Skripsi
Oleh :
Fadhia Adliah
C 131 09 263
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
ini yang berjudul “Hubungan antara Aktivtias Fisik dengan Tingkat VO2 Maks Pada
2012”
Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna
Secara khusus, perkenankan penulis dengan tulus hati dan rasa hormat
1. Prof. dr. Irawan Yusuf, Ph.D selaku dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Hasanuddin serta wakil dan stafnya, atas izin penelitian dan kemudahan yang telah
diberikan.
2. Bapak Drs. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Kes, selaku Ketua Program Studi S1
dosen-dosen dan karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
Erawan, S.Ft, Physio, M.Kes selaku pembibing II yang telah sabar memberikan
4. Dr. dr. Irfan Idris, M.Kes, selaku penguji I dan Salki Sadmita, S.Ft, Physio selaku
6. Teristimewa untuk Ayahanda Drs. Jamal Galib dan Ibunda Ahriani Andi Mauri
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Semoga amal baiknya
diterima dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi almamater dan profesi Fisioterapi, khususnya bagi
penulis sendiri.
Penulis
ABSTRAK
FADHIA ADLIAH. “Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat VO2 Maks
Pada Mahasiswa Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar Tahun 2012”. Dibimbing oleh St. Nurul Fajriah, S.Ft, Physio, M.Kes dan
Tiar Erawan S.Ft, Physio, M.Kes.
Kata Kunci : aktivitas fisik, VO2 maks, kesegaran jasmani, mahasiswa fisioterapi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat dalam
beberapa dekade terakhir membuat hidup manusia menjadi semakin mudah. Hal ini
(Nadesul, 1997).
61% kematian disebabkan oleh karena penyakit kronik. Diperkirakan pada tahun
2030 jumlahnya dapat meningkat sampai 70% karena gaya hidup yang tidak sehat
(Al - Maskari, 2011). American Heart Association menyatakan bahwa gaya hidup
tidak aktif merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner. Sementara
gaya hidup yang kurang aktif atau tingkat aktivitas yang rendah merupakan salah
satu faktor utama terjadinya obesitas, selain faktor asupan kalori yang berlebihan
48,2% penduduk Indonesia usia lebih dari 10 tahun kurang melakukan aktivitas
menerus minimal 10 menit dalam satu kegiatan tanpa henti dan secara kumulatif
dari daya tahan kardiorespirasi juga. Daya tahan kardiorespirasi atau (aerobic
Seseorang dengan kapasitas aerobik yang baik, memilki jantung yang efesien, paru-
paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula, yang dapat mensuplai otot-otot
puncaknya pada umur 18 dan 20 tahun pada laki-laki serta 16 dan 17 tahun pada
anak perempuan, bertepatan dengan umur puncak massa otot. (Johnson B 1996
tingkat kebugaran kardiorespirasi pada remaja yaitu 78,1% dengan kriteria kurang,
15,6% dengan kriteria sedang, dan 6,3% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan
bahwa rata-rata tingkat kebugaran pada remaja usia 12-19 tahun masih sangat
rendah. Anak perempuan memiliki risiko kurang aktif yang lebih besar
sekolah dasar dan menengah memberikan pendidikan olahraga setiap hari (Eliyus,
2005).
maks dengan berbagai tingkat mortalitas dan morbiditas. Rendahnya VO2 maks
memiliki hubungan yang kuat (peningkatan risiko 3-6 kali) dengan terjadinya
internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud faktor internal adalah sesuatu yang
sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap misalnya genetik,
umur, jenis kelamin. Sedangkan faktor eksternal salah satunya adalah aktivitas fisik
Abdullah, 1994).
Kebugaran fisik berperan penting dalam hidup. Kebugaran fisik tidak hanya
diperlukan oleh seorang olahragawan untuk penampilan yang lebih baik, tetapi juga
dan praktikum menuntut kebugaran yang tinggi. Dengan kondisi tubuh yang bugar
kita dapat melakukan aktivitas dengan baik tanpa merasa kelelahan, sehingga
didapatkan hasil yang maksimal, dan memiliki cadangan energi untuk melakukan
aktivitas di luar rutinitas. Mahasiswa yang memiliki cadangan yang cukup baik
akan mempunyai tingkat kebugaran yang baik dimana tingkat kebugaran setiap
semakin tidak diperhatikan oleh mahasiswa karena kegiatan hidup yang semakin
menunjang aktivitas yang tinggi dibutuhkan tingkat kebugaran yang tinggi pula.
Mahasiswa fisioterapi kelak akan menjadi seorang fisioterapis dan fisioterapis
maks pada mahasiswa fisioterapi FK Unhas masih sangat terbatas. Berdasarkan hal
B. Rumusan Masalah
penelitian sebagai berikut : ”Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan
Hasanuddin Makassar?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Hasanuddin Makassar.
Hasanuddin Makassar.
Hasanuddin Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi, edukasi, dan
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan rujukan bahan
bacaan bagi individu yang ingin mengetahui mengenai aktivitas fisik dan tingkat
VO2 maks-nya.
3. Manfaat metodologi
lanjut.
TINJAUAN PUSTAKA
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan
c. Laring
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar
sebagai suara.
a. Trakea
tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan
b. Cabang-cabang Bronkus
bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama
dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan
pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari
bronkiolus.
c. Paru-paru
samping dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh
diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru
kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo
kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau
mirip sarang tawon. Oleh karena alveolus berselaput tipis dan di situ
gas pernapasan.
