Anda di halaman 1dari 306

UC-NRLF

$B 779 246

10 N
ALEY
ARY
CF

enderal A.H. NASUTION

TNI

TENTARA NASIONAL INDONESIA


4.
''

200

TENTARA NASIONAL INDONESIA


IND - 625

TENTARA NASIONAL INDONESIA

||

oleh :

Djenderal A.H. Nasution


1.

Tjetakan pertama

SM

Penerbit : SERULING MASA Djakarta


1968
1A853

15 N291
V. 2

$/Se Asia
DAFTAR ISI

halaman

A. Kata Pengantar 7

B.

1. Persoalan- persoalan jang pokok dalam TRI 9

2. Pertentangan antara Politik dan Strategi 49

3. Tentara Nasional Indonesia 79

4. Reorganisasi & Rasionalisasi (1 ) 123

5. Reorganisasi & Rasionalisasi (2) 177

6. Reorganisasi & Rasionalisasi (3) 233

C. Gambar-Gambar

D. Lampiran 259
сл
5
Panglima Besar Djendral Soedirman kembali dari melak.
sanakan tugas militer jang merupakan pokok perdjuangan
dalam Perang Kemerdekaan ke II,
Naskah TENTARA NASIONAL INDONESIA (TNI) I,
II dan III jang ditulis antara tahun2 1953 - 1956. TNI I telah
dua kali terbit, sedang TNI III sudah siap untuk ditjetak.
Seperti disebut diatas, bahwa naskah TNI itu ditulis pada
masa liberialisme. Seperti kita ketahui kemudian masa liberalisme
itu diachiri dengan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Djuli 1959 .
Namun naskah TNI tersebut sama sekali tidak mengalami pero
bahan isi, karena titik tolak, titik pandangan dan kewadjiban serta
tudjuan ABRI/TNI jang digambarkan pengarang adalah atas da
sar Pantjasila --- UUD 1945. Karena memang pada masa liberal
isme itu ABRI/TNI selalu mengemukakan gagasan untuk kembali
pada UUD 1945 sebagai satu sjarat mutlak untuk mengatasi
kesukaran dalam negara dan dengan demikian diharapkan ber
satunja potensi nasional untuk Ampera. Karena ,,Kewadjiban
ABRI/TNI sebagai tulang punggung Negara selamanja harus te
tap memperkuat dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulat
an” . * )
ABRI/TNI baik sebagai alat sosial-revolusi maupun sebagai
alat Hankam Nasional adalah tetap mendjadi tulang punggung
Negara, " jang tidak mengenal menjerah kepada siapapun jang
akan mendjadjah Negara /Bangsa Indonesia. " * ) .
Dalam pada itu pada ,,Sedjarah Perdjuangan Nasional dibi
dang Bersendjata" ( 1964 ) telah dimuat Paristiwa Pemberontakan
PKI - Madiun dan persiapan² RI terutama mengenai bidang Han
kam dalam menghadapi Perang Kemerdekaan Kedua . Dalam buku
TNI II ini dimuat djuga hal² itu dengan maksud untuk membawa
pembatja pada suatu pengertian rentetan kedjadian dari Perang
Kemerdekaan Pertama, persiapan2 dalam menghadapi Perang Ke
merdekaan Kedua dan penumpasan Pemberontakan PKI - Madiun
( 1948) .

Djakarta, 1964
Penjusun,

drs moela marboen

* ) Amanat Panglima Besar Djenderal Sudirman

7
Am
"
"
1 Persoalan² jang - pokok.

dalam TRI.

Didalam Republik ada dua pen


dapat jang bertentangan tentang posisi serta tugas
TRI dalam perdjoangan chususnja dan dalam ne
gara umumnja . Jang satu, jaitu pihak pemerintah ,
menganggap TRI sebagai alat pemerintah belaka,
jang berupa alat teknis untuk dipergunakan oleh pe
merintah . Pihak lain, terutama kalangan badan-ba
dan perdjoangan, memandang tentara itu sebagai ba
gian jang vital, jang hidup, daripada negara. Mereka
menganggap tentara terutama sebagai alat rakjat
jang berevolusi , atau pendeknja alat revolusi . Banjak
dari mereka jang bahkan mengandjurkan adanja pe
merintahan rakjat dan tentara.
Dalam djurusan ini dapat kita ikuti pikiran dari
pihak Persatuan Perdjoangan, jang senantiasa me
mulihkan pikiran pada perdjoangan rakjat bersen
djata setjara semesta. Dapat kita sadari isi dari kon
sep-konsep jang golongan ini adjukan .
Djuga dalam konsep-konsep peristiwa 3 Djuli, jang
dibuat oleh Moh. Yamin dkk . kita batja pula :

Maklumat no. 2.

Atas desakan rakjat dan tentara dalam tingkatan


kedua revolusi Indonesia , jang berdjoang untuk mem
bela seluruh rakjat dan seluruh kepulauan dibawan
kedaulatan negara Republik Indonesia atas kemer
dekaan seratus prosen maka kami Presiden Repu

9
blik Indonesia pada hari ini memperhentikan seluruh
kementerian Negara Sutan Sjahrir dan Amir Sjari
fuddin .
Jogjakarta , 3 Juli 1946
Presiden Republik Indonesia .

Maklumat no. 3 :
Atas desakan rakjat dan tentara dalam tingkatan
kedua revolusi Indonesia jang berdjoang untuk mem
bela seluruh rakjat dan seluruh kepulauan Indonesia
dibawah lingkungan kedaulatan negara Republik
Indonesia atas kemerdekaan seratus prosen dan ber
hubung dengan seluruh rakjat dan seluruh kepulauan
dalam bahaja perang, maka kami Presiden Republik
Indonesia menjerahkan kekuasaan rakjat jang di
tangan kami jang berkenan dengan pembelaan dan
pengawasan negara kepada Panglima Besar angkatan
darat, laut dan udara ber- sama dengan markasnja,
dan jang berkenaan dengan pimpinan politik, sosial
dan ekonomi kepada dewan pimpinan politik .
Anggota dewan pimpinan politik dan kementerian
jang baru dengan segera akan diumumkan.

Jogjakarta, 3 Juli 1946


Presiden Republik Indonesia.

Mengenai tentara dan politik oleh Tan Malaka di


tulis dalam ,, Gerpolek" (Gerilja, Politik dan ekonomi )
hal. 24, 25, 26 :

Memperbedakan siasat perang dengan politik.


Perang adalah kelandjutan politik.
Apabila pertikaian politik antara negara dengan
negara, antara satu bangsa tertindas dengan bangsa
pendjadjah, atau antara satu kelas tertindas dengan
kelas penindas tiada dapat lagi diselesaikan dengan
djalan damai , maka peranglah jang akan mendjadi
hakim .

10
Peranglah jang akan menentukan siapa jang benar
dan siapa jang salah . Dalam hal ini dunia mengang
gap, jang menang peranglah pihak jang benar.
Tetapi siasat perang harus dibedakan dengan po
litik .
Oleh sesuatu negara-merdeka , maka kalimat diatas
ini biasanja ditafsirkan , bahwa djanganlah perbe
daan paham politik dimasukkan kedalam tentara . Te
gasnja djanganlah pertjektjokan antara partai-kolot
(Konserpatip ) , Partai Liberal atau Demokratis , Par
tai Sosialis atau Kominis dan lain-lain ditarik -tarik
pula kedalam ketentaraan . Petuah jang biasa dipakai
berbunji ,,Tentara itu tiada berpolitik" .
Oleh Keiser Wilhelm II , ketika meletusnja perang
dunia kesatu , petuah itu dilaksanakan dengan utjap
an : ,,Saja tak mengenal partai ! Saja tjuma menge
nal orang Djerman."
Kedua petuah tersebut bermaksud supaja tentara
tjuma memikirkan soal pertempuran sadja . Tak usah
lah tentara itu memikirkan garis politik negara
nja. Serahkan sadjalah urusan politik itu kepada
para ahli politik .
Selain daripada tafsiran diatas , maka ada pula
tafsiran jang lain . Jaitu : bedakanlah urusan jang
semata-mata urusan politik ( dalam arti bentuk dan
kewadjiban sesuatu pemerintahan ) dengan urusan
perang semata - mata .
Tegasnja pula : Bedakanlah soal garis politik serta
tjara bagaimana mendapatkan makanan , pakaian
dan sendjata untuk tentara itu dengan tjara bagai
mana mengatasi musuh dalam pembelaan serta pe
njerangan.
Kedua tafsiran dari negara - merdeka tersebut dia
tas mendapat tjorak lain bagi sesuatu masjarakat
jang sedang berevolusi.
Bukankah pula sesuatu negara-merdeka itu sudah
mempunjai kepastian tentang soal daerah dan batas,
soal kebangsaan kewargaan dan djumlah penduduk,
serta soal bentuk dan kewadjiban pemerintahnja

11
dan lain-lain itu ? Dan bukanlah sebaliknja sesuatu
bangsa atau kelas jang berevolusi itu , djustru se
dang memperdjoangkan masjarakat dan negara itu,
jakni memperdjoangkan daerah batas , warga pendu
duk serta bentuk dan kewadjiban pemerintah dan
lain-lain itu ?

Memangnja ada persamaan, tetapi ada pula per


bedaan bagi sesuatu negara-merdeka dan bagi se
suatu masjarakat-berdjoang berhubung dengan ke
dua tafsiran diatas tadi.

Masjarakat-berdjoang dan negara-perang memang


nja keduanja sama-sama membedakan urusan po
litik dengan kewadjiban tentara . Tegasnja ialah ,
bahwa, keduanja itu haruslah sama2 membedakan
urusan menentukan garis politik dan tjara bagaimana
mendapatkan makanan, pakaian dan sendjata bagi
tentara dengan siasat membela dan menjerang.

Tetapi berbeda dengan sesuatu negara-merdeka ,


maka bagi bangsa dan kelas berdjoang (seperti kita
sekarang) memangnja politik , dalam arti paham -ide
ologi, itulah jang seharusnja mendjadi otak-djan
tung, atau kejakinan-tekadnja sesuatu tentara rak
jat, tentara murba, tentara bambu-runtjing.

Bangsa atau kelas-berdjoang itu, jang bersendjata


serba sederhana itu, djustru harus mempunjai ten
tara jang berpaham, ber-ideologi , berkejakinan-po
litik . Paham , ideologi dan politik kebangsaan atau
politik keproletaran itulah sendjata tentara-kemer
dekaan jang nomor satu ! Begitulah dimasa revolusi
Bordjuis di Prantjis (1789 ) dan demikian pula hal
nja dimasa revolusi Bordjuis dan Proletaris di Rusia
(1917) !
Sang gerilja jang berpolitik djelas-tegas itu ber
kewadjiban, berusaha sekeras-kerasnja mempenga
ruhi paham pasukannja, serta rakjat disekitarnja,
sambil berusaha mendapatkan semua kebutuhan hi
dup dan pertempuran bagi pasukannja. Pasukan dan

12
rakjat berdjoang buat kemerdekaan itu , harus me
ngerti dan setudju dengan isi kemerdekaan itu !
Memangnja djuga sang gerilja membedakan dan
memisahkan siasat perang dengan politik . Berhubung
dengan itu, maka dibelakangnja pula organisasi ke
pradjuritan dengan organisasi politik dan ekonomi.
Tetapi (seperti djuga bagi negara-merdeka tadi ) ,
maka organisasi politik dan tentara itu bekerdja-sama
dimana tentara berada dibawah pengawasan (super
99
vision) -nja politik ! ....
Dikalangan tentara sendiri , apalagi dikalangan lasj
kar-lasjkar, bagian jang terbesar tjondong kepada
idee bahwa tentara itu bukanlah alat pemerintah be
gitu sadja, melainkan adalah alat perdjoangan jang
hidup . Panglima Besar Sudirman berkali-kali me
ngamanatkan : Tentara bukan alat mati tapi alat jang
hidup . Disiplin tentara bukanlah disiplin kadaver,
melainkan disiplin jang berdjiwa. Dan Panglima Be
sar kita tidaklah memantangi persoalan politik ne
gara, melainkan beliau mengeluarkan suaranja dan
bergaul rapat dengan kaum politik , bahkan tempo
tempo beliau mendjadi djuru tengah .
Posisi lasjkar-lasjkar atau badan-badan perdjo
angan adalah sebagai tenaga politik dan militer seka
ligus, karena mereka menganut perdjoangan rakjat
bersendjata, perdjoangan rakjat semesta .
Memang sulit menempatkan TRI se-mata2 seba
gai alat teknis dalam tangan pemerintah , mengingat
sifatnja sebagai tentara revolusi dan tentara rakjat,
jang lahir dengan serta-merta tanpa tuntunan dari
pemerintah. Sedjarah TRI ini menundjukkan suasana
terombang-ambing, karena ketjondongan kaum poli
tik serta ahli2 hukum kepada kelaziman dizaman Be
landa , bahwa tentara Knil itu adalah semata-mata
alat teknis dari pemerintah . Sebaliknja peladjaran
peladjaran dari lektur mengenai perang di Rusia . Yu
goslavia, Tiongkok dan sebagainja jang digemari

13
dewasa itu , memberi tjontoh lain, jang de fakto ter
djadi pula dalam negara kita dimasa taraf-taraf per
tama dari kelahiran Republik. Djuga pemimpin-pe
mimpin Islam bergiat membuat Hisbullah dan Sabil
illahnja jang merupakan massa jang memperdjoang
kan ideologi setjara ketentaraan.
Ketika revolusi sosial di Sumatera Timur berkobar,
mula-mula panglima A. Tahir bersikap tidak hendak
bertjampur-tangan , karena dianggapnja bahwa hal
itu adalah urusan politik semata-mata. Tapi sesudah
terdjadi kekatjauan -kekatjauan jang tak dapat di
pertanggung-djawabkan , dan badan-badan partikelir
telah mulai melakukan penangkapan-penangkapan
dan penjitaan- penjitaan , maka agar keadaan dapat
dikendalikan, panglima A.Tahir memaklumkan ke
adaan perang atau berlakunja hukum militer. Menteri
Amir Sjarifuddin datang sendiri dan membatalkan
pernjataan divisi itu , dengan dasar juridis bahwa tju
ma Presiden jang berhak memaklumkan pernjataan
demikian dan pula dengan alasan bahwa tentara tidak
boleh mentjampuri urusan sematjam itu.
Tjontoh jang lebih tegas terdjadi pada tahun 1946 di
Solo seperti jang telah disebut dalam djilid I , ketika
terdjadi pertikaian antara Pemerintah dengan partai2
jang terutama disebabkan oleh keinginan partai- partai
agar swapradja dihapuskan. Pada suatu ketika tim
bul penangkapan-penangkapan atas diri anggota
anggota direktorium, pemerintah daerah dan pemim
pin-pemimpin Barisan -Banteng . Pada dewasa itu timbul
persoalan, apakah disini telah terdjadi penangkapan
penangkapan ataukah pentjulikan-pentjulikan. Sedjak
tahun 1945 sudah biasa bahwa badan-badan perdjo
anganpun melakukan penangkapan-penangkapan atau
penghukuman-penghukuman , seperti terdjadi ditahun
1945 di Tangerang , Bekasi dan Tjibarusa.
Untuk mengatasi keadaan panglima Sutarto meng
ambil inisiatif membentuk ,,Pemerintahan Rakjat dan
tentara". Maka Kol . Sutarto mengambil tindakan un
tuk menguasai seluruh pemerintahan sedjak tanggal

14
1 Djuni 1946 dengan Maklumat No. 1 jang terkenal.
Pada sebelumnja sudah dipahami oleh Panglima
Besar Sudirman bahwa betapa perlu dalam tindakan
tindakannja tentara mengindahkan segi-segi politik.
Dengan keinsjafan atas posisi TRI dalam perdjc
angan negara jang total dalam membela kemerde
kaan, maka Panglima Besar Sudirman mementingkan
penelaahan dan pengetahuan tentang situasi jang
seluas-luasnja. Oleh karena itu dibentuklah Dewan
Penasehat, jang anggota-anggotanja terutama di
ambil dari kalangan politik , seperti Tirwan, Wachid
Hasjim, Bung Tomo dan Muwardi ( Pemimpin- pemim
pin dari dewan perdjoangan Djawa Barat, Nahdatui
Ulama, Barisan Pemberontak RI dan Barisan Ban
teng RI ) . Kemudian dewan ini diganti oleh suatu
,,Kabinet" Panglima Besar, dimana duduk anggota²
dari pelbagai aliran .
Panglima Besar telah menginstruksikan kepada
panglima-panglima divisi supaja membentuk badan
badan jang demikian, akan tetapi tidak semua me
ngerdjakannja.
Dalam soal ini banjak kegiatan dari Suljoadi
kusumo , bekas menteri Keamanaan Rakjat dari ka
binet jang pertama, dan jang mendjabat kepala ke
hakiman di MBT. Ia diperintahkan pula memper
siapkan pembentukan Dewan Pertimbangan Pang
lima Besar . Tapi dewan ini tidak pernah terwudjud
setjara resmi. Pendjabat ini berpendapat , bahwa
berhubung dengan tugas tentara dewasa itu , maka
perlulah ditanamkan pengertian politik jang luas.
Dalam persiapan itu diusahakannja buat djadi ang
gota beberapa orang bekas menteri dan pemimpin
pemimpin politik , seperti Budhyarto Martoatmodjo ,
Buntaran Martoatmodjo - - keduanja adalah penasehat
Djenderal Major Sudarsono, Panglima Divisi III
Prof. Mr. Supomo , Mr. Iwa Kusuma Sumantri,
Mr. Achmad Subardjo , Dr. Sukiman Wirjosandjojo ,
Mr. Djody Gondokusumo dan Moch. Saleh . Pertemu
an-pertemuan telah pernah diadakan tapi pemben

15
tukan resmi belum ditetapkan .
Atas instruksi Panglima Besar tiap divisi ha
rus mengadakan suatu badan demikian pula. Tapi
di Djawa Barat tertjapai tingkatan jang lebih erat,
jaitu koordinasi, jang disetudjui antara Dewan Per
djoangan Djawa Barat dengan saja dalam rapat di
Purwakarta tanggal 18 Djuli 1946. Organisasi tadi
terutama berpengaruh didaerah Djakarta dan Tjire
bon. Pemimpinnja jang terkemuka adalah Tirwan
dari Tjirebon dan Sutan Akbar serta Nurdin Pasa
ribu cs . dari Lasjkar Rakjat Djawa Barat. 10
Sesudah rapat dapat dikeluarkan maklumat seba
gai berikut :
Maklumat Divisi I no. 6 A.
Djakarta, 18 Juli 1946 . 4
*A
Dalam rapat antara panglima divisi I, divisi II,
14 .
wakil markas besar tentara ( MBT) , dan Dewan Per
+
djoangan Djawa Barat dan lain-lain instansi perdjo 146
angan di Purwakarta, telah dapat persetudjuan un
tuk membentuk suatu komando dan satu siasat per
djoangan buat Djawa Barat.
Dibentuk markas besar pertempuran terdiri atas
staf divisi I dan dokter ; Achmad, St. Akbar dan
Armansjah.
Sekarang terwudjud persatuan jang bulat dan
sekarang djuga wadjib terwudjud sampai kedaerah
daerah jang seketjil-ketjilnja .
Kegentingan telah memuntjak. Tidak ada wak
tu lagi untuk berbitjara dan berunding ; musuh te
rus menerus memperluas daerahnja di Djawa Barat. n
Sekarang djuga sisikan semua urusan lain daripada
pertahanan .
Bersatu dan kerahkan semua tenaga ! S

Merdeka !
Panglima Divisi I
(tt ) Djen. Maj . A. H. Nasution .

Dalam bekerdja sama itu terdapat perbedaan

16
pangkal pikiran jang menjulitkan, jakni bahwa TRI
terikat oleh kedudukannja sebagai alat negara jang
berhirarchi, sedangkan lasjkar adalah sepenuhnja
merupakan tenaga politik dan militer.
Ternjata kerdja-sama itu memang masih sulit
diwudjudkan, baik karena soal-soal pribadi, maupun
karena pandangan-pandangan jang berbeda-beda. Di
satu pihak tentara mengutamakan segi militer
teknis dengan berpegang kepada status sebagai alat
negara, dilain pihak pemimpin-pemimpin perdjoangan
menitik beratkan segi politis. Berhubung dengan hal
itu saja diundang pada tanggal 17 Agustus 1946
untuk berapat kembali di Krawang, jang dilakukan
dimarkas Biro Perdjoangan .
Dalam sedjarah perang-perang kemerdekaan kita
lihat tjontoh-tjontoh jang menjatakan, bahwa perdjo
angan jang semesta itu adalah tidak mengadakan
pemisahan jang tegas menurut hukum, atau subor
dinasi jang lazim menurut hukum antara politik dan
militer. Jang demikian dipraktekkan oleh lasjkar
lasjkar kita, sebagai pendjelmaan jang lebih tepat
dari perdjoangan bersendjata dari rakjat jang sedang
bergolak.
Perdjoangan kita telah berkali-kali mengalami
kerugian dan kebuntuan, karena tiadanja strategi
nasional jang selaras, dan karena dalam segala hal
terlalu mementingkan segi politik-juridis . Padaha!
seharusnja ada suatu strategi umum jang didasarkan
atas tudjuan dan kemampuan nasional iang mendia
di induk daripada strategi militer, politik, dan eko
nomi, jaitu suatu strategi jang dihasilkan oleh per
timbangan-pertimbangan militer , politik maupun eko
nomi. Sedangkan dimasa perang, politik dan ekonomi
seharusnjalah mendukung kepentingan militer.
Akan tetapi hal itu tidak berarti bahwa pimpin
an militer tidak berada dibawah supervisi pimpinan
politik.
Kupasan-kupasan ini adalah untuk menjatakan
bahwa tentara bukanlah buta atau bisu politik, me
lainkan bahwa tentara adalah berpolitik, bahwa ten

TNI II 2 17
ideologi negara P
parang harus turt
rak pertimbanganeres

onat, bahkan bahwa dim

tak dapat disangkala


man Tentara bukan al
adalah alat jang hidup. Disipl
ptin mati, melainkan adalah
Oleh sebab itu pula tak dan
tindakan Panglima Besar Su
at menjatakan pertimbangan-pe
www menentukan politik negara
demikian itu djangan sampai pa
sekses, karena tiap-tiap jang
ja merugikan djuga
SPENIP dikemukakan oleh pih
Mat keberatan mengenai usaha-us
tentara seperti adanja Pepolit d
90% diduduki oleh orang-or
ng melihat bahaja bahwa angkat
at dipengaruhi oleh suatu partai. LE 80
belandja negara adalah untuk
Pertahanan, jang lebih separuhnja buka
pembiajaan langsung bagi TRI, sehing
TUS jurigaan-ketjurigaan, kalau-kalau via
int diadakan kegiatan dengan kekuas
kepentingan ,,aliran sosialis". Pendi
Bersat
in Pepolit, Marxhouse, Asrama RI dan lain
akan atas inisiatif Amir Sjarifudi
mendapat ketjurigaan dari lawan-lawa
bahkan djuga dari MST
Amir senantiasa mengatakan, bahwa
Dala bel
m
indian sistim pertahanan rakjat total",
konsekwensi dan kita harus me
antara tentar da rakjat, maka
a didirikan pektorat Be Perdjoang
in badan jang sint pub . la men
toh utjapan Mao Tse Tung, bahwa tentara berada
Im rakjat seperti kan dalam air. Total people
nce adalah tak terpisah dari pada sistim kita
iting democracy", katanja dalam pelbagai ama
Tentara harus memegang peranan pelopor dalam
ksanaannja. Oleh karena itu usaha Kementerian
ahanan dewasa itu , katanja, tidak boleh dipan
* sebagai terlalu berbau politis.
aka untuk lebih memperdalam hal ini ada baiknja
ladjari dulu masalahnja dari masa taraf-taraf per
an revolusi kita.

entara kita mempunjai posisi ,,de jure" dan ,,de


o". (Memindjam istilah-istilah jang sangat ba
dipergunakan dewasa itu sebagaimana sering
takan oleh para pemimpin bahwa perdjoangan
telah mentjapai status de fakto , tinggal lagi per
ngan untuk memperoleh pengakuan de jure dari
a internasional ) .
sisi de fakto dari tentara kita diakibatkan oleh
ataan perdjoangan jang berakar dalam hakekat
joangan revolusi itu sendiri. Untuk memahami
harus kita sadari kembali perkembangan pada
ulaan revolusi. Setelah proklamasi, tidaklah se
dibentuk suatu tentara nasional dan tidaklan
diproklamirkan bahwa semua pegawai negeri
1jadi pegawai R.I. Karena pimpinan negara te
mementingkan diplomasi dengan segala segi
atas
ja jang politis-juridis, maka timbullah keragu
an, sehingga perdjoangan rakjat tidak disalur
timber melalui organisasi-organisasi resmi dari negara,
no
inkan tumbuh setjara spontan merupakan gerak
nomi
sehar ikjat. Sebelum instansi-instansi pemerintah jang
lisusun, disjahkan atau digiatkan. KNI dan BKR
mempunjai kekuasaan sebagai instansi politik
niliter, dan sebagai organisasi rakjat untuk me
politikkan negara baru. Kekuasaan KNI dan BKR de
> adalah diatas badan-badan pemerintah, walau
bah sebelum 16-17 Oktober nama resminja hanja se
lainka i pe pemer .
mban intah
tu
TNI
19
tara haruslah mendjadi teras ideologi negara. Pula
bahwa pimpinan angkatan perang harus turut me
nentukan politik negara, karena pertimbangan-per
timbangan strategis mendjadi bagian jang utama
dari penentuan politik nasional, bahkan bahwa dima
sa perang pertimbangan- pertimbangan militer ini di
keataskan. Oleh sebab itu tak dapat disangkal ama
nat Panglima Besar Sudirman : ,,Tentara bukan alat
jang mati, melainkan adalah alat jang hidup. Disiplin
tentara bukanlah disiplin mati, melainkan adalah di
siplin jang hidup". Oleh sebab itu pula tak dapat
disangkal sikap dan tindakan Panglima Besar Sudir
man jang selalu turut menjatakan pertimbangan-per
timbangannja dalam menentukan politik negara.
Akan tetapi jang demikian itu djangan sampai pula
menimbulkan ekses-ekses, karena tiap-tiap jang ber
lebih-lebihan achirnja merugikan djuga.
Ber-kali2 dalam BPKNIP dikemukakan oleh pihak
PNI dan Masjumi keberatan2 mengenai usaha-usa
ha politik dalam tentara seperti adanja Pepolit da
sebagainja, jang lk. 90 % diduduki oleh orang-orang
Sosialis, sehingga melihat bahaja bahwa angkatan
bersendjata dipengaruhi oleh suatu partai. Lk. 80%
dari anggaran belandja negara adalah untuk Ke
menterian Pertahanan, jang lebih separuhnja bukan
lah untuk pembiajaan langsung bagi TRI, sehingga
timbul ketjurigaan -ketjurigaan, kalau-kalau via ke
menterian ini diadakan kegiatan dengan kekuasaan
negara untuk kepentingan ,,aliran sosialis ". Pendidik
an-pendidikan Pepolit, Marxhouse , Asrama RI dan lain
lain jang diadakan atas inisiatif Amir Sjarifuddin
dkk. tetap mendapat ketjurigaan dari lawan-lawan
politiknja, bahkan djuga dari MBT.
Menteri Amir senantiasa mengatakan , bahwa kita
harus mewudjudkan sistim „ pertahanan rakjat total",
dan sebagai konsekwensi dari padanja kita harus me
ngatur hubungan antara tentara dan rakjat, maka
itulah sebabnja didirikan inspektorat Biro Perdjoang
an dan lain-lain badan jang bersifat politik . Ia men.

18
8
tjontoh utjapan Mao Tse Tung, bahwa tentara berada
dalam rakjat seperti ikan dalam air. Total people
defence adalah tak terpisah dari pada sistim kita
,,fighting democracy", katanja dalam pelbagai ama
nat. Tentara harus memegang peranan pelopor dalam
pelaksanaannja. Oleh karena itu usaha Kementerian
Pertahanan dewasa itu , katanja, tidak boleh dipan
dang sebagai terlalu berbau politis.
Maka untuk lebih memperdalam hal ini ada baiknja
dipeladjari dulu masalahnja dari masa taraf-taraf per
mulaan revolusi kita.

Tentara kita mempunjai posisi „ de jure " dan „ de


fakto". (Memindjam istilah-istilah jang sangat ba
njak dipergunakan dewasa itu sebagaimana sering
dikatakan oleh para pemimpin bahwa perdjoangan
kita telah mentjapai status de fakto, tinggal lagi per
djoangan untuk memperoleh pengakuan de jure dari
dunia internasional ) .
Posisi de fakto dari tentara kita diakibatkan oleh
kenjataan perdjoangan jang berakar dalam hakekat
perdjoangan revolusi itu sendiri. Untuk memahami
itu harus kita sadari kembali perkembangan pada
permulaan revolusi. Setelah proklamasi, tidaklah se
gera dibentuk suatu tentara nasional dan tidaklan
pula diproklamirkan bahwa semua pegawai negeri
mendjadi pegawai R.I. Karena pimpinan negara te
rus mementingkan diplomasi dengan segala segi
seginja jang politis-juridis, maka timbullah keragu
raguan, sehingga perdjoangan rakjat tidak disalur
kan melalui organisasi-organisasi resmi dari negara,
melainkan tumbuh setjara spontan merupakan gerak
an rakjat. Sebelum instansi-instansi pemerintah jang
lain disusun, disjahkan atau digiatkan. KNI dan BKR
telah mempunjai kekuasaan sebagai instansi politiä
dan militer, dan sebagai organisasi rakjat untuk me
negakkan negara baru. Kekuasaan KNI dan BKR de
fakto adalah diatas badan-badan pemerintah , walau
pun sebelum 16-17 Oktober nama resminja hanja se
bagai pembantu pemerintah.

19
Baik dipusat maupun didaerah, dengan melalui
KNI BKR-nja, Rakjat telah mengambil tindakan
tindakan jang mendahului pemerintah. Pengoperan
kekuasaan-kekuasaan sipil dan militer sedaerah dan
setempat adalah atas inisiatif KNI - BKR dan teru
tama rakjat, dimana sering kali tidak ada instruksi
tuntunan dari pusat, bahkan karena pertimbangan
politis-juridis pusat sering seolah-olah menghambat
inisiatif-inisiatif jang spontan itu .
Karena inisiatif dan semangat pemuda-pemuda
kita, maka BKR jang semula tjuma dimaksud seba
gai bagian dari BPKKP sadja, mengambil wudjud
sebagai pasukan -pasukan rakjat bersendjata jang
merebut kekuasaan militer dari tangan Djepang dan
bersama barisan² pemuda lainnja memulai perlawan
an bersendjata setjara luas terhadap Serikat.
Pemuda mewudjudkan BKR sebagai tentara re
volusi. BKR menjusun bataljon-bataljon, memper
sendjatainja, memilih komandan -komandannja dan
banjak sedikitnja mengoper posisi tentara Djepang
jang dahulu dalam negara dan masjarakat.
Sementara itu kabinet kita belum mengangkat
Menteri Pertahanan, belum membentuk markas be
sar, belum mengadakan susunan tentara. Baru tang
gal 25 September diproklamirkan bahwa semua pe
gawai negeri djadi pegawai RI dan baru tanggal 5
Oktober diproklamirkan pembentukan Tentara Ke
amanan Rakjat. Dan karena pertimbangan- pertim
bangan jang terlalu dititik-beratkan kepada diplo
masi dan hukum, maka pemerintah memandang be
lum perlu mendirikan Kementerian Pertahanan, me
lainkan tjukup dengan ,,Kementerian Keamanan Rak
jat" , sadja.
Tentara revolusi jang bernama BKR ini pada da
sarnja tidak punja hubungan langsung dengan peme
rintah. Pada umumnja BKR merupakan pasukan ber
sendjata dari KNI dan KNI ini adalah pusat tenaga
rakjat. KNI mengurus pembiajaannja, dan seterus
nja BKR sendirilah jang mengusahakan pembiajaan
dan peralatan untuknja.

20
PETA sebagai unsur Tentara Kebangsaan Indonesia. Bun
tunja Operasi Serangan Djepang memaksa Djepang untuk
mengikut sertakan Rakjat Indonesia dalam Pertahanan/
Keamanan Indonesia pada chususnja, Asia Timur Raya
pada umumnja.
BA
Walaupun pemerintah telah mengangkat menteri
Keamanan Rakjat dan Kepala Staf Umum TKR, na
mun BKR, jang kemudian mendjadi TKR, memilih
sendiri Panglima Besarnja dan bahkan pula Menteri
Pertahanannja. Bolehlah disebut, bahwa BKR - TKR
sudah mendjelma dari revolusi rakjat, sebelum ada
keputusan dari pemerintah, sebelum ada Kementerian
Pertahanan, sebelum ada markas besar dan sebagai
nja. BKR · TKR sudah melakukan kekuasaan militer
kedalam dan melakukan pertempuran-pertempuran
terhadap Nica dan Serikat sebelum pemerintah mc
mulai langkah-langkahnja kearah ini. Pada taraf
ini, apa jang diartikan dengan BKR adalah sekalian
pasukan-pasukan pemuda bersendjata, seperti Ang
katan Pemuda Indonesia (di Djakarta, Atjeh, dan
sebagainja ) , Pemuda RI ( Surabaja, Bandung, Bali,
dsb.) , Angkatan Muda RI ( Semarang) , BPRI (Me
dan) , Pemuda Nasionalis Indonesia ( Makasar) , PPI
(Pontianak) dan lain-lain . Djadi BKR dalam arti jang
seluas-luasnja.
Dengan ini semua maka posisi tentara dan badan
badan bersendjata lainnja adalah kuat sekali dalam
masjarakat dan negara, bahkan de fakto dengan po
sisi Djenderal Sudirman jang terpilih, jang didukung
oleh semua tentara dan badan perdjoangan itu, maka
kekuasaan pemerintah terhadap organisasi bersen
djata ini adalah minimal sekali. Bahkan organisasi
ini, lebih-lebih didaerah-daerah, tidak merasa dipim
pin, dipelihara dan dikuasai oleh pemerintah .
Ditambah dengan teladan- teladan jang dikenal dari
tjontoh-tjontoh asing jang dialami sebelumnja, maka
posisi organisasi bersendjata ini adalah lain daripada
jang dikehendaki oleh kaum politik jang berkuasa
dewasa itu. Maka demikianlah kita telah mengenal
posisi tentara Djepang jang tidak berada dibawah
kabinet, posisi balatentara Djepang di Indonesia jang
menguasai segala-galanja, posisi legercommandani
Belanda jang mendjadi pembesar nomor dua dalanı
pemerintahan Hindia Belanda.

21
Demikian pula posisi de fakto dari organisasi ber
sendjata dalam RI kita. Kaum politisi lebih berpe
gang pada segi-segi juridis dan politis dan ingin me
lihat tentara ini sebagai alat pemerintah belaka . Me
reka mendengung- dengungkan ,,tentara tidak ber
politik", dan sebagainja . Dalam hal ini TKR tidak me
njatakan suara, akan tetapi para pimpinan organisa .
si ini meneruskan peranannja jang telah dimiliki se
tjara de fakto, jang tentu sadja menjimpang dari
ketentuan juridis" seperti jang dikehendaki oleh
kaum politisi tadi.
Memang dalam RI banjak perbedaan antara jang
juridis dan jang de fakto . Presiden Sukarno - Hatta
jang de fakto didukung sebagai ,,bapak negara", di
konstitusionil-kan, disimbolkan, oleh KNIP. Dalam
.
praktek maksud BPKNIP ini tidak djalan , dan djika
negara berada dalam bahaja, disingkirkanlah kabi
net perlementer dan kekuasaan penuh diserahkan
kepada Soekarno - Hatta.
Begitu pula posisi Panglima Tertinggi, seperti jang
telah ditetapkan oleh KNIP pada tanggal 17 Oktober
1945, tidak mungkin lain daripada dalam arti simbol a
belaka, sama halnja seperti posisi Radja Inggeris. M
Akan tetapi kewibawaan Panglima Tertinggi itu te
rasa ada dan madju kedepan, djika kabinet perlemen C
ter menghadapi konflik-konflik intern jang gawat
atau djika hendak memerintahkan cease-fire.
Begitu pula posisi de fakto dari Djenderal Sudir 1
14
man dan Urip Sumohardjo adalah terlalu kuat bagi
pemerintah. Seharusnja, menurut pandangan politis
dan juridis , mereka hanjalah merupakan alat-alat
belaka dari Menteri Pertahanan untuk melaksanakan
perintah-perintahnja. Mereka seharusnja diangkat
dan diberhentikan oleh pemerintah . Akan tetapi nja SO
tanja kedudukan Panglima Besar tidaklah demikian. WA
Mereka mempunjai kekuasaan de fakto sendiri.
Sebenarnja uraian2 dan tindakan2 Menteri Amir
Sjarifuddin sendiri adalah berbeda dari pada adjaran²
,,tentara tidak berpolitik" .

22
Menteri inilah jang membawa pendidikan politik
kedalam tentara, malahan seperti jang dikemukakan
oleh pihak oposisi dalam KNIP -
- menteri ini hendak
main monopoli untuk kepentingan partainja sendiri
sadja.
Dan menteri mendjelaskan pula dalam BPKNIP,
bahwa sekali kita menganut idee ,,pertahanan rakjat
total", maka konsekwensinja ialah , bahwa kita tak
dapat mengasingkan tentara dari politik , dan antara
lain seringkali pula dalam rapat-rapat tentara oleh
beliau ditjontoh andjuran Mao Tse Tung, bahwa hu
bungan tentara dengan rakjat adalah sebagai „ ikan
dalam air".
Baik kita bahas soal pertahanan rakjat ini lebih
dahulu setjara lepas dari perkembangan-perkembang
an politik dalam negeri kita dewasa itu.
Djika dua negara berperang maka bukan hanja
kedua belah pihak angkatan bersendjata jang ber
perang, melainkan peperangan telah mendjadi lebih
luas dan lebih dalam. Peperangan dewasa ini meminta
sifat jang semesta, seantero rakjat baik harta dan
tenaganja tersedia untuk dikerahkan buat mentjapai
kemenangan. Semua sumber-sumber jang tersedia
harus dipergunakan.
Untuk mengalahkan bangsa lawan, bukan sadja
harus dibinasakan angkatan bersendjatanja, malahan
harus demikian pula semua susunan dan lembaga po
litik dan sosial ekonominja. Perang dewasa ini ber
golak sekaligus disektor militer, politik, psychologis
dan sosial-ekonomis. Maka sifat serangan adalah se
mesta. demikian pula jang diserang menggunakan
pertahanan rakjat semesta.
Angkatan bersendjata tidak dapat menjelamat
kan kemenangan perang djika front politik , ekonomi,
sosial dan psychologis tidak tjukup kuat buat me
nundjangnja dan mengimbangi malah melebihi mu
suh. Oleh karena itu pimpinan perang bukan lagi tju
ma pimpinan militer, melainkan pimpinan pergo
lakan rakjat jang total. Akan tetapi djanganlah di
kelirukan, bahwa perang itu tidak lagi ditentukan

23
oleh hasil pertarungan kedua angkatan bersendjata.
Sesungguhnja kekalahan musuh baru terdjadi, kalau
angkatan perangnja kalah. Akan tetapi buat keme
nangan angkatan perang itu adalah sjarat mutlak
keteguhan front politik, psychologis, sosial dan eko
nomis . Maka seantero lapangan kehidupan rakjat tu (
rut dalam pergolakan, dalam hubungan peperangan
jang semesta.
Lebih hebat lagi tekanan kepada ,,kesemestaan"
ini, djika perang itu adalah pemberontakan kemerde
kaan, jang lazimnja berudjung-tombakkan perang ge
rilja, seperti jang mendjadi tugas kita dimasa jang
lampau. Tidaklah mungkin tenaga bersendjata dalam
perdjoangan demikian tjuma sebagai alat technis
belaka, jang buta serta bisu politik seperti jang di
teladankan oleh negara2 kolonial dan negara² polisi.
Kita berdjoang, apalagi bergerilja, bukanlah karena
perintah madjikan, melainkan karena ideologi belaka.
Karena itu Panglima Besar kita senantiasa meng
adjarkan Bukan disiplin bangkai, melainkan disiplin
jang hidup, bukan alat jang mati, melainkan alat jang
berdjiwa.
Perdjoangan kita, perdjoangan nasional, baik di
masa damai maupun dimasa perang, adalah menurut
satu politik nasional, jang mempunjai segi- segi poli
tik, militer dan ekonomis.
Politik itu haruslah dihasilkan oleh pertimbang
an-pertimbangan politik, strategis dan ekonomis sepe
nuhnja. Kelirulah pimpinan negara jang mementing
kan segi- segi politis -juridis atau diplomatisnja sadja.
Kita alami korban-korban dan kerugian-kerugian
perdjoangan nasional karena kurang dihargai, bah
kan dikorbankan segi- segi strategis untuk kepenting
an diplomasi sadja, seperti ketidak-tegasan dimasa
proklamasi untuk memproklamirkan Peta djadi ten
tara nasional, seperti pengorbanan kemenangan- ke
menangan bersendjata pada pertempuran Surabaja
jang pertama sehingga memungkinkan bentjana 10
Nopember, dan sebagainja.

24
Oleh karena itu pimpinan angkatan bersendjata
seharusnja turut didengar sepenuhnja dalam menen
tukan politik negara, dan dimasa perang suara mere
ka mendjadi pangkal dan dasar pertimbangan selu
ruhnja.
Oleh sebab hal tahadi maka pimpinan militer turut
menentukan haluan negara dan politik nasional. Per
timbangan-pertimbangan strategi mendjadi salah sa
tu pertimbangan jang penting untuk menentukan po
litik nasional. Kita telah mengalami kerugian-keru
gian, bahkan kekalahan-kekalahan serta kegagalan
kegagalan sedjak saat proklamasi, karena pimpinan
negara mengabaikan pertimbangan - pertimbangan
strategis. Kelirulah negara jang mebisukan pertim
bangan-pertimbangan militer.
Dalam sedjarah kita berikutnja akan kita bukti
kan pula, betapa pada suatu waktu jang genting pim
pinan militer meneruskan kendali atau kemudi nega
ra, setelah para pemimpin politik ditawani oleh Be
landa.
Dan sedjarah perang dunia jang kedua meriwa
jatkan, bahwa pada masa perang pemimpin-pemimpin
militerlah jang menentukan haluan. Presiden Roose
velt beserta kepala staf Angkatan Darat dan Lautnja,
PM Churchill dengan kepala-kepala staf Angkatan
Darat, Laut dan Udaranja, bahkan PM Stalin langsung
mendjadi djenderal besar-panglima tertinggi . Pada
perundingan2 Tiga Besar hadir kepala2 negara dengan
kepala2 stafnja dan tidak kelihatan menteri² -nja.
Sesungguhnja dimasa perang tudjuan jang satu ha
njalah mengalahkan musuh dan tugas itu dipikul
kan kepada pimpinan angkatan perang. Segala jang
lain diperbantukan kepadanja.
Pimpinan perang jang semesta itu memang ber
arti pimpinan perang militer jang tak terpisah dari
pimpinan perang politis, ekonomis, psychologis, dan
sebagainja .
Perang itu adalah satu usaha dari satu bangsa
untuk mentjapai satu tudjuan jang njata, jakni me

25
ngalahkan musuh. Siasat perang itu pada hakekatnja
adalah satu, siasat militer, siasat politik, siasat psy
chologis, sedangkan siasat ekonomis, semuanja adalah
segi-segi dari jang satu itu djuga. Karena itu tiadalah
siasat militer jang terpisah sendiri, tiadalah siasat
politik jang terpisah sendiri, tiadalah siasat psycho
logis jang terpisah sendiri dan tiadalah siasat sosial
ekonomis jang terpisah sendiri.

Untuk dapat mewudjudkan hal demikian perlu


lah suatu pimpinan jang total pula, jang menurut
pengalaman-pengalaman sedjarah, harus berada da
lam satu tangan. Dimasa dahulukala radjalah jang
memegang pimpinan semesta itu. Tapi dalam perang
dunia jang baru lalu kita lihatlah pelbagai ketatane
garaan mewudjudkan hal demikian pula. Perang rak
jat semesta Russia dipimpin oleh Marsekal J.V. Sta
lin selaku perdana menteri, merangkap pemimpin par
tai, merangkap panglima tertinggi. Nazi Djerman me
njelenggarakan perang rakjat semestanja dengan pim
pinan semesta Adolf Hitler, selaku kepala pemerintah,
pimpinan partai dan panglima tertinggi. Pimpinan
demikian di Inggeris dipegang oleh Winston Chur
chill selaku perdana menteri , merangkap menteri
Pertahanan jang de fakto djadi panglima tertinggi
dan ketua gabungan kepala² staf. Perang Amerika
dipimpin oleh F.D. Roosevelt selaku presiden- perda
na menteri merangkap panglima tertinggi, jang lang
sung memimpin kepala-kepala staf. Mereka adalah
sekaligus pemimpin politik, pemimpin militer, dan
seterusnja. Mereka tidak hanja setjara simbolis me
mimpin perang rakjat semesta, melainkan riil dan
aktif. Dengan demikian dapatlah mereka mengkoor
dinir dan menjatukan segala sektor peperangan, mili
ter-politik-psychologis-sosial-ekonomis, buat mentja
pai tudjuan perang. Dan dengan demikian djuga
dualisme dalam pimpinan dapat ditjegah.

Undang2 Dasar Republik jang asli (proklama


si 1945) djuga menentukan demikian, dimana djabat
an Presiden-Perdana Menteri-Panglima Tertinggi di

26
pusatkan dalam satu tangan . Keadaan bahaja, jang
menentukan hidup atau matinja negara, memaksa
kan ketotalan jang sedemikian , dan meminta supaja
pimpinan perang itu bukan tjuma konstitusionil dan
simbolis, melainkan adalah riil dan aktif selaku pim
pinan politik-militer-psychologis-sosial-ekonomis. Dan
setiap kali negara kita berada dalam bahaja, dimana
parlemen masih dapat bersidang , seperti dalam meng
hadapi peristiwa 3 Djuli dan peristiwa Madiun. maka
parlemen menjerahkan kekuasaan penuh kepada Ke
pala Negara.
Lazimlah bangsa berbuat demikian, memusatkan
segala pimpinan pada putjuk pimpinan jang tertinggi,
djika bahaja sedang mengantjam hidup atau matinja
negara. Demikianlah terdjadi pemusatan total dalam
suatu peperangan jang biasa, dimana putjuk pimpin
an nasional masih dapat berhubungan langsung dengan
daerah-daerahnja dan tentara-tentaranja.
Dalam perang gerilja, dalam daerah-daerah jang
diduduki oleh musuh, atau kalau seluruh wilajah di
duduki oleh musuh karena telah petjah perlawanan
jang teratur, maka desentralisasi pimpinan harus di
lakukan. Perang gerilja dilakukan setjara regional.
Perang rakjat semesta dilakukan setjara regional,
hanja diarahkan dan dikoordinir oleh pimpinan nasio
nal ( ,,Pokok² Gerilja", Kol. A. H. Nasution) .
Maka tepat sekali utjapan Presiden kita ditahun
1947 ketika Belanda memutar-balikkan „,Linggardja
ti" dan mengantjam dengan perang, bahwa beliau
akan memimpin sendiri gerilja rakjat jang maha
hebat.
"Total People Defense adalah tak terpisah dari
pada sistim kita fighting democracy", kata menteri
Amir dahulu. ,,Oleh karena itu usaha2 Kementerian
Pertahanan tidak boleh dipandang terlalu bersifat
politis". (Sidang BPKNIP pada achir 1947 ) .
Akan tetapi harus kita akui , bahwa pemerintah
dewasa itu tidak tjukup konsekwen menjelenggara
kannja, dengan membahas terasnja sedalam-dalam

27
nja. Karena itu pada achirnja sistim ketentaraan kita
jang ada itu harus dirobah pula. Organisasi didalam
seharusnja mengikuti kebutuhan perang itu setjara
hakiki, bukan setjara hukum sadja.
Karena siasat kabinet2 kita sedjak kabinet Sukar
no sampai kabinet-kabinet Sjahrir, Amir dan seterus
nja senantiasa mengutamakan diplomasi, dan dengan
demikian mementingkan segi-segi juridis , maka ber
bitjaralah badan-badan perdjoangan : ,,Pemerintah
berdiplomasi, rakjat bertempur. Tentara berdiplomasi
dan barisan rakjat menggempur". Berita-berita per
tempuran dewasa itu adalah selalu menjebut ,,barisan
rakjat" bertempur di Anu, dan tidak disebut ,,ten
tara".
Karena siasat diplomasi itulah pula, katanja, harus
tetap ada lasjkar-lasjkar. Inilah pula djalan fikiran
Djenderal Mustopo dalam kegiatannja membantu
pembentukan Biro Perdjoangan dalam panitia besar
reorganisasi tahun 1946. Bahkan seorang pemimpin
lasjkar berkata : Tentara resmi mungkin pada suatu
waktu berkapitulasi, akan tetapi rakjat akan terus
berdjoang !
Hal jang aneh ini diakibatkan oleh siasat perdjo
angan negara dewasa itu jang menekankan segi-segi
diplomasi dan hukum internasional.
Pada hakekatnja tjara-tjara itu adalah seperti
tjara burung onta jang menimbulkan banjak kesu
litan dan kegagalan .
Seharusnja ,, perang rakjat semesta" dan "fight
ing democracy" itu menjesuaikan siasat, organisasi
dan pimpinan perdjoangan setjara objektif menurut
tugas-tugas jang dihadapi, dengan pimpinan perang
jang satu dan tegas seperti jang diteladankan oleh
negara-negara jang berperang dimasa jang lalu, dan
dengan siasat perdjoangan jang satu dan bulat se
tjara semesta atas dasar mempertahankan proklamasi,
untuk mana faktor² politik dan strategis pada taraf²
pertama lebih kuat pada pihak kita dari pada musuh.
Organisasi angkatan bersendjata kita jang ber
sifat dualistis, jaitu sebagian bertindak sebagai ten

28
tara resmi jang berdiplomasi, dan jang lainnja seba
gai tentara tidak resmi jang bertempur, adalah tidak
tepat. Seharusnja hanja ada satu organisasi bersen
djata jang mendjadi penuntun dan pelopor perlawan
an rakjat bersendjata dibawah pimpinan satu mar
kas besar. Setjara objektif harus diadakan susunan
unsur-unsur sebagai berikut :

a. tentara garis kesatu jang berisi pasukan


pasukan regulair ;
b. tentara garis kedua jang berisi pasukan2
territorial, daerah demi daerah ;
c. organisasi partisan rakjat jang bergerilja de
sa demi desa , distrik demi distrik dan kota
demi kota ;
d. pertahanan sipil dalam arti jang se-luas²nja
untuk mendjamin tegaknja de fakto R.I.

Pendeknja, sekali lagi, hanja satu sistim dengan


satu pimpinan. Pimpinan itu harus didesentralisir
berhubung sulitnja perhubungan , baik karena keadaan
geografis maupun karena kekurangan alat-alat tek
nis . Satuan itu harus dapat bertempur baik setjara
,,tentara" (regulair ) maupun setjara gerilja rakjat,
tiap kali tergantung kepada masing2 keadaan jang me
maksakannja .

Pikiran ini telah pernah diadjukan kepada markas


besar dalam tahun 1946, akan tetapi hal ini tidak
mungkin diperhatikan sepenuhnja oleh atasan jang
bertanggung-djawab karena petjah -belahnja kekuasa
an dipusat, antara markas besar, menteri, DPN, Biro
Perdjoangan, Dewan Kelasjkaran Pusat, dan seba
gainja.

Karena kepahitan praktek pertahanan rakjat itu


maka atas desakan-desakan pihak tentara dan dae
rah-daerah dibuatlah Peraturan Lasjkar dan Barisan,
Peraturan Pertahanan Rakjat, dan lain-lain, jang
merupakan hasil usaha maximum dalam konstellasi
politik dewasa itu.

29
Pertama,

Maklumat Menteri Pertahanan Oktober 1946 :


Koordinasi Perdjoangan

Untuk menjelenggarakan koordinasi dan pemu


satan pimpinan perdjoangan Menteri Pertahanan me
netapkan sebagai berikut :
Kesatu :
a. Dipusat didirikan Dewan Kelasjkaran Pusat
jang dipimpin oleh pimpinan umum Biro Per
djoangan Pusat dan terdiri dari ketua putjuk
pimpinan lasjkar-lasjkar jang kekuatannja se
kurang-kurangnja satu resimen.
b. Didaerah-daerah didirikan Dewan Kelasjkaran
Daerah jang dipimpin oleh pemimpin Biro Per
djoangan Daerah dan terdiri dari ketua- ketua
Lasjkar lasjkar Perdjoangan Daerah, jang
kekuatannja sekurang-kurangnja satu kompi.
C. Ditiap-tiap front jang dianggap penting didi
rikan markas pertempuran jang diketuai oleh
opsir tertinggi ditempat itu dan pemimpin Bi
ro Perdjoangan ditempat itu sebagai wakilnja
serta dibantu oleh suatu staf jang terdiri dari
opsir tentara dan pemimpin lasjkar sebanjak
diperlukan.
Kedua :
Untuk memimpin dan mengurus seluruh perdjo
angan jang ditudjukan kepada daerah Indonesia
luar Djawa dan Sumatera sehingga dapat diben
tuk dasar untuk ketentaraan negara ( darat, laut
dan udara) , didirikan Dewan Kelasjkaran Sebe
rang jang dipimpin oleh pemimpin umum Biro
Perdjoangan Pusat dan terdiri dari ketua-ketua
putjuk pimpinan lasjkar Kalimantan, lasjkar Su
lawesi, lasjkar Maluku dan lasjkar Sunda Ketjil.
Ketiga :
a. Dewan Kelasjkaran Daerah tunduk kepada
pimpinan Dewan Kelasjkaran Pusat.

30
b. Dewan Kelasjkaran Pusat, Dewan Kelasjkaran
Seberang dan markas pertempuran tunduk ke
pada pemimpin Dewan Militer.

Keempat :
Dewan Kelasjkaran Daerah, Dewan Kelasjkaran
Seberang dan markas pertempuran jang mengenai
perlengkapan lasjkar diketuai oleh Kementerian
Pertahanan bagian Biro Perdjoangan.
(Pada dewasa itu pihak kelasjkaran belum bersedia
menjatukan diri kedalam tentara, hanja baru ber
sedia berkoordinasi . Suara jang terbanjak menurut
adanja divisi-divisi perdjoangan tersendiri disam
ping TRI) .

Kedua : Peraturan Lasjkar dan Barisan

Pasal 1
(1 ) Jang dimaksudkan dengan Lasjkar dalam per
aturan ini ialah organisasi rakjat, jang bersi
fat militer diluar tentara dan jang mendapat
pengesahan dari Menteri Pertahanan.
(2) Sjarat-sjarat untuk mendapat pengesjahan,
jang dimaksudkan dalam pasal ini ajat (1 ) ia
lah :

a. djumlah anggota sesuatu organisasi rakjat


dibatasi menurut aturan, jang ditetapkan
oleh Menteri Pertahanan atas pertimbangan
Dewan Kelasjkaran Pusat dan Dewan Ke
lasjkaran Seberang dengan mengingat ke
kuatan dan djumlah sendjata api jang ada
padanja.
b. kekuatan sesuatu organisasi rakjat daeran
keresidenan sedikit-dikitnja 200 orang.
C. diasramakan, disusun serta diatur setjara
ketentaraan.

31
Pasal 2

(1) Beaja untuk keperluan Lasjkar dibajar oleh


pemerintah.
(2 ) Lasjkar harus tunduk kepada pimpinan, jang
ditundjuk oleh pemerintah.

Pasal 4
Dalam hal kewadjiban dan hak Lasjkar dipersama
kan dengan tentara.
Pasal 5

(1 ) Dengan tidak mengurangi apa jang ditentukan


dalam pasal 4, tiap-tiap lasjkar berada dibawah
pimpinan organisasinja masing-masing dan po .
leh memakai tanda-tanda dan pandji-pandjinja
sendiri.

Pasal 6

Tiap-tiap warga negara baik laki-laki maupun


perempuan, jang berusia 16 tahun keatas dan 50 th.
kebawah dapat diwadjibkan turut serta memperta
hankan Tanah Air didalam Barisan Tjadangan, jang
"
selandjutnja disini dengan singkat disebut „ Barisan'
Pasal 7

Barisan jang dimaksudkan dalam pasal 6 berkewa


djiban melakukan pekerdjaan jang bersifat militer
seperti tersebut dibawah ini :
a. Melatih diri dalam hal kemiliteran.
b. Memberantas mata-mata musuh.
C. Membinasakan tentara pajung musuh.
d. Membantu pendjagaan bahaja udara.
e. Membantu pendjagaan kota, desa dan pe
rusahaan-perusahaan jang penting .
f. Membantu pengungsian, dapur perdjoangan
dan Palang Merah.
g. Membantu tentara atau lasjkar, bilamana
dibutuhkan.

32
h. Membantu usaha pemerintah lain-lainnja
untuk kepentingan pertahanan dan pem
bangunan.

Pasal 9
(1 ) Barisan dipimpin dan diurus oleh Biro Perdjo
angan.
(2) Untuk mendjalankan apa jang ditentukan da
lam pasal ini ajat ( 1 ) dengan mengingat keada
an dan keperluan, Biro Perdjoangan menga
dakan bagian :
a. Inspektorat Pusat.
b. Inspektorat Barisan untuk tiap-tiap kere
sidenan, jang selandjutnja disini dengan
singkat disebut Inspektorat Daerah.
(3) Menurut keperluan , Inspektorat Daerah mem
punjai tenaga dikabupaten, assistenan dan ke
lurahan atau didaerah jang sama dengan itu.
Pasal 10
(1 ) Anggota Barisan ditundjuk oleh Inspektorat
Daerah tjabang kelurahan dengan pertimbang
an kepala desa.

Pasal 11
(1) Kepala Inspektorat Pusat dan Inspektorat Da
erah berhak menundjuk orang untuk :
a. diangkat oleh Menteri Pertahanan mendja
di opsir tjadangan ;
dilatih diasrama Republik Indonesia untuk
didjadikan opsir tjadangan.

Pendjelasan
Sebagaimana telah lama dinanti -nantikan , diumum
kanlah pada tanggal 4 Oktober 1946 suatu peraturan
jang bermaksud mengatur kelasjkaran dan barisan .
Dari peraturan ini nampak dengan djelas bahwa
mulai saat itu diadakan pemusatan tenaga jang se
suai dengan tuntutan badan-badan perdjoangan.

TNI II 3 33
Dengan peraturan ini maka akan dapatlah terlak
sana dengan tjara rasionil mobilisasi tenaga rakjat
jang sungguh-sungguh dibutuhkan pada masa jang
genting ini.
Kalau Belanda akan menjerang kita dengan tjara
teratur, maka wadjiblah kita menangkis serangan
itu setjara teratur pula.
Hal ini harus diinsjafi benar-benar oleh segenap
rakjat kita jang ingin turut mempertahankan kemer
dekaan tanah air dan ideologi negara kita.
Menurut peraturan Dewan Pertahanan Negara
no. 19 ini dengan tegas diadjukan satu prinsip bah
wa ,,barang siapa berdjoang setjara ketentaraan un
tuk kepentingan negara harus dibeajai oleh peme
rintah ." Ini berarti, bahwa badan-badan perdjoangan
dikemudian hari akan bisa memusatkan segala tena
ganja untuk perdjoangan sadja, sedangkan tentang
hal administrasinja akan diatur oleh pemerintah .
Akan tetapi untuk mendapat susunan jang teratur
harus dipenuhi dahulu beberapa sjarat jang didalam
peraturan Dewan Pertahanan Negara no. 19 ini dite
tapkan dalam pasal 1. Menurut pasal tersebut, suatu
organisasi rakjat jang bersifat militer diluar tentara
bisa dianggap sebagai suatu lasjkar , apabila menda
pat pengesahan dari Menteri Pertahanan. Untuk
mendapat pengesahan itu, organisasi tersebut harus
memenuhi 3 sjarat, jaitu :
1. Ia harus mempunjai anggota tertentu jang be
sarnja dibatasi menurut peraturan jang dite
tapkan oleh Menteri Pertahanan.
2. Ia mempunjai kekuatan untuk daerah keresi
denan sedikit-dikitnja 200 orang.
3. Ia diasramakan, disusun serta diatur setjara
ketentaraan.
Peraturan jang ditetapkan oleh Menteri Pertahan
an tadi ditetapkan menurut kehendak beliau sendiri
sadja, tetapi atas pertimbangan Dewan Kelasjkaran
Pusat dan Dewan Kelasjkaran Seberang jang nanti
akan dibentuk sehingga didalam hal ini badan-badan

34
Badan Perdjuangan Bersendjata lahir dimana2 dan ber.
tekad satu ja'ni mempertahankan sembojan ,,SEKALI
MERDEKA TETAP MERDEKA"
i
perdjoangan masih mempunjai hak untuk mengemu
kakan pendapat dan keinginannja.
Akan tetapi didalam pasal 1 tersebut tadi sudah
ditentukan suatu prinsip jang harus dipakai untuk
menentukan berapakah besarnja suatu lasjkar itu .
Prinsip itu ialah : Djumlah anggota sesuatu organi
sasi rakjat ditetapkan dengan ukuran ,,kekuatan dan
djumlah sendjata api jang ada padanja”.
Ini berarti, bahwa djumlah sendjata api jang ada
pada badan-badan perdjoangan itu adalah sjarat mut
lak untuk menentukan djumlah anggotanja dan oleh
karenanja djuga untuk menentukan besarnja beaja
jang akan diberikan oleh pemerintah kepadanja.
Dengan keterangan ini maka djelaslah sekarang
hubungannja peraturan tentang pendaftaran sendjata
api dengan peraturan tentang lasjkar dan barisan
ini.

Suatu prinsip penting ditetapkan didalam pasal 2


ajat ( 2 ) jaitu : ,,Lasjkar harus tunduk kepada pimpin
an jang ditundjuk oleh pemerintah".
Ketentuan ini tidak perlu diterangkan dengan pan
djang lebar, oleh karena saudara pembatja tentu
sudah mengerti djuga, bahwa pembulatan tenaga
itu mengharuskan, bahwa pimpinan terletak pada
satu tangan, jaitu pemerintah.
Prinsip ini harus kita pegang teguh, apabila kita
akan mengadakan pertahanan jang bulat ( total ) la
gi teratur, sebagaimana dinjatakan pula pada per
mulaan dari peraturan Dewan Pertahanan Negara
no . 19 ini.
Maka dari itu kita mengerti maksud jang sebenar
nja, kalau didalam pasal 4 ditetapkan bahwa „ dalam
hal kewadjiban dan hak lasjkar dipersamakan dengan
tentara".
Akan tetapi saudara2 tak usah chawatir, bahwa
sifat kelasjkaran itu akan lenjap dengan sekaligus ,
karena didalam pasal 5 ditentukan bahwa tiap-tiap
lasjkar berada dibawah pimpinan organisasinja ma

35
sing-masing dan boleh memakai tanda-tanda dan pan
dji-pandjinja sendiri, meskipun hal jang demikian itu
tidak mengurangi apa jang ditentukan dalam pasal 4
tadi.
Malahan menurut pasal 5 itu tanda-tanda dan pan
dji-pandji suatu lasjkar jang sudah disiahkan oleh
Menteri pertahanan akan diperlindungi, sehingga tidak
ditiru atau dipakai oleh orang atau organisasi lain.
Sekarang tentulah akan timbul percanjaan bagai
mana nasib organisasi rakjat jang tidak memenuhi
sjarat tadi dan oleh karenanja tidak disjahkan se
bagai lasjkar ?
Pun didalam hal ini saudara-saudara tidak perlu
chawatir, sebab menurut pasal 3 organisasi rakiat
jang demikian itu dapat dimasukkan kedalam salah
satu lasjkar, atau dengan lambat laun bisa mendjel
ma mendjadi barisan.
Apakah barisan itu ?
Pertanjaan ini didjawab oleh pasal 6 dari peraturan
Dewan Pertahanan Negara ini, jang menentukan,
bahwa tiap-tiap warga negara baik laki-laki maupun
perempuan jang berusia 16 tahun keatas dan 50 ta
hun kebawah dapat diwadjibkan turut serta memper
tahankan tanah air didalam barisan tjadangan. De
ngan singkat barisan tjadangan itu disebut barisan.
Djadi menurut pasal itu organisasi rakjat jang
tidak bisa memenuhi sjarat-sjarat tadi toch bisa tu
rut terus mempertahankan tanah air, meskipun de
ngan tjara jang lain. Djanganlah dikira , bahwa tja
ra jang lain itu adalah tjara jang kalah pentingnja
dengan tjara jang dilakukan oleh lasjkar. Hal ini ter
bukti dari pasal 7 jang menentukan kewajiban ba
gi barisan , jaitu melakukan pekerdjaan jang bersi
fat militer seperti tersebut dibawah ini :
a. Melatih diri didalam hal kemiliteran.
b. Memberantas mata-mata musuh .
c. Membinasakan tentara pajung musuh.
d. Membantu pendjagaan bahaja udara.
e. Membantu pendjagaan kota, desa dan peru
sahaan jang penting.

36
f. Membantu pengungsian, dapur perdjoangan
dan Palang Merah.
g. Membantu tentara atau lasjkar, bilamana di
butuhkan.
h. Membantu usaha pemerintah lainnja untuk ke
pentingan pertahanan dan pembangunan.
Dari daftar kewadjiban-kewadjiban diatas ini te
ranglah, bahwa pekerdjaan barisan penting sekali.
Lain daripada itu dengan adanja barisan ini akan
terwudjudlah dengan lebih njata kebulatan antara
garis depan dengan garis belakang . Pun dari pasal
7 tadi dapat diambil kesimpulan, bahwa baik tenaga
laki-laki maupun tenaga wanita akan diorganisir
setjara besar-besaran dan rasionalistis. Pun dida
lam hal ini prinsip pembulatan tenaga akan terwu
djudkan. Maka dari itu dalam pasal 9 ditentukan,
bahwa ,,barisan dipimpin dan diurus oleh Biro Per
djoangan", djadi ini berarti pula bahwa pimpinan di
dalam satu tangan.
Didalam peraturan ini Biro Perdjoangan dengan
bantuan Dewan Pertahanan Daerah diserahi kewa
djiban untuk melaksanakan segala sesuatu jang te
lah ditentukan didalam peraturan Dewan Pertahan
an Negara no. 19 ini ( lihat pasal 2) .
Supaja pekerjaan jang berat itu bisa didjalan
kan dengan lantjar, maka Biro Perdjoangan diwa
djibkan mengadakan 2 bagian jaitu :
1. Inspektorat Pusat.
2. Inspektorat Daerah ditiap-tiap keresidenan.
Lain dari pada itu , Inspektorat Daerah bisa me
ngangkat pegawai-pegawai jang mewakilinja dika
bupaten, asistenan dan kelurahan atau didaerah jang
sama dengan itu (lihat pasal 9 ) .
Perlu diterangkan disini bahwa Inspektorat Pusat
dan Inspektorat Daerah berhak menundjuk orang
untuk :
1. diangkat oleh Menteri Pertahanan mendjadi
opsir tjadangan,

37
2. dilatih diasrama Republik Indonesia untuk di
djadikan opsir tjadangan.
Adapun opsir tjadangan ini perlu diadakan untuk
melatih barisan didalam hal kewadjiban- kewadjiban
jang ditentukan didalam pasal 7 tadi. Akan tetapi
didalam penundjukan Inspektorat Pusat dan Inspek
torat Daerah tadi, diindahkan djuga prinsip demokra
si jang memberi hak kepada orang jang berkeberatan
atas penundjukan tadi untuk mengemukakan kebe
ratannja kepada kepala Inspektorat Pusat (pasal 11
ajat 3).
Sekarang timbullah pertanjaan tentang hal bagai
manakah kalau peraturan-perturan itu tidak diindaǹ
kan?
Pada azasnja segala Undang-undang negara itu
harus ditaati oleh tiap-tiap warga negara dan ka
lau ada orang atau badan jang tidak mau mengin
dahkannja, diadakanlah penuntutan berdasarkan atas
pasal 13 dari peraturan ini, jang mengatur tentang
hukuman jang mungkin didjatuhkan oleh hakim ke
pada mereka jang tidak mau taat itu.
Mudah-mudahan pasal 13 itu tidak perlu dipergu
nakan, karena rakjat kita umumnja dan badan-badan
perdjoangan chususnja telah insjaf, bahwa kegenting
an pada masa sekarang ini menghendaki ,, pertahanan
jang bulat (total) lagi teratur"
Melihat pelbagai aturan ini, maka ternjata titik
berat diletakkan pada segi-segi politis dan psycho
logis dan bukan pada segi-segi militer, jang setjara
objektif seharusnja djadi dasar bekerdja bagi kita.
Dari sudut militer memang telah tampak adanja
pembagian tugas-tugas dalam pertahanan, darimana
timbul pelbagai matjam dan djumlah organisasi.
Tugas-tugas jang diperlukan itu sudah didjelaskan
diatas tadi.
Akan tetapi buat masa itu soal ini diatasi oleh
hal-hal politis-psychologis, jaitu bahwa lasjkar-lasj
kar adalah kebanjakan merupakan pasukan dari
partai-partai politik, jang tetap ingin bebas dan au.

