkan turun menurun
dari nenek moyang. Selain itu, faktor geografis di daerah Gunung Bromo merupakan daerah
pegunungan yang penuh dengan lereng dan suasana sangat dingin, maka tanaman yang
paling cocok adalah tanaman seperti jagung, kentang, kubis, sawi, tomat, dan berbagai
jenis tanaman sayuran yang lain (Subhan, 2022). Masyarakat memilih bertani sayur-sayuran
dilihat dari pertimbangan keuntungan yang tinggi. Harga pasar yang tinggi dipercaya oleh
masyarakat yang diperoleh dengan menanam kentang dapat mencukupi kebutuhan keluarga dari
pada menanam sayur mayur lainnya. Cara mereka bertani memiliki keunikan yang khas
tersendiri yang berbeda dengan cara bertani masyarakat diluar suku tengger. Mereka bertani
dan berladang ada yang menggunakan peralatan tradisional seperti cangkul dan adapula
yang sudah menggunakan teknologi mesin, dalam pemupukan mereka menggunakan pupuk
kandang (alami), setelah 1 bulan penanaman mereka menggunakan pupuk kimia supaya
lekas panen.1

Dengan bermata pencaharian sebagai petani merupakan pekerjaan utama masyarakat sebagai
tonggak pemenuhan kehidupan ekonomi keluarga sehari-hari. Mereka tidak hanya bekerja
pada satu lahan pertanian, tetapi dapat juga bekerja di lahan milik orang lain. Pekerjaan sebagai
petani sudah ada sejak dahulu dan menjadi pekerjaan turun-temurun bagi masyarakat. Oleh
karena itu, masyarakat suku tengger menerapkan peraturan bagi masyarakat suku luar daerah
yang ingin bertempat tinggal di desa tersebut tidak diperbolehkan untuk membuka usaha dan ada
pengecualian yaitu menikah dengan masyarakat asli suku tengger maka diperbolehkan untuk
membuka usaha dikarenakan tanah dan lahan merupakan warisan berharga keluarga masyarakat
suku tengger. Jadi masyarakat dari luar suku hanya bisa bekerja menjadi buruh tani. Kondisi
sosial ekonomi masyarakat suku Tengger memang mayoritas bertani, atau berladang. Akan
tetapi, terdapat juga pekerjaan sampingan yang lain, diantaranya supir jeep, pedagang,
penyedia jasa kuda, usaha toko, usaha homestay, membuka warung makan dan
sebagainya. Pekerjaan sampingan atau jenis usaha yang lain yang dilakukan oleh
masyarakat suku Tengger tidak lepas dari adanya wisata Gunung Bromo.

1
Babul Bahrudin. Analisis Kodisi Ekonomi Masyarakat Suku Tengger Di Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura
Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol 8 No. 2. 2022. Hal 101
Daftar Pustaka

Bahrudin, Babul. Analisis Kodisi Ekonomi Masyarakat Suku Tengger Di Desa Ngadisari
Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam. Vol 8
No. 2. 2022

Subhan, Roni. Struktur Mitos Pada Cerita Rakyat Gunung Bromo ( Struktur Levi-Strauss).
Jurnal Bastra. 2022.

Anda mungkin juga menyukai