2. Sistem Transportasi Oksigen
hidung serta adanya bentuk saluran hidung yang berkelok-kelok yang dilapisi
eksternal meliputi:
Oksigen diangkut oleh darah sebagian besar sekitar 97% dalam bentuk
terikat dengan hemoglobin dan sisanya dalam bentuk terlarut oleh plasma.
tinggi. Di antara sel-sel tubuh, sel otot merupakan sel yang paling banyak
menimbun ATP walaupun jumlahnya sangat terbatas yaitu hanya sekitar 4-6
milimol/kg otot (Siregar, 2000). ATP yang tersedia tersebut hanya cukup untuk
sirkulasi, dan transmisi saraf (Irianto, 2007). Sistem aerobik merupakan sistem
aerobik dari ATP dimana pengukuran VO2 maks dapat dibagi dalam 2 kategori,
latihan maksimal dan yang kedua adalah prediksi VO2 maks oleh respon
sel, dimana kemudian oksigen dikonsumsi oleh mitokondria sel. Oksigen dan
sistem transportasi oksigen oleh karena produksi ATP melalui sistem energi
oksigen dalam tubuh manusia melibatkan kerja paru-paru dan jantung. Paru-
paru berfungsi sebagai alat/pintu masuk keluarnya udara yaitu O2 dan CO2,
sedangkan jantung berfungsi sebagai alat pompa darah ke seluruh tubuh yang
selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh lewat hidung atau mulut menuju
hasil sisa pembakaran masuk ke dalam pembuluh darah vena dan selanjutnya
menuju paru-paru. Oksigen yang diangkut oleh pembuluh darah arteri masuk ke
Oksigen diangkut oleh darah melalui 2 (dua) bentuk, yaitu terlarut dalam
darah dan terikat oleh hemoglobin. Pada keadaan normal, sekitar 97% oksigen
yang diangkut dari paru-paru ke jaringan dan dibawa dalam bentuk terikat
dengan hemoglobin dalam sel darah merah. Sisanya 3% diangkut dalam bentuk
a. Ventilasi Paru
dan darah arteri dalam keadaan optimal (Nur Basuki, 2009). Banyaknya
udara yang masuk keluar paru dalam suatu menit disebut sebagai ventilasi
fisik berikutnya. Ventilasi paru pada latihan maksimum sekitar 100 sampai
110 liter menit. Kapasitas pernapasan maksimal sekitar 150-170 liter/menit.
(Siregar, 2000). Jadi, kapasitas maksimum adalah sekitar 50% lebih besar
b. Volume Paru
1. Volume tidal, yaitu sejumlah udara yang dihirup dan dikeluarkan pada
jumlah maksimal udara yang dapat dihirup dari puncak volume tidal.
jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah akhir dari volume tidal
normal.
4. Residual Volume (RV), adalah sejumlah udara yang masih tetap tinggal
di paru-paru setelah ekspirasi paksa/ penuh. Oleh karena itu, paru yang
pada otot-otot dan sendi yang sedang melakukan kerja. Setelah beberapa
selama aktivitas fisik yang intens sampai akhirnya terjadi kelelahan. Karena
VO2 maks ini dapat membatasi kapasitas kardiovaskuler seseorang, maka VO2
2000).
untuk mengkonsumsi oksigen selama aktivitas fisik pada ketinggian yang setara
dengan keadaan steady state ini terjadi pula adaptasi ventilasi paru, denyut
jantung, dan cardiac output. Keadaan dimana konsumsi oksigen telah mencapai
nilai maksimal tanpa bisa naik lagi meski dengan penambahan intensitas latihan
inilah yang disebut VO2 maks. Konsumsi oksigen lalu turun secara bertahap
Secara teori, nilai VO2 maks dibatasi oleh cardiac output, kemampuan
untuk menggunakan oksigen. Dengan begitu, VO2 maks pun menjadi batasan
kemampuan aerobik, dan oleh sebab itu dianggap sebagai parameter terbaik
al, 2001) . Orang dengan tingkat kebugaran yang baik memiliki nilai VO2 maks
lebih tinggi dan dapat melakukan aktivitas lebih kuat dibanding mereka yang
a) Fungsi paru
kebutuhan oksigen oleh otot yang sedang bekerja. Kebutuhan oksigen ini
alveoli paru dengan cara difusi. Oksigen yang terdifusi masuk dalam kapiler
paru yang berfungsi dengan baik, termasuk juga kapiler dan pembuluh
oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali pada saat ia
(A-V O2diff). Selama aktivitas fisik yang intens, A-V O2 akan meningkat
karena oksigen darah lebih banyak dilepas ke otot yang sedang bekerja,
oksigen ke jaringan naik hingga tiga kali lipat daripada kondisi biasa.
McClenaghan, 1984)
b) Fungsi kardiovaskuler
peningkatan isi sekuncup jantung maupun heart rate yang dapat mencapai
kadar oksigen dalam darah juga ditentukan oleh kadar hemoglobin yang
anemia, maka jumlah oksigen dalam darah juga lebih rendah. Sebaliknya,
bila kadar hemoglobin lebih tinggi dari normal, seperti pada keadaan
polisitemia, maka kadar oksigen dalam darah akan meningkat. Hal ini juga
bisa terjadi sebagai respon adaptasi pada orang-orang yang hidup di tempat
tinggi.
kadar hemoglobin sekitar 1-2 gr per 100 ml lebih tinggi dibanding wanita
d) Komposisi tubuh
berat. Maka, jika VO2 maks dinyatakan relatif terhadap berat badan, berat
Model atau bentuk tes ini memerlukan tempat dan lintasan lari yang
cukup luas seperti lapangan sepakbola. Alat dan fasilitas yang digunakan
secara manual. Untuk penilaian tes lari 600m, 800m, 1000m, 1200m, dan
2400m tidak dapat memprediksi secara langsung nilai VO2 maks dihitung
rockport.
membutuhkan tenaga pelaksana yang lebih banyak antara lain pemberi aba-
aba, pengukur jarak tempuh, pengawas waktu, dan pencatat hasil. Alat dan
dapat menggunakan tabel Astrand. Peserta tes dianggap gagal apabila tidak
Tes ini tidak begitu memerlukan lintasan lari yang cukup luas tetapi
dapat menyesuaikan kecepatan langkah dengan irama atau bunyi bleep pada
kaset rekorder. Bleep test dapat dilaksanakan secara massal dan juga bisa
berjarak 20 meter.
