Bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barangkali juga untuk sistem generatif
kedua. bahasa adalah seperangkat lambang lambang mana suka atau simbol arbitrer
(Tarigan 1989:4) Linguistik ada sebutan untuk ilmu yang mempelajari tentang
bahasa.
Dalam kehidupan social pembelajaran yang dimpelajari di sebut dengan
sociolinguistics. Dalam kehidupan sosial yang tentu saja terkait dengan gender
mahluk social. Di setiap gender baik itu wanita atau laki-laki tentu saja berbeda
dalam menggunakan bahasa. Dalam pembelajaran sociolinguistics kita mempelajari
penggunaan structure, vocabularies, dan wah of using particular antara laki-laki dan
perempuan.
Dalam penelitian ini kami membahas kenyataan yang tidak bisa di hindari,
perbedaan bahasa dalam genderisasi. Aspek pembeda kebahasaan yang selalu dalam
bahasa dalam gender adalah sifat dan sikap wanita dan laki-laki yang umumnya
berbeda angara faminim dan gentelman.
I.PENDAHULUAN
Dalam berinteraksi sosial dan sebagai mahluk sosial laki-laki atau perempuan kita
tentunya akan melakukan komunikasi antara sesama. Dan bahasa menjadi salah satu
alat komunkasi sejak dulu. Menurut Chaer & Agustin (2010), bahasa merupakan alat
untuk menyampaikan sesuatu. Sebagaimana juga teori confirmity dan individualism
bahwa meskipun orang tumbuh dan berada di lingkungan yang sama tetap saja
bahasa yang mereka punyai atau ginakan akan berbeda, dan bahkan meskipun
seorang terlahir kembar bahasnaya pasti akan berbeda dan dapat di lihat dari
karakter, kemapuan, dan lain sebagainya. Membahas perbadaan bahasa, perbedaan
yang paling timbul di kehidupan sosial adala perbedaan bahasa antara pria dan
wanita. Mehl dan Pennebaker menawarkan rekonsiliasi potensial: Wanita
menggunakan lebih banyak referensi untuk emosi positif, tetapi pria lebih mengacu
pada kemarahan—sebuah temuan yang sangat konsisten dengan stereotip gender.
Keterbatasan Penelitian SebelumnyaFrustrasi mempelajari bahasa alami adalah
bahwa orang menggunakan kata-kata dalam berbagai cara-cara yang berubah
sebagai fungsi konteks. Untuk menarik kesimpulan luas tentang bagaimana pria dan
wanita berbeda dalam penggunaan bahasa mereka di berbagai latar, metode
nontradisional dengan sampel besar sering kali diperlukan.
II. DISKUSI
Cara pria dan wanita dalam Berbicara telah menjadi topik yang menarik untuk
dipelajari dalam beberapa kasus pria dan wanita memiliki cara yang berbeda dalam
penggunaan bahasa yang digunakannya perbedaan tersebut dapat muncul dari
struktur bentuk kosakata Sintaksis dan lain sebagainya. Wardhaugh (2006)
mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan memiliki suara yang berbeda dalam hal
karakteristik seperti perbedaan menggunakan keterampilan verbal dalam hal
kosakata. Biasanya wanita cenderung memiliki gaya bahasa yang memiliki sifat
keindahan. Sdajgakn pada pria cenderung memggunakan bahasa yang blak-blakan
dan tidak berbelat-belit. Tidak hanya itu peran dalam masyarakat juga berbeda
sehingga menjadi pemicu perbedaan penggunaan bahasa yang dimiliki antara pria
dan wanita.
Perbedaan kosakata
a. Kata sifat
Dalam transkip terlihat jelas bahwa perempuan lebih sering menggunakan kata sifat
dibandingkan laki laki. Bisa dibayangkan perempuan mengatakan lebih dari 10 kata
sifat dalam sehari sedangkan laki laki hanya mengatakan 1 kata sifat dalam sehari.