38
tonoom dalam mengatur ,,tentaranja", baik karena
pertimbangan politis (jaitu mengingat kepentingan
partai-partai politik itu sendiri ) maupun mengingat
soal ,,diplomasi sambil bertempur".
Menteri Pertahanan membiarkan hal-hal itu tetap
berada ditangan organisasi-organisasi rakjat, jaitu
bahwa mereka mengatur sendiri organisasinja,
mengangkat sendiri pendjabat- pendjabatnja dan me
reka tetap mempunjai organisasi ,,nasional"nja jang
berpusat pada departemen pembelaan ( defensi ) da
ripada partai atau gerakan pemuda jang bersang
kutan.
Menteri Pertahanan menentukan tjara penggu
naan taktis barisan-barisan bersendjata sebagai
alat pemerintah, membantu pembiajaannja dan ber
maksud hendak membatasi djumlah perorangannja
hingga seimbang dengan persendjataannja. Adalah
mudjur bagi pemerintan dewasa itu bahwa sebagian
besar daripada badan-badan bersendjata itu - dilihat
dari kekuatan sendjatanja - adalah organisasi-orga
nisasi jang mendjadi pengikut-pengikut dari partai
partai pemerintah sendiri, seperti Pesindo dan Lasj
kar Rakjat jang mempunjai organisasi dan persen
djataan jang kuat disemua daerah.
Sjarat-sjarat jang ditetapkan pemerintah pada
umumnja tidak dilaksanakan dengan tepat, dan pe
mimpin-pemimpin lasjkar sering mengadjukan daf
tar-daftar jang fiktif, dan memang tak mungkin pu
la pemuda-pemuda itu diasramakan semuanja ka
rena kekurangan pemondokan-pemondokan . Olen
karena djumlah lasjkar-lasjkar jang terdaftar djaun
lebih banjak daripada tentara sendiri , maka biaja
jang dikeluarkan besar pula .
Oleh karena, seperti disebutkan tadi, jang diuta
makan adalah segi-segi politis, maka tjara koman
dopun tidak bersifat militer pula, akan tetapi mela
lui dewan-dewan . Dari dewan militer kepada Dewan
Kelasjkaran Pusat, dari sini ke Dewan Kelasikaran
Daerah dan dari sini ke ,,dewan" markas pertempuran.

39
Sudah tentu tjara-tjara demikian, jang memang tju
kup demokratis itu, tak mungkin dipergunakan da
lam pertempuran-pertempuran jang sungguh-sung
guh , dimana adalah sjarat mutlak adanja kesatuan
komando.

Untuk satu tugas diadakan bermatjam-matjam


organisasi, jang dapat diperintah melalui dewan-de
wan. Padahal untuk tiap tugas seharusnja hanja
ada satu matjam organisasi dan tiap organisasi itu
seharusnja hanja mempunjai satu atasan.
Sedangkan dewan-dewan itu adalah perwakilan
kepentingan-kepentingan dan bukan penghimpunan
pelbagai keachlian jang perlu bersatu-padu untuk
kesempurnaan tindakan seluruhnja. Dengan demiki
an soal ketentaraan ini telah dipolitisir belaka, baik
dalam hal organisasi maupun dalam hal mempergu
nakannja. Maka komandan jang baik dalam hal ini
ialah komandan jang berbakat diplomat dan bukan ›
komandan seperti jang lazim dikenal.
Walaupun demikian, haruslah kita akui bahwa ha
sil-hasil tersebut sudah lumajan mengingat sengit
nja pergolakan politik didalam negeri, jang dengan
sendirinja membawa serta badan-badan perdjoangan
itu terlibat didalamnja.

Djika dilihat aturan-aturan dan praktek² kelasjkar


an, maka tentara plus lasjkar ini sebenarnja diuntuk
kan buat tugas garis kesatu dan kedua dalam organi
sasi tentara jang lazim.
Untuk perang gerilja rakjat serta pertahanan si
pil diadakan barisan-barisan jang mendjadi suatu
tentara jang ketiga jang terdiri atas sepasukan pe
muda-pemuda ditiap desa. Barisan ini disebut djuga
tjadangan untuk tentara dan lasjkar, akan tetapi
dasar pengabdiannja bukanlah ke- suka-relaan seperti
TRI dan lasjkar, melainkan kewadjiban-militer, pen
deknja milisi, walaupun penundjukkan anggota- ang
gota, barisan itu didasarkan atas wadjib-sipil umur
16-50 tahun.

40
Dengan demikian sebenarnja sudah diadakan mili
si dimasa itu dan sudah dibuat sek. opsir tjadanganl
jang bernama „ Asrama Republik Indonesia".
Pemerintah mempunjai kekuasaan dan pengaruh
jang kuat atas tentara kedua (lasjkar-lasjkar ) dan
tentara ketiga (barisan-barisan) ini, karena pimpinan
pimpinan resmi dari kedua ketentaraan itu 1.k. 80 %
dipegang oleh orang-orang dari partai pemerintah
(c.q. Menteri Pertahanan) .
Mengenai kelasjkaran, pimpinan Biro Perdjongan
Pusat dan koordinator-koordinator dipropinsi serta
kepala dikeresidenan , adalah dipegang terutama oleh
pemuda-pemuda dari golongan partai pemerintah ( Sa
jap Kiri ) . Kepala-kepala biro itu merangkap pula dja
di ketua-ketua Dewan Kelasjkaran Pusat dan daerah
daerah. Organisasi ini berada langsung dibawah Men
teri Pertahanan, dan tidak dibawahi oleh melainkan se
djadjar dengan MBT jaitu berada dibawah Dewan Mi
liter jang diketuai oleh Panglima Tertinggi.
Begitulah pula inspektorat-inspektorat barisan dari
desa kekatjamatan, terus kekabupaten, kekeresiden
an dan sampai dipusat adalah terutama dipegang
oleh pengikut-pengikut partai pemerintah dengan
pimpinan tertinggi dipegang oleh pemimpin Biro Per
djoangan Pusat jang langsung berada dibawah pe
rintah Menteri Pertahanan .
Oleh sebab itu partai-partai opposisi sangat me
nentang sistim ini dan pernah hal ini mengakibatkan
terlontarnja kritik-kritik jang pedas didalam BPK
NIP.
Maka dengan demikian Kementerian Pertahanan
se-olah² adalah departemen jang terpenting dinegara
RI, jang terpaksa meminta lk 80 % dari anggaran
belandja negara. Pada hakekatnja pelaksanaan ke
wadjiban bekerdja itu oleh dewan Pertahanan Negara
dikuasakan kepada Biro Perdjoangan dengan inspek
torat-inspektoratnja. Dalam peraturan DPN no. 13
ini antara lain ditetapkan :

41
Pasal 2
Tiap-tiap penduduk baik laki-laki maupun perem
puan jang berusia 16 tahun keatas dan 50 tahun ke
bawah, dapat diwadjibkan mendjalankan pekerdjaan
untuk kepentingan pertahanan dan pembangunan ne
gara, jang dimaksudkan dalam pasal 1 .

Pasal 6
(1) Hanja atas perintah Dewan Pertahanan Negara
atau badan jang ditundjuk atau Dewan Per
tahanan Daerah, seseorang jang termasuk
dalam pasal 2 dapat ditundjuk mendjalankan
pekerdjaan untuk kepentingan pertahanan dan
pembangunan negara.
(2) Bilamana dipandang perlu, atas perintah Dewan
Pertahanan Negara atau badan jang ditundjuk
nja atau Dewan Pertahanan Daerah, seorang
pedjabat pekerdjaan jang termuat dalam pasal
1 dapat dipindahkan baik kelain djawatan, kan
tor, perusahaan atau badan maupun kelain
tempat.
(3) Dewan Pertahanan Negara atau badan jang
ditundjuknja atau Dewan Daerah berhak pula
menetapkan, bahwa orang jang ditundjuk di
haruskan membawa dan mempergunakan alat
alat pekerdjaan kepunjaan sendiri untuk men
djalankan pekerdjaan jang diwadjibkan ke
padanja .
.....
Dan dalam peraturan barisan , oleh DPN dikuasa
kan kepada inspektorat-inspektorat daerah untuk
menundjuk anggota-anggota barisan berdasarkan pe
raturan kewadjiban bekerdja tsb. diatas.
Dan pelaksanaan seluruh ,.Peraturan Lasikar dan
Barisan" ini diserahkan kepada Biro Perdjoangan me
nurut pasal 12 dari peraturan DPN tersebut.
Orgaisasi badan pertahanan RI ini adalah sangat
musjkil, akan tetapi dapat dimengerti djika kita pi
kirkan pergolakan politik kepartaian didalam negeri.

42
Ketiga ,
Peraturan Daerah Militer untuk
Pelaksanaan Cease-fire :

Menimbang : bahwa untuk kepentingan negara pa


da dewasa ini perlu mengadakan batas-batas Daerah
Militer jang tentu, dalam daerah mana kepada pim
pinan daerah itu harus diberikan kekuasaan istimewa
terhadap pasukan -pasukan angkatan perang , lasjkar
lasjkar dan penduduk jang berada didalamnja ;

Pasal 1

(1) Untuk kepentingan pertahanan negara Pang


lima Besar Angkatan Perang, setelah mende
ngar pertimbangan dari Dewan Kelasjkaran
Pusat dan Dewan Pertahanan Daerah jang ber
sangkutan, dapat menundjuk sesuatu daerah
sebagai daerah militer, dimana berlaku per
aturan ini.

Pasal 2

Panglima Besar Angkatan Perang menundjuk


seorang opsir angkatan perang sebagai komandan
Daerah Militer ( selandjutnja disebut komandan ) un
tuk tiap Daerah Militer dan sebagai wakilnja seorang
pemimpin lasjkar jang diusulkan oleh Dewan Kelasj
karan Daerah jang bersangkutan .

Pasal 3

Didalam Daerah Militer pegawai-pegawai peme.


rintah dan polisi berada dibawah perintah koman
dan dalam mengambil tindakan-tindakan untuk men
djaga keamanan dan ketenteraman.
Pasal 4

Didalam Daerah Militer semua pasukan angkatan


perang (termasuk polisi tentara/polisi tentara laut )

43
serta lasjkar-lasjkar dan barisan-barisan berada di
bawah perintah komandan.
Pasal 5
(1) Untuk kepentingan pertahanan komandan ber
hak menahan seorang jang berada didalam Da
erah Militer selama-lamanja 15 hari.

Pasal 6
Didalam Daerah Militer komandan dapat menge.
luarkan peraturan untuk mengawasi, membatasi atau
melarang :
a. membikin sendjata api, mesiu, alat peledak ;
b. memasukkan atau mengeluarkan sendjata api,
mesiu, alat peledak ;
c. mengangkut sendjata api , mesiu, alat peledak ;
d. mempunjai sendjata api, mesiu, alat peledak ;
e. mempergunakan sendjata api, mesiu , alat pe
ledak ;
f. memperdagangkan sendjata api , mesiu , alat pe
ledak.

Pasal 7
Komandan berhak mengatur,mengawasi , mem
batasi atau melarang pemasukan dan pengeluaran
barang-barang ke dan dari Daerah Militer.
Pasal 8
Didalam Daerah Militer komandan berhak menga
tur, mengawasi, membatasi atau melarang lalu lintas
didarat, diudara atau diatas air.
Pasal 9
Komandan berhak mengatur, mengawasi, memba
tasi atau melarang orang-orang untuk masuk atau
keluar ke dan dari Daerah Militer atau untuk tinggal
didalam Daerah Militer.
Pasal 10
Semua orang jang tinggal didalam Daerah Militer
wadjib memberikan bantuan atau keterangan-kete
rangan jang diminta oleh komandan.

44
Pendjelesan Umum.

Maksud peraturan ini ialah menetapkan beberapa


daerah, jang dinamakan Daerah Militer, dimana un
tuk kepentingan pertahanan negara dan untuk men
djaga keamanan dan ketenteraman, beberapa keku
asaan diberikan kepada seorang opsir angkatan pe
rang jang diberi nama Komandan Daerah Militer, da
lam peraturan ini disebut dengan singkat komandan.
Peraturan ini diadakan berhubung dengan adanja
garis demarkasi (demarkasielijn ) dan perdjandjian
dengan Belanda untuk menghentikan tembak- me
nembak dan perkelahian disekitar garis demarkasi
ilu.

Daerah Militer akan diadakan, dimana ada garis


demarkasi dan batas-batasnja terdiri (pertama) atas
garis demarkasi sendiri dan (kedua) batas-batas lainnja
jang akan ditentukan oleh Panglima Besar Angkat
an Perang.

Kekuasaan-kekuasaan jang sebelum peraturan


ini ditetapkan, dipegang oleh Dewan Pertahanan Da
erah atau djawatan-djawatan, dengan sengadja di
dalam Daerah Militer itu diberikan kepada seorang
militer, oleh karena peraturan-peraturan jang ber
hubungan dengan adanja garis demarkasi itu teru
tama mengenai soal-soal kemiliteran. Militerlah in
stansi jang paling tinggi jang bertanggung djawab
atas segala kedjadian-kedjadian dalam daerah ter
sebut.

Karena akibat tindakan-tindakan jang diambil oleh


komandan kerap kali akan ada hubungannja dengan
kewadjiban pamong pradja misalnja, maka sebaik
baiknja sebelum komandan membikin peraturan jang
mempunjai akibat-akibat jang mungkin timbul kare
na peraturan itu , didengar lebih dahulu pendapat
djawatan-djawatan jang bersangkutan dan pamong
pradja.

45
Keempat,

Peraturan Pertahanan Rakjat :


Menimbang, bahwa :
a. untuk kepentingan pembelaan negara tibalah
saatnja untuk menjelenggarakan pertahanan
rakjat dengan mempergunakan segala tenaga
jang ada pada kita , dibawah satu pimpinan ;
b. berhubung dengan sifat perdjoangan pada ma
sa sekarang ini satu pimpinan itu harus dile
takkan dalam tangan Tentara Nasional Indo
nesia ;
C. untuk dapat menggerakkan tenaga jang tidak
bersifat militer dengan tjepat dan setjara ef
fektif, maka perlu ditundjuk satu instansi pe
merintahan jang dengan penuh pertanggung
an-djawab mengatur dan mengusahakan segala
tindakan pertahanan sipil , jang dipandang per
lu dan dikehendaki oleh pimpinan tentara.

Menetapkan :

Pertama : Pertahanan rakjat jang total berada di


bawah satu pimpinan jaitu Tentara Nasional In
donesia dengan hak untuk mempergunakan segala
tenaga baik jang bersifat ketentaraan maupun jang
tidak.

Kedua : Segala usaha pertahanan sipil didaerah di


lakukan dan dikoordinir oleh Dewan Pertahanan
Daerah ; pimpinan Tentara Nasional Indonesia
jang bersangkutan memberi petundjuk kepada De
wan Pertahanan Daerah tentang usaha pertahanan
sipil jang diperlukan.
Ketiga: Dewan Pertahanan mengatur dan mengu
sahakan dengan segera tindakan-tindakan jang di
maksud dalam ajat ,,kedua".
Keempat : Dewan Pertahanan Daerah mengadakan
koordinasi antara djawatan-djawatan dan kantor
kantor dari berbagai-bagai kementerian jang ber

46
ada didaerah itu dengan berpedoman pada instruksi
jang telah diberikan kepada djawatan-djawatan dan
kantor-kantor itu oleh kementeriannja masing-ma
sing dan pula dengan mengingat apa jang dimak
sudkan dalam peraturan Presiden no. 3 tahun 1946
dengan pendjelasannja termuat dalam instruksi
Dewan Pertahanan Negara no. 5 tertanggal 22 No-.
pember 1946 .

Keenam :
c. pimpinan Tentara Nasional Indonesia baik di
pusat maupun didaerah memberikan perintah
nja kepada djawatan-djawatan atau kantor
kantor sipil atau kepada rakjat tidak setjara
langsung, tetapi selalu meliwati Dewan Perta
hanan Negara atau Dewan Pertahanan Daerah.

Pendjelasan Umum
Perdjoangan kita pada umumnja dalam mengha
dapi serangan musuh pada saat ini telah tiba dalam
suatu fase, sehingga segala tenaga jang ada, baik
jang bersifat militer maupun jang bersifat sipil, ha
ruslah dikerahkan sesempurna-sempurnanja dan di
tempatkan dibawah satu pimpinan . Demikianlah pen .
dapat Gabungan Angkatan Perang jang dimuat da
lam suatu nota jang telah disetudjui pula oleh kabinet
dalam rapatnja pada permulaan bulan Juni 1947.

Berhubung dengan sifat perdjoangan pada ma


sa ini , maka pimpinan tersebut diserahkan kepada
Tentara Nasional Indonesia, baik dipusat maupun
didaerah.
Apabila dipandangnja perlu, maka pimpinan ten
tara didaerah berhak memberi instruksi-instruksi
jang tidak bersifat militer kepada djawatan-djawatan
atau kantor-kantor jang bersangkutan ; instruksi
itu harus disampaikan kepada Dewan Pertahanan Da
erah jang akan mengatur dan mengusahakan de
ngan segera segala tindakan-tindakan jang perlu .

47
Karena djawatan-djawatan dan kantor-kantor di
daerah djuga mendapat instruksi dari masing2 ke
menterian dan akan mendapat pula instruksi dari
pimpinan tentara (dengan melewati DPD) , maka un
tuk mentjegah terdjadinja kekatjauan atau perten
tangan dalam perintah-perintah jang diterimanja,
DPD harus mengadakan koordinasi antara djawatan²
dan kantor-kantor jang bersangkutan. Dalam hal ini
harus dipakai sebagai pedoman isi dan maksud per
aturan Presiden no . 3 tahun 1946 dengan pendjelasan
nja dalam instruksi DPN no . 5 tertanggal 22 Nopem
ber 1946.

Supaja djangan ada salah paham , disini harus


ditegaskan, bahwa penetapan DPD no. 85 ini tidak
bermaksud mengadakan diktatur militer. Dari fasal²
penetapan tersebut djelaslah, bahwa jang dimaksud
ialah koordinasi antara militer dan sipil.
Dalam pada itu sebaliknja harus diinsjafi benar,
bahwa pimpinan pertahanan rakjat jang total ini di
letakkan dalam satu tangan , jaitu Tentara Nasional
Indonesia. Ini berarti bahwa didalam hal pertahanan,
petundjuk-petundjuk dari Tentara Nasional Indone
sia itu harus diturut ( dilaksanakan) ". ....

Peraturan-peraturan tsb. belum dapat mendja


min akan tertjapainja suatu pimpinan dan organisasi
jang objektif sesuai dengan kebutuhan. Sebab pihak
kepartaian dan golongan-golongan politik masih dibe
ri hak turut menentukan setjara langsung segala ke
bidjaksanaan , lagi pula lasjkar2 pada umumnja masih
sadja merupakan tentara dari partai-partai, ada jang
setjara langsung atau resmi, ada jang setjara tidak
resmi. Djadi pendeknja , selama soal-soal politik ke
partaian itu masih sadja djadi faktor jang diikutser
takan, maka pertimbangan-pertimbangan jang objek
tif sukar mendapat tempat jang selajaknja.

48
2. Pertentangan antara po

litik dan strategi

Dibagian sebelum ini telah di


uraikan peristiwa pertentangan antara politik dan
militer, antara pertimbangan- pertimbangan politis
juridis dengan pertimbangan-pertimbangan strategis.
Pertentangan itu kita ketemukan antara Sukarno
Hatta-Sjahrir-Amir Sjarifuddin sebagai pemerintah
disatu pihak dengan Tan Malaka dkk . dari Persatuan
Perdjoangan dilain pihak . Baik kita simpulkan lagi
pernjataan-pernjataan pemerintah.
Kabinet R.I. pertama jang telah menganut ,,dja
lan diplomasi", telah mengumumkan pernjataan sbb.
(seperti dimuat dalam harian Berita Indonesia tgl.
29 September 1945, no . 2 ) :

Politik Republik Indonesia


Kami para pemimpin sadar benar, bahwa tang
gung djawab kepada tanah air, bangsa dan sedjaran,
kami pikul sepenuh-penuhnja. Kami sama sekali ti
dak mendjalankan „, politik sandiwara”, akan tetapi
adalah menurut pikiran dan menurut hati nurani ka
mi. Kami sedia berhadapan dengan Mahkamah Sedja
rah jang akan mendjatuhkan keputusan benar atau
tidaknja politik jang kami djalankan kini.
Politik jang diambil oleh Republik Indonesia ha
rus dihadapkan kepada dunia internasional. Sekarang
jang pertama diperlukan ialah : Diplomasi ! Tapi pula
didalam mendjalankan diplomasi jang mendjadi tu

TNI II 4 49
lang-punggung ialah kekuatan batin serta materiil
dari segenap bangsa. Tidak ada satu negara bisa ma
suk kedalam gelanggang internasional hanja dengan
diplomasi sadja, tetapi dibelakangnja - bahkan jang
mesti mendjadi dasar - ialah adanja suatu tenaga
kekuatan

Pertentangan politik dengan militer terasa diwaktu


tahun 1946 bagian kedua, ketika pasukan-pasukan
kita jang mengepung kota-kota pendudukan melaku
kan blokkade makanan, sehingga musuh jang berada
didalamnja menderita sampai mendekati tingkatan
kelaparan. Sedangkan pihak pimpinan politik R.I.
mengadakan persetudjuan dengan Sekutu untuk pen
djualan bahan-bahan makanan bagi kota-kota itu,
sehingga Panglima Besar Sudirman mengeluarkan
interview-interview jang menjatakan ,, memberi ma
kan kepada musuh jang sedang menjerang kita”.
Akan tetapi pemerintah meneruskan maksud-mak
sud politiknja. Setelah ,,peristiwa 3 Djuli " tersele
saikan, maka pemerintah dengan sungguh-sungguh
memulai perundingan-perundingan cease-fire.
Perundingan permulaan ditingkatan politik meng
hasilkan komunike bersama :
1. Tentang gerakan militer dari kedua pihak.
Beberapa opsir TRI akan dikirimkan ke Dja
karta untuk membitjarakan ,,technische deta
ils" dengan markas besar Serikat. Lord Kille
arn sanggup membitjarakan hal ini dengan
pihak jang bersangkutan.
2. Tentang pengangkutan Apwi Sjahrir sanggup
mendjamin terlaksananja dan 3 orang opsir
TRI selekas mungkin akan dikirim untuk mem
bitjarakan dengan pihak Inggeris .
3. Tentang perhubungan kita dengan bangsa In
dia dan Tionghoa Sjahrir menjatakan tetap
akan melindungi sepenuhnja penduduk bangsa
India dan Tionghoa di Indonesia.
Pemerintah RI menjusun delegasi-delegasi militer
RI untuk perundingan-perundingan cease-fire, jang

50
diketuai oleh Djenderal Major Sudibyo dan berang
gotakan Kolonel Simatupang, Komodor Suriadarma ,
Kolonel Simbolon dan Kolonel Tjokronegoro.
Mereka membawa instruksi Menteri Pertahanan
setjara tertulis :
(1 ) gentjatan sendjata untuk seluruh Indonesia
baik didarat, dilaut maupun diudara.
(2 ) penghentian pemasukan tentara Serikat dan
atau Belanda ke Indonesia selama gentjatan
perang berlaku.

(3 ) djaminan dari Serikat , bahwa tidak ada pe


njerahan sendjata oleh Serikat kepada pihak
Belanda, baik setjara langsung maupun se
tjara tidak langsung.

(4 ) penjingkiran orang-orang Djepang , baik mili


ter maupun sipil, dari seluruh Indonesia.
(5 ) pembukaan dan kebebasan memakai segala
djalan lalu lintas baik didarat, dilaut maupun
diudara.
Delegasi Inggeris-Belanda dipimpin oleh Djenderal
Major Formann dengan anggauta - anggautanja Djen
deral Major Buurman van Vreeden dan Brigadir
Djenderal Lauder.
RI menghendaki cease -fire dalam arti jang selu
as-luasnja, sehingga dengan penghentian pertem
puran itu terbuka pula perhubungan ekonomi sepe
nuhnja . Sebaliknja Serikat menghendaki cease -fire
dalam arti jang terbatas kepada menghentikan tem
bak-menembak digaris -garis perbatasan agar dapat
berlangsung perundingan politik jang harus menje
lesaikan masalah-masalah jang lainnja . Mereka tju
ma memerlukan ketenteraman pada perbatasan kota
kota pendudukan, dan penghentian blokkade bahan
makanan, sambil tentara India ditarik mundur dan
tentara Belanda tiap minggu ber-ribu -ribu ke Indone
sia untuk mengoper semua kedudukan - kedudukan
Serikat itu .

51
Sedang perundingan berlangsung tibalah rombo
ngan pertama Divisi ,, 7 Desember" di Priok jang ke
mudian disusul oleh lk. 80.000 tentara Belanda lain
nja. Selama itu mereka perlukan keamanan, sehingga
perundingan gentjatan sendjata dalam arti jang ter
batas itu sangat mereka perlukan, karena posisi me
reka akan sangat terdjepit dan berbahaja djika TRI
melakukan serangan sekaligus dan serentak di- mana².
Pada sementara itu sikap pasukan2 mereka di
pinggir-pinggir kota adalah defensif aktif untuk
terus mengikat dan mengganggu kita, sambil aksi
marine Belanda dilaut semangkin hebat untuk mem
blokir Djawa-Sumatera dan mengisolir pulau-pulau
Seberang.
Pada taraf itu Belanda sedang mempasifisir pu
lau-pulau jang luas ini , sehingga ketjuali di Bali, Ka
limantan Selatan dan Sulawesi Selatan, perlawanan
gerilja telah habis. Belanda memulai konperensi Ma
lino jang disusul oleh konperensi - konperensi lainnja
untuk mendirikan negara-negara bagian dan memba
ngunkan tenaga-tenaga politik federalisme guna me
ngepung dan mengimbangi R.I.
Djadi baik dalam arti strategis maupun politik,
mereka memerlukan keamanan sementara serta sta
tus quo di Djawa, jaitu untuk membangun kekuatan
politik dipulau-pulau Seberang dan untuk menda
tangkan 4 divisi buat Djawa- Sumatera lengkap de
ngan berlusin-lusin bataljon pendjagaan kota.
Djelaslah bahwa baik politis maupun strategis,
pada dewasa itu kita harus beroffensif dan tidak bo
leh menerima penjelesaian lapangan demi lapangan
dan pulau demi pulau . Kita kuat dalam perdjoangan
jang menjeluruh tapi Belanda kuat dalam perdjoangan
jang bersifat bagian demi bagian.
Oleh karena itu politik nasional kita dewasa itu
adalah sesuai dengan kebutuhan lawan kita. Buat
strategi politik maupun militer seharusnja lebih
menguntungkan bagi kita , djika tak ada cease-fire.
Akan tetapi karena pimpinan negara kita memang

52
memokokkan perdjoangan nasional pada diplomasi,
maka cease-fire itu dipaksakan dan dalam hal ini da
patlah kita benarkan pendirian R.I. jang menuntut
penghentian permusuhan dalam arti jang se-luas²nja.
Akan tetapi perundingan ini buntu , dan tinggal
djadi persoalan bagaimana pimpinan R.I. menerus
kan ichtiar atau dasar garis strategi jang ada itu.
Perundingan kembali ketingkat politik. Berha
dapanlah wakil-wakil Serikat (Lord Killearn, Wright,
Djenderal Major Formann ) dan wakil-wakil Belanda
(Schermerhorn, Idenburg, Letnan Djenderal Spoor,
Kapten ter zee Willinge, dengan wakil-wakil R.1.
(Sjahrir, Dr. Sudarsono, Djenderal Major Sudibjo ,
Kolonel Simbolon dan Letnan Kolonel Kartawirana )
pada tanggal 9 Oktober 1946.
Karena pengertian para politisi dikedua belah pi
hak sudah sama, jaitu segera mengadakan cease
fire agar perundingan politik dapat berdjalan dengan
lantjar, maka 5 hari kemudian sudah tertjapai per
setudjuan pokok. Dalam perundingan gentjatan sen
djata ini R.I. diwakili oleh para kepala staf ( Letnan
Djenderal Urip Sumohardjo, Komodor Suriadarma,
dan Laksamana Pardi ) .
Hasil itu dimaklumkan dengan komunike tanggal
14 Oktober :

Pemusjawaratan telah menerima laporan panitia


gentjatan sendjata dengan bulat dan dengan bulat
menjetudjui bahwa mulai hari ini telah ada gentjatan
sendjata (perhentian permusuhan) antara pasukan
pasukan Serikat dan Indonesia . Gentjatan sendjata
ini akan berdasarkan pada resolusi pertama dari pa
nitia gentjatan sendjata. Tjara mendjalankan gen
tjatan sendjata itu dengan sebenarnja akan mendja
di kewadjiban dari panitia ketjil technis dengan pim
pinan komisi gentjatan sendjata bersama sebagai
kedua-duanja dinjatakan dibawah.

53
Resolusi Pertama :
Delegasi Belanda, delegasi Indonesia dan wakil
wakil Inggeris dengan bulat menjetudjui bahwa su
atu gentjatan sendjata akan ditetapkan dengan da
sar menetapkan kedudukan dan keseimbangan mi
liter dari pasukan-pasukan Serikat dan Indonesia.
Angka-angka djumlah pasukan-pasukan Serikat dan
Indonesia akan dipertukarkan dan diterima baik oleh
sekalian jang bersangkutan. 1

Resolusi kedua :
Delegasi Belanda, delegasi Indonesia dan wakil-wa
kil Inggeris dengan bulat menjetudjui mendirikan
satu komisi gentjatan sendjata bersama tingkat ting
gi untuk menilik pelaksanaan technis dari gentjatan
sendjata sebagai disetudjui dalam resolusi itu.
Komisi gentjatan sendjata bersama akan diberi
sjarat-sjarat petundjuk sebagai berikut :
,,Komisi akan memperhatikan dan mengambil pu
tusan tentang sesuatu kesukaran jang mungkin tim
bul dalam mendjalankan gentjatan sendjata atau se
suatu keluhan tentang pelanggaran gentjatan sen
djata".

Setelah tanggal 30 Nopember 1946 pada waktu


pasukan-pasukan Inggeris jang terachir sudah ditarik
dari ,,Hindia Timur Belanda" , anggota-anggota Ing
geris dengan sendirinja mengundurkan diri dari ko
misi gentjatan sendjata bersama. Pada waktu terbit
perselisihan sebelum 30 Nopember 1946 antara ang
gota komisi gentjatan sendjata bersama jang tidak
sanggup mereka selesaikan dengan djalan lain , seka
lian anggota akan tunduk pada putusan ketua.
Pada waktu perselisihan paham itu terdjadi sete
lah tanggal 30 Nopember, komisi akan menjerahkan
soal tersebut pada pemimpin tertinggi pasukan -pa
sukan Inggeris di Asia Tenggara dan tunduk pada
putusannja.

54
Resolusi ketiga :

Delegasi Belanda, delegasi Indonesia dan wakil


wakil Inggeris dengan bulat menjetudjui bahwa gen
tjatan sendjata bersama akan mendirikan satu pani
tia ketjil technis dengan susunan, sjarat- sjarat ten
tang petundjuk dan kewadjiban dimuatkan dalam
surat jang dilampirkan .

Keterangan bersama :
Panitia gentjatan sendjata seterusnja mengumum
kan keterangan bersama oleh delegasi-delegasi Belan
da dan Indonesia sebagai berikut :
,,Karena kedua belah pihak menghendaki gentjatan
sendjata sebagai langkah pertama untuk penjelesaian
dengan damai dari pertikaian politik sekarang ini,
teranglah bahwa kekuatan militer sekarang pada ke
dua belah pihak mesti diperhatikan sebagai satu
maximum jang akan dikurangkan djika gentjatan
sendjata itu sendiri berhasil dan keadaan politik men
djadi djernih.
Kenjataan bahwa sedjumlah besar dari tentara
,,Hindia Belanda" terdiri dari wadjib-tentara (milisi)
jang telah lama dikerahkan mendjadi alasan seterus
nja mempertjepat penjelesaian demikian setjara da
mai, serta memungkinkan lepas kerahan (demobilisa
si) mereka itu.

Hal inipun mengurangkan beban jang harus dipi


kul oleh negeri untuk membiajai kekuatan pasukan
pasukan Indonesia, termasuk pasukan-pasukan tidak
teratur, jang ada sekarang.
Kedua pihak akan memberi tahukan satu pada jang
lain tentang peraturan-peratuan jang diperhatikan
dan diambil tentang hal ini. Komisi gentjatan sen
djata bersama berhak untuk memberikan petundjuk
nja dalam soal ini".

55
Sjarat-sjarat petundjuk untuk panitia ketjil technis.
Keadaan susunannja :
1) Panitia ketjil akan terdiri dari kepala-kepala staf
tentara Inggeris, Belanda dan Indonesia, dalam
tiap-tiap hal terdiri tidak lebih dari tiga orang
opsir. Ketua dari pada komite ketjil ini adalah
kepala staf tentara Serikat di Indonesia (dalam
hal ini ialah Letnan Djenderal Mansergh).
2) Panitia ketjil akan berapat setjepat mungkin un
tuk :
a. mengadakan perhentian pertempuran (cease
fire ) dan kedudukan pasti ( stand-fast) se
tjepat mungkin ;
b. merentjanakan intruksi2 jang luas dengan
mana pemimpin2 militer didaerah dan pe
mimpin-pemimpin pusat angkatan laut dan
udara (Serikat dan Indonesia ) akan men
dasarkan perintah gentjatan sendjatanja
sampai sedalam-dalamnja.
Peraturan² ini akan meliputi petundjuk² seperti be
rikut :
I. tjara-tjara untuk mengurangi kemungkinan
pertikaian bersendjata,
II. penilikan gerakan orang-orang dan pasukan*
persediaan melalui daerah-daerah dan perba
tasan-perbatasan,
III. peraturan mendirikan badan perwasitan di
tempat-tempat untuk memeriksa dan menje
lesaikan bentrokan ketjil-ketjil .
IV. pemakaian pesawat diudara dan laut.
C. membentuk satu tjara dengan mana setjepat
mungkin pemimpin-pemimpin pasukan dapat
meminta bantuan tentang sesuatu kesulitan jang
berhubungan, atau jang dianggap pelanggaran
dari pada gentjatan sendjata kepada panitia
bersama tingkat tinggi untuk perwasitan dan
penjelesaian.
d. mengangkat wakil-wakil buat pembitjaraan
pembitjaraan setempat-setempat dan menge

56
luarkan instruksi-instruksi berhubungan de
ngan waktu dan tempat didalam tiap-tiap dae
rah ; dan mengatur pertemuan-pertemuan dari
wakil-wakil angkatan laut dan udara di Dja
karta ,
e. memperhatikan segala soal jang dikemukakan
oleh komite ketjil .
........
Pada malamnja pukul 21.00 Panglima Besar Su
dirman, Spoor dan Mansergh masing-masing mem
batjakan komunike bersama tentang gentjatan pe
rang didepan radio . Untuk TRI berbunji :
,,Kami, Panglima besar TRI, memberitahukan ke
pada Saudara-saudara sekalian, bahwa dalam pe
rundingan lengkap antara wakil-wakil Indonesia
dan Belanda jang dilangsungkan ini hari di Dja
karta jang diketuai oleh Lord Killearn, telah di
putuskan bahwa :
a. Gentjatan sendjata antara tentara Serikat dan
tentara Indonesia akan dimulai setjepat mung
kin bilamana dapat diselenggarakan.
b. Perintah lebih landjut tentang soal ini akan
diberikan kepada saudara2 setjepat mungkin.
C. Dalam waktu ini segala sesuatu harap diusaha
kan untuk mentjegah pertempuran".
Gentjatan ini didasarkan atas status quo politik
militer,jang harus dipertahankan sampai tertjapai
penjelesaian pertikaian politik. Untuk itu dipertahan
kan keadaan pemerintahan sipil kita jang ada dikota
kota garis-garis pemisah de fakto disekeliling kota
kota pendudukan dan kekuatan tentara masing-ma
sing.
Untuk malaksanakannja, dibentuk panitia- panitia
setempat di Medan (Kolonel H.Sitompul-Djenderal Ma
jor Scholten) , Padang ( Kolonel Ismail Lengah-Kolo
nel Sluyter) . Palembang (Kolonel Simbolon-Kolonel
Mollinger. ) Djakarta Barat (Let. Kolonel Djojoruk
mantoro-Kolonel Kuilemberg) . Djakarta Timur (Let.
Kolonel Suroto Kunto-Djenderal Major Dürst Pritt),
Bogor (Letnan Kolonel Kawilarang - Kolonel Thom
57
son), Tjiandjur (Letnan Kolonel Daan Jahja - Kolo
nel van Gulik ) , Bandung Utara ( Let. Kolonel Umar
Bachsan · Kolonel Meiyer) , Bandung Selatan ( Ko
lonel Hidajat - Djenderal Major de Waal ) , Semarang
(Kolonel Sunarto · Kolonel van Langen) , Surabaja
(Djenderal Major Sungkono - Djenderal Major de
Bruyne) .
Diadakan pula panitia-panitia sipil untuk mengatur
pemerintahan sipil dikota-kota pendudukan, berhu
bung Inggeris (akan menjerahkannja kepada Belanda
1 Tanggal 17 Oktober Presiden dan PM Sjahrir mem
berikan pendjelasan- pendjelasan di Jogja kepada pe
mimpin-pemimpin politik, lasjkar-lasjkar, organisasi
organisasi perdjoangan, sosial, wanita , pemuda, dan
sebagainja. Mereka menjatakan bahwa segala sesuatu
jang mengenai perundingan gentjatan perang itu me
rupakan suatu tindakan jang ditudjukan untuk men
tjiptakan suasana politik jang segar guna memulai
perundingan diplomasi . Dengan demikian maka diha
rapkan djanganlah hal itu menimbulkan keragu-ra
guan.
H. A. Salim djelaskan antara lain : .........Gen
tjatan perang jang kita hadapi waktu ini semata-ma
ta terbit dari pada kehendak pihak politik , bukan se
bagai hadjat keperluan berhubungan dengan hal
hal jang telah lalu melainkan sebagai pendahuluan
untuk maksud perundingan jang lagi hendak dilang
sungkan. Oleh karena itu perundingan pertama kali
jang dilangsungkan dalam kalangan pimpinan-pim
pinan tentara sadja dari kedua pihak jang berhadap
an, terpaksa mesti tidak berhasil.
Dan berhasilnja kemudian dalam perundingan an
tara badan-badan utusan itu, menetapkan keputusan
mengadakan gentjatan sendjata sebagai hadjat po
litik jang harus dilangsungkan oleh tentara kedua
"
belah pihak untuk kepentingan politik negara .........
Disemua tempat gagallah perundingan setempat
untuk menetapkan garis demarkasi dan pelaksanaan

58
truce, ketjuali di Palembang, dimana Simbolon - Mo
Ilinger segera mentjapai persetudjuan berikut :
1. Bahwa tentara Belanda telah setudju tak akan
memperluas atau meliwati batas daerah jang te
lah diserahkan kepadanja oleh tentara Inggeris
dan akan memelihara status quo (keadaan se
karang) .
2. Bahwa pihak Indonesia setudju akan memelihara
status quo dan akan mengadakan pengawasan
bersama atas corridor (perbatasan ) jang memi
sahkan daerah Republik Indonesia dan daerah
jang diduduki Belanda .
3. Apabila terdjadi insiden, pihak Indonesia dan
Belanda tak akan melakukan sesuatu tindakan
sebelum soal itu dimadjukan kepada komite ber
sama urusan sipil (Palembang sub komite) .
4. Bahwa pihak Indonesia setudju untuk terus mem
beri batu-bara kepada Belanda di Kertapati, asal
sadja :
a. Belanda membajar dengan uang jang dapat
diterima oleh pihak Indonesia ;
b. pihak Belanda menjediakan beras 100 ton
tiap bulan.
5. Bahwa pihak Indonesia setudju akan terus men
djalankan air dan penerangan listrik di Palem
bang dan akan terus memberi air dan penerangan
listrik kepada daerah-daerah jang diduduki Be
landa.
6. Bahwa pihak Indonesia setudju akan terus me
lever daging dan sajur-sajuran jang segar kepa
da penduduk militer dan sipil Belanda, asal sa
dja pembajarannja dilakukan dengan uang jang
dapat diterima oleh pihak Indonesia.
Deadlock di Medan diachiri oleh tjampur-tangan
Menteri Gani. Pertempuran- pertempuran semangkin
reda djuga .........dan pendaratan pasukan-pasukan
Belanda jang baru berlangsung semangkin pesat da
lam kota-kota jang terlindung itu.

59
Baik dibatja laporan Lord Killearn, jang dapat ki
ta ikuti dalam ,,Rahasia dan Akibat Linggardjati "
(A.S. Harahap ) : ".........Tentang kepatuhan bangsa
Indonesia kepada pemimpinnja antara lain -lain Lord
Killearn menerangkan didalam salah satu dokumen
rahasianja :
.we were very anxiously waiting for sudden
explosion from the Indonesian batteries . If some
one behind the Republican batteries pull the trig
ger of their guns, it means a terrible slaughter.
The river would be full of floating Dutch corpses...
Atau Indonesianja :
..kami sangat ketjemasan, kalau-kalau de
ngan tiba-tiba meriam-meriam Indonesia memun
tahkan pelurunja . Djikalau ada seorang dibelakang
meriam-meriam Republik itu menarik pelatuk sen
djata apinja, maka akan terdjadilah suatu pembu
nuhan-massa jang hebat. Sungai itu akan penuh de
ngan majat-majat Belanda jang terapung-apung……… ..
Laporan ini dikirimkan Lord Killearn ke London
setelah tentara Belanda - atas mufakat dengan Repu
620
lik - menempuh sungai Musi menudju Palembang un
tuk menggantikan tentara Inggeris-India jang men
duduki kota itu . Atas djasa-djasa Lord Killearn dju
galah maka tentara Belanda ini masuk dengan aman
ke Palembang. Hanja kota Palembang jang dikuasai
Sekutu dikala itu, sedang Sungai Musi dikuasai oleh
TKR. Lord Killearn telah dapat menggerakkan pemim
pin TKR untuk memerintankan anak buahnja dise
pandjang sungai itu supaja djangan menembak kapal
kapal pengangkut Belanda jang akan lalu disana
mengangkut tentaranja kekota minjak di Sumatera
Selatan itu. Mr. Amir Sjarifuddin, jang pada waktu
itu mendjadi Menteri Pertahanan , berangkat ke Pa
lembang dengan stafnja untuk mendjamin kesela
matan perdjalanan tentara Belanda tsb.
Dan ..... tentara jang dibiarkan lalu itu,
kemudian melakukan aksi militer kolonial disana jang

60
menjebabkan banjak bangsa Indonesia jang mendjadi
korban keganasannja.
Kesempatan masuknja tentara Belanda ke Palem
bang ini adalah hasil dari siasat Lord Killearn dan
terlalu pertjajanja pemerintah Republik kepada
orang asing jang bersendjata. Kemenangan Lord
Killearn dalam diplomasi ini berarti suatu keme
nangan besar pula bagi Belanda dan sudah tentu me
reka menganggap ini sebagai suatu djasa Lord Ki!
learn untuk kepentingan niat Belanda diwaktu itu.
Mereka selamat berdjalan dimuka mulut merian
Republik jang sebenarnja dapat diletupkan untuk
memenuhi Sungai Musi dengan majat-majat tentara
jang berniat mendjadjah ..... ...".

Disemua tempat, perundingan mengenai penetap


an garis demarkasi telah mentjapai djalan buntu . Pi
hak kita mempertahankan pos-pos jang ada dewasa
itu, tapi Belanda menuntut semua daerah jang ia
anggap dapat ditjapai oleh patrolinja, bahkan ia tun
tut batas-batas jang besifat geografis untuk keaman
an posisinja, sedangkan Panglima Besar kita tetap
membela teguh status quo.

Politik memaksakan cease-fire. Pemimpin-pemim


pin politik dari ketiga pihak tanggal 4 Nopember
1946 menginstruksikan ketiga panglima besar masing
masing agar terus sadja memerintahkan ,, cease-fire
dan stand fast", dan kalau perlu wakil-wakil dari
pusat akan datang didaerah-daerah untuk memberi
kan perintah-perintah dengan langsung.
Pengumuman ini dianggap disana- sini sebagai su
atu cease-fire dan stand fast jang sesungguhnja . Ka
rena itu terdjadilah penembakan oleh Belanda
difront Bandung Timur, berhubung pasukan kita te
lah ber-,, stand fast" dipos-pos jang tidak diakui oleh
Belanda, jang meminta korban jang banjak dari kita,
sehingga Panglima Besar terpaksa mengutjapkan
pidato radio sbb :

61
........Pada saat jang sangat penting dan genting
ini adanja perang urat sjaraf makin mendahsjat.
Perang urat sjaraf mana benar sangat membahajakan
perdjoangan kemerdekaan kita jang telah memur
tjak ini. Pada saat ini masalah gentjatan perang men
djadi salah satu masalah jang sangat hangatnja di
seluruh dunia terutama dikalangan masjarakat In
donesia jang sedang memperdjoangkan, membela
dan mempertahankan kemerdekaan negerinja. Maka
pihak musuh serta kaki tangannja berusaha sekuat
kuatnja untuk mengatjaukan urat-sjaraf dan pikiran
kita dengan djalan menjiarkan matjam-matjam beri
ta serta keterangan tentang masalah gentjatan pe
rang .
Hal ini dapat dinjatakan dengan adanja matjam
matjam instruksi jang tidak sama jang disiarkan
dan dikirimkan dari Djakarta kepada para pemim
pin pasukan pertempuran.
Pegang teguh pendirian kita bersama ! Tetap
berhati-hati dan waspada ! Pengalaman dan pela
djaran mulai djaman nenek mojang kita telah tjukup
dan wadjib kita djadikan pedoman untuk bekal
perdjoangan seterusnja ! Berhubung matjam-matjam
kedjadian jang menjebabkan banjak penderitaan dan
pengorbanan jang kita alami bersama, maka kami
sebagai anggota panitia tertinggi gentjatan perang
jang seharusnja turut bertanggung-djawab tentang
adanja pembitjaraan dan keputusan dari tiap-tiap si
dang panitia tertinggi gentjatan perang ( Joint Truce
Commission ) merasa wadjib untuk memberikan pen
djelasan tentang pengumuman komunike bersama
gentjatan perang tanggal 14 Oktober dan tanggal
4 Nopember jang telah menimbulkan kegelisahan
berhubung salah paham, jang disebabkan oleh ma
tjam-matjam instruksi dan siaran jang tidak sama
itu.
Adapun sari daripada komunike bersama gentjat
an perang tanggal 14 Oktober dan 4 Nopember ada
lah sebagai berikut:

62
1. Komunike bersama tanggal 14 Oktober itu ha
nja berwudjud suatu pemberian tahu belaka,
bahwa telah diadakan persetudjuan tentang
prinsip akan mengadakan gentjatan perang.
Bilamana perintah resmi pemberhentian tem
bak-menembak dapat dikeluarkan, masih akan
disusulkan ; dengan lain kata, masih akan di
rundingkan.
2. Komunike bersama tanggal 4 Nopember itu
berwudjud :
a. peringatan supaja sektor komandan²
memperhatikan komunike tanggal 14 Ok
ber.
b. pemberian tahu bahwa selekas mungkin
akan dikeluarkan perintah oleh ketiga
panglima tentara ( Indonesia - Inggeris
Belanda) .

Untuk mendjalankan setjepat mungkin pember


P hentian tembak-menembak, hal jang mengenai wak
tu keluarnja perintah ini masih sedang dirundingkan.
Demikian pula tentang kemungkinan akan dikirimnja
beberapa opsir dan atau utusan ketiap-tiap medan
pertempuran.
Pertjaja dan jakinlah, bahwa sampai pada saat
ini ketiga panglima tentara belum menanda-tangari
suatu perdjandjian bilamana keluarnja perintah pem
berhentian tembak-menembak.
,,Ingatlah anak-anaku dan saudara-saudara seka
92
lian ......
Tanggal 7 Nopember 1946 disiarkan pula dari Dja
karta garis-garis teknis dari persetudjuan 4 Nopem
ber 1946 .
Bagi pihak militer - jang harus tunduk kepada po
litik - maka sebenarnja tak ada djalan lain daripada
melaksanakan cease-fire selekas mungkin.
Sebab, djika suasana setengah berdiplomasi, se
tengah bertempur dan setengah ber-cease -fire ini di
biarkan berlarut-larut, maka R.I. akan tetap rugi,

63
sebab dalam hal demikian kita harus selalu terus ber
siap-siap, tak sempat mengkonsolidir diri, dan selalu
menghadapi insiden-insiden setempat dan sesektor.
Djustru dalam pertikaian-pertikaian setempat dan
sesektor inilah musuh beruntung, karena peralatan,
organisasi dan posisi mereka dikota djauh lebih baik
daripada kita. Siasat ,,mentjiptakan insiden-insiden
setempat" itu djelas menguntungkan musuh.
Logis hanja siasat ,,bertempur serentak dan seka
ligus dimana-mana" jang menguntungkan kita dan
djustru merugikan musuh, karena mereka sedang
mendaratkan pasukan-pasukannja dan menduduki
kota. Tapi karena hal ini dilarang oleh pihak pimpin
an politik, maka terpaksa kita segera ber-cease-fire
dengan sungguh-sungguh, tanpa menetek-bengekkan
lagi soal 1 kilometer madju atau mundur dalam hal
penetapan garis demarkasi, walaupun ini kiranja tak
tis penting sekali.
Peristiwa-peristiwa membenarkan pendapat iņi. De
ngan gagalnja pelaksanaan persetudjuan-persetudju
an gentjatan sendjata 14 Oktober dan 4 Nopember, Be
landa meminta lebih banjak konsesi lagi. Setelah pe
rudingan setempat gagal, dengan setjara sefihak me
reka mentjiptakan sendiri suasana setengah cease
fire setengah bertempur dan menetapkan garis de
markasi sendiri dengan kekerasan.
Dapat dipahami bahwa pihak kita makin merasa
djengkel, sehingga perundingan-perundingan setem
pat tetep buntu. Tetapi perundingan-perundingan
politik sudah landjut sekali . RI menerima federasi dan
Unie serta membatasi diri kepada Djawa- Sumatera,
hingga Belanda bersedia mengakui de fakto Republik
Indonesia di Djawa-Sumatera jang akan djadi negara
bagian dalam NIS sebagai negara jang berdaulat pa
ling lambat tanggal 1 Djanuari 1949. RI mengorban
kan proklamasi dan konstitusinja. Sedangkan menu
rut amanat Panglima Tertinggi ,,Politik Tentara ada
lah Undang-undang Dasar" . (Ditiap-tiap asrama dan

64
markas tersurat amanat Panglima Tertinggi : ,,Poli
tik Tentara ialah Undang-undang Dasar ......") .
Sementara itu Tentara Belanda terus membandjir
ke Indonesia. Divisi ke I hampir selesai berangkat,
divisi ke II dan ke III dalam mobilisasi dan latihan.
Demi kepentingan politik, maka kita korbankanlah
posisi militer kita di Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan dan Bali. Kaum gerilja kita disana tidak boleh
lagi memakai nama RI dan TNI, dan kita diperintah
kan menerima garis-garis demarkasi tuntutan Belan
da, jang pada umumnja telah mereka laksanakan de
ngan kekerasan berhubung dengan posisi pasukan
pasukan kita jang bersikap defensif belaka dan ber
tindak setjara lokal tanpa pimpinan pusat.
Oleh pihak politik telah disetudjui untuk menolong
kekurangan beras dikota-kota pendudukan dan meng
hentikan blokkade air terhadap Surabaja. Sebuah re
solusi telah disetudjui pula tentang penjerahan ke
kuasaan Serikat (Amacab ) kepada Belanda didjawa
tan-djawatan dimana terdapat pengawasan dari dan
koordinasi serta hubungan dengan Serikat.
Kepolisian akan diserahkan setjara demikian pula.
Tg. 21 Nopember putjuk pimpinan C.P. ( Polisi Sipil )
di Djakarta telah diserahkan oleh Brigadir Mitchel
dan Kapten Bank kepada Kepala Komisaris C.P. Be
landa, Noordhoorn dan Ijsbeart.
Dengan sendirinja CP Indonesia harus tunduk ke
pada perintah CP Belanda.
Zakaria, kepala CP Indonesia ingin tetap bebas,
karena mereka toch tidak akan mau menuruti perin
tah CP Belanda, sungguhpun mereka sanggup be
kerdja bersama-sama.
Tertjapai pula persetudjuan keuangan pada tang
gal 19 Nopember 1946 :
,,Berdasarkan atas pengetahuan, bahwa pemerin
tah Hindia Belanda semata-mata mengakui sebagai
alat pembajaran jang sjah uang jang dikeluarkan
olehnja, maka oleh karenanja, dan begitu djuga bah

TNI II 5 65
wa pemerintah RI hanja mengakui demikian uang
jang dikeluarkannja atau oleh karenanja, maka me
nunggu tertjapainja persetudjuan pasti dalam la
pangan politik, telah mengambil persetudjuan seba
gai berikut :
1. Didalam daerah-daerah jang diduduki Sekutu d
Djawa dan Sumatera dan didalam daerah-daerah
jang dinamakan daerah peminggiran (rand
gebieden) , jang berada dibawah pengawasan pe
merintah Republik Indonesia, terhadap mereka
jang mempunjai uang RI dan atau uang Hindia
Belanda, tidak akan diadakan peraturan hukum
an dan/atau akan dituntut.
2. Didalam daerah tersebut dalam pasal 1, tidak
boleh diadakan paksaan untuk menerima mata
uang masing-masing.
Berarti perdagangan pasar didalam daerah-dae
rah itu, bebas. Kedua pemerintah akan berusaha
untuk melenjapkan segala jang merupakan an
tjaman.
3. Kedua belah pihak dengan segera akan mengam
bil tindakan untuk memudahkan pengangkutan
bahan-bahan makanan dan lain-lain barang ke
luar dan kedalam daerah masing-masing untuk
membuka kesempatan antara kedua pemerintah,
mengadakan penukaran besar-besaran ( dari ba
han-bahan makanan dan bahan-bahan lain dari
daerah jang satu, dengan tekstil dan barang-ba
rang lain dari daerah jang lain) ".

Panitia-panitia setempat kita tetap menolak garis


demarkasi Belanda . Pasukan-pasukan Belanda su
dah berhasil menduduki Surabaja. Semarang, Ban
dung, Palembang, Padang dan Medan dan memper
oleh djawatan-djawatan pemerintah sipilnja. Di Bo
gor, Palembang, Padang dan Medan mereka mengha
puskan pula djawatan-djawatan RI, bahkan melaku
kan penangkapan-penangkapan, dan tidak memper
kenankan lagi adanja pemerintah RI dikota-kota pen

66
dudukan, walaupun status quo didjamin oleh perse
tudjuan cease-fire jang masih terkatung-katung itu.
Dapatlah dimengerti pidato pada hari Natal 1946
oleh Djenderal Sudirman, Djenderal Spoor dan Lak
samana Pinke.
Panglima Besar TRI berseru : ,,......... Tidak tju
kup pula kita hadapi dengan perundingan atau de
ngan protes belaka.
Kenjataan harus dan mesti kita hadapi dengan
kenjataan ! ......... ... ... ... ... ...
Bilamana kita mendjalankan kesanggupan itu ?
Djawabnja : Sekarang inilah saatnja mendjalan
kan kesanggupan itu."
Maka kekuatan dari pihak jang pro maupun jang
kontra, jang resmi, jang setengah resmi, jang tidak
resmi, dipersatukan dibawah satu komando meng
hadapi tentara Belanda.
Semangat garis belakang dan muka harus dihi
dupkan kembali. Dan tindakan ini tidak merugikan
negara kita didalam arus politik dewasa itu.
Tindakan ini telah ditimbang semasak-masaknja.
Pemerintah pusat RI sudah tjukup sabar, besar ke
inginannja menjelesaikan soal- soal itu dengan dja
lan damai, djalan berunding.
Tetapi achir-achir ini Belanda makin sewenang
wenang melanggar perdjandjian, sehingga menim
bulkan korban jang tidak sedikit, dan dalam pada
itu pemerintah tetap berusaha terus menempuh dja
lan damai dan perundingan.
Tentang sikap kita terhadap tindakan kedjam ten
tara Belanda diseluruh medan pertempuran jang me
njebabkan djatuhnja beratus-ratus korban itu , Pang
lima Besar menegaskan, bahwa satu-satunja sikap
ialah memberantasnja dengan segala kekuatan kita.
Tiap-tiap kesabaran ada batasnja ! Maka, disam
ping usaha perundingan pihak pemerintah , sekarang
tibalah saatnja bagi seluruh rakjat Indonesia untuk
menundjukkan kekuatannja.
Ini bukan berarti hanja mengadakan persiapan

67
sadja, tetapi segala persiapan kekuatan jang telah
ada harus segera kita pergunakan. Segala persiapan
kekuatan harus kita kerahkan, supaja tindakan mem
babi-buta Belanda itu tidak dapat meradjalela.
Dalam pada itu Panglima Besar memperingatkan,
bahwa dalam mengerahkan segala kekuatan meng
hadapi agressi Belanda, djanganlah kita lalaikan
usaha digaris belakang diseluruh lapangan.
,,Instruksi kami jalah :
1. Berdjoang terus. Djangan gontjang dan bim
bang menghadapi tindakan tentara Belanda
serta kaki-tangannja.
2. Kuatkan persatuan kita dan eratkan kerdja
bersama antara semua kekuatan jang ada di
negara kita.
3. Kerahkan tenaga kelasjkaran sebanjak -banjak
nja ketempat medan perdjoangan jang telah
ditentukan .
4. Kirimkan sebanjak-banjaknja alat2 sendjata
dan keperluan-keperluan lainnja kemedan per
tempuran.
5. Berdjoanglah dengan teratur. Djangan sekali
kali bertindak sendiri-sendiri.
6. Tetap teguh-kuat-hati-hati dan waspada”.
Beliau menutup pidatonja dengan komando jang
njaring : ,,Siaaap ! Madju djalan ! Mer
""
deka !
Dipihak lawan Djenderal Spoor membalas :
,,Kita tidak merampok dan tidak pula melakukan
antjaman-antjaman, tetapi mentjiptakan keamanan
dan memberikan perlindungan . Kita tidak pula mem
bunuh dan melukai, tetapi hanja mempertahankan
keadilan dan kemanusiaan" .
Panglima angkatan laut Belanda menambahkan :
,,Perundingan tentang gentjatan sendjata sekarang
ternjata merupakan ,, sinar jang menjesatkan ” ( dwaal
licht ) belaka. Bermula kita mengira bahwa dida

68
lam suasana jang penuh kegelapan ini, kita akan
mendapat obor jang terang dari tertjapainja perun
dingan truce itu. Pengharapan kita ini ternjata ham
pa belaka”.
Agitasi perang berkobar kembali. Badan-badan
perdjoangan jang kontra ,, Linggardjati” membentuk
divisi „ 17 Augustus " sebagai imbalan atas divisi
,,7 Desember" Belanda.
Status quo mendjadi chajal ! Sikap tentara Ing
geris adalah sesuai dengan kedudukannja sebagai
tentara pendudukan sementara . Ia membatasi diri
kepada tindakan-tindakan defensif dan pengawalan
sadja. Tetapi tentara Belanda bersikap agresif, jaitu
menjiapkan pangkalan-pangkalan jang tjukup aman
dan tjukup luas untuk melantjarkan tindakan-tin
dakan offensif dimasa jang akan datang. Pada tun
tutan Belanda itu kelihatan, bahwa ia bukan tjuma
meminta batas-batas jang geografis seperti sungai
sungai, melainkan ia rebut bruggehoofden di sebe
rang-seberang kali itu dan ia betulkan djembatan
djembatan besar di bruggehoofd itu, seperti di Ta
ngerang, Bekasi, Dajeuhkolot , dan lain -lain tempat.
Maka tertjapailah persetudjuan Linggardjati , hing
ga soal cease-fire dipaksakan dengan keras oleh ka
langan politik . Belanda berpendapat dan bersikap
seolah-olah cease-fire sudah berlaku sedjak adanja
persetudjuan-persetudjuan 4 dan 9 Nopember. Pang
lima Besar TRI berpendapat sebaliknja dan tetap
memperingatkan kita, bahwa belum ada perintah
cease-fire.
Pemarafan naskah ,,Linggardjati " membakar per
tentangan pro dan kontra antara partai-partai pe
merintah dan opposisi, antara lain dalam rapat-ra
pat dan interview-interview. Presiden dan Wakil
Presiden membela ,, Linggardjati" dalam rapat-rapat
umum. Presiden berkeliling berpropaganda . Tanggal
20 beliau menerangkan di Tjiamis didepan pemim
pin-pemimpin partai perdjoangan. tentara dan sipil,
bahwa beliau sebagai kepala negara bertanggung

69
djawab sepenuh-penuhnja atas isi rentjana perdjan
djian Indonesia-Belanda, karena beliau memang me
mengikuti dengan seksama tiap langkah dalam perun
dingan itu .
„ Saja setudju dengan isi rentjana perdjandjian
tadi, tapi djika seandainja KNI Pusat sebagai Ba
dan Perwakilan Rakjat kelak menolak perdjandjian
tadi, saja sebagai hamba rakjat akan tunduk kepada
keputusan kedaulatan rakjat jang saja tjintai itu ”,
demikian kata Presiden.
Banjak perbantahan mengenai soal „ Uni jang di
kepalai oleh radja Belanda" itu. „,Sajap Kiri" men
djelaskan, bahwa Uni itu adalah tidak mengurangi
kedaulatan kita dan tiada hubungannja dengan rijks
verband.
Dalam rapat raksasa di Garut pada tanggal 18 No
pember Presiden mengupas semua artikel „ Linggar
djati". Dengan tegas beliau njatakan, bahwa kita
tak perlu ragu-ragu , karena „ radja Belanda sama
sekali tidak menjinggung kedaulatan Republik In
donesia. Dan tidak ada satu artikelpun jang akan me
robohkan Pemerintah Republik Indonesia".
Pada tanggal 4 Desember 1946 Wakil Presiden me
ngadjukan pembelaan atas naskah tsb. :
..Dengan adanja adempauze itu kita da
pat berhubungan dengan luar negeri, mengadakan
verdrag dengan negeri lain dalam dunia ekonomi,
jang dewasa ini sangat kita butuhkan, untuk menem
bus blokkade ekonomi jang diadakan oleh Belanda
terhadap kita. Kita dapat mengirim duta keluar ne
""
geri ......
Karena kesengitan pertentangan maka Panglima
Besar Sudirman mengeluarkan order harian :
1. Djangan gontjang dan bimbang mendengar
atau membatja pengumuman dan siaran pro
paganda jang mengena rentjana persetudjuan
Indonesia-Belanda .
2. Djangan sekali-kali memikirkan diterima atau
tidaknja oleh Badan Perwakilan Rakjat, ka

TO
rena itu bukan kewadjiban tentara Republik
Indonesia.
3. Kewadjiban TRI sebagai tulang-punggung ne
gara selamanja harus tetap memperkuat dan
mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan
negara.
4. Perbaikilah dan eratkanlah kerdja-bersama
dengan semua kekuatan jang ada.
5. Djalan terus menurut segala instruksi jang te
lah diberikan .
6. Djangan bertindak sendiri-sendiri dan tung
gulah komando .
7. Fahamkan de ingatlah serta tepatilah sum
pah anggota-anggota pimpinan tentara jang
dilantik sendiri oleh kepada negara pada tgl.
25 Mei 1946 di Jogja.
8. Berdjoang terus sampai maksud kemerdekaan
dan kesatuan negara Republik Indonesia ter
tjapai.
9. Teruskanlah amanat ini kepada semua pradju
rit dengan penuh kebidjaksanaan.
Tersiarlah kabar-kabar bahwa pihak opposisi, te
rutama ,,Benteng Republik Indonesia" dan ,,Lasjkar
Rakjat Djawa Barat” akan mengadakan suatu coup.
Leluasalah perang psychologi musuh meradjalela
dalam suasana perpetjahan RI itu. Terdjadilah pel
bagai clash, seperti insiden pentjulikan Major Suroto
Kunto di Krawang, dimana agen-agen rahasia mu
suh memforsir clash antara TRI dan Lasjkar Rak
jat masing-masing sebagai tenaga bersendjata dari
pemerintah dan opposisi. Papan-papan pengumuman
dan dinding-dinding dikota itu penuh dengan tjatji
makian terhadap pimpinan negara.
Tapi Belanda meneruskan siasatnja dan mulailah
perang tafsiran mengenai „ Linggardjati" antara RI
dengan Belanda. RI berpegang pada isi jang tertulis
daripada naskah, tapi perlemen Belanda mengikat
naskah dengan mosi Romme van der goes van Na
ters, bahwa perlemen menerima naskah dengan sja

71
rat, bahwa pemerintah Belanda ,,terikat pada me
morie van toelichting dari komisi djenderal dan de
ngan tidak mengurangi sedikitpun keterangan pe
merintah tanggal 10 Desember 1946 dan tambahannja
pada tanggal 19 Desember 1946".
Interprestasi Belanda ini merobah samasekali se
mangat perdjandjian ,,Linggardjati". Kepertjajaaan
kita kepada Belanda tambah merosot.
Kabinet Sjahrir mengumumkan tanggal 13 Janu
arı 1947 :
„ Berdasarkan keputusan Dewan Menteri dalam
sidangnja di Linggardjati tanggal 22/23 Nopember
46, maka Dewan Menteri dalam sidangnja 13 Janu
ari 47 di Jogjakarta memutuskan, bahwa delegasi
pemerintah Republik Indonesia tetap dikuasakan
menandatangani persetudjuan Linggardjati, jaitu
dengan semata-mata berdasarkan pasal-pasalnja
seperti tersebut didalam naskah jang telah diparaf
tanggal 15 Nopember 1946, dengan pendjelasan- pen
djelasan didalam notulen dan surat-menjurat jang
resmi dengan pihak delegasi pemerintah Belanda,
dan tidak terikat oleh pembitjaraan atau pengu
muman-pengumuman diluar perhubungan jang res
mi antara kedua delegasi didalam atau diluar negeri” .
Presiden Sukarno merobah susunan KNIP sedem :
kian, sehingga perbandingan djumlah anggauta-ang
gautanja mendjamin pengesahan ,,Linggardjati” .
Djumlah anggauta ditambah dengan 232 orang lagi.
Penambahan ini terutama dengan anggauta-anggauta
dari golongan-golongan jang menjokong pemerintah,
antara lain diadakan golongan-golongan baru seperti
buruh dan tani dari ,, Sajap Kiri", sehingga Peraturan
Presiden no. 6 ini adalah memperkuat ,,kaum kirii”
dalam dalam parlemen sementara, jang berarti mem
pergampang ,,Linggardjati” .
Menurut Peraturan Presiden no . 6 itu susunan
KNIP jang baru adalah sbb :
Masjumi mendapat 60 kursi, PNI 45, Partai Sosi

72
alis 35, PBI 35, PKI 35, Parkindo 8, PKRI 4, Suma
tera tambah 39 mendjadi 50, Kalimantan 12 dahul
4, Sulawesi 15 dahulu 5, Maluku 7 dahulu 5 , dan
seterusnja.
Sedang dari pihak buruh dan tani jang dahulu be
lum mempunjai wakil, maka kini masing-masing
mendapat 40 kursi.
Masjumi-PNI terus beraksi dan menuduh penge
luaran Peraturan itu sebagai tjara jang litjik untuk
menggoalkan naskah ,,Linggardjati" . Mereka menu
duh bahwa Presiden telah mengambil tindakan dik
tatorial dan melanggar demokrasi, padahal ――― menu
nut pendapat mereka - beliau adalah seorang Presi
den konstitusionil dan kedudukannja hanja meru
pakan simbol belaka .
Pihak Sosialis-Kominis membela tindakan Presi
den itu, karena mereka menganggap hal itu sepe
nuhnja berada dalam kekuasaan Presiden. Kata me
reka Presiden kita tidaklah hanja berfungsi simbo
lis dan konstitusionil belaka seperti Presiden Pran
tjis , dsb .....……….
Masjumi mengusulkan agar diadakan tjara jang
luar-parlementer, jakni supaja diadakan pertemuan
antara pemerintah Sajap Kiri dan Benteng Repu
blik untuk menindjau soal dekrit no . 6 dan soal in
terpretasi Jonkman jang terkenal tentang maksud
„ Linggardjati". Masjumi memutuskan akan tetap
menolak dekrit no. 6. BPKNIP menerima usul mem
batalkan dekrit Presiden no. 6 itu . Dengan ini tim
bullah keadaan krisis.
Dalam hubungan ini Wakil Presiden mengeluar
kan ,,antjaman " dimuka sidang , bahwa djika Pre
siden dan Wakil Presiden tidak dipertjajai lagi, le
bih baik ditjarikan Presiden dan Wakil Presiden lain .
Pertentangan telah meluas kepada badan-badan
bersendjata. Lasjkar Rakjat Djawa Barat menen
tang naskah. Sebaliknja Dewan Kelasjkaran Pusat
dan Seberang, jang dipimpin oleh Djenderal Major
Djokosujono, mengirim kawat kepada Presiden :

73
„ Atas nama seluruh kelasjkaran jang tergabung
dalam Dewan Kelasjkaran Pusat terdiri atas lasj
kar Hisbullah, Lasjkar Sabilillah, Lasjkar Pesindo,
Lasjkar Pemberontak, Lasjkar Buruh, Lasjkar
Banteng serta Dewan Kelasjkaran Seberang terdiri

23 2 ap
atas Lasjkar Kalimantan, Lasjkar Sulawesi, Lasjkar
Maluku, Lasjkar Sunda Ketjil bersama ini mengutjap
kan sjukur kepada Presiden dengan diterimanja Per
aturan Presiden no.6 oleh sidang KNIP, hingga nega
ra terhindar dari bahaja perpetjahan .