Nilai VO2 maks didapatkan dari hasil tingkatan dan balikan yang
diperoleh peserta tes kemudian dikonversikan ke dalam tabel Bleep. Tes ini
disesuaikan dengan irama bunyi bleep pada kaset dimana tingkatan dan
balikan dilakukan peserta tes sampai ia tidak mampu melakukan atau sudah
maksimal.
Bleep test dapat memprediksi secara langsung nilai VO2 maks tetapi
sayangnya tidak terdapat kriteria menyatakan sangat baik, baik, atau kurang
Tes ini bertujuan untuk mengukur kebugaran jasmani untuk kerja otot dan
irama metronome.
2) Metronome disetel 96 x per menit untuk sampel pria dan wanita (naik
ke-1, salah satu kaki naik ke atas bangku; pada bunyi metronome ke-2,
kaki yang lain naik ke atas bangku sampai sampel berdiri tegak di atas
bangku; pada bunyi metronome ke-3, salah satu kaki turun ke lantai;
pada bunyi metronome yang ke-4, kaki yang lain turun ke lantai,
3) Setelah naik turun bangku Harvard selama 3 menit, sampel lalu duduk
Tabel 2.1 Kriteria penilain denyut nadi 1 menit setelah tes Harvard untuk pria
Age
Men 12 - 25 26 – 35 36 – 45 46 - 55 56 - 65 65+
Excellent < 79 <81 <83 <87 <86 <88
Good 79 - 89 81-89 83-96 87-97 86-97 88-96
Above Average 90-99 90-99 97-103 98-106 98-103 97-103
Average 100-105 100-107 104-112 107-116 104-112 104-113
Below Average 106-116 108-116 113-119 117-122 113-120 114-120
Poor 117-128 118-128 120-130 123-132 121-129 121-130
Very Poor >128 >128 >130 >132 >129 >130
Sumber: James R Morrow et all (2005)
Age
Women 12 – 25 26 – 35 36 – 45 46 - 55 56 - 65 65+
Excellent <85 <88 <90 <94 <95 <90
Good 85-98 88-99 90-102 94-104 95-104 90-102
Above
Average 99-108 100-111 103-110 105-115 105-112 103-115
Average 109-117 112-119 111-118 116-120 113-118 116-122
Below
Average 118-126 120-126 119-128 121-129 119-128 123-128
Poor 127-140 127-138 129-140 130-135 129-139 129-134
Very Poor >140 >138 >140 >135 >139 >134
Sumber :James R Morrow et all (2005)
Tabel 2.2 Kriteria penilaian denyut nadi 1 menit setelah tes Harvard untuk wanita
tempat yang luas. Membutuhkan beberapa petugas dan tenaga ahli seperti
pemandu tes, pengukur nadi, pengukur tekanan darah, dan pencatat hasil.
Alat dan fasilitas yang digunakan mahal antara lain, sepeda statis
sekelompok orang.
memprediksi secara langsung nilai VO2 maks dan dapat dilakukan menurut
umur.
C. Tinjauan Umum tentang Aktivitas Fisik
aktivitas fisik, atau bervariasi antara individu satu dengan yang lain bergantung
gaya hidup perorangan dan faktor lainnya seperti jenis kelamin, umur,
individu untuk menjaga kesehatan. Aktivitas fisik juga merupakan kunci pada
Berbagai tipe dan jumlah aktivitas fisik sangat diperlukan secara terstruktur dan
mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari.
dari setiap gerak yang diproduksi oleh otot-otot skelet yang pada hakikatnya
Definisi aktivitas fisik secara luas adalah mencakup semua kegiatan yang
sedikitnya setengah jam sehari menjalankan aktivitas fisik secara rutin. (Cavill
et al, 2006)
(Khumaidi, 1994) :
a) Ringan : 75% waktu untuk duduk atau berdiri, 25% waktu untuk berdiri
sambil bergerak
b) Sedang : 40% waktu untuk duduk atau berdiri, 60% waktu untuk melakukan
pekerjaan khusus
c) Berat : 25% waktu untuk duduk dan berdiri, 75% waktu untuk melakukan
pekerjaan khusus
tubuh, diantaranya yaitu berjalan kaki atau hiking, jogging, bersepeda, senam
aerobik, berenang, dan lain-lain. Semua bentuk aktivitas fisik tersebut tentunya
mempunyai manfaat bagi kesehatan, disamping tubuh akan menjadi bugar, juga
akan melancarkan peredaran darah serta sirkulasi oksigen akan menjadi lancar.
