Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN


PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA
(B)
(B)

Disusun oleh:

AHMAD RISQIANSYAH PURWANTO 21/472967/TK/52114


ILHAM REZA KAHFI 21/479183/TK/52820
MUHAMMAD NOUVAL ARDI F. 21/480291/TK/53000
HANIFA NABILA ANANDA PUTRI 21/482088/TK/53217

ASISTEN:
BIMA PRASETYA PANCASAKTI
MASYTA DINDA RIANI

LABORATORIUM ANALISIS BAHAN


DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ANALISIS BAHAN

dengan judul mata praktikum:

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

disusun oleh:
Nama Praktikan NIM Tanda Tangan
Ahmad Risqiansyah P. 21/472967/TK/52114
Ilham Reza Kahfi 21/479183/TK/52820
Muhammad Nouval Ardi F. 21/480291/TK/53000
Hanifa Nabila Ananda P. 21/482088/TK/53217

Yogyakarta, 13 April 2022

Dosen pembimbing praktikum,

Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, M.S.


NIP. 196007301985032002

Asisten 1, Asisten 2,

BIMA PRASETYA PANCASAKTI MASYTA DINDA RIANI

ii
ABSTRAK
Peneraan laju alir fluida bertujuan untuk mengukur kapasitas aliran zat
fluida beserta volume aliran untuk mencari kurva standar dari laju alir fluida cair
dan gas. Hasil dari percobaan ini berupa kurva standar dan persamaan kurva. Dalam
mencari kurva dan persamaan ini menggunakan metode pendekatan linear.
Persamaan untuk laju alir fluida cair yang didapatkan dari percobaan ini adalah Q
= 2,3750h + 0,7168 untuk batch 1 dan Q = 2,3243h + 1,5924 untuk batch 2.
Sedangkan persamaan laju alir fluida gas yang didapatkan dari percobaan ini adalah
Q = 0,3018h + 4,9031 untuk batch 1 dan Q = 0,1819h + 5,0075. Kurva dari hasil
percobaan peneraan laju aliran fluida menunjukkan trend positif. Hal ini berarti laju
alir fluida naik seiring dengan kenaikan ketinggian float.

Keyword: Laju alir fluida, metode pendekatan linear, kurva standar

iii
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Transportasi dalam industri adalah salah satu aspek terpenting dari
industri. Setiap proses yang terjadi di industri pabrik memerlukan
pengangkutan bahan baku atau barang jadi dari satu alat ke alat lain untuk
memudahkan proses transportasi tersebut dan kebanyakan penanganan
bahan baku dalam bentuk fluida. Hal ini karena sifat fluida yang mengalir
sehingga tidak membutuhkan terlalu banyak energi mekanik untuk
memindahkannya. Aliran fluida terjadi karena adanya perbedaan tekanan
dan elevasi (pengaruh gravitasi). Oleh karena itu, aliran fluida sangat
penting untuk dipelajari karena banyak digunakan dalam industri.
Banyak metoda yang sudah dikenal untuk pengukuran laju alir
cairan. Pengendalian laju aliran fluida dapat dilakukan dengan beberapa
metode. Alat ukur dengan metode ini bekerja dengan memanfaatkan
perbedaan tekanan. Dengan menggunakan persamaan Bernoulli yang
dimodifikasi dan diketahui berapa besarnya perbedaan tekanan dalam
aliran tersebut maka laju aliran fluida dapat diketahui (Santoso, 2003).
Pengukuran laju alir ditentukan dengan mengukur kecepatan cairan atau
perubahan energi kinetiknya. Perbedaan tekanan yang terjadi pada saat
cairan melintasi pipa mempengaruhi kecepatan suatu aliran. Karena luas
penampang pipa sudah diketahui, kecepatan rata-rata merupakan indikasi
dari laju alirnya.
B. Tujuan
Tujuan dari percobaan peneraan alat ukur laju alir fluida adalah:
1. Kalibrasi rotameter cairan dengan membuat kurva standar hubungan
antara tinggi pelampung dalam rotameter cairan (h, cm) dengan laju
alir air (Q, cm3/s).
2. Kalibrasi rotameter gas dengan membuat kurva standar hubungan
antara tinggi pelampung dalam rotameter gas (h, cm) dengan laju alir
udara (Q, cm3/s).