Karena wanita lebih peka terhadap lingkungannya, lebih cenderung menggunakan
perasaannya.
b. Kata warna
Rasa feminisme biasanya dimiliki oleh wanita dan wanita lebih banyak menggunakan
kata kata yang berwarna warni agar membuat hidupnya selalu ceria atau membuat
sesuatu lebih hidup sedangkan laki laki jarang menggunakannya.
c. Kata keterangan
Wanita akan menjelaskannya secara detail walaupun memilki banyak kata yang
membuat kita hanya berputar putar dalam kalimat itu sedangkan laki laki akan
menjelaskannya secara sederhana atau langsung.
d. Expletives and swear statements
Wanita mungkin secara gaya lebih fleksibel dan lembut daripada pria. Oleh karena itu
mereka menghindari kata kata buruk yang bisa merusak persahabatan atau
pertemanan mereka karena wanita lebih cenderung menggunakan perasaan, jadi saat
kita mengeluarkan kata kasar kepada mereka mungkin mereka akan cepat tersinggung
dan membekas selalu. Sedangkan laki laki menganggap kata kata itu membuat
persahabatan atau pertemanan mereka semakin erat karena tidak ada yang akan
tersinggung dengan kata kata itu dan hanya menganggap itu sebuah candaan.
e. diminutives
Mahasiswi gemar menggunakan terlebih dahulu kata ganti orang jamak untuk
menyatakan sesuatu. Di sisi lain, siswa laki-laki lebih cenderung fokus menggunakan
orang pertama tunggal kata ganti orang dan kata ganti orang kedua.
Perbedaan sikap
Pria biasanya mencoba untuk mencari tahu solusi secara langsung ketika mereka
memiliki masalah. Sementara itu, wanita cenderung menunjukkan simpati mereka
dengan mengungkapkan pernyataan panik dan gerakan melankolis. Selanjutnya,
perempuan sering protes atau mengeluh ketika mereka menemukan situasi sial
didukung oleh ekspresi emosional, bukannya solusi.
Perbedaan sintaks
a. modulasi
Dapat dilihat disini bahwa wanita lebih mementingkan kesopanan sebelum melakukan
apapun, dibandingkan dengan pria menanyakannya secara langsung dan cara
sedehana.
b. Kalimat tanya
Wanita lebih banyak menggunakan kalimat interogatif daripada pria. Mungkin saat
wanita melihat suatu kejadian dia akan menanyakan 5 pertanyaan sehingga membuat
banyak percakapan dengan seseorang sedangkan laki laki akan menanyakan 2
pertanyaan saja tapi dia sudah mengetahui inti dari kejadian tersebut.
Dari percakapan tersebut, terlihat bahwa mahasiswi lebih banyak melamar kalimat
imperatif dengan menggunakan lebih banyak “let’s pattern”. Selanjutnya, mereka
menggunakan Kalimat imperatif dari kata kerja modal, seperti can, may, could, could,
harus, dll. Penelitian menunjukkan bahwa wanita cenderung lebih banyak
menggunakan tata bahasa standar Inggris daripada pria. Hal ini menunjukkan bahwa
wanita lebih fokus pada kebenaran tata bahasa dengan menggunakan ucapan yang
jelas dari tata bahasa yang tepat.
Perbedaan non-verbal
Dari video siswa, ditemukan bahwa wanita lebih banyak menggunakan gerak
ekspresif dalam tuturannya dengan menggerakkan tangan, wajah, dan lainnya bagian
tubuh yang menandakan perasaan, keadaan emosional dan psikologis dalam diri
mereka percakapan, sementara pria menggunakan lebih sedikit gerakan.
Dalam perbedaan bahasa yang di miliki pria dan wanita yang pertama pemilihan
topik dalam berbicara. Para pria biasanya memilih topic yang tertutup dengan
perasaan seperti politik atau olahraga, dalam hal ini wanita biasanya memilih topik
yang terbuka soal perasaanya seperti kehidupan asrama atau keluarganya.
Hadayat(2004) berpendapat bahwa penutur perempuan dan penutur laki-laki
memiliki bahasa yang berbeda karna asuhan, kedudukan, dan peran mereka dalam
masyarakat yang tentu saja berbeda. Selain dari pada pemilihan topic dalam gender
juga terdapat perbedaan dalam pemilihan ucapan seperti intonasi yang dimana
menjrut Jinyu (2014: 94) wanita cenderung menngunakan satu intinasi sedangkan
pria biasanya menggunakan lebih dari satubatau memodifikasi intonasinya. Gaya
bahasa pada percakapan angar gender juga berbeda, pria cenderung lebih to the
point dalam berbicara dan di sisi lain wanita biasanya gemar berbasa-basi dalam
berbicara.