Melakukan aktivitas fisik secara teratur adalah hal yang paling penting
adalah beberapa manfaat dari melakukan aktivitas fisik secara teratur (WHO,
2009):
a) Membantu orang mengendalikan berat badannya, yang pada akhirnya
kondisi lain yang terkait dengan aktivitas seperti obesitas dan apnea tidur.
e) Aktivitas fisik membantu menguatkan tulang menjadi lebih kuat dan otot
menjadi lebih lentur. Hal ini mengurangi terjadinya cedera fisik dan
sehari-hari.
moderat, akan dapat melatih pernapasan dan menyehatkan jantung. Hal ini
sejalan dengan yang dikemukakan oleh Cavill et all (2006) bahwa aktivitas
fisik dengan intensitas moderat dapat menaikkan detak jantung dan menaikkan
suhu tubuh menjadi lebih hangat dan pernapasan sedikit terengah-engah, itu
a) Ketahanan (endurance)
paru-paru, otot, dan sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat kita
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih antara lain berjalan kaki,
lari ringan, berenang, senam, bermain tenis, berkebun dan kerja di taman.
b) Kelenturan (flexibility)
lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap lemas (lentur) dan sendi
lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki
c) Kekuatan (strength)
Aktifitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot
tubuh dalam menahan sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan
maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu).
1) Push-up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah otot dan sendi dari
kecelakaan
3) Angkat berat/beban
4) Membawa belanjaan
1) Menyapu
2) Mengepel
3) Mencuci baju
4) Menimba air
5) Berkebun/bercocok tanam
8) Mencangkul
3) Sepakbola
4) Senam aerobik/pernapasan
5) Berenang
7) Bermain voli
8) Bersepeda
3. Olahraga berat, antara lain renang, tinju, gulat, kempo, judo, karate
(85-90%) dalam bentuk aktivitas fisik duduk, berdiri dan berjalan. Frekuensi
aktivitas fisik mengacu kepada jumlah aktivitas fisik per satuan waktu. Durasi
aktivitas fisik.
atau moderat, keras atau vigorous, sangat keras atau strenuous. Ini dapaat
yang sering dipakai untuk aktivitas fisik adalah klasifikasi MET (Metabolic
Energy Turnover). Klasifikasi MET merupakan alat yang berguna pada saat
Aktivitas fisik dapat pula dinilai dalam bentuk total volume aktivitas fisik
atau pengeluaran energi yang berkaitan dengan aktivitas fisik. Total volume
atau perminggu. Yaitu, intensitas semua aktivitas yang berbeda selama periode
pengkajian dinyatakan dalam ekuivalen MET yang dikalikan dengan waktu
yang digunakan bagi semua aktivitas. Cara ini sering digunakan untuk
(Gibney, 2009).
Sedang Berat
3.0 – 6.0 METs > 6.0 METs
IPAQ terdiri atas IPAQ short forms dan IPAQ long forms. IPAQ short
forms adalah instrumen yang terutama didesain untuk mengukur aktivitas pada
orang dewasa untuk usia diatas 15 tahun. Namun, kuesioner yang digunakan
dalam penelitian ini merupakan kuesioner hasil modifikasi dari IPAQ yang
disesuaikan dengan sampel dan kebutuhan peneliti. Sampel pada penelitian ini
aktivitas sedang sebanyak 4.0 METs dan aktivitas berat sebanyak 8.0 METs.
2295 MET-menit/minggu
bawah ini :
1. Ringan
apapun atau tidak memenuhi kriteria aktivitas fisik sedang dan berat.
2. Sedang
berikut:
berat selama 5 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas fisik
3. Berat
berikut:
MET-menit/minggu
atau kuat selama 7 hari atau lebih yang menghasilkan total aktivitas
A. Kerangka Konsep
Usia
Jenis Kelamin
IMT
Genetik
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
Kadar Hb
= tidak diteliti
B. Hipotesis
”Aktivitas fisik memiliki hubungan berbanding lurus dengan tingkat VO2 Maks
Tahun 2012”.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi
orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian
sebagai berikut:
2012.
D. Alur Penelitian
kuesioner aktivitas fisik. Kemudian dilakukan tes tingkat VO2 maks melalui 3–
minutes step test. Pertama sampel diukur denyut nadi istirahatnya. Lalu sampel
akan melakukan naik turun bangku Harvard setinggi 30 cm, sesuai dengan irama
metronome yang telah disetel dengan kecepatan 24 x per menit, selama 3 menit.
Setelah itu, diukur denyut nadi recovery sampel selama 1 menit dan
dikonversikan sesuai tingkat VO2 maks menurut James R Morrow et all (2005).
Selanjutnya, dilakukan proses pengolahan dan analisis data yang hasilnya akan
E. Variabel Penelitian
1. Identifikasi Variabel
Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel independen dan
tingkatan yaitu aktivitas fisik tinggi, sedang, dan rendah yang diukur dengan
menggunakan kuesioner aktivitas fisik modifikasi dari IPAQ (International
b. Tingkat VO2 maks adalah tingkat kemampuan kerja maksimal jantung, paru
seluruh organ tubuh yang diukur dengan 3-minutes step test. Nilai denyut
nadi dari tes tersebut dikategorikan menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu baik,
Tabel 4.1 Kriteria penilaian denyut nadi 1 menit setelah tes Harvard
dapat diperiksa dengan menggunakan jari tangan meraba arteri radialis pada
menanyakan tanggal lahir sampel. Kategori usia dalam penelitian ini yaitu:
- Kelompok transisi remaja menjadi dewasa atau remaja akhir yang berusia
18-20 tahun
Data yang diperoleh merupakan data primer hasil dari pengukuran VO2
maks dan pengisian kuesioner aktivitas fisik. Pada uji hipotesis, hubungan antara
aktivitas fisik dengan tingkat VO2 maks dianalisis dengan uji korelasi Spearman.
Hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat VO2 maks dianalisis dengan uji
korelasi Spearman karena uji normalitas data aktivitas fisik menunjukkan sebaran
G. Masalah Etika
1. Informed Concent
lembar persetujuan dan sampel yang menolak tidak akan dipaksa dan tetap
menghormati haknya.
2. Anonimity (tanpa nama)
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti dan
A. Hasil Penelitian
terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat VO2 maks pada
pengukuran denyut nadi istirahat, 3–minutes step test, dan pengukuran denyut
nadi recovery. Sampel diambil dengan cara total sampling dengan jumlah
Proporsi jenis kelamin subjek penelitian terdiri dari 23 orang atau 27,1%
laki-laki 19,65 tahun (SD 1,402) dan rerata umur subyek perempuan 19,44 tahun
(SD 1,301).
tabel 2 berikut.
3.
Total 85 100
Sumber : Data Primer 2012
(SD 1,128). Aktivitas fisik minimum didapatkan pada subjek perempuan yakni
Aktivitas Fisik
Jenis
Total
Kelamin Tinggi Sedang Rendah
N % N % N % N %
12 52,2 9 39,1 2 8,7 23 100
Laki-Laki
15 24,2 34 54,8 13 21 62 100
Perempuan
%), dan aktivitas fisik kategori berat sebanyak 12 orang (52,2 %).
60 54,8 52,2
50 39,1
40
30 24,2 laki-laki
21
20 perempuan
8,7
10
0
rendah sedang tinggi
13 orang (21%), aktivitas fisik kategori sedang sebanyak 34 orang (54,8 %), dan
Dari hasil pengukuran aktivitas fisik pada tabel 5.5 di atas, diperoleh
jumlah mahasiswa fisioterapi yang memiliki aktivitas fisik tinggi pada kelompok
usia 18-20 tahun yaitu sebanyak 11 orang (20,8%), dan pada kelompok usia 21-
Demikian pula pada kelompok aktivitas fisik sedang, pada kelompok usia
18-20 tahun yaitu sebanyak 30 orang (56,6%) sedangkan pada usia 21-25 tahun
pada kelompok usia 18-20 tahun yaitu sebanyak 12 orang (22,6%), sedangkan
56,6
60 50
50 40,6
40
transisi remaja menjadi
30 22,6 20,8 dewasa (18-20 thn)
dewasa muda (21-25
20
9,4 thn)
10
0
rendah sedang tinggi
N 32 42 11 85
Hasil dari 3–minutes step test yang dilakukan pada 85 orang sampel,
didapatkan subyek yang memiliki tingkat VO2 maks baik sebanyak 32 orang
(12,9%).
VO2 Maks
Jenis Baik Sedang Kurang Total
Kelamin
N % N % N % N %
pada subyek perempuan 105,73 (SD 17,960). Tingkat VO2 maks paling baik di
tingkat VO2 maks paling kurang di dapatkan pada subjek wanita, yaitu sebesar
144 kg/menit/liter.
Pada subjek laki-laki paling banyak mempunyai tingkat VO2 maks baik
47,8 50 47,8
50
40 33,9
30
perempuan
16,1
20
laki-laki
10 4,3
0
baik sedang kurang
Sedangkan pada subjek wanita paling banyak memiliki tingkat VO2 maks
rerata VO2 maks subjek dengan kelompok usia transisi remaja menjadi dewasa
(18-20 tahun) adalah 106,75 (SD 16,778), sedangkan rerata VO2 maks pada
kelompok usia dewasa muda (21-25 tahun) adalah 92,22 (SD 17,756). Tingkat
VO2 maks paling baik dan paling kurang didapatkan pada subjek dengan
VO2 Maks
Kelompok Usia Total
Baik Sedang Kurang
N % N % N % N %
Transisi remaja
menjadi dewasa 13 24,5 30 56,6 10 18,9 53 100
(18-20 tahun)
Dewasa muda 19 59,4 12 37,5 1 3,1 32 100
(21-25 tahun)
Sumber: Data Primer 2012
Menurut Tabel diatas, pada kelompok usia dewasa muda (21-25 tahun)
paling banyak memiliki tingkat VO2 maks baik yakni sebanyak 19 orang
(59,4%), kemudian tingkat VO2 maks sedang sebanyak 12 orang (37,5%), dan
tingkat VO2 Maks kurang sebanyak 1 orang (3,1%). Pada kelompok usia transisi
remaja menjadi dewasa (18-20 tahun) paling banyak memiliki tingkat VO2 maks
sedang yakni sebanyak 30 orang (56,6%), kemudian tingkat VO2 maks baik
sebanyak 13 orang (24,5%), dan paling sedikit tingkat VO2 maks kurang
Tabel 5.9 Distribusi tingkat VO2 Maks menurut Aktivitas Fisik pada laki-laki
VO2 Maks
Total
Aktivitas Fisik Baik Sedang Kurang
N % N % N % N %
Tinggi 9 39,1 3 13 0 0 12 52,2
Sedang 2 8,7 7 30,4 0 0 9 39,1
Rendah 0 0 1 4,3 1 4,3 2 8,7
Total 11 47,8 11 47,8 1 4,3 23 100
Sumber: Data Primer 2012
Hasil pada tabel 5.9 di atas menunjukkan bahwa pada subjek laki-laki
kelompok aktivitas fisik tinggi sebanyak 9 orang (39,1%) memiliki tingkat VO2
maks baik, kemudian 3 orang (13%) memiliki tingkat VO2 maks sedang, dan
tidak ada yang memiliki tingkat VO2 maks kurang. Sedangkan kelompok
aktivitas fisik sedang sebanyak 2 orang (8,7%) memiliki tingkat VO2 maks baik,
7 orang (30,4%) memiliki tingkat VO2 maks sedang, dan tidak ada yang
memiliki tingkat VO2 maks kurang. Pada kelompok aktivitas fisik rendah
memiliki tingkat aktivitas fisik sedang dan kurang masing-masing sebanyak 1
orang (4,3%).