1
II. Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori
Fluida adalah zat yang berada dalam fasa cair atau gas. Fluida dapat
dibedakan menjadi fluida yang bergerak (dinamis) dan fluida yang diam
(statis). Pada fluida yang tidak bergerak, gaya yang terjadi adalah akibat
tekanan fluida pada batas/dinding dimana fluida berada. Sedangkan untuk
fluida yang bergerak, gaya yang bekerja terjadi tanpa kontak fisik dimana
gaya tersebut didistribusikan ke seluruh elemen fluida. Sehingga, fluida dapat
didefinisikan sebagai zat yang akan bergerak dan mengalami perubahan secara
kontinyu jika dikenai tegangan geser atau shear stress. Laju alir fluida sendiri
adalah volume fluida yang keluar setiap satuan waktu (Ghurri, 2014).
Menurut Kemenperin, 2017 dasar pemilihan alat ukur laju fluida
ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Jenis fasa dari suatu fluida yang digunakan. Fasa yang biasa digunakan
seperti gas, liquid, steam.
2. Kondisi aliran (flow condition) dengan berbagai kondisi seperti clean,
dirty, viscous, abrasive, open channel, dsb.
3. Kesesuaian fasa fluida dan teknologi flowmeter yang dapat dilihat pada
flowmeter selection page.
4. Ukuran pipa atau saluran aliran fluida.
5. Sifat suatu fluida ditinjau dari densitas, tekanan, temperatur, viskositas,
dan konduktivitas elektronik.
6. Kondisi lingkungan yaitu suhu, pengaturan (korosi, ledakan, dalam
ruangan, luar ruangan), dan metode instalasi (insertion, clamped-on, or
inline).
7. Posisi flowmeter juga perlu diperhatikan termasuk penurunan tekanan
maksimum yang diijinkan.
Adapun flowmeter merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
mengetahui adanya suatu aliran material baik cair maupun uap dalam suatu
arah aliran dengan segala aspek aliran itu sendiri. Aspek aliran terbagi menjadi
dua yaitu kecepatan aliran atau biasa disebut flowrate dan massa total atau
volume dari material tersebut. Aliran ideal sering digunakan dalam
pengukuran secara flowmeter karena tidak memperhatikan efek dari

2
viskositas. Flowmeter juga dapat digunakan sebagai acuan besar atau kecilnya
kebutuhan udara, air, ataupun uap dengan cara menyetel value sehingga aliran
mesin yang membutuhkan udara lebih kecil bisa disesuaikan, begitu juga
sebaliknya. Hal ini bertujuan agar tidak ada lagi kekurangan udara, air,
ataupun uap untuk mesin yang lebih banyak (Brown, 1950). Salah satu alat
yang menggunakan prinsip flowmeter adalah rotameter. Prinsip kerja
rotameter adalah sebagai adanya perbedaan tekanan tetap, semakin besar
perbedaan tekanan laju alir fluida akan menjadi semakin besar yang
menyebabkan ketinggian pelampung juga akan semakin besar. Hal tersebut
juga digambarkan dalam persamaan Bernoulli sebagai berikut (Brown, 1950).
1 1 (1)
p + v + ρgh = p + v + ρgh
2 2
p = Tekanan (Pa)
ρ = Massa jenis fluida (kg/m )
3

v = Kecepatan aliran (m/s)


