Anda di halaman 1dari 12

Kelompok 3:

1. Fina Irodatul Afiyah


2. Galuh Dwi Pramesti
3. Ilma Khoirillina
4.Imtinan Firza Thufaila
5. Indah Sri Lestari
Perpindahan Ibu Kota Dinasti Abbasiyah Dari Kuffah
Ke Baghdad.

Hikmah Didirikannya Dinasti Abbasiyah.

Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah


A. PROSES PERPINDAHAN PUSAT KEKUASAAN
DAULAH ABBASIYAH
a. Kuffah
Kuffah merupakan ibu kota pertam daulah abbasiyah. Di kta ini lah
Abul Abbas mendirikan istana yang terkenal “istana Hasyimiyah I”

b. Hirah
Perpindahan ke kota ini hanya berlangsung sementara karena
mereka ingin segera meninggalkan Kuffah. Maka kota ini juga disebut kota
Hirah transit.
d. Anbar
Kota ini sebelumnya sudah dibangun oleh Raja Persi. Di kota ini pada
saat pemerintahan Abul Abbas mengalami banyak perubahan kemudian diberi
nama Hasyimiyah II. Abul Abbas tinggal di istana yang dibangunya hingga
akhirnya wafat dia wafat.

e. Baghdad
Kota ini berada di pinggir sungai Eufrat dan sungai Trigis. Sebelumnya
merupakan kota kuno yang dibangun oleh orang Persia. Baghdad merupakan
kota pusat perdagangan yang banyak didatangi oleh pedagang dari seluruh
penjuru dunia, termasuk india dan cina ikut meramaikanya.
Arsitek yang terkenal dalam pembanguna kota Baghdad adalah Hajaj Bin
Arthah dan Amran bin Wadhah. Tukang ahli dari berbagai bidang dan para
tenaga kerja bahkan dari luar negri, seperti Syam, Mosul, Basrah, Kuffah, Wasit,
dan Dailami. Hingga total pekerja pembangunan Baghdad mencapai 100.000
orang.
Dasar pertimbangan memilih kota Baghdad sebagai ibukota ialah:

1. Adanya pemberontakan oleh Bani Rawaudiyah, yaitu para pengikut setia Abu
Muslim Al Khurasani. Kelompok ini menuntut balas atas kematian Abu Muslim Al
Khurasani yang dihukum mati.

2. Baghdad merupakan kota yang berudara segar dan pemandangannya yang


indah.

3. Tempatnya strategis, sehingga mudah untuk berhubungan dengan bangsa lain.

4. Banyak terdapat bahan tambang dan sumber alam lainya untuk keperlua hidup
khalifah, petinggi pemerintah, dan seluruh masyarakat.
B.Perjalanan Hidup Abul Abbas As-Saffah

Abul Abbas merupakan khalifah pertama dari Dinasti Abbasiyah. Nama lengkapnya
adalah Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas, dengan panggilan Abu
Abbas as-Saffah. Lahir di Humaymah, 104H/723 M dan wafat di -Hasyimiah, Zulhijah
136/Juni 754. Ibunya bernama Raithah al-Haritsiyyah.
Kata as-Saffah, yang oleh penulis Barat disebut "bloodshedder" yang berarti "yang haus
darah", adalah suatu gelar yang diberikan pada masa belakangan oleh para penulis
sejarah sehubungan dengan kebijaksanaannya selaku khalifah pertama Dinasti Bani
Abbas.

Gelar as-Saffah itu lebih digunakan dalam konteks sikap kerasnya terhadap lawan-lawan
politiknya. Budi baiknya tampak ketika ia memberikan amnesti terhadap keluarga
Umayyah, rezim yang digulingkannya, hingga mereka bebas bergerak dimana saja.
orang-orang sekitarnya senantiasa mengembuskan bahaya laten keluarga
Umayyah. la terpengaruh dan kemudian menangkap lalu menghukum mati
Sulaiman, putra Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Selanjutnya, pengejaran
terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah pun berlangsung. Abdullah bin Ali,
pamannya dan juga gubernur wilayah Suriah dan Palestina, membantai secara
massal dan sadis sisa keluarga elite Umayyah, dengan sebelumnya "memancing"
korban-korban tersebut dengan undangan menghadiri suatu pesta tetapi
ternyata mereka dibunuh di sebuah istana megah peninggalan Kekaisaran
Romawi di Damaskus.
Perhatiannya kepada kebudayaan, khususnya di bidang pemerintahan, sudah
tampak sejak perubahan yang dilakukannya terhadap lambang, bendera, dan panji-panji
kerajaan, dari warna merah yang sebelumnya dipakai pada masa Dinasti Umayyah,
menjadi warna hitam. Warna itu juga berlaku bagi pakaian kebesaran khalifah. Disamping
karena tidak aman di Kufah, kota yang pro Syiah, ibu kota baru yang ia dirikan dan diberi
nama Hasyimiyah di pinggir Sungai Eufrat merupakan karya kultural yang memiliki arti
strategis bagi sebuah rezim baru yang sedang tumbuh.
Masa pemerintahannya yang empat tahun telah membuktikan kemampuannya
untuk secara berangsur-angsur memulihkan keamanan dalam wilayah Islam yang
ketika itu membentang dari perbatasan Thian Shan di sebelah timur sampai
Pegunungan Pyrenia di sebelah barat. Abul Abbas wafat karena terserang penyakit.
Sebelum meninggal di kota yang dibangunnya dalam usia lebih tiga puluh tahun, ia
masih sempat menitipkan wasiat agar penggantinya kelak adalah saudaranya sendiri,
yakni Abu Ja'far al-Mansur.
Hikmah berdirinya dinasti abasiyah

Kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi.


Landasan bagi perkembangan filsafat da ilmu
pengetahuan dalam islam.
Negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah,
keamanaan terjamin walaupun ada juga
pemberontakan, dan luas wilayahnya mulai dari aprika
utara hingga ke india.
Didirikan perpustakaan yang diberi nama baitul
hikmah, didalamnya orang dapat membaca, menulis
dan berdiskusi.
Berkembang ilmu pengetahuan agama, seperti ilmu al-quran, qiraat, hadis, fiqih, ilmu
kalam bahasa dan sastra.
Berkembangnya empat mazhab seperti mazhab hanafi , mazhab maliki, mazhab
hambali, mazhab syafi’i
Disamping itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, astronomi, kedokteran,
dan kimia.
Lembaga pendidikan pada masa dinasti abbasiyah mengalami perkembangan kemajuan
yang sangat pesat.

Anda mungkin juga menyukai