Tabel 5.10 Distribusi tingkat VO2Maks menurut Aktivitas Fisik pada perempuan
VO2 Maks
Total
Aktivitas Fisik Baik Sedang Kurang
N % N % N % N %
Tinggi 15 24,2 0 0 0 0 15 24,2
Sedang 6 9,7 28 45,2 0 0 34 54,8
Rendah 0 0 3 4,8 10 16,1 13 21
Total 21 33,9 31 50 10 16,1 62 100
Sumber: Data Primer 2012
Hasil cross tabulation pada tabel 5.10 di atas menunjukkan bahwa pada
memiliki tingkat VO2 maks baik, dan tidak ada yang memiliki tingkat VO2 maks
orang (9,7%) memiliki tingkat VO2 maks baik, 28 orang (45,2%) memiliki
tingkat VO2 maks sedang, dan tidak ada yang memiliki tingkat VO2 maks
kurang. Pada kelompok aktivitas fisik rendah yang memiliki tingkat aktivitas
fisik sedang dan kurang masing-masing sebanyak 3 orang (4,8%) dan 10 orang
(16,1%).
Tabel 5.11 Distribusi tingkat VO2Maks menurut Aktivitas Fisik pada kelompok usia
VO2 Maks
Total
Aktivitas Fisik
Baik Sedang Kurang
N % N % N % N %
Tinggi 9 17 2 3,8 0 0 11 20,8
Sedang 4 7,5 26 49,1 0 0 30 56,6
Rendah 0 0 2 3,8 10 18,9 12 22,6
Total 13 24,5 30 56,6 10 18,9 53 100
Sumber: Data Primer 2012
Hasil cross tabulation pada tabel 5.11 di atas menunjukkan bahwa pada
subjek usia transisi remaja menjadi dewasa (18-20 tahun) kelompok aktivitas
fisik tinggi sebanyak 9 orang (17%) memiliki tingkat VO2 maks baik dan 2
orang (3,8%) memiliki tingkat VO2 maks sedang dan tidak ada yang memiliki
tingkat VO2 maks baik, 26 orang (49,1%) memiliki tingkat VO2 maks sedang
dan tidak ada yang memiliki tingkat VO2 kurang. Pada kelompok aktivitas fisik
rendah sebanyak 2 orang (3,8%) memiliki tingkat VO2 maks sedang dan 10
VO2 Maks
Total
Aktivitas Fisik
Baik Sedang Kurang
N % N % N % N %
Tinggi 15 46,9 1 3,1 0 0 16 50
Sedang 4 12,5 9 28,1 0 0 13 40,6
Rendah 0 0 2 6,2 1 3,1 3 9,4
Total 19 59,4 12 37,5 1 3,1 32 100
Sumber: Data Primer 2012
Hasil cross tabulation pada tabel 5.12 di atas menunjukkan bahwa pada
subjek usia dewasa muda (21-25 tahun) kelompok aktivitas fisik tinggi sebanyak
15 orang (46,9%) memiliki tingkat VO2 maks baik dan 1 orang (3,1%) memiliki
tingkat VO2 maks sedang dan tidak ada yang memiliki tingkat VO2 maks
kurang.
tingkat VO2 maks baik, 9 orang (28,1%) memiliki tingkat VO2 maks sedang dan
tingkat VO2 maks sedang dan 1 orang (3,1%) memiliki tingkat VO2 maks
kurang.
Berdasarkan hasil uji korelasi spearman didapatkan hubungan antara
Subjek R P
Jenis kelamin
Laki-laki 0,622 0,002
Perempuan 0,860 0,000
Tabel 5.13 Hasil Uji Korelasi antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat VO2 Maks
B. Pembahasan
dilakukan dengan menggunakan kuesioner aktivitas fisik dari IPAQ yang telah
dengan aktivitas fisik kategori tinggi dan rendah. Hal ini sesuai dengan hasil
126 siswa SMP Al Azhar, dimana aktivitas fisik kategori sedang berjumlah 47
aktivitas fisik dalam kuesioner dengan energy expediture yang sesuai untuk
tiap jenis aktivitas fisik dalam tabel aktivitas fisik. Energy expenditure
disajikan dalam satuan metabolic equivalents per minutes per day (Mets-
min/d). Rerata energy expenditure dari aktivitas fisik sampel penelitian sebesar
subjek laki-laki tergolong aktivitas fisik tinggi sedangkan rerata aktivitas fisik
Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa aktivitas fisik pria
lebih tinggi daripada aktivitas fisik wanita karena pria lebih banyak
mengeluarkan energi dibanding wanita (Augustina 2011). Hal ini juga sejalan
bahwa dari 1000 sampel wanita dan pria, ada perbedaan dari 12 menit latihan
fisik sedang dan berat, sedangkan wanita hanya punya 18 menit, rata-rata
aktivitas fisik sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pria beraktivitas fisik
hampir dua kali lebih banyak dari wanita. (Cardinal and Loprinzi, 2006)
fisik ini disebabkan karena pria dan wanita berbeda secara anatomis dan
aktivitas fisik dan olahraga yang memerlukan kekuatan dan dimensi lain yang
lebih besar (Kartinah, Komariah, Giriwijoyo, 2006: 177). Secara fisik, pria
dewasa rata-rata 7 – 10% lebih besar daripada wanita. Perbedaan ukuran itu
sangat kecil terlihat pada anak-anak sampai usia pubertas. Velle menjelaskan
bahwa aktivitas jasmani pria yang lebih tinggi karena pengaruh hormon di
gelang bahu yang lebih luas, panggul lebih sempit dan tungkai lebih panjang.