h1 = Tinggi rotameter
h2 = Tinggi ember
Dalam melakukan percobaan peneraan laju alir fluida, digunakan
persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli adalah sebuah persamaan dalam
mekanika fluida yang menyatakan hubungan antara kecepatan alir fluida dan
tekanan fluida. Persamaan Bernoulli juga menjelaskan jumlah energi dalam
suatu titik yang terdapat pada bejana tertutup yang besarnya sama dengan
jumlah energi di titik pada jalur alir yang sama. Persamaan Bernoulli hanya
berlaku untuk fluida ideal dimana ketika terdapat gaya gesek atau viskositas
fluida maka akan ada energi panas yang mempengaruhi proses yang terjadi.
Persamaan Bernoulli menyatakan bahwa tinggi energi total yang terdiri dari
energi potensial, energi tekanan, dan energi kecepatan berbeda dari garis arus
satu sama lain. Hukum Bernoulli sendiri menyatakan bahwa apabila kecepatan
fluida dalam suatu pipa semakin besar, maka tekanannya akan semakin kecil.
Begitu juga sebaliknya, jika kecepatan fluida dalam suatu pipa semakin kecil,
maka tekanannya akan semakin besar.

3
Rotameter adalah perangkat yang memberikan solusi praktis dalam
aplikasi flowmetering. Rotameter terdiri dari dua komponen yaitu tabung
pengukur yang meruncing dan float yang naik di dalam tabung
(“Measurement,” 2014). Rotameter bekerja dengan prinsip tekanan konstan.
Pada tekanan konstan tersebut, dihitung debit air yang keluar dalam waktu
tertentu. Hubungan debit air dan ketinggian float menunjukkan trend positif
(Henderson & Runcie, 2020). Float ditempatkan di dalam tabung pengukur
dengan bahan transparan anti-statis yang meruncing atau lebih besar di bagian
atas dibandingkan yang di bagian bawah. Float akan naik saat aliran fluida gas
maupun cair meningkat dan berhenti sesaat di mana gaya gravitasi bernilai
sama dengan tekanan aliran fluida ke atas. Pada laju aliran rendah, float akan
berputar di bagian bawah tabung. Karena bentuknya yang meruncing ke
bawah, maka tidak ada ruang untuk fluida masuk ke dalam rotameter. Hal ini
menyebabkan terjadinya aliran fluida yang laminar dan tergantung pada
viskositas. Konsep ini dijelaskan pada Hukum Hagan-Poiseuille. Sedangkan
untuk laju aliran tinggi, float akan berada di bagian atas tabung. Bagian atas
tabung lebih lebar dari bagian bawah tabung dan lebih lebar dari float.
Keadaan ini menyebabkan terciptanya ruang kosong antara float dengan
tabung pengukur. Ruang kosong ini menyebabkan terciptanya aliran turbulent
atau aliran yang tidak seragam melintas pada ruang kosong yang tercipta
antara float dan tabung pengukur (Record & Beecroft, 2022).

4
Gambar 1. Struktur Alat Peneraan Laju Alir Fluida Rotameter
Sumber : (Record & Beecroft, 2022)
Pada keadaan stabil atau ketika tinggi pelampung float sudah tidak
mengalami pergerakan naik-turun, terjadi kesetimbangan antara gaya ke atas
(gaya Archimedes) dengan gaya ke bawahnya yaitu gaya berat ditambah gaya
geseknya. Persamaan yang terjadi pada proses mengatur tinggi float adalah
sebagai berikut.
𝑊 =𝐹 +𝐹 (2)
Gaya gesek diabaikan sehingga Fg = 0
Sehingga,
𝑊=𝐹 (3)
𝐹 = 𝑔𝑉 (4)
4 (5)
𝐹 = 𝑔 𝜋𝑟
3
dengan,
W = gaya berat (g.cm/s2)
Fa = gaya archimedes (g.cm/s2)
Fg = gaya gesek (g.cm/s2)
ρ = massa jenis float (g/cm3)

5
r = jari-jari float (cm)
g = gaya gravitasi (cm/s2)
Berikut adalah gaya-gaya yang bekerja pada float rotameter.