过话
Kami seluruhnja menjatakan taat dan sanggup
mendjalankan segala perintah Presiden".
Sementara itu Belanda meneruskan siasatnja.
Terdjadi tuduhan-tuduhan jang tak habis-habisnja
antara kedua belah pihak. Bahkan Belanda memulai
perluasan daerah di Bogor, Palembang, dan lain-la WAS
in tempat. Mereka menghantjurkan sisa- sisa peme
rintahan sipil RI dikota-kota. Bahkan mereka de
ngan terang-terangan memulai offensifnja dan merebut
Krian, Sidoardjo, kemudian Modjokerto, sehingga
dari keresidenan Surabaja hanja tinggal kabupaten
Djombang sadja lagi jang masih berada ditangan
kita.
Belanda melantjarkan offensif militer dan politik.
Mereka berinitiatif melakukan aksi-aksi lokal, di
mana mereka senantiasa memperoleh kemenangan.
Sebaliknja kita tertekan oleh „ Linggardjati” dan
cease-fire. Suasana terkatung-katung ini mengun
tungkan Belanda untuk melakukan aksi lokalnja
dan menghambat kita untuk melakukan aksi total
serentak .
Belanda membentuk NIT, kemudian Daerah Isti
mewa Kalimantan Barat, sebagai lawan politik bagi
RI. Politik non-koperasi sudah runtuh didaerah-da
erah Malino, dan Westerling merampungkan ichti
ar itu dengan peristiwa ,,pembunuhan 40.000 djiwa"
di Sulawesi Selatan jang terkenal itu.
Djadi offensif politik dan militer Belanda memun
tjak dalam periode ini, lebih membubung daripada

74
kapanpun sebelumnja. Cease-fire dan ,, Linggardja
ti" mengamankan timbang-terima Inggeris kepada
Belanda, mengamankan pendaratan berpuluh-puluh
ribu tentara Belanda, mengamankan pembentukan
negara-negara NIT dan lain-lain, membuka djalan
bagi aksi-aksi Westerling di Sulawesi Selatan , dan
lain-lain daerah jang setjara resmi dilepaskan oleh
RI, sehingga Belanda hanja merasa berhadapan de
ngan ,,pengatjau liar" sadja.
Maka hantjurlah induk tenaga resimen Sunda Ke
tjil dan gugur pulalah komandannja Let. Kol. Ngu
rah Rai. Hal ini merupakan pukulan jang terhebat
bagi pihak kita selama perdjoangan rakjat di Bali.
Perang pasifikasi menghebat di Kalimantan, Sula
wesi dan Sunda Ketjil (Nusa-Tenggara ) . Dengan
hasil-hasil diplomasinja Belanda ,,menjelesaikan"
sendiri daerah-daerah Seberang.
Pertentangan-pertentangan mulai berkobar dian
tara pedjoang-pedjoang Seberang. Menurut lahirnja,
djika para pedjoang itu meneruskan perlawanannja,
mereka berarti melanggar „ Linggardjati” . Sedang
kan menurut batinnja pedjoang-pedjoang revolusi
itu toch tidak menjetudjui ,,Linggardjati".
Republik kini seolah-olah telah berbalik 180 dera
djat. ,,Boneka-boneka dan penghianat- penghianat"
jang telah menjeberang kepada pihak musuh achir
nja diakui djuga. Presiden NIT Sukawati, ketua par
lemen NIT Tadjuddin Noor, kepala daerah istimewa
Kalimantan Barat Sultan Hamid dan sebagainja, ki
ni mendapat pengakuan dari Republik. Hasil-hasil
Malino dan Den Pasar jang terkutuk itu, diakui pula.
Naskah ,,Linggardjati" itu ternjata merupakan
diploma bagi kaum kolaborator, dan merupakan hu
kuman bagi kaum pedjoang jang konsekwen.
Belanda tentu memanfaatkan suasana ini sepe
nuhnja. Gerakan militer diperhebat akan mengha
biskan sisa-sisa gerilja. Gerakan politik- psychologis
diperhebat pula. Pemuka-pemuka jang masih bersi
kap non-koperatif, dibudjuk atau diantjam, sehing

75
ga semakin banjak jang bersedia menerima kenja
taan-kenjataan politik dewasa itu. Dan sjukurlah
ada pemuda-pemuda, seperti Hasan Basri di Kali
mantan, Tantra di Bali, Kapten Lodewijk di Irian,
dan lain-lain jang tidak menggantungkan perdjo
angannja pada „ Linggardjati” setjara juridis-formil,
melainkan meneruskan aksinja dipedalaman . Mereka
ini tidak hendak berhenti bergerilja, sebelum kemer
dekaan penuh tertjapai, betapapun pemimpin-pemim
pin negaranja berkali-kali mengalah terhadap tuntu
tan-tuntutan musuh pendjadjah.
Oleh karena itu perlawanan rakjat di Seberang tak
pernah padam . Patriot-patriot sedjati berhimpun se
keliling perwira-perwira jang gagah perwira itu dan
meneruskan perang gerilja, jang takkan dapat dibas
mi oleh kekuatan sendjata musuh, karena ia berakar
dalam ideologi rakjat jang terbanjak. Letnan Kolonel
Hasan Basri dari ,,Gerakan Rahasia Divisi IV ALRI ”
telah gagal mengadakan persatuan komando untuk
semua gerakan dibawah tanah dalam pertemuan ra
hasia tanggal 17/18 Desember di Tabihi, Kandangan,
karena masih terdapat saling rebutan pengaruh. Oleh
sebab itu, dalam menghadapi aksi-aksi pembersihan
musuh, jang setelah persetudjuan ,,Linggardjati” ter
tjapai makin giat dilantjarkan, tenaga perdjoangan
kita amat lemah .
Hasan Basri melatih kader di Harujan . Tempat ini
lah salah satu sasaran musuh jang terpenting dalam
kampanje „ Linggardjati” ini . Banjak penduduk jang
dianiaja dan menderita . Hasan Basri dapat melolos
kan diri kehutanan dilembah Haniungan, 60 kilome
ter dari Kandangan .
Kaum gerilja terpaksa mentjari persembunjian di
gunung-gunung dan hutan-hutan, djauh dari kam
pung-kampung karena rakjat ditimpa oleh perasaan
takut dan satu kepada jang lain saling tjuriga-men
tjurigai.
Akan tetapi di Djawa-Sumatera terus berkobar

76
insiden-insiden, karena TNI berpegang pada instruksi
Panglima Besar untuk tetap mempertahankan setiap
djengkal daerah kita, sedangkan perintah resmi un
tuk cease-fire belum lagi dikeluarkan.
Maka walaupun terdapat perbedaan tafsiran jang
prinsipiil antara Indonesia dan Belanda mengenai
naskah itu, pihak politik kita tetap memaksakan pe
nandatanganannja dengan segera. Akan tetapi pihak
Belanda lebih dulu menuntut pengakuan ,,garis de
markasi” serta order cease-fire jang tegas dari pihak
Republik. Dan walaupun pertempuran- pertempuran
dengan patroli Belanda digaris-garis demarkasi ma
kin sering terdjadi, serta dengan penjerbuan²nja di
Bogor, Palembang, Krian dan Sidoardjo Belanda te
lah njata-njata melanggar cease-fire setjara prinsi
piil, namun pada tg. 12 Pebruari 1947 Presiden Su
karno toch mengeluarkan djuga perintah cease-fire :
Panglima Tertinggi Republik Indonesia.
Mengingat :
a. bahwa sedjak tanggal 14 Oktober telah dimak
lumkan keadaan gentjatan sendjata ,,state of truce” ,
b. bahwa oleh Panglima Besar Tentara, berdasar
kan persetudjuan jang tertjapai di Djakarta antara
pihak Indonesia dan Sekutu, telah diberikan perintah
untuk menghindarkan segala pertikaian bersendjata ;
C. bahwa diantara delegasi Indonesia dan komisi
djenderal pada tanggal 24 Djanuari 1947 telah ter
tjapai persetudjuan tentang pelaksanaan gentjatar
sendjata itu dan penetapan garis demarkasi.
Memerintahkan :
Kepada seluruh Angkatan Darat, Angkatan Laut
dan Angkatan Udara Republik Indonesia, seluruh
Lasjkar dan Barisan.
a). Sedjak tanggal 15 bulan Pebruari 1947 djam
24.00 segala penembakan harus dihentikan.
b) . Sementara menunggu perintah jang segera
akan diberikan oleh Panglima Besar tentang peneta
pan garis demarkasi dan hal-hal jang bersangkutan
.

77
dengan itu, maka semua pasukan supaja tinggal di
lempatnja masing-masing dan mendjalankan kewa
djiban sesuai dengan perintah Panglima Besar untuk
menghindarkan pertikaian kepradjuritan....…………….

Panglima Tertinggi Republik Indonesia


Sukarno

Para politisi memimpikan penanda-tanganan nas


kah ,,Linggardjati” sebagai pembuka djalan .
,,Andaikata naskah Linggardjati sudah ditanda-ta
ngani, maka tidak akan terdjadi kesukaran-kesuka
ran sematjam ini , sebab kita mempunjai dasar jang
njata dengan mana hal-hal jang penting dapat dirun
dingkan sebagian soal kita sendiri", kata Menteri Gani
Dan tanggal 25 Maret ditanda-tanganilah „ Ling
gardjati". Tetapi divisi Belanda jang kedua bertolak
ke Indonesia.
Pendirian pihak polisi : ,,Dengan pertempuran mu
suh tak dapat diusir dari Djakarta, tapi dengan politik
perundingan, kita akan memperoleh ibukota kembali ".
Akan tetapi pihak militer masih tetap sangsi akan
kenjataannja !..

78
3. Tentara Nasional

Indonesia .

Dengan memperhatikan uraian²


sebelumnja, maka dapatlah dibajangkan betapa musj
kil dan penuh komplikasi organisasi pertahanan kita,
sehingga sulit untuk mengaturnja, apalagi untuk
riempergunakannja, berhubung sulit diketemukan
satu instansi jang tjukup berkekuasaan menurut hu
kum dan tjukup berpengaruh menurut kepribadianja.
Dalam hal pimpinan ini terdapat dualisme. Menurut
Undang-undang Dasar asli, maka Presiden adalah
Panglima Tertinggi pula sehingga sepenuhnja me
megang kekuasan tertinggi atas APRI. Akan tetapi
sedjak pengambilan kekuasan oleh KNIP tanggal
16-17 Oktober 1945, maka kekuasan itu diserahkan
kepada Menteri Pertahanan , akan tetapi Panglima
Tertinggi tetap ada dan de fakto meneruskan posisi
nja jang lama, sehingga de fakto Panglima Besar be
rada langsung dibawah Panglima Tertinggi. Demikian
kenjataan jang berbeda dari keputusan KNIP, jang
telah muntjul dari pembantu pemerintah mendjadi
pemegang kekuasaan legislatif jang bertindak se
penuhnja sebagai MPR (termasuk DPR) sementara.
De fakto ada pimpinan dari Menteri Pertahanan
serta Markas Besar, dan sebagai pertemuan dari dua
garis pimpinan ini ialah Panglima Tertinggi dengan
Dewan Militer RI jang terdiri atas Presiden , Wakil
Presiden, Menteri Pertahanan. Panglima Besar, KSU
Tentara, Panglima AL dan AU.

79
Disamping itu ada pula Dewan Pertahanan Negara
jang terdiri atas perdana Menteri, Menteri Pertahanan,
beberapa orang menteri lain, Panglima Besar dan wa
kil-wakil organisasi perdjoangan (Masjkur, Sumarsono
dan Sardjono ) . Badan ini memegang kekuasan hu
kum perang. De fakto sehari-hari Dewan ini dipim
pin oleh ,,dwi-tunggal" Menteri Amir dan sekretaris
Dewan Mr. Ali Sastroamidjojo .
Dengan demikian ada puntjak-puntjak jang berupa
Panglima Tertinggi, Menteri Pertahanan, Dewan Mi
liter dan Dewan Pertahanan Negara, jang dewasa itu
belum dapat diatur kedudukannja masing-masing se
bagaimana mestinja . Djelas bahwa disini terdapat
dualisme sistim negara jaitu antara kabinet presiden
till menurut Undang-undang Dasar dan kabinet par
lementer menurut BPKNIP.
Oleh karena itu sulitlah menemukan tempat initia
tif jang tjukup kompetent dan berwibawa untuk me
mulai sesuatu usaha jang meliputi seantero perta
hanan.
Panglima Besar membawahi panglima² divisi, djadi
sebenarnja ia adalah panglima Angkatan Darat. Pula
ia membawahi panglima-panglima AL dan AU, se
hingga ia sepenuhnja mendjadi Panglima Besar APRI
Akan tetapi badan- badan administrasi (pemelihara
an) dari tiap angkatan berada dibawah pimpinan
Menteri Pertahanan jang masing-masing dikepalai
oleh seorang direktur-djenderal, jang tidak mem
punjai hubungan hierarchie dengan Panglima Besar
sehingga dalam hal pimpinan pertempuran P.B. APKI
itu tak mungkin bertindak sepenuh wibawanja. Dila
pangan Angkatan Laut malah terdapat pertentangan
antara direktur-djenderal dan panglima. Pula direk
tur-djenderal mempunjai pasukan-pasukan, berupa
divisi tentara laut dan divisi polisi tentara laut.
Setjara resmi dan de fakto Menteri menguasai atau
membawahi pimpinan -pimpinan jang tertinggi dari
tentara laut, lasjkar-lasjkar dan barisan-barisan, ma
sing-masing melalui direktur-djenderal AL, pemimpin

80
Biro Perdjoangan jang merangkap djadi ketua De
wan Kelasjkaran Pusat serta Dewan Kelasjkaran Se
berang (Jang terdiri atas pemimpin- pemimpin orga
nisasi-organisasi kelasjkaran) ; pemimpin Biro Per
djoangan ini menguasai pula Inspektorat pusat dari
barisan jang berisi tjadangan serta perlawanan rak
jat plus pertahanan sipil.
Djadi dalam hal komponen-komponen tenaga per
tahanan, hierarchinja adalah sbb.:
1. TRI (divisi-divisi TRI, TRI Angkatan Udara,
korps-korps armada AL ) dibawahi oleh Pang
lima Besar. Dibawah PB ABRI berdiri KSU Urip
Sumohardjo sebagai pemegang pimpinan staf
Umum Tentara, Panglima Angkatan Laut Laksa
mana Nazir dengan Kepala Stafnja Laksamana
Pardi, Panglima merangkap Kepala Staf Angkatan
Udara Suriadarma.
2. Lasjkar-lasjkar, jang dalam hal organisasi
dipimpin oleh partai-partai jang bersangkutan,
tapi taktis dan administratif diperintah oieh Men
teri Pertahanan melalui Djenderal Major Djoko
sujono, Pemimpin Biro Perdjoangan Pusat, me
rangkap ketua Dewan Kelasjkaran Pusat dan
Seberang. Lasjkar-lasjkar mempunjai tugas dan
posisi jang sama dengan TRI dalam hal perta
hanan, hanja TRI adalah kepunjaan negara dan
lasjkar adalah kepunjaan partai-partai . Sebagai
pimpinan taktis-operasionil diadakan djawatan
djawatan administrasi jang paralel dengan jang
ada dari direksi angkatan darat di Kementerian
Pertahanan .
3. Barisan Tjadangan, jang djuga bertugas dalare
perang partisan, sebagai pengawal territorial ser
ta dalam pertahanan sipil, jang dikuasai oleh
Menteri Pertahanan melalui Inspektorat Pusat
jang diketuai oleh Djenderal Major Djokosujono.
4. Divisi-divisi Tentara Laut, divisi Polisi Tentara
Laut dan divisi Polisi Tentara jang diperintah
oleh Menteri Pertahanan melalui Direksi AL

TNI II 6. 81
(Laksamana Atmadji) , dan Panglima Divisi P.T.
Djenderal Major Santoso . ( Jang terachir adalah
taktis dibawah Panglima Besar dan justitionil
dibawah Djaksa Agung) . Polisi Tentara Lasjkar
E
diperintah oleh Pemimpin Biro Perdjoangan Pu "w
sat.
5. Korps opsir-opsir politik jang bertugas meme
lihara ideologi dipimpin oleh Kepala Staf Pepolit
Letnan Djenderal Sukono Djojopratiknjo, jang
berada dibawah perintah Menteri Pertahanan .
(Pendjabat ini merangkap djadi Sekretaris Djen
deral Kementerian Pertahanan dan anggota Mah
kamah Tentara Agung) .
Pengurusan didaeran-daerah tidaklah berdasarkan
keperluan technis militer, chususnja pertempuran,
melainkan terutama menurut tekanan segi-segi po
litik dan administratif. Misalnja di Djawa Barat jang
menghadapi front Djakarta, Bogor, Tjiandjur, Ban
dung ada 2 divisi TRI ( divisi I dan II) , ada 5 Dewan
Pertahanan Daerah (keresidenen ) , ada 5 Dewan Ke
lasikaran dengan 5 Biro Perdioangan Daerah , 1 re
simen Polisi Tentara, 1 divisi Tentara Laut jang mem
punjai 2 orang panglima, dsb. jang semuanja tidak
mempunjai satu komando diatasnja untuk tugas per
tahanan didaerah tsb. , karena masing-masing mem
punjai atasannja sendiri-sendiri jang berhubungan
langsung di Jogjakarta.
Betapapun baik mutu masing-masing komponen
tadi, namun tidaklah mungkin dipergunakan dengan
semestinia. karena tiada instansi atau komandan jang
berkompetensi untuk menguasainja. Sebaliknia ba
njak terdjadi pertikaian-pertikaian, jang terpaksa di
selesaikan menurut perbandingan-perbandingan ke
Kekuatan setempat, karena tak ada suatu atasan jang
sama, ketjuali Panglima Tertinggi jang konstitutionil
itu.
Demikian misalnja untuk dapat melaksanakan pu
tusan kabinet akan mengatur perdjalanan kereta
api Tjikampek-Djakarta, perlulah surat dari Pangli

82
ma Tertinggi kepada TRI dan badan-badan perdjo
angan difront Djakarta Timur.
Maka Menteri Pertahanan tidak buta kepada ke
adaan jang musjkil itu. Setelah dikonsolidirnja Ke
menterian Pertahanan dengan ketiga direksi angkat
annja, dengan Biro Perdioangan, Pepolit, dll. , maka
pada bulan Mei 1947 beliau berpendapat sudah tiba
waktunja untuk menjatukan semua komponen tadi ke
dalam satu organisasi jang bernama Tentara Na
sional Indonesia, jaitu seperti jang ditjita-tjitakan
oleh pemuda-pemuda pedjoang bersendjata pada se
kitar saat proklamasi, dan menaruh urusan perta
hanan dan ketentaraan sepenuhnja dibawah keku
asaannja.
Tgl. 5 Mei 1947 dikeluarkanlah dekrit Presiden/
Panglima Tertinggi (menurut kebiasaan, djika tak
ada instansi iang dianggap tiukup berwibawa. maka
dikeluarkanlah dekrit Presiden, jang sebenarnja se
tjara resmi tak dikenal oleh hukum kenegaraan de
wasa itu ) :

Mengingat :
Menimbang :
Bahwa pada saat ini sudah tiba waktunja untuk
mempersatukan lasjkar dan tentara dalam satu
organisasi Tentara Nasional Indonesia ;
Setelah mendengar :
1). pertimbangan Menteri Pertahanan ;
2). pertimbangan Panglima Besar Angkatan Pe
rang;
3) . pertimbangan Dewan Kelasjkaran Pusat dan
Seberang.

Memutuskan :
Pertama :
Dalam waktu jang sesingkat-singkatnja memper
satuan Tentara Republik Indonesia dan Lasjkar
lasjkar mendjadi satu organisasi Tentara ;

83
Kedua :

Menjerahkan pelaksanaannja kepada suatu panitia,


jang kami ketuai sendiri uan selandjutnja terdiri
dari :
2. Wk ketua I : Wk. Presiden
3. Wk ketua II : Menteri Pertahanan
4. Wk ketua III : Panglima Besar.
Anggota-anggota :
1. Kepala Staf Umum Markas Besar Tentara,
2. Direktur Djenderal Angkatan Darat.
3. Fanguma Angkatan Laut.
4. Direktur Djenderal Angkatan Laut.
5. Panglima Angkatan Udara.
6. Kepala Staf Pendidikan Politik Tentara.
7. P.O. Biro Perdjoangan Pusat.
8. Panglima Div. III Tentara Republik Indonesia
9. Kepala Staf Umum Markas Besar Angkatan
Laut.
10. Pemimpin Barisan Hisbullah.
11. Pemimpin Barisan Pesindo.
12. Pemimpin Barisan Lasjkar Rakjat.
13. Pemimpin Barisan Banteng.
14. Pemimpin Barisan Pemberontak, •
15. J.M. Menteri Negara Wikana.
16. Ketua Badan Pekerdja Kongres Pemuda, Su
marsono .
18. Pemimpin TRI Peladjar.
Menteri Pertahanan sudah siap dengan konsep-kon
sepnja, jaitu : Untuk sementara akan terus ada ke
empat komponen : TRI, Lasjkar-lasjkar, TLRI dan
barisan-barisan dengan masing-masing markas be
sarnja. Jang dipentingkan sementara ialah lasjkar
lasjkar, untuk disusun dalam kesatuan-kesatuan
jang bersendjatakan 1 : 3. Pada umumnja ditiap da
erah diperkenankan ada 1 resimen dari tiap partai,
misalnja di Surakarta : 1 resimen Barisan Pembe
rontak RI, 1 resimen Barisan Banteng RI, dst. Dia
tas resimen-resimen itu diadakan 1 brigade jang ber

84
diri disamping divisi TRI. Tinggal taraf berikutnja
jaitu untuk kelak menggabungkan divisi TRI dengan
brigade lasjkar.
Disektor-sektor pertempuran sudah lazim diada
kan penggabungan komando dengan penundjukan
seorang pemimpin lasjkar sebagai waku komandan.
Pada umumnja kerdja - sama dirront itu berhasil ba
ik akan tetapi dibelakangnja penjatuan itu sulit di
wudjudkan, terutama disebabkan oleh karena pemi
lik lasjkar-lasjkar itu adalah partai-partai atau go
longan-golongan politik, jang tidak rela menjeraù
kan pasukannja begitu sadja kepada pemerintah,
apalagi karena lasjkar-lasjkar ini dengan sendirinja
mendjadi pelopor ideologi jang dianutnja itu, sehing
ga djuga turut aktif dalam pergolakan politik da
lam negeri.
Untuk mengatasi itu perlulah pribadi-pribadi jang
non-partai seperti Presiden, Wakil Presiden dan
Panglima Besar, jang pada umumnja didukung oleh
semua aliran dalam KI. Apa jang tidak mungkin
ditjapai melalui tata-negara , dapat djuga diselesai
kan oleh pribadi-pribadi tersebut.
Maka dapatlah dimengerti , bahwa persatuan jang
didekritkan itu belum dapat mentjiptakan kesatu
an, melainkan baru melahirkan taraf federasi sadja
dan pimpinan tertinggi mendjadi suatu perwakilan
dari semua komponen-komponen tentara dan kelasj .
karan itu.
Dengan pelaksanaan maksud-maksud Menteri Per
tahanan itu djelas kiranja, bahwa akan ada pengu
rangan tenaga, karena djumlah orang harus seban
ding dengan djumlah sendjata jang ada. Karena itu
direntjanakan usaha-usaha demobilisasi dan penam
pungannja.
Setelah panitia bekerdja beberapa minggu , dapat
lah dikeluarkan penetapan Presiden tgl. 7 Djuni 1947 .
(Diantara 21 anggauta tjuma 3 jang beroposisi , jak
ni Hisbullah, Banteng dan Pemberontak, sehingga
rapat-rapat berdjalan lantjar ) :

85
Mengingat :
Putusan Panitia Pembentukan Organisasi Tentara
Nasional Indonesia ;
Menimbang :
Bahwa pada saat ini telah tiba waktunja untuk
meresmikan berdirinja Tentara Nasional Indone
sia ;
Menetapkan :
1. Mulai tanggal 3 Djuni 1947 kami sjahkan de
ngan resmi berdirinja Tentara Nasional In
donesia.
2. Segenap anggota Angkatan Perang jang ada
sekarang dan segenap anggota Lasjkar jang
bersendjata, baik jang sudah atau jang tidak
bergabung didalam Biro Perdjoangan, mulai
saat ini dimasukkan serentak kedalam Ten
tara Nasional Indonesia.
3. Pimpinan Tertinggi dari Tentara Nasional In
donesia dipegang oleh :
Putjuk Pimpinan Tentara Nasional Indonesia
jang terdiri dari :
1. Kepala : Panglima Besar Angkatan Pe
rang.
2. Anggota : Letnan Djenderal Urip Sumo
hardio.
3. Anggota : Laksamana Muda Nazir
4. Anggota Komodor Muda S. Suriadarma.
5. Anggota : Sutomo.
6. Anggota Ir. Sakirman.
7. Anggota : Djokosujono .
4. Putjuk Pimpinan Tentara Nasional Indonesia
mendjalankan tugas kewadjiban jang menge
nai siasat dan organisasi Tentara Nasional In
donesia, selama proses penjempurnaan Ten
tara Nasional Indonesia sedang berdjalan.
5. Semua satuan-satuan Angkatan Perang dan
satuan-satuan Lasjkar jang mulai hari tanggal

86
penetapan ini mendjelma mendjadi satuan Ten
tara Nasional Indonesia, diwadjibkan taat dan
tunduk pada segala perintah dan instruksi jang
dikeluarkan oleh Putjuk Pimpinan Tentara
Nasional Indonesia.

Kiranja nama T. N. I. dapat memuaskan aliran


dalam lasjkar-lasjkar, jang tetap berpendirian bukan
sebagai alat negara melainkan sebagai alat rakjat,
alat revolusi, „ alat bangsa” . Nama TR ( epublik) I
tetap dianggap sebagai sebutan buat ,, alat negara",
tapi
" nama TN ('asional) I terasa sebagai alat ,,bang
sa Indonesia.
Akan tetapi buat sementara dekrit-dekrit ini hanja
berarti perobahan nama belaka, karena 12 bulan
kemudian mulailah agressi Belanda I.
Dan agressi ini membuktikan betapa rendahnja
nilai organisasi kita dewasa itu, walaupun semangat
anak buah setjara individuil adalah tinggi.
Sementara itu gentjatan sendiata dan ,, Linggar.
djati " banjak sedikitnja sudah melemahkan keduduk
an Republik, dan melemahkan semangat perlawanan.
Kalimantan dan Indonesia Timur dilepaskan dengan
resmi. Hal ini mengakibatkan terpetjahnja perlawanan
гakjat aktif didaerah tersebut. Kollaborator -kollabc
rator merasa dirinja telah diampuni dan diakui olet
Republik. Kota-kota besar di Djawa dan Sumatera
dilepaskan pula dengan resmi sebagai kota- kota pen
dudukan Belanda.
Perdjandjian-perdjandjian itu berarti menguatkan
penerimaan rakjat indonesia terhadap tindakan-tin
dakan Belanda didaerah-daerah tersebut. Sebagiaa
dari rakjat dan pemimpin-pemimpin mulai memper
hitungkan akan datangnja masa damai dan keadaan
,,normal". Dengan demikian timbullah penjia-niiaan
terhadap persiapan perang. Lagipula persetudjuan
persetudiuan tsb . membawa perpetiahan intern iang
besar antara pihak-pihak jang setudiu dengan jang
tidak. Pihak jang setudju terus mempropagandakan
pendirian mereka . Pihak jang tidak setudju banjak

87
jang meneruskan perlawanan terhadap pemerintah.
Timbullah provokasi-provokasi jang luas terhadap
Sukarno-Hatta-Sjahrir-Amir dikalangan partai-par
tai politik dan badan-badan perdjoangan . Sebutan
sebutan untuk mereka sebagai penghianat, pendju.
al bangsa, dsb. amat banjak dilontarkan. Rakjat Indo
nesia, lebih-lebih para pemimpinnja, mendjadi tam
bah terpetjah-belah. Kedudukan tentara makin ter
djepit diantara posisi sebagai alat negara dan sebagai
alat perdjoangan rakjat.
Disatu pihak musuh merperkuat diri untuk mem
persiapkan serangannja . Dilain pihak kita makin
mendjadi lemah dan terpetjah-belah . Pendeknja su
asana jang paling baik buat musuh, dan jang paling
djelek buat kita.
Tentara dan badan-badan perdjoangan pada nama
nja sadja dipersatukan mendjadi Tentara Nasional
Indonesia, tapi pada sesungguhnja masih terus ber
laku keadaan jang lama. Persiapan pertahanan rak
jat desa dipegang oleh organisasi jang terpisah jaitu
Inspektorat Biro Perdjoangan, jang berada disamping
komando tentara dan disamping Dewan Kelasjkaran
Daerah. Pada tingkatan jang sama ada pula Dewan
Pertahanan Daerah sebagai badan legislatif dalam
arti dilingkungan per-undang2an darurat atau „ SOB”,
jang anggota nja terutama terdiri atas orang2 partai
Sementara itu partai-partai dan badan-badan perdjo
angan terus menjelenggarakan perdjoangan sendiri
sendiri dengan markas-markas dan bagian-bagian
pembelaannia sendiri pula. Persiapan, pimpinan dan
organisasi hanjalah tersalur via badan-badan jang
terpisah-pisah tsb. Dalam prakteknja banjak terdjadi
pertikaian, tiada koordinasi , malah banjak kekatjau
an. Komando satu tangan, sifat jang mulak perlu
buat tiap pimpinan pertahanan dan ketentaraan, tiadia
diakui sebagai keharusan.
Banjak persiapan-persiapan jang terbengkalai. Per
siapan perang gerilja jang sebenernja, belum lebih
daripada mengobar-ngobarkan semangat perlawanan

88
sadja, belum lagi tentang perantjangan-perantjangan
dan soal-soal pelaksanaannja. Persiapan-persiapau
tentang pemerintahan, tentang pengikut sertaan le
naga rakjat, serta dalam hal penggunaan bahan-ba
han dan sumber-sumber kekajaan negara, masih me
ngalami peraturan-peraturan dan instruksi-intruksi
jang bersimpang-siur. Sedangkan sementara itu di
Djawa telah tersedia tiga divisi Belanda untuk menje
rang, dan di Sumatera tiga brigade, semua dengan
sendjata serba lengkap dan modern untuk mengha
dapi tentara dan lasjkar-lasjkar kita jang hanja ber
modal semangat belaka.
Untuk sekedar mendjadi pegangan berupa garis
garis umum mengenai tugas dan tanggung-djawab,
maka disusunlah ,,Nota Panglima Besar". Dengan
resmi diaturlah desentralisasi komando. Muntjullah
daerah-daerah pertahanan autonom jang diberi nama
,,wehrkreise". Sebutan ini diambil dari istilah militer
Djerman, sesuai dengan lektur militer jang kita mi
liki pada waktu itu jang hampir terbatas kepada bu
ku-buku Djerman dari sebelum perang .
Sementara itu Belanda mulai mengadjukan tun
tutan-tuntutan jang ultimatif, antara lain supaja
TNI mundur dari gari-garis demarkasi . Dalam kegen
tingan sedemikian , ditengah-tengah perpetjahan-per
petiahan politik didalam negeri, kita mempersiapkan
garis-garis perlawanan kita dan garis-garis pemun
durannja, umumnja seperti dalam perang jang biasa,
oleh karena tiara-tjara perang gerilja masih belum
kita resapi. Kita mempersiapkan rentjana-rentiana
bumi-hangus. Kita menunggu kode Panglima Besar
,,Ibu Pertiwi Memanggil", sebagai isjarat bahwa Be
landa telah melanggar persetudjuan gentjatan sen
diata dan Linggardiati. Pendeknia bahwa dengan
resmi perang telah berkobar lagi, buat pertama ka
li setiara besar-besaran.
Tanggal 21 Djuli 1947 djam 02.00 kita mendengar
pidato Perdana Menteri Beel dari Nederland . Hal ini
bagi saja adalah suatu pegangan bahwa Belanda

89
akan segera menjerang. Perintah terus dikirim ke
pada semua brigade jang berada dibawah tanggung
djawab saja. Empat lima djam kemudian, sekitar
pukul 06.00- 07.00, serangan udara jang pertama
dilakukan atas kota Tasikmalaja , ibu kota semen
tara Djawa Barat, jang segera disusul dengan serang
an-serangan lainnja terhadap markas, rumah-rumah
dan asrama-asrama kita. Sementara itu garis demar
kasi masuklah berita-berita pertama, bahwa musuh
pada kl djam 00.00, djadi sebelum pidato PM Belanda,
telah menjerang kedudukan-kedudukan kita. Dari
tempat lain dilaporkan kedjadian-kedjadian jang se
rupa jang telah dilakukan pada hari sebelumnja djam
23.00. Kemudian datanglah seruan ,,Ibu Pertiwi Me
manggil" dari Panglima Besar Sudirman.
Dari Medan Belanda menjerang keseluruh Suma
tera Timur, ketjuali Asahan, dengan brigade Z ; dari
Padang kesekitarnja dengan brigade U ; dari Pa
lembang kehulu dengan brigade Y ; dari Djakarta,
Bogor dan Bandung keseluruh Djawa Barat dengan
divisi ,,B" Knil serta divisi I ,,7 Desember" ( „,,C" ) KL.;
dari Semarang keseluruh keresidenan plus Pekalong
an di Djawa Tengah dengan brigade T; dan dari Su
rabaja ke Oosthoek dengan divisi „ A” , tjampuran
brigade X Knil dengan brigade marinir.
Sebenarnja djumlah tentara penjerbu itu djauh lebih
ketjil daripada djumlah brigade-brigade dari lasjkar
lasikar kita, jang di Diawa sadja dewasa itu sudah
berdiumlah selusin lebih. Diumlah brigade Belanda
(brigade Inggeris) adalah 1 di Sumatera Utara, di Su
matera Tengah, 1 di Sumatera Selatan, 6 di Djawa
Barat, 1 di Djawa Tengah dan 2 di Djawa Timur.
Mari kita ikuti dengan singkat dialannja pertem
puran di Djawa Barat, dimana terdjadi operasi mu
suh jang terbesar.
Kota-kota sepandjang hari didatangi berturut oleh
pesawat-pesawat pemburu Belanda, jang menembaki
markas-markas dan asrama-asrama. Semua alat lalu

90
lintas, jang bergerak didjalan raja, terus-menerus
mendjadi sasaran tembakan udara. Perhubungan ba
njak terputus, gerakan disiang hari sangat terbatas,
pemburu-pemburu musuh bertachta sesuka- sukanja
diudara dengan tiada perlawanan dari pesawat maupun
sendjata penangkis kita, jang hanja terbatas kepada
mitraljur-mitraljur belaka. Timbullah suasana ter
kedjut, suasana ketakutan, suasana kekatjauan.
Serangan Belanda jang mendadak itu memang
memperoleh hasil-hasil. Mereka menerobos garis
garis pertahanan kita tempo-tempo lebih tjepat dari
dugaan kita semula. Untuk pertama kalinja itulah
TNI mengalami serangan lawan jang modern. Keku
atan TNI dengan organisasinja jang sederhana, la
tihan dan peralatannja jang serba kurang, tidak bi
sa menghambat pukulan-pukulan musuh jang men
dadak, jang dipelopori oleh pasukan-pasukan ber
lapis badja dan pasukan gerak-tjepat mereka. Ge
rakan musuh ternjata telan dirantjang dan diper
siapkan djauh sebelumnja dengan teliti. Surat- surat,
peta-peta dan gambar-gambar udara jang djatuh
ditangan kita, menggambarkan ketelitian mereka jang
kadang-kadang lebin daripada pengetahuan kita sen
diri tentang keadaan kita. Tidak banjak pengham
batan jang bisa kita lakukan, ketjuali sekedar tem
bakan-tembakan infanteri disana-sini dari samping,
dan rintangan-rintangan djalan serta pengrusakan
djembatan - djembatan dan tikungan - tikungan
djalan. Bahkan semuanja itu dengan tjepat dibetul
kan kembali oleh pasukan-pasukan geni mereka, de
ngan alat-alatnja jang lengkap dan serba modern,
jang kebanjakan dari kita sendiri belum pernah me
lihatnja, apalagi mengenalnja.
Effek pukulan mendadak, effek pasukan-pasukan
gerak-tjepat jang mendampingi gerakan pasukan .
pasukan lapis badja, effek serangan udara sepan
djang hari, semuanja itu pada tingkat pertama me

91
mang banjak menimbulkan demoralisasi, lebih-lebih
bagi rakjat biasa .
Rentjana-rentjana operasi, jang sedjak mulanja
telah kita persiapkan, umumnja tidak lagi sesuai de
ngan keadaan. Semua pertahanan jang liniair dengan
sekedar perkubuan-perkubuan jang sederhana, per
tjuma belaka. Arah-arah pemunduran jang diran
tjang semula, umumnja tidak tjotjok pula. Banjak
diantaranja jang menuruti arah gerakan musuh, se
olah-olah seperti dalam perang antara dua tentara
jang setaraf dan setanding.
Maka soal jang terpenting pada tingkatan demiki
an ialah mengatur pemunduran-pemunduran untuk
menjelamatkan pasukan-pasukan, mengatur pengung
sian penduduk dan djawatan-djawatan sipil , serta
membumi-hangus, supaja musuh hanja menemui ke
kosongan dan kerusakan-kerusakan dikota- kota jang
mereka duduki.
Pemunduran pasukan-pasukan tersebut banjak
terdjadi setjara tjerai-berai. Seringkali komandan
komandan tidak mengetahui, dimana bawahannja
berada. Dalam tempo jang singkat djalan-djalan ra
ja sudah tak dapat dipergunakan lagi. Maka bagi
TNI hanja tinggal djalan-djalan kampung dan dja
lan-djalan setapak jang melintasi terrein-terrein pe
dalaman sadja lagi jang masih dapat dipergunakan.
Suatu kenjataan ialah, bahwa pasukan-pasukan atau
rombongan-rombongan, malah perseorangan- perse
orangan jang terpetjah-belah itu, semuanja menudja
kedaerah-daerah asalnja, kedaerah-daerah pangkai
annja. Demikian pula para komandannja. Bapak men
tjari anak, anakpun mentjari bapak.
Dengan makin djelasnja kedudukan komandan
komandan, maka achirnja kesatuan-kesatuannjapun
berangsur-angsur mulai terkumpul kembali. Berang
sur-angsur terdapatlah kembali gambaran kedudukan
pasukan-pasukan. Kurir-kurir mulai beraksi lagi, dan
kontak-kontak antara pasukan jang satu dan jang
lainnjapun mulai tersusun pula. Dengan berangsur

92
angsur dapatlah diatur kembali daerah-daerah tang
gung-djawab untuk brigade-brigade dan bataljon
bataljon. Masing-masing daerah pertahanan dibatasi
oleh djalan-djalan raja jang telah dikuasai musuh,
dan sasaran❜nja ialah lalu-lintas musuh dan kota
kota jang mereka duduki .
Ternjata bahwa tentara musuh jang modern itu
bukanlah lawan jang setanding bagi bataljon² kita jang
kurang latihan dan tjuma bersendjata 1 : 4. Nama
TNI merosot, karena tak mampu menahan serangan
musuh. Panik terdjadi dipelbagai tempat .
Betul tanggal 4 Agustus keluar perintah cease-fire
Sukarno-Spoor, akan tetapi segera kemudian tentara
Belanda di Djawa Barat meneruskan serbuannja dari
Tjirebon ke Tasikmalaja dan dari Bandung ke Garut.
Menjusul serbuan-serbuan dari Sukabumi ke Sukana
gara dan pada achir Oktober mereka menjelesaikan
aksinia dengan serbuan besar-besaran dari darat,
laut dan udara untuk menduduki kota-kota distrik
dipantai Selatan.
Keadaan kita adalah gelap, karena tak ada lagi
kemungkinan untuk mundur. Tanggal 20 Nopember
1947 pimpinan pertahanan divisi Siliwangi berapat
di Taradju (Tasikmalaja ) , tapi belum dapat meru
muskan bagaimana wudjud sebenarnja dari „ Per
tananan kakjat Total" seperti jang didengung-de
ngungkan oleh para pemimpin itu . Meskipun demi
kian kesatuan-kesatuan kita telah dapat membuk .
tikan, bahwa bagaimanapun beratnja pukulan-pu
kulan jang mereka derita, mereka tetap dapat ber
satu kembali dengan utuh. Ada beberapa bataljon
jang berhasil mengundurkan diri dari Kerawang ke
Priangan dengan menjusupi posisi-posisi musuh, bah
kan seluruh resimen Sadikin berhasil menjusup kem
bali dari Priangan Timur kedaerah Djakarta.
Maka dari peristiwa-peristiwa itu kami jakin, bah
wa T.N.I. dapat bergerak kemana-mana, dan bersa
ma-sama alat-alat sipil dapat berkantong dimana
mana, sehingga paling banjak musuh hanja dapat

93
menduduki kota-kota dan djalan-djalan raja sadja,

3
jang terus-menerus mendapat tekanan-tekanan dari
segala arah.
Sesungguhnjalah pemimpin-pemimpin militer kita
itu sebelumnja belum pernah mendapat didikan dan
latihan jang wadjar. Kita harus melatih dan mendi
dik diri dalam praktek tanpa guru lain daripada pe
ngalaman dengan bermodal kemauan dan pikiran
senat. Kita tidak memiliki buku-buku atau tulisan?
dari luar negeri jang bisa dipergunakan. ( Saja sen
diri setjara kebetulan mendapat sebuah buku dari
teman di Singapura tentang pengalaman Brigadir
Djenderal Wingate , jang amat membantu bagi pe
mikiran-pemikiran saja, sehingga kemudian istilah
Wingate mendjadi istilah jang lazim dalam T.N.I. ) .
Pada awalnja semua pasukan berusaha untuk mun
dur kedaerah-daerah pegunungan, umumnja disebe
lah Selatan garis Bogor-Bandung-Tjirebon. Maka pa
sukan-pasukan jang berasal dari dataran utara ber
angsur-angsur diperintahkan supaja kembali denga
tjara infiltrasi kedaerah-daerah utara untuk mem
bangun daerah-daerah pertahanan ditempatnja ma
sing-masing. Dengan demikian tertjiptalah kantong
kantong R.I. jang dikelilingi oleh kedudukan-kedu
dukan musuh .
6
Maka berangsur-angsur musuh memulai gerakan
gerakan pembersihan dari pangkalan-pangkalan me
reka kedaerah-daerah sekelilingnja. Patroli-patroli
musuh jang aktif dan intensif mendjeladjah kedesa
desa pedalaman , datang dari arah-arah jang, tak se
lalu terduga, dan biasanja pada malam hari. Pertem
puran-pertempuran jang dulunja tjuma dikenal oleh
kota-kota, berangsur-angsur mulai dikenal pula oleh
pinggir-pinggir kota dan achirnja djuga oleh desa
desa jang terletak djauh dipedalaman.
Setelah beberapa lama berada dalam keadaan ter
pukul lahir-batin, terdesak kedaerah-daerah peda
laman dan gunung-gunung, maka diinsjafilah bebera

94
pa hal pokok jang mendjadi modal siasat untuk se
terusnja :
1. Kesatuan-kesatuan kita tidak hantjur dan tidak
dapat dihantjurkan. Berangsur-angsur semua ter
himpun kembali dibawah pimpinan komandan
nja masing-masing.
2. Kita lepaskan sistim pertahanan liniair jang bia
sa, dan sebagai gantinja kita buat kantong-kan
tong pertahanan. Dalam kantong-kantong itu kita
teruskan kekuasaan de fakto R. I. beserta alat²
pemerintahannja. Rakjatpun mengungsi pula ke
kantong-kantong tersebut.
3. Pasukan2 dikembalikan kedaerah-daerah asalnja,
mula-mula atas prakarsa sendiri-sendiri, lambal
laun dengan tuntunan jang teratur dari atas.
4. Gerakan2 pembersihan musuh terhadap kantong
kantong kita, dapat kita atasi dengan tjara „ ku
tjing-kutjingan". Musuh datang, kita mengham
bur menghilang. Musuh pergi, kita berhimpun
kembali.
5. Berangsur-angsur kita dapat menggerakan pa
sukan-pasukan untuk kembali dan bergerilja di
pinggir-pinggir kota dan djalan-djalan raja, se
hingga achirnja seolah-olah musuhlah jang ber
4
kantong ditengah-tengah daerah kita.
6. Semangat perlawanan dan pengorbanan rakjat,
dibawah pimpinan lurah-lurah dan pamong desa
serta kiai-kiainja , ternjata sangat besar. Disitu
lah kita ketemukan pemimpin-pemimpin dan ba
pak-bapak rakjat jang sebenarnja. Semangat
merdeka mendalam sampai kegunung-gunung
dan ladang-ladang.
7. Dari pengalaman praktek dengan ber-angsura
kita dapat memiliki taktik gerilja jang selajak
nja . Mundur-menghilang , kalau musuh menje
rang. Muntjul menjerang dimana-mana, djika
ada bagian-bagian musuh jang lemah.
8. Dengan berangsur-angsur tersusunlah berma
tjam-matjam organisasi perlawanan rakjat, jang

95
berorganisasi pada tingkat-tingkat ketjamatan
dan desa² sebagai kesatuan-kesatuan pemerintah
an jang berdjalan dengan teratur, dan jang lang
sung berhubungan dengan rakjat.
9. Dengan putusnja hubungan keuangan dan per
bekalan dari pusat, maka ber-sama dengan peme
rintah sipil, pihak militer harus mengusahakan
sendiri kebutuhan-kebutuhannja dengan usaha
masing-masing didesa-desa. m
Maka dengan berangsur-angsur pelbagai peristiwa
diteliti dan dibahas serta diperdalam, dan diwudjud
kan mendjadi pedoman-pedoman perdjoangan. Lam
bat laun kantong-kantong itu kita himpun dan susun
mendjadi distrik-distrik militer dimana perwira
territorial beserta Pamong Fradja melaksanakan
pemerintahan gerilja. Dan disinilah pangkalan pasu
kan-pasukan gerilja kita. Seolah-olah Republik2 ke
tjil jang berdiri sendiri.
Perintah menghentikan permusuhan dari Dewan
Keamanan, jang diwudjudkan mendjadi perintah
Panglima-panglima tertinggi dari kedua belah pihak,
tidaklah merobah keadaan pertempuran sedikitpun.
Belanda meneruskan gerakan-gerakannja. Daerah
Djawa Barat terselatan sampai saat itu belum di
indjak oleh Belanda. Akan tetapi mereka meneruskan
gerakannja kepantai Selatan dengan mengikuti dja
lan-djalan raja. Aksi2 pamberesihannja semakin inten
sif, karena mereka mengalami kenjataan bahwa TNI
ternjata masih tetap ada, hanja terdesak mundur ke
kantong-kantong dan belum terbinasakan. Kekuasaan
mereka hanja berlaku dikota-kota dan didjalan
djalan besar sadja . Memang tak bisa mengadakan
gentjatan sendjata dalam perang gerilja, jang tidak
mengenal garis depan dan garis belakang, jang kar
tong-kantongnja mendjadi besar atau ketjil , menurut
keadaan operasi-operasi. Tentara anti-gerilja masuk
maka kantong mendjadi berkerut. Ia pergi, maka kan
tong mengembung lagi. Tidaklah mungkin ada suatu
batas, suatu garis demarkasi, untuk memisahkan da

96
erah -daerah kekuasan kedua belah pihak. Hanja ke
djurusan Jogja mereka tjiptakan ,,garis van Mook",
jang ditetapkan setjara sefihak. Lagi pula suatu gen
tjatan sendjata memerlukan perantaraan dan penga
wasan pihak ketiga, jang pada waktu itu djelas tak
ada . Dan Belanda tidak merasa dirinja sedang me
lakukan suatu peperangan atau sedang memerangi
pihak lain. Mereka , katanja , hanja melakukan „ aksı
polisionil" sebagai ,,pemerintah jang sjah dalam usaha
memadamkan suatu pemberontakan didalam negeri” ,
walaupun untuk itu mereka telah menggerakkan 150 .
000 tentaranja jang modern .
Awal Desember di Djawa Barat saja keluarkan in
struksi-instruksi untuk: 1 segera membentuk kantong
kantong jang merata kembali disemua distrik dan
untuk itu pasukan-pasukan disebarkan dan dikemi
balikan kepada daerah-daerah asalnja, 2 , membentuk
organisasi katong-kantong gerilja sebagai pemerintah
militer, jang dinamai KDM dan kader desa. Tiap-tiap
kantong harus menegakkan terus de fakto RI setjara
gerilja.
Untuk membuka djalan kepada hergroepering jang
baru itu dipernitahkanlah adanja „ serangan umum'
jang bertaraf-taraf, mulai tanggal 17-1-1948 . Kurir²
bergerak kepelbagai djurusan. Kesatuan-kesatuan
jang telah mentjapai pangkalan penjerangan itu sibuk
mempersiapkan rentjana-rentjana serangan setempat
dan penjusupan kembali kedaerah-daerah jang telah
ditinggalkan sekeliling kota-kotá besar dan djalan
djalan raja.
Gerakan baru itu membawa suasana kegembiraan
kembali , setelah sekian lama menderita tekanan ba
tin karena mundur terus dari kota sampai kegunung
gunung jang terpentjil.
Dalam keadaan itu dapatlah dilaporkan kepada
MBT, jang dewasa itu mengirim Kapten Dartojo se
bagai kurir istimewa, bahwa perlawanan sedang di
konsolidir dan persiapan-persiapan gerakan telan

TNI II 7 97
sampai kepada taraf penjusunan kembali kedekat ga
ris-garis 21 - 1 - 1947, jaitu garis demarkasi lama.
Oleh sebab itu bukan sadja garis demarkasi Vai
Mook harus ditolak, melainkan djuga garis demarkasi
menurut status-quo tanggal 4-8-1947 ketika perintah
cease-fire Sukarno-Spoor keluar, tak dapat diterima
lagi.
Berangsur-angsur dilaksanakanlah pengluasan
kantong-kantong, supaja merata memenuhi seluruh
wilajah tanggung-djawab. Pasukan-pasukan dikirim
melintasi dan menjusupi kedudukan-kedudukan mu
suh kedaerah-daerah jang masih kosong, terutama
disebelah Utara. Beberapa bataljon dipindahkan dari
pegunungan -pegunungan Selatan kedataran Utara,
suatu perdjalanan jang memakan tempo berminggu
minggu. Telah dimulai pula mengadakan perwira
perwira territorial untuk mendjadi penghubung de
ngan alat-alat sipil dan masjarakat .
Dimulailah suatu rentjana djangka lama, jaitu de
ngan berangsur-angsur, dibelakang pasukan-pasuk
an, memperluas kantong-kantong kesemua djurusan,
bahkan djuga kepinggir-pinggir kota-kota besar jang
diduduki musuh . Rakjat desa masih setia kepada Rc
publik, jang perlu ialah mengatur dan menjusunnja.
Dengan demikian makin lama makin sempurnalah
pelaksanaan siasat buat melelahkan musuh, mengi
katnja dimana-mana , memaksanja mendjadi tersebar
berhamburan disegala tempat, dan membuat mere
ka mendjadi immobil. Hal ini memaksa mereka puin
untuk mempergunakan puluhan bahkan ratusan de
tasemen dan pos - pos pendjagaan , praktis ditiap ke
tjamatan, ditiap kompleks onderneming dan sepan
djang djalan-djalan raja. Divisi-divisinja jang mo
dern mendjadi tidak effektif lagi. Jang lebih perlu
bagi mereka adalah ratusan pos dan detasemen po
lisionil. Oleh karena itu maka kesatuan-kesatuan ba
taljon infanteri mereka terpaksa dipetjah-petjah, ma
lahan demikian djuga halnja dengan kesatuan-kesa
tuan sendjata infanteri berat, kesatuan artileri dav

98
kavaleri mereka. Sebab jang mereka hadapi hanjalan
tugas pengawalan infanteri dan tugas kepolisian.
Djustru kekuatan-kekuatan jang demikianlah jang
bisa ditandingi oleh pasukan-pasukan kita, jang ha
nja merupakan pasukan-pasukan infanteri jang amat
sederhana. Dan jang demikian adalah tudjuan siasa
perang gerilja rakjat.
Perkembangan militer kita, jang sebagai hasil da
ri pukulan musuh jang mendadak mula-mula keada
annja mentjemaskan, berangsur-angsur mulai men
djadi baik kembali. Daerah-daerah perkantongan ki
ta semakin merata dan meluas, bahkan melebihi ke
adaan pada saat keluarnja perintah penghentian
permusuhan. Dengan berangsur-angsur pasukan-pa
sukan kita telah bergerak kembali mendekati garis
garis demarkasi dari sebelum penjerbuan Belanda ,
dan itulah semua kantong-kantong kita jang meng
ambil kedudukan diantara pos-pos dan detasemen
detasemen Belanda jang tersebar dimana-mana.
Dalam perkembangan-perkembangan tsb . terasalah
sjarat-sjarat pimpinan jang diperlukan oleh gerii;a
rakjat. Dan dalam perang gerilja ini jang banjak di
gerakkan umumnja adalah pasukan-pasukan ketji!,
sebesar satu peleton atau maxsimum satu kompi, la
gipula kantong-kantong itu, sedjauh jang dapat di
selenggarakan langsung sebagai satu kesatuan, um
umnja paling besar hanja sampai melingkupi daerah
onder-distrik sadja . Maka komandan-komandan dari
kesatuan jang lebih besar tidak langsung menggerak
kan seluruh kesatuannja , dan tugas jang paling pen
ting bagi mereka adalah membahas keadaan terus
menerus, mengatur pembagian pasukan-pasukan de
ngan sebaik-baiknja, merantjangkan koordinasi pel
bagai operasi-operasi ketiil, mengawasinja, meng
usahakan perbaikan-perbaikan, memberikan teruз
instruksi-intruksi kerdja, dsb. Pimpinan pada tiap
kantong harus memiliki autonomi jang sebesar-besar
nja. Mereka harus mempunjai wewenang untuk me
rantjang, mengawasi dan mengkoordinir semua po

99
kerdjaan. Merekalah jg. merumuskan pedoman ker
dja dan doktrine- doktrine perang gerilja rakjat jang
harus diresapkan kedalam sanubari tiap bawahan se
hingga mendjadi darah dagingnja.
Perlu ditetapkan garis-garis perang gerilja jang
umum jang disesuaikan dengan keadaan tempat dan
waktu jang chusus , jang memberikan perumusan
perumusan jang chusus pula untuk pedoman pelaksa
naanja.
Sistim komando dan perhubungan masih harus di
sesuaikan dengan perkembangan -perkembangan su
paja terdapat djaminan bahwa dimana-mana terasa
adanja pimpinan , dan bahwa instruksi-instruksi se
tjara periodik terus mengalir kebawah dan laporan
terus-menerus datang dari bawah. Terlalu sering ter
djadi bahwa komandan-komandan lupa kepada selu
ruh kesatuannja dan daerah tanggung-djawabnja,
dan mereka terlalu banjak memusatkan fikirannja
kepada kesatuan dan daerah jang berada dekat kepa
danja sadja, jaitu jang langsung dipimpinnja.
Sedangkan seharusnja ialah bahwa setiap kesatuan
dan territorium, dimanapun letaknja, merasakan te
tap adanja hubungan jang mesra dengan pimpinannja.
Maka komandan jang terlalu menetap pada suatu
tempat atau terlalu sering berkeliling (terlalu mobil ) ,
sulit dapat memenuhi keperluan demikian . Ia harus
dapat ditjapai setiap waktu, walaupun tempatnja tak
diketahui. Djadi, perlulah suatu komando jang mem
punjai pos-pos penghubung dan rombongan-rombo
ngan jang mobil, jang selalu mempunjai kontak lang
sung dengan bawahan-bawahannja .
Sesungguhnjalah ternjata dan terasa bahwa pangii
ma gerija itu kedudukannja bukanlah hanja sebagai
panglima dari sebuah kesatuan jang langsung me
mimpin operasi sadja , melainkan djuga harus bertin
dak sebagai pemimpin , pendidik dan penilik dalam ar
ti kata jang lebih luas.
Desentralisasi jang sangat luas itu memang meng
akibatkan banjak kesempatan bagi pemimpin setem

100
pat untuk bersikap dan bertindak sendiri- sendiri .
Maka dalam hal demikian moril dan disiplin tentara
perlu mendapat pengawasan jang lebih seksama. Djika
desentralisasi ini dipergunakan sebaik-baiknja untuk
kepentingan perdjoangan, maka ia akan membawa
manfaat jang sebesar-besarnja. Akan tetapi djika ke
sempatan-kesempatan jang dibukakan oleh desentra
lisasi itu disalah-gunakan setjara tak bertanggung
djawab, maka ia akan membahajakan djalannja per
djuangan itu sendiri.
Dalam suasana demikian mudahlah timbul kekeli
ruan-kekeliruan. Hubungan-hubungan jang kurang
terpelihara memudahkan pula bertjabulnja provokasi
provokasi dan fitnah-fitnahan. Sudah tentu musuh
pun mempergunakan kesempatan ini sebaik-baiknja .
Demikianlah pada saat-saat pertama itu kita alami
kekatjauan pikiran jang amat menguntungkan mu
suh. Terbentuklah berita bahwa komandan Anu sudah
dah menjerah atau menjeberang, perwira Anu sudar
mondar-mandir naik jeep dikota pendudukan , batal
jon Anu dan Anu sudah menjerah, dan pelbagai ma
ljam lagi. Dari ibu kota tersiar kabar, bahwa Pang
lima Besar telah berkapitulasi, sehingga dibeberapa
territorium berlaku instruksi untuk menangkapi
orang2 jang datang dari pihak Panglima Besar.
Petjah pula kabar bahwa pimpinan tentara katanja
telah diganti oleh Markas Besar. Seorang komandanı
menundjukan ,,radiogram dari Panglima Besar", ber.
isi perintah buat menjerah sadja kepada musuh.
Tak heranlah djika banjak pula pemuka- pemuka
rakjat sendiri , jang kemudian diikuti oleh rakjatnja ,
jang turut menjebarkan gelombang-gelombang pe
rang ,,urat sjaraf” itu . Ada komandan-komandan jang
menganggap bahwa dilain-lain tempat perlawanan .
telah habis, sehingga mereka merasa tinggal sendi
rian sebatang-kara . Keketjewaan dan pessimisme me
liputi hati mereka .
Dalam suasana demikian kedudukan pimpinan sa
ngatlah sulitnja . Akan tetapi tiap perang urat-sja

101
raf jang berlawanan dengan kebenaran itu, achirnja
akan dikalahkan djua oleh kebenaran. Alangkan
gembiranja bawahan-bawahan, apabila mereka me.
nerima maklumat atau instruksi jang datang lang
sung dari atasan-atasannja. Mereka merasa senang,
dan semangat perdjuangan mereka bertambah be
sar, djika dan setelah mereka mendapat kesempatan
bertemu muka dan mendengar pendjelasan- pendje
lasan dari utusan-utusan jang dikirim oleh atasan
atasan mereka . Terlebih-lebih djika atasan mereka
itu sendirilah jang datang menemui mereka.
Sektor perang psychologis dan propaganda me
rupakan bagian jang amat penting dari perang ge
rilja rakjat, tidak kurang pentingnja dari pertem
puran aktif dimedan laga. Apalagi dalam keadaan
seperti jang kita alami pada saat itu, dimana hubu
ngan-hubungan antara tempat jang satu terputus
dari jang lain, dalam perdjoangan jang tak mengenal
batas waktu pula. Chusus dinegara kita, jang rakjat
nja masih menderita kekurangan pengertian dan pe
ngetahuan, kekurangan kesadaran akan ukuran
ukuran proporsi persoalan dan peristiwa, dengan
demikian rasa objektivitetnja masih kurang pula, ma
ka bibit-bibit perang urat-sjaraf itu mendapat bumi
jang subur. Terlalu banjak ketjelakaan -ketjelakaan
dan kerugian - kerugian dalam perdjuangan kita, jang
disebabkan oleh perang psychologis itu sadja. Djaď
terbuktilah bahwa masjarakat jang tingkat ketjer
dasannja masih belum tjukup tinggi , dapat merupa
kan ikan-ikan jang djinak bagi umpan propaganda
dan massa-agitasi.
Dengan melandjutnja perang gerilja, tertjapailab
suatu perimbangan jang stabil dengan operasi-ope
rasi musuh . Siasat dan taktik perang gerilja rakjat
semakin disadari dan semakin dimanfaatkan. Dok
trine-doktrine dirumuskan dan dipeladjari. Effek
effek jang menguntungkan musuh dari pukulan -pu
kulan mereka jang mendadak dan mengedjutkan itu,
jang pada mulanja menggelisahkan dan mematahkan

102
semangat pedjoang² kita, kini telah lenjap. Maka
fikiran dapatlah diarahkan kepada penjempurnaan
perdjoangan, dan membangun dasar-dasar dan sja
rat-sjarat buat mendjamin kesanggupan perlawanan
jang lama. Peristiwa-peristiwa insidentil sudah tidak
lagi banjak mengganggu fikiran.
Usaha-usaha dalam sektor perlawanan militer ada
lah berupa penjederhanaan susunan-susunan dan me
njesuaikannja kepada tugas gerilja jang sebenarnja,
memusatkan daja tempur taktis kepada susunan-su
sunan kesatuan ketjil, jang merupakan tenaga peng
gempur dari gerilja. Dan usaha-usaha lainnja adalalı,
membentuk susunan-susunan territorial jang ber
tugas memelihara kantong-kantong, gabungan kau
tong-kantong, organisasi-organisasi perlawanan desa,
onder-distrik dan distrik ; menjesuaikan susunan pe
merintahan sipil dengan adanja perkantongan, me
ngadakan desentralisasi sampai kebawah sekali, men
tjari usaha buat menjelenggarakan pengadilan , ba
dan-badan kepolisian, penerangan, kesehatan, penga
djaran, keuangan dan lain -lain pada badan autonomi
jang meliputi kantong-kantong atau gabungan-ga
bungannja; mengatur perimbangan kekuasaan an
tara pihak militer dan sipil ; menjalurkan tenaga-te
naga pimpinan kedaerah-daerah asalnja atau keda
erah-daerah dimana mereka mempunjai pengaruh .
Ini semuanja merupakan suatu usaha jang maha
luas. Maka dalam suasana demikian sangatlah me
njedihkan dan mengetjewakan adanja peraturan-per
aturan, undang-undang dan susunan² ketata-pradjaan
jang tidak sesuai buat meladeni keadaan perang ge
rilja, dan tidak adanja peraturan-peraturan atau un
dang-undang untuk dasar mengadakan peraturan
peraturan dan susunan jang dibutuhkan oleh perang
gerilja. Timbullah pertikaian antara kebutuhan prak.
tis dengan ketata-hukuman, jang kadang-kadang me .
rupakan pertikaian antara pihak militer dan pihak
sipil. Biasanja menanglah pihak jang kuat, akan te

103
tapi pihak jang kalah tidak selalu menerima keka
lahannja begitu sadja, melainkan meneruskan per
lawanannja setjara pasif. Sudah tentu keadaan be
gini sangat merugikan perdjoangan .
Misalnja sadja dilapangan pengadilan . Dalam kea
daan darurat seperti itu , tjara-tjara kehakiman dan
kepolisian jang lazim sudah tentu tak dapat dilak
sanakan setjara effektif lagi . Maka pengadilan me
nurut prosedur jang „ normal" tak mungkin berlaku .
Oleh karena itu tak heran djika sering terdjadi tin
dakan-tindakan penghukuman jang tidak berdasar
kan hukum , jang mengakibatkan timbulnja perse
lisihan-perselisihan jang tak habis -habisnja. Demi
kian pula dilapangan-lapangan lainnja.
Memang umumnja segala sesuatu sebelumnja ti
dak dipersiapkan setjara resmi, atau djika ada , per
siapan itu sering tidak tjotjok dengan keperluan jang
njata. Dan pendjabat-pendjabat jang bertanggung
djawab tiadalah pula diberi wewenang jang sjah buat
menjesuaikan segala sesuatunja kepada keadaan .
Dalam pada itu di Jogja ternjata tiada pengertian
jang sebenarnja tentang wudjud perang gerilja jang
selalu diamanatkan oleh pemimpin-pemimpin itu . Per
aturan-peraturan tentang pengadilan dan kepolisian
dimasa perang, jang diadakan dewasa itu oleh Ke.
menterian didasarkan atas keadaan perang jang bi
asa belaka, misalnja seperti peraturan² tentang peng
adilan tentara, sbb.:

Presiden Republik Indonesia

Menimbang : bahwa dianggap perlu menjesuaikan


djalannja Pengadilan Tentara (dalam
arti luas ) dengan keadaan perang (ba
haja perang) sekarang ini ;

Memutuskan :
Menetapkan peraturan sebagai berikut :

104
Pasal 1

(1 ) Buat sementara maka tiap-tiap Pengadilan Ne


geri untuk daerah hukumnja merangkap men
djadi Pengadilan Tentara Luar Biasa jang se
landjutnja disebut Mahkamah Tentara Semen
tara.

(4) Untuk sementara daerah hukum Mahkamah


Tentara dan Mahkamah Tentara Luar Biasa
diperketjil sehingga meliputi seluruh daerah hu
kum Pengadilan Negeri sadja jang diketuai
oleh ketua Mahkamah Tentara atau ketua Mah
kamah Tentara Luar Biasa itu .

(1 ) Untuk sementara maka tiap-tiap Kedjaksaan


Pengadilan Negeri merangkap mendjadi Ke
djaksaan Tentara untuk melajani djuga per
kara-perkara jang termasuk kekuasaan Penga
dilan Tentara.

Suatu Pengadilan Tentara bersidang ditempat


kedudukannja, ketjuali djikalau berhubung dengan
keadaan negara atas ketetapan ketuanja, sidang itu ha
rus diadakan ditempat lain didalam daerah hubungan
masing-masing.

Suatu Pengadilan Tentara dapat mengadili per


kara dalam sidang jang terdiri dari Ketua, Djaksa
Tentara Agung atau Djaksa Tentara dan Panitera.

Djaksa Tentara Agung atau Djaksa Tentara bo


leh membawa si terdakwa kehadapan persidangan
pengadilan dengan tidak usah memperhatikan atjara
(,,formaliteit" ) apapun djuga.
....
Penetapan Dewan Pertahanan Negara No. 112 .

105
Menimbang: bahwa untuk kepentingan pertahanaa
dianggap perlu memasukan sebagian
polisi negara dalam usaha ketentaraan
dengan tidak mengurangi kekuatan jang
minimum untuk tetap mendjalankan ke
wadjiban mendjamin keamanan dan ke
tertiban umum, jang mendjadi sjarat
terpenting untuk mendjamin kekuataa
tentara digaris muka.

+
Menetapkan peraturan sebagai berikut :

Instruksi tentang Militerisasi Polisi Negara


Pasal 1 ‫ܕܐ‬
14
Polisi negara mulai tanggal 1 Agustus 1947 dim:
literisir.

Pimpinan tentara jang bersangkutan sesudah mes


dengar Dewan Pertahanan Daerah dan kepala jang
bersangkutan, dapat menetapkan kewadjiban keteu
taraan bagi polisi didaerah.

Pasukan-pasukan ini tetap mendjadi kesatuan jang


pasti dipimpin oleh kader polisi, jang taktis berada
dibawah komando dari tentara jang bersangkutan.