dengan bahu yang lebih sempit, panggul yang lebih luas relatif terhadap tinggi
badannya dan “carrying angle” yang lebih besar pada sendi siku. Pada wanita
terjadi penimbunan lemak selama masa pubertas, sedangkan pada pria terjadi
perkembangan otot. Sehingga wanita dewasa mempunyai lemak sekitar dua
kali lebih besar dari pada pria. Pria mempunyai darah yang kurang lebih satu
liter lebih banyak dari pada wanita. Selain itu dimensi jantung pada pria lebih
besar sehingga volume sedenyut lebih besar, volume paru-paru pria lebih besar
10 % dari pada wanita. Wanita mempunyai denyut nadi istirahat yang lebih
sedikit tinggi dengan Denyut Nadi Maksimal sesuai umur sama. Berbagai
penelitian lebih banyak melihat bahwa wanita mempunyai kapasitas kerja yang
relatif buruk, sehingga menjadi pembatas bagi wanita terlibat dalam olahraga
kelompok usia tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hal ini dikarenakan
rerata energy expenditure dari aktivitas fisik kedua kelompok tidak berbeda
remaja menjadi dewasa (18-20 tahun) dan pada kelompok usia dewasa muda
Hal ini tersebut sesuai dengan yang dipaparkan oleh WHO (World
Health yang mengatakan bahwa usia dewasa 18-64 tahun memiliki aktivitas
fisik yang pada umumnya menghasilkan pengeluaran energi yang hampir sama.
permainan, waktu luang dan rekreasi, aktivitas rumah tangga dan aktivitas
subyek laki-laki dan perempuan. Subyek laki-laki memiliki rerata VO2 maks
yang lebih baik dari subyek perempuan. Hal ini sesuai dengan penelitian
wanita sekitar 20% lebih rendah dari pria pada usia yang sama. Hal ini
konsentrasi hemoglobin lebih rendah dan lemak tubuh lebih besar. Wanita juga
memiliki massa otot lebih kecil dari pria. Mulai umur 10 tahun, VO2 maks
anak laki-laki menjadi lebih tinggi 12% dari anak perempuan. Pada umur 12
tahun, perbedaannya menjadi 20%, dan pada umur 16 tahun VO2 maks anak
Perbedaan anatomis dan pola gerak serta aktivitas yang teratur pada
Kekuatan otot juga dapat menjadi salah satu faktor perbedaan tingkat VO2
maks antar jenis kelamin. Pada usia muda, perubahan VO2 maks berhubungan
adalah komposisi tubuh. Laki-laki memiliki kadar lemak tubuh lebih rendah
daripada perempuan. Selain itu, massa otot laki-laki juga lebih besar daripada
perempuan karena laki-laki lebih terbiasa melakukan latihan fisik yang teratur.
Ahmad, 2011).
Berdasarkan kelompok usia, tingkat VO2 maks kelompok usia transisi
remaja menjadi dewasa (18-20 tahun) dengan kelompok usia dewasa muda
(21-25 tahun) tidak mengalami perbedaan yang signifikan atau dalam artian
tahun, bertepatan dengan umur puncak massa otot (utari, 2007). Daya tahan
usia 20 tahun hingga mencapai usia 25 tahun. Sesudah usia ini daya tahan
Penelitian serupa dari Jackson et al. Menemukan puncak nilai VO2 maks yakni
pada usia 18-20 tahun, setelah usia 25 tahun terjadi penurunan rata-rata VO2
maks per tahun yakni 0,46 ml/kg/menit untuk pria (1,2%) dan 0,54 ml/kg/menit
(1,7%). Penurunan ini terjadi karena beberapa hal, terutama denyut jantung
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Robinson
pengambilan oksigen oleh paru-paru terdapat pada level umur 20-30 tahun
meningkat hingga mencapai puncaknya pada periode usia dewasa muda (usia
Indrawagita, 2009).
Fisioterapi
hipotesis pada penelitian ini terbukti dengan diperoleh hasil bahwa terdapat
hubungan antara aktivitas fisik dengan tingkat VO2 maks pada mahasiswa
fisioterapi. Pada subyek laki-laki didapatkan nilai korelasi positif yang tinggi
korelasi positif sangat kuat (r= 0,860 ; p= 0,00). Adapun pada subyek
kelompok usia transisi remaja menjadi dewasa didapatkan nilai korelasi positif
yang sangat kuat (r= 0,829 ; p= 0,00), dan pada subyek kelompok usia dewasa
muda didaptkan nilai korelasi positif yang sangat kuat (r= 0,736 ; p= 0,00).
menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna antara aktivitas fisik dan
kesegaran jasmani pada anak berusia 8-10 tahun. Koutedakis Y., dkk. di
yang meneliti hubungan antara aktivitas fisik kategori berat dengan kesegaran
tinggi dari aktivitas fisik yang teratur dan olahraga, ternyata paru-paru mereka
Latihan fisik atau olahraga dapat meningkatkan VO2 maks. Diduga hal
peningkatan cardiac output, stroke volume, dan volume darah yang diikuti
memiliki denyut jantung istirahat yang lebih rendah daripada orang biasa.