Gambar 2. Diagram Pembagian Gaya pada Float


Sumber : Dokumen penulis
Kalibrasi adalah penentuan keakuratan simbologi umum sebuah instrumen
alat dengan cara membandingkan dengan standar dimensinya yang ditelusuri
dari standar nasional atau internasional dan mengikuti petunjuk dari ISO atau
IEC Guide 17025:2005. Kalibrasi bertujuan untuk memastikan keakuratan
hasil pengukuran atau pemeriksaan yang dilakukan oleh sebuah instrumen
agar konsisten dengan instrumen lain. Alat uji ukur alir dapat dikalibrasi
secara gravimetrik dan volumetrik. Sebuah rotameter biasanya dirancang
untuk suatu kerapatan gas dan rentang aliran tertentu. Jika sebuah rotameter
tidak dikalibrasi terhadap kondisi tersebut, keakuratan akan berkurang.
Mengkalibrasi rotameter akan mengidentifikasi kondisi referensi di mana
rotameter akan digunakan, sehingga dapat menghasilkan pengukuran yang
paling tepat (Paton, 2005).

6
Pada percobaan peneraan alat ukur laju alir fluida, terdapat kondisi-kondisi
tertentu yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah kondisi overflow.
Kondisi overflow adalah kondisi ketika air sudah mengalir keluar melalui pipa
overflow. Aliran overflow bertujuan agar tekanan hidrostatis pada dasar bak
konstan sehingga aliran air yang keluar juga konstan. Kondisi lain yang perlu
diperhatikan adalah ketinggian pipa pengeluaran harus sejajar dengan
ketinggian air di dalam botol penampung air. Hal ini dilakukan agar tekanan
hidrostatisnya sama sehingga aliran fluida menjadi konstan (Perry & Green,
1997).

7
III. Metodologi Penelitian
A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan peneraan alat ukur
laju alir fluida adalah:
1. Air ledeng
Air ledeng tidak memiliki sifat hazard yang berbahaya.
2. Udara
Udara tidak memiliki sifat hazard yang berbahaya
B. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan peneraan alat ukur laju alir
fluida ditunjukkan oleh gambar rangkaian alat berikut:

Gambar 3. Rangkaian Alat Percobaan Pengukuran Laju Alir Zat Alir


Cairan
Keterangan:
1. Statif
2. Float Rotameter
3. Rotameter
4. Pipa Pengeluaran
5. Gelas Beker

8
6. Bak Penampungan Air
7. Pipa Pengatur Aliran ke Bak
8. Pipa overflow
9. Pipa Pengatur Aliran ke Rotameter
10. Stopwatch
11. Termometer ruangan
12. Gelas ukur

Gambar 4. Rangkaian Alat Percobaan Pengukuran Laju Alir Zat Alir


Gas
Keterangan:
1. Pressure Gauge
2. Kran overflow
3. Kompressor
4. Kran pengatur aliran
5. Pipa pengatur aliran ke botol 1
6. Pipa overflow botol 1
7. Botol penampung air 1
8. Botol penampung air 2
9. Rotameter
10. Float rotameter gas
11. Pipa pengeluaran

9
12. Gelas ukur
13. Kran pengatur tabung pengaman
14. Kran pembuangan udara
15. Tabung pengaman
C. Cara Kerja
1. Peneraan Laju Alir Zar Cair
Suhu air ledeng di gelas ukur diukur dengan termometer alkohol
110 oC. Kran pemasukan dibuka untuk mengisi bak penampungan
air hingga penuh dan terjadi aliran overflow. Ketinggian float diatur
hingga posisi float stabil dalam rotameter. Cairan dialirkan melalui
pipa pengeluaran selama 30 detik, dihitung menggunakan
stopwatch, dan ditampung menggunakan bak penampung. Debit
cairan yang tertampung pada bak diukur menggunakan gelas ukur
yang tersedia. Volume air tertampung dan waktu pada stopwatch
dicatat. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali berurutan
untuk ketinggian float yang sama. Langkah-langkah tersebut
diulangi percobaan untuk 4 ketinggian float yang berbeda.
2. Peneraan Laju Alir Zat Gas
Suhu udara diukur menggunakan termometer ruangan.
Rangkaian alat disiapkan dan semua kran pada rangkaian alat
ditutup. Botol penampung diisi dengan air hingga tanda batas.
Ketinggian cairan pada selang pengeluaran akhir diatur dengan
tinggi cairan pada penampung gas agar sejajar. Kompresor
dinyalakan dan diisi dengan udara hingga tekanan 5 kg/cm². Kran
penghubung tabung pengaman dan kompresor dibuka sehingga
tabung gas pengaman terisi udara. Kran penghubung tabung gas dan
rotameter dibuka. Ketinggian float diatur hingga posisi float stabil
dengan mengatur bukaan kran pada tabung pengaman. Cairan
dialirkan melalui pipa pengeluaran selama 30 detik, dihitung
menggunakan stopwatch, dan ditampung menggunakan gelas beker.
Debit cairan yang tertampung pada bak diukur menggunakan gelas
ukur yang tersedia. Volume air tertampung dan waktu pada