Sesudah ada instruksi-instruksi ,,pertahanan rakjat


semesta" dan persiapan-persiapan ,,serangan umum"
maka selama bulan-bulan Desember-Djanuari ( 1947)
48) pasukan-pasukan kita di Djawa Barat telah mu
lai bergiat untuk memulai aksi-aksi jang pertama.
Semangat perdjoangan terus memuntjak. Akan teta
pi pada mendjelang puntjak kegiatan itu , pesawat
pesawat udara Belanda menjebarkan pamflet- pam
flet dari Recomba Djawa Barat, Hilman Djajadining.
rat, jang a.l. berbunji sbb.:

106
,,Rakjat Djawa Barat"
Tembak-menembak telah dihentikan dan pertem
puran berganti dengan keamanan, ketentraman dan
ketertiban ........ ...bahwa dilarang sekali mem
punjai, menguasai, membuat, mempergunakan, mc
masukan dan membawa : sendjata api, obat senapan,
mesiu, sendjata tadjam dan semua alat-alat peledak,
seperti bom-bom, randjau dan granat tangan.
Barang siapa melanggar larangan ini, dapat dih¹
kum oleh pengadilan dengan hukuman pendjara 10
tahun, malah dalam beberapa hal, hukuman maci
."
atau pendjara seumur hidup
Dipos saja (Kol. A.H. Nasution, sebagai Panglima
Divisi I Siliwangi) telah tiba dari djawatan penerangan,
berita-berita mengenai persetudjuan ,,Renville, " dan
antara lain djuga pidato dari Panglima Tertinggi :
29. ... Meskipun perdjandjian penghentian per
musuhan buat masa ini seakan-akan merugikan Re
publik, dihari kemudian ia akan membuka kemung
kinan-kemungkinan jang menguntungkan pada Re
publik. Djika kita dapat mentjapai tjita-tjita kita
dengan djalan damai, buat apa kita harus berperang ?
..NIS jang merdeka dan berdaulat kini akan
dapat tertjapai, sedangkan daerah-daerah Republik
jang kini diduduki , akan kembali kepada Republik
lagi. Oleh karena kini terdapat diaminan, bahwa tii
ta-tjita kita akan dapat diwudjudkan dengan mela.
lui dialan damai, maka pemerintah Republik berani
"9
menerima perdjandjian itu
Para pemimpin pemerintah kita mendengung-de
ngungkan sembojan .,from the bullet to the bullot",
menurut apa jang sebelumnja telah diandjurkan oleh
wall Amerika, Frark Graham.
Sedjak semula telah kita sadari bahwa pemimpin2
negara senantiasa mengutamakan djalan diplomasi
sebagai tjara untuk menjelesaikan perdjoangan, ka
rena tidak merasa jakin bahwa djalan lain akan le
bh sempurna. Akan tetapi sedjak tgl. 21 · 7 1947,
apalagi sedjak tanggal 4 - 8 - 1947, harapan akan

107
jang demikian itu kiranja tak mungkin terpenuhi la
gi. Meskipun demikian , djalan fikiran jang mengu
asai para politisi kita diibu-kota Jogjakarta, tetap
tak berobah.

Untuk menjambut perundingan jang akan datang


itu , dalam salah satu pidatonja pada tgl. 31 -10 -1947
F.M. Amir Sjarifudin telah menjatakan dengan tegas :
a. status RI sebelum Belanda melakukan aksi mili
ternja tanggal 21 7- 1947 harus diakui tiada
dengan suatu sjarat ;
b. pasukan-pasukan Belanda harus diundurkan pa
da kedudukan sebelum mereka melakukan aksi
militernja pada 21 - 7 1947.
Dengan tidak diundurkannja tentara Belanda dari
daerah RI, permusuhan jang ada sekarang akan
menghebat dan akan mendjadi perang dalam arti
99
jang sesungguh-sungguhnja
Memang sedjak semula Belanda telah menuntut
,,garis van Mook" tertanggal 28 - 8 - 1947 sebagai
garis batas jang baru, jang berarti 2/3 dari wilajah
Djawa harus diserahkan kepada Belanda, dan se .
mua pasukan kita jang berada dalam pocket² gerilja
harus ditarik mundur kesisa Djawa Tengah jang
terkepung itu.
Akan tetapi pada tgl. 1 - 11 - 1947 Dewan Keaman
an telah menerima resolusi A.S. jang menuntut su
paja tentara dari kedua belah pihak ditarik mundur
kembali ke-kedudukan² tgl. 4 - 8 - 1947. Menurut ga
ris tsb. R.I. masih menguasai sepenuhnja daerah-da .
erah jang luas di Djawa Barat, jakni sebelah Selatan
garis Lampegan ( Sukabumi ) - Sukanagara - Panga
-
lengan - Tjitjalengka - Sumedang · Madjalengka -
Tjikidjing.
Dengan tidak menghiraukan resolusi Dewan Ke
amanan, Belanda meneruskan aksinja dimana-mana
dan mempertegang perang urat-sjaraf dengan me
njebarkan sembojan ,,doorstoot ke Jogja". Didaerah

108
daerah jang baru direbut dimulainja membentuk
,,perwakilan² rakjat" sebagai persiapan untuk men
dirikan negara-negara baru.
Pemerintah RI merasa tjemas dan terus mendesak
kepada KTN (Komisi Tiga Negara ) supaja cease
fire segera dilaksanakan dan perundingan segera di
mulai. Sebaliknja Belanda merasa bahwa ia kuat dan
dapat menggertak terus , hingga ia me-ngulur2 waktu
sadja.
Achirnja pada tgl . 28 Nopember 1947 pemerintah
RI mengadjukan nota jang berisi keluh-kesah dan
rasa tjemas akan kehantjuran djika cease-fire tidak
segera dilaksanakan .
Belanda insjaf, bahwa ia dapat memaksakan ke
hendaknja, karena ia merasa kuat dan mampu me
njerbu Jogja. Achirnja pada tanggal 9-1-1948 Be
landa mengadjukan ultimatum jang terdiri atas 12
pasal jang harus didjawab oleh RI dalam tempo 3
hari.
Maka KTN-pun tak dapat lagi mempertahankan
resolusi Dewan Keamanan dan usul-usul KTN sendiri.
Untuk mentjegah berlandjutnja peperangan, maka
KTN, terutama wakil A.S. , mendesak kepada R.I. agar
menerima sadja ultimaltum Belanda tsb . , dengan di
tambah 6 pasal dari KTN sendiri, untuk memungkin
kan penjelesaian politik setjara integral dikemudian
hari. Batas waktu ultimatum diperpandjang.
Para pemimpin R.I. - Sukarno, Hatta, Sjahrir,
Amir Sjarifudin, H.A. Salim, Djend . Sudirman, men

teri-menteri pemimpin2 partai , dan lain-lainnja
mendengarkan pendjelasan² jang diberikan wakil A.S.
Frank Graham di Kaliurang . Dan achirnja pemerintah
R.I mengambil keputusan untuk berpegang kepada
pendjelasan-pendjelasan Graham , dengan gagasannja
jang terkenal "you are what you are", guna mendja
min posisi RI kelak.
Djadi pemerintah kita menerima tuntutan Belanda ,
jang pada pokoknja menjerahkan daerah-daerah jang
luas kepada Belanda ( antara lain 2/3 dari Dja

109
wa) , dan penarikan mundur TNI jang sedang berge
rilja, jang telah dapat membuntukan operasi-operasi
pembersihan musuh.
Tanggal 17 Djanuari malam oleh Djenderal Sudirman
dan jenderal Spoor diumumkan instruksi2 cease
fire. Itulah berarti bahwa TNI harus mundur ke
Jogja jang sudah berada dalam kepungan jang rapat
dan antjaman serbuan musuh .
Dari berita-berita pers dan radio - terutama dju.
ga atas usaha-usaha Major (tituler) Palindih dari
K.b. ,,Antara" ――――― jang dapat kami tangkap didaerah
gerilja setjara terbatas, dapalah kami ikuti suasana di
Jogja, dan dari padanja kami mendapat kesan bahwa
para politisi kita di Jogja tetap masih lebih portjaja
kepada penjelesaian setjara diplomasi daripada se
tjara ,,pertahanan rakjat total".
Pada tgl. 28-11-1947 R.I. mengeluarkan memoran
dum jang menggambarkan rasa terdjepit dan tertjekik.
Berita-berita dari sidang B.P. KNIP menggambarkan
ketidak-puasan terhadap TNI, dan kritik-kritik jang
pedas dilontarkan kealamatnja.
Berita dari Jogja ini mendengung-dengungkan
perundingan-perundingan diplomasi dan desakan-de
sakan rasionalisasi TNI. Demikianlah kami tangkap
risalah sbb.:
Menteri Muda Pertahanan Arudji Kartawinata
memperkuat pemandangan-pemandangan para ang
gota dan menjanggupi akan melaksanakan musi (ra
sionalisi ) itu ,,naar de letter en geest".
25-12-1947 : Menteri Dr. Leimena membawa usul
usul KTN ke Jogja. R.I. menerima usul-usul tsb., ta
pi Belanda menolak.
2-1-1948 : Dikeluarkan Penetapan Presiden no. j
1948 tertanggal 2-1-1948 : Untuk djabatan Kep . Staf
Umum dan Wakil KSU APRI (kemudian KSAP dan
WKSAP) pada Kementerian Pertahanan, diangkai
Komodor Suriadarma dan Kolonel T.B. Simatupang
dengan kewadjiban, disamping melaksanakan rentja

110
Salah satu tahap dalam rangkaian Politik Nasional terma.
suk didalamnja Politik Militer, dimana Panglima Besar
Angkatan Perang harus mengeluarkan perintah penghentian
tembak-menembak (Cease fire Order ) dalam rangka
Renville.
na siasat umum Angkatan Perang, menjusun koor
dinasi sebaik-baiknja diantara Kem. Pertahanan dan
Angkatan Perang dan diantara bagian-bagian, baik
jang lama maupun jang baru dibentuk, pada Kemen
terian Pertahanan, serta merentjanakan susunan ba
ru Kementerian Pertahanan.
Sedangkan djabatan Djenderal Sudirman dibatasi
hingga mendjadi Panglima Besar Angkatan Perang
Mobil sadja, jaitu sebagai Panglima Pertempuran.
Staf Umum APRI pada Kementerian Pertahanan
ini merupakan staf pusat jang merantjang dan me
njusun organisasi APRI dalam keseluruhannja, s :
dangkan Markas Besar Pertempuran hanja merupȧ
kan putjuk pimpinan taktis operasioni Angkatan
Perang Mobil.
9-1 : Ultimatum Belanda supaja RI menerima ,,ga.
ris van Mook" dalam tempo 3 hari.
15-1 : R.I. menerima ultimatum Belanda dengan
tambahan 6 pasal dari KTN. Masjumi menolak dan
menarik menteri-menterinja dari kabinet.
17-1 : ,,Renville" ditanda-tangani.
19-1 : Delegasi R.I. menjampaikan pengakuan R.I.
kepada N.I.T. , dan mengundang sebuah misi dari
NIT untuk datang ke Jogja.
27-1 : Presiden Sukarno menanda-tangani dekrit
jang memerintahkan rasionalisasi dalam TNI.
28-1 : Kabinet Amir bubar.
29-1 : Hatta berhasil membentuk kabinet baru , tan
pa ,,sajap kiri” .
2-2-1948 : Pemerintah R.I. mengumumkan peng
ampunan kepada pegawai-pegawai jang telah melang
gar sumpah djabatan R.I. dengan masuk dinas B
landa. Kemudian menjusul idzin bagi para pegawai
jang masih setia kepada R.I. , untuk bekerdja pada
dinas Belanda.
6-2: Diumumkan pengangkatan K.S. dan W.K.S.
APRI, Suriadarma dan Simatupang.

111
9-2 : Presiden mengeluarkan order jang ditudjukan
chusus kepada pasukan -pasukan Hisbullah dan Sabi
lillah (jang umumnja menolak ,,Renville " ) supaja me
reka mentaati perintah2 Panglima Tertinggi, berda
sarkan kenjataan bahwa pemerintah telah menerima
persetudjuan ,,Renville ". Order itu djuga ditanda-ta
ngani oleh Menteri-menteri Dr. Sukiman dan K.H.
Masjkur, dan Pemimpin Hisbullah K.H. Zainul Arifin .
11-2 : Djenderal Sudirman nenjambut pasukan
""‚Siliwangi” jang pertama-tama tiba di Jogja.
18-2 : Panglima divisi dan komandan-komandau
brigade Siliwangi melaporkan diri kepada Panglima
Besar.
Tidak terlukis dengan kata-kata betapa pahitnja
dukatjita jang meliputi daerah-daerah gerilja, teruta
ma Djawa Barat . TNI harus menarik diri pada saat
semangat dan kesibukannja sedang meningkat. Ha
rus ditinggalkannja daerah2 dan rakjatnja jang
telah bersatu dengan dia dalam penderitaan. Ia
harus meninggalkan keluarganja tanpa ketentuan di
tengah-tengah kekuasaan musuhnja. Banjak anak
buah jang melemparkan uniformnja dengan sakit
hati. Banjak pula jang meminta berhenti , bahkan ada
jang setjara en bloc sebanjak satu bataljon penuh .
Saja sendiri tak dapat mengambil keputusan untuk
berangkat sebelum kurir jang dikirim oleh Wakil
Panglima Divisi Kolonel Hidajat dari Tasikmalaja
(beliau telah berada lebih dulu dikota tsb . ) tiba diten
pat saja dengan membawa kepastian bahwa pasukan
pasukan kita sudah siap sedia dengan kamp-kamp
pengungsiannja , dan sebelum delegasi R.I. di Djakar
ta , dengan perantaraan Belanda, langsung mengirim
kan perwira-perwira tingginja membawa instruksi
instruksi.
Sementara itu Recomba Djawa Barat menjebarkan
maklumat-maklumat jang bersifat mengantjam, dan su
dah dapat diharapkan bahwa Belanda akan melan
tjarkan gerakan-gerakan pembersihannja dengan le
bih ganas dan lebih hebat.

112
Pada tgl. 9 Pebruari 1948 Gubernur Sewaka menge
luarkan instruksi : „,...... hendaklah pegawai- pegawai
Republik itu menunggu dan tetap tinggal dalam kedu
dukannja masing-masing sekarang dan meneruskan
kewadjibannja sebagai pegawai Republik sampai ada
""
persetudjuan dengan Belanda Tapi persetu
djuan itu tak kundjung datang.
Pegawai-pegawai sipil jang telah berdjoang dengan
• setia kini tak punja pegangan lagi. Mereka tak dapat
memahami maklumat pemerintah jang memberikan
pengampunan kepada pegawai-pegawai „ jang menje
berang", jang djustru oleh karena perbuatannja itu
mereka, terutama pegawai -pegawai jang terkenal se
bagai ,,7 December-regenten," telah mendapat pang
kat-pangkat jang tinggi dari Belanda . Pamong desa
dan rakjat merasa lebih bingung lagi, karena mere
ka tidak tahu lagi pemerintah mana jang harus me
reka turut.
Mulai saat itu lunturlah kewibawaan pemeritah
pusat di Djawa Barat. Rakjat merasa luka hati, jang
akibat2-nja terus berkembang semakin hebat. Be
tapa pula pahitnja penderitaan jang bakal menimpa
TNI kemudian ketika, sebagai akibat dari gagalnja
suatu diplomasi, mereka harus kembali ketempat asal
nja. Dan jang lebih berat adalah akibat jang harus
diderita oleh rakjat didaerah ini, jang bertahun-ta
hun kemudian masih merasakannja dalam bentuk
gangguan-gangguan keamanan jang berlarut-larut.
Dapatlah dipahami bahwa pimpinan politik diibu
kota, jang masih berada dalam suasana jang lebih
,,normal" itu, tidak menjadari keadaan dan kebutuhan²
jang sebenarnja didaerah perkantongan gerilja rak
jat. Malahan ada beberapa anggauta delegasi jang
menganggap bahwa TNI telah banjak hantjur dan
tinggal hanja beberapa bataljon sadja lagi, dan
oleh karena itu mereka berkejakinan bahwa tidak
A
lah lajak bila pemerintah membiarkan mereka dja
di korban penjembelihan jang kedjam oleh musuh
jang djauh lebih kuat. Anggapan ini diperkuat lagi

TNI II 8 113
oleh tjeritera-tjeritera jang dibawa oleh pelarian²
jang datang diibu-kota, jang, untuk mendjaga nama
nja, sudah tentu menggambarkan suasana dengan pe
simisme jang dilebih-lebihkan. $

Oleh karena itu , dengan melalui gunung-gunung


dan hutan-hutan belukar, dikirimlah utusan-utusan
untuk mendjelaskan keadaan jang sebenarnja dan
meminta putusan-putusan jang diperlukan . Dilapor
kan kepada orang-orang di Jogja, bahwa situasi di
daerah gerilja tjukup baik dan mengandung penuh
harapan, dan oleh karena itu disarankan kepada me
reka supaja tidak lagi menerima cease-fire, garis
demarkasi, dsb.
Tapi, lebih dari enam bulan kemudian, datanglah
dari pemerintah perintah untuk menghentikan perla
wanan dan untuk ,, berhidjrah " meninggalkan kan
tong-kantong . Inilah saat jang gelap dan mengandung
penuh kesedihan bagi para penghuni ratusan kantong
kantong Republik, sebab dengan demikian mereka
harus menjerahkan daerah-daerah kepada musuh de
ngan perasaan dan kejakinan bahwa dengan tjara
bagaimanapun, ketjuali dengan diplomasi, musuh
toch tak kan berhasil memperolehnja .

Djadi para pedjoang gerilja kita itu harus berpi


sah dengan keluarga-keluarga jang ditinggalkan
digunung-gunung dengan tiada jang mendjaga dan
memeliharanja, atau menjuruh mereka masuk keko
ta-kota pendudukan dengan mendapat penghinaan
dan kesengsaraan, atau membawa mereka turut ser
ta berhidjrah jang sudah tentu berarti penderitaan
dalam bentuk jang lain pula. Mereka harus mening
galkan pegawai-pegawai sipil gerilja jang telah ber
bakti kepada Republik dengan setia dan dengan se
penuh djiwanja, dan membiarkan mereka berada
dalam kedudukan tanpa pegangan. Mereka harus
meninggalkan rakjat djelata, jang dalam perang ge
rilja jang lalu telah bersatu padu dengan mereka
hingga serupa keluarga sadja.

114
Keteguhan Disiplin Nasional dan Kepertjajaan kepada
Pemimpin2 merupakan Dasar mendjalankan segala sesu
atu jang diperintahkan kepadanja ,,HIDJRAH".
Timbullah suatu perlawanan batin antara kesa
daran bernegara/bertentara dengan perasaan dan
kejakinan pribadi. Tapi achirnja kita toch harus me
milih jang pertama, dengan pengertian bahwa kita
harus tunduk kepada siasat umum jang didasarkan
atas kepentingan jang lebih luas, jaitu siasat jang
tentu lebih diketahui oleh pimpinan tertinggi nega
ra. Akan tetapi disamping itu adalah pula selajak
nja kita memberikan keleluasaan kepada anggauta.
anggauta TNI untuk, sesuai dengan kejakinan pri
badinja, meninggalkan dinas ketentaraan.
Sebagai tentara , bagaimanapun beratnja, kita ha
njalah mendjalankan keputusan pimpinan terting
gi negara. Kesadaran bernegara/bertentara dan ke
sadaran akan keutuhan organisasi serta terpeliha
ranja disiplin , memaksa kita untuk menjanggupi
melaksanakan perintah-perintah tsb. Adanja duga
an-dugaan bahwa kantong-kantong itu sengadja di
kurbankan karena hendak menjelamatkan pusat
Republik Indonesia, Jogjakarta, tidaklah dapat di
hindarkan .
Pegawai-pegawai, pendjabat-pendjabat dan pemim
pin-pemimpin jang ditinggalkan achirnja terpaksa
memilih satu diantara tiga djalan : meneruskan per
djoangan dengan suatu gerakan diluar Republik, ma
suk kekota mendjadi pegawai atau warga-negara pen
dudukan, atau masuk kedalam tawanan Belanda .
Perdjoangan rakjat memang tidak berhenti sampai
disitu. Tempat kosong jang ditinggalkan Republik ki
ni diisi oleh gerakan Darul Islam, sesudah pimpinan
Masjumi, GPII dan Sabilillah menjatakan tekadnja
untuk bersama-sama berdjoang terus didaerah jang
ditinggalkan itu. Gerakan ini melakukan perlawanan
nja dengan fanatisme keagamaan.
Sementara itu pihak Belanda telah tjukup banjak
menawan pemimpin-pemimpin dan pegawai-pegawai
Republik untuk didjadikan alat buat mendirikan ne
gara Pasundan jang akan didjadikan pengisi lowo.

115
ngan jang ditinggalkan oleh Republik. Sebagian be
sar kalangan pegawai dan orang-orang terpeladjar,
atas dasar perkenan umum dari Republik, menjum
bangkan tenaganja kepada pihak federal .
Maka tiadalah lagi tempat dikantong-kantong un
tuk mereka jang ingin berdjoang sebagai Republiken.
Darul Islam telah mengisi tempat-tempat itu. Dan si
apa jang tidak turut kepadanja, dianggapnja musuh .
Oleh karena itu mereka jang tidak setudju dengan ge
rakan ini, dalam usaha untuk menghindarinja, banjak
jang terdjebak kedalam tangan Belanda. Ada jang
bersedia mendjadi pegawai federal dan meladeni ne
gara baru , dan ada jang tetap menolak bekerdja sa
ma dengan Belanda , seperti perwira -perwira divisi
Jang ditinggalkan jaitu rombongan Sutoko-Djerman
c.s., jang achirnja terpaksa harus masuk interniran.
Pembesar-pembesar sipil tertinggi seperti gubernur
dan residen-residen dikirim kedaerah Republik.
Semangat kemerdekaan dan perlawanan terbukti
sudan sangat meresap kedalam tubuh rakjat, sehing
ga dengan perginja tentara dan kekuasaan Repu
blik, gerakan-gerakan perlawanan tetap mereka lar
djutkan, mula-mula dengan tjara pasif, tapi kemu
dian dengan berangsur-angsur meningkat kembali
ketaraf gerilja aktif. Susunan-susunan dan pedoman
pedoman jang ditinggalkan oleh TNI diteruskan
nja. Demikian pula sabotase-sabotase terhadap lai
lintas terus berdjalan..
Dalam taraf perdjoangan jang kemudian ini , pen
deritaan rakjat melebihi masa-masa sebelumnja.
Garis pemisah antara kawan dan lawan jang dulu ma
sih njata, kini sudah kabur atau hilang samasekali.
Tindakan-tindakan anti-gerilja dari Belanda jang ber
tambah keras, ternjata hanja merupakan usaha me
rampungkan pasifikasi dilapangan militernja sadja.
Pemimpin-pemimpin, orang-orang terpeladjar dan pe
gawai-pegawai sudah sama-sama pergi kekota atar
ke Jogja, namun demikian rakjat didesa -desa jang
terpentjil tetap menjalakan api perlawanan membela

116
kemerdekaan. ,,Rakjat jang terlunak dimuka bumi"
ini membuktikan, bahwa semangat perlawanan me
reka tidak mendjadi padam oleh pasifikasi selama ge
nerasi-generasi jang terachir.
Tapi rupanja hal ini masih tetap kurang dihargai
oleh pemerintah jang, terutama pada saat-saat meng
hadapi ,,Renville" dan sesudahnja, lebih menggan
tungkan nasib RI kepada tjára díplomasi .
Dasar kekuatan gerilja ialah sikap non-koperasi da
ri rakjat terbanjak, dan diatas itu para pegawai dan
pemimpin-pemimpin politik memegang peran jang
penting. Kenjataan ini dapat kita saksikan dari
runtuhnja kekuatan gerilja kita di Sulawesi Selatan,
setelah para pemimpin nasionalis setempat ( seper
ti Tadjudin Noor, Arnold Mononutu, dll. ) melepaskan
sikap non-koperasinja dan turut serta kekonperens
Den Pasar, serta setelah tertawannja pemimpin2
jang konsekwen seperti Ratulangi, Lanto Daeng Pa
sewang, Latumahina, Radja Luwu, Radja Bone, dll .
Sebagai akibat dari ,,Renville" dan politik „ from
the bullet to the ballot" pemerintah terpaksa menge
luarkan maklumat seperti dibawah ini :

Pengumuman Pemerintah tahun 1948 No. 2


1. Menjusuli pengumuman pemerintah no.1 tahun
1948 tentang kedudukan pegawai- pegawai Repub
lik, baikpun jang masih memegang djabatan,
maupun jang telah meninggalkan djabatannja ka
rena peperangan, didaerah-daerah pendudukan
Belanda, maka dengan ini pemerintah Republik
hendak menegaskan sikapnja terhadap pegawai
pegawai Republik jang sekarang telah masuk be
kerdja dalam djabatan-djabatan pemerintah dae
rah pendudukan Belanda.
2. Sebenarnja pegawai itu telah berbuat salah,
melanggar sumpahnja kepada pemerintah Repub
lik.
3. Tetapi pemerintah Republik mengerti bahwa ke

117
banjakan dari pegawai-pegawai itu meninggal
kan djabatan Republik dan masuk djabatan pe
merintah daerah pendudukan Belanda oleh ka
rena terpaksa oleh tekanan ekonomi dan tidak
sekali-kali bermaksud akan memusuhi Republik.
4. Berdasarkan atas jang tersebut diatas itu maka
pemerintah Republik sudi memberi ampun kepada
pegawai-pegawai jang telah berbuat salah itu dan
tidak berkeberatan pegawai-pegawai itu harus
bekerdja kepada pemerintah daerah pendudukan
Belanda .
5. Terhadap pegawai-pegawai jang sampai seka
rang masih setia kepada Republik, pemerintah
tidak akan melupakan djasa-djasanja dan kete
guhan mereka memegang tinggi tjita-tjita Repu
blik.
6. Seperti telah diumumkan didalam pengumuman
pemerintah no.1 tahun 1948, pemerintah Republik
akan merundingkan kedudukan mereka dengan
pihak Belanda.
Ditetapkan di Jogjakarta
pada tanggal 2 Pebruari 1948
Wakil Presiden Republik Indonesia
Mohammad Hatta.

Pengumuman Pemerintah tahun 1948 no. 3


Berhubung dengan sudah ditanda-tanganinja per
setudjuan Renville maka pemerintah Republik tidak
berkeberatan, djika pegawai -pegawai Republik dan
orang-orang Republik umumnja ikut dalam konperen
si-konperensi atau pemilihan-pemilihan, baik untuk
memilih dan untuk dipilih jang diadakan oleh peme
rintah daerah pendudukan Belanda, sebagai wakil
rakjat.
Ditetapkan di Jogjakarta
pada tanggal 2 Pebruari 1948
Wakil Presiden Republik Indonesia
Mohammad Hatta.

118
Pada dasarnja maklumat-maklumat ini bersifat
menghapus garis pemisah antara patriot dan peng
chianat, jang dalam setiap peperangan dan revolusi
djustru harus ditentukan setjara tegas. Dan sebagai
akibat daripada ini, maka seringlah terdjadi peristi
wa-peristiwa jang menjedihkan jang berkembang te
rus sehingga mempersulit perdjoangan rakjat.
Misalnja seperti apa jang terdjadi didaerah „ Mali
no". RI telah mengakui NIT dengan resmi. Maka ka
um pedjoang disitu petjah menajadi dua golongan,
jang satu mengambil sikap disipliner dan menaati ke
putusan-keputusan pemerintah, sedang golongan jang
satu lagi tetap pada pendirian hendak menempuh dja.
lan revolusi bersendjata. Di Sunda Ketjil (sekarang
Nusa-Tenggara) misalnja, atas usaha golongan per
tama, terdjadi upatjara-upatjara penjerahan M.B.O.
(Markas Besar Oemoem) , dan Dewan Perdjoangan
R.I.-S.K. mengumumkan , bahwa pedjoang- pedjoang
gerilja jang tidak menjerah, tidak akan diakui
lagi sebagai pedjoang, dengan alasan tidak taat kepa
da pemeritah dari Jogja . Akan tetapi pedjoang-pedjo
ang jang disipliner itu sendiri kemudian djustru me
ngalami perlakuan-perlakuan jang memedihkan hatı :
perlutjutan, penangkapan , penghukuman , bahkan
pembunuhan-pembunuhan oleh pemerintah setempat
Jang telah diakui itu .
Panglima Hasan Basri di Kalimantan djuga meng
hadapi pengalaman jang serupa . Ia mengeluarkan
maklumat sbb. :
a. bahwa divisi IV terpaksa tinggal tetap di Ka
limantan dengan tidak hidjrah kedaerah Re
publik, karena :
1) perhubungan dan pengangkutan jang
sukar ;
2) tidak adanja kontak dengan pihak Be
landa.
b. supaja dalam gentjatan sendjata ini pihak
Belanda menjerahkan kota Barabai guna di
tempati oleh pos kontak divisi IV ;

119
C. bahwa divisi IV tidak mengadakan serangan
ataupun gangguan apa2 terhadap pasukan
pasukan Belanda, dan hanja akan bertindak
untuk mempertahankan diri.
Pengumuman itu dibalas Belanda dengan suatu
panggilan supaja semua komplotan jang dipimpin
oleh Hasan Basri, menjerah kepada ,,pemerintah jang
sjah" dengan membawa pakaian dan senājāta, daî
dengan tjara mengangkat kedua belah lengan. Ke
mudian dari pada itu 99akan dipertimbangkan meri
ngankan hukuman terhadap kedjahatan pemberon
takan jang telah mereka lakukan".
Dalam pidato 17 Agustus 1948 Panglima Tertinggi
sendiri menjatakan perasaan luka hatinja setjara tepat
dengan kalimat-kalimat sbb.:
,,Alangkah beratnja bagi kita menerima usul itu.
Karena dengan menerimanja itu, kita melepaskan ke
dudukan jang sangat strategis, dari kedudukan ma
na pasukan-pasukan gerilja kita jang gagah berani
itu, tidak berhenti-henti, zonder memberi ampun dan
zonder memberi respijt dapat senantiasa mengan
tjam, mengharselir gerakan-gerakan tentara Belan
da dan djalan-djalan perhubungannja. Dari djurusan
jang strategis itu , pasukan-pasukan gerilja kita da
pat melemahkan gerakan tentara Belanda, kalau ten
tara Belanda itu mengadakan ,,doorstoot" ke Jog
jakarta.
Haruslah kita melepaskan posisi kita jang me
nguntungkan itu ? Menerima? Menolak ? Rasa keadil
an menentang kepada menerima, rasa ksatria jang
merasa belum kalah berdiri tegak untuk menolaknja.
Rasa harga diri, rasa kehormatan, rasa pertanggung
an-djawab kepada rakjat jang daerahnja diduduki
Belanda, rasa sedia berdjoang mati-matian untuk
tjia-tjita, meski dalam hutan dan rimba sekalipun,
dan meski buat berpuluh-puluh tahun pula-perhi
tungan taktik gerilja CON semua, semua ini memberon
tak dalam kalbu kita , menentang kepada ,, menerima".
Tetapi pemerintah, dalam mempertimbangkan dja

120
lan jang sebaik-baiknja untuk menjelesaikan soal
Indonesia seluruhnja, sekali lagi : seluruhnja, peme
rintah berpendirian bahwa selama ada djalan damai
My
untuk mentjapai tudjuan bangsa kita, kita harus
mengutarakan djalan damai itu menghindarkan pe
rang. Djikalau daerah jang diduduki oleh Belanda
itu dapat dikembalikan kepada Republik dengan ple
bisit, djalan itulah harus ditempuh
Kita semua dapat merasakan, betapa lukanja hati
anak-anak kita jang berada didalam ,, kantong-kan
tong" itu, waktu mendengar putusan pemerintahnja
Kedudukan jang sangat strategis digunung-gunung,
dihutan-hutan, didjorok-djorok jang mengantjam,
dari mana dengan semangat pahlawan jang gilang.
gemilang dapat meneruskan perang gerilja berbu
lan-bulan, ja bertahun-tahun, dengan bantuan rak
jat sepenuhnja, kedudukan jang sebaik itu akan di
lepaskan begitu sadja dengan tak ada tukarannja
jang njata menurut siasat militer ? Alangkah sedihnja
perasaan anak-anak kita itu. Tetapi djiwa militer
mereka jang murni itu, djiwa jang mendjundjung
tinggi kepada disiplin, djiwa sami'na wua atha'na
djiwa gilang-gemilang itu taat kepada keputusan pe
""
merintahnja !
Untuk kesekian kalinja dikorbankan posisi militer
kita untuk membuka djalan bagi diplomasi.
Ternjata bahwa pelbagai persiapan kita dimasa
sebelum clash itu, baik dilapangan militer-technis
maupun dilapangan politik dan perundang-undangan,
tidak memadai, karena umumnja dibuat berdasarkan
keadaan perang jang biasa dan atau karena pikiran
para pembuatnja terlalu banjak berpangkal pada per
timbangan-timbangan politis dan juridis.
Setelah kita mengalami pelbagai kegagalan dan ke
buntuan, maka dengan terlambat barulah kita men
tjari-tjari dan mengharapkan pimpinan, akan teta
pi jang ditjari itupun tak kundjung datang, dan kini
jang berada didaerah-daerah gerilja itu terkandas

121
kepada keputusan-keputusan atau peraturan-peratur
an jang telah terlandjur diadakan sebelumnja.
Sistim kita jang musjkil sekali ialah bahwa segala
.sesuatu harus dibawa kemuka dewan, karena tiada
.seorangpun penanggung-djawab militer maupun si
pil jang diberi kekuasaan penuh sebanjak jang di
perlukannja. Sedangkan dalam suasana seperti itu
tak mungkin lagi para anggauta dewan dikumpulkan,
sehingga tak mungkin pula bisa diharapkan diam
bilnja tindakan-tindakan dengan segera.
Begitu pula peraturan-peraturan kehakiman jang
baru ternjata tak dikirim kekantong-kantong gerilja,
dan djikapun sampai, maka toch tak kan ada manfa
atnja, karena misalnja dilapangan pengadilan, kita
sudah tidak mempunjai hakim-hakim dan djaksa
djaksa lagi.
Tak dapat disingkirkan kesan, bahwa pelbagai per
siapan dipusat itu terlalu sedikit pihak militer turut
pegang peranan, dan terlalu banjak diatur oleh ahli
hukum dan politisi.

122
4. Reorganisasi & Rasiona

lisasi .

Mendjelang bulan Pebruari


1948 dihidjrahkanlah 35.000 TNI dari kantong² di Dja
wa kedaerah Republik, jang disusul kemudian oleh be
ratus-ratus ribu pengungsi sipil jang meningkat sam
pai lebih dari sedjuta. Dengan politik , Renville” ini
maka ekonomis dan strategis Belanda akan dapat
mentjapai posisi jang kuat. Mereka akan dapat pula
menguasai beberapa suku bangsa, seperti Pasundan,
Madura dan Djawa Timur (Oosthoek) , jang akan di
bulatkannja mendjadi ,,negara-negara bagian federal"
untuk memperketjil dan mengepung Republik dalam
arti politik. Menurut siasat politiknja, mereka ber
maksud menguasai -setjara politis -dua-pertiga
dari seluruh wilajah serta penduduk Indonesia, ser
hingga Republik jang de fakto masih ada, tinggal
mendjadi ,,minoritet" jang terpentjil ditengah-tengan
perserikatan negara-negara menurut apa jang me
reka rantjangkan. Dan hasil politis jang mereka per
oleh dari siasat ini ternjata memang mengimbangi,
bahkan dalam beberapa hal melebihi, djerih-lelah
usaha mereka.
Dikuasainja pula semua kota2 besar, pusat-pusat
produksi dan perdagangan, daerah penghasil beras
serta pelabuhan-pelabuhan besar untuk perdagang
an keluar. Daerah perkebunan dan daerah-daerah
minjak dan timah, jang mendjadi kepentingan utama
bagi modal Belanda, sebagian terpenting terletak di

123
dearah-daerah jang baru direbutnja seperti Djawa
Barat, Oosthoek di Djawa Timur, Daerah Delta Bran
tas, Sumatera Timur, Palembang, Bangka, Belitung
Maka blokade ekonomi terhadap Republik untuk
seterusnja mendjadi lebih sempurna. Keadaan eko
nomi Republik sedemikian gawatnja, sehingga akar
sangat memperlemah daja perlawanannja untuk
djangka pandjang. Djelaslah bahwa kedudukan Re
publik jang demikian ini tak bisa dipertahankan la
ma-lama, dan hanja dapat diterima sebagai keadaan
darurat jang bersifat sementara.
Mungkin Belanda bermaksud memberikan pukulan
terachir untuk membinasakan Republik sebagai ne
gara , mungkin Republik harus bangkit kembali me
ngadakan serangan dan pemberontakan jang umunr
dan luas, atau mungkin pula R.I. akan petjah dari
dalam .

Strategis adalah merupakan kemenangan besar


bagi Belanda, bahwa (berkat ,,Renville") daerah Re
publik telah mendjadi amat ketjil dan berada dalam
kepungan wilajah federalnja. Pusat Republik di
Djawa, antara lain ibukota sendiri, mendjadi dekat
dari pangkalan penjerangan Belanda. Tinggal ha
nja beberapa kantong gerilja jang masih menjimpar
banjak tenaganja, jang dengan djalan politik hen
dak dipaksakannja pula kepada Republik supaja di
kosongkan.
Djalan politik jang ditempuh Belanda hanjalah
merupakan alat untuk melengkapkan hasil-hasil aksi
militer mereka. Kedudukan strategisnja jang baru
dan kuat itu adalah sendjata penekan mereka ter
hadap Republik supaja dengan mudah memenuhi tun
tutan-tuntutan mereka jang makin lama makin ber
sifat ultimatif itu, dan mereka sadar akan kekuatan
dan kelebihannja ini . Kiranja inilah saat- saat jang
terhina dalam sedjarah Republik kita. Hanja kete
guhan disiplin nasional dan kepertjajaan terhadap
pribadi pemimpin-pemimpin kitalah jang mendjami :

124
penerimaan tentara dan rakjat atas garis-garis ke
bidjaksanaan politik jang ditempuh oleh pemerintah
pada waktu itu. Kedudukan Republik telah djauh le
bih merosot dari pada saat-saat ultimatum Belanda
mendjelang tg. 21 Djuli 1947, jang didjadikan alasan
oleh mereka untuk melantjarkan aksi militernja jang
pertama.

Untuk menjelenggarakan penghidjrahan tersebut


tadi, maka dibentuklah Panitia Hidjrah dengan Pe
netapan Presiden no. 4 th. 1948 tg. 6 Pebruari :

Panitia ini telah bekerdja dengan giat dan umum


nja tjukup memuaskan bagi pradjurit jang datang
Di-daerah didirikan tjabang2, dimana pegawai dan
pemuda² rakjat bekerdja sama untuk mentjabut me
mondokkan dan menghibur korban² „ Renville" tsb.
Hanja pemondokkan memang sulit sekali didaerah Rİ
a la ,,Renville" jang sangat mendjadi sempit dan
penuh sesak itu.

Dari Divisi Siliwangi sendiri jang dihidjrahkan ,


dengan angkutan Belanda dan dengan djalan kaki
melalui gunung2, berdjumlah 1. k . 22.000 orang,
jang berarti lebih dari kekuatan divisi pada waktu
petjaḥnja agresi Belanda pertama. Dari djumlah itu
selebihnja telah berhenti, hilang atau meneruskan
perdjoangan sebagai rakjat biasa di-gunung2, di
antaranja banjak jang menggabungkan diri kepada
pasukan-pasukan Hisbullah- Sabilillah sebagai orga .
nisasi bersendjata terbesar jang meneruskan perdjo
angan diluar ,,Renville ". Pasukan tersebut pada wak
tu itu berpusat diperbatasan Madjalengka-Tasikma
laja dan dipimpin oleh Kamran.
Setelah ditunggu-tunggu dan tidak muntjul untuk
hidjrah dalam batas waktu jang telah ditetapkan, ter
njata kemudian bahwa Bataljon 22 (Major Sugiharto)
didaerah Tjililin meneruskan perdjoangan setjara
kompak dengan kemauan sendiri.
Didaerah Djakarta diteruskanlah pemerintah sipil

125
Republik dengan pimpinan Moh. Sjafei dan Oja Su
mantri, anggota-anggota DPD Djakarta dari Ma
sjumi, dan kemudian jang tersebut pertama, atas ke
putusan rakjat jang bergerilja, diangkat mendjadi re
siden militer jang berdjoang terus dalam tugas sam
pai achir clash kedua.
Sebagian besar dari pasukan Hisbullah- Sabilillah
Djakarta, terutama Bataljon Surjakantjana ( Resi
men 7) dari Kapten Tabrani , meneruskan perlawanan
nja pula. Demikian djuga halnja dengan kesatuan-ke
satuan jang berada dibawah pimpinan Letnan Kolo
nel Wahidin Nasution, Kepala Biro Perdjoangan Dja
karta. Tenaga-tenaga mereka berangsur-angsur di
perkuat oleh rombongan-rombongan pelarian dari ex
Lasjkar Rakjat jang pada tg. 21 Djuli 1947 turut me
njerbu bersama tentara Belanda, tapi jang kemudian
berontak kembali melawan Belanda.

Djuga Resimen Perdjoangan di Bogor meneruskan


aksinja dengan pimpinan Wakil Komandan Wahidin
Nasution, setelah Kepala Biro Perdjongan Walujo me
njerah kepada Belanda sebelumnja. Dan banjak lagi
rombongan-rombongan jang terus melandjutkan
perdjoangan bersendjata, seperti Tjetje Subrata
dkk., Achmad Sungkawa dkk., dan rombongan-rom
bongan Overste Sumantri (S.P. 88) jang sampai ber
aksi kedalam kota Djakarta dengan penggranatan
penggranatannja, dsb.
Berangsur-angsur mengalir pula rombongan -rom
bongan dari Jogja dan Solo, jaitu anggota-anggo
ta „ Siliwangi ” jang telah ,,didemobilisir".
Dengan demikian perang gerilja terus berkobar,
sehingga Belanda terpaksa mengadakan operasi-opc
rasi besar-besaran, seperti umpamanja peristiwa
Gunung Sjawal ( Gunung Tjupu ) , jaitu operasi un
tuk membasmi pasukan-pasukan Hisbullah jang tak
mengenal kompromi itu. Berkali-kali koran-koran
Belanda memuat berita-berita tentang kegiatan-ke
giatan ,,Overste" Sumantri didaerah Purwakarta

126
serta penggulingan-penggulingan kereta-apı antara
Purwakarta- Padalarang .
Begitu pula didaerah Pekalongan-Banjumas, rom
bongan-rombongan pedjoang rakjat seperti Hisbul .
lah, rombongan Amir Fatah dll. , menjusup kembali
kedaerah - daerah 99 pendudukan " dan berangsur
angsur mulai mengobarkan kembali kegiatan-kegi
atan gerilja didaerah-daerah perbatasan ini. Jang
terachir adalah Bataljon Rukman jang dengan se
lengkapnja bertolak dari Solo menjusup ke Tjirebon,
jaitu sebagai akibat dari terdjadinja suatu peristi
wa penjerbuan dari beberapa pasukan setempat ter
hadap pasukannja di Tasikmadu ( Solo ) . Dalam hal
peristiwa tersebut kita tak dapat menahan keingin
an mereka untuk kembali kedaerah gerilja asalnja,.
dengan kejakinan jang sungguh dapat dipahami
bahwa mereka lebih suka berperang melawan Be
landa atas tanggung-djawab sendiri, daripada me
nempuh djalan perang saudara. Kita rasakan sen
diri suasana jang semakin genting pada waktu itu ,
dimana tentara hidjrah mengalami pukulan-pukul
an psychologis berupa agitasi-agitasi jang dilantjar
kan oleh pihak opposisi jang menuduh mereka seba
gai ,,tukang pukul" dari pemerintah ( Hatta) .
Pasukan2 hidjrah ini telah menundjukkan ketaat
annja kepada pemerintah Amir Sjarifuddin dengan
kepatuhannja untuk berhidjrah sebagai akibat dari
persetudjuan ,,Renville", dan kemudian hendak me
nundjukkan ketaatannja pula kepada pemerintah
jang menggantikannja jang didukung oleh partai
partai jang dulu beroposisi kepada pemerintah Amir.
Para perwira jang sederhana tidak dapat lagi me
ngikuti keadaan ini, jang politis adalah logis, sehing
ga merasa dua kali didjadikan korban .
Setelah perang saudara di Solo petjah, maka ham
pir tak mungkin lagi pimpinan divisi menahan ke
inginan seluruh pasukannja untuk kembali ke Djawa
Barat atas tanggung-djawab sendiri, jang djika sung.
guh-sungguh terdjadi, penjelesaian peristiwa Madiun

127
September 1948 akan menghadapi kesudahan jang ber
lainan.

Seperti telah diketahui, beberapa hari sebelum pem


berontakan komunis itu petjah, di Solo sudah terdja
di serangan-serangan oleh kesatuan-kesatuan setem
pat atas pasukan-pasukan hidjrah, sehingga Pang.
lima Besar memutuskan - buat melokalisir perseng
ketaan agar semua pasukan Siliwangi sementara
tinggal ditempat untuk kemudian meninggalkan da
erah Solo .

Tapi keputusan terachir ini tidak sampai diperin


tahkan, karena pihak perwira² pasukan hidjrah tidak
dapat menanggung- djawab sekiranja hal demikian
akan mengakibatkan mengalirnja seluruh divisi kem
bali ke Djawa Barat sehingga pertempuran dengan
Belanda tak dapat lagi dihindarkan. Dan meletusnja
peristiwa Madiun jang terdjadi beberapa hari kemu
dian dengan sendirinja menutup persoalan tersebut,
setelah Presiden Sukarno memerintahkan pembas
mian pemberontak-pemberontak jang hendak mero
bohkan negara itu .

Peristiwa² diatas jang mendjadi buntut daripada


soal ,,hidjrah " sebagai akibat dari persetudjuan ,,Ren
ville", tjukup menggambarkan kegentingan keadaan
dalam negeri dewasa itu . Demikianlah maka setelahı
cease-fire berlaku , meletuslah perang psychologi jang
maha hebat jang menggontjangkan sendi-sendi ke
negaraan kekeruhan jang bersumbu pada perten
tangan antara pihak pemeritah dan opposisi atau ar
tara ,,sajap kanan" dan ,, sajap kiri".
Dalam suasana demikianlah dimulai pelaksanaan mo
si rasionalisasi Baharudin dari ,, sajap kiri" jang te
lah diterima oleh BPKNIP pada tg. 20 Desember 1947
jaitu 2 bulan sebelum pasukan hidjrah tiba di Djawa
Tengah.
Suasana persatuan jang dulu ditjiptakan oleh agre
si Belanda kini berobah mendjadi suasana perpetjah

128
an antara ,,sajap kri" (jang tergabung dalam F.D.R. )
dan ,,sajap kanan", jang pada gilirannja memetjah
belah rakjat dan badan-badan bersendjata pula.
Namun kabinet Hatta tetap memegang teguh pro
gram 4 pasalnja jang berdasarkan atas akibat-akibat
,,Renville", jaitu : Berunding atas dasar „ Renville",
Mempertjepat pembentukan N.I.S. ( Negara Indone
sia Serikat ) , Rasionalisasi dan Rekontruksi .
Berhubung pentingnja rasionalisasi-rekonstruksi,
chususnja dilapangan angkatan perang, maka masa
ilu sering disebut masa rasionalisasi-rekonstruksi.
Setelah mosi nasionalisasi diterima oleh BPKNIP ,
kabinet Amir sendiri sudah menjusun rentjana pe
laksanaannja berupa persiapan undang-undang or
ganisasi Kementerian Pertahanan dan Angkatan Pe
rang dan rentjana perobahan organisasi dan pendja
bat-pendjabat pimpinan TNI . Pengusul-pengusul mosi
tersebut, Z. Baharudin dkk. , mengambil bagian jang
penting pula dalam persiapan-persiapan ini , dengan
mendapat bantuan jang besar dari perkumpulan-per
kumpulan perwira dewasa itu seperti Judhagama
(Suriadarma, Simatupang, dll . ) dan perwira2 aliran
muda (Sudarsono Rahardjodikromo dkk. ) .
Sebelum ,,Renville" ditanda-tangani ―――― tanggal 17
Djanuári 1948 - persiapan-persiapan tersebut telah
mentjapai taraf jang landjut sekali . Rantjangan su
sunan baru Kementerian Pertahanan dan putjuk pim
pinan Angkatan Perang sudah siap pada bulan De
sember 1947. Sesuai dengan mosi, Menteri Pertahan
an mendapat kekuasaan penuh atas Pertahanan dan
Angkatan Perang.
Tanggal 27 Desember 1947 kabinet Amir telah me
njiapkan perintah pelaksanaan mosi tersebut berupa
dekrit Presiden/Panglima Tertinggi jang ditanda
tangani pada hari itu , dengan maksud supaja susun
an APRI ,,dapat mentjotjokan dengan ketuhanan dan
kewadjiban jang sesuai dengan tingkat perdjoangan
sekarang" → jaitu ,,Renville".

TNI II 9. 129
Ada dua hal jang mendjadi pokok pikiran para pe
rantjang undang-undang tersebut pada waktu itu.
Pertama, organisasi dan kekuatan TNI harus di
perketjil dan disederhanakan , jaitu supaja lebih ef
ficient sesuai dengan keadaan dan posisi R.I. pada
masa itu. Selain karena geografis daerah R.I. telah
mendjadi semakin sempit, penderitaan sosial dan eko
nomis djuga mendjadi faktor jang penting. Negara dan
masjarakat sudah tidak mungkin lagi harus membiajai
terus 1.k. 350.000 orang tentaranja (TNI , TLRI, dll . ,
ditambah 470.000 orang (di Djawa sadja ) lasjkar²
Biro Perdjoangan .

Kedua, dalam menghadapi pembentukan N.I.S. , di


mana kelak kita harus 29 bersaing" dengan perwira
perwira jang diwariskan oleh Belanda, maka kita
haruslah pula mengadjukan tokoh-tokoh pimpina
angkatan perang jang, terutama dalam hal ketja
kapan teknis, dianggap representatif.
Sudah tentu bahan-bahan pertimbangan mereka
ini didasarkan atas politik ,, Renville".
Menteri Muda Pertahanan dari kabinet Amir, Aru
dji Kartawinata, telah menjatakan djandjinja di
depan sidang B.P.K.N.I.P. tanggal 20 Desember 1947 ,
bahwa pemerintah akan melaksanakan mosi Baha
rudin setjara "naar de letter en naar de geest". Ru
panja kabinet Hatta sendiri terus mengoper djandji
ini pula, oleh karena itu penggantian kabinet jang ter
djadi 2 hari kemudian setelah dekrit itu keluar, ti
dak menghambat pelaksanaan mosi tsb.
Pada tanggal 2 Djanuari 1948 telah keluar pula

Penetapan Presiden no. 1/1948


Presiden Republik Indonesia ··
Setelah mendengar pertimbangan Menteri Perta
hanan :

130
Menimbang ;
а. bahwa dengan diadakannja susunan baru dalam
Pusat Pimpinan Angkatan Perang Republik In
donesia, jaitu ,,Staf Umum Angkatan Perang"
dalam Kementerian Pertahanan, jang merupakan
staf pusat perantjang dan penjusun Angkatan
Perang seluruhnja, dan ,, Markas Besar Pertem
puran", jang merupakan putjuk pimpinan taktis
operasionil Angkatan Perang Mobil, maka putjuk
pimpinan Tentara Nasional Indonesia dan Staf Ga
bungan Angkatan Perang harus dibubarkan ;
b. bahwa untuk menjelenggarakan rentjana siasat
umum Angkatan Perang perlu ditundjuk orang
orang jang untuk sementara waktu dapat diwa
djibkan mendjalankan djabatan kepala Staf Um
um dan wakil kepala Staf Umum Angkatan Pe
rang di Kementerian Pertahanan ;
C. bahwa perlu ditundjuk seorang pendjabat Pang
lima Besar Angkatan Perang Mobil ;
d. bahwa perlu dengan segera diangkat anggota
anggota Markas Besar Pertempuran, agar te
tap terpelihara kelangsungan pimpinan taktis .
operasionil Angkatan Perang.

Memutuskan :
Menetapkan sebagai berikut :
Pertama : Membubarkan
a. Putjuk Pimpinan Tentara Nasional Indonesia ;
b. Staf Gabungan Angkatan Perang ;
dengan pernjataan terima kasih dan penghar
gaan kepada bekas anggota-anggota kedua ba
dan Angkatan Perang itu atas djasa-djasanja
terhadap negara.
Kedua : Mengangkat untuk sementara waktu pen
djabat :
a. Kepala Staf Umum Angkatan Perang ;
b. Wakil Kepala Staf Umum Angkatan Perang ;
di Kementerian Pertahanan, ber-turut2 :

131
a) Komodor Udara Suriadarma ;
b) Kolonel T.B. Simatupang ;
dengan kewadjiban disamping melaksanakan
rentjana siasat umum Angkatan Perang, me
njusun koordinasi sebaik-baiknja diantara :
1 ) . Kementerian Pertahanan dan Angkatan
Perang ;
2 ) . Bagian Kementerian Pertahanan, baik
jang telah lama maupun jang baru dibentuk ;
dan merentjanakan susunan baru Kementerian
Pertahanan .

Ketiga : Mengangkat mendjadi :


Panglima Besar Angkatan Perang Mobil
Djenderal Sudirman .

Keempat : Mengangkat mendjadi :


Anggota Staf Markas Besar Pertempuran
pada djabatan sebagai disebutkan dimuka namanja
masing-masing, orang2 berikut :
a. Kepala Staf Kolonel S. Tjokronegoro , it
b. Wakil Kepala Staf Lt. Kol. A. Latif;
c. Kepala Bagian I (Mil . Intelligence ) Lt. Kol. Susa
tijo ;
d. Kepala Bagian II ( Siasat ) Kol. S. Tjokronegoro ;
e. Kepala Bagian III ( Personalia ) Lt. Kol. Bustami ,
f. Kepala Bagian IV ( Perlengkapan ) Major Prabo
WO
dengan tjatatan bahwa pengangkatan wakil2 Ang
katan Udara dan Tentara Laut akan menjusul.
Kelima :
Keputusan ini mulai berlaku pada hari bulan dite
tapkannja.

Ditetapkan di Jogjakarta,
pada tanggal 2 Januari 1948
Presiden Republik Indonesia
Sukarno .

132
Penetapan Presiden ini menimbulkan reaksi jang
hangat dikalangan pimpinan AP jang lama. Belum
lagi KSU Urip Sumohardjo dibebaskan dari tugasnja,
telah diangkat pula KSU AP jang baru , Suriadarma
Simatupang. Djenderal Urip bertanja , bagaimana pc
sisi beliau untuk selandjutnja. Sebenarnja de fakto
beliau sudah non-aktif, jaitu setelah mengadjukan
permintaan untuk mengundurkan diri karena tidak
setudju dengan ,,Renville ", jang menurut pendapat
nja dengan hal ini pemerintah telah menaksir terlalu
murah kekuatan kita.
Demikian pula Djenderal Sudirman mengatakan ti
dak mengerti kepada siapa beliau seterusnja harus
bertanggung djawab, karena kesimpulan jang beliau
tarik dari penetapan baru tersebut ialah bahwa KSU
AP itu berada diatasnja , jang menurut rangka senio
ritet jang berlaku pada waktu itu sebenarnja adalah
djanggal .
Demikianlah Djenderal Sudirman dan Urip meng
hadap ke-istana. Rentjana jang telah disiapkan oleh ka
binet Amir mengenai reorganisasi-rasionalisasi serta
mutasi-mutasi dalam pimpinan tertinggi angkatan pc
rang R.I. itu ternjata tidak dirundingkan lebih dulu!
dengan mereka setjara selajaknja, dan ternjata ke
dua tokoh TNI ini tidak pula sepenuhnja menjetudjui
rentjana tersebut.
Oleh karena itu, belum seminggu kemudian terpak
salah Presiden mengeluarkan maklumat pemerintali
no. 1/1948 :
,,Pemerintah sangat menjesali tersiarnja dalam su
rat kabar dan radio suatu penetapan Presiden RI no.
1/1948 jang mengenai susunan baru dari pada pimpi
nan angkatan perang RI.

Memang pada tgl. 2-1-1948 Presiden menanda-ta


ngani penetapan no . 1/1948, tapi pengumumannja di
tunda sampai ada ketetapan tentang kedudukan baru
bagi pimpinan lama jang tidak sedikit djasanja da
lam hal membangunkan tentara sedjak dari BKP

133
sampai ke TNI dan dalam memimpin perdjoangan
tentara kita dalam perang jbl ini. Dengan memindah
kan pimpinan tentara dan mengadakan rasionalisasi
daripada tentara dengan dasar, satu tentara, satu
komando, Pemeintah bermaksud pula untuk mem
pergunakan pengetahuan dan pengalaman opsir2 tua
dengan sebaik-baiknja untuk kemadjuan tentara Na
sional Indonesia".

Pemerintah dan seksi Pertahanan BPKNIP menja


takan penjesalan atas tjara pengumuman itu dikelu
arkan jang dianggap kurang tepat. Sejogjanja di
tempuh dua taraf : mula-mula mengumumkan tentang
reorganisasinja sadja dan kemudian baru tentang per
sonalianja.
K.H.Zainul Arifin, pemimpin Hisbullah dan anggo
ta seksi Pertahanan BPKNIP, menjatakan dalam si
dang bahwa rasionalisasi TNI itu sungguh-sungguh
dikehendaki oleh rakjat karena itu ia mengandjurkan
supaja pemerintah tidak ragu² melaksanakannja,
akan tetapi disamping itu tetap bertindak bidjaksana.
Demikian pula diandjurkan supaja tjara penundjukan
pendjabat2 baru itu tidak dilakukan seperti jang pernah
terdjadi dengan Penetapan Presiden no. 1 , melainkan
dengan djalan pemilihan oleh sebuah panitia, agar su
paja dapat dihindarkan pemilihan jang berat sebe
lah hanja dari satu aliran sadja. Sebenarnjalah harus
diakui, bahwa pendjabat2 jang baru itu terutama
terdiri dari perwira-perwira jang tergolong kedalam
,,Judhagama" dan apa jang disebut ,,perwira-perwira
aliran muda".

Pada tg. 14 Pebruari 1948 , dihadapan sidang BF


KNIP, Wakil Presiden memberikan uraian sbb.:
Rasionalisasi adalah salah satu pokok program pe
merintah. Pemerintah bermaksud mengadakan perba
ikan dalam susunan negara dan alat negara serta men
tjapai sedikit perimbangan antara pendapatan dan
belandja negara. Bahwa pendapatan negeri tidak da
pat menutup ongkos hidup negara, hal ini tidak meng
herankan. Tetapi djarak antara kelebihan pengelu

134
aran belandja dengan pendapatan negara dapat diku
rangkan dengan mengadakan rasionalisasi jang tepat,
dengan memindahkan tenaga dari pekerdjaan jang
tidak produktif selama ini kepada jang produktif.
Rasionalisasi tidak hanja mengenai pemindahan te
naga dari usaha jang tidak produktif keusaha jang
produktif, tapi djuga memperbaiki effektifnja susu
an bentuk tata-usaha dan administrasi negara. Se
lama ini penempatan tenaga tidak terbagi sama
rata, kadang-kadang berat diputjuk.
Rasionalisasi ini, istimewa terhadap angkatan pe
rang, harus dilakukan dengan tegas dan njata, karena
disinilah banjak terdapat pemakaian tenaga jang ti
dak lagi produktif untuk masa datang. Kalau tidak,
kita akan mengalami inflasi jang sebesar-besarnja
jang menjusahkan hidup rakjat. Bahwa keadaan ini
sangat mendesak ternjata Badan Pekerdja sendiri
menerima mosi Baharudin untuk membaharui dan
mengeffektifkan bentuk dan susunan tentara kita.
Mosi Baharudin akan diselenggarakan oleh peme
rintah dengan berpedoman kepada tjita² : satu ten
tara, satu komando dalam bentuk dan susunan jang
effektif .

Pemerintah akan menjiapkan dasar-dasar untuk


mendjadikan tentara kita djadi tentara milisi . Tenta
ra milisi lebih baik dari pada tentara gadjian, karena
milisi menanam rasa kewadjiban untuk memperta
hankan tanah air. Tentara tetap mendjadi kern-ka .
der. Segala tindakan menudju rasionalisasi tidak bo
leh menimbulkan pengangguran jang pada dasarnja
merugikan masjarakat . Bagi tiap2 tenaga jang dike
luarkan dari djabatan karena berlebih, harus diba
ngunkan sumber usaha baru jang memberikan peng
hidupan jang lajak baginja . Demikian pula keduduk
an seluruh anggauta angkatan perang akan didjamin
sampai dapat ditentukan status mereka. Rasionalisa
si jang kita tudju ialah penjempurnaan dan pemba
ngunan jang meringankan beban masjarakat serta
mengurangkan penderitaan rakjat" .

135
Dengan sendirinja BP KNIP menjatakan persetu
djuannja atas rentjana Hatta tersebut, karena me
mang dari BP KNIP-lah datangnja desakan keras ke
djurusan ini .
Tg. 18 Pebruari 1948 tiba di Jogjakarta rombongan
saja dari Djawa Barat, kemudian melaporkan diri ke
pada Wakil Presiden/Menteri Pertahanan, Panglima
Besar dan KSU lama serta KSU baru. Saja njatakan
kegirangan saja atas maksud pemerintah untuk me
ngadakan perobahan organisasi pada APRI, karena
pengalaman gerilja selama 7 bulan itu telah tjukup
membuktikan pelbagai kekurangan jang ada pada
kita jang menundjukkan pula bagaimana wudjud
jang sebenarnja dari pertahanan rakjat kita itu.
Seperti jang diuraikan oleh KSU lama dan baru ,
ternjata memang sebelumnja telah direntjanakan un
tuk menempatkan saja sebagai wakil Panglima Be
sar APRI. Saja telah diminta untuk merumuskan pe
ngalaman-pengalaman saja guna didjadikan bahan
reorganisasi .
Sementara itu. BP KNIP sedang mempersiapkan
pula rentjana Undang-undang Baharudin mengenai
susunan Kementerian Pertahanan dan Angkatan Pe
rang. Saja telah menduga lebih dulu, bahwa rentjana
undang-undang ini hanja akan mengatur susunan- su
sunan teratas pada kementerian dan territorium
Sedangkan sari-sari pengalaman jang kami bawa dari
kantong-kantong hanjalah berupa saran mengenai su
sunan pasukan dan daerah-daerah perlawanan , chu
susnja mengenai bataljon-bataljon dan distrik -distrik
militer.

Mengenai susunan jang sedang dirantjang oleh


undang-undang itu saja andjurkan, agar ditjontoh
sadja organisasi tentara Inggeris dengan adanja tiga
badan atau staf dibawah Panglima Besar, jaitu staf
umum, kwartier-meester-djenderal dan adjudan-djen
deral. Tapi ternjata bahwa konsep undang-undang
tersebut sudah berada dalam taraf penjelesaian ter

136
achir pada BP KNIP, sehingga tak ada gunanja lagi
untuk memberikan pemandangan- pemandangan.
Lain dari pada itu saja berpendapat bahwa sebenar
nja kita belum perlu mempunjai KSAP , KSAD , KSAL ,
dan KSAU, oleh karena hal itu tidak praktis mengingat
bahwa AP kita baru mempunjai pasukan² infanteri sa
dja dan jang kita hadapi adalah perang.
gerilja pula. Ambillah sebagai Tjontoh Pilipina. Ke
betulan pada waktu itu saja memperoleh sebuah ma
djalah jang memuat susunan putjuk pimpinan Ang
katan Perang Pilipina. Di Pilipina PBAP atau KSAP
itu praktis merangkap djabatan Panglima AD, karena
selain membawahi Panglima AL dan AU, dia djuga
langsung membawahi Panglima² territorium. Memang
AL dan AU Pilipina masih ketjil, tapi djika diban
dingkan dengan Indonesia pada waktu itu , toch masih
djauh lebih besar.
Memang harus diakui bahwa kita pada waktu itu
masih dihinggapi penjakit gemar membuat organi
sasi-organisasi jang ,,konvensionil" jang tidak dise
suaikan dengan kemampuan dan kebutuhan jang
njata. Dan disamping itu tak djarang pula soal2 per
orangan dan politik kepartaian mendjadi faktor?
jang mempengaruhi bangunan sesuatu organisasi.
Pada th. 1948 TNI kita menentang adanja susunan
KSAP - KSAD - KSAL - KSAU dan PBAP karenċ
kita anggap tidak riil . Angkatan Perang kita praktis
hanja terdiri dari A.D. belaka jang tersusun atas ba
taljon-bataljon territorial jang amat bersahadja.
Divisi-divisi AD , dan armada-armada AL dan AU itu.
ketjuali dalam chajalan, tak mungkin terwudjud se
njata-njatanja. Oleh karena itu bagi kita lebih tepat .
lah susunan jang diadakan pada th. 1945, pada saat
saat sesudah proklamasi, dimana putjuk pimpinan
organisasi pertahanan kita terdiri atas seorang Men
teri Pertahanan (dengan staf Kementerian jang ke
tjil) plus suatu Markas Besar dengan seorang Pang
lima Besar A.P. merangkap Panglima Besar A.D.,
jang membawahi panglima-panglima territorium A.D.
serta Panglima A.L, dan Panglima A.U.

137
Tetapi susunan jang riil dan sederhana ini, jang
djustru sesuai dengan keperluan kita pada ketika itu ,
kemudian mengalami perobahan-perobahan, terpe
ngaruh oleh fikiran-fikiran hendak mentjontoh sega
la-sesuatunja dari negara-negara jang telah madju,
umumnja negara-negara Barat. (Pada masa-masa
menghadapi agresi Belanda ke-2 pemerintah terpaksa
melaksanakan kembali susunan pimpinan setjarɛ
th. 1945 tersebut) .

Kita mulai membuat staf gabungan jang terdiri


dari Djenderal Urip, Laksamana Pardi dan Komodor
Suriadarma, meskipun tak ada tenaga tempur ga
bungan. Malahan pada th. 1948 kita adakan gabung
an kepala-kepala staf, lengkap dengan KSAP, KSAD,
KSAL dan KSAU-nja, meskipun kenjataannja poten
siil ketiga angkatan itu tidak sedjadjar.
Djuga buat masa datang jang dekat ini, dimana
kita sedang menghadapi pembentukan N.I.S. , saja
tetap berpendapat bahwa susunan putjuk pimpinan
APRI kita sebaiknja adalah seperti jang saja saran
kan itu. Untuk lebih djelasnja, baiklah kita bahas
persoalan pertahanan kita dengan lebih luas.

