NAMA : SANDI
KELAS : XII IPA 3
1.Tuanku Imam Bonjol (Sumatra Barat)
Tuanku Imam Bonjol atau Peto Syarif adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang lahir
pada 1772, di Kampung Tanjung Bunga, Sumatra Barat. Di Kampung halamannya, ia dikenal
sebagai seorang ulama dan pemimpin masyarakat.Pada tahun 1803 sampai 1838, beliau melawan
Belanda bersama kaum Padri (kaum agama). Akibat penyerangan ini, ia ditangkap dan
diasingkan ke Cianjur, Ambon, dan Manado.
Tuanku Imam Bonjol wafat pada 6 November 1864, tepat saat memasuki usia 92 tahun.
Pahlawan nasional selanjutnya adalah Cut Nyak Dien, yang lahir dan besar di Aceh. Meskipun
ia merupakan seorang perempuan, ia memimpin pasukan untuk melawan Belanda pada masa
Perang Aceh.
Motif dari kegigihan Cut Nyak Dien terhadap Belanda adalah untuk membalas kematian
suaminya yang gugur akibat perang. Perjuangannya pun akhirnya membawa ia kepada Teuku
Umar, seorang laki-laki yang akhirnya menjadi suami kedua beliau.
Namun sayangnya, Cut Nyak Dien ditangkap, lalu meninggal di Sumedang 6 November 1908, di
usia 60 tahun.
Pangeran Diponegoro juga dikenal dengan nama Raden Mas Ontowiryo, ia lahir di D.I
Yogyakarta pada 11 November 1785. Beliau merupakan anak sulung dari Sultan
Hamengkubuwono III yang kenal sejak Perang Diponegoro pada 1825 sampai 1830.
Perang Diponegoro menelan banyak korban dan tercatat sebagai perang dengan korban
terbanyak sepanjang sejarah perang Indonesia.
Dan pada tahun 1830, Diponegoro ditangkap lalu dibuang di Manado. Hingga pada akhirnya
meninggal di Ujung Pandang pada tanggal 8 Januari 1985.
Hal ini yang akhirnya membuat Belanda meminta bantuan ke Batavia untuk menaklukkan
Somba Opu, yaitu benteng terkuat di Gowa pada 12 Juni 1669. Pada 12 Juni 1670 Sultan
Hasanuddin pun wafat.
5. Pattimura (Maluku)
Kapten Pattimura atau yang biasa dikenal Thomas Matulessy lahir di Ambon pada tahun 1763.
Pattimura melawan Belanda yang berusaha menguasai Maluku dengan menindas, memaksa kerja
rodi, dan menguras kekayaan Maluku.
Selanjutnya, pada tahun 1817 ia berhasil menyatukan Kerajaan Tidore dan ternate untuk
mengusir penjajah di daerah tersebut. Sebenarnya, Belanda sempat menawarkan kerja sama,
tetapi Pattimura menolaknya. Hingga akhirnya ia diberi hukuman mati pada 16 Desember 1817.
6. Raden Ajeng Kartini (Jawa Tengah)
Raden Ajeng Kartini atau RA Kartini adalah pahlawan nasional yang dikenang sebagai pelopor
emansipasi perempuan. Selama hidup, ia memperjuangkan kesetaraan hak dan membangun
sekolah perempuan bernama Yayasan Kartini pada tahun 1912.
Sekolah Kartini dibangun di beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur, seperti Semarang,
Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan sebagainya.
Kartini meninggal di usia yang masih sangat muda, yaitu 25 tahun pada 17 September 1904 di
Rembang.
Perempuan bernama lengkap Cut Nyak Meutia ini lahir di Perlak, Aceh pada tahun 1870. Ia
merupakan seorang panglima Aceh saat melawan Belanda. Bersama suaminya, ia menyerang
pusat patroli Belanda di daerah pedalaman Aceh.
Ia pun terus melanjutkan perjuangan melawan Belanda, hingga akhirnya meninggal dunia pada
tahun 1910.
Pada tahun 1615-1629, Sultan Iskandar Muda melakukan serangan besar-besaran terhadap bangsa Portugis di
Malaka, tetapi serangan ini sempat gagal. Sultan Iskandar Muda ditemukan meninggal secara tiba-tiba pada
1636.
Terakhir, adalah pahlawan yang dikenal dengan Raden Mas Soewardi Soerjaningrat
atau Ki Hajar Dewantara. Ia lahir pada 2 Mei 1889 di D.I Yogyakarta.
Selama hidup Ki Hajar Dewantara mendirikan perguruan Taman Siswa pada 1929 dan
turut membantu pribumi yang tidak bisa sekolah.