10
stopwatch dicatat. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali
berurutan untuk ketinggian float yang sama. Langkah-langkah
tersebut diulangi percobaan untuk 4 ketinggian float yang berbeda.
Tekanan akhir udara yang tersisa di kompresor dicatat pada laporan
sementara. Udara yang tersisa di dalam kompresor dan tabung
pengaman dikeluarkan.

11
D. Analisis Data
1. Menghitung Debit Fluida
Perhitungan debit untuk masing – masing ketinggian float (h)
dapat dicari melalui persamaan berikut.
𝑉 (6)
𝑄 =
𝑡

Keterangan:
Qn = debit fluida (cm3/s)
Vn = volume fluida yang tertampung (cm3)
tn = waktu penampungan fluida (s)
n = data ke-1, 2, 3,…, n
2. Menentukan Hubungan Debit Fluida Cair dan Gas (Q) dengan
Ketinggian Float Dalam Rotameter (h
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode
pendekatan linear. Bentuk persamaan dari metode pendekatan linear
adalah sebagai berikut.
𝑦 = 𝐴. 𝑥 + 𝐵 (7)

12
IV. Hasil dan Pembahasan
Percobaan peneraan alat ukur laju alir fluida memiliki tujuan untuk
membuat kurva standar hubungan debit fluida dengan ketinggian float
rotameter. Fluida yang diukur debitnya pada percobaan kali ini ada dua
macam, fluida cair dan fluida gas. Pengukuran laju alir fluida dilakukan
menggunakan media air ledeng. Pengukuran laju alir fluida cair dilakukan
dengan cara mengukur volume air yang keluar pada waktu dan ketinggian
float tertentu pada rotameter. Pengukuran laju alir fluida gas dilakukan dengan
cara memasukkan gas pada galon air dan mengukur volume air yang keluar
pada waktu dan ketinggian float tertentu pada rotameter.
R-square adalah sebuah data yang menunjukkan keakuratan suatu data
dengan garis trend. R-square berada pada rasio 0-1. Semakin R-square
mendekati nilai 1, maka semakin akurat persamaan garis trend yang terbentuk.
Sebaliknya, semakin R-square mendekati nilai 0, maka tingkat keakuratan
persamaan garis trend juga menurun.
Terdapat 3 metode pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendapatkan
informasi tentang hubungan debit fluida dengan ketinggian float pada
rotameter. Metode yang bisa digunakan diantaranya adalah metode
pendekatan linier, metode pendekatan logaritmik, dan metode pendekatan
exponensial. Metode pendekatan dipilih yang persamaannya memiliki r-
square tertinggi. Metode pendekatan linear memiliki bentuk umum y=ax+b
dengan bentuk kurva berupa garis lurus naik.
Hasil dari percobaan kali ini, pada batch 1 dan batch 2 digunakan metode
pendekatan linear baik untuk laju alir fluida cair dan laju alir fluida gas.
Metode ini dipilih karena nilai r-square-nya yang paling mendekati 1. Bentuk
kurva dari persamaan linear adalah berupa garis lurus dengan persamaan
linier,
𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏 (8)

13
19
y = 2.3750x + 0.7168

Laju Alir Fluida Cair, cm3/s


17 R² = 0.9967

15

13

11

7
2 3 4 5 6 7 8
Ketinggian float, cm

Grafik Laju Alir Fluida Cair Linear (Grafik Laju Alir Fluida Cair)

