PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini :
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi kepada perempuan ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori gender dalam komunikasi ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan komunikasi kepada perempuan
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori gender dalam komunikasi
BAB II
PEMBAHASAN
Perempuan dan laki-laki adalah dua makhluk berbeda jenis kelamin yang saling melengkapi.
Keduanya sama-sama makhluk yang sempurna, laki-laki dengan jiwa lelakinya dan
perempuan dengan jiwa perempuannya.
Ekspresi lain yang ditunjukkan perempuan, ia mampu berkomunikasi dengan hangat secara
verbal maupun non verbal. Perempuan lebih mampu memberi banyak sentuhan kepada
teman-teman perempuannya, misalnya bergandengan tangan di jalan atau menepuk lembut
teman-temannya. Jarang ditemukan kasus laki-laki bergandengan tangan di jalan kecuali
hanya kala perjumpaan awal sebagai tanda keakraban pertemanan itupun hanya sebentar saja
sekedar basa-basi.
coba kita lihat dalam kehidupan sehari-hari nayatnya lebih banyak perempuan yang curhat
kepada temannya atau sahabatnya dibandngkan dengan laki-laki yang notabennya sangat
jarang curhat kepada temannya seoarang laki-laki lebih suka memendam masalahnya sendiri.
Ada seloroh yang mengatakan, kelemahan perempuan itu ada pada telinganya dan kelemahan
laki-laki ada pada matanya. Dengan kata lain, perempuan lebih mudah jatuh cinta kepada
laki-laki yang memiliki kemauan mendengarkan dengan sabar, namun ia lebih mudah
terbujuk oleh “rayuan” laki-laki. Sedangkan laki-laki mudah tergoda oleh rupa dan bentuk
tubuh perempuan. Dengan setengah percaya, riset membuktikan penonton ratu kecantikan
lebih diminati laki-laki dibandingkan dengan perempuan.
Riset lainnya memperlihatkan sebuah temuan, bahwa laki-laki lebih memusatkan pada
dimensi isi daripada pesan, sedangkan perempuan lebih memusatkan pada dimensi hubungan
(DeVito, 1997:43). Deborah Tannen mengatakan bahwa laki-laki berbicara untuk menjaga
kemandirian dan status dalam tingkatan hirarki sosial sedangkan bagi perempuan percakapan
adalah negosiasi untuk memperoleh kedekatan, mencari dukungan serta konfirmasi. Sebagai
contoh, dalam percakapan dengan keluarga, tetangga atau kolega, perempuan lebih banyak
menghabiskan waktu untuk berbasa-basi dan menebar kehangatan komunikasi dibandingkan
dengan laki-laki sebelum memasuki content percakapan.
Kehangatan komunikasi perempuan dan tekanan komunikasi dalam dimensi hubungan
menjadikan perempuan mudah mencairkan suasana dan mudah membangun relasi-relasi
sosial. Arisan RT/RW, Kelompok ibu-ibu pengajian merupakan contoh dari kebutuhan
perempuan akan memupuk dimensi hubungan. Dalam dimensi hubungan ini, ada perasaan
yang di kembangkan, ada emosi yang terlibat. Karena itu, pertengkaran yang menyangkut
dimensi hubungan sulit dipecahkan karena content yang dipertengkarkan seringkali hanyalah
soal perasaan. Sementara pertengkaran yang menyangkut dimensi isi lebih mudah
diselesaikan. Namun umumnya kita sulit mengenali dan mau secara terbuka mengakui
pertengkaran itu soal isi atau hubungan.
Gaya komunikasi antara perempuan dan laki-laki yang saling melengkapi dan saling
menguatkan perilaku lain, masing-masing memiliki kelebihan. Komunikasi yang kaku yang
umumnya dimiliki oleh kaum laki-laki memiliki keterbatasan terutama ketika mendidik dan
membesarkan anak-anaknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang namun baik ketika
memutuskan aturan dalam keluarga. Sedangkan komunikasi perempuan yang hangat,
ekspresif mampu memupuk hubungan emosional memberikan rasa aman dan damai kedalam
perasaan anak-anak yang sangat penting bagi tumbuh kembang jiwa anak.
a) Perempuan lebih banyak mengalami kesulitan dalam mengekspresikan diri dibanding laki-
laki.
b) Perempuan lebih mudah memahami makna laki-laki daripada laki-laki memahami makna
perempuan.
c) Perempuan telah menciptakan cara-cara ekspresinya sendiri di luar sistem laki-laki yang
dominan.
f) Secara tradisional perempuan kurang menghasilkan kata-kata baru yang populer dalam
masyarakat luas; konsekuensinya, mereka merasa tidak dianggap memiliki kontribusi
terhadap bahasa.