Djika jang kita perhatikan hanjalah peta Indo


nesia jang hampir seluas Eropah itu, serta (hanja)
mengingat faktor geografis jang dimilikinja, maka
terasalah betapa sukarnja mempertahankan tanah
air kita ini setjara keseluruhannja . Ruangan geogra
fis jang luas dengan pulau-pulau jang berserakan
itu adalah suatu tantangan jang berat buat membina
suatu pertahanan jang tjukup rapat dan erat jang
bisa mendjamin keamanan setiap tempat. Maka dari
kenjataan ini timbulah kesimpulan : Pertama, perlu
lah suatu tenaga (terutama angkatan udara) jang
ampuh untuk melakukan tugas pengintaian jang se
djauh-djauhnja dan seintensif-intensifnja disekeliling
Nusantara ini, supaja setiap kedatangan musuh pe
njerbu dapat segera diketahui. Musuh penjerang itu
harus sudah dapat dihantjurkan sebelum mereka
mendjedjakkan kakinja disini, malahan djika perlu

138
negara agresor itu sendiri kita serbu atau kita lum-.
puhkan jaitu a.l. dengan pemboman dari udara. Ke
dua, djika toch musuh dapat mendjedjakkan kakinja
ditanah kita, maka jang dapat kita hadapkan ditiap
wilajah hanjalah perlawanan lokal jang sederhana.
Nusantara jang luas ini tak dapat diandalkan kepada
persiapan-persiapan pertahanan jang tjukup meling
kupi keseluruhan wilajahnja. Maka untuk melajani ser
buan itu perlulah suatu angkatan penggempur jang
sangat mobil, jang dapat dipukulkan kepada sipenjerbu
itu dimana sadja mereka berada, jaitu suatu angkat
an gabungan jang modern jang dengan bantuan
pertahanan lokal mampu menghantjurkan musuh.
Demikianlah kesimpulan-kesimpulan jang paling
mudah ditarik, djika kita sekedar menghadapi peta
tanah air kita ; dan konsep dasar-dasar pertahanan
jang demikianlah jang memang paling sering diadju
kan orang.
Akan tetapi buat 10 à 15 tahun jang pertama (apa
lagi selama masa ,, perdjoangan Jogja" ) , bahkan
mungkin untuk masa jang lebih lama lagi , kita be
lum akan mampu melaksanakan pertahanan jang de
mikian. Dalam djangka waktu 10 à 15 tahun jang ini ke
mampuan kita akan terbatas kepada pertahanan jang
sederhana didarat, jaitu pertahanan regional, walau

pun dengan suatu tenaga mobil tjadangan (jang sa
ngat terbatas pula ) . Kita tak usah gusar bahwa hal
demikian berarti membuka rahasia akan kekurangan
kekurangan kita, sebab para achli militer asing toch
dapat membuat analisa2 -nja sendiri . Djadi soal
titik berat pada pertahanan maritim (dengan alasan
bahwa Nusantara ini adalah negara maritim ) , soal
angkatan udara strategis, dsb., adalah soal- soal jang
baru dapat kita lajani pada beberapa puluh tahun di
muka. Realitet daripada keadaan pada suatu waktu ,
harus djadi pangkal pekerjaan kita untuk waktu itu.
Akan tetapi , sebagai rakjat jang ,,tjinta damai,
tapi lebih tjinta kemerdekaan" , kita tidaklah perlu
merasa ketjewa atas ketinggalan kita itu. Kita masih
mempunjai djalan lain untuk membina pertahanan

139
negara kita setjara lumajan buat masa 10 à 15 ta
hun tsb. , soalnja tinggal kemauan jang sungguh
sungguh dan kerdja keras .
Djika kita tak mampu mempertahankan suatu da
erah daripada pendudukan musuh, tak mampu mem
pertahankan semua kota dan djalan² perhubungan dari
perebutan oleh musuh penjerang, maka kita terpaksa
harus menempuh perang gerilja, jaitu perang gerilja
setjara semesta dengan seluruh bangsa dan tanah
air.
Dan sudah tentu kita tak kan dapat mempertahan
kan suatu daerah sepenuhnja, djika pada kita tak
tersedia suatu tentara jang regulair, jang terorga
nisir dengan baik dan tjukup modern, atau setidak
tidaknja jang setara dengan lawan.
Dan kapankah kita dapat menghadapkan tentara
jang demikian? Hal ini tergantung kepada kemam
puan kita untuk mendidik tenaga dan untuk mem
beli atau memperoleh peralatan-peralatan jang diper
lukan.
Untuk mendidik tenaga-tenaga seperlunja pada
angkatan darat, diperlukan waktu 5 sampai 10 tahun,
itupun, pada taraf pertama, dengan bantuan tenaga²
asing untuk melengkapkan instruktur-instruktur dan
inti staf serta djawatan-djawatan. Bagi angkatan
udara diperlukan waktu jang lebih lama lagi, dan
angkatan darat jang regulair tak kan berarti apa²
tanpa angkatan udara jang sekedarnja. Lebih-lebih
angkatan laut memerlukan waktu jang lebih lama
lagi untuk menjusun suatu inti teknis seperlunja. In:
semua baru ditindjau terutama dari sudut persona
lianja. Djika keadaan mendesak, dengan tindakan²
darurat dan setelah semua sjarat dipenuhi, djangka
waktu tsb . sudah tentu dapat dipersingkat.
Dalam hal materiil beserta pemeliharaannja, djang
ka waktu jang diperlukan kiranja tidaklah terlalu
berbeda, artinja, djika soal pembeliannja dari negeri
lain tidak turut kita persoalkan disini . Sebab soal
materiil ini terutama tergantung pada kemampuan

140
finansiil dan situasi politik jang mungkinkan kita
perolehnja dari negara-negara jang membuatnja. Dan
djika tak ada suatu negarapun jang bersedia hendak
mendjual sendjatanja kepada kita , maka sudah tentu
persoalannja lebih sulit lagi. Segi ini belum per
nah difikirkan setjara mendalam atau diusahakan
dengan sungguh-sungguh oleh pemerintah kita jang
manapun.
Maka karena itu , dapatlah didjadikan pegangan,
bahwa untuk masa-masa pertama dari kelahiran Rc
publik kita ini kita masih akan memerlukan perang
gerilja, atau lebih tepat lagi, perang rakjat jang ter
atur, sebagai pokok kebidjaksanaan dalam politik
pertahanan kita. Untuk suatu djangka waktu ter
tentu perang gerilja itu akan merupakan doktrin per
lawanan kita, dan kemudian pada taraf-taraf beri
kutnja, sedjalan dengan pertumbuhan tentara kita
kearah modernisasi, deradjat urgensi perang gerilja
itu akan makin berkurang sampai tiba saatnja kita
mempunjai tentara regulair jang sebenarnja.
Untuk sekedar djadi pegangan , taruhlah bahwa
dalam waktu 10 tahun jang pertama kita masih ha
rus mempergunakan perang gerilja semesta sebagai
thema perlawanan kita, jang berarti bahwa titik be
rat dari kegiatan lapangan berada didaratan, jang
sudah tentu berarti pula bahwa angkatan darat, se
perti dimasa-masa jang lalu, mendjadi inti dan jang
memegang peranan utama. Tetapi banjak pemimpin2
politik jang sedjak semula selalu mengandjurkan su
paja inti pertahanan kita hendaknja tidak terletak
pada angkatan darat, melainkan katanja kita harus
mengutamakan kekuatan pada angkatan laut dan
udara. Dalam gagasan mereka ini terkandung alasan
alasan geografis dan kenjataan historis bahwa nenek
mojang kita dulupun adalah pelaut-pelaut jang ter
kemuka didunia
Sesungguhnjalah memang pada achirnja kita kelak
harus mendjadi bangsa jang bisa mengandalkan per
tahanan negaranja pada ,,maritim power" jang am

141
puh, mengingat kenjataan bahwa tanah air kita toch
merupakan negara maritim, negara kepulauan jang
terletak dipersimpangan dua benua dan dua samu
dera. Akan tetapi tingkatan jang demikian djelas tak
kan tertjapai dalam masa 10 - 15 tahun jang perta
ma, dan kelirulah djika dalam masa itu kita telah
menitik beratkan pertahanan negara pada angkatan
laut.
Pada azaznja hal ini tidak berbeda dengan perso
alan jang kita hadapi waktu menjusun T.K.R. dulu .
Pada taraf itu kita tak punja angkatan perang ga
bungan, belum ada dan belum perlu adanja operasi
gabungan, sehingga tak perlu pula adanja staf-staf
gabungan. Oleh karena itu tidaklah realistis memben
tuk suatu susunan jang baru akan diperlukan 10 à
20 tahun kemudian.
Setjara relatif ,,volume" persoalan jang dihadapi
oleh Kementerian Pertahanan sampai waktu itu bo
leh dikatakan masih sama dengan keadaan disekitar
permulaan revolusi.
Pihak-pihak jang menentang pendapat diatas me
ngadjukan alasan bahwa kita sedang menghadapi
pembentukan N.I.S. , dan kita harus memiliki tenaga
tenaga inti pimpinan jang bermutu untuk dapat me
nempati posisi jang kuat dalam angkatan perang fe
deral jang akan dibentuk itu . Kata mereka, kekuatan
perdjoangan R.I. terletak dalam hal bahwa kita djus
tru memiliki pemimpin-pemimpin dan achli-achli jang
terbanjak .
Demikianlah sekedar tjatatan mengenai fikiran²
jang timbul pada masa-masa menghadapi rasiona
lisasi-rekontruksi 1948 dan menghadapi pembentuk
kan N.I.S.
Bahkan sedjak pembentukan TKR ditahun 1945,
saja sendiri dan beberapa teman jang sefaham tetap
menganut idea rasionalisasi, jaitu dalam arti effisien
si, dengan pembentukan pasukan-pasukan jang se
derhana jang disesuaikan dengan fungsi perang gc
rilja, pemakaian pangkat-pangkat jang rendah, ke

142
tjakapan teknis, dsb. Sebagaimana telah sering di
sebutkan dalam bab-bab jang terdahulu , memang
kita mudah tergoda oleh ,,kebanggaan" untuk mem
buat organisasi-organisasi jang besar jang tak sesuai
dengan keperluan jang njata . Kementerian, markas
markas besar, markas-markas divisi kita mempunja
tenaga jang berdjumlah 5 sampai 10 kali dari keku
atan dan keperluan jang sewadjarnja. Namun toch
kita tetap berkeluh-kesah bahwa kita menderita keku
rangan pimpinan , kekurangan tenaga administrasi ,
dan sebagainja.
Seperti telah diuraikan , konsep undang-undang me
ngenai susunan baru Kementerian Pertahanan dan
Staf Angkatan Perang itu telah berada ditangan B.F.
KNIP. Akan tetapi konsep itu hanja mengatur susur .
an pada tingkatan-tingkatan teratas , oleh karena
itulah maka rentjana-rentjana kami jang kami ba
wa hidjrah itu , jang djustru berisi susunan-susunan
pada tingkat terendah , kiranja dapat terus kami
adjukan djuga.
Maka demikianlah , atas permintaan KSU baru, sa
ja rumuskan pengalaman-pengalaman perang gerilja
jang lalu, sbb . :
Dalam kejakinan akan petjah satu penjerbuan Be
landa jang besar2an , kita bergiat mempersiapkan diri
untuk peristiwa bentjana jang kedua. Peladjaran dari
clash ke I adalah :
1 . Penjerbuan Belanda tak mungkin ditahan, pa
ling banjak hanja dapat diperlambat dengan
gangguan serta bumi hangus, untuk memper
oleh waktu dan ruangan jang sebanjak mung
kin akan mengungsikan pasukan-pasukan,
alat-alat , pegawai-pegawai dan rakjat kekan.
tong-kantong pedalaman.
2. Pokok perlawanan ialah perang gerilja jang
disatu pihak agressif terhadap musuh dan di
lain pihak dapat menegakkan de fakto Republik
dalam arti militer dan sipil dikantong-kantong
jang sebanjak mungkin.

143
Sjarat-sjaratnja :
a. pimpinan jang totaliter dalam tangan lu
rah, kdm , kmd. daeran gupernur militer dan
panglima pulau (DPN dan DPD harus ditia
dakan) .
b. politik non-koperasi dan non-kontak jang
tegas .
c. reorganisasi TNI untuk 3 matjam tugas :
(1 ) bataljon-bataljon mobil, lk. 1 batal
jon ditiap keresidenan, untuk tugas.
tugas menjerang (bersendjata 1 : 1 ) .
(2 ) bataljon-bataljon territorial, lk. 1 ba.
taljon ditiap kabupaten untuk per
lawanan jang statis (bersendjata 1 :
3 à 5).
(3 ) kader-kader territorial mulai kader
desa, kodm , kdm, dst keatas.
d. ,, Meng-Wingate-kan" pasukan-pasukan ki
ta kedaerah-daerah federal di Djawa chu
susnja dan di Seberang umumnja . Pasuk
an-pasukan asal Djawa Barat, Basuki, Ka
limantan, dsb. disusun untuk tugas-tugas
litu.
KSU lama jang pada waktu itu sedang mewakili
Panglima Besar jang sedang beristirahat di Tawang
mangu, menjetudjui djalan pikiran itu dan beliau
djuga menjatakan persetudjuannja atas pengangkat
an saja sebagai Wakil Panglima Besar. Untuk dja
batan itu, kata beliau, sedjak mulanja memang beli
au telah mengadjukan a.l. nama-nama saja dan Djen
deral Major G.P.H. Djatikusumo sebagai tjalon-tja
lon. Akan tetapi beliau meminta perhatian saja un
tuk berlaku hati-hati dalam suasana politik jang ke
ruh dewasa itu.
Tanggal 27 Pebruari diumumkan Penetapan Pre
siden no. 9/1948 :

Mendengar : Pertimbangan Menteri Pertahanan ;

144
Menimbang : bahwa berhubung dengan pemben
tukan kabinet jang baru, perlu di
tindjau lagi Penetapan Presiden no.
1, tahun 1948, sehingga Penetapan
Presiden itu perlu ditarik kembali,
dan ditetapkan Penetapan Presiden
jang baru ;
Menimbang : bahwa perlu diadakan susunan baru
dalam pusat pimpinan Angkatan Pe
rang Republik Indonesia, jaitu :
A. Staf Umum Angkatan Porang
dalam Kementerian Pertahanan
jang merupakan staf pusat pe
rantjang dan peninsun Angkat
an perang seluruhnja , dan
B. Markas Besar Angkatan Perang
Mobil , jang merupakan putjuk
pimpinan taktis-operasionil Ang
katan Perang Mobil, sehingga
putjuk pimpinan Tentara Nasi
onal Indonesia dan Staf Gabung
an Angkatan Perang harus di
bubarkan.
Menimbang : bahwa untuk menjelenggarakan ren
tjana Siasat Umum Angkatan Pe
rang perlu ditundjuk orang-orang
jang untuk sementara waktu dapat
diwadjibkan mendjalankan djabatan
kepala Staf Umum Angkatan Pe
rang di Kementerian Pertahanan ;
Menimbang : bahwa perlu ditundjuk pula orang.
orang untuk mendjabat Panglima
Besar Angkatan Perang Mobil dan
Wakil Panglima Besar Angkatan Pe
rang Mobil :
Menimbang : dsb .
Memutuskan :

Menetapkan sebagai berikut :

t
TNI I 10. 145
Pertama : Menarik kembali Penetapan Presiden
no. 1 tahun 1948.
Kedua : Membubarkan ,,Putjuk Pimpinan Tenta
ra Nasional Indonesia" dan Staf Ang
katan Perang, dengan utjapan terima
kasih dan penghargaan kepada bekas
anggota-anggota dua badan Angkatan
Perang itu atas djasa-djasanja terhadap
negara;
Ketiga : A. Membentuk Staf Umum Angkatan
Perang dalam Kementerian Per
tahanan ;
B. Mengangangkat untuk sementara
waktu mendjabat :
1. Kepala Staf Umum Angkatau
Perang dalam Kementerian
Pertahanan :
Komodore Udara Suriadarma ;
2. Wakil Kepala Staf Umum Ang
katan Perang dalam Kemente
rian Pertahanan :
Kolonel T.B. Simatupang ;
dengan kewadjiban disamping me
laksanakan rentjana siasat Umum
Angkatan Perang, menjusun koor
dinasi sebaik-baiknja diantara :
1. Kementerian Pertahanan dan
Angkatan Perang ;
2. Bagian2 Kementrian Perta
hanan, baik jang telah lama
maupun jang baru dibentuk :
dan merentjanakan susunan
baru Kementerian Pertahanan.
Keempat : A. Membentuk Markas Besar Angkat
an Perang Mobil ;
B. Mengangkat mendjadi :
1. Panglima Besar Angkatan
Perang mobil :
Djenderal Sudirman ;

146
2. Wakil Panglima Besar Ang
katan Perang mobil :
Djenderal Major A.H. Nasu
tion.
Kelima : Memperbantukan untuk sementara
waktu kepada Menteri Pertahanan
semua opsir dari Putjuk Pimpinan
Tentara Nasional Indonesia dan dari
Staf Gabungan Angkatan Perang jang
belum dapat tugas kewadjiban dalam
susunan baru dari pusat pimpinan
Angkatan Perang Republik Indonesia
ini, sebelum mereka masing- masing
diberi tugas kewadjiban baru.
Keenam : Penetapan ini mulai berlaku pada hari
bulan ditetapkan .
Sekitar waktu itu sudah pula diterima oleh BP
KNIP usul rentjana undang -undang Baharuddin
jang pada 5 Mei ditanda-tangani oleh Presiden Su
karno :

Menimbang bahwa atas dasar tingkatan penjusu


sunan negara dewasa ini dianggap
perlu mengadakan peraturan tentang
organisasi Kementerian Pertahanan
dan Angkatan Perang Republik Indo
nesia :
Mengingat : Keputusan Badan Pekerdja Komite
Nasional Pusat no.95/BP3/47.U tgl .
19 Desember 1947 tentang mosi Baha
ruddin cs berhubung dengan rantja
ngan mengenai reorganisasi dan ra
sionalisasi dalam Kementerian Perta
hanan dan Angkatan Perang ;
Pasai 1
1. Kementerian Pertahanan berkewadjiban menje
lenggarakan pertahanan Negara dalam arti jang
seluas-luasnja .

147
2. Untuk melaksanakan kewadjiban tersebut pada
ajat 1, Kementerian Pertahanan menjelenggara
kan Angkatan Perang Negara Republik Indone
sia jang terbentuk dari Angkatan Darat, Ang
katan Laut dan Angkatan Udara.

Pasal 2
Menteri Pertahanan memimpin Kementerian Per
tahanan.

Pasal 3

1. Untuk melantjarkan djalan pimpinan tersebut


dalam pasal 2, Menteri Pertahanan dibantu oleh :
a. Kabinet Menteri Pertahanan ;
1 b. Staf Angkatan Perang ;
C.Staf Tata-Usaha, terdiri atas bahagian In
tendans, bahagian Personalia dan Wadjih
Tentara (dienstplicht), bahagian Intelligence
Service, bahagian Pendidikan dan Latihan,
bahagian Kesehatan dan bahagian Perhu
bungan dengan Masjarakat.
2. Kabinet Menteri terbentuk dari :
a. Sekretaris Djenderal ;
b. Kepala Staf Angkatan Perang dengan 3
orang anggotanja ;
c. Kepala-kepala bahagian, tersebut pada ajat
1 , huruf c.

Pasal 4
1. Kabinet Menteri Pertahanan bersidang dibawah
pimpinan Menteri Pertahanan untuk memperem
bukkan segala soal pokok jang mengenai Ang
katan Perang seluruhnja.
2. Rentjana selandjutnja atas soal jang telah di
putuskan dalam Kabinet Menteri Pertahanan di
serahkan melaksanakannja kepada Staf Angka
tan Perang dan bagian-bagian sebagai tersebut
dalam pasal 3 ajat 1 huruf c.

148
Pasal 5

1. Sekretaris Djenderal memegang pimpinan Sekre


tariat Menteri Pertahanan dan bertindak selaku
Sekretaris dalam Kabinet Menteri Pertahanan.
2. Sekretaris Djenderal melakukan koordinasi antara
bahagian-bahagian tersebut dalam pasal 3, ajat 1
huruf c, dan mendjadi perantara administrati
antara bagian2 tahadi dengan Menteri Pertahan
an.

3. Pada Sekertaris Djenderal diperbantukan dja


watan Tata-Hukum ………
..
Pasal 6 •

1. Staf Angkatan Perang dipimpin oleh seorang Ke


pala Staf Angkatan Perang jang dibantu oleh 3
orang anggota staf, terdiri atas :
a. Kepala Staf Angkatan Darat ;
b. Kepala Staf Angkatan Laut ;
c. Kepala Staf Angkatan Udara.
2. Kepala Staf Angkatan Perang selandjutnja di
bantu oleh Sekretariat Staf Angkatan Perang.
Pasal 7.

1. Staf Angkatan Perang memegang pimpinan or


ganisasi Angkatan Perang.
2. Supaja organisasi Angkatan perang dapat ber
ajaian dengan lantar Deal Angkatan Terang
mengadakan peraturan dan rentjana² umum un
tuk seluruh Angkatan Perang.
3. Staf Angkatan Perang merentjanakan segala se
suatu jang mengenai strategi Angkatan Perang.
4. Segala sesuatu jang mengenai angkatannja, a.
kerdjakan masing-masing oleh :
a. Staf Angkatan Darat ;
b. Staf Angkatan Laut ;
C. Staf Angkatan Udara.

149
Pasal 9.

1. Untuk melaksanakan tugas kewadjibannja, se.


bagai tersebut dalam pasal 7 , ajat 4 Kepala Staf
Angkatan Darat dibantu oleh :
a. Sekretariat Angkatan Darat ;
b. Staf Umum Angkatan Darat;
C. Staf Chusus Angkatan Darat.
Pasal 10.
1. Staf Umum Angkatan Darat terdiri atas :
Bahagian Siasat Perang ;
b. Bahagian Staf Umum I ;
c. Bahagian Staf Umum II;
d. Bahagian Staf Umum III ;
e. Bahagian Staf Umum IV.
2. Bahagian Siasat Perang Angkatan Darat mem
bantu Kepala Staf Angkatan Darat menentukan
siasat perang Angkatan Darat ;
Kepala bahagian ini merangkap Kepala Staf
Umum Angkatan Darat.
Pasal 11.
1. Staf Chusus Angkatan Darat terdiri atas :
a. Bahagian Topografi ;
b. Bahagian Intendans ;
c. Bahagian Perhubungan dan Pengangkutan ;
d. Bahagian Pegawai ;
e. Inspektorat Sendjata (Wapens) ;
f. dan lain-lain jang dirasa perlu.

Pasal 23.
1. Bahagian Perhubungan dengan Masjarakat me
njelenggarakan segala sesuatu jang perlu untuk
mempererat perhubungan Angkatan Perang de
ngan rakjat, supaja tertjapai saling mengerti
antara rakjat hingga kedesa-desa dengan ang
gota-anggota Angkatan Perang.

Pasal 25
1. Pada Staf Angkatan Perang selandjutnja diper

150
bantukan Markas Besar Polisi Militer.

Pasal 29
1. Waktu ada peperangan, Panglima Besar Angkat
an Perang diangkat oleh Presiden atas pentja
lonan Menteri Pertahanan, sesudah mendengar
andjuran-andjuran dari Staf Angkatan Perang.

Pasal 30.

Panglima Besar Angkatan Perang menerima petun


djuk dan perintah dari Menteri Pertahanan jang me
ngenai soal-soal pokok strategi jang sebelumnja di
perembukkan oleh Menteri Pertahanan dengan Staf
Angkatan Perang.

Pasal 31 .

1. Panglima Besar Angkatan Perang dalam mela


kukan kewadjibannja, berkuasa atas seluruh ke
satuan-kesatuan Perang ( combat units) dari ke
tiga2 Angkatan, jang pengerahannja telah dipe
rintahkan oleh Menteri Pertahanan.
2. Panglima Besar Angkatan Perang mengepalai
Markas Besar Angkatan Perang Mobil (berge
rak ) dengan dibantu seperlunja oleh Staf² Umuni
ketiga Angkatan .

Pasal 32
Panglima Besar Angkatan Perang bertanggung
djawab sepenuhnja atas pimpinan perangnja kepada
Menteri Pertahanan .

Pasal 33

1. Angkatan Darat terbentuk oleh :


a. Barisan Infanteri ;
b. Barisan Artileri ;
C. Barisan Kavaleri ;

151
d. Barisan Geni.
2. Angkatan Darat terbagi atas komando -komando
territorial jang mempunjai kesatuan-kesatuan
jang administratif dan technis berada dibawah
komandonja , dalam suatu daerah jang tertentu.

Pasal 34
1. Angkatan Laut terbentuk oleh :
a. Armada ;
b. Tentara Laut.
2. Angkatan Laut dibagi atas komando-komando
distrik jang mempunjai kesatuan-kesatuan, jang
administratif dan technis berada dibawah koman
donja, dalam suatu daerah jang tertentu .

Pasal 35
1. Angkatan Udara terbentuk oleh :
a. Pasukan-pasukan Udara ;
b. Komando Tentara Pajung ;
c. Pasukan-pasukan Pertahanan Pangkalan .
2. Angkatan Udara dibagi atas komando-komando
distrik jang mempunjai kesatuan-kesatuan , jang
administratif dan technis berada dibawah koman
donja, dalam suatu daerah jang tertentu .

Dengan reorganisasi setjara demikian , maka ke


kuasaan militer tertinggi dipusatkan dalam tangan
KSAP, jang mempunjai kekuasaan besar pula. Para
kepala staf masing-masing angkatan adalah pembar
tu daripada KSAP ini . Pada mulanja direntjanakan
agar Panglima Besar djuga berada dibawah komando
KSAP, akan tetapi mengingat soal² pribadi dewasa itu,
maka PBAP Mobil berdiri langsung dibawah Men
teri Pertahanan. Maka kekuasaan menteri inipun be
sar, djika dibandingkan dengan negara-negara lain,
dimana PBAP - — terutama dalam masa perang -
berdiri sedjadjar dengan Menteri atau langsung be

152
rada dibawah komando Panglima Tertinggi.
Tak dapat dihilangkan kesan bahwa penjusunan
rentjana reorganisasi ini tidak bebas dari pengaruh
politik dan soal-soal pribadi . Undang-undang ini te
lah disiapkan sedjak masa Menteri Amir Sjarifudin,
tetapi setelah kabinet Hatta berkuasa, maka pelak
sanaannja ditentang oleh oposisi „ Sajap Kiri" jang
dulu mendukung kebidjaksanaan politik jang sama,
sedangkan pengusul mosinja sendiri, jaitu Zainal Ba
harudin, termasuk kedalam golongan ,,Sajap Kiri " .
Untuk sementara djabatan KSAP, KSAU dan Se
kretaris Djenderal Kementerian Pertahanan dirang
kap oleh Komodor Suriadarma, jang telah diangkat
menurut Penetapan Presiden tertanggal 2 Djanuari
1948 (semasa kabinet Amir) . Dengan pemusatan
fungsi-fungsi seperti ini, dapatlah pula ia memusat
kan usahanja pada reorganisasi Kementerian dan
Angkatan Perang seluruhnja.
Segera menjusul pengangkatan Djenderal Major
G.P.H. Djatikusumo. mendjadi K.S.A.D. dan Kolonel
Subiakto mendjadi K.S.A.L. KSAD mengambil alih
tanggung-djawab KSU Letnan Djenderal Urip Su
mohardjo dan Direktur Djenderal A.D. Djenderal
Major Sudibjo. KSAL menerima pula fungsi-fungsi
Direktur Djenderal A.L. dari Laksamana Atmadji
dan Staf A.L. dari Laksamana M. Pardi.
Maka mulailah kini timbul ekor-ekornja berupa
kesulitan-kesulitan baru jang disebabkan oleh per
tentangan politik antara pihak pemerintah dan op
posisi, dan oleh soal- soal psychologis jang berketja
muk dikalangan TNI sendiri.
Dapatlah difahami bahwa dalam peleburan pelba
bagai badan kedalam satu organisasi itu terdapat
banjak kesulitan. Staf A.D. harus memegang pula
MBT lama, Direksi Djenderal AD Kementerian Per
tahanan, Biro Perdjoangan dan putjuk pimpinan
tentara laut jang lama. Divisi-divisi TRI lama, bri
gade-brigade lasjkar dan divisi-divisi TLRI dilebur

153
kedalam AD, atau dengan kata lain didjadikan in
fanteri.

Kita belum lagi sempat menjelesaikan soal-soal


objektip karena terganggu oleh persoalan-persoa
lan subjektif jang sedemikian ruwetnja, sehingga
pengaruh pribadi Presiden/Panglima Tertinggi, Wa
kil Presiden/Perdana Menteri/Menteri Pertahanan
dan PBAP Mobil serta KSAP tidak tjukup lagi meng
atasinja. Pelbagai rapat ketentaraan diadakan, pel
bagai desas-desus surat-surat kaleng, provokasi,
dsb. semakin banjak disebarkan, pendeknja, njala pe
rang urat sjaraf semakin berkobar-kobar . Sasaran
sasaran jang paling berat adalah Wakil Presiden,
KSAP dan Wakil PBAP (penulis) sendiri. Diantara
surat2 kaleng jang sampai distaf saja (penulis) banjak
jang berisi tuduhan-tuduhan bahwa kami adalah
agen-agen Nica dan bahwa perobahan-perobahan
jang baru diadakan itu adalah tiada lain merupakan
persiapan untuk membentuk tentara federal dan di
selenggarakan atas perintah Djenderal Spoor, dsb.
Dalam salah suatu rapat jang saja pimpin sendiri,
seorang letnan kolonel tidak lagi menjebut perobah
an itu sebagai reorganisasi-rasionalisasi sebagaima
na lazimnja, tapi lebih suka menjebutnja ,,rentjana
pembentukan tentara federal". Di Blitar terdjadi de
monstrasi oleh bagian-bagian TNI, terutama bekas
lasjkar, jang menolak pengangkatan W. PBAP. Da
lam salah satu rapat TLRI, dengan tjara jang pro
vokatif pemimpinnja mengatakan bahwa djumlah
divisi-divisi akan dikurangi mendjadi empat, dan
KSAP Suriadarma akan memimpin 4 divisi jang te
lah disaring itu, sedangkan Djenderal Sudirman (ka
tanja ) hanja akan mendapat sisa-sisanja jang tak
bersendjata.

Karena kurang mengenal suasana di Djawa Te


ngah dan Timur, dan chususnja diibukota Jogjakar
ta, maka dalam waktu satu bulan setibanja diibuko
ta, Panglima Divisi Siliwangi beserta pasukan-pa

154
sukan hidjrahnja telah terlibat dalam kekeruhan - ke
keruhan dan agitasi jang mengatjaukan fikiran . Bah
kan dalam pasukan hidjrah sendiri telah timbul op
posisi diam-diam jang dipimpin oleh seorang koman
dan brigade. ,,Pemimpin opposisi " ini langsung meng
hadap Panglima Besar diluar pengetahuan Pangli
ma Divisinja dan menjampaikan kesan-kesan jang
mempersulit kedudukan atasannja.
Rasionalisasi-reorganisasi ini dapat dibagi atas
dua lapangan. Mengenai kementerian dan pimpinan
tertinggi, atau dengan kata lain mengenai pelaksa
naan ,,Undang-undang Baharudin", diusahakan oleh
KSAP Suriadarma, dan mengenai pasukan-pasukan
serta daerah-daerah perlawanan ( pendeknja menge
nai persiapan menghadapi agresi Belanda ) diseleng
garakan oleh W. PBAP.
Mengenai bidang jang pertama itu timbul reaksi
reaksi hebat dalam rapat-rapat antara panglima-pang
lima divisi, TLRI, ALRI - lama, MBPT, Biro Per
djoangan, dsb. jang berkali-kali dilangsungkan di
bawah pimpinan PBAP.
Pada awal bulan Maret 1948 , rapat itu membitja
rakan kabar-kabar intellegence jang sampai pada
PBAP, bahwa pemerintah akan mengadakan perse
tudjuan dengan Belanda untuk membentuk tentara
federal dengan pimpinan Belanda . Rapat para djen
deral jang diadakan pada tgl. 8 Maret 1948 di MBT
(sambil memperingati runtuhnja tentara kolonial
Belanda pada tgl. 8 Maret 1945) dengan suara bulat
memutuskan akan menolak setiap rentjana jang hen
dak melanggar kedaulatan TNI, dan rapat itu mem
berikan kepertjajaan penuh kepada PBAP untuk
mengurus soal ini kepada pemerintah. (Dalam ra
pat-rapat seperti itu KSAP dan W. KSAP selalu ti
dak hadir) .

Sebenarnja pada sebelumnja Pak Dirman sendiri


telah menemui Wakil Presiden, jang menjatakan
bahwa beliau sendiri tidak mengetahui tentang ,,ren

155
tjana terara federal" tersebut, karena perunding
an-perun iingan dengan Belanda sadjapun belum la
gi áimu ai.
Pada tgl. 8 Maret itu pula Panglima Besar meng
hadap Presiden untuk mengádjukan soal-soal keten
taraar. dewasa itu dan beliau mendapat kesanggup
an dari Panglima Tertinggi untuk membentuk sebu
ah panitia chusus jang diketuai oleh PBAP sendiri
buat melaksanakan reorganisasi. Rapat para djende
ial tetap menjerahkan kepertjajaan kepada PBAP
untuk mengadjukan anggauta-anggauta panitia ter
sebut kepada Presiden. Panglima Besar menundjuk
3 orang djenderal jang dianggap mewakili ketiga
ufiran jang ada dalam TNI pada masa itu jaitu Djen.
deral Major Susalit jang dianggap mewakili golong
an-golongan ex-Peta dan lasjkar, Djenderal Major
Suwardi jang dianggap mewakili golongan ex-Knil
dan penulis sendiri sebagai wakil golongan perwira
perwira angkatan muda.

Pada bulan itu djuga telah mulai diadakan rapat


rapat. Pertama-tama diputuskan bahwa Undang-un
dang Baharudin itu tidak dapat diterima karena me
nimbulkan dualisme pimpinan antara PBAP dan
KSAP, jang masing2 merupakan pimpinan tertinggi
dan masing-masing berdiri langsung dibawah Menteri.

Akan tetapi oleh karena undang-undang itu telah


disjahkan sehingga kita tak dapat lagi menolaknja,
maka Djenderal Sudirman dan seorang anggauta jang
lain mengusulkan supaja ditjari penjelesaian lain de
ngan mengatur kedudukan-kedudukan personalianja.
Dalam hal ini timbul pendapat bahwa sejogjanja Pak
Dirmanlah jang mendjabat KSAP, tapi oleh karena
negara sedang berada dalam keadaan perang, maka
dengan sendirinja beliau mendjadi PBAP pula, se
dangkan wakilnja mendjadi pendjabat KSAP.
Djenderal Sudirman bermaksud mentjalonkan
Djenderal Major Susalit untuk djabatan Kepala Staf
dalam MBAP-nja. Sedangkan saja mengusulkan agar

156
diadakan peraturan tafsiran undang-undang jang
menetapkan KSAP Suriadarma otomatis mendjadi
Kepala Staf dari PBAP. Dengan demikian maka PB
AP tak perlu mendjabat KSAP pula, dan diharapkan
dualisme mendjadi hilang. Karena perbintjangan ten
tang persoalan ini ternjata mendjadi seret, maka
Pak Dirman terpaksa meminta tjara penjelesaian
jang lain.
Kemudian Panglima Besar meminta saja untuk
mengisi nama-nama dalam kotak-kotak organisasi
iang akan didjadikan dasar pembitjaraan seterus
nia. Dalam rentjana ini saja pertahankan pendjabat²
iang sudah diresmikan.
PBAP terus mengadakan perundingan-perundingan
dengan pelbagai golongan dalam TNI. Dan perunding .
an-perundingan itu belum selesai , ketika bulan April
1948 saja diutus untuk menjertai perdjalanan Wakil
Presiden ke Sumatera. Maksud perdjalanan kami a.i.
alah untuk meneruskan instruksi2 rasionalisasi-re
organisasi kesana, dan kesempatan ini djuga kami
pergunakan untuk membitjarakan mutasi- mutasi
penting berhubung dengan adanja permintaan de
ngan radiogram dari Panglima Territorium Sumate
ra, agar supaja Divisi Siliwangi menjerahkan Kolo
nel Hidajat dan Letnan Kolonel A.E. Kawilarang
untuk mengisi kebutuhan akan tenaga-tenaga pim
pinan dalam komando Sumatera.
Di Sumatera diadakan rapat-rapat dibawah pim
pinan Wakil Presiden , dimana beliau memberikan
pendjelasan tentang mosi rasionalisasi Baharudin
serta tentang undang-undang Baharudin mengenai su
sunan Kementerian Pertahanan dan putjuk pimpinan
APRI. Selain daripada itu Wakil Presiden memberi
kan pendjelasan2 pula tentang pertimbangan jang
telah diambil oleh pemerintah bahwa sebagai akibat
daripada persetudjuan kita atas ,,Renville", maka
tak ada djalan lain bagi pemerintah untuk menga
dakan rasionalisasi jang sedalam-dalamnja . Dalam
rapat-rapat itu W. PBAP memberikan pendjelasan

157
teknis dan tjara-tjara pelaksanaannja daripada ke
putusan-keputusan B.P. KNIP tentang reorganisasi
itu.
Berhubung mosi Baharudin telah menetapkan pro
sedur jang chusus dan tersendiri untuk Sumatera,
maka dengan bantuan staf komando Sumatera, saja
susun instruksi2 untuk pelaksanaan reorganisasi dan
rasionalisasi dipulau tersebut .
Dalam instruksi ini saja bahas kemungkinan pe
rang di Sumatera jang menurut perhitungan bisa
mengakibatkan timbulnja 4 wilajah operasi jang se
dikit banjak akan mendjadi autonoom, jaitu Suma
tera Selatan, Sumatera Tengah, Tapanuli-Sumatera
Timur dan Atjeh. Oleh karena itu maka dalam ins
truksi tersebut saja tetapkan pula agar territorium
Sumatera dibagi atas 4 sub-territorium (atau „,wehr
kreise", istilah jang mulai populer pada saat itu un
tuk menjebut ,,daerah pertahanan jang autonoom”) .
dimana pada tiap2 sub-ter. tsb. ditempatkan masing²
1 brigade infanteri jang terdiri dari beberapa bataljon
mobil, dengan 1 bataljon territorial ditiap kabupa
ten, jang disebarkan.
Keadaan di Sumatera pada waktu itu adalah : Di
visi VIII di Sumatera Selatan, Divisi IX di Sumatera
Tengah, Divisi X di Atjeh- Sumatera Timur dan be
berapa brigade jang berdiri sendiri-sendiri. Daud
Beureuh, seorang guru agama jang berpengaruh be
sar, telah diangkat mendjadi Gubernur Militer Atjeh,
dan Gindo Siregar, seorang anggauta Badan Peker
dja KNI Sumatera, mendjadi Gubernur Militer Ta
panuli - Sumatera Timur. Pada pihak Belanda ada
Brigade2 Y, U, dan Z : Brigade Y menduduki karesi
denan Palembang ketjuali distrik-distrik perbatasan
Lampung, Bengkulu dan Djambi ( ada divisi kita di
Lubuklinggau ) . Brigade U Knil menduduki Padang
dan sekitarnja , dan Brigade Z menduduki Sumatera
Timur ketjuali distrik - distrik paling Selatan jang ter
kenal sebagai daerah ,, Aslab" . Satu pasukan koman
do territorial Belanda jang berpusat di Tandjung

158
Pinang menduduki kepulauan Bangka-Belitung-Riau
jang telah difasifisir" dan didjadikan federal Ba
Bi-Ri.
Permintaan bantuan tenaga dari ,,Siliwangi" di
sanggupi. Jang akan dikirim adalah Let. Kol. Kawi
larang dan Let-Kol. Daan Jahja, Karena Kol. Hidajat
direntjanakan akan diberi djabatan U. KSAP atau
Panglima Divisi IV (gabungan ,,Siliwangi" dan lasj
kar-lasjkar Seberang) .
Rentjana-rentjana jang kami susun itu ternjata
mendapat sambutan dingin sadja dari panglima2 jang
berkuasa di Sumatera. Djenderal Major Suhardjo sen
diri mengatakan bahwa TNI disana belum boleh di
perlakukan sebagai ,,staatsleger" melainkan baru
besifat ,, volksleger". Oleh sebab itu, katanja, tidak
mungkin pemerintah mendesakkan keinginan-keingin
annja begitu sadja. Komandan-komandan jang telah
berdjuang didaerah-daerah tidak dapat begitu sa
dja dipindah-pindahkan, dan kesatuan-kesatuan jang
ada itupun tak pula dapat begitu sadja direorganisir.
Djadi pada hakekatnja buat sementara ia masih hen
dak mempertahankan keadaan jang lama .
Oleh sebab itu rentjana jang kami susun sebagai
instruksi pemerintah jang bahkan ditanda-tangani
oleh Wakil Presiden itu tidak dapat dilaksanakan
sampai kedatangan Kol. Hidajat bulan Nopember
1948, jang berusaha meneruskan pokok-pokok ins
truksi tersebut sebanjak mungkin.
Demikian pula mutasi Let. Kol . Kawilarang dan
Let. Kol. Daan Jahja, jang telah dikirim ke Bukit
Tinggi, tak didjalankan sebagaimana ditetapkan oleh
Menteri Pertahanan, jaitu masing-masing untuk men
djadi Komandan Brigade Tapanuli - Sumatera Timur
dan untuk mendjadi Kepala Staf Operatif Komando
Sumatera. Sebab Djenderal Major Suhardjo telah me
ngangkat Kol . Ismail Lengah untuk mendjadi Kepala
Staf Operatifnja jang kemudian disjahkan oleh Pang
lima Besar dari Jogjakarta. Menteri Pertahanan telah
mengangkat pula Kolonel Simbolon mendjadi Kepala

159
Staf Territorial, akan tetapi pendjabat inipun tak
pernah menduduki posnja jang baru itu.
Soal-soal ketentaraan di Sumatera tak kurang pe
liknja dari pada di Djawa . Dengan sifat ,,volksleger"
itu pada hakekatnja tiap-tiap kesatuan dan daerah
berdaulat sendiri-sendiri dan malahan achirnja ter
paksa mentjetak wangnja sendiri-sendiri pula .
Sekembali kami ke Jogja, saja lihat Panglima Be
sar masih sibuk dengan pertemuan -pertemuannja
untuk mendapat persesuaian dalam hal penempatan
pelbagai djabatan tinggi. Konsep jang telah dibuat
oleh W. PBAP atas perintah PBAP untuk didjadi
kan dasar pembitjaraan, rupanja telah mengalami
perobahan-perobahan disana- sini. Akan tetapi soal
ini masih tetap ada pada beliau.
Sebagaimana telah disebutkan, saja telah diberi
tugas chusus untuk memikirkan pelaksanaan reor
ganisasi-rasionalisasi pada tingkatan-tingkatan jang
lebih rendah. Walaupun mendapat banjak tentangan,
saja telah mendapat djaminan dari atasan saja bah
wa pokok-pokok pikiran jang saja susun itu akan di
pertahankan. Pokok-pokok pikiran saja jang berisi
saran-saran untuk menghadapi kemungkinan petjah .
nja clash II, dan jang sàja dasarkan atas pengalam
an-pengalaman dengan clash I, adalah sbb. :
1) . Membedakan 2 matjam kesatuan besar :
a. kesatuan-kesatuan jang akan bergerilja ke
lak didaerah ,,Renville" (daerah Republik
jang telah disempitkan oleh ,,Renville " Red . ).
b. kesatuan-kesatuan jang harus menjusup
kembali ke Djawa Barat , Kalimantan dan
Indonesia Timur.
2.) Memetjah AD jang ada mendjadi 3 bagian atau
djenis , jaitu kesatuan-kesatuan 1 penggempur
jang bersendjata 1 : 1 , kesatuan-kesatuan terri
torial jang bersendjata 1 : 3 @ 5. (Berhubung
dengan dekrit Presiden Djuni 1946 mengenai
pembentukan T.N.I. , Menteri Pertahanan telah

160
merantjangkan hendak mengeffisiensikan per
sendjataan lasjkar dengan perbandingan 1 : 3 ) ,
dan korps kader-kader territorial jang memim
pin perlawanan serta pertahanan rakjat dide
sa-desa, KODM-KODM, KDM-KDM, dst .
Mula-mula soal jang tersebut pada ad. 1 diatas,
jaitu soal pembagian 2 djenis pasukan masing
masing untuk tugas bertempur diuaeran "Renv "
dan untuk tugas memasuki ueran pendudukan, men
dapat tentangan besar dari pelbagai pihak. Bebera
pa orang panglima divisi meminta supaja Divisi Sili
wangi dipetjan-petjah dan dibagi-bagikan kepada di
visi-divisi lain jang masih punja daerah. Usaha un
tuk mempertahankan keutuhan Divisi Siliwangi dan
mengkonsolidirnja sebagai suatu kesatuan jang ber
sifat reserve umum, oleh pihak lasjkar-lasjkar dan
kaum politisi tertentu seringkali ditafsirkan sebagai
suatu siasat untuk mendjadikan divisi tersebut seba .
gai alat pemerintah buat memukul kesatuan-kesa
tuan jang tidak taat, atau jang tidak bersedia ,,dile
bur kelak kedalam tentara tederal". Betapa pertika
ian politik dalam negeri telah memperlibatkan soal
soal militer ini mendjadi bahan pertentangan antara
pihak pemerintah dengan pihak opposisi.
Oleh kalangan opposisi Siliwangi sering ditjemo
ohkan dengan nama ,,gendarmeri", suatu perkataan
Jang paling dibencl fakat dewasa u perma
bung usul-usul Belanda mengenai „ gendarmeri ber
sama" .
Atas usul Menteri Kemakmuran Sjafrudin, Men
teri Pertahanan meminta agar Divisi Siliwangi me
nempatkan beberapa pasukannja dipabrik-pabrik
gula. Hal ini dapat dipanami bernubung kurangnja
kontrol pemerintah atas sumber biaja jang penting
ini, sehingga terdjadi banjak pentjurian-pentjurian.
Akan tetapi peristiwa inipun lalu dipergunakan pula
oleh pihak opposisi untuk menambah semangatn ja
dalam mengobral kata-kata tiemoohan gendarmeri ",
agen imperialis", „tukang pukul Hatta", dll. jang

TNI II 11 161
lebih santer lagi.
Dari pihak pimpinan divisi sudah lama ada desak
an kepada pemerintah agar supaja tentara hidjrah
itu mendapat pemondokan-pemondokan jang luma
jan, karena sebagian besar dari mereka pada waktu
itu setjara darurat masih ditempatkan dikomplek
kompleks pasar, dsb. sehingga mengganggu kesehat
an dan moril pasukan. Tambahan lagi keluarga-ké m
luarga pradjurit mulai mengalir pula uari Djawa Bā
rat, dan tiadalah lagi tempat jang lajak bisa disedia
kan untuk menampung mereka jang djumlahnja ber
puluh-puluh ribu itu.
Maka adanja permintaan dari pemerintah untuk
menempatkan pasukan-pasukan Siliwangi dipabrik
pabrik gula itu kami sanggupi dengan sjarat agar
pihak perkebunan negara bersedia pula menjediakan
tempat-tempat jang lajak bagi para pradjurit besër
ta keluarga mereka. Pihak perkebunan menjanggupi
sjarat ini, akan tetapi terganggu oleh makin memun
tjaknja agitasi jang dilantjarkan kealamat Divisi Si
liwangi, maka hanja sebagian ketjil sadja dari ren
tjana tsb. jang dapat dilaksanakan.
Soal ,,gula" tsb., jang sebetulnja dimaksudkan un
tuk pengamanan produksi, terutama usana-usaha
kemungkinan eksport, telah diprovokasikan serta
j
dikatjaukan pula dengan soal reorganisasi tentara.
Jaitu terutama dalam hubungan dengan rentjana sa
Já untuk mengatur pembagian tugas perang rakjat,
dengan mengadakan pasukan-pasukan mobil, pasuk
an-pasukan territorial dan kader-kader territorial.
Katanja rentjana saja tsb. dimaksudkan untuk ,, me
metjah-belah TNI buat melitjinkan djalan bagi ren
tjana Spoor". Memang pada waktu itu Djenderal
Spoor sedang giat menjusun pasukan-nasikan fede
ral jang disebut Veiligheidsbataljon (V.B.) .
Sudah tentu djawatan rahasia musuh mempergu
nakan kesempatan ini sebaik-baiknja. Kekeliruan-ke
keliruan dan salah faham jang mudah terdjadi dika
langan kita, adalah bahan bakar jang paling baik bu

162 KII**
rat api agitasi musuh jang dipergunakan untuk me
ngobarkan perang saudara antara kita sama kita.
Permainan serupa ini tak asing lagi bagi kita.
Ingatlah peristiwa Krawang jang dramatis itu, jang
dimulai oleh hilangnja Major Suroto Kunto dan Ma
jor Sofjan. Kemudian menjusullah serentetan insi
den-insiden. Salah satu pihak dari Badan Perdjoang
an melepaskan tembakan-tembakan kearah pasukan
dari Resimen Sadikin di Tambun. Tak dapat dihin
darkan, perang saudara meletus djuga dan berlang .
sung k.l. seminggu lamanja, jaitu pada bulan Maret
1947. Sebagian besar dari pasukan-pasukan lasjkar
menjingkirkan diri dan terperosok kedalam perang
kap Belanda. Musuhpun menampungnja, dan kemu
dian mereka jang terpercsok ini, dengan maksud
hendak membalas dendam, turut menjerbu kedae .
rah Republik pada tgl. 21 Djuli 1947. Demikianlah
peristiwa itu terdiadi.
Bukti-bukti tentang adanja tjampur-tangan mu
suh dalam pelbagai peristiwa bentrokan sesama ki
ta, tak terlalu sulit untuk ditundjukkan . Kakitangan
kakitangan musuh aktif sekali dalam melantjarkan
gangguan-gangguan atas pelaksanaan program pe
merintah.
Seorang anggauta TNI jang tertawan didaerah
Diawa Timur dilenskan kembali oleh dinas rahasia
Belanda, dengan dititipi „ pesan-pesan untuk Djende
rai Major Nasution oleh seorang opsir Belanda jang
mengaku sebagai sahabat karib saja. Perwira jang
dibebaskan itu melaporkan pesan tersebut kepada
seorang kolonel TNI , jang pada gilirannja, untung
sadja, meneruskan kabar itu pula kepada saja.
Tidak diarang, pihak-pihak iang menentano ren .
tjana pemerintah atas pertimbangan-pertimbangan
jang berdiri sendiri" , mendapat banan-bahan berupa
,,dokumen-dokumen rahasia" jang diedarkan oleh
sesuatu tangan jang gelap. Kaum politisi dan ten
tara kita, uan masyarakat kita umumnja, ternjata
belum mempunjai pengertian jang tjukup tentang

163
peran perang psychologis dengan pelbagai taktiknja.
Demikianlah sekedar gambaran mengenai pergo
lakan politik militer jang telah mendjadikan soal re
organisasi sebagai sasaran.
Sesungguhnja tubuh R.I. kita telah berlubang-lubang
oleh peluru -peluru sendjatą psychologis ini. Djawat
an-djawatan pemerintah dan badan-badan bersendja
ta kita telah diinfiltrir demikian luasnja. Bahkan,
menurut dokumen-dokumen Lord Killearn, infiltrasi
musuh itu telah sampai kedalam lingkungan kabi
net. Dan pada clash II dapat kita saksikan dari de
kat, bahwa banjak diantara ,,bapak-bapak pemim
Pa , bekas pegawai-pegawai tinggi Kementerian Per
tahanan, bahkan mereka jang tadinja merupakan
tokoh-tokoh utama dari djawatan-djawatan rahasia
MBT, turut dengan resmi dalam badan-badan keten
taraan musuh. Keluarga saja ditawan oleh seorang
bekas perwira S.U. I MBT jang ternjata telah mer
diadi anggauta I.V.G. Seorang hakim Belanda ada
lah bekas pemimpin Sajap Kiri jang terkemuka. Se
orang pembesar diawatan rahasia Kementerian Per
tahanan sendiri ternjata bukan sadja bekas pegawai
diewatan rahasia Belanda, melainkan kemudian be
kerdia pula kembali untuk pihak musuh.
Kelak kemudian clash II banjak membuka tabir
tentang pontisi-politisi, pendjabat-pendjabat serta
perwira-perwira jang leman pendirian dan bermuka
dua, dan jang selama itu bermain sandiwara sebagai
pribadi-pribadi jang paling ekstrim dalam membela
revolusi. Djadi ternjata bahwa sebelum musuh me
lantjarkan serangan militernja, sesungguhnja mere
ka telah lebih dulu menduduki beberapa pos-pos pen.
ting kita. Demikianlah bagian rahasia dari Wehrkre
ise III (Jogjakarta ) pada waktu itu telah dapat mem
buat daftar jang tjukup luas perihal kakitangan-ka
kitangan Belanda dan pemimpin-pemimpin jang te
lah mentjari kontak dengan pihak musuh, atau jang
berdiri dengan masing-masing kakinja berpidjak pa
da kedua tepi jang berseberangan, seraja menunggu

164
saatnja pihak mana jang akan muntjul sebagai pe
menang terachir. Tapi toch baniak diantara mereka
itu jang sekarang masih mendjadi ,,pemimpin" dan
pembesar-pembesar didalam pemerintahan kita.
Rekan Kol. Gatot Subroto mendapat laporan-la
poran dan pernjataan-pernjataan jang bersifat tu
duhan bahwa Djenderai Major Nasution adalah seo•
rang agen Nica. Laporan-laporan itu membandjir
sedemikian banjakuja sehingga ia sendiri mulai bim
bang mengenai diri saja , dan kemudian menghadap
salah seorang kepertjajaan pribadinja dalam pemc
rintahan, jaitu Wakil Presiden Bung Hatta, untuk
menanjakan hal itu.
Pengumuman Belanda bahwa Komodor Suriadarma
,,diberhentikan dengan resmi dari dinas militer Kni!"
merupakan bahan provokasi jang luas pula, sehingga
salah seorang anggauta delegasi kita sudah benar?
menganggap dia berada dipihak Belanda. Ketika sa
lah seorang tawanan K.L. disatu brigade diminta di
serahkan kepada pusat, komandan brigade itu terus
membuat kesimpulan berdasarkan tafsiran sendiri
bahwa ,.tawanan Belanda itu diminta oleh pusat oleh
karena dia adalah sahabat Kol . Simatupang
" Hasutan-hasutan terhadap tentara hidjran
telah demikian hebatnja sehingga pemberitaan koran
koran opposisi mengenai divisi ini seolah -olah telah
merupakan ,,komunike perang" sadja . Lama-kela
maan segala orang jang berbahasa Sunda merasakan
sikap dan tindakan permusuhan dari masjarakat se
kitarnja jang telah kena ratjun provokasi. Didaerah
Kediri terdiadi penawanan-penawanan atas beberapa
perwira ..Siliwangi ", antara lain adjudan Panglim
Divisi sendiri.
Segera setelah kedatangan Muso , djadi sebelum
timbulnja agitasi-agitasi ini , Muso, Suripno dan Amir
Siarifudin telah tiga kali memanggil seorang perwira
པ Siliwangi" jang sedjak semula telah mendjadi peng
awal Panglima Divisi. Perwira tsb., jang memang
mempunjai hubungan baik sekali dengan Mr. Amir,

165*
diminta untuk mendjadi perantara buat membudjuk
Panglima Divisi Siliwangi ( penulis sendiri ) supaja
mau bergabung dengan mereka, tapi ichtiar ini gagai.
Segala tawaran dan budjukan tidak berhasil.
Tanpa tjukup kita sadari, sebenarnja telah dimu
lai persiapan-persiapan perebutan kekuasaan oleh pi
hak opposisi,, jang baru tersingkap tabirnja paďa
waktu ineletusnja pemberontakan Madiun.
Bagian jang ditugaskan kepada W. PBAP, jaitu
reorganisasi dan rasionalisasi pasukan-pasukan dan
daeran-daeran, sebagian dapat berdjalan terus .
Baik disini diuraikan pokok² reorganisasi jang te
lah saja rantjangan itu jang kemudian diumumkan
pada tgl. 25 Maret 1948 sebagai „ Instruksi Panglima
Besar tentang Rekonstruksi Kesatuan-kesatuan Mobil
dan Territorial" (Perintah Harian No. 37).
Untuk mempertahankan daerah „ Renville”, sesuai
dengan keadaan geografis dan perhitungan maksud²
musuh, diadakan tiga ,, divisi " territorial jang ma
sing-masing meliputi daerah-daerah Djawa Tenga
sebelah Barat, Djawa Tengah sebelah Timur (masing
masing dibatası oleh Merapi-Merbabu) , dan sisa
Djawa Timur jang masih dikuasai R. I. f
1. Divisi I : terbentuk dari Divisi-divisi II (lama ) ,
III (lama) , brigade2 kelasjkaran dan kesatuan³
TLRI didaerah itu . Tjalon panglima divisi adalai
Diend. Major Susalit. Panglima Divisi III ( lama ) ,
dan Kol. Bambang Sugeng. Kepala Staf Divisi
II (lama) . Markasnja berkedudukan di Magelang,
daerah administrasinja meliputi : Kedu, Jogja
karta dan sisa Banjumas jang masih dikuasai
R.I. Divisi ini terdiri dari 3 brigade. Brigade I di
sediakan untuk tugas chusus iaitu menjusup kem
bali kedaerah Pekalongan dan bagian Banjumas
jang diduduki Belanda.
2. Divisi II : terbentuk dari Divisi IV ( lama) , Re
simen Pati (Sunandar ) dari Divisi V (lama ) , bri
gade-brigade Lasjkar dan TLRI didaerah tsb.
Tjalon panglima sementara itu masih belum da

166
pat ditentukan. Pusatnia berkedudukan di Solo
dan daerah tanggung-djawabnja : Solo, sisa Se
marang, dan Pati. Satu brigade jang terdiri da
ri pasukan-pasukan jang berasal dari daerah Se
marang ditugaskan untuk menjusup kembali ke
sisa Semarang jang diduduki Belanda.
3. Divisi III terbentuk dari sisa Divisi V (lama)
dan Divisi-divisi VI dan VII ( lama ) serta brigade
4 brigade kelasjkaran dan TLRI. Tjalon-tjalon
panglima Kol. Bambang Supeno dan Djend.
ajor Sungkono. Dari Divisi vi ( lama ) diambil
satu brigade jang ditugaskan untuk menjusup
kembali kedaerah Surabaja , sedangkan Divisi
VII (lama ) , dengan dua brigadenja jang berasal
dari daerah-daerah Malang dan Besuki, harus
menjusup kembali seluruhnja ke-daerah2 tsb.
4. Kemudian Divisi Siliwangi mendjadi satu bagian
jang autonoom dalam ,,Kesatuan Reserve Umum"
jang berpusat di Solo. Divisi terbagi dalam
3 brigade 2 brigade untuk diselundupkan ma
sing-masing kedaerah Diawa Barat Utara (Dja
karta - Purwakarta - Tjirebon ) dan Djawa Ba
rat Selatan (Bogor - Priangan ) , dan 1 brigade,
jang tenaga-tenagania terutama diambil dari Re
simen .,Perdjoangan" (gabungan dari pasukan
pasukan Hisbullah, Pesindo, Banteng dan BPRI )
uibangun chusus untuk didjadikan kesatuan ter
ritorial.
Kedalam KRU ini sementara, setiara administra
tif, dimasukkan pula kesatuan-kesatuan lasjkar Se
berang. Ada pelbagai matiam organisasi demikian
untuk pelbagai daerah. Maka kesemuanja direntja
nakan hendak dihimpun mendjadi 1 brigade jang un
tuk masing-masing daerah mempunjai rombongan
komando dan tenaga-tenaga territorial sendiri, jaitu
untuk Kalimantan dengan pimpinan Major Firman
#jah, untuk Sulawesi dipimpin oleh Major Kahar Mu
zakar, untuk Maluku dipimpin oleh Major Pupela atau
Major Pelaupessy, dan untuk Sunda Ketjil, pimpin

167 :
annja masih akan ditentukan.
Bekas gubernur-gubernur dari daerah-daerah jang
bersangkutan telah saja undang dan saja minta su
paja mereka turut aktif dalam pimpinan usaha ini, ka
rena perdjoangan kita tidak hanja merupakan per
djoangan bersendjata sadja.
Masih banjak salah paham dan purbasangka jang
tidak wadjar berhubung dengan penjelesaian lasj
kar-lasjkar Seberang ini . Djend . Major Dr. Mustopo
mengumpulkan pemimpin-pemimpin Dewan Kelasj
karan Seberang dari Kementerian Pertahanan. Pada
mulanja mereka, jang fikirannja telah dipengaruhi
oleh serba prasangka mengenai diri saja, telah de
ngan mentah-mentah menolak segala usaha untuk
diberikan pendielasan- nendielasan dari pihak saja
tentang reorganis¬si tsh. Kemudian, dengan setjara
,,serobotan", Djend . Major Mustopo membawa saja
kedalam tempat sidang.
Tanpa menjadari bahwa sebelumnja telah terdja
di perbintjangan jang sengit mengenai tentang ren
tjana-rentjana saja , maka dengan tenang dihadapan
sidang itu saja utarakan pertibangan saja dalam
menghadapi agressi musuh j.a.d. Saja djelaskan , bahwa
seluruh kepulauan Indonesia harus kita djadikan sa
tu medan perang gerilja. Oleh karena itu pasukan
pasukan Seberang jang ada di Djawa harus disiap
kan untuk menjusup kembali kepulau-pulau Sebe
rang. Satuan- satuan penjusupan itu tidak bisa be
rupa bataljon-bataljon atau resimen-resimen, mela
inkan harus merupakan rombongan-rombongan ko
mando jang ketiil jang diperlengkapi dengan tena
ga-tenaga territorial, Untuk tiap daerah di Seberang,
di Djawa dipersiapkan rombongan tersendiri jang
terdiri atas pemuda-pemuda jang berasal dari dae
rah itu.
Setelah mendapat pendjelasan tsb., sikap mereka
mulai berobah, sebab sebenarnja mereka sendiri pada
azasnja setudju dengan rentjana jang positif ini. Maka
terus saja tekankan bahwa kita hanja tinggal me

168 .
reorganisir sadja lasjkar-lasjkar jang telah ada un
tuk mentjapai effisiensi jang sebesar-besarnja, dan
bahwa kita telah membuang banjak waktu oleh per
saingan-persaingan diantara pimpinan, sampai ke
pada perebutan posisi, dsb. Saja katakan pula bah
wa para (bekas ) gubernur pulau-pulau Seberang
harus diikut-sertakan dalam usaha ini ......
(Ternjata kemudian, setelah petjah clash II, banjak
diantara anggauta-anggauta pimpinan organisasi
organisasi diatas jang menggabungkan diri kepada
musuh ) .
Demikian pula pelbagai organisasi polisi tentara,
seperti PT, PTL (Polisi Tentara Laut) dan PL (Po
list Lasikar) dilebur mendjadi satu dengan nama Po
lisi Militer dan dipimpin oleh Kol. Gatot Subroto
jang terkenal ketegasannja dalam hal tindakan-tin.
dakan ketertiban.
Untuk melaksanakan pembinaan perlawanan rak
jat dan pertahanan sipil dalam arti jang seluas-luas
nja, ditiap keresidenan diadakan komando sub-ter
ritorium, jang membawahi komando-komando dis
trik militer dikabupaten dan kemudian komando-ko
mando onderdistrik militer (KODM ) diketjamatan
ketjamatan. Setelah sediumlah pasukan dari resi
men-resimen lama diambil guna pembentukan 2 @
3 brigade ditiap divisi jang bersendjata 1 : 1 untuk
tugas garis kesatu, sisa- sisa dari resimen-resimen
tsb. dipetjah mendjadi batalion-bataljon territorial
jang bersendjata 1 : 3 @ 5. Tiap kabupaten mempu
njai satu bataljon territorial jang anggauta-anggau
tanja terutama terdiri atas pemuda-pemuda jang ber
asal dari kabupaten itu. Bataljon ini berada dibawah
perintah KDM.
Rentjana tsb. masih tetap dikelirukan oleh pra
sangka-prasangka. Para panglima divisi bahkan ber
lomba-lomba untuk membentuk brigade-brigade se
banjak-banjaknja . Menurut instruksi saja, hanja di
perlukan 1 bataljon mobil untuk tiap keresidenan,
akan tetapi mereka membentuk 3-4 brigade. Dan

169
lasjkar² memaksakan diri membentuk pula 1-2 bri
gade ditiap daerah divisi. Untuk kota Solo sadja TLRI
menuntut dibentuknja satu brigade.
Mereka tidak menginsjafi atau tidak mau mengin
sjafi maksud-maksud pembagian tugas pertahanan
jang effisien seperti jang mendjadi pangkai pikiran
dari reorganisasi dan rasionalisasi ini. Dan karena
kurangnja penerusan penerangan kebawah, terlebih
pula karena hebatnja provokasi, maka rentjana-ren
tjana ini telah diprasangka sebagai ,,rentjana Spoor"
untuk memetjah belah TNI mendjadi "tentara kelas
satu" (bataljon-bataljon mobil) , dan ,,tentara kelas
kambing" (bataljon-bataljon territorial) jang terdirf
dari ,,sampah-sampah rasionalisasi ”.
Maka dari itu timbullah terlalu banjak ,, bataljon
bataljon mobil", karena tiap komandan ingin menda
pat status ,,kelas satu", meskipun persendjataannja
hanja berbanding 1 : 3 bankali kurang. Sedangkan
selebihnja tinggal bataljon-bataljon territorial jang
djumlahnja terlalu sedikit sehingga tak tjukup 1 ba
taljon untuk tiap KDM (kabupaten) seperti menu
rut rentjana. Dengan demikian achirnja kaburlah
perbedaan antara bataljon mobil dan bataljon terri
torial, dan kabur pulalah soal pelaksanaan pemba
gián tugas jang objektif.
Sebenarnja sjarat-sjarat jang saja tetapkan ma
sih rendah djika dibandingkan dengan sjarat-sjarať
pada "Peraturan Lasikar dan Barisan" dulu jang te
lah diputuskan oleh Menteri Amir Sjarifudin .
Djuga saja rantjangkan untuk mengadakan ke
tertiban dalam corps perwira jang pada waktu itu
tidak mempunjai satu registrasi jang sama. Misalnja
tom scal pengangkatan opsir-opsir masih terdapat
kekatjauan. Ada perwira jang diangkat oleh Presi
den. ada jang diangkat oleh Menteri Pertahanan, atau
Panglima Besar, atau KSU. Dan ada pula jang di
angkat oleh Pimpinan Biro Perdjoangan atau oleh
Panglima Divisi . Tak sedikit pula orang-orang jang
mengenakan pangkat opsir atas perhitungan sendiri.

170
Misalnja djika dibentuk satu bataljon , maka dengan
automatis komandannja mengenakan pangkat ma
jor, komandan kompinja djadi kapten, dsb.
Saja adjukan satu rentjana penertiban jang me
ngatur djumlah pangkat-pangkat jang disesuaikan
dengan organisasi jang njata. Surat-surat pengang
katan para perwira akan diperbaharui, jaitu nanti
nja akan ditanda-tangani semua oleh Presiden, dan
kemudian akan diadakan pelantikan dan penjumpah
an resmi setjara kollektif.
Untuk menentukan tjiri-tjiri lahiriah dari perobah
an ini saja kemukakan pula usul untuk mengada
kan perobahan tanda pangkat dan uniform . Mak
Djenderal Major Purbonegoro ditundjuk untuk mc
rantjangkan tanda pangkat dan peraturan pakaian
seragam baru untuk TNI . Dalam hal ini ia sering ber
tukar pikiran dengan Presiden jang menaruh miknat
sangat besar atas soal- soal uniform dan distinktif
tentara kita.
Selandiutnia Panglima Besar mengangkat 4 orang
,.gedelegeerde PBAP" jang diberi tugas sebagai for
mateur untuk pelaksanaan reorganisasi, jaitu :
1. Untuk Djawa Timur, Djenderal Maior Dr.
Mustop . dewasa itu panglima territorium
Diawa Timur.
2. Untuk Djawa Tengah sebelah Timur Let. Kol.
Abimanju . dewasa itu komandan salah satu
brigade Divisi Siliwangi, jang sebagai bekas
adjudan PBAP baniak sedikitnja mengenal
persoalan-persoalan intern didaerah ini.
3. Untuk Djawa Tengah sebelah Barat, Dienderal
Major Sudibjo, dewasa itu Direktur Djenderal
Tentara.
4. Untuk KRU (pasukan-pasukan hidjrah daa
lasjkar-lasjkar Seberang ) , Djenderal Major
A.H. Nasution, dewasa itu W. PBAP dan (ma
sih) Panglima Divisi Siliwangi.
Maka sedjak itu saja membatasi pekerjaan pada
KRU tsb. sadja, karena tiap gedelegeerde harus ber

171:
tanggung-djawab kepada PBAP.
Dalam melaporkan hasil-hasil pekerdjaanņja para
formateur pada umumnja membawa djuga daftar
tjalon-tjalon pendjabat dalam organisasi j.a.d.
Sementara itu PBAP sendiri sedang repot dengan
persoalan-persoalan reorganisasi Kementerian Per
tahanan dan MBT, jang dewasa itu beliau sendir :
turut serta mengurusnja . Soal KSAP tetap sulit. Se.
bagaimana pernah disebutkan, dalam salah satu ra
pat pimpinan tentara pernah diadjukan satu usul
agar supaja djabatan KSAP automatis dipegang
oleh W. PBAP, oleh karena KSAP, dalam masa pe
rang seperti waktu itu, harus berfungsi sebagai PBAF
pula. Djenderal Sudirman setudju dengan konsep ini
dan tetap mempertahankannja.
Setelah diadakan perundingan-perundingan dengan
para bekas opsir Knil , beliau mengadjukan saran ke
pada ""saja ager untuk satu dua bulan ,,kursi jang ke
dua (djabatan W. PBAP jang merangkap sebagai
KSAP) itu diduduki dulu oleh Let. Djen. Urip Sumo
hardjo, dan kemudian diserahkan kepada penulis .
Soal kursi itu makin mendjadi hangat. Bánjak su
ara diantara panglima-panglima TNI jang menghen
daki agar KSAP Suriadarma kembali ke AURI, dan
sebagai gantinja saja djadi KSAP. Hal ini telah ber
kali-kali dikemukakan oleh PBAP kepada saja, tapi
saja menolak, pertama karena pertimbangan-per
timbangan kolegial terhadap Suriadarma, kedua ka
rena saja sendiri merasa kurang tepat menduduki
kursi di Kementerian, dan achirnja karena saja telah
dibebani tanggung-djawab dan kepertjajaan menge.
nai reorganisasi pasukan-pasukan menurut konsep
konsep saja sendiri. Dan djika toch Suriadarma ter
paksa diuga harus diganti. maka buat penggantinja
saja adjukan Kolonel Hidajat, jang oleh rekan-re
kannja sendiri telah diakui sebagai tenaga staf jang
dapat diandalkan.
Tapi rupanja Djenderal Sudirman bermaksud me
ngangkat Djend . Major Susalit dari Divisi III djadi

1720 OPPOR
Kepala Staf Operatif dan Djend. Major Santoso, Ke
pala P.T., djadi Kepala Staf Territorial pada Mar
kas Besar.
Ternjata soal personalialah achirnja jang memper
tadjam pertentangan dalam menjelesaikan masalah
reorganisasi ini.
Dalam pada itu , pada tgl. 1 Mei 1948 , saja dipang
gil Presiden untuk menghadap keistana, dimana sa
ja mendapat keterangan-keterangan jang lebih luas
tentang perkembangan-perkembangan itu . Presiden
telah beberapa kali mengadakan perundingan-perun
dingan dengan Djenderal Sudirman tentang djabatan
KSAP dan W. PBAP ini, dan achirnja mereka me
milih penjelesaian dengan keputusan hendak memu
tasikan saja dari W. PBAP kekursi KSAD. Akan te
tapi, dengan alasan-alasan seperti jang telah saja
djelaskan dimuka, saja tetap mendesak agar supaja
saja djangan dulu digeserkan.
Menteri Pertahanan sendiri sudah mulai djengkel
karena persoalan mengenai pengangkatan pendja
bat-pendjabat tinggi itu tak kundjung beres, sedang
waktu sudah lewat 2 tahun sedjak BP KNIP mene
rima mosi Baharudin. Maka beliau setjara langsung
meminta pendapat-pendapat saja tentang segala se
suatunja. Saja serahkanlah konsep serta daftar-daf.
tar jang telah saja buat bersama Sekretaris PBAP
tiga bulan sebelumnja, jaitu konsep jang disusun
atas perintah PBAP buat djadi bahan dasar pembi
tjaraan-pembitjaraan beliau dengan pelbagai go
longan. Serta dengan itu saja sampaikan pula daf
tar-daftar jang telah masuk dari para gedelegeerde
PBAP. Maka Menteri Pertahanan mengambil kepu
tusan untuk melaksanakan konsep saja. Dengan de
mikian pemerintah hendak mengachiri pergolakan
jang berlarut-larut itu.