Denyut jantung yang lebih rendah mengakibatkan nilai VO2 maks pada orang
setelah melakukan latihan fisik secara teratur dan selama waktu tertentu. Hal
2011)
oksigen yang harus segera tergantikan. Jantung merupakan organ vital yang
1. Peningkatan denyut nadi; denyut nadi meningkat pada saat setelah latihan
beraktivitas berat
dipompakan oleh jantung dalam satu kali denyutan. Stroke volume ini
otot jantung dan stimulasi dari syaraf simpatik. Pada waktu berolahraga
stroke volume
juga akan meningkat pada saat tersebut ambilan oksigen akan mencapai
nilai maksimal.
oksigen yang meningkat dalam latihan akan meningkat untuk waktu yang
dalam paru-paru yang akan meningkatkan proses difusi pada pembuluh darah.
Peningkatan cardiac output akan meningkatkan jumlah darah yang ada pada
pembuluh darah, akibatnya akan meningkatkan jumlah oksigen dalam otot.
denyut nadi dan stroke volume. Salah satu keuntungan dari olahraga adalah
oksigen ketika terjadi kerja otot. Pada kerja yang sangat berat peningkatan
deyut nadi akan melewati batas kemampuan akhir dari aktifitas. Ketika
aktifitas kerja yang berat dihentikan denyut nadi akan turun secara cepat dalam
peningkatan ukuran jantung terutama ventrikel kiri, dan penurunan denyut nadi
istirahat.
C. Keterbatasan Penelitian
masalah yang menjadi obyek penelitian dalam hal ini literatur-literatur dan
A. Kesimpulan
yang paling tinggi jika dibandingkan dengan aktivitas fisik kategori tinggi dan
2. Subjek penelitian dengan tingkat VO2 maks paling baik didapatkan pada subjek
3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan tingkat VO2 maks terhadap subjek
dengan kelompok usia transisi remaja menjadi dewasa (18-20 tahun) dengan
4. Ada hubungan korelasi positif yang kuat antara aktivitas fisik dengan tingkat
5. Ada hubungan korelasi positif yang sangat kuat antara aktivitas fisik dengan
tingkat VO2 maks pada subjek kelompok usia transisi remaja menjadi dewasa
6. Semakin tinggi tingkat aktivitas fisik maka semakin baik tingkat VO2 maks pada
fisik, salah satunya dengan olahraga secara kontinyu dan ritmik yang melibatkan
sebagian besar otot-otot tubuh, misalnya berenang, berlari (jogging), atau senam.
2. Diperlukan penelitian lebih lanjut dengan instrumen yang lebih tepat mengingat
bahwa masih kurangnya data serta penelitian mengenai masalah ini, khusunya di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Bandmann, Ellin. 2008. Physical Activity Questionnares. Gih - The Swedish School Of
Sport And Health sciences. (Online). (http://gih.diva-portal.org)
Booth L, Michael. 2006. The Adolescent Physical Activity and Recall Questionnaire
(APARQ). School of Public Health, University of Sydney.
Duma, Justinus. 2012. Gambaran VO2 Maks, Usia, dan Indeks Massa Tubuh Pemain
Sepakbola Persipal Palu Sulawesi Tengah. Skripsi. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Evelyn, Pearce. 2008. Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Fox E. L. (1984). Sport physiology, second edition. Ohio State University: CBS College
Publishing.
Gondo, Adi Ahmad. 2011. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dengan Tingkat Vo2
Maks Pada Mahasiswa Fisioterapi Fk Unhas Makassar. Skripsi, Universitas
Hasanuddin Makassar.
Guyton, C. Arthur & John E. Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, edisi 11.
EGC. Jakarta
Imran. 2011. Kontribusi VO2 Max, Kelentukan Dan Kecepatan Reaksi Tubuh Terhadap
Keterampilan Bermain Sepakbola Pada Pemain Gasta Takalar, Skripsi,
Universitas Negeri Makassar.
Jack H.W and David L.C. 1999. Physiology Of Sport and Exercise, Second edition
Human Kinetics. USA.
Lerner, Jonathan. 2010. Correlates of Physical Activity Among College Students. Cork
Institute of Technology, Cork, Ireland. Human Kinetics Journal.
(http://journals.humankinetics.com)
Meredith C., 1996. Exercise and fitness. In : Rickert V, editor. Adolescent nutrition
assesment and management. New York : Chapman & Hall.
Nieman, D. C. (1993). Fitness & your health. Palo Alto, California: Bull Publihsing
Company.
Rasyid, Ragil. 2010. Kapasitas Paru-Paru Sebelum dan Sesudah Olahraga. Skripsi.
Universitas Indonesia.
Sari, Suriani. 2009. Perbedaan Nilai Kapasitas VO2 Maksimum pada Atlit Sepak Bola
dengan Futsal di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sripsi. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sherrill. 1998. Adapted Physical activity, recreation and sport. 5th ed. Boston: WBC
McGraw-Hill.
Sherwood, L 2001. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 2. EGC, Jakarta.
Sulaeman, Ahmad dkk, 2012. Hubungan Status Gizi, Status Kesehatan Dan Aktivitas
Fisik Dengan Kebugaran Jasmani Atlet Bulutangkis Jaya Raya Jakarta.
Universitas Pakuan Bogor.
Thomas W. Hanton, 1995. Fisiologi Perkembangan Tubuh - Fit For Two, PT.
Rajagrafindo Persada, Jakarta.
Utari, Agustini. 2007. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat kesegaran
Jasmani Pada Anak Usia 12-14 Tahun. Tesis. Universitas Diponegoro Semarang.
Werner Kuprian, 1995. Physical Therapy For Sport, 2nd Edition, W.B. Saunders
Company, Philadelphia.