(a)
16
y = 2.3243x + 1.5924
14
R² = 0.9989
Laju Alir Fluida, cm3/s

12
10
8
6
4
2
0
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0
Ketinggian Float, cm

Q percobaan Linear (Q percobaan)

(b)
Gambar 5. Grafik Kurva Standar Laju Alir Fluida Cair dengan
Ketinggian Float, (a) batch 1 dan (b) batch 2
Metode pendekatan yang digunakan dalam pembahasan laju alir fluida cair
ini kedua batch menggunakan pendekatan linier. R-square yang diperoleh
batch 1 seberar 0.9967 dan persamaan yang didapatkan dari pendekatan
tersebut pada gambar 3a adalah
𝑄 = 2.3750ℎ + 0.7168 (9)

14
Sedangkan untuk batch 2 diperoleh R-square sebesar 0.9989 dan persamaan
yang didapatkan dari pendekatan tersebut pada gambar 3b adalah
𝑄 = 2.3243ℎ + 1.5924 (10)
Kedua kurva standar tersebut memiliki trend positif dimana debit air atau laju
alir fluida yang didapatkan akan semakin tinggi dengan naiknya ketinggian
float pada rotameter.
6.6
y = 0.3018x + 4.9031
Laju Alir Fluida Gas, cm3/s

6.4
R² = 0.9688
6.2
6
5.8
5.6
5.4
5.2
5
0 1 2 3 4 5 6
Ketinggian float, cm

Grafik Laju Alir Fluida Gas Linear (Grafik Laju Alir Fluida Gas)

(a)
5.9
y = 0.1819x + 5.0075
5.8
R² = 0.9951
Laju Alir Fluida, cm3/s

5.7
5.6
5.5
5.4
5.3
5.2
5.1
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0
Ketinggian Float, cm

Q percobaan Linear (Q percobaan)

(b)
Gambar 6. Grafik Kurva Standar Laju Alir Fluida Gas dengan Ketinggian
Float, (a) batch 1 dan (b) batch 2

15
Pada peneraan laju alir fluida gas, metode pendekatan yang digunakan
oleh kedua batch adalah metode pendekatan linier. R-square yang diperoleh
batch 1 seberar 0.9688 dan persamaan yang didapatkan dari pendekatan
tersebut pada gambar 4a adalah
𝑄 = 3018ℎ + 4.9031 (11)
Sementara untuk batch 2, R-square yang diperoleh bernilai 0.9951 dan
persamaan yang didapatkan dari pendekatan tersebut pada gambar 4b adalah
𝑄 = 0.1819ℎ + 5.0075 (12)
Grafik pada kurva menunjukkan trend yang positif. Hal tersebut ditandai
dengan semakin besarnya laju alir fluida seiring dengan bertambah tingginya
posisi float pada rotameter yang sesuai dengan persamaan Bernoulli. Hal ini
terjadi karena gaya dorong yang dapat mendorong float semakin tinggi
sehingga ketinggian float sebanding dengan debit fluida yang mengalir.
Alat-alat yang digunakan dalam laju pengukuran laju alir fluida
menggunakan prisnip persamaan Bernoulli. Persamaan Bernoulli menjelaskan
hubungan antara kecepatan alir fluida dengan kecepatan yang menyatakan
bahwa kenaikan kecepatan alir fluida akan menyebabkan penurunan
tekanannya. Pada alat ukur rotameter terjadi konversi energi yang
menimbulkan adanya perbedaan tekanan antara bagian atas dan bawah
rotameter. Sehingga untuk memenuhi persamaan Bernoulli maka aliran fluida
akan mengalir lebih deras dan float bergerak ke atas dan ke bawah. Volume
flowrate pada rotameter yang berubah sesuai dengan ketinggian dapat juga
dihitung menggunakan persamaan Bernoulli.
Hasil persamaan laju alir fluida berbeda untuk kedua batch. Perbedaan ini
disebabkan oleh beberapa teknis. Penyebab dari perbedaan yang terjadi adalah
ketinggian pipa pengeluaran yang tidak sejajar secara tepat dengan ketinggian
air di galon penampung. Hal ini menyebabkan laju alir fluida yang tidak
konstan karena terdapat pengaruh lain dari selain pengaruh tekanan rotameter.
Penyebab lain dari perbedaan dari kedua batch adalah ketinggian float yang
sulit untuk ditetapkan. Hal ini terjadi karena terjadi karena aliran turbulent
atau aliran tidak seragam yang melintas pada float rotameter dikarenakan ada
ruang kosong diantara float dan dinding tabung rotameter. Aliran turbulent ini