K.l. seminggu kemudian diumumkan melalui radio


penetapan Presiden, sbb.:

173
Penetapan Presiden Tahun 1948 No.14

Menimbang : tjara pelaksanaan jang sebaik-baik


nja dari Undang-undang No. 3 tahun
1948 tentang organisasi Kementerian
Pertahanan dan Angkatan Perang;

Mengingat : a. Maklumat Wakil Presiden-Mente


ri Pertahanan a.i. No.9 ; :
b. Instruksi Panglima Besar tentang
rekonstruksi kesatuan2 mobil dan
territorial tgl. 25 Maret 1948 ;
C. Instruksi Wakil Presiden-Menteri
Pertahanan a.i. tentang rekon
struksi/rasionalisasi Angk. Pe
rang di Sumatera .

Memutuskan :
Menetapkan sebagai berikut :
1. Mulai tgl. 15 Mei 1948 susunan Kementerian Per
tahanan terdiri atas staf-staf dan bagian-bagian
termaktub dalam undang-undang no. 3 thn. 1943.
Kesatuan mobil dan territorial tersusun dalam
Komando Djawa dan Komando Sumatera, terdiri
atas divisi dan subterritorial. Dengan ini diha
puskan semua susunan staf atau kesatuan dilu
ar susunan termaksud diatas.
2. a. Mulai tgl. 15 Mei 1918 ditetapkan pendjabat
pendjabat di Kementerian Pertahanan dan
pada pimpinan kesatuan-kesatuan mobil dan
territorial sebagai termaktub dalam lampir
an I dan II. Penetapan-penetapan lain akan
menjusul.
b. Segala penjerahan-penerimaan kewadjiban,
badan dan inventaris menurut susunan baru
harus selesai paling lambat tgl. 1 Juni 1948.
C. Sambil menunggu penetapan gadji baru, te .
tap berlaku gadji jang sekarang.
O

.174
4. Kepala-kepala staf di Kementerian Pertahanan
dan Panglima kesatuan-kesatuan mobil dan ter.
ritorial segera menjelesaikan rekonstruksi/rasi
onalisasi staf atau kesatuannja menurut organi
sasi dan forması baru dan melengkapkan per
sonalia seperlunja. Paling lambat tgl. 1 Juni 1948
oleh mereka harus telah dimadjukan laporan ke
pada Menteri Pertahanan dan usul penetapan
pangkat-pangkat opsir-opsir dalam dinas aktif
dan opsir-opsir reserve jang akan keluar dinas
aktif dari staf atau kesatuan jang ditanggung
djawabnja. Sebagai pedoman umum untuk pang
kat-pangkat jang tiada mempunjai kepastian ac ·
ting rank, supaja diturunkan satu pangkat dari
jang sekarang, tetapi dengan mengingat faktor
faktor lain untuk mentjapai keseimbangan. Men
teri Pertahanan segera mengadakan selection .
board iang akan menentukan pangkat-pangkat
effektif seterusnja .
5. Ditetapkan, bahwa selama keadaan bahaja Staf
Umum Angkatan Darat masuk Staf Panglima
Besar Angkatan Perang.
6. Ditetapkan mulai tgl. 10 Mei 1948 :
a. Kolonel Dr. Mustopo djadi anggota gedelc
geerde Angkatan Perang bersama panitia
jang diketuai Dr. Gunawan pada Kemente
rian Pembangunan dan Pemuda untuk usa
ha-usaha penampungan anggota² Angkatan
Perang jang keluar dari dinas aktif.
b. Letnan Kolonel S. Tjokronegoro mendjadi
ketua Panitia Perentjana Peraturan-peratur
an Angkatan Perang, jang anggota-anggota
nja akan ditetapkan olen Kepala Star Ang
katan Darat.
c. Panitia penjelenggaraan latihan kilat untuk
opsir-opsir dan untuk bataljon-bataljon pen
didikan terdiri atas kepala pendidikan dan
latihan sebagai ketua dan Letnan Kolonel

175
Tjokronegoro, Kolonel Susalit dan Kolonel
Djokosujono sebagai anggota.
7. Menteri Pertahanan mengadakan tanda-tanda
( distinctieven) baru jang mulai berlaku bulan
Mei 1948 dan peraturan uniform jang mulai ber
laku bulan Juni 1948. Idem kemudian peraturan
tentang alat sendjata dan kendaraan jang ter
masuk Angkatan Perang.
8. Ditjatat bahwa divisi I terdiri atas kesatuan-ke
satuan Angkatan Darat, Lasjkar dan TLRI da
lam daerah divisi II dan III lama, divisi II idem
daerah divisi V, VI dan VII lama, brigade I ber
diri sendiri langsung dibawah putjuk pimpinan
Angkatan Perang idem daerah Banten, dan Bri
gade II berdiri sendiri langsung dibawah putjuk
pimpinan Angkatan Perang idem daerah divisi
IV lama.
9. Dengan ini dihapuskan semua kesatuan-kesatu.
an atau organisasi jang diluar susunan staf-staf
baru dan kesatuan2 mobil dan territorial.

Ditetapkan di Jogjakarta
pada tgl. 4 Mei 1948
Presiden Republik Indonesia
Sukarno

176
5, Reorganisasi dan

Rasionalisasi (2)

Penetapan Presiden No. 14 itu


disambut umum dengan gembira. Anggota-anggota
Seksi Pertahanan BP KNIP menjatakan kepuasannja,
bahwa pelaksanaan mosinja achirnja dimulai djuga.
Surat-surat kabar ibu kota seperti Nasional dan Ke
daulatan Rakjat menjambut dengan penuh harapan.
Panglima besar mengeluarkan perintah-perintah
pelaksanaan , a.l. mengenai timbang terima antara
pendjabat-pendjabat lama dengan pendjabat-pendja
at baru. Direntjanakan untuk dimulai dulu timbang
terima antara pendjabat-pendjabat didaerah-daerah
jang kemudian diachiri dengan pelantikan-pelantikan
dipusat. Panglima Besar sendiri berkenan menjak
sikan upatjara-upatjara tsb., jang dimulai di Mage
lang, dimana panglima-panglima Divisi II dan III (la
ma) menjerahkan brigade-brigadenja kepada pangli
ma (Divisi I ) baru Kol. Bambang Sugeng. Disak
sikan oleh W. PBAP, di Jogjakarta berlangsung tim
bang terima pimpinan Polisi Militer dari Kol . San
toso kepada Kol. Gatot Subroto. Kemudian , diha
diri oleh Panglima Besar Sudirman, di Solo dilang
sungkan timbang terima komando atas pasukan-pa
sukan Kesatuan Reserve Umum, dari Panglima Di
visi Siliwangi ( penulis sendiri ) kepada Kol . Dr. Mus
topo. Di Tjepu Kol. Bambang Supeno menerima ko
mando Divisi V jang mendjadi brigade baru dari Di
visi III (baru) .

TNI II 12 177
Tinggal pelaksanaan timbang terima di Kediri an
tara Panglima Divisi VI ( lama ) dengan Panglima Di
visi III (baru ) Kol. Bambang Supeno, serta di So
lo, dimana belum dapat ditentukan wudjud jang pas
ti daripada reorganisasi, ketjuali bahwa Divisi IV
(lama) mendjadi brigade sendiri jang nantinja akan
digabungkan dengan Resimen Sunandar dari Divisi
V (lama) , brigade² TLRI dan pasukan-pasukan lasj
kar setempat, mendjadi Divisi II (baru).´

Telah direntjanakan untuk menutup upatjara² itu


dengan pelantikan pendjabat-pendjabat tertinggi di
Jogjakarta dengan dihadiri oleh Menteri Pertahanan
sendiri.

Akan tetapi sementara itu timbul kesulitan-kesu


litan. Selain karena adanja pertikaian-pertikaian ber
dasarkan factor2 politis dan psikologis seperti jang
telah sering saja sebutkan, harus diakui djuga ada
nja kekurangan kebidjaksanaan pada kita dipusat.
Kabut kekeliruan faham serta provokasi „ rentjana
Spoor" belum hilang. Memang tak kurang-kurang
pula hebatnja ichtiar-ichtiar pihak Belanda , lewat
delegasinja dimedja perundingan, dalam menuntut
bubarnja TNI. Disamping itu ditempat lain mereka
terus bergiat mendirikan negara-negara bonekanja.

Guna lebih memahami persoalan2 ini, perlu diurai


kan disini rentjana-rentjana Belanda sendiri dibidang
militer. Baiklah kami ingatkan kembali memoran
dum Djenderal Spoor jang ditudjukan kepada Per
dana Menteri Belanda dan diumumkan pada sebelun.
agresi 21 Djuli 1947. Memorandum itu berisi pokok²
konsep pelaksanaan persetudjuan Linggardjati di
lapangan militer.

TNI disebutnja sebagai ketentaraan jang kurang


teratur, kurang terlatih, bermutu rendah, jang anta
ra lain dipimpin oleh „,bekas opsir-opsir Knil jang
tak tjakap " . Tapi katanja, dari TNI bisa disaring
tenaga-tenaga jang dapat dipakai dalam tentara fe

178
deral. Baik diingat bahwa dalam pengertian rakjat
kita dewasa itu kata ,,federal" sama artinja dengan
„ Nica" atau ,,kolonial” .
Dalam memorandumnja itu Djend. Spoor menun
djuk kepada kesulitan likwidasi TNI dan tentang
banjaknja djenderal-djenderal TNI jang tak dapat
lagi dipakai ketjuali untuk djabatan2 administratif.
Menurut konsepsi mereka tentara federal itu akan
berfungsi sebagai tentara territorial sadja. Disam
ping itu Djenderal Spoor masih memerlukan su
atu ,,Angkatan Perang Unie" jang disebutnja seba
gai ,,Angkatan Perang Keradjaan” untuk tugas mo
bil setjara modern di Indonesia, dibawah pimpinan
Seorang Djenderal Keradjaan (Belanda) jang mem
bawahi Menteri Pertahanan NIS setjara de fakto.
Konsep demikian ini serupa dengan konsep Dje
pang jang terkenal itu , waktu mereka hendak ,,mem
berikan kemerdekaan" kepada bangsa Indonesia, de
ngan membentuk panitia persiapan Sukarno-Hatta
pada pertengahan tahun 1945. ,,Peta " akan didja
dikan tentara kebangsaan jang bertugas pendjaga
an territorial, disamping tentara Keradjaan Dje
pang (termasuk Heiho) jang mobil.
Masih dalam clash kesatu Belanda telah giat me
njusun persiapan-persiapan untuk pembentukan ten
tara-tentara federal jang sebagai bagian dari tentara
Hindia Belanda, merupakan tentara polisi bagi negaraª
bagian masing-masing.
Pangkal daripada ini dapat kita ketemukan dalam
keputusan konperensi Pedjambon antara pemerintah
Belanda (P.M. Beel, Menteri-menteri Jonkman, Ne
her, Drees, van Mook ) dengan wakil-wakil NIT, NST,
Kalimantan Barat, Komite Indonesia Serikat (Rd .
Hilman Djajadiningrat) , dll. pada tgl. 6 Djanuari 1948,
jang berbunji sbb.:
1. Membentuk suatu pemeritah sementara untuk
menjelenggarakan Perserikatan Negara Indo
nesia jang berdaulat ;

179
2. Mengatur pemberian kuasa kepada pemerintah
sementara itu untuk menggunakan pasukan
pasukan jang berada di Indonesia sebagai alat
pemerintah untuk mendjamin keamanan dalam
negeri ;
3. Mengubah Undang-undang Dasar negeri Be
landa.
Patut diingat bahwa sebelum Hidjrah , djadi sebe
lum dibentuknja negara Pasundan, Belanda menje
barkan surat-surat selebaran jang berbunji demikian .
Negara Djawa Barat
harus
Aman, Tenteram dan Sentosa
Oleh karena itu:
Pemerintah akan mewudjudkan keadaan itu dengan
djalan membentuk : Pasukan Pengawal ( Negara-Le
ger) ; jaitu sebuah pasukan tentara untuk Negara
Djawa Barat.
Pemuda-pemuda jang berhasrat ingin ikut mewu
j
djudkan keamanan, ketenteraman dan kesentosaan
tanah airnja, serta mempunjai minat pada soal keten
taraan, harus selekas mungkin mendaftarkan dirinja
masing-masing, kepada Tjamat atau Wedana ditem
patnja masing-masing. Ditempat itu mereka akan me
nerima pelbagai keterangan jang sedjelas-djelasnja.
Pasukan pengawal untuk Negara Djawa Barat itu,
akan mulai dibentuk di Tjimahi pada tanggal 1 Pe
bruari 1948.
Baiklah kami kutipkan pula pendjelasan jang mere.
ka berikan atas maksud-maksud pembentukan ,,ten
tara negara" itu :
Tgl 1 Pebruari telah dimulai di Tjimahi pendidikan
tjalon-tjalon untuk suatu bataljon keamanan, jang
akan dibentuk. Pendirian itu dimaksudkan sebagai
dasar suatu tentara negara di Djawa Barat . Pendidi
kan bataljon kedua akan dimulai pada tgl 1 Juni dan
bataljon ketiga pada 1 September. Pembajaran jalah
diberi menurut pembajaran KNIL. Lamanja perdjan
djian ialah dua tahun.

180
" Pendidikan para tjalon mengambil tempo empat bu
lan lamanja ; sesudah dua bulan akan dilakukan pe
milihan untuk pendidikan kopral, kemudian pemili
han untuk pangkat sersan. Pendidikan inipun dua
bulan lamanja. Untuk pangkat-pangkat lain dapat di
lakukan pemilihan diantara tjalon-tjalon. Tjalon-tja
lon opsir harus beridjazah Mulo atau HBS 3 tahun.
Didalam negara-negara bagian dan negara-negara
jang akan dibentuk, dengan sebenarnja orang berke.
jakinan bahwa orang setjepat mungkin harus mem
punjai alat-alat sendiri untuk memelihara keamanan
dan ketenteraman. Bilamana pentjulikan, pembunuh
an, sabotase, perampokan dsb. berserimaharadjale
la, maka pembangunan dalam hal perekonomian dan
kesosialan tak mungkin dikerdjakan, demikian pula
masjarakat jang sentosa tak mungkin berkembang.
Bataljon2 terutama disusun dan dididik untuk ke
wadjibkan pemeliharaan keamanan didaerah-daerah
negara-negara.
Bataljon² tadi bukan berupa bagian dari polisi, me
lainkan berupa kesatuan-kesatuan militer, jang akan
mengoper kewadjiban polisionil dari tentara Belanda
setjara berangsur-angsur.
Perorangan untuk bataljon2 keamanan akan dise
diakan oleh negara-negara bagian sendiri, begitu dju
ga pembajarannja.
Didikan untuk sementara dibatasi pada disiplin mi
liter, berbaris, memakai sendjata, mengawal, bertem
pur berkenaan dengan kewadjiban polisionil dari
tentara ; gerak badan akan dipentingkan.
Telah dimulai dengan didikan dari kader untuk ba
taljon -bataljon keamanan tadi, kader mana terdiri
dari rekrut-rekrut jang terpilih. Disamping itu akan
disusun opsir-opsir praktek, kepada siapa nanti di
berikan peladjaran setjara teoritis. ✓
Djika djumlah pasukan-pasukan sudah tjukup di
negara-negara bagian, untuk menerima kewadjiban
pemeliharaan keamanan dan ketenteraman, maka pa
sukan-pasukan tentara Belanda akan mengundurkan

181:
diri kedalam tangsi-tangsi, dari mana mereka djika
perlu dapat memberi bantuan kepada bataljon-batal
jon keamanan tadi.
Perondaan biasa dan operasi memburu pasukan
pasukan pengatjau jang masih membahajakan sesu
atu daerah, djadi umumnja perlindungan atas djiwa
dan harta didesa-desa , akan mendjadi kewadjiban
bataljon keamanan.
Pada permulaannja bataljon-bataljon keamanan
tak kan dapat bertugas sendiri berhubung organisa
si, persendjataan dan didikannja jang sederhana, se
hingga harus bersandar dengan sangat kepada ten
tara Belanda selaku alat pemerintah jang tertinggi,
akan tetapi setindak demi setindak bataljon-bataljon
akan mendjadi alat pemerintah jang tertinggi dari
negara-negara, jang diperbantukan kepada pemerin
tah daerah-daerah tsb., tetapi sifatnja akan tetap mi
liter-polisionil (reserse, penangkapan², dsb. , jang la
zim mendjadi kewadjiban badan-badan kepolisian) .
Untuk memberi sifat nasional kedaerahan maka
bataljon-bataljon keamanan tadi, jang achirnja akan
mendjadi bataljon-bataljon territorial, akan meneri
ma pradjurit-pradjurit dengan tjara kort-verband
sampai nanti masanja tiba akan diubah dengan tjara
milisi. Bataljon-bataljon territorial itu pada achirnja
akan menerima tugas garis kedua dalam pertahanan
nasional.
Demikianlah uraian jang mereka umumkan ber
hubung dengan pembentukan V.B. tsb.
Dengan tidak menunggu-nunggu hasil perundingan
dengan R.I., jang dipimpin oleh KTN, Belanda telah
mulai menjusun veiligheids-bataljons di Sumatera
Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Pasun
dan, Djawa Timur, Madura dan dareah-daerah lain
nja.
Bahkan pada tgl . 9 Maret 1948 oleh Dr. H. J. van
Mook telah dilantik apa jang mereka namakan ,, Peme
rintah Federal Peralihan" dengan Kolonel Surio Santo
so sebagai Sekretaris Negara urusan Keamanan Da

182
lam Negeri, Djenderal C.H. Spoor sebagai Panglima
Angkatan Perang dan Laksamana Pinke Panglima
Angkatan Laut.
Tugas Sekretaris Negara urusan Keamanan Dalam
Negeri ini meliputi koordinasi dari segala badan ke
kuasaan polisionil, serta mempersiapkan Departe
men Pertahanan pada masa depan.
Anak-anak TNI jang tertawan ditawari untuk men
djadi opsir VB itu. Akan tetapi sebahagian terbesar
dari anak-anak kita itu tetap pada pendirian patrio
tismenja, ketjuali beberapa gelintir jang memang le
bih mementingkan kedudukan daripada negara, se
hingga bersedia masuk dinas Belanda untuk meme
rangi Republik dengan TNI-nja.
Djadi pihak Belanda telah menjusun persiapan
persiapan selengkapnja dengan menjediakan tena
ga-tenaga pimpinannja sekali, sehingga, menurut ren
tjana mereka, pihak Republik tinggal menanti „ pe
nampungannja" sadja. Dan dalam perundingan- pe
rundingan militer dengan R.I. mereka sudah dengan
tegas menuntut bubarnja T.N.I. , jang dimasa pera
lihan, adanja tentara kita ini, mereka anggap seba
gai bertentangan dengan ,, Renville", dalam mana
R.I. mengakui kedaulatan Belanda sepenuhnja, wa
laupun wakil A.S. Frank Graham telah memberikan
djaminan "you are what you are", jang oleh para
politisi kita telah didjadikan pegangan tafsiran .
Menjinggung kembali soal reorganisasi T. N .I.,
maka menjusullah pula kesulitan-kesulitan lain .
Panglima Divisi III (baru ) Kol. Bambang Supeno
hanja berhasil mengoper 1 brigade dari Divisi V ( la
ma) dan 2 brigade dari Divisi VII (lama ) , sedangkan
timbang terima jang menurut rentjana akan dilang
sungkan di Kediri , jaitu penjerahan Divisi VI (lama )
dari Djend. Major Sungkono, tidak dapat dilaksana
kan, oleh karena pihak pimpinan Divisi VI belum ber
sedia melakukannja. Atas hal ini Kol. Bambang Supe
no menghadap kepada Panglima Besar jang pada

183
waktu itu telah berada di Madiun tapi tidak mene
ruskan perdjalanannja ke Kediri.
Maka Djenderal Sudirman mengirim kawat kepada
semua panglima lama dan pendjabat-pendjabat_mi
liter penting lainnja, menjatakan bahwa keadaan
menghadapi musuh mendjadi sangat genting dan su
paja pelaksanaan rentjana-rentjana reorganisasi dan
mutasi dihentikan untuk sementara waktu. Upatja
ra-upatjara pelantikan dipusatpun mendjadi gagal
karena Panglima Besar tidak datang pada waktunja
diibu-kota dan masih berada di Madiun.
Kolonel Dr. Mustopo , gedelegeerde PBAP untuk
Djawa Timur, dan Kol. Bambang Supeno, tidak ber
hasil dengan permohononnja kepada Panglima Besar
untuk meneruskan timbang terima di Djawa Timur.
Achirnja Kol. Bambang Supeno minta berhenti dari
tugasnja dan kemudian untuk sementara ditempat
kan sebagai perwira diperbantukan di MBAP. Maka
semua timbang terima jang sudah terdjadipun de
ngan sendirinja mendjadi batal, ketjuali antara pen
djabat-pendjabat lama dan baru jang dengan kere
laannja masing-masing bersedia meneruskannja .

Divisi IV di Solo mengadakan parade untuk sesu


atu perajaan dan mengundang Presiden dan pembe
sar-pembesar tinggi lainnja untuk menjaksikannja.
Kemudian terdjadi pula demonstrasi dari badan-ba
dan bersendjata di Solo jang menolak Penetapan Pre
siden No. 14.
Pelantikan-pelantikan dipusat diundurkan . Dan
atas dorongan Ketua BP KNIP Mr. Asaat serta Ke
tua Seksi Pertahanan Z. Baharudin, diadakanlah su
hasil dari suatu pertemuan diistana jang berlang
sung dalam suasana jang hangat antara Presiden,
Wakil Presiden/Perdana Menteri/Menteri Pertahanan,
Panglima Besar, Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel
Mustopo, diambillah keputusan, bahwa hanja Djen
deral Sudirman jang akan dilantik menurut keten

184
ETHER

apizz

kave
-pende
ARSE*
5NH
7

Panglima Besar, Djendral Soedirman, mengutjapkan


Sumpah Pimpinan Tentara dihadapan Presiden R.I. di
Istana Negara Djokjakarta.
tuan-ketentuan baru itu, sedangkan penetapan-pene
tapan lainnja akan ditindjau kembali.
Rentjana rasionalisasi-reorganisasi itu ternjata tak
dapat didjalankan, ketjuali dengan CPM serta divisi
divisi (lama) II , III, V dan VII , dimana para Pangli
manja telah melaksanakan dan merampungkan perso
alannja dengan timbang-timbang terima tsb. tadi. Ke
matjetan terdjadi dengan divisi -divisi ( lama ) IV dan VI
serta pada putjuk pimpinan dipusat.
Dengan demikian pelbagai kedjengkelan ditudju
djukan kepada beberapa pendjabat baru dipusat, an
tara lain penulis sendiri jang ditjap sebagai ""arsitek
rasionalisasi" , bahkan sebagai pelopor rentjana
Spoor".
Ketua Seksi Pertahanan KNIP menundjukkan ke
pada saja betapa hebatnja agitasi itu , dan menjaran
kan agar supaja saja sendiri mengadjukan permohon
an untuk diturunkan pangkat. Maka saja tulis surat
permohonan kepada Menteri Pertahanan dan Pang
lima Besar supaja — untuk kedua kalinja ― pangkat
saja diturunkan mendjadi kolonel , dan sekaligus dju
ga minta dibebaskan dari djabatan WPBAP. ( Sedjak
pelantikan tahun 1946 pangkat saja dinaikkan men
djadi djenderal major, tapi pada achir tahun itu saja
menurunkan pangkat sendiri kembali mendjadi ko
lonel, untuk memberi teladan dalam usaha rasionalisasi
jang pertama, sedangkan kemudian pada bulan peb
ruari 1948, dengan Penetapan Presiden No. 9 , diang
kat kembali mendjadi djenderal major) . Sebelum ada
keputusan, saja terus sadja mengenakan pangkat ko
lonel.
Dengan peristiwa-peristiwa jang terachir ini , maka
dalam tangan Panglima Besar Angkatan Perang Mo
bil sendiri kini tergenggam tugas untuk mengatur
dan melaksanakan reorganisasi-rekonstruksi, chu
susnja mengenai penundjukan pendjabat-pendjabat
didalam Angkatan Darat.
Tindakan-tindakan permulaan beliau jang pokok
ialah menindjau kembali Instruksi Panglima Besar

185
tgl 25 Maret 1948 tentang pelaksanaan reorganisasi
dan rasionalisasi serta Penetapan Presiden No. 14,
dengan pelaksanaan² sbb.: 1). Pembentukan divisi-di
visi baru dibatalkan. Divisi2 lama diteruskan dengan
nama komando pertempuran, dibawah pimpinan pang
lima-panglima jang lama, ketjuali divisi VII, dimana
Kol. Bambang Supeno tak bersedia kembali lagi kesitu.
2). Djabatan WPBAP ditiadakan, dan penulis diang
kat mendjadi Kepala Staf Operatif MBAP, lazim dise
but Kepala Staf Panglima Besar ; diberi tugas menju
sun dan mempersiapkan perintah operasi untuk meng
hadapi kemungkinan agressi kedua. 3) . Perobahan2
lain, diantaranja : Kol. Susalit mendjadi Panglima Per
tempuran dan mengoper kembali pimpinan Divisi III
(lama) , Kolonel Santoso mendjadi Kepala Staf Terri
torial Djawa. Kol. Bambang Supeno tidak lagi men
djadi Panglima Divisi, dsb.
Sebagai kepala staf saja diperintahkan untuk me
njusun Perintah Siasat No. 1 jang terkenal itu , de
ngan menggunakan komando-komando pertempuran
dan staf-staf pertahanan jang baru, dan ajuga ber 18
dasarkan pengalaman-pengalaman jang saja peroleh
selama djadi panglima di Djawa Barat.
Panglima Besar sadar akan kesulitan menjeleng·
garakan reorganisasi begitu sadja. Para panglima T
༔འ
dan perwira masih perlu diinsjafkan betapa genting
nja keadaan berhubung makin panasnja antjaman
agressi musuh, dan bahwa soal ini harus didjadikan
prioritet pertama diatas segala urusan lainnja, se
hingga perlu segera disiapkan perintah operasi jang
tepat, jang pada gilirannja memerlukan pula pero
bahan-perobahan pada organisasi. Adalah keistime
waan Panglima Besar kita untuk menjusun langkah
langkah tindakan sedemikian rupa, agar para bawah
an lebih dulu disadarkan akan kegentingan suasana ,
sehingga segala fikiran harus diarahkan kembali ke
pada soal- soal pertempuran, dan tindakan-tindakan
lain dapat diperintahkan satu persatu berturut-turut
kemudian .

186
Demikianlah saja mendapat pengalaman-pengalam
an jang pahit, akan tetapi tak kurang berharga, se
lama 6 bulan berketjimpung dipusat perkembangan
politik di Jogjakarta. Hanja dengan sekedar penga
laman sebagai seorang panglima termuda, dengan
maksud menghadapi masalah persiapan pertahanan
dengan lebih dekat berhubung dengan agresi Belan
da j.a.d. , djadinja malah saja kesasar masuk keda
lam sarang pergulatan politik diibu-kota. Berkali
kali saja berselisih paham dan berbeda sikap dengan
PBAP. Berkali-kali saja bertindak seolah-olah seba
gai kurir belaka antara Presiden, Wakil Presiden ,
PBAP dan KSAP, bahkan djuga dengan Seksi Per
tahanan BP KNIP . Achirnja saja bisa menjesuaikan
diri dengan Djenderal Sudirman dan bahkan kemudi
an mendapat kepertjajaan penuh dari beliau untuk
mengatur siasat buat menghadapi kemungkian agres
si kedua.
Pokok isi • Perintah Siasat No. 1 itu adalah (ber
laku daerah demi daerah ) :
a. Tidak akan melakukan pertahanan jang liniair ;
b. Tugas memperlambat kemadjuan serbuan musuh
serta pengungsian total ( semua pegawai , dsb . ) ,
serta bumi-hangus total ;
C. Tugas membentuk kantong2 ditiap onderdistrik
militer jang mempunjai pemeritahan gerilja ( di
sebut ,,wehrkreise" ) jang totaliter dan mempunjai
pusat dibeberapa kompleks pegunungan ;
d. Tugas pasukan-pasukan jang berasal dari
"",,daerah federal" untuk ber-,,wingate " (menjusup
kembali kedaerah asalnja) dan membentuk kan
tong-kantong, sehingga seluruh pulau Djawa akan
mendjadi satu medan perang gerilia jang besar.
Didjelaskan dalam lampirannja, bahwa, berdasar
kan pengalaman Divisi Siliwangi dengan clash pertama
di Djawa Barat :
1. Penjerbuan Belanda tak mungkin ditahan, paling
banjak hanja dapat diperlambat dengan gang
guan serta bumi-hangus, untuk memperoleh wak

187
tu dan ruang sebanjak mungkin buat pengung
sian pasukan-pasukan, alat-alat, pegawai-pega
wai dan rakjat umumnja kekantong-kantong pe
dalaman. 1
2. Pokok perlawanan ialah perang gerilja, jang disa
tu pihak bersifat agressif terhadap musuh, dan
dilain pihak bersifat konstruktif dapat menegak
kan kekuasaan de fakto Republik, dalam arti mi
liter maupun sipil, disebanjak mungkin kantong.
Sjarat2 nja :
a. Pimpinan jang totaliter dalam tangan lurah, kodm.
komando distrik militer, komandan daerah, guber
nur militer dan panglima pulau (DPN dan DPD
harus ditiadakan) ;

b. politik non-koperasi dan non-kontak jang tegas ;


c. reorganisasi TNI untuk 3 matjam tugas :
(1) . bataljon mobil, lebih kurang 1 bataljon di
tiap keresidenan, untuk tugas² menjerang,
bersendjata 1 : 1 ;
(2) bataljon-bataljon territorial, lebih kurang
1. bataljon ditiap kabupaten untuk perla
wanan statis bersendjata 1 : 3 à 5 ;
(3) kader-kader territorial, mulai kader desa ,
kodm , kdm dan seterusnja.
d. ,,me-wingate-kan" pasukan-pasukan kita kedae
rah-daerah federal, baik di Djawa (chususnja) ,
maupun di Seberang. Pasukan-pasukan asal Dja
wa Barat, Besuki, Kalimantan, dsb. disusun untuk
tugas-tugas itu.
Dalam hal rentjana-rentjana operasi itu PBAP te
lah menjerahkan segala sesuatunja dengan penuh²
kepada kebidjaksanaan saja. Dengan demikian ren
tjana saja untuk menjusun organisasi perlawanan
territorial pada hakekatnja dapat dilaksanakan.
Maka pertama-tama, soal tjara-tjara perang geril
ja rakjat jang disesuaikan dengan keadaan kita de
wasa itu, perlu difikirkan dan diselami dengan sung
guh-sungguh. Untuk itu kita perlu merobah lebih du

188
}
lu alam fikiran jang masih berlaku dikalangan pim
pinan tentara kita umumnja. Didaerah-daerah jang
tidak pernah mendapat serangan Belanda, masih ter
dapat tjara² persiapan pertahanan seperti jang djuga
dulu dilakukan oleh territorium kami di Djawa Ba
rat pada sebelum agresi kesatu. Jaitu, masih ada
nja rantjangan garis-garis pertahanan jang berlapis
lapis dari semua djurusan menudju kepusat Repu
blik ; tjara-tjara jang masih memperhitungkan mem
pergunakan djalan -djalan raja kebelakang; hampir
tiada pengertian tentang perkantongan-perkantong ·
an. Dapat pula dipahami djika beberapa pihak ber
pendapat, bahwa djustru karena kuatnja pertahanan
merekalah maka Belanda tak sampai menerobos ke
daerah-daerah mereka.
Pikiran perlu disesuaikan dengan keadaan jang
njata. Musuh akan segera menerobos melalui dja
lan-djalan raja untuk menduduki semua kota-kota
pemusatan jang penting. Dalam hal ini tak adalah
kemampuan pada kita buat menahannja.
Untuk pertahanan frontal, organisasi dan pera
latan tentara kita tiada berarti apa-apa. Dalam se
rangan demikian, pasukan-pasukan kita akan meng
hadapi kolonne-kolonne musuh jang bersifat gerak
tjepat, jang dibantu dan dilindungi oleh pesawat-pe
sawat udara serta sendjata-sendjata bantuan jang
modern, seperti pasukan berlapis badja dan artilleri .
Geninja mampu memperbaiki segera djalan-djalan
dan djembatan-djembatan jang kita rusakkan dan ki
ta pasangi rintangan-rintangan.
Jang kita perlukan hanjalah sekedar pengetahuan
akan kedatangan musuh pada waktunja. Untuk se
kedar memperlambat kemadjuannja sepandjang dja
lan dengan memasang rintangan-rintangan dan se
kedar tembakan-tembakan gangguan disana-sini da
ri samping, sementara kita memiliki sekedar waktu
untuk membumi-hangus kota-kota (supaja sukar da
pat dipergunakan musuh untuk tudjuan-tudjuan po
litik dan ekonominja, dan untuk didiami mereka se

189
terusnja) untuk mengungsikan rakjat umumnja dan
alat-alat sipil ke-onderdistrik -onderdistrik militer
buat melaksanakan tugas seterusnja dengan setjara
main ,,kutjing-kutjingan", dan sebagai sekedar pe
luang waktu buat mengundurkan kesatuan-kesatuan
dan peralatan-peralatan kita dengan selamat ke-dae
rah-daerah pangkalan gerilja di-distrik -distrik pe
dalaman, dsb.
Sesudah Belanda menduduki kota-kota, mereka
akan mulai melakukan operasi pembersihan dan
patroli-patroli jang intensif disekitarnja, dan kemu
dian mentjoba pula melakukannja distrik demi dis
trik dan sektor demi sektor. Untuk ini mereka me
merlukan banjak detasemen pendjagaan dengan be
rantingkan pos-pos pendjagaan, sebagai djaringan
labah-labah untuk merungkupi seluruh wilajah . Dari
pangkalan-pangkalan tersebut keluarlah patroli
anti-gerilja dan aksi2 pembersihan besar-besaran. Tu
djuannja adalah mentjari pasukan-pasukan kita un
tuk dibinasakan, mentjari pendjabat-pendjabat pe
merintahan untuk ditawan dan dibudjuk supaja suka
bekerdja pada mereka, menghalau rakjat kembali
kepinggir djalan dan kekota-kota guna langkah
pasifikasi dan rehabilitasi. Djika usaha-usaha mereka
dilapangan politik, militer, ekonomi dan sosial ini
berhasil, maka rentjana penjerbuan mereka itu bo
leh dikatakan mentjapai tudjuannja. Segera didiri .
kannja sebuah negara bagian federal, dan perkebun
an-perkebunan serta perusahaan-perusahaan kapita
lis besar lainnja mulai bekerdja kembali sebagai da
sar ekonomi kolonial. TNI dan polisi Republik akan
dipaksa terdesak kekedudukan sebagai pengatjau
pengatjau jang mengganggu keamanan dan kese
djahteraan tjiptaan Belanda . Pemimpin-pemimpin po
litik akan mereka pantjing untuk pada gilirannja di
djadikan umpan pantjingan sebagai perantara buat
menguasai rakjat.
Dalam hubungan dengan analisa tsb diatas maka
kita menghadapi dua tugas jang kita sebut pada wak

190
tu itu sebagai tugas ,,mobil" dan tugas ,, territorial".
Jang pertama adalah untuk melaksanakan pengham
batan-penghambatan terhadap musuh jang madju se
pandjang djalan raja, kemudian mendjadi tenaga
penggempur sebagai bataljon, kompi atau peleton ter
hadap sasaran² musuh jang lemah seperti konvooi,
pos-pos jang terpentjil, patroli² djarak djauh, atau
untuk mengatjaukan kota pendudukan, membumi
hangus pabrik² musuh, dsb. Sedangkan jang kedua
ialah mengadakan pendjagaan kabupaten demi kabu
paten dan kemudian bersebar djadi inti² gerakan ge
rilja rakjat di-bagian daerah jang lebih ketjil, se
perti distrik dan onderan ( ketjamatan) . Dari sinilah
timbulnja usul untuk mereorganisir bataljon -bataljon
infanteri mendjadi beberapa ragam jaitu bataljon mo
bil dan bataljon territorial. Untuk bataljon mobil di
ambil tenaga-tenaga jang terpilih ketangkasannja
dan dipersendjatai dengan perbandingan 1 :1, artinja
satu putjuk sendjata untuk setiap orang. Selebihnja
disusun kedalam bataljon-bataljon territorial dengan
persendjataan antara 1 : 3 dan 1 :5, jang didislokir di
kabupaten-kabupaten .
Ketjuali itu direntjanakan pula tugas ketiga jang me
minta organisasi tersendiri, jakni tugas ,,perlawanan
rakjat" jang regional. Tugas ketiga ini bersifat
pendjagaan keamanan desa, umpamanja mengerahkan
kebutuhan-kebutuhan perang seperti tenaga bantuan.
pemondokan, makanan, angkutan dsb. untuk pasukan
pasukan, mendampingi pamongpradja dalam melak
sanakan pemerintahan gerilja dalam kantong-kan
tong, mengawasi dan mengkoordinir lurah-lurah, men
djadi penghubung antara tentara dan alat-alat sipil
serta rakjat umumnja, pendeknja apa jang disebut
sebagai ,, mengatur pemerintahan gerilja". Untuk hal
ini diperlukan perwira2 territorial jang akan bertugas
sebagai komandan² distrik militer, onderdistrik militer,
dsb. dan djuga kader-kader territorial desa.
Tugas ini akan membuat tiap pelosok tanah air
mendjadi tempat jang tak aman bagi tentara dan pe

191
meritah pendudukan, dimana rakjat akan selalu se
tjara de fakto mendukung kewibawaan pemerintah
Republik.
Oleh karena itu maka pemerintah sipil perlu menge
nal tugasnja dengan baik, supaja pada saat mening
galkan kota, pemerintah gerilja dalam kantong-kau
tong dapat terus bekerdja dengan lantjar sedemikian
sehingga kekuasan de fakto Republik benar-benar
terwudjud dengan njata. Demikian pula perlu ditje
gah agar supaja rakjat tidak akan mengadakan hu
bungan dengan musuh. Mereka harus disadarkan se ·
hingga enggan tinggal didaerah pendudukan dan me
nolak bekerdja pada atau diperintah oleh organisasi
musuh. Untuk kesempurnaan politik non-koperasi
jang tegas ini , maka tentulah kita lebih dulu perlu me
njediakan perundang-undangan, peraturan² serta in
struksi-instruksi jang tjotjok jang bisa mendjamin ke
lantjarkan kerdja dan terpelihanja tata-tertib.
Pasukan-pasukan hidjrah harus tetap berada dalam
kesatuannja untuk bermara kembali kedaerah asalnja.
Lasjkar-lasjkar Seberang harus bersiap-sedia untuk
kelak diinfiltrasikan kedaerah-daerah asalnja di Ka .
limantan, Sulawesi dan Sunda Ketjil (Nusa-Tenggara) .
:
Pikiran-pikiran seperti itu telah pernah diadjukan
kepada Menteri, Panglima Besar dan para pemimpin
lainnja. Tapi usaha-usaha untuk merealisirnja bertum
buh dengan pelbagai kesulitan dan ternjata mengor
bankan waktu jang banjak pula.
Achirnja rentjana ,,Rasionalisasi dan Rekonstruk
si" jang terkenal itu toch dilaksanakan djuga oleh
pemerintah .
Wilajah jang mendjadi ketjil, pendapatan dan pro
duksi jang makin merosot, biaja-biaja jang membu
bung, apparat-apparat perdjoangan jang makin gem
bung dan kekurangan bahan makanan serta barang
import jang makin gawat, telah mendorong pemerin
tah untuk merasionalisir segala organisasi negara su
paja ditjapai effisiensi jang setinggi-tingginja. Kita
perlu membangun kembali tenaga pertahanan dan

: 192
tenaga produksi dengan berangsur-angsur. Hal ini
susah untuk dibantah oleh siapapun jang suka ber
fikir setjara djudjur.
Akan tetapi dalam pelaksanaannja , seperti jang te
lah berulang-ulang kami katakan, kita segera terlibat
kedalam pertentangan - pertentangan kepentingan
partai, golongan dan perseorangan. Barangkali ini
lah suatu hal jang lumrah dalam tiap masa gelora re
volusi, jang biasanja hanja dapat diatasi oleh suatu
pimpinan jang kuat dan berwibawa. Kalau tidak, maka
revolusi itu sendiri akan meluntjur kedjurang anarchi
jang penuh dengan chaos, dan jang pada achirnja
akan sampai ketaraf penutup berupa kegagalan total !
Demikianlah, disamping kesulitan-kesulitan sehari.
hari jang terdapat diantara kita sendiri , bergabung
pula kesulitan-kesulitan jang datang dari luar. Poli
tis, Belanda makin offensif, dengan didirikannja ne
gara-negara baru seperti Sumatera Timur, Sumatera
Selatan, Kalimantan Barat, Pasundan, Djawa Timur,
dan Madura. Belanda ingin supaja kedaulatannja jang
baru ditjapainja itu diakui oleh Republik, bahkan
achirnja menuntut pembubaran Republik. Semen
tara itu blokade ekonominja semakin rapat.
Masih sulit pula mempersatukan pelbagai markas
besar jang ada sebagaimana dikehendaki oleh Undang
undang Baharudin . Menurut undang-undang tsb. Mar
kas Besar Angkatan Perang jang lama mendjadi
M.B.A.P. ― Mobil, atau sebagai pusat komando pasu
kan dilapangan. Pembagian kekuasaan seperti jang di
atur oleh undang-undang itu ternjata sukar untuk dipe
raktekkan, oleh karena, dapat dimaklumi, sedjarah
perdjoangan kita telah membina suatu posisi jang
kuat dan berdiri sendiri bagi Markas Besar serta
Panglima Besarnja, c. q. Pak Dirman .
Sampai saat itu setjara de fakto masih berdiri mar .
kas-markas besar gaja lama. Pada pokoknja tentara
darat kita terdiri atas TNI ( ex - TRI ) , brigade -bri.
gade kelasjkaran, Angkatan Laut R.I., ( ! ) Tentara La
ut R.I., Polisi Tentara, Polisi Tentara Laut dan Poli

TNI II 13 193
si Lasjkar, Masing-masing dengan markas besarnja
sendiri, masing-masing praktis beroperasi sebagai
angkatan darat jang sama-sama bertempur didarat,
masing-masing berdiri langsung dibawah Panglima
Besar, seolah-olah sebagai ,,setjara pribadi ”, tanpa
menjangkut-paut markas besarnja.
Tak dapat disangkal, Markas Besar A.P. seharus
1
nja merupakan hanja satu-satunja pimpinan opera
sionil, dengan hanja sebuah organisasi tentara pula.
Akan hal ini prinsipil semua pihak setudju. Tapi pa
da kenjataannja semua pihak berusaha hendak te
tap mempertahankan kepribadiannja sendiri seba
njak mungkin, dan tetap memperdjoangkan kepe
mimpinannja sendiri atas sebanjak mungkin pasuk
an²nja sendiri pula sebanjak jang dapat dipertahan
kannja.
Dalam keadaan demikian dari segala pikak diper
lukan pengorbanan perasaan dan kepentingan diri
jang sempit. Akan tetapi, dengan tidak hendak me
mukul-ratakan semuanja, keichlasan demikian su
sah untuk diharapkan terlalu optimistis. Bahkan
djikapun sudah ada satu keputusan jang diambil ber
dasarkan persetudjuan semua pihak, pada kemudi
an harinja toch dapat timbul tafsiran-tafsiran jang
bernada hendak mempertahankan kedudukan semu
la. Sudah tentu soal- soal politik tersangkut didalam
nja. Sebab, siapa dapat menjangkal, disamping ke
njataan bahwa pasukan-pasukan bersendiata itu ter
lachir dari kandungan partai-partai politik, bahwa
soal perdjoangan bersendjata kita itu tidak bersifat
politis.
Achirnja tertjiptalah, meskipun baru pada ben
tuknja dan belum sampai pada isinja, satu markas
besar. Atas usul penulis, Djawa dibagi dalam tiga da
erah pertahanan atau territorium, jaitu territorium
territorium Barat, Tengah dan Timur, sebagai pang
kalan untuk mempersiapkan pimpinan perang gerilja.
Mulailah tertjipta dua saluran organisasi , jaitu apa
jang disebut sebagai bagian ,,pertempuran" dan ba

194
gian ,,territorial" . Maka disinilah pula mulai terasa
bahwa pesiapan-persiapan perang gerilja jang sebe
narnja dapat dimulai dengan kesungguhan.
Kedalam markas besar baru itu harus kita tarik
tenaga-tenaga terkemuka dari Biro Perdjuangan,
TLRI, dsb. hingga tertjapai satu persatuan. Pada
fase pertama ini staf jang saja pimpin baru semata
mata merupakan suatu ,,dewan perwakilan". Dalam
pembentukan markas besar tersebut terasa sekali
tentangan-tentangan. Tentangan ini tidaklah berdiri
sendiri, melainkan berhubungan dengan partai-par
tai politik jang berdiri diudjung kendali, sebagaima
na kemudian dapat dibuktikan dari surat-surat jang
kita ketemukan pada penggerebegan² dimasa peristiwa
Madiun .
Anggauta-anggauta markas besar ini hanja bebe
rapa kali sadja pernah berkumpul, jaitu untuk me
menuhi panggilan kami . Pada prakteknja jang tetap
duduk dengan sepenuh fungsinja hanjalah Panglima
Besar, penulis sendiri sebagai kepala staf dan sebuah
sekretariat dibawah pimpinan Kapten ( sekarang
Major Djenderal ) Suprapto. Akan tetapi sementa
ra itu, dalam batas-batas kemungkinan, kami usa
hakan djuga untuk meluaskan pengertian tentang
tugas-tugas perang gerilja jang akan datang. Pe
doman-pedoman gerilja disusun dengan berangsur
angsur dan kursus-kursus diadakan.
,,Perintah Siasat No. 1" dari Panglima Besar ber
isi aturan-aturan pembagian tugas dan tanggung .
djawab bagi panglima-panglima territorium, briga
de-brigade dan sub-territorium, jaitu misalnja urut
an langkah-langkah dalam menghadapi serangan
(memperlambat madjunja musuh, membentuk wehr
kreise, melaksanakan apa jang disebut berwingate *,
*) Wingate : gerakan2 ke-daerah2 pendudukan jang dilakukan
oleh pasukan jang pada waktu persetudjuan Renville dihi
djrahkan dari daerah tersebut ; berasal dari nama seorang djen
" deral Inggeris, Wingate, jang dalam perang dunia II memimpin
gerakan2 militer seperti demikian sampai djauh dibelakang garis
pertahanan musuhnja di Burma.

195
dan sebagainja) .
Sebagaimana terdjadi umumnja dalam tiap ten
tara revolusi, hal sematjam demikian itu senantiasa
harus melalui perbintjangan jang sengit dalam rapat²
jang besar. Dengan keadaan seperti itu, kerahasiaan
sangat sulit mendjaganja, sehingga dalam surat-me
njuratpun segala sesuatunja harus dibatasi benar.
Tjara kerdja tentara revolusi ini sudah tentu tak da
pat dipahami oleh seorang outsider, atau seorang
militer professional jang menindjaunja semata-mata
dari sudut militer teknis. Banjak rentjana-rentjana
operasi dan organisasi jang dimusjawarahkan lebih
dulu, bukan sadja karena hendak mengumpulkan
bahan-bahan dan buah fikiran, melainkan bahkan
terutama untuk mentjapai kata sepakat.
Kadang-kadang pertimbangan subjektif mengatasi
pertimbangan objektif. Masalah-masalah teknis mi
liter tidak selamanja diselesaikan setjara militer pu
la, melainkan tak djarang semata-mata dinilai dari su
dut politik atau psychologi. Dengan alasan- alasan
jang chusus mengingat keadaan istimewa, hal-hal
jang seperti itu kadang-kadang memang perlu di
tempuh. Demi mendjaga persatuan dan guna mentje
gah supaja tentara kita tidak tergelintjir kearah ge
riljaisme jang berbahaja misalnja, segi-segi militer
teknis sewaktu-waktu memang perlu dikorbankan.
Akan tetapi dengan alasan itu tidak berarti bahwa
kita samasekali harus meninggalkan pertimbangan
pertimbangan objektif. Tiap kegagalan dari masa
masa jang sudah lewat, harus senantiasa didjadikan
bahan peladjaran supaja pada kemudian harinja kita
tidak mengulangi kesalahan jang sama untuk kese
kian kalinja.
Umum diketahui bahwa banjak diantara pimpin
an tentara kita jang belum pernah mendapat pendi
dikan militer jang lajak , sehingga belum biasa ber
fikir menurut logika militer jang lazim. Hal ini da
pat dimaklumi mengingat keadaan jang luar biasa
tadi, dsb. , akan tetapi dengan itupun tidak berarti

196
bahwa kita samasekali harus mengabaikan pendi
dikan kemiliteran.

Sebagai langkah pertama, dibawah pimpinan Pang


lima Besar sendiri, mulailah diadakan latihan ber
sama di Magelang, jang kita namakan ,,reuni". Ko
mandan-komandan brigade, sub-territorium dan la
in-lainnja berkumpul untuk bersama-sama mende
ngarkan pandangan-pandangan dan membahas per
soalan-persoalan, serta untuk saling mengenal pula
antara rekan jang satu dengan jang lainnja. Sajang
sekali langkah jang baik ini tak dapat diteruskan,
oleh karena terganggu oleh timbulnja peristiwa baru
jang mengantjam kemerdekaan dari dalam, jaitu
pemberontakan PKI-Muso. Sebagian tentara de
ngan kaum politisi jang tergabung kedalam FDR
(Front Demokrasi Rakjat - PKI ) mengadakan pe
rebutan kekuasaan . Banjak pendjabat-pendjabat res
mi Republik jang ditawan, disingkirkan atau dibu
nuh, ketjuali jang mau menerima susunan baru jang
dipaksakan oleh pihak pemberontak.
Dengan berangsur -angsur achirnja tertjapailah ha
sil-hasil reorganisasi dikalangan pimpinan militer
dipusat. Reorganisasi Kementerian dilaksanakan di
bawah pimpinan KSAP Komodor Suriadarma , diban
tu oleh wakil-wakilnja Kolonel Hidajat dan Kolonel
T.B. Simatupang. Reorganisasi pasukan-pasukan dan
markas besar diatur oleh Djenderal Sudirman, dalam
mana saja sebagai wakilnja dengan sendirinja turut
mengambil bagian jang penting .
Setelah melalui banjak pertengkaran jang sengit,
maka ditetapkan bahwa tugas djabatan KSAP se
mentara dipegang oleh Wakil I, jaitu Kolonel Hidajat ,
jang kemudian pada achirnja dirangkap oleh Pang
lima Besar sendiri. Dan saja bertindak sebagai Ke
pala Staf Operatif pada MBAP.
Untuk menghimpun semua tenaga pimpinan dan
untuk menentukan garis-garis kebidjaksanaan per
tahanan dan angkatan perang, atas usul Komodor
Suriadarma , dibentuklah Dewan Siasat Militer R. I.,

197
jang diketuai oleh Presiden/Panglima Tertinggi, de
ngan anggota-anggotanja Wakil Presiden/Perdana
Menteri/Menteri Pertahanan, Panglima Besar, Wakil
KSAP, KSU (Kep. Staf Umum) , MBAP, KSAD, KSAU
dan KSAL. Buat seterusnja badan ini pada achirnja
djuga mendjadi tempat penjelesaian pelbagai persoal
an jang kita hadapi dalam arti jang lebih luas. Sedjak
saat itu, persoalan-persoalan jang genting mengenai
reorganisasi Kementerian Pertahanan, boleh dikatakan
mulai reda.
Bolehlah saja akui bahwa persoalan mengenai Un
dang-undang No. 3 dan semua persoalan tentang re
organisasi pada putjuk pimpinan militer, bagi saja
tidaklah merupakan intinja masaalah. Dan achirnja
dapat saja pahami pula, bahwa semua soal jang kita
sibukkan itu ternjata lebih banjak menjeret pertim
bangan-pertimbangan politis dan ketata-negaraan,
daripada langsung menjinggung pokok persoalannja,
jakni soal bagaimana rentjana perdjoangan kita se
terusnja, jang mana sebenarnja harus mendjadi ke
pentingan pokok.
Pemerintah telah mengumumkan maksudnja untuk
mengadakan rasionalisasi dan rekonstrusi guna mem
buat tenaga perdjoangan kita mendjadi lebih effisien.
Kemudian saja membawa konsep-konsep untuk meng.
hadapi agressi Belanda jang kedua, berdasarkan pe
ngalaman-pengalaman saja sebagai panglima divisi
di Djawa Barat. Kedua maksud ini, jang tak dapat
dipisah-pisahkan , sebenarnja tidak tersinggung oleǹ
undang-undang reorganisasi jang sering kita sebut
sebutkan itu . Dengan reorganisasi kementerian tja
ra lainpun, maksud -maksud tadi tetap bisa diselesai
kan, karena hal-hal ini pada pokoknja dengan sendiri
nja meliputi pula persoalan rasionalisasi dan reorgani
sasi pasukan-pasukan dan daerah-daerah .
Untuk memperdalam pengertian-pengertian ten
tang tjara perlawanan rakjat jang akan kita laksa
nakan dikemudian hari, saja tulis sebuah brosur jang
disebarkan kepelosok-pelosok, jang kemudian men

198
Pelaksanaan Doktrin Perang Rakjat Semesta pada Perang
Kemerdekaan ke II T.N.I, sebagai pelopor pelatih.
D
djadi pegangan para pemimpin gerilja militer dan si
pil di Djawa. Brosur itu, jang saja beri djudul Per
tahanan Desa, berisi petundjuk-petundjuk sbb.
Menjelengarakan Pertahanan Rakjat Total.
Bagi kita kaum perdjoangan seharusnjalah menji
apkan diri untuk menghadapi agressi Belanda jang
ke-2. Betul persetudjuan Renville telah ada dengan
gentjatan sendjatanja. Betul sedang ditjari penjele
saian politik. Betul amanat Presiden : ,,From the bul
let to the ballot". Akan tetapi bagi kita djelas dengan
njata posisi Republik strategis telah terkenung hè.
laka, tinggal 1/3 dari bermula, jang dilingkari oleh
daerah-daerah federal . Djantung Republik tidak dja
uh lagi dari kedudukan-kedudukan Belanda.
Sementara kita menghadapi kemungkinan serangan
jang kedua ini, kita diserang oleh perang fikiran jang
hendak merobohkan kita dari dalam. Sulit untuk me
nundjuk siapa-siapa jang menggerakkan perang fi
kiran itu. Akan tetapi jang njata ialah, bahwa jang
menggerakkan itu tentulah musuh Republik, dan
bahwa kita sesungguhnja sangat gampang dihingga
pi oleh perang fikiran. Perpetjahan-perpetjahan se
mangkin hebat, antara sajap kiri dan sajap kanan,
pemimpin-pemimpin tuduh-menuduh didepan umum .
Pengaruhnja mendalam sampai kepada Angkatan
Perang kita.

Walau bagaimanapun kita harus menjiapkan diri


untuk kemungkinan serangan Belanda jang kedua,
jang pasti akan ia laksanakan, djikalau ia tak dapat
mentjapai tudjuannja dengan djalan perundingan . Ke
dudukan militernja sudah kuat sekali terhadap kita.
Serangannja jang pertama telah memberikan ba
njak pengalaman bagi kita , terutama didaerah -daerah
dimana kita harus berkantong-kantong. Kekuatan
musuh jang serba lengkap dan modern , tiadalah bisa
kita hadapi setjara perang biasa , setjara liniair seper
ti jang biasa dipeladjari oleh pasukan-pasukan kita.

199
Kita tidak mempunjai peralatan untuk menandingi
musuh dalam pertempuran-pertempuran jang terbuka.
Musuh akan dapat menerobos kemana-mana, men
duduki semua kota-kota dan menguasai djalan-djalan
perhubungan. Akan tetapi kita telah mendapat pela
djaran, Musuh paling sedikitnja tidak dapat menghan
tjurkan kita. Lihatlah 35.000 tentara kita keluar dari
kantong2 didaerah-daerah pendudukan Belanda. Mu
suh dapat kita kepung dan kita ganggu. Kedudukan-ke
dudukan musuh dapat kita buat mendjadi kantong-kan
tong ditengah-tengah daerah-daerah kekuasan kita.
Alat-alat pemerintahan kita dapat pelihara setjara utuh
dalam daerah-daerah kita.

Kalaupun musuh menjerang lagi, tentu mereka akan


mulai dengan menduduki kota2 , menguasai djalan2 be
sar dan kemudian menduduki daerah-daerah pereko
nomian jang penting. Kekuatannja di Djawa tjuma
3 á 4 divisi. Untuk menduduki Djawa sampai keonder
distrik-onderdistrik mereka lebih dari 10 divisi, dan
sebanjak itu pasti tidak dapat dikerahkannja. Ha
nja sebagian ketjil dari daerah-daerah jang telah da
pat mereka duduki . Selebihnja dari itu hanja dapat
dipatroli sadja, atau malah tidak akan didatanginja
samasekali.
Maka mereka akan berusaha dengan djalan politik,
ekonomi. sosial dan psyhologis untuk ber-angsur
mematahkan kekuatan kita, menarik hati rakjat kita
dan sebagian dari pegawai-pegawai kita.
Mereka akan membagikan bahan-bahan pakaian,
obat-obatan, barang-barang makanan , dan sebagai
nja. Mereka akan mengadakan penerangan setjara
luas. Penduduk jang menurut kepada mereka, akan
dilindungi, diberi segala matjam kebutuhannja . Pen
duduk-penduduk jang enggan, akan diterror sede
mikian rupa dengan penggarongan², pembakaran
pembakaran, pentjulikan-pentjulikan dan sebagainja,
sehingga selalu merasa tidak aman, takut, sehingga
achirnja putus harapan dan djemu kepada perdjo

200
angan. Mereka ini akan mendjadi rakjat djadjahan
Belanda. Dikalangan pemimpin-pemimpin dan kaum
terpeladjar, jang tidak bisa menderita, akan banjak
jang segera masuk kedaerah-daerah pendudukan Be
landa, karena disana lebih aman, karena disana tju
kup keperluan hidup. Mereka mulai kembali kekota
kota pendudukan, dan berangsur-angsur mereka akan
berkollaborasi dengan musuh. Lambat laun mereka
bersedia mendjadi pegawai Nica, menjusun dewan
dewan perwakilan rakjat dan achirnja membentuk
negara-negara boneka. Merekalah penghianat- peng
hianat perdjoangan kemerdekaan kita, penghianat
penghianat jang terbesar dan paling berbahaja.
Karena itu perlulah dari bermula diatur susunan
territorial kita, jang berupakan komando-komando
distrik militer, komando-komando onderdistrik mi
liter dan kader-kader territorial desa. Mereka ini di
tugaskan mempersiapkan tindakan-tindakan dila
pangan sipil. Djika musuh menjerbu, maka perlulah
rakjat diungsikan dengan teratur ketempat-tempat
jang tersebar dan tersedia, supaja djangan sampai
dipergunakan oleh musuh, jang haus sekali kepada
rakjat untuk diperintah. Penting sekali untuk meng
ungsikan pendjabat-pendjabat pemerintah dan pe
mimpin-pemimpin, karena mereka ini sangat dibu
tuhkan oleh musuh untuk didjadikan perantara buat
menguasai rakjat. Pula mengungsikan semua per
alatan jang penting untuk menundukkan perdjoang
an. Tiada boleh barang-barang ditinggalkan sede
mikian, sehingga dapat dimanfaatkan oleh musuh.
Setelah musuh menduduki suatu tempat, maka me
reka akan berangsur-angsur mempatroli kesekitarnja.
Mula-mula untuk membersihkan pasukan-pasukan kita.
Tetapi achirnja untuk mengembalikan suasana da
mai jang biasa. Diusahakanlah menundjuk pamong
pradja dan pamong-desa jang baru, kalau jang lama
tidak bersedia. Diusahakan pula membuka kantor-kan
tor, membuka pasar-pasar, sekolah-sekolah, warung
warung, dan sebagainja. Kehausan rakjat kepada ba

201
rang-barang import, sebagai akibat blokkade selama
ini, akan dipergunakan buat menarik rakjat kemba
li kekota-kota. Pensiunan, jang sedjak zaman Dje
pang tiada dapat bajaran lagi , akan didjamin kemba
li hak-haknja. Dengan melalui orang-orang tua jang
terdjebak masuk kota, diusakanlah menarik kembali
anak-anaknja jang masih berdjoang di-gunung².
Banjak tipu-muslihat jang dapat dipergunakan oleh
musuh.
Karena itu perlulah suatu pemerintah militer jang
tetap dirasakan oleh rakjat. Pemerintah militer ini
dipegang oleh pendjabat-pendjabat territorial dari
tentara. Pemerintah sipil dimasukkan kedalamnja.
Dapatlah dengan demikian diatur supaja kekuasaan
de fakto RI terhadap rakjat tetap tegak. Alat-alat
negara tetaplah utuh, karena diungsi-ungsikan, ka
lau datang patroli musuh. Mereka selalu main ku
tjing-kutjingan dengan patroli musuh . Mereka harus
lah tetap mobil dalam daerahnja, supaja di-mana²
dapat didjumpai oleh penduduk. Mereka tetap dapat
memimpin rakjatnja dan tetap . dapat menghukum
mereka jang mengchianati perdjoangan negara . Me
reka terus mengadakan penerangan , mengurus pém
bajaran padjak, dan sebagainja. Pekerdjaan-peker·
djaan pemerintahan , seperti pengadjaran, kesehatan,
sosial, dan sebagainja, diusahakan berdjalan setjara
darurat. Perdagangan diusahakan terus melalui pa
sar-pasar jang berpindah-pindah. Uang ORI harus
tetap satu-satunja jang berlaku. Uang Belanda ha
1
ruslah dibasmi . Dengan bantuan kader-kader terri
torial dapatlah dilaksanakan pemerintahan gerilja
dalam kantong-kantong, setjara kutjing-kutjingan.
Tudjuan jang pokok ialah supaja tidak mungkin te
gak pemerintahan Nica, supaja rakjat hanja menge
nal pemerintahan RI sadja . Ini berarti rakjat tak
mau lagi didjadjah .
Dalam pelaksanaan pemerintahan negara sedemi
kian, maka kesatuan daerah jang kompak dan dapat
langsung dipimpin ialah desa. Karena itu pemimpin

202
desa, jaitu lurah-lurah, adalah sendi pemeliharaan
pemerintahan RI. Lurah-lurah ini adalah masih sa
tu-satunja pemimpin ditengah-tengah rakjat, jang
tetap ditaati oleh rakjat. Dan memang lurah inilah
pilihan rakjat sendiri, jang ia kenal dari dekat , jang
mengenal seluk-beluk persoalan desa. Lurah-lurah
ini haruslah diperlindungi dan dihormati. Anggota
anggota jang diperbantukan dalam desa, seperti ka
der-kader territorial, haruslah sepenuhnja berada
dibawah kekuasaan pak lurah. Lurah harus meme
gang sendiri kekuasaan pemerintahan militer.
Diatas lurah maka tjamatlah satu- satunja ting
katan jang bisa tetap setjara utuh menguasai daerah
nja. Onderdistrik harus dipelihara sebagai bagian pe
merintahan jang utuh. Untuk itu perlu KODM se
bagai pemegang pemerintahan militer. Tingkatan2
diatasnja tiada mungkin lagi melakukan pemerintah
an sepenuh-penuhnja, sehingga hanja mendjadi pe
rantara, pengawas dan perantjang. KODM dengar .
tjamat harus memimpin dan mengkoordinir peker
djaan-pekerdjaan lurah, karena onderdistrik² adalah
kantong-kantong pemerintahan kita. KODM, tjamat,
lurah-lurah dan pamong-pamong serta kader-kader
desa harus dapat berkutjing-kutjingan terhadap mu
suh, kalau musuh datang berpatroli. Kalau musuh
pergi, maka pemerintahan didjalankan terus .
Untuk dapat menghidupkan kantong-kantong de
fakto, maka siasat tentara haruslah diatur sedemi
kian, supaja terdjamin pelaksanaan pemerintahan.
Tentara berpangkalan pada kantong-kantong . Ten
tara harus menjebar keseluruh pulau dari Banten
sampai ke Besuki. Dalam tiap-tiap onderan harus di
bentuk kantong RI dengan alat-alat kekuasaan RI.
Kalau perlu diangkat pendjabat-pendjabat baru untuk
melengkapkannia. Karena tentara seolah-olah ..ber
wingate" ke Barat, ke Utara dan ke Timur, maka
tersusunlah pertahanan gerilja jang tersebar setjara
merata diseluruh pulau. Tentara perlu dibagi mendjadi
dua matjam sesuai dengan tugasnja, jakni jang bertu

203
gas territorial dan jang bertugas mobil. Jang territorial
diusahakan 1 kompi sampai 1 bataljon per KDM (ka
bupaten) . Tugasnja adalah melindungi kantong² RI itu
setjara gerilja, baik terhadap serangan dari dalam,
maupun dari luar. Kesatuan ini mendjamin adanja
perlawanan jang permanen ditiap pelosok bersama
sama dengan rakjat. Kesatuan-kesatuan ini harus
lah mengenal betul daerah dan rakjatnja. Kita se
dang menjusun bataljon-bataljon territorial ini di
bawah komando komandan-komandan sub-territo
rium. Dimaksud kelak supaja bataljon-bataljon ter
ritorial ini mendjadi pusat latihan bagi pemuda-pe
muda didalam tiap kabupaten, untuk dilatih dalam
tugas-tugas pendjagaan dan tugas-tugas gerilja di
tiap-tiap onderan dan kelurahan. Dengan demikian
dapatlah terlaksana kesatuan-kesatuan tentara rak
jat untuk perlawanan rakjat total . Bataljon-bataljon
territorial ini tiada perlu mempunjai persendjataan
jang lengkap . Sampai kini tjukup diambil pegangan
bahwa persendjataannja kira-kira 1 : 3, sesuai de
ngan peraturan jang berlaku untuk kelasjkaran² dulu.
Banjak jang keliru menerima adanja bataljon2 ter
ritorial ini. Dikiranja sebagai pembentukan tentara
kedua, atau sebagai penampungan bagi orang-orang
jang telah dirasionalisasi, atau sebagai pemetjah-be
lahan TNI kita. Memang dapat sadja terdjadi demikian,
jaitu djika tiada pengertian tentang perlunja tugas ter
ritorial ; Kalau tiada pengertian akan banjaknja ke
sulitan-kesulitan nanti dalam pelaksanaannja. Diza
man pendudukan Djepangpun telah ada dua matjam
tugas. Tugas territorial setjara daerah demi daerah
diserahkannja kepada daidan2 Peta . Tugas mobil
menggempur diserahkannja kepada Rikugun sendiri.
Dengan demikian terdjaminlah, bahwa Rikugun tidak
ter-pentjar2 terpetjah-belah, sehingga mendjadi te
naga-tenaga jang tjukup kompak dan bersifat gerak
tjepat buat menggempur musuh dimana sadja di
perlukan.
Kementerian Pertahanan telah menentukan ada

204
nja bataljon-bataljon mobil disamping bataljon2 ter
ritorial. Bataljon-bataljon ini diperlukan bersendjata
11. Tugasnja bukanlah territorial, melainkan mobil,
jakni untuk dapat menjerang kedudukan², kesatuan2
Jang terpentju dan perhubungan-perhubungan dari
musuh. Tugasnja adalah offensif, menjerang. Jang
territorial bertugas defensif, mempertahankan. Tidak
perlu sebenarnja disusun banjak-banjak kesatuan
ini. Djika ada satu bataljon jang mobil dalam tiap
sub-territorium sudahlah lumajan. Sambil kesatuan '
territorial dan barisan-barisan perlawanan rakjat
mengikat dan mengganggu musuh onderdistrik demi
onderdistrik, sehingga kekuatan musuh terpaku di
mana-mana, terpentjar-pentjar sebagai bewakings
detachementen, sebagai detasemen-detasemen kepo
Isian dan sebagai patroli-patroli ketjil, maka kesa
tuan-kesatuan mobil akan memperoleh kesempatan
buat menggempur dan menghantjurkan detasemen
musuh jang terpentjil, patroli-patrolinja jang ketjil,
dan perhubungan-perhubungannja. Dengan kesatuan
kesatuan ini dapatlah kita ,,ber-wingate" mengada
kan raids terhadap daerah-daerah jang sudah dipa
sifisir oleh musuh. Dibelakangnja menjusullah kader
kader territorial dan kemudian disusunlah pamong
pradia dan pamong desa Republik kembali. sehingga
daerah² federal ber-angsur2 dapat direbut kembali, dan
kekuasaan federal didesak semangkin djauh kembali
kekota-kota besar.
Maka setiap kelurahan, setiap orderan, pendek
nja setiap pelosok dari seantero pulau, mendjadi sa
tu medan perang gerilja jang tak kundjung padam ,
jang mengganggu dan mengikat kekuatan-kekuatan
musuh sebanjak beribu-ribu detasemen, jang mele
lahkan dan menghabiskan tenaga dan nafas musuh
terus-menerus, sambil bataljon-bataljon mobil kita
berangsur-angsur memperkuat diri dan menghantam
musuh jang semangkin kehabisan nafas, sambil alat2
sipil dan territorial kita menstabilisir kantong-kan
tong dan menghantam musuh, politis, sosial, ekono

205
mis dan psychologis. Achirnja musuh hanja menda
pat dua djalan, jakni mengirim pasukan- pasukan te
rus-menerus untuk mempertahankan diri, dan untuk
ini djelas tiada tjukup tenaga orang dan tenaga uang
nja, atau meninggalkan sebagian dari daerah-daerah
jang telah didudukinja. Dapatlah ia tinggalkan bebe
rapa daerah atau ia pusatkan tenaga²nja di-kota² sadja.
Tapi dengan demikian berartilah ia mundur dalam si
asatnja, walaupun dalam taktiknja ia tempo-tempo
masih menjerang, berhubung peralatannja lebih sem
purna dan serba tjukup . Dengan demikian ini berar
ti, bahwa ia tiadalah dapat lagi madju setjara militer.
Tinggal baginja mentjoba dengan djalan politik dan
ekonomi .

