Waktu : 45 menit
Di kota Sumedang, Jawa Barat, terdapat sebuah makam seorang pahlawan wanita
terkenal Indonesia. Dia adalah Cut Nyak Dien, perempuan yang teguh dalam melawan penjajahan
Belanda di tempat asalnya, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Cut Nyak Dien adalah salah satu
dari perempuan berhati baja dari Aceh. Pahlawan Kemerdekaan Nasional kelahiran Lampadang,
Aceh, pada 1850 ini sampai akhir hayatnya teguh memperjuangkan kemerdekaan. Jiwa pejuang
memang sudah diwarisi Cut Nyak Dien dari ayahnya yang seorang pejuang kemerdekaan yang
tidak kenal kompromi dengan penjajahan.
Cut Nyak Dien dibesarkan dalam keadaan ketika Kesultanan Aceh sedang bermusuhan
dengan pemerintah penjajah. Ketika Lampadang diduduki Belanda pada Desember 1875, Cut
Nyak Dien terpaksa mengungsi. Dia berpisah dengan ayah dan suaminya yang masih melanjutkan
perjuangan. Ketika Cut Nyak Dien berusia 28 tahun, suaminya wafat akibat kekejaman
kolonial Belanda. Kesedihannya itu membuat dia bersumpah akan menuntut balas kematian
suaminya sekaligus bersumpah hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu usahanya
menuntut balas tersebut.
Dua tahun setelah kematian suami pertamanya, Cut Nyak Dien menikah lagi dengan
Teuku Umar. Sumpahnya yang hanya akan menikah dengan pria yang bersedia membantu
menuntut balas kematian suami pertamanya benar-benar ditepati. Teuku Umar adalah
seorang pejuang kemerdekaan yang terkenal banyak mendatangkan kerugian bagi pihak Belanda.
Perlawanan terhadap Belanda kian hebat. Beberapa wilayah yang sudah dikuasai Belanda
berhasil direbutnya. Tapi dalam satu pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari,
Teuku Umar gugur. Sejak meninggalnya Teuku Umar, selama 6 tahun Cut Nyak Dien
mengordinasikan serangan besar-besaran terhadap beberapa kedudukan Belanda. Segala
barang berharga yang masih dimilikinya dikorbankan untuk mengisi kaspeperangan.
Cut Nyak Dien kembali sendiri lagi. Tapi walaupun tanpa dukungan dari seorang
suami, perjuangannya tidak pernah surut, dia terus melanjutkan perjuangan di daerah
pedalaman Meulaboh. Perlawanannya yang dilakukan secara bergerilya itu dirasakan Belanda
sangat mengganggu bahkan membahayakan pendudukan mereka di tanah Aceh, sehingga pasukan
Belanda selalu berusaha menangkapnya tapi sekalipun tidak pernah berhasil. Anak buah Cut
Nyak Dien merasa kasihan melihat kondisinya yang semakin lemah. Tanpa sepengetahuannya,
Pong Laot, seorang panglima perang dan kepercayaaannya berinisiatif menghubungi pihak
Belanda. Hal itu dimaksudkan agar Cut Nyak Dien bisa menjalani hari tuanya dengan sedikit
ketenteraman walaupun dalam pengawasan Belanda.
Akhirnya, Cut Nyak Dhien ditangkap dan dibawa ke Banda Aceh dan dirawat di rumah
sakit di sana. Penyakitnya seperti rabun dan encok berangsur-angsur sembuh. Namun, Cut
Nyak Dien akhirnya dibuang ke Sumedang, Jawa Barat, karena ketakutan Belanda bahwa
kehadirannya akan menciptakan semangat perlawanan dan juga karena ia terus berhubungan
dengan pejuang yang belum tunduk. Pada tanggal 6 November 1908, Cut Nyak Dhien/
meninggal karena usianya yang sudah tua.
Identifikasilah kepribadian unggul yang dapat diteladani dari tokoh yang terdapat
dalam teks biografi “Cut Nyak Dien, Perempuan Berhati Baja” !
Sultan Iskandar Muda berkuasa dari tahun 1607 sampai 1636. Saat itu, daerah
kekuasaan Aceh semakin besar dan mendapat reputasi internasional sebagai pusat
perdagangan dan pembelajaran tentang Islam. Beliau tidak hanya mampu menyusun dan
menetapkan qanun (undang-undang dan peraturan) yang adil dan universal, tetapi juga
melaksanakan secara adil.
Masa kecil Sultan Iskandar Muda yang juga sering dipanggil Perkasa Alam dihabiskan
di lingkungan istana sehingga mendapatkan pendidikan yang baik. Setelah beranjak besar, ia
banyak belajar dan ulama ulama besar yang berkunjung ke Aceh, termasuk dari Mekah.
Kebesaran Sultan lskandar Muda mendapat pengakuan bukan hanya dari rakyatnya, tetapi
juga dari bangsa asing di seluruh dunia.
Sultan Iskandar Muda wafat pada tahun 1636 M dan makamnya terletak dal am
komplek Kandang Mas yang pernah dihancurkan Belanda. Makam yang ada sekarang
merupakan duplikat hasil petunjuk Pocut Meurah, isteri Sultan Mahmudsyah.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
5. Mengemukakan kembali hal-hal yang terdapat dalam teks yang berjudul “Sultan Iskandar
Muda” dengan bahasa sendiri!