16
biasa terjadi di bagian rotameter atas atau pada laju aliran tinggi. Akibat dari
ketinggian float yang tidak konstan menyebabkan debit fluida yang keluar
juga tidak konstan. Sehingga debit fluida yang terbaca antarkedua batch
sedikit berbeda.

17
V. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan ini, dapat disimpulkan:
1. Hubungan antara ketinggian float dengan laju alir fluida berbanding lurus
pada laju alir zat cair dan laju alir zat gas yang disebabkan perbedaan
tekanan yang besar sehingga laju alir juga besar menyebabkan gaya
dorong besar dan ketinggian float bertambah.
2. Hasil percobaan yan didapatkan pada percobaan ini adalah:
a. Peneraan Laju Alir Fliuda Cair:
● Batch 1
Pendekatan Linier : Q = 2,3750h + 0,7168
Nilai R-Square: 0,9967
● Batch 2
Pendekatan Linier : Q = 2,3243h + 1,5924
Nilai R-Square: 0,9989
b. Peneraan Laju Alir Fluida Gas:
● Batch 1
Pendekatan Linier : Q = 3,018h + 4,9031
Nilai R-Square: 0,9688
● Batch 2
Pendekatan Linier : Q = 0,1819h + 5,0075
Nilai R-Square: 0,9951

18
VI. Daftar Pustaka
Brown, G. G. (1950). Measurement of Flow of Fluids. Unit Operation.
Ghurri, A. (2014). Dasar-Dasar Mekanika Fluida. Dasar-Dasar Mekanika
Fluida, 78.
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/2e54aeb12421e
e1a17c35e14ba49cb23.pdf
Henderson, M. A., & Runcie, C. (2020). Gas, tubes and flow. Anaesthesia &
Intensive Care Medicine, 21(4), 190–194.
https://doi.org/10.1016/J.MPAIC.2020.01.004
Measurement. (2014). Pipeline Rules of Thumb Handbook, 541–624.
https://doi.org/10.1016/B978-0-12-387693-5.00015-2
Paton, R. (2005). Calibration and Standards in Flow Measurement. Flow
Measurementt and Instrumentation, 1–3, 5.
Perry, R. H., & Green, D. W. (1997). Perry’s Chemical Engineers. McGraw-
Hill Book Co.
Record, N., & Beecroft, C. (2022). Principles of the anaesthetic machine.
Anaesthesia & Intensive Care Medicine, 23(1), 1–5.
https://doi.org/10.1016/J.MPAIC.2021.09.007

19
VII. Lampiran
A. Data Percobaan
1. Peneraan Laju Alir Zat Cair
h (cm) 1 2
T (oC) 28 28
Q = V/t 120 120 120 190 190 190
(cm3/s) 30,28 30,37 30,35 30,28 30,28 30,06

3 3,1
28 29
260 255 255 245 240 245
30,31 30,06 30,25 30,18 30,00 30,16

4
29
310 310 305 325 325 325
30,22 30,07 29,96 30,37 30,29 30,28

5
29
385 375 380 420 400 395
30,25 30,16 30,22 30,31 30,31 30,31

6,3 7
29 29
460 465 460 529 526 527
30,06 29,97 29,82 30,06 30,28 29,94

20
2. Peneraan Laju Alir Gas
h (cm) 1
T (oC) 30
Q = V/t 156 160 155 156 160 155
(cm3/s) 30,28 30,34 30,16 30,28 30,34 30,06

1,5 2
30 30

160 158 162 163 167 165 165 155 167

30,22 30,22 30,19 30,13 30,22 30,03 30,25 30,31 30,28

3 4
30 30

167 170 165 175 172 180 185 190 190

30,25 30,28 30,28 30,19 30,22 30,15 30,28 30,1 30,09

4,5 5
30 30

175 180 175 190 190 190

30,28 30,06 30,40 29,98 30,19 30,12

B. Perhitungan
1. Menghitung Nilai Debit Fluida Cair dan Gas (Q)
Debit fluida cair dan gas (Q) dapat dicari menggunakan data
ketinggian (h), volume (V), dan waktu (t).