Karena itulah teramat penting susunan-susunan


territorial dan susunan-susunan sipil dalam kantong
kantong, jang tiada memberi tempat dan waktu kepa
da siasat-siasat politik dan ekonomi musuh. Rakjat
harus mengungsi dari pusat-pusat pendudukan mu
suh , rakjat harus berkutjing-kutjingan dalam kan
tong-kantong kelurahan dan onderan. Tiap usaha -
konomi musuh harus digagalkan, pasar-pasarnja ha
rus dibasmi, uangnja harus diharamkan, pusat-pusat
perekonomiannja harus diganggu terus, lalu-lintasnja
harus diganggu sampai putus. Pegawai-pegawai dan
pemuka-pemuka rakjat jang berpengaruh harus di
djaga djangan sampai tinggal dikota-kota, atau pu
lang kekota-kota, karena dengan demikian mereka
akan ditawan atau dipergunakan untuk mengchianati
siasat perdjoangan rakjat total. Karena itu kader
kader territorial harus mendjaga dan merawati me
reka , supaja djangan sampai menjeberang kepada
musuh .

Satu kali perang kemerdekaan setjara pertahana 1


rakjat total mulai, maka tidaklah mungkin ada kom
prominja, seperti telah diamanatkan oleh Panglima
Tertinggi kita .
Karena itulah perlu diinsjafi betul-betul oleh ko.

206
mandan-komandan kita, bahwa pekerdjaan² territori
al bukanlah bersifat nomor dua dan kurang penting
nja. Malah dalam aksi kesatu telah tjukup kita alami,
bahwa tugas territorial mendjadi tugas pokok, se
dangkan tugas kesatuan-kesatuan penggempur ha
njalah sebagai alat perkakas daripada tugas-tugas
territorial, serta jang mendjadi pelopor dan pelin
dungnja, supaja bisalah kader-kader territorial be
kerdja dengan selamat. Sampai sekarang ini masih
terlalu banjak kekeliruan antara jang disebut terri 1
ai dan mobil. Untuk keselamatan perdjoangan kita
jang akan datang, haruslah soal ini dapat diselesaikan.
Suatu sektor perang jang teramat penting ialah
perang psychologis, perang fikiran dan perang urat
sjaraf. Umumnja kita sangat gampang mendjadi sa
saran dari padanja . Kita terlalu gampang kena pro
vokasi, terlalu gampang keliru pengertian , dan seba
gainja. Kita terlalu banjak petjah-belah dan kena de
sas-desus. Dalam hal ini musuh ternjata lebih rapi
organisasi dan siasatnja. Dengan perang fikiran itu
dapatlah diadu-dombakannja pemimpin ini dengan
pemimpin itu, divisi ini dengan divisi itu, tentara de
ngan lasjkar, partai dengan partai , golongan dengan
golongan, sehingga negara dan tentara ambruk dari
dalam, atau paling sedikitnja terus petjah-belah dan
bertjakar-tjakaran , sehingga gampanglah musuh me
ngalahkan kita.
Suatu djalan untuk mengatasi ini ialah , supaja dja
ngan terlalu tjepat pertjaja kepada apa sadja, supaja
dari atasan via organisasi ada penerangan jang terus
menerus, ada kontak jang terus-menerus . Kalau ada
hal-hal jang rasanja tiada biasa, teruslah tjari kon
tak, tanjakan dan rundingkanlah . Lebih-lebih kalau
kita telah berada dalam kantong-kantong gerilja ke
lak, maka provokasi² dan desas -desus akan semang
kin banjak dan semangkin hebat , sehingga si A me
ngira bahwa si B telah mendjadi agen Nica dan se
baliknja. Dalam hal demikian maka masing2 mentju
rigai jang lain, atau masing2 berpikir, bahwa tjuma

207
ia sendiri jang masih berdjoang, sehingga ia putus
harapan, karena merasa sebatang kara dalam segala
matjam penderitaan. Alangkah kuat batinnja, djika
ia tahu bahwa dimana-manapun perdjoangan terus /
menghebat, dan bahwa ada saling mempertjajai. Ba
rulah terasa bagaimana pentingnja untuk mengatur
tjara perhubungan dan penerangan jang rapi, walau
pun setjara kaki-beranting.
Tiap komando perlu mengadakan pos² perhubung
an, jang seperti djaring meliputi seluruh daerah
nja. Pos² tersebut haruslah dapat menjembunjikan
diri terhadap musuh, dan setjara ber-kutjing- an me
njelamatkan diri terhadap patroli dan penggrebegan
musuh. Pos² itu terus kontak kepada instansi mili
ter dan sipil. Antara pos² ini terus ada kurir atau
pemimpin jang berdjalan. Dengan melalui pos² ini
bagian penerangan kita teruslah kelak meneruskan
berita2 perdjoangan dan amanat² kepada kelurahan²
dan onderan2 untuk diumumkan pada papan² pe
nerangan, rapat², atau sebagai koran² gerilja. Per
hubungan dan penerangan demikian perlu sekali un
tuk mendjamin keutuhan dan kebulatan negara ma
upun tentara. Tidaklah pada tempatnja disini untuk
menguraikan technik'nja mengenai perhubungan,
angkutan, perbekalan, perlengkapan, pembiajaan,
kesehatan, penerangan, dan sebagainja.
Hanjalah perlu diingat lebih dulu, bahwa tjara²
jang seperti sekarang tiadalah sesuai lagi , dan harus .
lah disesuaikan kepada tjara2 ber-kantong2 dan ber
kutjing2an, dan tjara² bahwa tiap daerah mulai ke
lurahan keatasnja, masing2 mengusahakan segala se
suatunja sedapat mungkin dengan tenaga dan harta
sendiri . Automatis kelurahan dan onderdistrik mi
liter haruslah mendjadi kenjataan . Lurah dan Tjamat
adalah dasar2 negara kita, adalah pemimpin dan
penggerak rakjat kita dalam perdjoangan gerilja
jang kita hadapi nanti. Kerahkanlah semua tenaga
jang berpengaruh dalam suatu badan apapun untuk
memperkuat dan membantu sendi² negara, apalagi
dalam masa perdjoangan rakjat jang kita hadapi.
208
Jokjakarta, Augustus 1948
MARKAS BESAR APRI ·

Kepala Staf Operatif


Kolonel A.H. Nasution

Sungguhpun dalam melaksanakan rasionalisasi


atau pada hakekatnja penjederhanaan itu , kita meng.
hadapi seribu-satu matjam kepelikan, tetapi dikalang
an perwira muda terdapat enthusiasme dan ke
gembiraan jang besar. Sudah lazim bahwa dalam hal
tindakan² jang radikal senantiasa terdapat banjak
penentang dan banjak pula jang menjokongnja.
Maka dengan rasionalisasi itu banjaklah bintang²
laksamana dan djenderal jang rontok. Hanja ting
gallah sadja kesan pada para ,,korban" bahwa saja
lah biangkeladi dari ,,pembersihan" bintang ini.
Dalam pelaksanaannja banjaklah terdjadi tawar .
menawar. Banjak komandan jang menawar kesatu
an jang lebih tinggi dari pada kemampuan jang ada
padanja. Mereka mengadjukan daftar² anggauta jang
berdjumlah besar dengan daftar2 persendjataan jang
fiktif. Orang jang hanja patut memperoleh ,,toewij
zing" bataljon lantas menawar ,,kartu brigade" atau
dengan kata lain, mereka jang hanja berhak atas
pangkat major menawar pangkat letnan kolonel.
Suatu pihak menjampaikan daftar dari 17.000 ang
gota dan untuk sebanjak , itulah mereka selama ini
memperoleh biaja, akan tetapi setelah kemudian di
periksa dengan teliti maka ternjata bahwa djumlah
jang sebenarnja hanja 3.000 orang. Sudah tentu de
ngan djalan itu banjaklah wang negara jang dibo
roskan untuk keuntungan perseorangan atau suatu
golongan tertentu, dengan tiada sedikitpun man
faatnja bagi negara.
Lebih sulit lagi menghadapi seorang komandan
jang mengaku bahwa didaerah pendudukan ia mem
punjai beribu2 anak buah, walaupun disana tidak
terdjadi sesuatu pertempuran . Dan djika toch ada

TNI II 14 209
terdjadi sesuatu maka bermuntjulanlah komandan
jang mengaku bahwa peristiwa itu adalah hasil ker
dja anak² buahnja. Djadinja mereka tak lain hanja
lah tukang tjatut perdjoangan dengan menipu rakjat
dan negara .

Kami memerlukan waktu jang lama sekali buat


perundingan2 dengan Djenderal Major Djokosujono
cs. Demikian pula kami lama berunding dengan Lak
samana Atmadji cs. jang menguasai 4 divisi tentara
laut dengan daftar jang memuat 80.000 orang ang
gauta. Menurut pertimbangan taktis, tiap keresidenan
direntjanakan untuk hanja mempunjai satu kesatuan
berupa brigade, jang mendjadi induk organisasi dari
bataljon² penggempur. Atas dasar inilah saja men
desak agar supaja kesatuan2 kelasjkaran dilebur ke
dalam brigade² jang telah ada dengan pemasukan
setjara satu demi satu bataljon. Pimpinannja diatur
demikian djika sebelum penggabungan, kesatuan
TRI lebih besar dari pada kesatuan² lasjkar, maka
komandan TRI-lah jang mendjadi komandan brigade,
dan demikian sebaliknja. Tetapi pihak kelasjkaran
tak dapat menerima usul ini. Maka achirnja Pang
lima Besar memutuskan bahwa mereka akan dima.
sukkan sebagai brigade² tersendiri kedalam divisi²
TNI jang akan dibentuk.
Lasjkar² Seberang merupakan suatu djalinan dari
pelbagai kesulitan jang lain pula.
Karena suasananja telah dipengaruhi oleh provo
kasi, maka sulit sekali bagi saja untuk berhubungan
dengan lasjkar2 Seberang, jang terdiri atas divisi²
Kris dan Pattimura, kesatuan² Kalimantan, Sulawesi
Selatan, Bali, Lombok dan Timor. Dikalangan mereka
sendiri terdapat banjak perpetjahan, dan kadang'
djuga perebutan pimpinan. Buat sementara pasukan²
itu keseluruhannja kami beri nama KRU X.
Seperti telah saja uraikan saja telah meminta ban
tuan kepada para gubernur Seberang, Dr. Ratulangi
(Sulawesi ) , Mr. Latuharhary (Maluku ) dan Mr. Ktut

210
Pudja ( Sunda-Ketjil) , untuk mengumpulkan pemur
ka² kelasjkaran dari daerah² mereka . Pada pertemu
an jang pertama jang djuga dikundjungi oleh para
gubernur jang bersangkutan, perwira penghubung
KRU X jang ditempatkan pada kantor saja, alm.
Kapten Usman Djafar, menganggap perlu melutjuli
semua teman jang hadir ditempat piket, untuk men
tjegah hal jang tidak diingini pada saat pembitja
raan mentjapai suasana jang se-panas²nja.
Pada fase pertama saja harus memberikan kon
sesi dengan menjetudjui pembentukan satu brigade
untuk masing2 daerah, dan kemudian mereka ber
sedia bergabung mendjadi satu brigade dibawah pim
pinan Letnan Kolonel Lembong atau Let. Kol. War
rouw. Tapi, karena telah diprovokasi bahwa katanja
Lembong mempunjai bagian dalam aksi Belanda di
Sulawesi Selatan dll. , dan karena ia pernah turut
dalam tentara Sekutu menjerbu ke Pilipina dan ke
mudian datang di Sulawesi dengan Knil, maka Lem
bong ,,djatuh". Dan Letnan Kolonel Warrouw men
djadi komandan , brigade.
Setelah dalam rapat jang pertama saja djelaskan
bahwa rentjana kami ialah hendak menjusun tenaga
mereka untuk diinfiltrasikan setjara luas nanti ke
Seberang pada saat petjahnja perang, dan hendak
mendjadikan mereka sebagai modal dalam penju
sunan tentara kelak di-daerah tersebut, maka pim
pinan kelasjkaran Seberang mulai menundjukkan
pengertiannja dan bahkan kemudian memberikan
bantuannja sebanjak mungkin. Adalah pula mera
pakan kesulitan besar bagi kami, bahwa dikalangan
mereka sendiri terdapat perselisihan2, terutama kare
na kadang2 ada lebih dari satu golongan pimpinan
jang mengaku ,,paling kompetent". Dan sajang sekali
waktu peperangan petjah kembali, penjelesaian pem;
bentukan brigade Seberang atau Brigade 16 ini , be
lum sampai kepada hasil jang kami tjita²kan.
Peleburan brigade2 kelasjkaran kedalam divisi²
TNI di Djawapun tetap sulit, dan pada waktu perang

211
petjah, soalnja belum dapat djuga diselesaikan. Se
perti telah kami sebutkan, pelaksanaan peleburan
ini didelegasikan kepada apa jang disebut para „ ge
delegeerde" Panglima Besar, jaitu Djenderal Major
Dr. Mustopo untuk Djawa Timur, Letnan Kolonei
Abimanju untuk daerah Solo · Pati · Semarang dan
Djenderal Major Sudibyo untuk Jogja - Kedu - Banju.
mas.

Peleburan TLRI dari Laksamana Atmadji dan


Djenderal Major Katamhadi mendapat banjak kesu
karan terutama didaerah Solo . Untuk daerah terse
but mereka tetap menuntut dua brigade tersendiri
jang masing2 dipimpin oleh Kolonel Jadau dan Ko
lonel Sujoto. Achirnja, djuga oleh karena ada desakan
dari Panglima Divisi Istimewa alm. Kolonel Sutarto,
Markas Besar terpaksa menjetudjuinja sadja, walau
masih merasa sangsi akan kekuatan persendjata
annja.
Tugas lain jang dipikulkan kepundak saja ialah
mempersatukan sekian banjak pasukan peladjar
lama masa agressi Belanda jang pertama. Sebegitu
jang telah didirikan dengan idzin Markas Besar se
djaun pasukan² ini umumnja bertempur sebagai pa
sukan2 infanteri biasa berdampingan dengan bata
ljon2 tentara kita. Saja merasa sajang sekali bahwa
tenaga peladjar itu dipergunakan setjara demikian
sadja. Saja anggap peladjar² pedjoang sebagai tjalon²
pemimpin jang potensiil, jang dalam masa perang
diperlukan untuk melakukan tugas² istimewa, seper
ti dalam staf, djawatan dan organisasi pertahanan
rakjat. Mereka dapat disusun dalam satu corps ter
sendiri sebagai tjadangan perwira² untuk tugas² is
timewa tadi. Telah kami alami sendiri di Djawa Barat,
betapa kurangnja tenaga² terpeladjar turut dalam
pimpinan kantong2 distrik dan onderdistrik militer.
Untuk memenuhi hasratnja akan perdjoangan dan
untuk memuaskan naluri patriotismenja, dapat kita
pahami, pemuda terpeladjar ini lebih suka langsung

212
memanggul senapan dan bertempur sebagai pradju
rit infanteri sadja.
Pada waktu itu ada Korps Peladjar serta Korps
Mahasiswa di Jogjakarta, Tentara Peladjar di Solo,
TRIP (TRI Peladjar) dan TGP (Tentara Geni Pela
djar ) di Djawa Timur, serta Tentara Peladjar jang
dihidjrahkan dari Djawa Barat. Sebagai gabungan
dari semuanja, dengan resmi saja bentuk Brigade
17, jang akan di-petjah2 kedalam detasemen² untuk
tiap daerah petempuran.
Usaha inipun menghadapi banjak kesukaran, dan
ketika agressi kedua datang, soalnja belum djuga
dapat diselesaikan. Pemuda peladjar terkenal sa
ngat dinamis dan tidak mudah menjesuaikan diri
dengan ketentaraan. TP Major Achmadi dan TRIP
dari Major Isman, terkenal dengan disiplin militernja
jang teguh sekali .
Organisasi ini telah pula diinfiltrir oleh aliran
politik jang sudah tentu sangat logis bagi partai²
jang sadar bahwa kesatuan peladjar itu menjimpan
potensi jang tinggi . Saja sendiri diprovosir katanja
hendak memperalat tenaga² peladjar buat maksud²
sendiri. Dalam menghadapi pelbagai rupa siasat dari
golongan² politik jang lebih berani dan lebih ,,achli"
dalam permainan serupa ini , umumnja kita terdesak
kekedudukan defensif belaka, atau bahkan • kalah .
Oleh karena itu pada achirnja Brigade 17 jang baru
kita bentuk ini tinggal hanja pada namanja sadja ,
dan komandannja , Letnan Kolonel Sudarto, kemudi
an minta dibebaskan dari tugasnja. Berat sekali bagi
nja menghadapi intrige² politik jang diselundupkan
kedalam organisasi ini . Perang gerilja jang akan
datang membuktikan, betapa besar keperluan kita
akan tenaga² terpeladjar untuk melantjarkan roda
territorial dari perlawanan rakjat.
Dipusat sendiri masih ada kesulitan dalam usaha
gai golongan, terutama djawatan² , penjelidikan per
sendjataan dan perlengkapan. Beberapa kali ter

213
paksa dipergunakan sedikit kekerasan. Kolonel Hida
fat ditugaskan mempersatukan dan merasionalisir
badan penjelidik jang berdjumlah banjak sekali,
dan Letnan Kolonel Suprajogi , sebagai Kepala Inten
dans, mengatur peleburan djawatan perlengkapan
dan persendjataan. Sementara itu Kolonel Gatot
Subroto, panglima Corps Polisi Militer jang baru,
berhasil melebur polisi tentara, polisi tentara laut
dan polisi kelasjkaran mendjadi satu corps polisi
militer. Memang telah sering terdjadi insiden ka
rena banjaknja matjam kepolisian, jang sering kali
bersaingan atau bertentangan.
Pokok jang dinjatakan setjara resmi sebagai alas
an oleh mereka jang berkeberatan atas reorganisasi
ini, adalah a.l. sebagai berikut.
Banjak jang menganggap belum waktunja menga
dakan reorganisasi, djustru pada saat kita sedang
menghadapi antjaman Belanda. Pada waktunja per
djoangan bersendjata sudah selesai, katanja, baru
lah reorganisasi dapat mulai diselenggarakan .
Padahal, untuk menjelamatkan pertahanan, djus
tru dalam waktu perang kita memerlukan reorgani.
sasi. Sering saja kemukakan bahwa panglima² di
medan perang senantiasa mengadakan reorganisasi,
oleh karena berobah-robahnja tugas jang dihadapi.
Ada pula jang mengukur kekuatan perang kita
atas dasar djumlah orangnja. Mereka berkeberatan
atas pengurangan djumlah tentara pada saat meng
hadapi antjaman Belanda . Atas dasar pengalaman,
saja tetap berpendapat bahwa lebih diperlukan kwa
litet dari pada kwantitet. Jang kita perlukan ialah
bataljon penggempur jang tjukup persendjataannja;
selebinnja adalan pasukan jang dimanfaatkan un
tuk tugas territorial, jang dalam keadaan serba
kekurangan seperti pada waktu itu , tidak terlalu
1
memerlukan sendjata.
Sebagian lainnja berpendapat bahwa pemberhen
tian anggauta tentara pada saat seperti itu, sosial,
$
ekonomis dan psychologis, tak dapat dipertanggung

214
djawabkan. Dalam alasan ini ada pula inti kebenar
annja. riarus diakui, memang kita kurang memiliki
kemampuan dalam mengorganisir projek² penam
pungan, dan hal² lainnja sematjam itu.
Achirnja ada pula dikemukakan alasan berhubung
dengan pertimbangan mengenai penilaian atas djasa².
Disamping kenjataan memang terdapat banjak pe
njelewengan dalam pelaksanaannja, dengan reorga
nisasi itu banjak orang jang merasa dibikin sakit
hati, karena menganggap bahwa djasa²nja jang lalu
kurang dihargai.
Akan tetapi, saja kira, hal jang paling menju
litkan persoalan sebenarnia adalah terlibatnja par
tai² politik dengan golongan² jang ada dalam keten
taraan. Sudah tentu mereka merasa amat berkepen
tingan untuk mengatur" perasaan dan sikap dari
golongan tersebut.

Djangan dilupakan sifat ,,amateurisme" dari ten


tara kita, atau se-tidak-nja adanja perasaan demikian
pada sebagian besar kalangan dalam tentara kita.
Sesungguhnjalah tentara kita boleh dikatakan ter
bentuk dengan serta merta, sebagai saluran bagi
hasrat perdjoangan bersendjata guna membela ke
merdekaan, dan sama sekali bukan sebagai tentara
upahan. Adalah keistimewaan tentara gerilja pula,
bahwa ia bertempur dengan didjiwai oleh sesuatu
ideologi, jang merupakan aspek azasi bagi pertahanan
rakjat total. Djadi perdjoangannja djuga mengan
dung sifat militer, politis, ekonomis dan psychologis
sekaligus ; sifat² jang memang djauh kurang diper
lukan dalam ketentaraan modern dengan corps² dan
divisi²nja. Hanja sajang sekali pertarungan kepar
taian itu djustru tidak membawa penjaluran ideologis
jang baik bagi hakekat perang gerilja jang sebenar
nja. Dan sifat ,,amateurisme" tadi sering pula me
njebabkan, bahwa soal Jang chusus militer dihadapi
se-mata² seperti soal politik, dengan tidak di-pisah²
kan sebagaimana seharusnja.

215
1

Maka karena itu kaburlah masalah² pertahanan


ini dalam kabut persoalan politik dalam negeri, chu
susnja politik kepartaian jang menjangkut kepen
tingan golongan dan perseorangan.
Baik di Djawa maupun di Sumatera, pelaksanaan
jang seksama dan sesuai dengan rentjana² semula,
ternjata tidaklah mungkin . Rentjana buat periode
sesudah ,,Renville" , jang pada mulanja hendak di
manfaatkan guna mempersiapkan diri jang se-bulat2
nja dalam menghadapi penjerbuan jang akan datang.
boleh dikatakan 90% gagal. Terlalu banjak tempo
dan tenaga jang dipergunakan untuk menjelesaikan
perselisihan dan mendjernihkan kekeliruan2. Akan
tetapi meskipun begitu toch ada djuga hasil funda
mentil jang kita tjapai, jaitu bahwa telah ada keteta
pan² dari pemerintah tentang penjatuan dan penje
derhanaan seluruh ketentaraan serta penjesuaian
nja dengan tugas² jang akan datang, sehingga ting
gal menunggu kesempatan jang baik sadja untuk
penjelenggaraannja.
Dalam suasana ,,Renville" itu, dapatlah difahami
tulisan Tan Malaka dalam kata pengantar „ ,Gerpolek"
nja jang dikeluarkan bulan Mei 1948, a.l. sebagai
berikut :

,,Sudah kepinggir kita terdesak! Sempitlah konon


sisa ruangan jang unggal bagi kita dalam hal politik,
ekonomi, keuangan dan kemiliteran. Inilah hasilnja
lebih daripada dua tahun berunding!
Lenjaplah sudah persatuan rakjat untuk menen
tang kapitalisme-imperialisme ! Lepaslah sebagian
besar daerah Indonesia kebawah kekuasaan musun.
Kembalilah sebagian besar bangsa Indonesia kebawah
pemerasan-tindasan Belanda. Berdirilah pelbagai
negara boneka dalam daerah Indonesia, jang bolen
diadu-dombakan satu dengan jang lainnja ! Katjau
balaulah perekonomian dan keuangan dalam daerahı
Republik Indonesia. Achirmja, tetapi tak kurang pula
pentingnja, ternjatalah pula tentara Republik oleh
tindakan Rekonstruksi dan Rasionalisasi, jang dalam

216
hakekatnja menukar tentara Republik mendjadi ten
tara kolonial : Satu tentara terpisah dari rakjat,
diongkosi oleh rakjat untuk menindas rakjat itu
sendiri" .
Ditempat lain ia menulis :
99. ........... Revolusi Indonesia bukanlah re
volusi nasional se-mata², seperti ditjiptakan oleh be
berapa gelintir orang Indonesia, jang maksudnja
tjuma membela atau merebut kursi buat dirinja sa
dja, dan bersiap- sedia menjerahkan semua sumber
pentjaharian jang terpenting kepada semuanja bang
sa asing, baik musuh atau sahabat.
Revolusi Indonesia mau tak mau terpaksa me
ngambil tindakan ekonomi dan sosial serentak de
ngan tindakan merebut dan membela kemerdekaan
100 %. Revolusi kemerdekaan Indonesia tidak bisa
diselesaikan dengan dibungkusi dengan revolusi na
sional sadja. Perang kemerdekaan Indonesia harus
diisi dengan djaminan sosial dan ekonomi....
Baru apabila para wakil rakjat jang dipilih oleh
rakjat Indonesia sendiri atas pemilihan jang demo
kratis (umum, langsung dan rahasia) , baru apabila
para wakil rakjat jang sesungguhnja itu memegang
pemerintahan Indonesia, disamping lebih kurang
60% kebon, pabrik, tambang, pengangkutan dan bank
modern berada ditangan rakjat Indonesia, barulah
revolusi - nasional ada artinja dan ada diaminan
99
nja, bagi Murba Indonesia (Gerpolek,
hal. 14, 15).
Patut mendapat perhatian dari para pedjoang
gerilja kita adalah uraian Tan Malaka dibawah ini
tentang perang rakjat, jaitu pokok² jang sering di
djadikan bumbu pidato oleh para pemimpin dan
perwira kita.
" ..... Perang kemerdekaan Indonesia
tiada akan berharga sepeserpun bagi kaum Murba,
kalau hasilnja tjuma menukar pemerintah asing de
ngan pemerintah Putera Bumi ; kalau tjuma menukar

217
pemerintahnja orang kulit putih dengan pemerintah
orang berkulit tjoklat. Pemerintah orang berkulit
tjoklat akan langsung atau tidak langsung, tjepat
atau lambat mendjadi pemerintah boneka, kalau
100 % kebon, pabrik, tambang, pengangkutan dan
bank berada ditangan asing, seperti dizaman Hindia
Belanda.
Perang kemerdekaan Indonesia baru berhasil, ka
lau sehabis perang djuga (bukan kelak kemudian
hari !) 100% para pemimpin negara langsung dipilih
dan bisa diperhentikan oleh rakjat Indonesia. Dan
kalau disamping pemerintah jang 100 % Indonesia
itu sekurangnja 60% kebon, pabrik, tambang, pe
ngangkutan, bank dan lain²nja dimiliki , dikuasai,
diurus dan dikerdjakan oleh negara dan Murba In
donesia .... ....
Bukan nanti, melainkan sekarang djuga ! Ini be
rarti bahwa tak seorangpun anggota tentara atau
polisi Belanda boleh tinggal dibagian mana sadja
di Indonesia! Ini pula berarti, bahwa semua harta
benda musuh harus disita, dibeslag, diambil oper,
zonder diganti kerugian. Pensitaan itu adalah tjo
tjok dengan hukum perang jang sudah diakui oleh
dunia Internasional………………
...
Tetapi dalam hal persendjataanpun kita djauh
daripada harus berpangku tangan sadja. Insjaflah
bahwa kita dari tingkat lasjkar bambu runtjing su
dah sampai ketingkat tentara jang bersendjata bedil,
tommy-gun, mitraljur, mortir, meriam dan pesawat
udara.
Sembarang pradjurit dapat mentjeriterakan pe
ngalamannja menghadapi tank dan pesawat terbang,
ialah dua sendjata jang menjebabkan kelebihan ten
tara Belanda pada perdjoangan didarat dan udara.
(Perang laut adalah faktor atau perkara jang pen
ting sekali untuk kita. Tetapi dalam perang kemer
dekaan ini perang laut itu bukanlah faktor jang
terachir bagi kita ! Artinja itu , kalau kita dapat me
nang didarat zonder menang dilaut, Belanda akan

218
terpaksa djuga meninggalkan Indonesia ! Belanda
tidak akan bisa hidup dengan air laut kita sadja !)
Kembali kita kepada tank dan pesawat tadi ! Tank
biasanja dibiarkan sadja oleh pradjurit kita mondar
mandir didjalan raja. Tetapi tank tjuma sanggup
menguasai djalan raja sadia. Itupun kalau tiada
berdjumpakan barang peledak atau torpedo berdjiwa.
Sebentar sadja sipengemudi tank mengeluarkan ke
palanja keluar tank buat mentjari makanan atau
air minum, maka pada saat itu pula dia akan disam
but oleh pelor atau udjungnja bambu-runtjing. Tak
sedikit tank jang rusak atau direbut oleh pradjurit
kita. Insjaflah bahwa semuanja sendjata kita itu
adalah sendjata jang direbut dari tangannja musuh.
Pesawat biasanja terbang tinggi. Dalam hal itu
sang pradjurit bisa meniarap ditanah tiada mendapat
gangguan. Sekiranja pesawat itu terbang rendah
sang pradjurit segera mempergunakan mitraljur sa
dja, ialah kalau dia tiada mempunjai alat penangkis
serangan udara. Distasiunnja, ditanah, pesawat itu
selalu berada dalam bahaja kebakaran dan kemus
nahan oleh barisan terpendam !

Pendeknja pradjurit jang berpengalaman tiada


menganggap tank dan pesawat itu sebagai kelebihan
mutlaknja tentara Belanda. Kelebihan dalam kedua
sendjata itu dapat diatasi dengan kelebihan jang ada
pada pradjurit dan rakjat Indonesia dalam sekurang
nja lima perkara seperti tersebut diatas.

Kesimpulan :
Mengingat kelebihan kita dalam beberapa perkara
jang penting tertentu dan kekurangan kita pula dalam
beberapa perkara jang lain . maka timbulian perta
njaan dihati kita, jakni : Siasat apakah jang terbaik
buat kita untuk memperoleh kemerdekaan 100% itu ?
Mengingat pula, bahwa lebih kurang 700.000 mil
persegi ruangan daratan Indonesia dan 4.500.000
mil persegi tanah dan air Indonesia dengan gunung,

219
hutan dan rimba-rajanja, maka mustahil seribu
kali mustahil akan dapat direbut serta dipertahan
kan oleh 150.000 tentara Belanda itu , asal sadja
70 djuta rakjat itu tetap menolak pendjadjahar .
dan pradjuritnja terus menerus menjerang , maka
kita berani memutuskan, bahwa siasat jang terbaik
buat kita ialah : Kalau kita terpaksa, kita buat se
mentara waktu akan menjerahkan sebagian daerah
kita untuk memelihara pradjurit dan sendjata. Di
samping itu kita akan mempergunakan tempo untuk
memperlemah musuh dan memperkuat diri kita de
ngan persatuan jang kokoh dalam politik, siasat
perang dan perekonomian, jang semuanja didasarkan
atas perdjoangan rakjat ; jakni : Perang seluruh rak
jat disemua kepulauan Indonesia terus-menerus.
Tak ada tempat dan tempo buat membangun dan
beristirahat bagi Belanda.
Perang rakjat, ialah perang dalam semua lapangan
hidup, ialah dalam perkara : 1. kepradjuritan ,
2. politik , 3. ekonomi, dan lain²nja
(Gerpolek hal. 33, 34, 35, 36 ) .
Mengenai perang gerilja diuraikannja sbb.:
,,Apakah dasar prang gerilja itu ?
Dasarnja ialah : Madju untuk menghantjurkan mu
suh dan mundur supaja djangan dihantjurkan oleh
musuh.

Memang ini dasar semua peperangan ! Tetapi pe


rang gerilja jang terdiri dari sedikit pradjurit dan
bersendjata sederhana sadja , mentjamkan dasar ma
dju mundur itu dengan sekaligus ! Madju - mundur
didjalankan setjara sekaligus pula !
Taktik itu terutama :

1. Lakukanlah serangan pura-pura !


2. Djangan bertempur dilapangan terbuka.
3. Mundurlah kalau diserang oleh pasukan jang
kuat.
4. Kepung dan hantjurkanlah pasukan musuh
jang ketjil.

220
5678
5. Pantjinglah musuh kedalam perangkap.
6. Terkamlah musuh dengan sekonjong-konjong.
7. Pusatkan tenaga keurat-nadi musuh !
Sambarlah dengan tjepat-hebat seperti kilat
petir !
Menghilanglah • dengan tjepat tak kelihatan
seperti topan !
Banjak sekali tipu jang dapat dida
sarkan kepada kepentingan hidup serdadu musuh .
Serdadu musuh jang lapar boleh dipantjing masuk
perangkap oleh seorang-dua gerilja jang pura² me
ngangkut bahan makanan seperti sajur, padi, ajam,
kerbau dan lain❜nja didepan musuh. Atau seorang
dua gerilja berpakaian wanita bisa melenggang² di
depan mata serdadu musuh ! Serdadu musuh jang
kelaparan dalam se-gala² itu dapat dilutjuti dan di
singkirkan disekitar perangkap jang sudah disiapkan
lebih dahulu !

Perang gerilja di Tiongkok jang berlaku puluhan


tahun lamanja itu , serta sedjarah perang kita sendiri,
sudah memberikan bukti jang se-djelas²nja bahwa
taktik gerilja itu bisa mendapatkan sendjata apa
sadja dari musuh, walaupun sang gerilja tjuma ber
modalkan sendjata bambu runtjing sadja.
Pasukan gerilja jang terdiri dari lima
puluh orang, bersendjatakan karaben bersama satu
dua mortir atau mitraljur, sanggup mendapatkan
hasil jang mengagumkan. Satuan gerilja jang terdiri
dari lima puluh orang itu , haruslah didjadikan pa
sukan pelopor untuk memimpin lasjkar rakjat jang
lima sampai sepuluh kali sebesar itu, jang bersendja
takan bambu runtjing, golok dan granat . Gabungan
lasjkar gerilja rakjat, jang terdiri dari tigaratus
sampai enamratus orang itu adalah pasukan militer
jang dahsjat buat menghantjurkan konvoi ( kiriman)
dan pos musuh jang terpentjar serta buat meram
pas gudang persendjataan musuh. Lasjkar gerilja
sebesar itu, apabila bisa bergerak tjepat (sekarang

221
dia terdengar menjerbu disini , besok disana, tjepat
datang dan tjepat hilang, hampir tiada kelihatan)
adalah sangat membingungkan, menggelisahkan dan
menakutkan musuh, seolah-olah musuh berada di
pinggir kawah gunung : Tak tahu kapan ditimpa
mara bahaja ....
Satu daerah sadja, ialah Atjeh dibela oleh sang
gerilja jang bersendjatakan rentjong sadja, sudah
tak dapat seluruhnja ditaklukkan oleh Belanda se
lama hampir empat puluh tahun.
Apalagi Indonesia, kalau dipertahankan oleh se
luruh rakjat, dengan sendjata jang djauh lebih leng
kap, sambil mempergunakan semua siasat perang,
jang dipusatkan kepada siasat gerilja itu!
(Gorpolek, hal. 40, 41, 42, 43).
Tentang sistim ketentaraan kita, Tan Malaka me
ngandjurkan demikian :
1. Tentara dan Lasjkar :
Tentara jang mendjadi idaman kita, ialah Tentara
Rakjat.
Tentara rakjat, ialah tentara jang terdiri dari rak
jat, jang berdjoang untuk kepentingan dan tjita?
rakjat. Dalam masa revolusi, maka kewadjiban tentara
rakjat jalah mendjalankan proprogram politik rakjat
Murba. Dalam masa revolusi itu, tentara rakjat adalah
tentara revolusioner jaitu tentara jang berpolitik re
volusioner. Pimpinan, latihan, persendjataan, organi
sasi, administrasi dan siasat perang tentara rakjat
diselenggarakan oleh pemerintah rakjat pula. Peme
rintah rakjat itu adalah suatu pemerintah jang ber
kemauan dan berpolitik tjotjok dengan kemauan dan
berpolitik rakjat jang berevolusi.
Lasjkar gerilja , ialah lasjkar rakjat djuga. Tetapi
lasjkar gerilja mengutamakan taktik perang gerilja
dan terdiri dari satuan ketjil atau gabungan dari
beberapa satuan ketjil. Lasjkar gerilja bisa menjamar
sebagai petani atau buruh. Tetapi sanggup pula
menjerbu setjepat kilat dan hilang leniap seperti
angin kembali ketengah Murba pekerdja. Lasjkar ge

222
rilja membantu tentara rakjat dikedua sajap atau di
belakang front musuh, mengatjau-balaukan pos, kon
vooi, perlengkapan dan persiapan musuh. Lasjkar ge
rilja didirikan atas inisiatif rakjat Murba, serta dibe
landjai oleh rakjat.
Dimana tentara rakjat tak ada, maka tentara ge
rilja boleh mengambil pimpinan sendiri atas sega
la-galanja. Dalam hal ini lasjkar gerilja boleh mem
bentuk pemimpin dan mengerahkan lasikar rakiat
setjara besaran atas dasar taktik gerilja dan dengan
lasjkar gerilja sebagai pelopor.
Lasjkar gerilja dapat diterima mendjadi bagian
dari pada tentara rakjat. Demikian pula tentara
rakjat boleh mengutamakan taktik gerilja setjara
besar-besaran.
Tentara rakjat, lasjkar rakjat atau lasjkar gerilja,
bukanlah tentara federal atau tentara apa sadja
Jang dibentuk oleh kerdja-sama dengan Belanda .
Opsir KNIL atau KMA dalam seluruhnja revolusi
ini belum pernah menundjukkan initiatif, ketjakapan
dan keulungan lebih daripada opsir bentukan Dje
pang dalam tiga atau enam bulan. Boleh dikatakan
hampir seluruhnja tentara, lasjkar dan barisan rakjat
jang berdjasa dalam revolusi ini. adalah hasil initi
atif atau usaha rakjat/pemuda. Didikan serta latihan
kader opsir tjap KNIL dan KMA akan memakan
ongkos terlampau besar, jang tiada dapat dipikul
rakjat jang sudah miskin itu. Bagaimana didikan
dan latihan kader opsir Republik sesudah merdeka
100% , kelak akan ditentukan oleh filsafat politik
dan sifatnja Republik Indonesia, serta oleh kemadju .
an industri Indonesia pula.
Ini adalah urusan rakjat Indonesia semata-mata.
Bukannia urusan Belanda, ataupun urusan jang bo
leh ditjampuri oleh Belanda. Dalam perang dunia jang
tara di Indonesia dengan nama tentara federal atau
keulungan dalam kemiliteran. Kita tak boleh mengi
zinkan Belanda kembali ikut serta membentuk ten
tara di Indonesia dengan nama tentara federal ata!!

223
dengan nama apa sadja. Semua matjam tentara jang
dibentuk Belanda itu akan bersifat kolonial. Tentara
federal itu akan berarti satu tentara jang terpisah
dari rakjat atas ongkosnja rakjat, buat menindas
rakjat itu sendiri. Mempertjajakan 70 djuta rakjat
kita kembali kepada tentara jang dibentuk oleh tu
kang warung Belanda berarti memantjing kembalinja
malapetaka, seperti pada tanggal 8 Maret 1942 !
2. Susunan Lasjkar Gerilja.
Sebenarnja lasjkar gerilja tak memandang kelas
(golongan) diantara rakjat Indonesia. Anak ningrat,
anak saudagar, anak buruh atau anak tani boien
mendjadi anggauta lasjkar gerilja atau memimpin
satu pasukan gerilja. Asal sadja dia menganut poutik
dan program kemerdekaan 100 %. Jang mendjadi
ukuran terachir baginja ialah kedjudjuran dalam
politik kemerdekaan itu, ketjakapan bertempur atau
memimpin. .....
Saling mengerti dan saling merasa itulah pangkal
nja usaha tolong-menolong. Dan sifat suka tolong-me
nolong itulah pula djiwanja sesuatu susunan (organi
sasi ) apa lagi satu susunan untuk bertempur. Begitu
pula buat melantjarkan pimpinan serta komando
pertempuran, maka sebaiknjalah pula para opsir itu
dipilih dari masing? golongan : pasukan buruh dipim
pin oleh opsir buruh, pasukan tani oleh opsir tani,
djembel kota oleh intellek djembel dan sebagainja,
disekitar masing2.
Sudahlah tentu opsir dari golongan apapun djuga,
asal djudjur dan setia kepada pasukannja boleh
mendjadi opsir.
Supaja boleh ditjotjokkan dengan keadaan jang
sudah ada disekitar kita sekarang, maka pandangan
hidup dan haluan politikpun boleh pula dipakai seba
gai ukuran. Lasjkar dan barisan sekarang mengam
bil dasar keagamaan, dan haluan politik kebangsaan
atau kemurbaan. Kita kenal ketabahan lasjkar His
bullah, jang bersandar pada keagamaan itu. Kita
kenal pula pada kekuatan barisan Banteng, serta ke

224
tangkasan barisan Pemberontak, Lasjkar Rakjat
dan sebagainja, jang bersandar kepada politik ke
bangsaan atau kemurbaan.
Semuanja ini tiada mendjadi halangan untuk mem
bentuk lasjkar gerilja atau menggabungkan bebe
rapa lasjkar jang aua. Jang terpenung puat sesuatu
lasjkar gerilja ialah taktiknja berdjoang dan tjara
nja menggabungkan dirinja dengan masjarakat se
Kitarnija.
Ringkasnja lasjkar gerilja boleh disusun menurut
pekerdjaan ( golongan ) dan boleh pula menurut pan
dangan hidup dan haluan politik (keagamaan, ke
bangsaan atau kemurbaan-keproletaran ) .

3. Tempatnja gerilja

Dalam pertempuran jang dilakukan didalam da


erah Republik, maka lasjkar gerilja seharusnja dan
sedapatnja kerdja sama dengan pimpinan tentara Re
publik jang berdjoang. Lasjkar gerilja membantu
tentara resmi disemua tempat jang ditunjukkan
oleh tentara resmi revolusioner. Dalam hal ini maka
lasjkar gerilja melakukan pekerdjaan disajap kiri
atau sajap kanan musuh atau dibelakang frontnja
musuh itu.
Tetapi lasjkar gerilja harus memegang teguh pen
diriannja, jakni kemerdekaan 100 %. Dia akan me
neruskan perdioangannia terbuka atau tertutup,
sehingga kemerdekaan 100 % itu tertjapai. Dalam ke
adaan ,,gentjatan sendjata” maka dia terus berpedo
man kepada kemerdekaan 100 % . Dia akan mau ber
henti kalau kemerdekaan 100% terdjamin. Dan dia
akan terus berdjuang,terbuka atau tertutup, ialah
menurut kekuatannja, kalau ,,gentjatan sendjata"
itu tiada berarti pengakuan kemerdekaan 100 %, ia
lah kemerdekaan dalam hal politik, ekonomi, urusan
luar negeri, kemiliteran dan keuangan buat seluruh
nja Indonesia. Berhubung dengan haluan politiknja
itu maka organisasi lasjkar gerilja terlepas dari pa

TNI II 15 225
da organisasi tentara resmi, atas dasar : Berpisah
menjusun dan bersatu menggempur !
Didaerah pendudukan Belanda dan didaerah atau
dipegunungan jang terkepung oleh tentara musuh,
maka laskar gerilja adalah sumber dari segala-ga
lanja. Dalam nal ini lasjkar gerilja akan memimpia
pertempuran, politik , sosial dan perekonomian rak
jat.
Disinilah lasjkar rakjat menjandarkan taktik ge
rilja itu kepada politik dan ekonomi.
(Gerpolek, 62, 63, 64, 65).
Dengan djuga mengutip gagasan² Tan Malaka se
perti diatas, maka djelaslah bahwa dalam sama-sama
mentjari djalan atau konsep perlawanan rakjat itu,
djustru dalam suasana pergolakan politik jang ga
wat dan bersifat pantja muka atau kompleks , terbe
namlah persoalan pertahanan jang pokok, sehingga
tidak djelas lagi pangkal dan udjungnja. Sjukurlah
bahwa achirnja toch tertjapai penjelesaian.
Seperti telah ditundjukkan, maka karena kekeli
ruan paham, penjusunan pelbagai organisasi dari TRI
gaja lama untuk disesuaikan dengan tugas² operasi,
banjak membawa effek jang merugikan. Banjak ter
djadi pelaksanaan jang tidak objektif karena terdo
rong oleh sentimen, sehingga menimbulkan ketjem
buruan dan iri hati pada pihak jang merasa dianak
tirikan. Suasana demikian sudah tentu merupakan
tanah jang subur bagi provokasi.
Djadi tindakan² rasionalisasi itu oleh kalangan²
jang tidak mendapat tempat dalam bataljon² mobil
(„ kelas satu” ) memang kadang2 diartikan sebagai
pengingkaran atas djasa² perseorangan mereka,,, ge
hingga mereka didepak" kedalam kesatuan ,,kelas
dua" atau diperhentikan . Sudah tentu dalam keadaan
darurat seperti itu, dalam keadaan kurang biaia dan
kurangnja kemampuan organisasi, dan koordinasi,
pemberhentian serta penampungannja tidak bisa di
selesaikan dan diselenggarakan dengan sangat me
muaskan. Sudah dapat diduga akan terdjadinja pem

226
berhentian jang tidak lajak , jang oleh pihak ber
sangkutan bisa dirasakan sebagai ,,habis manis se
pah dibuang". Djasa memang berhak atas penghar
gaan, hanja dalam hal diatas penghargaan itu sema
ta-mata diartikan menetap berdinas dalam ketenta
raan dengan dibiajai oleh rakjat dan negara.
Pada pendapat saja, asalkan reorganisasi dilaksa
nakan dengan seksama, pemberhentian² itu sebenar
nja tidaklah perlu . Oleh karena itu kita perlu mene
liti djumlah orang2 jang sebenarnja dari semua kesa
tuan ex-TRI dan ex-Lasjkar.
Maka dengan bantuan Kepala Intendans Let. Koi.
Suprajogi, kita adakan steek-proeven, pemeriksaan
jang teliti disana -sini. Ternjata kebanjakan angka²
dalam daftar pembiajaan djauh lebih tinggi dari pada
jang seperlunja. Banjak pendjabat jang didjuluki mee
eters (artinja turut makan ) , jang dibontjengkan pa
da dinas perawatan tentara. Maka tak mengherankan
djika tenaga jang terdapat dalam sektor² pertahanan
djumlahnja berlipat ganda dari kekuatan TNI jang
sebenarnja .
Sebuah komisi pemeriksa jang beranggautakan.
orang2 terkemuka, diantaranja Gubernur Djawa Ba
rat M. Sewaka , sering mengalami sendiri kenjataan
bahwa seorang komandan kesatuan tidak dapat mem
buktikan sampai dimana riilnja djumlah angka² jang
terdapat dalam daftar pembiajaan pasukannja.
Oleh karena itu dengan dirapikannja organisasi
dan administrasi sadiapun, sebenarnja 90% dari
tudjuan sudah boleh dikatakan tertjapai, dan bebe
rapa nol dari angka pembiajaan akan hilang. Setiap
patriot pasti akan menangis menghadapi kenjataan,
betapa perdjoangan kita telah dikorupsikan oleh
orang jang berkedok seperti „, pedjoang". Akan te
tapi disamping itupun , dengan tiada mengetahui du
duk perkara jang sebenarnja, orang sudah melan
tjarkan provokasi " , bahwa dengan reorganisasi itu
akan diperhentikan ratusan ribu pedjoang jang ber

227
djasa, katanja, sebagai ,,habis manis sepah dibuang”.
Dalam keadaan demikian sesungguhnjalah banjak
terdjadi pemberhentian jang memilukan hati. Darı
Divisi Siliwangi sendiri banjak anggota² jang pulang
dengan berdjalan kaki ke- Djawa Barat. Kami jang
duduk pada kursi pimpinan tentara sudah tentu me
rasa sedih pula sebab merasa tidak mampu mangatur
penjelenggaraan dengan sempurna.
Pemerintah telah menjerahkan tugas chusus un
tuk menjelenggarakan penampungan akibat rasiona
lisasi ini kepada Kementerian urusan Pembangunar
dan Pemuda, dengan menterinja pemuda Supeno dan
sekretaris djenderalnja Harun. Dalam Penetapan Pe
merintah tahun 1948 no. 2 tgl . 22 Maret ditetapkan
ketentuan2 sbb.:

I. Terhitung mulai tanggal 1 April 1948 diserahka


3
kepada Menteri Pembangunan dan Pemuda penje.
lenggaraan urusan² mengenai :
a. pemberian pekerdjaan (werkverschaffing ) ;
b. transmigrasi ;
c. pendidikan tenaga muda dalam suatu vak ;
d. penempatan tenaga akibat rasionalisasi.
II. Semua kekuasaan dan kewadjiban mengenai uru
san sebagai termaksud dalam pasal I dari Pene
tapan ini, pindah dari Menteri Perburuhan dan So
sial kepada Menteri Pembangunan dan Pemuda.

."
Kementerian ini menjusun Penetapan Presiden
tahun 1948 no . 3 jang berbunji :
Bab. I
Umum
Pasal 1.
Untuk keperluan penjelesaian rasionalisasi Ang
katan Perang, maka para anggota tentara jang di
berhentikan dari djabatannja karena rasionalisasi
itu dibagi atas :

228
a. mereka jang dikembalikan ke-desa² ( selandjutnjɔ
disebut golongan a) ;
b. mereka jang dipekerdjaan di-perusahaan² jang
diselenggarakan oleh Kementerian Pembangunan
dan Pemuda ( selandjutnja disebut golongan b) ;
c. mereka jang dipekerdjakan di-perusahaan² lain jg.
diselenggarakan oleh sub-Territorial Komando , pe
rusahaan-perusahaan mana tidak boleh mendjadi
tanggungan Kementerian Pertahanan (selandjut
nja disebut golongan c ) ;
d. mereka jang tidak termasuk golongan a, b dan c
(selandjutnja disebut golongan d) .

Pasal 3.

(1) Kepada masing2 dari golongan a dan d pada wak


tu diberhentikan , diberikan tundjangan sekaligus
dan untuk satu kali sadja sebesar 6 (enam ) ka
li djumlah gadji pokok sebelumnja dengan pemba
tasan, se-kurang2nja Rp. 300, - (tiga ratus rupiah)
dan se-banjak nja Rp. 1500, - (limabelas ratus)
rupiah) .

Pasal 4.

Untuk mempekerdjakan mereka termasuk golo


ngan b atau golongan c, maka Kementrian Pemba
ngunan dan Pemuda atau Sub-Territorial Komando
mendapat dari Kementrian Pertahanan selama 6
(enam ) bulan, sebulannja untuk tiap2 orang jang di
pekerdjakan itu uang sedjumlah 1 ( satu ) kali gadji
pokoknja dengan pembatasan se-kurang²nja Rp. 50,—
(lima puluh rupiah) ditambah dengan djaminan
makanan sesuai dengan djatah pradjurit atau uang
seharga djatah tersebut.
Bab II
Pengembalian kedesa
Pasal 5.
Djumlah kekuatan dari golongan a ditetapkan un
tuk masing2 desa rata² 10 orang.

229
Pasal 6.
(1) Komandan Sub-Territorial, Kepala Daerah dan
Kepala Kemakmuran Daerah di-tiap2 keresiden
an merundingkan, segera setelah menerima pera
turan ini, tjara menjelesaikan pengembalian be
kas tentara kedesa, seperti jang dimaksud dalam
peraturan ini.

Pasal 7.
(1 ) Mereka tersebut dalam pasal 6 menetapkan djum
lah bekas anggota² Angkatan Perang jang akan
dikembalikan ke-desa² jang letaknja dalam kere
sidenan jang bersangkutan .
( 2 ) Djumlah tsb. dalam ajat (1 ) ini diambilkan dari
mereka jang diberhentikan dari djabatannja ka
rena rasionalisasi Angkatan Perang.

Pasal 8.
(1 ) Komandan Sub-Territorial menundjuk dari anta
ra bekas anggota² Angkatan Perang tsb. dalam
pasal 7 ajat (1 ) untuk dikembalikan ke-desa .
(2 ) Dalam hal ini, diusahakan agar masing2 bekas
tentara jang bersangkutan dikembalikan atas
dasar sukarela dan kedesa asalnja.

Pasal 10.

Bekas anggota² tentara jang akan dikembalikan


kedesa itu dikumpulkan dipusat kabupaten atau di
lain tempat. Kepada mereka diberikan surat kete
rangan menurut tjontoh terlampir, disertai pendjela
san-pendjelasan seperlunja dari pihak tentara dan
pamong pradja.
Pasal 11.

(1 ) Bekas anggota² tentara jang dikembalikan kede


sa menurut peraturan ini mendjadi anggota ma
sjarakat desa, ketjakapan jang telah mereka pero
leh selama didalam ketentaraan dapat diperguna

230
kan oleh masjarakat tersebut untuk pendjagaan
keamanan , pemberantasan mata2 musuh, perta
hanan rakjat , pendjagaan bahaja udara, pene
rangan, pemberantasan buta huruf dan lain se
bagainja .
(2) Kepada mereka diberikan tuntunan oleh bupati
dan pendjabat2 pamong pradja lainnja, dibantu
oleh Komandan Distrik Militer.
Pasal 12.
Oleh Panitia Pengembalian Tenaga jang diada
kan di-tiap2 disterik militer (kabupaten) diselengga
rakan daftar² jang mengenai keterangan tentang diri,
tempat tinggal, pemindahan dan lain2 dari masing2
bekas tentara jang dikembalikan kedesa.
Pasal 13.
Se-lambat²nja satu minggu setelah menerima
peraturan ini dari kepala staf Territorial Djawa,
maka mereka tsb. dalam ajat ( 1 ) pasal 6 dan 7 dia.
tas melaporkan kepada pusat (bagi Komandan Sub.
Territorial kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan
kepada Kementerian Dalam Negeri dan bagi Kepala
Kemakmuran Daerah kepada Kementerian Kemak
muran) rentjana² termaksud dalam pasal 6, dengan
memberitahukan djumlah jang dimaksud dalam pa
sal 7.

Bab III
Penempatan tenaga bekas tentara di-perusahaan²
dan lain2 jang diselenggarakan oleh Kementerian
Pembangunan dan Pemuda.
Pasal 15.
Oleh Komandan Sub-Territorial ditundjuk dari an
tara bekas anggota² tentara dikeresidenan jang diper
hentikan darı djabatannja karena rasionalisasi Ang
katan Perang, untuk dipekerdjakan di-perusahaan”
dan lain2 jang diselengarakan oleh Kementerian Pem
bangunan dan Pemuda.

231
Pasal 16.

( 1 ) Jang ditundjuk menurut pasal 15 diatas harus


melaporkan diri kepada Komandan Sub-Territo
rial dengan perantaraan bekas komandan resi .
mennja.
(2) Komandan Sub-Territorial selandjutnja dalam
waktu se-singkat2-nja memberi laporan kepada
Kementerian Pembangunan dan Pemuda, Kepa
la Staf Angkatan Darat dan Kepala Territorial
Djawa dan menjerahkan mereka jang akan dipe
kerdjakan itu kepada bagian2 Kementerian Pem
bangunan dan Pemuda didaerahnja jang diserahi
urusan ini.

Bab IV
Penempatan tenaga bekas tentara di-perusahaan
dan lain2 jang diselenggarakan oleh
Sub-Territorial Komando
Pasal 19.

Oleh Komandan Sub-Territorial ditundjuk dari


antara bekas anggota² dikeresidenan jang diberhenti
kan dari djabatannja karena rasionalisasi Angkatan
Perang, untuk dipekerdjakan di-perusahaan² dan
lain² jang diselenggarakan oleh Sub-Territorial Ko
mando sendiri.

Pasal 21 .

Guna penjelenggaraan perusahaan² dan lain2 ter


maksud dalam bab IV ini, maka Sub-Territorial Ko
mando mengusahakan bantuan se-luas²nia baik dari
djawatan lain maupun dari pihak partikelir. Satu sa
ma lain tidak boleh bertentangan dengan maksud ra
sionalisasi Angkatan Perang.

Tapi rentjana jang bagus ini tak dapat dilaksa


nakan, dan ketika 5 bulan kemudian Belanda melan.

232
tjarkan agressinja jang kedua kali, rasionalisasi jang
kita ribut2-kan itu se-olah telah meninggalkan luka
pada tubuh Republik dan pada hati orang2 jang ber
sangkutan. Dan Menteri Supeno sendiri gugur seba
gai kusuma bangsa sebelum tugasnja selesai , sedang
pembantunja jang terpenting kemudian mendjadi pe
gawai kehakiman Belanda.
Sebagai kesimpulan kemudian harus diakui, bah
wa rasionalisasi dan rekonstruksi tsb. , bagaimana
baikpun maksudnja , tidak mendapat tjukup dukung
an dan pengamanan politis, sehingga hanja dilaksa
nakan dengan setengah² dan telah mendjadi bahan
atjara pergolakan politik setjara amat merugikan.
13. Reorganisais dan Rasionalisasi (III)
Pada tanggal 14 September 1948 ,

ketika reuni perwira perwira menengah di Magelang


dibawah pimpinan Djenderal Sudirman masih ber
langsung, Kepala Staf Pertahanan Djawa Tengah me.
laporkan bahwa di Solo telah terdjadi penjerangau
terhadap suatu pasukan Siliwangi oleh pasukan-pasu
kan dari Komando Pertempuran ,,Panembahan Se
nopati". Segera Panglima Besar mengambil tidakan '
untuk melokalisir pertikaian dan memerintahkan su
paja tidak ada satupun pasukan Siliwangi jang me
ninggalkan tempat, artinja agar supaja pasukan2
Siliwangi jang lain djangan membantu rekan-rekan
nja jang mendapat serangan itu . Segera pula diperin
tahkan konsinjasi umum atas segala pasukan di Dja
wa Tengah .
Sesungguhnjalah telah terdjadi penjerangan atas
bataljon Rukman dari Siliwangi oleh beberapa pasu
kan setempat di Tasikmadu ( Solo ) . Major Rukman
telah diperintahkan oleh komandan KRU supaja
membela diri, akan tetapi guna menghindarkan ter
djadinja clash jang lebih luas antara kita sama kita
maka telah diperintahkan pula agar bataljon² Siliwangi
lainnja djangan bergerak. Pada achirnja para pe
njerang itupun mundur djuga. Major Rukman tak

233
dapat lagi menahan hati anak buahnja. „ Lebih baik
pulang ke Djawa Barat dari pada berperang sau
dara”, katanja. Maka dengan inisiatif sendiri dan de
ngan tjara kelompok dem kelompok mereka menju .
sup kembali kedaerah Tjirebon.
Dikota Solo sendiri pada tanggal 14 September
itu telah terdjadi suatu serangan oleh beberapa ba
taljon pasukan setempat terhadap asrama tentara Sili
wangi, jang pada saat itu sedang ditempati olen
satu peleton pasukan pengawal markas brigade Sa
dikin. Setelah berlangsung tembak-menembak bebera
pa saat lamanja, para penjerang achirnja dapat di
halaukan dengan mengangkuti sedjumlah korban pa
da pihak mereka dari pekarangan asrama.
Panglima Besar Sudirman pergi sendiri ke Solo
untuk menjelesaikan pertikaian. Beliau berpendapat,
sesudah mendengar laporan² dari pihak Komando
Pertempuran ,,Panembahan Senopati", bahwa satu
nja djalan penjelesaian ialah agar pihak Siliwangi,
jaitu Brigade Sadikin dengan 4 bataljonnja, keluar
dari daerah Solo dan dipindahkan kefront. Beberapa
pertemuan dengan Let. Kol. Sadikin sendiri tidak
membawa sesuatu keputusan, karena komandan bri
gade ini telah menjatakan dengan tegas, bahwa pada
pihaknja tak pernah ada sesuatu niatan untuk me ·
lakukan tindakan apa djuapun ketjuali membela diri
alas sesuatu serangan dan untuk ini telah beliau
djandjikan djaminan sepenuhnja.
Penulis sendiri merasa berkeberatan atas penje
lesaian jang digariskan oleh Pak Dirman itu, setelah
diingat betapa perasaan jang hidup didalam kalbu
anak2 buah kita. Mereka akan merasa diusir dari
Solo, sedangkan sebelumnja mereka diperintahkan
berhidirah dari Djawa Barat dengan perasaan jang
luka terhadap pemerintah. Seolah-olah semua tempat
tertutup bagi mereka. Setelah menjadari perasaan
perasaan jang terdapat dikalangan bataljon Rukman
sebelumnia . maka saja berpendapat bahwa diika
Panglima Besar meneruskan perintah tsb. , seluruh

234
Divisi Siliwangi akan memaksakan diri untuk pulang
ke Diawa Barat dengan melintasi garis demarkasi.
Dan djika hal ini terdjadi, maka cease-fire tak mung .
kin dapat dipertahankan lagi, dan penjerbuan Belan
da ke Jogia akan segera terdjadi, sedangkan kita be
lum lagi berada pada tingkat persiapan perang jang
njata. Disamping itu kemudian harinja kita pasti akan
menghadapi kesulitan dalam meminta kepatuhan ter
hadap pemerintah pusat dari Divisi Siliwangi, sete
lah menderita dua kali pengusiran jang sangat melu
kakan hati, jaitu hidjrah dari kantong² di Diawa Ba .
rat karena persetudjuan Renville, dan kemudian dari
daerah Solo karena agitasi dan provokasi, jang sebe
narnja adalah merupakan salah satu rangkaian usaha
perlawanan dari pihak oposisi terhadap pemerintah
R.I.
Sebenarnja bagian intelligence dari Divisi Siliwa
ngi sebelumnja telah mendapat keterangan² tentang
akan adanja gerakan-gerakan jang bersifat melawan
pemerintah. Didaerah Solo terdjadi perlutjutan atas
Mobrig oleh TRRI sehingga timbul kesulitan hebat.
Wakil Presiden/Menteri Pertahanan memerintahkan
Panglima Besar dan Djaksa Agung untuk mengam
bil tindakan guna mendjamin keamanan alat² negara.
Akan tetapi dalam suasana bentrokan bersenjata
seperti itu, perintah tsb. sukar dapat dilaksanakan
sepenuhnja, melainkan hanja sekedar dapat meng
hindarkan terulangnja peristiwa.
Oleh bagian intellegence dapat diikuti perkem
bangan Jang sama di- tempat lainnja di Djawa dan
di Sumatera. Komando Sumatera mentjatat terdja
dinja beberapa pertempuran antara tentara dengan
ex-lasjkar. Tak lama kemudian kita mendapat lapo
ran tentang perlutjutan² dan penangkapan² atau pe
metjatan tentara di Sumatera Barat, Tapanuli dan
Atjeh, jang terutama dilakukan dengan mempergu
nakan tenaga" ex-lasjkar. Dan setelah menjelidiki
tokoh jang tersangkut didalamnja, timbullah ketju .

235
rigaan banwa antara satu dan lain insiden itu ada
hubungannja.
Laporan dan analisa diatas ternjata menghu
bungkan peristiwa tersebut dengan keritjuhan po
litik jang menggawat pada saat“ ,,djustru" ( ?) se
telan Duta Suripno dan sekretaris kedutaan ,,Su
parto" (jang kemudian ternjata dialah Muso) tiba
di Jogja dari Praha pada awal bulan Mei 1948.
Telah pernah saja tjeriterakan pengalaman seorang
kapten ,,Siliwangi" jang setjara pribadi dekat kepada
Mr. Amir Sjarifudin, jang dibudjuk untuk menarik
Panglima Divisi Siliwangi ( pada waktu itu penulis
sendiri) agar bekerdja-sama dengan pihak mereka
,,guna menjelamatkan perdjoangan ". Untuk itu me
reka djandjikan suatu kedudukan jang penting dalamı
,,pemerintah j.a.d. " Sedjak semula saja sendiri mem
punjai hubungan pribadi jang erat dengan Bung Amir M
selama beliau memangku djabatan Menteri Perta
hanan.
(Tjatatan : Ketika diadakan penggeledahan pada
tgl . 19 September 1948, setelah keluar perintah Pre
siden untuk bertindak terhadap P.K.I., seorang per
wira TNI dapat menemukan sebuah dokumen dari
lemari dikamar bekas Menteri Pertahanan Amir Sja
rifudin. Dalam dokumen itu termuat pokok² rentjana
aksi, dan dapat diketemukan daftar perhitungan me
reka tentang divisi² dan panglima² mana jang mereka J
anggap berada dipihak pemberontak, divisi² mana
jang bersikap netral, serta pasukan² mana pula jang
mereka perhitungkan bakal tetap setia kepada pe
merintah. Tentara hidjrah sudah tentu mereka ma
sukkan kedalam golongan jang terachir ini. Fungsi
dan rentetan peristiwa² di Solo djuga ada rantjang
annja dalam dokumen tsb.) .
Suasana jang hangat meningkat mendjadi panas
dengan terdjadinja pemogokan2, dan makin memun
tjaknja agitasi terhadap sebagian dari tentara jang
mereka anggap termasuk golongan jang setia ke
pada pemerintah Hatta.

236
Pada suatu rapat umum di Jogja Muso menun
tut supaja perundingan dengan Belanda distop dan
supaja R.1. segera mengadakan pertukaran duta de
ngan Rusia.
Atas andjuran Muso, partai jang tergabung da
lam F.D.R. (PKI, Partai Sosialis, PBI dan Pesindo)
dan djuga BTI (Barisan Tani Indonesia) serta bertu
rut-turut melakukan ,,zelfkoreksi ". Dalam pengumum
an SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indone
sia) tentang zelfkoreksi itu dinjatakan bahwa politik
berunding dengan Belanda dan persetudjuan atas
Linggardjati dan Renville adalah keliru (semasa ka
binet Amir itu. Sekarang mereka menolak persetu
itu ) . Karena itu sekarang mereka menolak persetu
djuan2 tsb. dan menolak tiap2 tindakan politik kom
promis dengan pendjadjah.
Kemudian pada rapat raksasa itu Muso mene
rangkan, bahwa djika petjah perang antara Amerika
Serikat dengan Sovjet Rusia, maka Indonesia tidak
akan mungkin tinggal netral.
Berhubung dengan makin meruntjingnja situasi
di Solo, Djenderal Sudirman mengeluarkan dagorder
(perintah harian) jang menjatakan bahwa APRI ada
lah alat negara dan pendjamin kedaulatan negara ,
maka serangan terhadap alat negara akan dianggap
sebagai serangan terhadap kedaulatan negara.
Tanggal 16 September diadakan rapat dirumah
Pak Dirman antara beliau sendiri dengan penulis
dan Komandan C.P.M. Kolonel Gatot Subroto . Kami
memutuskan bahwa satu-satunja djalan untuk me.
njelesaikan pertikaian² di Solo ialah menempatkan
tangan besi disitu. Malam itu diuga kami mengha
dan kenada Presiden . guna mengadiukan usul agar
Kol. Gatot Subroto diangkat mendjadi Gubernur Mi
liter Surakarta jang berkuasa atas segala alat2 ne
gara dan berhak sepenuhnja untuk mendjalankan
tugas-tugas Dewan Pertahanan Negara.
Tanggal 17 diumumkan bahwa daerah Solo be
rada dalam keadaan bahaja dan Kol. Gatot Subroto

237
mulai mendjalankan tugasnja, dengan tetap merang
kap djabatan Komandan C.P.M. untuk seluruh In
donesia. Tindakannja jang pertama-tama ialah usaha²
untuk menguasai keadaan. Sementara itu brigade Sa
dikin menduduki kota Solo, sedangkan pasukan² Ko
mando Perempuran ,, Panembahan Senopati" berada
diluar kota.

Pada tgl 18 September 1948 terdjadi perebutan ke


kuasaan di Madiun oleh bagian² TNI jang berasal
dari Biro Perdjoangan. Pemimpin2 TNI jang sjah,
seperti Kepala Staf Pertahanan Djawa Timur, perwi
ra- perwira Staf, Komandan Sub-territorium , Koman
dan C.P.M. , dll. ditangkapi atau dibunuh. Mereka
mengangkat Gubernur Militer, Komando Militer Da
erah dan Residen jang baru jang berasal dari partai²
FDR. Gerakan2 mereka meluas dari Madiun ke Patji
tan , Wonogiri, Tjepu , Blora, Pati dan Purwodadi, jai
tu daerah2 iang sediak mulania diduduki oleh bagian
bagian jang berada dibawah komando Brigade 29 (ex
Biro Perdjuangan) dan pasukan dari Komando Per
tempuran ,,Panembahan Senopati ".
Pada tgl 18 itu Panglima Besar sedang berada di
Magelang. Dan penulis sebagai Kepala Stafnja, jang
berada diibu-kota, mendapat berita pertama tentang
coup itu dari Menteri Pendidikan Mr. Ali Sastroami
djojo. Beliau sendiri datang kerumah, dan menga
djak penulis untuk segera menghadap Presiden di
istana dimana sudah hadir Menteri Sultan Hameng
ku Buwono. Setelah berunding, oleh Presiden saja
ditugaskan merantjang sebuah instruksi dari Peme
rintah kepada Panglima Besar untuk mengambil tin
dakan-tindakan guna menjelamatkan negara. Pada
lewat tengah malam kabinet bersidang dan Presiden
menandatangani instruksi tsb. jang diserahkan ke
pada Panglima Besar, jang pada gilirannja seterus
nja memerintahkan pelaksanaannja kepada saja.
Pada malam itu djuga saja adakan rapat dengan
komandan² brigade jang ada di Jogja, komandan C.