Tidak hanya dalam hal yang kami sebutkan di atas, kesopanan pada gender juga
berbeda dalam linguistik. Banyak penelitian di bidang gender dan kesantunan
linguistik menemukan bahwa laki-laki dan perempuan pada kenyataannya berbeda
secara linguistik. Laki-laki sebagai maskulin secara linguistik seperti perempuan
dapat dipahami. Labov dan Trudgill di Brown telah sepakat bahwa wanita-pria lebih
hormat karena wanita-pria biasanya menggunakan tata bahasa yang hiperkoreksi
saat mereka berbicara . Ini adalah hasil yang sesuai. Oleh karena itu, penggunaan
sebagian besar tipe terstruktur dikenal sebagai suara yang lebih formal daripada
suara pria. Contoh perbedaan antara pria dan wanita terlihat jelas ketika Anda
menggunakan akhiran parsial untuk kata-kata seperti berjalan, berlari, dan joging.
Sebaliknya, itu dianggap lebih standar dan bergengsi berdasarkan berbagai survei.
Oleh karena itu, perlu dicatat bahwa seorang wanita adalah perwakilan dari
komunitas penutur, bukan orang, untuk penggunaan kriteria atau varian reputasi
yang sama.
Dari refenrensi artikel yang kami ambil selanjutnya kami ingin memberikan contoh
fokus pada mahasiswa yang tidak memperhatikan kuliah di kelas karena
berkomunikasi antara diri sendiri. Berdasarkan persepsi tersebut, tidak ada
perbedaan besar antara siswa laki-laki dan perempuan karena tidak fokus pada
alamat kelas karena berbicara di antara mereka sendiri. Biasanya siswa yang duduk
dekat dengan guru akan memberikan pertimbangan yang lebih dibandingkan dengan
siswa yang duduk jauh dari guru. Setelah pendidik membagi kelas menjadi beberapa
pertemuan tertentu, rencana tamu diubah menjadi: Misalnya ketika guru berada di
kelompok 1, siswa yang memusatkan perhatian padanya hanyalah siswa kelas.
Feminis atau wanita memiliki gambarang atau sudut yang mencolok dan menarik
buat kami sampaikan, Jespersen mengungkapkan bahwa pria dan wanita
menggunakan bahasa secara berbeda, misalnya dalam hal fonetik, tata bahasa, diksi,
kosa kata, dan kata keterangan. Wanita dipandang sebagai pengguna bahasa yang
kurang mampu dibandingkan pria: “Dalam bahasa kita melihat ini dengan sangat
jelas: kejeniusan linguistik tertinggi dan tingkat kebodohan linguistik terendah jarang
ditemukan di kalangan wanita” (dikutip dalam Cameron, 1998: 240). Bahasa wanita
juga dianggap lebih rendah dari bahasa pria, dan cukup sesuai untuk peran domestik
gender mereka. Jespersen memandang bahasa dari perspektif esensialis; yaitu,
melihat perbedaan bahasa pria-wanita sebagai akibat dari perbedaan jenis kelamin
dan gender.
Teori utama wanita tidak berpusat pada wanita heteroseksual kelas menengah kulit
putih dan umumnya dianggap sudah mendunia dan berlaku untuk semua wanita.
Peirce menolak universalitas semacam itu dalam kategori gender dan karyanya
menunjukkan bahwa kekhususan sangat penting dalam melakukan studi
gender. Beberapa penelitian dan studi baru-baru ini telah mengubah prasangka salah
persepsi bahwa “anak perempuan memiliki bakat alami yang lebih besar untuk
bahasa Inggris” dan mengungkapkan bahwa “tidak ada perbedaan sifat dalam
kemampuan. Perbedaannya terletak pada sikap.”
B. Analysis of Turn-taking
Kesimpulan
Bahasa sebagai wahana komunikasi manusia sangat penting dan sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain. Komunikasi dapat
menjadi perekat yang mengikat orang-orang dalam sistem kemasyarakatan.
Masyarakat atau sistem sosial manusia berdasarkan pada komunikasi kebahasaan,
tanpa bahasa sistem komunikasi manusia tidak akan ada dan akan lenyaplah
manusia. Oleh karena itu, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia
dan juga dari para penuturnya, baik penutur sebagai individu maupun penutur
sebagai kelompok yang memahami pentingnya bahasa dalam konteks sosial.
Perbedaan ini menjadi variasi dalam kehidupan sosial. Perbedaan bahasa yang
digunakan oleh pria dan wanita tidak menjadi penghalanag atau masalah dalam
berkehidupan sebagai mahluks sosial.