21
a. Menghitung Nilai Debit Fluida Cair (Q)
Berikut merupakan contoh perhitungan untuk menghitung nilai debit
fluida cair dengan ketinggian 1 cm, volume 120 cm3, dan waktunya
30,28 detik sebagai berikut:

Q=
,

Q = 3,9630 cm3/s
Perhitungan yang sama digunakan untuk menghitung debit fluida cair
dengan ketinggian, volume, dan waktu yang berbeda. Berikut
merupakan tabel hasil pehitungannya:
i. Batch 1
h (cm) Volume (cm3) Waktu (s) Debit (cm3/s)
3,1 245 30,06 8,1504

3,1 240 30,28 7,9260

3,1 245 29,94 8,1830


4 310 30,06 10,3127
4 310 29,97 10,3437
4 305 29,82 10,2280
5 385 30,25 12,7273
5 375 30,16 12,4337
5 380 30,22 12,5745
6,3 460 30,06 15,3027
6,3 465 30,28 15,3567
6,3 460 29,94 15,3640
7 529 30,06 17,5981
7 526 29,97 17,5501
7 527 29,82 17,6727

22
ii. Batch 2
h (cm) Volume (cm3) Waktu (s) Debit (cm3/s)
1 120 30,28 3,9630

1 120 30,37 3,9513

1 120 30,35 3,9539


2 190 30,28 6,2748
2 190 30,28 6,2748
2 190 30,06 6,3207
3 260 30,31 8,5780
3 255 30,06 8,4830
3 255 30,25 8,4298
4 325 30,37 10,7014
4 325 30,29 10,7296
4 325 30,28 10,7332
5 420 30,31 13,8568
5 400 30,31 13,1970
5 395 30,31 13,0320

b. Menghitung Nilai Debit Fluida Gas (Q)


Berikut merupakan contoh perhitungan untuk menghitung nilai debit
fluida gas dengan ketinggian 1 cm, volume 156 cm3, dan waktunya
30,28 detik sebagai berikut:

Q= ,

Q = 5,1519 cm3/s

23
Perhitungan yang sama digunakan untuk menghitung debit fluida gas
dengan ketinggian, volume, dan waktu yang berbeda. Berikut
merupakan tabel hasil pehitungannya:
i. Batch 1
h (cm) Volume (cm3) Waktu (s) Debit (cm3/s)
1 156 30,28 5,1519

1 160 30,34 5,2736

1 155 30,16 5,1393


2 163 30,13 5,4099
2 167 30,22 5,5261
2 165 30,03 5,4945
3 175 30,19 5,7966
3 172 30,22 5,6916
3 180 30,15 5,9701
4 185 30,28 6,1096
4 190 30,10 6,3123
4 190 30,09 6,3144
5 190 29,98 6,3376
5 190 30,19 6,2935
5 190 30,12 6,3081

24
ii. Batch 2
h (cm) Volume (cm3) Waktu (s) Debit (cm3/s)
1 156 30,28 5,1519

1 160 30,34 5,2736

1 155 30,06 5,1564


1,5 160 30,22 5,2945
1,5 158 30,22 5,2283
1,5 162 30,19 5,3660
2 165 30,25 5,4545
2 155 30,31 5,1138
2 167 30,28 5,5152
3 167 30,25 5,5207
3 170 30,28 5,6143
3 165 30,28 5,4491
4,5 175 30,28 5,7794
4,5 180 30,06 5,9880
4,5 175 30,40 5,7566

25

Anda mungkin juga menyukai