238
T.N.I. setjara phisik mempersingkat berlangsungnja „Tra
gedi Nasional". Pemberontakan PKI 1948.
Thi
P.M. dan komandan K.M.K: (Komando Militer Ko
ta ) , mengenai operasi dan tindakan polisionil jang
perlu diambil untuk daerah Jokiakarta. Untuk men
tjegah agar lawan tidak sempat mendahului kita,
maka saja tetapkan agar supaja segala persiapan un
tuk mengambil tindakan2 sudah siap sebelum djam
07.00 . Pada djam 7 pagi itu, disertai oleh Letnan Ko
lonel Suharto sekarang Major Djenderal), saja datang
melaporkan segala sesuatunja kepada Panglima Be
sar jang pada waktu itu sedang sakit. Tak lawa ke
mudian Pak Dirman terpaksa masuk sumah sakit dan
menjerahkan operasi sepenuhnja kepada penulis se
bagai Kepala Stafnja.
Guna menguasai keadaan di Djawa Timur, Ko
lonel Sungkono diangkat mendjadi Panglima Perta
hanan Djawa Timur. Ia berhasil menjelesaikan per
soalan mengenai sisa² Brigade 29, TLRI dan lain2,
jang memihak kepada kaum pemberontak.
Presiden Sukarno dengan resmi memaklumkan
adanja pemberontakan P.K.I. di Madiun, memerin
tahkan pembasmian pemberontak dan meniuruh rak .
jat memilih antara Sukarno-Hatta dan Muso-Amir
Pesawat² AURI menjebarkan amanat2 Presiden di
daerah jang dikuasai P.K.I.
Rentiana operasi disusun, dan pelaksanaannja
ditugaskan kepada masing2 panglima jang bertang
gung djawab. Operasi pokok ialah merebut dan mem .
bersihkan Madiun oleh brigade Sadikin dari arah
Barat dan brigade Surachmat dari sebelah Timur, Bri
gade Kusno Utomo ditugaskan membersihkan Sura
karta Utara, Purwodadi dan Pati, dan bataljon Nasuhi
membereskan Surakarta Selatan. Dan ber-angsur² pa
sukan-pasukan Panembahan Senopati diturut-sertakan
pula dalam operasi ini.
Sesuai dengan rentjana, dalam tempo dua minggu
brigade Sadikin sudah memasuki kota Madiun dengan
batalion Sambas sebagai pelopornia . Tak lama kemu.
dian tibalah dikota itu pasukan dari Djawa Timur
jang dipimpin oleh Major Jonosewojo. Bataljon Ach

239
mad Wiranatakusumah bergerak ke Patjitan, batal
jon Daeng ke Tjepu dan bataljon? Lucas, Sentot Is
kandardinata dan Dharsono melakukan pembersihan
didaerah Madiun dimana Letnan Kolonel Sadikin
mendjadi Komandan Militer Daerah. Bataljon² Ko
sasih dan Kemal Idris meneruskan aksi ke Purwo
dadi dan Pati, dan dua bulan kemudian sesudah pem
berontakan, berhasil menawan pemimpin2 tertinggi
pemberontak dengan mentjegat induk kolonne me
reka .
Dengan terdjadinja peristiwa Madiun, maka se
tjara njata sebenarnja telah terdjadi pula rasionali
sasi dan reorganisasi TNI dalam arti mental dan fisik.
Saja ditugaskan untuk merampungkan rentjana² dan
peraturan2 reorganisasi-rasionalisasi jg. berkenaan
dengan fasal2 operasi dan pemerintahan gerilja. Tgl.
20 September 1948 BP KNIP telah memberikan kekua
saan penuh untuk selama tiga bulan kepada Presiden.
Dengan adanja kesempatan ini, organisasi-organisasi
DPN dan DPD beserta peraturan-peraturannia jang
rasanja djustru tidak sesuai untuk kelantjaran perang
gerilja seperti jang sudah-sudah, dapat kita singkirkan.
Dikalangan tentara dapat pula dilakukan hergroep
ering atau penggolongan kembali dengan lebih effi
sien. Maka dimulailah pembentukan kembali divisi
divisi jang pada bulan Mei dulu gagal. Kekuasaan
penuh jang dipegang Presiden itupun memberi djalan
untuk membereskan sebagian besar daripada per
siapan-persiapan dalam menghadapi agresi Belanda
jang kedua. Akan tetapi dilain pihak perlu disesalkan,
bahwa karena adanja pemberontakan itu , l.k. sepe
rempat dari kekuatan T.N.I., artinja dari kedua be
lah pihak, sudah boleh dikatakan hantjur.
Tindakan-tindakan pertama ialah pembasmian
pemberontak, kemudian daripada itu keluarlah ber
turut-turut pelbagai Peraturan Pemerintah, jaitu.
No. 24 : Peraturan tentang Militerisasi Djawatan
Perhubungan, No. 25 : Peraturan Tanda Hutang Ne

240
gara, No. 26 : Peraturan Pemerintah tentang Memper
tjepat Pemeriksaan Perkara Pidana dalam Keadaan
Bahaja, No. 27: Peraturan tentang Kedjahatan dalam
Keadaan Bahaja jang Dapat Dihukum dengan Hukum
an Mati, No. 28 : Peraturan Militerisasi Djawatan Lis
trik dan Gas, No. 31 : Peraturan tentang Pemberian
Tundjangan kepada Djanda serta anak Piatu Bekas
Pensiunan Militer dahulu , No. 32 : Peraturan tentang
Militerisasi Djawatan Djalan-djalan dari Kementrian
Pekerdjaan Umum, No. 36 : Peraturan Pemerintah
tentang Militerisasi Djawatan Angkutan Motor Re
publik Indonesia, No. 39 : Peraturan Pemerintah ten
tang Pemberantasan Pernjataan Setudju dgn. Per
buatan Kaum Pemberontak, No. 40 : Peraturan Pe
merintah tentang Melepaskan Orang2 Hukuman
untuk Memberi Tempat kepada Orang² Tahanan atau
Hukuman jang Ditahan atau Dihukum Berhubung
dengan Pemberontakan Madiun , No. 46 : Peraturan
tentang Larangan terhadap Penjimpanan Minjak
Bensin, No. 47 : Peraturan tentang Militerisasi Seba
gian dari Djawatan Pekerdjaan Umum jang menge .
nai Urusan Djalan² , Gas, Listrik dan Air Minum pada
Daerah² Otonoom, Daerah Istimewa Jokjakarta dan
Kabupaten² dalam Keresidenan Surakarta , No. 48 :
Peraturan Pemerintah tentang Pengluasan ,, Berla
kunja Peraturan Pidana/Disiplin Tentara" dan Keku
asaan Pengadilan Tentara, No. 50 : Peraturan Peme
rintah tentang Militerisasi Beberapa Perusahaan Di
dalam Lingkungan Kementerian Keuangan, No. 52 :
Peraturan Pemerintah tentang Militerisasi Perusa
haan-perusahaan Pertjetakan jang Berada Dibawah
Pengawasan Pemerintah, No. 53 : Peraturan Peme
rintah tentang Urusan Tawanan dan Tahanan Politik/
Tentara jang Bersangkutan dengan Peristiwa Madi
un, No. 55 : Peraturan Pemerintah tentang Milterisasi
Perusahaan Tambang Minjak Negara, No. 56 : Pera
turan Pemerintah tentang Militerisasi Badan Penje
lenggara Perusahaan Gula Negara dan Pabrik2 Gula
jang Diurusnja, No. 57 : Peraturan tentang Militeri

TNI II 16 241
sasi Perusahaan Perkebunan Republik Indonesia, No.
58: Peraturan Pemerintah tentang Militerisasi Ba
dan Textil Negara dengan Perusahaannja, No. 59 :
PeraturanPemerintah tentang Militerisasi Djawatan
Kehutanan dan No. 74 : Peraturan Pemerintah ten
tang Perobahan Peraturan Pemerintah No. 37 tahun
1948 tentang ,,Susunan dan Kekuasaan Pengadilan ,
Kedjaksaan dalam Lingkungan Peradilan Ketentara
an'
Sebuah peraturan jang amat penting guna pe
njempurnaan perahanan rakjat serta perang gerilja
j.a.d. ialah Peraturan Pemerintah No. 33, jakni Per
aturan tentang Pemerintahan Militers di-daerah di
Djawa, jang perlu dimuat disini selengkapnja :
Bab I
Tentang Pemerintahan Gubernur Militer
Pasal 1
(1 ) Djika perlu berhubung dengan keadaan, Pre
siden berhak menjatakan suatu daerah seba
gai daerah militer istimewa dalam mana dia
dakan pemerintahan militer.
( 2) Kekuasaan pemerintahan tersebut dalam ajai
(1 ) pasal ini berada ditangan seorang gubernur
militer jang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden.
Pasal 2

(1 ) Dengan tidak mengurangkan apa jang mendja


di tugasnja jang mengenai ketentaraan , guber
nur militer tersebut dalam pasal 1 ajat (2 ) ber
kewadjiban mendjaga keselamatan negara, ke
aman dan ketertiban umum dalam daerahnja
masing-masing.
(2) Dalam mendjalankan tugas termaksud dalam
ajat (1 ) pasal ini, gubernur militer berhak
mengambil tindakan-tindakan termasuk mengada
kan peraturan jang dianggap perlu .
(3 ) Peraturan-peraturan, perintah-perintah dan la

242
in sebagainja dari gubernur militer tidak bolel
bertentangan dengan :
a. Undang-undang dan peraturan -peraturan la
in jang kekuasaannja sama dengan undang" ;
b. Instruksi dari pimpinan, baik militer mau
pun sipil, jang diperatas.
Pasal 3

Gubernur militer dalam lapangan kemiliteran


bertanggung djawab kepada Panglima Besar dan pa
da umumnja kepada Presiden/Wakil Presiden.
Pasal 4
Kepada gubernur militer dapat diperbantukan
penasehat- penasehat jang anggota² nja diangkat dan
diberhentikan oleh Presiden atas usul gubernur mili
ter jang bersangkutan .
Pasal 5

(1 ) Dengan tidak mengurangi hak kekuasaan gu


bernur militer, maka dalam mengambil semua
tindakan jang tidak mengenai ketentaraan gu
bernur militer diwadjikan minta advies kepada
kepala daerah tertinggi jang bersangkutan.
(2 ) Dalam mengambil tindakan untuk menjelamat
kan negara dan untuk mendjaga keamanan dan
ketertiban umum, semua intansi pemerintahan
baik sipil maupun militer berada dibawah perin -
tah gubernur militer.
(3) Untuk melaksanakan apa jang termuat dalam
pasal 2 ajat (1 ) gubernur militer berkuasa
mempergunakan instansi pemerintahan ter
maksud dalam ajat ( 2 ) pasal ini sepenuhnja
dengan tidak diperbolehkan membentuk alat
pemerintahan baru atau merubah susunan pe
merintahan jang telah ada.
(4) Pemerintah itu harus melalui kepala daerah
tertinggi jang bersangkutan .

243
Bab II
Tentang Pemerintahan Komandan Sub-Territorium
Pasal 6

(1 ) Di-tiap2 keresidenan di Djawa diadakan peme


rintahan militer.
(2) Kekuasaan pemerintahan tersebut dalam ajat
(1) pasal ini berada ditangan komandan sub
territorium jang bersangkutan .
(3) Komandan sub-territorium bertanggung djawab
dalam tugasnja jang ditetapkan dalam pera
turan ini kepada dan menerima perintah dari
gubernur militer jang bersangkutan.
Pasal 7
(1) Dengan tidak mengurangkan apa jang mendja
di tugasnja jang mengenai ketentaraan, koman
dan sub-territorium tersebut dalam pasal 6 ajat
(2 ) berkewadjiban mendjaga keselamatan ne
gara, keamanan dan ketertiban umum dalam
daerahnja masing2.
(2 ) Dalam mendjalankan tugas termaksud dalam
ajat (1 ) pasal ini komandan sub-territorium
berhak mengambil tindakan-tindakan, termasuk
suk mengadakan peraturan-peraturan jang di
anggap perlu .
(3) Peraturan², perintah dan lain sebagainja dari
komandan sub-territorium tidak boleh berten
tangan dengan :
a. Undang-undang dan peraturan lain jang ke
kekuasaannja sama dengan undang-undang ;
b. Peraturan pemerintah ;
c. Peraturan dari gubernur militer jang ber
sangkutan ;
d. Instruksi dari pimpinan , baik militer mau
pun sipil, jang diperatas .
Bab III
Tentang Pengumuman Peraturan Gubernur Militer/
Komandan Sub-Territorium.

244
Pasal 10
(1) Peraturan² gubernur militer atau komandan
sub-territorium berlaku pada hari diumumkan .
(2) Pengumuman termaksud dalam ajat (1 ) pasa!
ini dilakukan dengan penempelan peraturan itu
diatas papan pengumuman dimuka tempat gu
bernur militer /komandan sub territorium ber
kantor, selandjutnja pengumuman itu sedapat
dapatnja disiarkan dengan perantaraan surat
kabar, radio atau alat penjiaran lainnja.
Bab IV

Tentang Hukuman
Pasal 11

(1) Hukuman jang se-tinggi nja jang dapat dite


tapkan oleh gubernur militer atau komandan
sub-territorium untuk pelanggaran peraturan
ini ialah a. lima tahun hukuman pendjara ;
b. tiga bulan hukuman kurungan ;
c. Rp. 10.000.- hukuman denda.
(2 ) Barang2 jang langsung bersangkutan dengan
pelanggaran termaksud dalam pasal ini ajat (1 )
dapat dirampas .
(3) Penetapan hukuman termuat dalam ajat ( 1 )
dan ( 2 ) dari pasal ini tidak mengurangi hak
pihak militer untuk mengambil tindakan dengan
kekerasan sendjata djika dianggap perlu pada
seketika itu.
Bab V
Tentang hal lain
Pasal 12

Selama berlakunja peraturan ini , maka kekua


saan Dewan Pertahanan Negara dan Dewan Perta
hanan Daerah dihentikan.
Bab VI

Tentang mulai berlakunja peraturan

245
Pasal 13
(1) Hukuman jang se-tinggi'nja jang dapat ditetapkan
Perauran ini mulai berlaku pada tgl . 28 September
1948.

Dengan ini dimaksud, agar kelak dapat dibuat


peraturan-peraturan guna membantu kelantjaran
pemerintah gerilja djika petjah lagi perang. Dalam
perang gerilja jang pertama telah kita rasakan ba
gaimana sulitnja melaksanakan pertahanan rakjat
semesta, disebabkan oleh karena tak adanja satu in
stansi atau pendjabat jang berkompetensi penuh un
tuk mengambil tindakan-tindakan kebidjaksanaan
perang. Sedangkan peraturan-peraturan jang ada
hanja tjotjok untuk suasana damai , jang hanja mem
beri kesempatan kepada pihak militer untuk memin
ta bantuan kepada instansi-instansi lain.
Kami berpendapat bahwa dalam masa perang
kepada pihak militer harus diberikan kelengkapan²
semaksimal mungkin, berupa alat-alat, tenaga dan ke
kuasaan jang perlu guna mendjalankan tugas sepe
nuhnja sesuai dengan keperluan perang. Suasana pe
rang, apalagi suasana gerilja, tak memberikan ke
sempatan untuk membuang-buang waktu dengan si
dang-sidang, koordinasi-koordinasi, rapat-rapat dan
sebangsanja, melainkan jang perlu adalah kekuasaan
bertindak dalam satu tangan jang bertanggung dja
wab penuh .
Dari peraturan Pemerintah No. 70 dapat kami
kutipkan ketentuan-ketentuan sbb.:
,,Instruksi jang dikeluarkan oleh Dewan Pertahanan
Negara ber-sama² dengan Panglima Besar pada tgl .
20 Nopember 1947 tentang Pertahanan Rakjat tidak
berlaku lagi, untuk daerah2 di Djawa.
Dengan tidak mengurangi tugasnja jang termu
at dalam peraturan-peraturan lain, komandan sub-ter
ritorium menjusun kembali Pertahanan Rakjat me
nurut instruksi markas besar Angkatan Perang tgl.
8 Nopember 1948 dan instruksi2 lain jang akan dike
luarkannja.
246
Dalam menjelenggarakan Pertahanan Rakjat,
residen/kepala daerah istimewa Jogjakarta , bupati
dan tjamat masing2 berada dibawah perintah ko
mandan sub-territorium, komandan distrik militer
dan komandan onderdistrik militer jang bersangkutan.
Dalam mendjalankan peraturan ini juncto Peratur
an Pemerintah no. 30 tgl . 28 September 1948 , maka
kekuasaan Dewan Pertahanan Negara dipegang oleh
Presiden, sedangkan sekretariat Dewan Pertahanan
Negara diperbantukan kepada Sekretariat Negara."
Dengan keluarnja peraturan diatas , maka ditja
butlah konsep dan peraturan² tentang Pertahanan
Rakjat jang dibuat oleh pemerintah dan Markas Be
sar sebelum clash pertama. Sekarang semua pimpi
nan pertahanan rakjat diserahkan kepada pihak mi
liter, dan pimpinan atas lapangan pertahanan sipil
dalam arti jang se-luas² nja, dipegang oleh pamong
pradja.
Memang perang rakjat semesta itu bukan se
mata2 perang militer, melainkan djuga perang politik,
ekonomi, sosial dan psychologis. Pimpinan pelaksana
annja tidak bisa diserahkan kepada dewan² jang tak
mungkin bersidang dan jang selaku harus mengambil
kata mufakat, melainkan harus berada didalam satu
tangan. Tapi pimpinan itu djuga tak dapat sentra
listis . Perang gerilja harus desentral ; perang gerilja
bergolak hitung desa dan distrik, dimana KMD2
KDM², KODM² , lurah serta pager desa memegang pe
ranan total.
Akan tetapi pimpinan tsb. haruslah mendapat du
kungan jang tjukup dari masjarakat, jaitu harus di
atur dengan melalui lembanga² tertentu jang bersi
fat membantu.
Dapat kami ingatkan pengalaman dulu pada ma
sa djawatan sipil setempat samasekali berada dilu
ar tjampurtangan kepala daerah. Pada waktu itu
kita lihat pelbagai instansi didaerah jang sama-sama
merasa ,,berkompentensi" setjara berdampingan :

247
panglima, residen , D. P. D. ,Dewan Kelasjkaran Dae
rah, Inspektorat Biro Perdjoangan dan TNI Masja
rakat.
Peranan pokok dalam perang gerilja dipegang oleh
rakjat. Maka itu mereka harus tetap merasakan adanja
kedaulatan de fakto R. I. , dengan tetap adanja pe
merintah gerilja jang teratur dan berwibawa.
Pada waktu itu saja sebarkanlah 1 ) . Brosur Perta
hanan Desa, dan 2 ) . Instruksi Panglima Besar tgl .
9 Nopember 1948 ( sering djuga disebut tgl. 8 Nopem
ber, hari disetudjuinja instruksi tsb . oleh kabinet ) .
Brosur jang pertama dimaksud untuk djadi pe
gangan komandan-komandan kesatuan ketjil, KODM,
tjamat dan lurah , akan tetapi ketika agressi kedua
petjah, brosur-brosur itu umumnja baru sampai di
tangan para bupati.
Instruksi jang kedua adalah sebagai supplemen
dari Perintah Siasat No. 1 , tertanggal 1 Mei 1943,
dimana sudah diatur tugas-tugas untuk tiap-tiap da
erah dan tiap pasukan, mulai dari tugas aksi vertra
gend atau wingate, kemudian tugas membentuk wehr
kreise sampai kepada tugas pertahanan rakjat dan
perang gerilja dalam arti jang seluas-luasnja.
Instruksi tgl 9 Nopember jang telah disjahkan oleh
kabinet itu djuga memuat petundjuk- petundjuk jang
lebih terperintji mengenai pelaksanaan wehrkreise.
Misalnja termuat petundjuk-petundjuk bagi tentara,
penduduk sipil dan rakjat umumnja tentang tugas
dan kewadjiban masing-masing djika musuh menje
rang, djika musuh menduduki tempat mereka, atau
djika ada patroli dari satu pasukan musuh, dsb. Dipe
rintahkan agar supaja sekalian pendjabat dan seba
njak mungkin peduduk tidak mengadakan hubungan
dalam rupa apapun dengan pihak tentara musuh atau
instansi pendudukan . Inilah sebagai dasar daripada po
litik non-koperasi dan non-kontak jang konsekwen.
Dengan demikian garis pemisah antara patriot dan
pengchianat dipertegas pula.
Pada saat itu penulis, atas nama Panglima Besar

248
berkesempatan mengemukakan pokok2 kebidjaksa
naan militer dihadapan sidang kerdja gabungan sek
si luar negeri dan pertahanan BP KNIP jang dike
tuai oleh Iskandar Tedjasukmana . Antara lain saja
tegaskan :
* Tak mungkin kita mempertahankan kota dan
djalan raja, jang dapat diduduki musuh dalam
tempo beberapa minggu.
* Perlu pengungsian total guna menjebarkan tenaga
ke-distrik untuk membina pertahanan kantong2
setjara dulu.
* Pokok perlawanan kita adalah perang gerilja.
* Berhubung dengan penggunaannja bagi penjele
saian pemberontakan Madiun, banjak tentara kita
jang keadaannja masih terpentjar, tiada terkon
solidir pada tempat2 jang seharusnja, sehingga
untuk persiapan menghadapi perang j.a d . masih
kra perlukan banjak usaha dan waktu .
Pada tgl. 11 Nopember berkumpullah dimarkas sa
ja para komandan , gubernur, dan residen , untuk men
dapat pendjelasan tentang tjara perlawanan j . a. d .
Pada tgl. 11 Nopember itu djuga Panglima Divisi III
Kolonel Bambang Sugeng mengadakan rapat dengan
semua komandan daerah militer bawahannja untuk
menjampaikan instruksi² jang amat penting mengenai
pokok pertahanan bagi masing2 daerah tanggung
djawabnja .
Sementara itu Markas Besar telah mengirimkan
surat2 kepada semua panglima, jang menjatakan
bahwa menurut pernilaian putjuk pimpinan tentara
djalan diplomasi akan menemui kegagalan, dan se
tiap waktu kita dapat mengharapkan serbuan Be
landa.
Oleh karena ibu-kota terletak didaerah Divisi III
maka kepada divisi tsb. diberikan instruksi² chusus .
KSAU telah mempersiapkan landasan Gading untuk
dipergunakan sebagai tempat penerbangan buat me
ngungsikan Kepala Negara, djika keadaan darurat
memerlukan tjara demikian. KMK Jogja telah mem

249
persiapkan satu pos darurat dikeraton untuk diper
gunakan Presiden, dari mana beliau kemudian akan
diungsikan setjara diam-diam ke Samigaluh, jang
telah dipersiapkan sebagai pos luar kota jang per
tama. Dalam pada itu pemerintah sendiri belum lagi
menentukan tempat kedudukan dalam keadaan pe
rang bagi Kepala Negara.
Untuk mengurus perentjanaan pemindahan Pang
lima Besar keluar kota telah dikirim seorang kolo
nel ke Djawa Timur. Perwira² Markas Besar telah
saja bagi atas beberapa rombongan komando. Tiap
rombongan akan mewakili PTTD ( Panglima Tentara
dan Territorium Djawa, jaitu penulis sendiri) disatu
kompleks daerah, dimana mereka bertanggung-dja
wab atas kelantjaran djalannja instruksi² dan lapor
an-laporan, serta penjelenggaraan dinas kurir jang
teratur antara penulis dengan daerah tersebut . Untuk
melatih ketjepatan bersiaga, berkumpul dan berang
kat, serta mengatur apa jang harus dibawa, diting
galkan atau dimusnahkan djika Jogja mendapat se
ragam langsung, telah kami adakan beberapa latihan
di Markas Besar.
Soal mengatur rentjana2 persiapan boleh dikata
kan berdjalan tjukup lantjar. Akan tetapi, oleh ka
rena masih belum terkonsolidirnja beberapa pasukan
jang terasa sebagai luka-luka jang belum sembuh da
ri ,,ketjelakaan" Madiun, pelaksanaan rentjana2 tsb.
oleh pasukan2 dan daerah² belum dapat didjalankan
dengan pesat. Tapi kami siapkanlah djuga segala
sesuatu jang lebih dulu dapat segera disiapkan. Pada
medio Desember 1948 Divisi Siliwangi mulai dibe
baskan dari semua tugas keamanan, supaja dapat
bersiap-siap dengan sebaik-baiknja untuk menjusup
ke Djawa Barat.
Pada awal Desember pihak intelligence kita telah
dapat melaporkan adanja gerakan2 persiapan jang
luas dipihak Belanda. Oleh sebab itu, dengan mem
perhitungkan kemungkinan pendadakan aksi dimana
inisiatif sepenuhnja ada pada tangan musuh, maka

250
diperintahkanlah kepada para panglima untuk mu
Jai merusakkan djalan2 jang menudju kedjurusan
garis demarkasi, mengungsikan barang2 jang pen
ting, memulai persiapan bumi hangus, menempat
kan pasukan² pada kedudukan² jang telah direntja .
nakan, menentukan tempat2 bagi kedudukan markas?
rahasia, dan persiapan² lainnja jang perlu agar su
paja tenaga gerilja kita dapat diungsikan setjara
utuh ke-kantong2 jang telah direntjanakan . Supaja
tidak mempersulit djalannja perundingan politik,
segala kesibukan itu kita selubungi dengan badju
,,Latihan Umum". Dengan manoeuvre ini bagi pihak
tentara dan pemerintah sipil praktis berlaku keada
an perang jang sesungguhnja.
Dalam salah satu rapat staf, Letnan Kolonel Dr.
Pratignjo telah mengusulkan agar supaja maksud
,, menjelenggarakan latihan" ini diumumkan djuga.
Untuk memelihara kerahasiaan jang sempurna, usul
itu saja tolak. Namun kemudian, cleh satu dan la
in hal, pengumuman demikian toch achirnja dikelu
arkan djuga oleh instansi lain .
Menurut rentjana, latihan tsb. akan dimulai pada
tgl 19 Desember didaerah Djawa Tengah. Rupanja
adanja latihan ini digunakan pula oleh musuh untuk
memulai serangannja, sebagaimana dapat dibuktikan
kemudian.
Ada satu soal lagi jang perlu dibereskan , jaitu
memperbaiki hubungan antara Markas Besar dengan
territorium Djawa Timur. Untuk itu Panglima Be
sar mengeluarkan perintah tgl 15 Desember 1948 buat
saja, agar saja mengundjungi Djawa Timur dengan
satu rombongan perwira² jang terkemuka. Kami ber
angkat dengan K. L. B. ( kereta api luar biasa) tgl.
17 Desember pagi.
Pada sore itu djuga diadakan rapat dengan semua
komandan militer di Djawa Timur untuk memberikan
pendjelasan tentang rentjana pertahanan kita. Pada
malam harinja, dalam resepsi jang diadakan oleh

251
Gubernur Militer Kolonel Sungkono, ada kesempat
an bagi saja jang saja pergunakan untuk memberi
kan pesan bahwa „ agressi kedua pasti akan datang,
hanja saatnja sadja jang belum lagi dapat kita pas
tikan ; mungkin terdjadi besok, mungkin lusa, mung
kin sebelum atau pula sesudah pembentukan pemerin
tah interim oleh Belanda".
Pada pidato radio tgl. 16 Desember malam Presi
den Sukarno menjatakan bahwa beliau akan melawat
ke India, dan perdjalanan beliau ini adalah untuk
memperhebat dan memperluas perdjoangan kita di
bidang politik.
Disatu pihak peristiwa Madiun dapat dianggap se
bagai suatu tragedi nasional jang patut disesalkan.
Pertama-tama ia merupakan satu bentrokan antara
saudara sebangsa, bentrokan jang melelahkan, djus
tru pada saat segala tenaga sedang kita perlukan un
tuk menghadapi Belanda pendjadjah . Kedua, dengan
adanja peristiwa itu, setjara kwantitatif tanah air
telah kehilangan banjak putera² nja dari kedua belah
pihak. Potensi kita telah berkurang dengan 25 @
30%.
Dilain pihak peristiwa Madiun se- olah2 telah me
rupakan suatu penjaringan alamiah. Beberapa kesu
litan intern jang dulu rasanja tak kundjung tersele
saikan, sekarang mendjadi selesai. Pemberontakan
Madiun telah mempersatukan segala potensi jang ma
sih tinggal, mendjadi satu kebulatan tenaga jang le
bih kompak. Se-olah telah terdjadi suatu operasi jang
berbahaja akan tetapi dapat menjembuhkan penja
kit jang berat.
Pemerintah sekarang dapat mengachiri segala ma
tjam dualisme dalam pimpinan dan organisasi. Ma
ka dihapuskanlah brigade2 Perdjoangan dari Djoko
sujono, TLRI-nja Laksamana Atmadji, TNI Masja
rakat Ir. Sukirman dan Pepolit-nja Sukono-Winojo .
Djuga organisasi² lainnja jang merupakan badan²
bajangan bagi TNI, jang didjadikan tempat2 persa

252
rangan oleh FDR, dengan resmi dihapuskan oleh
pemerintah .
Dengan demikian dapat ditjiptakan satu pimpinan
dan satu organisasi angkatan perang jang bebas dari
tarikan aliran politik manapun . Dan lebih penting la
gi : dapatlah kini ditentukan satu sadja konsepsi per
tahanan rakjat jang mendjadi pegangan semua pihak .
Bagi saja sendiri reorganisasi itu, sepandjang jang
achirnja dilaksanakan , djuga memang kurang memu
askan, karena paktor² politis dan psychologis telah
mengaburkan maksud² aslinja.
Menurut konsepsi jang saja adjukan, untuk Djawa
tjukup dibentuk beberapa brigade sebagai induk or
ganisasi dari beberapa bataljon penggempur, dan un
tuk selebihnja barulah disusun ber-puluh² bataljon
territorial, sebagai inti dari perlawanan rakjat kabu
paten demi kabupaten. Maksud ini dikandaskan oleh
perlombaan diantara teman2 untuk membentuk seba
njak mungkin ,,bataljon² penggempur" .
Mula-mula saja rentjanakan satu bataljon peng
gempur untuk tiap kresidenan dan 1 kompi cq batal
jon territorial untuk tiap kabupaten ( seperti jang te
lah mendjadi dasar reorganisasi untuk Divisi Siliwa
ngi) . Tapi njatanja sekarang terdapat 15 brigade ex
TRI dengan masing2 terdiri dari 3 á 4 bataljon peng
gempur. Sedangkan djumlah bataljon2 territorial se
dikit sekali dan sekaliannja praktis tanpa sendjata.
Padahal perbandingan djumlah menurut rentjana
semula adalah 1 bataljon mobil berbanding 3 á 5 ba
taljon territorial, dengan perbandingan kekuatan sen
djata masing2 1 : 1 dan 1 : 3 á 5. Kenjataan² ini tentu
sadja sangat mengetjewakan, karena akan menga
kibatkan kesulitan dalam clash j.a.d.
Setelah kota Madiun diduduki oleh bataljon Sam
bas, Dewan Siasat Militer sering bersidang untuk
membitjarakan soal penjelesaian pemberontakan .
Kesempatan ini sering kami pergunakan untuk de
ngan berangsur-angsur mengemukakan persoalan

253
mengenai peraturan² dan penetapan-penetapan buat
penjempurnaan pertahanan rakjat. Ada djuga rekan
dari Kementerian jang mengadjukan saran- saran per
baikan mengenai susunan putjuk pimpinan.
Satu soal jang amat sulit memetjahkannja ialah
mengenai tempat kedudukan pimpinan negara kelak
pada masa perang. Menurut pengalaman dengan clash
kesatu, ruang bergerak bagi Presiden terlalu sempit
sehingga gampang tertawan oleh musuh, ketjuali
djika dapat menjamar setjara sempurna sebagai
rakjat biasa. Kantong2 di Djawa ketjil sekali, umum
nja hanja mempunjai garis tengah beberapa djam
berdjalan.
Untuk Kepala Negara memimpin perang, penulis
dengan Komodor Suriadarma mengadjukan pedalam
an Atjeh sebagai tempat kedudukan strategis, dengan
alasan2:
1. Di Sumatera kantong2 bisa lebih luas daripada
di Djawa, dengan garis tengah beberapa hari
bahkan beberapa minggu perdjalanan, dan de
ngan kedudukan jang sangat sulit didatangi mu
suh . Keberatannja ialah soal fasilitet. Djuga ada
keberatan psychologis bagi rakjat di Djawa. Pu
lau Djawa, dengan penduduknja jang lebih padat
dan banjak, jang sudah biasa didjadikan tempat
kedudukan pimpinan, akan merasakan suatu ke
hilangan jang berat bila putjuk pimpinan peme .
rintahan tidak berada ditengah-tengah mereka.
2 . Kemungkinan bagi serangan Belanda di Suma
tera lebih ketjil . Disana hanja ada 3 brigade ten
tara Belanda. Lagipula, setjara politis dan eko
nomis, bagi kepentingan musuh Atjeh tidak me
rupakan sasaran urgensi nomor satu. Tapi Ko
lonel Simatupang berpendapat , bahwa djika Be
landa telah selesai ,, dengan urusanja" di Djawa.
mereka kemudian akan mengkonsentrir tenaga
nja di Sumatera.
3. Dari Atjeh hubungan keluar negeri dengan pe
sawat2 Catalina kita lebih mudah. Pada waktu

254
itu kita telah mempunjai hubungan penerbangan
sipil antara Atjeh dan Burma, jang dipimpin oleh
Major Udara Wiweko. Kerdjasama dengan mar
kas besar tentara Burma dalam hal ini baik sekali.
Persoalan ini tetap terkatung-katung dan tidak
pernah diputuskan . Hanja kemudian dari Djawa di
kirimkan tenaga ke Sumatera untuk memperkuat
pimpinan perdjoangan disana, seperti rombongan
Menteri Kemakmuran Sjafrudin Prawiranegara,
rombongan Kolonel Hidajat untuk Angkatan Darat
dan rombongan Kolonel Subjakto untuk Angkatan
Laut. AURI mengadakan perwakilan jang kuat di
Sumatera dibawah pimpinan Komodor Muda Sujono.
Kemudian kami mendapat kabar, bahwa Presiden
akan berangkat ke India, jang berarti rentjana lain
daripada jang telah dipersoalkan diatas . Rentjana
inipun gagal oleh serangan Belanda pada saat keber
angkatan itu , setelah Presiden mengadakan pidato
selamat tinggal melalui radio Jogjakarta .
Pimpinan pusat telah disederhanakan dengan me
nunda pelaksanaan undang-undang Baharudin, jaitu
dengan setjara darurat mengangkat Djenderal Su
dirman mendjadi Panglima Besar dan KSAP seka
ligus. Dibawah beliau langsung diadakan dua pang
lima, satu untuk Djawa (jang disebut PTTD atau
Panglima Tentara & Territorium Djawa ) dan satu
di Sumatera ( PTTS , Panglima Tentara & Territori
um Sumatera ) ; masing² didjabat oleh penulis sendiri
dan Kolonel Hidajat .
Lama sebelumnja kita mentjari tokoh jang tjukup
populer untuk pimpinan pertahanan di Djawa, seba
gai medan pokok bagi Republik . Tapi karena tidak
mendapat persesuaian , maka pimpinan tsb . diserah
kan kepada saja dengan tetap merangkap sebagai
Kepala Staf Umum , Kolonel Bambang Supeno, jang
telah lama diperbantukan kepada saja, ditetapkan se
bagai Kepala Staf Territorium Djawa, dengan Let .
Kol. Sukanda Bratamenggala sebagai wakilnja . De

255
ngan adanja PBAP sendiri di Djawa, moril kita me
rasa tjukup kuat.
Untuk djabatan Wakil Kepala Staf Umum telah
saja rantjangkan Letnan Kolonel Staf Umum telah
saja rantjangan Letnan Kolonel Abdul Latif jang pada
waktu itu mendjabat komandan militer ibu-kota. Tapi
karena perwira ini sedang ditjalonkan pula untuk
mendjabat panglima divisi , maka pilihan saja itupun
tak dapat segera direalisir.
Kolonel Hidajat mengoper komando Sumatera da
ri tangan Djenderal Major Suhardjo Hardjowardojo ,
dan menjebarkan rombongannja sbb.: Letnan Kolo
nel Askari ke Atjeh , Major Akil ke Riau, Letnan Ko .
lonel A. E. Kawilarang ke Tapanuli dan Major S. Tja
kradipura ke Sumatera Barat.
Di Djawa disusun 4 divisi, jakni Divisi I dipimpin
oleh Kolonel Sungkono dengan markasnja di Kediri,
Divisi II dengan komandannja Kolonel Gatot Subroto,
markasnja di Solo, Divisi III dipimpin oleh Kol. Bam
bang Sugeng dengan pusat komandonja di Magelang,
dan Divisi IV ,, Siliwangi" dibawah komando pendja
bat panglima Letnan Kolonel Daan Jahja jang ma
sih merangkap djabatan Kepala Staf Divisi, markas
nja di Solo .
Berhubung dengan aktivitetnja dalam peristiwa
Madiun, brigade2 Biro Perdjoangan dan T. L. R. I.,
jang pada masa reorganisasi sangat sulit diselesai
kan, kini sudah dihapuskan semuanja. Dengan de
mikian persiapan -persiapan pertahanan ditiap dae
rah propinsi mendjadi lebih lantjar, sehingga ditiap
daerah militer tjuma ada satu komando brigade , se ·
bagai pimpinan operasi, jang merangkap sebagai
komando territorial.
Divisi Sungkono mempunjai 6 brigade, Brigade 1
Let. Kol. Mohammad Sudirman, Brigade 2 Let. Kol.
Surachmat. Brigade 3 Let. Kol. Srudji, Brigade 4
Let. Kol. Sudjono ; masing-masing komandan brigade
merangkap sebagai komandan militer atau bakal ko
mandan militer sesudah ,,Wingate", berturut-turut

256
untuk Bodjonegoro, Kediri, Besuki dan Malang. Di
samping itu ada Brigade Let. Kol. Kretarto untuk
Surabaja dan Brigade "As" Major Suwido jang ber
tugas mendjaga djalan raja Modjokerto - Madiun.
Reorganisasi dalam divisi ini belum selesai.
Divisi Gatot Subroto mempunjai 2 brigade, jaitu
Brigade 5 Let. Kol. Slamet Rijadi dan Brigade 6 Let.
Kol. Sudiarto, jang masing- masing memegang daerah
Solo dan Semarang-Pati. Disebelah itu ada 4 sub
territorium : Madiun 1 dengan komandannja Letnan
Kolonel Marjadi, Surakarta dengan Let . Kol . Mursi
to, Semarang Let. Kol. Dr. Abdul Azis Saleh dan sub
territorium Pati dengan komandannja Let. Kol. Gu
nawan. Reorganisasi dalam divisi ini baru sadja di
mulai.
Divisi Bambang Sugeng telah selesai dengan re
organisasinja dan mengadakan tiga daerah pertahan
an jang masing-masing dipimpin oleh komandan bri
gade, jakni Let. Kol. Bachrun, Brigade 8 , untuk da
erah Banjumas-Pekalongan, Major Achmad Jani,
dari Brigade 9, untuk daerah Kedu Utara- Semarang
Barat, Let. Kol. Suharto, Brigade 10, untuk daerah
Jogjakarta dan Kedu Selatan, kemudian Let. Kol.
Sarbini memimpin seluruh daerah Kedu .
Divisi Siliwangi mempunjai 4 brigade, jaitu Bri
gade 12 Let. Kol. Kusno Utomo, jang akan mendu
duki daerah Bogor dan Priangan Selatan, ketjuali
daerah paling timur (Territorium Timur) jang akan
diduduki oleh Brigade 14, Let. Kol. Eddy Sukardi,
kemudian Brigade 13 jang dipimpin oleh Let. Kol.
Sadikin jang akan menguasai daerah Tjirebon- Sume
dang-Djakarta, serta Brigade 15 dari Let. Kol. Dr.
Erie Sudewo jang tetap berada didaerah Banten.
Brigade 16 jang merupakan gabungan dari lasjkar
lasjkar Seberang dan Brigade 17 Tentara Peladjar,
berada langsung dibawah komando Panglima Tenta
ra dan Territorium Djawa. Menurut rentjana, djika
saatnja peperangan telah petjah, pasukan-pasukan
ini akan dibagi-bagikan kepada masing-masing divisi.

TNI II 17 257
Sampai saat itu sebetulnja registrasi bataljon-batal
jon territorial belum selesai seluruhnja. Masih kami
kosongkan dua nomor brigade, jaitu nomor 7 dan 11,
jang diperuntukan buat pasukan-pasukan jang ter
bentuk dari sisa-sisa brigade kelasjkaran jang ber
sedia menjatakan kesetiannja kembali kepada peme
rintah Republik.
Para panglima divisi dengan sendirinja merangkap
mendjadi gubernur militer. Hal ini sudah sedjak lama
kita perdjoangkan. Sebab menurut pendapat kita,
perdjoangan rakjat total, jaitu perdjoangan gerilja
dalam arti jang seluas-luasnja, tidak terbatas hanja
dalam soal bertempur dilapangan semata-mata, me
lainkan meliputi segi- segi politik, ekonomis dan psy
chologis, jang semuanja harus dirangkumkan dalanı
satu siasat perdjoangan jang bulat.
Perang gerilja kita djuga harus dilaksanakan dalam
bentuk desentral jang seluas-luasnja . Totalitet dalam
hal pemerintahan pada waktu perang, tidak boleh
hanja terbatas pada putjuk pimpinan sadja, seperti
lazimnja djuga dinegara-negara lain jang sedang
menempuh peperangan, akan tetapi dengan konsek
wen harus djuga didesentralisir atau diteruskan sam
pai kepada tingkatan2 pimpinan paling bawah.
Tinggal satu kesulitan lagi, jaitu mengenai guber
nur-gubernur sipil, jang dalam perundang-undangan
Republik belum mempunjai kedudukan jang kongkrit,
dan dalam praktek hanja berkedudukan sebagai pe
gawai pamongpradja jang tertua didaerah. Dengan
Menteri Dalam Negeri a.i. Dr. Sukiman Wirjosan
djojo telah saja adakan persetudjuan jang menetap
kan, bahwa dalam masa perang, fungsi gubernur
sipil untuk sementara ditiadakan , dan orangnja ditem
patkan dalam staf gubernur militer sebagai penasehat
urusan sipil. Djuga dengan Kepala Polisi Sumarto te .
lah saja adakan pembitjaraan² untuk menentukan po
sisi djawatan kepolisian dalam hubungan pemerintah
an gerilja jang totaliter. Hasil dari semua pembitja

258
an ini baru merupakan fase permulaan dari penjele
saian seluruh persoalannja.
Demikian pula Djaksa Agung Mr. Husein Tir
tawinata telah memberikan kesanggupan untuk me
ngatur posisi kedjaksaan dalam pemerintahan ge
rilja rakjat, supaja ada sebanjak mungkin bimbingan
hukum bagi setiap tindakan ketertiban dari koman
dan2 militer. Selama masa penjelesaian pemberontak
an telah timbul kesulitan mengenai mahkamah²
militer, jang menurut aturan resminja seharusnja
dirangkap oleh mahkamah sipil. Para komandan
militer setempat terpaksa mengadakan mahkamah²
darurat dilapangan jang menjelenggarakan peradi
lan setjara kilat . Walaupun kebidjaksanaan begini
praktis telah berdjalan, serta pula telah saja legalisir
atas nama Panglima Besar, namun Wakil Presiden
sebenarnja tak menjetudjuinja. Djaksa Agung sen
diri telah menjerahkan segala sesuatunja kepada
kebidjaksanaan komandan militer didaerah pertem
puran, dimana pendjabat² sipil setempat tak mungkin
lagi diharapkan bisa mendjalankan fungsinja.
Demikianlah, pada medio Desember 1948 - ke
tika Belanda telah memutuskan D Day kita sen
diri telah tiba pada taraf :
1. Segi militer dari penjelesaian peristiwa Madi
un, telah diselesaikan, tinggal sadja penjelesai
an dari segi politis, juridis, dll. kelandjutan pe
rampungannja.
2. Divisi I dan III telah selesai dengan reorgani
sasi serta langkah2 pertama persiapan perang
nja, hanja Divisi II ( Solo ) dan IV (Siliwangi )
serta pasukan2 Seberang, masih ter-pentjar
dalam keadaan lelah.
3. Perintah2 dan instruksi tentang tjara per
tahanan rakjat dan militer j.a.d. sudah dike
luarkan, disebarkan dan didjelaskan, walau
pun belum merata benar.
LAMPIRAN IV :
No. 24 : Militerisasi Djawatan Perhubungan

259
Pasal 1.
Djawatan kereta api dan djawatan pos, telegrap
dan telepon, mulai tanggal 21 September 1948 di
awasi oleh Angkatan Perang ( di-militerisir) .
Pasal 2.
Pimpinan dan pegawai djawatan beserta segala
alat2 dalam menjelenggarakan pekerdjaan sehari
hari tetap ada dibawah kekuasaan Menteri Perhu
bungan .
Pasal 3.

Pegawai harus tetap bekerdja dan bagi mereka


berlaku disiplin dan hukum ketentaraan.
Pasal 4.
Pemimpin kesatuan tentara jang ditempatkan di
bagian kantor stasiun jang dianggap perlu berhak
S
memerintahkan mengawasi segala sesuatu jang ber
sangkutan dengan keamanan dan pertahanan dengan
tidak langsung tjampur-tangan dalam pekerdjaan
djawatan.

No. 25 Peraturan Tanda Hutang Negara.


Pasal 1 .
(1) Pada tanggal 21 September 1948 dikeluarkan
surat tanda hutang Negara.
(2 ) Sewa modal ditetapkan sebesar enam prosen
setahun dan akan dibajar pada waktu pe
nagihan.
Pasal 2.
Djumlah semua surat hutang Negara jang dike
luarkan tidak boleh melebihi seratus djuta rupiah.
Pasal 3.
Hak untuk menuntut pembajaran lenjap setahun
setelah dapat ditagih.
Peraturan ini dimuat dalam surat tanda hutang
Negara.

260
No. 26 Peraturan Pemerintah tentang Mempertje
pat Pemeriksaan Perkara Pidana dalam Ke
adaan Bahaja .
Pasal 1 .

Batas 1 tahun hukuman pendjara dimaksudkan


pada pasal 335 Herzien Inlandsch Reglement dalam
keadaan bahaja tidak diadakan untuk pemeriksaan
perkara pidana pada pengadilan Negeri dan penga
dilan Tentara dalam tingkatan pertama.

No. 27 Peraturan Tentang Kedjahatan² Dalam Ke


adaan Bahaja Jang Dapat Dihukum Dengan
Hukuman Mati.
Pasal 1.
Barang siapa dalam keadaan bahaja melarikan
seseorang dari tempat kediamannja atau tempat ting
galnja sementara, dengan maksud dengan melawan
hukum menempatkan orang itu dibawah kekuasaan
nja atau dibawah kekuasaan orang lain, dihukum
karena pentjulikan dengan hukuman mati atau di
hukum pendjara seumur hidup atau hukuman pen
djara sementara paling lama dua puluh tahun .
Pasal 2 .
Pentjurian dalam keadaan bahaja jang didahului,
disertai atau diikuti kekerasan atau antjaman keke
rasan kepada orang, dilakukan dengan maksud untuk
menjiapkan atau memudahkan pentjurian itu , atau
supaja ada kesempatan bagi dirinja sendiri atau
bagi kawannja jang ikut serta melakukan kedjahat
an itu, untuk melarikan diri atau supaja ada keten
tuan, bahwa barang jang ditjuri itu tetap ada padanja
atau pada kawannja, dihukum dengan hukuman mati
atau hukuman pendjara seumur hidup atau hukuman
pendjara sementara paling lama dua puluh tahun.
Pasal 3.
Barang siapa dalam keadaan bahaja, dengan mak
sud hendak menguntungkan diri sendiri atau orang
lain dengan melawan hukum, memaksa orang de

261
ngan kekerasan atau dengan antjaman kekerasan,
supaja orang itu memberikan barang jang seluruhnja
atau sebagainja merupakan kepunjaan orang itu sen.
diri atau orang lain, atau supaja orang itu membuat
utang atau menghapuskan piutang, dihukum dengan
hukuman mati atau hukuman pendjara seumur hi
dup atau hukuman pendjara sementara paling lama
dua puluh tahun.
Pasal 4.
Barang siapa dengan sengadja dan dengan mela
wan hukum dalam keadaan bahaja menghantjurkan,
merusak atau membuat sehingga tak dapat dipakai ,
pabrik, setasiun kereta api, djalan kereta api, djalan,
djembatan, bangunan tilgrap-tilpun, listrik dan gas,
pemantjar radio, bangunan untuk membendung,
membagi atau membuang air, dihukum dengan hu
kuman mati atau hukuman pendjara seumur hidup
atau hukuman pendjara sementara paling lama dua
puluh tahun .

No. 32 : Peraturan tentang Militerisasi Djawatan


Djalan dari Kementerian Pekerdjaan
Umum.
Pasal 1.
Djawatan Djalan2 mulai tanggal 28 September
1948 diawasi oleh Angkatan Perang (dimiliterisir) .
Pasal 2 .
Pimpinan dan pegawai djawatan beserta segala
alat untuk menjelenggarakan pekerdjaan se-hari¹
ada dibawah kekuasaan Menteri Pekerdjaan Umum.
Pasal 3.
Pegawai² dari djawatan, mulai dari pekerdja regu
djalan keatas, harus tetap bekerdja dan bagi mereka
berlaku disiplin dan hukum ketentaraan.
Pasal 4 .
Pimpinan tertinggi dari kesatuan tentara dalam
suatu daerah djika perlu berhak memerintahkan dan

262
menguasai segala sesuatu jang bersangkutan dengar
.
keamanan dan pertahanan dengan tidak langsung
tjampur tangan dalam pekerdjaan djawatan setelah
pemimpin tertinggi dari djawatan dalam daerah itu
.
diberi tahu .

No. 39 Peraturan Pemerintah Pentang Pemberantas


an Pernjataan Setudju dengan Perbuatan
Kaum Pemberontak,
Pasal 1.
Barang siapa dalam keadaan bahaja dengan per
kataan, tulisan atau perbuatan menjatakan setudju
dengan perbuatan kaum pemberontak, jang dengan
kekerasan telah berusaha merebut kekuasaan pe
merintahan, dihukum dengan hukuman pendjara pa
ling lama sepuluh tahun.
Pasal 2.

Perbuatan jang dimaksudkan dalam pasal 1 diang


gap sebagai kedjahatan .
Pasal 3 .
Peraturan pemerintah ini mulai berlaku pada hari
diumumkan.

No. 40 Peraturan Pemerintah tentang Melepaskan


Orange Hukuman untuk Memberikan Tem
pat Kepada Orang Tahanan atau Hukuman
jang Ditahan atau Dihukum Berhubung de
ngan Pemberontakan Madiun.
Pasal 1.
Apabila diperlukan untuk menempatkan orang2
tahanan atau hukuman jang ditahan atau dihukum
berhubung dengan pemberontakan Madiun, maka
kepala rumah pendjara dapat mengeluarkan dari
rumah pendjara orang hukuman, jang sisa waktu
hukumannja tidak lebih dari 3 bulan, dan tidak
lebih daripada separo dari waktu hukumannja.

263
No. 48 Peraturan Pemerintah tentang Pengluasan
"Berlakunja Peraturan Pidana/Dsiplin Ten
tara" dan Pengluasan Pengadilan Tentara.
Pasal 1 .
Atas semua pegawai jang bekerdja dalam perusa
haan /badan vital jang oleh Presiden dinjatakan di
bawah pengawasan Angkatan Perang ( dimiliterisir) ,
maka berlaku djuga segala peraturan pidana/ disiplin
tentara.

Pendjelasan Umum :
Dengan peraturan ini diadakan ketentuan umum
jang sesuai dengan kehendak pemerintah dalam di
"militerisir"nja suatu perusahaan /badan vital. Dalam
peraturan pemerintah tentang militerisasi djawatan
atau badan vital selalu dinjatakan bahwa bagi pega
wai-pegawai jang bersangkutan berlaku disiplin dan
hukum ketentaraan.
Hal ini diartikan oleh pemerintah sebagai peng.
luasan "berlakunja peraturan pidana/disiplin tentara
dan kekuasaan Pengadilan Tentara" djuga.

No. 50 Peraturan Pemerintah tentang Militerisasi


Beberapa Perusahaan didalam Lingkungan
Kementerian Keuangan .
Pasal 1.
Badan Pertjetakan Negara (Lodji Ketjil - Jogja
karta) jang digunakan oleh Kementerian Keuangan,
Perusahaan Cliche ( Setjodiningratan - Jogjakarta )
dan Pertjetakan Kanten ( Ponorogo ) , mulai 21 Ok
tober 1948 diawasi oleh Angkatan Perang (di-mili
terisir) .
No. 53 Peraturan Pemerintah tentang Urusan Ta
wanan dan Tahanan Politik/Tentara jang
Bersangkutan dengan Peristiwa Madian.
Pasal 1.
(1 ) Jang dimaksud dalam peraturan ini dengan
tawanan dan tahanan politik ialah mereka jang

264
ditawan atau ditahan karena tersangka telah
turut ambil bagian dalam pemberontakan Mu
so-Amir Sjarifuddin cs. melawan pemerintah
Republik Indonesia.
(2) Jang dimaksud dalam peraturan ini dengan
tawanan dan tahanan tentara ialah anggota ten
tara atau bekas anggota T.N.I. jang ditawan
atau ditahan karena tersangka telah turut am
bil bagian dalam pemberontakan tersebut pada
ajat (1 ) .
Pasal 2 .
(1) Untuk mengasingkan atau melindungi mereka
jang termaksud dalam pasal 1 sebelum perka
ranja diperiksa dan diputus oleh hakim, maka
dibeberapa tempat diadakan tempat pengasi
ngan tawanan dan tahanan politik/tentara (se
landjutnja disebut tempat pengasingan) .
(2) Bagi tawanan dan tahanan politik/tentara jang
dianggap oleh pihak kedjaksaan jang bersang
kutan dapat membahajakan ketertiban umum
ditundjuk rumah pendjara sebagai tempat peng
asingan.
Pasal 3.
(1 ) Tempat2 pengasingan jang ada didaerah Jogja
karta, Kedu dan Banjumas termasuk urusan
umum (,,algemeen beheer" ) gubernur militer
Jogjakarta, Kedu dan Banjumas .
(2) Tempat pengasingan jang ada didaerah Solo
Semarang, Pati dan Madiun termasuk urusan
umum gubernur militer Solo-Semarang, Pati
dan Madiun .
(3) Tempat pengasingan jang ada didaerah Kediri,
Bodjonegoro, Malang dan Surabaja termasuk
urusan umum gubernur militer Djawa Timur.
Pasal 4.
(1 ) Urusan tersebut dalam pasal 3 dipusatkan se
landjutnja di Kedjaksaan Tentara Agung (Pu
sat Urusan Tawanan dan Tahanan Politik /
Tentara) .

265
(2) Untuk menjelenggarakan pekerdjaan tersebut
dalam ajat (1 ) pasal ini, maka oleh Menteri
Pertahanan diperbantukan beberapa orang per
wira menengah kepada Djaksa Agung.
(3) Perwira2 menengah seperti dimaksud pada ajat
(2 ) pasal ini mengerdjakan tugasnja atas pe
rintah Djaksa Tentara Agung.
Pasal 5.
(1 ) Pusat Urusan Tawanan dan Tahanan politik/
tentara mengurus antara lain :
a. pembelandjaan dan segala pengeluaran me
ngenai urusan tawanan dan tahanan poli
tik/tentara ;
b. pertanggungan djawab ("verantwoording" )
tentang keuangan jang dipergunakan oleh
gubernur militer untuk urusan tawanan/
tahanan politik tentara ;
c. pelaporan² jang diterima dari gubernur2
militer tentang urusan tawanan/tahanan po
litik/tentara ;
d. hal-hal lain jang dianggap perlu.
Pasal 6.
(1 ) Tempat- tempat pengasingan tersebut dalam pa
sal 2 ajat (1) diselenggarakan oleh gubernur²
militer (atau jang dikuasakan olehnja ) dengan
bantuan dari pihak pamong pradja, polisi dan
instansi² lain didaerah .
(2 ) Tempat2 pengasingan tersebut diurus dan di
kepalai oleh seorang komandan kamp jang di
bantu oleh beberapa orang perwira, bintara
dan pradjurit, serta dibantu pula oleh beberapa
orang pegawai rumah pendjara dan polisi.
(3) Kepada komandan kamp diperbantukan sepasu
kan pengawal guna mendjaga keamanan dan
ketertiban.
(4) Perbantuan tersebut pada ajat ( 2 ) dan ( 3 ) di
selenggarakan oleh gubernur militer jang ber
sangkutan .

266
Pasal 7.
(1 ) Peraturan bagi tempat pengasingan ( kamp
reglementen ) ditetapkan dalam peraturan ter
sendiri oleh pusat urusan tawanan/tahanan
politik/tentara.
(2) Dimana dianggap perlu tiap komandan kamp
atau gubernur militer dapat mengadakan pera
turan-peraturan untuk tempat pengasingan,
jang bersifat sementara.

No. 74: Peraturan Pemerintah tentang Perobahan


Peraturan Pemerintah no. 37 tahun 1948
tentang ,,Susunan dan Kekuasaan Pengadil
an/Kedjaksaan dalam Lingkungan Peradil
an Ketentaraan”
Pendjelasan :
1 . Dalam usaha penjelesaian perkara² pemberotakan
P.K.I. Muso -Amir cs . , terasa benar kesulitan² di
sebabkan peraturan tentang kekuasaan Penga
dilan Tentara ( Peraturan Pemerintah no. 37 ta
hun 1948 ) tidak memuat suatu pasal seperti pa.
sal 4 dari Undang2 no . 7 tahun 1946 jang bunji
nja sebagai berikut :
,,Pengadilan Tentara mengadili pula perka
ra-perkara kedjahatan jang dilakukan oleh
siapapun djuga djikalau kedjahatan2 terse
but termasuk titel I atau titel II buku dua
dari Kitab Undang2 Hukum Pidana dan dila.
kukan dalam lingkungan jang dinjatakan da
lam keadaan bahaja berdasarkan pasal 12
Undang2 Dasar ”

Terbukti bahwa dalam peristiwa pemberontakan


tersebut tersangkut orang2 preman dan anggota
tentara sebagai satu gerombolan dalam hubungan
jang erat. Antara lain karena golongan tentara pa
dat dewasa ini tidak merupakan satu golongan jang
terpisah dalam masjarakat kita, pun karena maksud /
tudjuan (,,opzet") pemberontakan termaksud meli .

267
puti tentara dan sipil sebagai satu front terhadap pe
merintah, sehingga pada umumnja batas² antara
anasir² pemberontakan biasa dan anasir² ketenta
raan dalam pemberontakan tersebut sukar ditetap
kan dengan pasti.
Lagi pula hubungan pihak tentara dan pihak sipil
dalam pemberontakan itu menjukarkan penjelesaian
- ber
perkara selandjutnja, dalam penjelesaian mana —
dasarkan Peraturan Pemerintah no . 37 tahun 1948
-harus dipergunakan pemisahan ( ,, splitsing" ) .
Dengan diadakan pasal seperti pasal 4 Undang
no. 7 tahun 1946 maka kesulitan² jang berkenaan de
ngan pemisahan tadi dapat dihindarkan.
Ternjata bahwa hal jang sebelum peristiwa Madiun
dst. dirasakan sebagai tiruan belaka dari peraturan²
zaman Hindia Belanda (jaitu pasal 4 Undang2 no . 7
tahun 1946 ) , sungguh mempunjai arti jang praktis
guna penjelesaian perkara² pemberontakan seperti
pemberontakan P.K.I. Muso- Amir cs .
Bunji teks pasal baru itu ( pasal 3a ) sesunguhnja
lebih luas dari pada pasal 4 Undang2 no.7 tahun 1946
dan lebih sesuai dengan pasal 3 sub 1 dari „ Bepali
ngen betreffende de rechtsmacht van den militairen
rechter in Ned-Indië (Stbl 1934 no. 173).
Dengan demikian maka ketentuan² jang berbunji :
a. ,,berupa perbuatan jang terantjam oleh K.U.
H.P.T. , djika dilakukan oleh seorang preman,
tidak merupakan detik" dan
b. ,,atas beberapa perbuatan terantjam oleh kedua
Kitab Undang2 Hukum Pidana, djika dilaku
kan oleh seorang preman, tidak dapat dipergu
nakan antjaman dalam K.U.H.P.T. jang pada
umumnja lebih berat dari pada antjaman dalam
K.U.H.P." ditiadakan.
2. Dalam memahamkan djumlah perwira menengah
tinggi pada Angkatan Perang kita maka sudah
terbajang kekurangan tenaga untuk dapat me
lajani pasal 19 ajat 4, 5 dan 6 dan pasal 23 ajat

268
2 Peraturan Pemerintah no . 37 tahun 1948.
Harus diingat pula bahwa Mahkamah Tentera
Tinggi praktis adalah pengadilan se-hari²nja
(,,de dagelijksche rechter" ) bagi perwira tinggi
( termasuk mereka jang tersebut dalam pasal
30) terhadap siapa sukar didapatnja opsir² jang
berkedudukan militer lebih tinggi daripada me ·
reka, untuk diangkat sebagai hakim opsir.
Pun pasal 23 ajat 2 sukar didjalankan untuk
keperluan jang tertjantum dalam pasal 30.
Maka terhadap Mahkamah Tentara Tinggi
dan Mahkamah Tentara Agung, pemerintah ter
paksa melepaskan azas bahwa seorang opsir tidak
boleh memutus atau ikut memutus perkara opsir
jang lebih tinggi pangkat atau ranglisnja.
Sedjak berlakunja Peraturan Pemerintah ini,
maka sidang pengadilan-pengadilan tersoh ha
nja terikat kepada ketentuan-ketentuan dalam
pasal 15 ajat 3 berhubung dengan pasal 14 ajat 5
(untuk Mahkamah Tentara Tinggi ) dan pasal 23
ajat 1 berhubung dengan pasal 22 ajat 2 (untuk
Mahkamah Tentara Agung) . Keadaan demikian
itu tidak berarti bahwa dalam memilih perwira
untuk diangkat mendjadi hakim opsir, pun da
lam melajani suatu perkara dengan para hakim
opsir Mahkamah Tentara Tinggi / Agung jang ter
sedia, sama sekali tidak diindahkan azas terse
but.
Sedapat-dapat akan dipenuhi azas tersebut,
meskipun sesuatu tidak merupakan keharusan
seperti dalam suasana Mahkamah Tentara bagi
pengadilan mana azas itu masih berlaku sepenuh
nja.

3. Perobahan pasal 30 ajat 1 (lama ) Peraturan Pe


merintah no . 37 tahun 1948 diadakan karena di
hari belakangan ini ditiadakan djabatan jang di
maksud oleh ajat 1 sub 5 s /d sub 9 pasal tsb.
Jang dimaksud dengan djabatan Panglima Divisi

269
sebagaimana termaktub dalam pasal III huruf f, ialah
Panglima Divisi menurut penetapan Menteri Pertahan
an tgl. 5 Nopember 1948 , djadi bukan Panglima Di
visi menurut susunan lama atau jang sederadjat de
ngan itu seperti misalnja Panglima Angkatan Laut
Republik Indonesia. Jang penting sekali bagi kita da
lam hal mempersiapkan rentjana pertahanan rakjat
serta perang gerilja jang akan datang ialah peraturan Pe
merintah No. 33 dan 70.

270
1

Penetapan Presiden No. 4 thn 1948.

Membentuk Panitia ,, Hidjrah" jang susunannja


sbb.:
Ketua Arudji Kartawinata Kem . Pertah..
Wk. Ketua I Djend . Maj . Ir, Sukirman
TNI. bg Masj.
Wk. Ketua II I. Moh. Siradj . Kem. Dlm . Neg.
Ketua Sekretaris Dr. Hutagalung Kem. Pertah.
Wk. Ket. Sekt. Maj . Hardjono Angg . Panitia Ist.
Angg. Sekretariat Sekretariat PP PNI
Anggota² 1. Supandi Kem. Perhub.
2. Surjad i 99 Sosial
3. Sutarjo Pek. Umum
4. Ir. Harjono 37 Kemakmuran
5. Sukandi Persed. Makanan

Rakjat
6. Dr. Sumakno "" Kesehatan
7. Mardjono "" Keuangan
8. Muhadi "" Penerangan
9. Dr. Hutagalung 99 Pertahanan
10. Djend . Maj. Sutomo Djaw. Perl . AP
11. Djend. Maj . Wijono Pepolit
12. Dr. Djokosalamun Insp. Keseh. Tent.
13. Djend . Maj . Sudibyo Dir. Djend. AD
14. H. Kartasasmita Kem . Pertah. bg Sos.
15. Suroso Kem. P.P. & K.
16. Kol. Dachlan Djambek Wk. Ko Sumatera
17. Kol. Simbolon idem
Penasihat : 1. Maj . Suprajogi Div. I
2. Kapt. Sutarman Panitia
3. Djend . Maj . Santoso Kepolisian
b. Maj . Katamsi Djaw. V
5. Kol . Suprapto MBPTL
6. Kol . Abdurachman Div. VIO
7. Sanityo MBPT
8. Maj . Harjono Div. II

271
2. Mengangkat Djend . Maj . Sudibyo mendjadi in
spektur djenderal dari Panitia Hidjrah tsb. diatas
dengan ketentuan bahwa untuk mendjalankan tu
gas kewadjiban ini, stafnja diperbantukan kepa
danja.

Susunan badan adalah sbb. :


Perumahan : Ketua, Sutardjo (Kem. Pek. U
mum).
Penerimaan : Ketua, H. Kartasasmita Kep . Djaw.
Sosial Kem . Pertah.).
Wk. Ketua, Moh. Anwar (Djaw. Sos.
Kem. Pertah .).
Pemeriksaan : Ketua, Kol. Abdurachman Kep.
Intell. Kem. Pertah.) .
Wk. Ketua, Kol. Dr. Sutjipto (Kep.
Intell. MBT).
Kesehatan Ketua, Dr. Salamun (Inspektur Ke
seh. Tent.).
Perl./Perbek, : Ketua, Djend . Maj . Sutomo (DPAD)
Wk. Ketua, Sukardi (PPBM).
Keuangan Ketua, Dr. Hutagalung (Kem . Per
tah.).
Pengangkutan : Ketua, Supandi (Kem. Perhubung
an).
Hiburan : Ketua, Djend. Maj . Wijono (Pepo
lit).
Wk. Ketua, Kol . Sudarmo (TNI bg
Masj .).
Keamanan : Ketua, Djend . Maj . Santoso (MEPT)
Urusan Umum Ketua, I. Moh . Siradj (Kem. Dim
Negeri) .

272
RALAT

hal. 25, baris ke 19 dari atas : ditawani, betulnja ditawan


hal. 26, baris ke 16 dari atas : Russia, betulnja : Rusia
hal. 72 , baris ke 34 dari atas : dalam dalam parlemen, betul
nja dalam parlemen
hal. 87, baris ke 8 dari atas sebagai alat negara, betulnja :
hanja sebagai alat negara
hal. 125, baris ke 14 dari atas : untuk mentjabut, betulnja :
untuk me
hal. 129, baris ke 8 dari atas : Rekontruksi, betulnja : Re
konstruksi
hal. 129 , baris ke 36 dari atas : ketuhanan, betulnja : kebu
" tuhan
hal. 163 , baris ke 1 dari atas : rat, betulnja : at
hal . 164, baris ke 18 dari atas : jang ternjata telah, betulnja :
perwira tersebut ternjata telah
hal. 168 , baris ke 22 dari atas : pertíbangan2 , betulnja : per
timbangan²
hal . 171 , baris ke 17 dari atas : miknat , betulnja : minat
hal. 184, baris ke 31-32 dari atas : su- hasil dari suatu, be
tulnja : suatu
hal. 213 , baris ke 37 dari atas : gai golongan, batulnja : mem
persatukan segala matjam go
longan djawatan dari pelbagai
golongan,
hal . 233 , baris ke 14 dari atas : 13. Reorganisasi dan Rasiona
lisasi (III betulnja : 6 REOR
GANISASI & RASIONALISA
SI (III) .
hal. 238 , baris ke 6 dari atas : Perempuan, betulnja : Per
tempuran
hal. 239, baris ke 10 dari atas : lawa, betulnja lama
hal. 246, baris ke 1 dari atas : ( 1 ) Hukuman jang setinggi
tingginja ditetapkan, betulnja:
ditiadakan
hal. 256, baris ke 4-5 dari atas : Staf Umum telah saja rantjang
Letnar Kolonel Abdul Latief,
betulnja Letnan Kolonel Ab
dul Latief
hal. 259, baris ke 2 dari bawah : LAMPIRAN IV , betulnja :
LAMPIRAN :
*

S
1
!
‫(܃ ܂‬ ‫܂‬ a Library service

Valeer a tornia
Berkeley . $4720

Anda mungkin juga menyukai