Anda di halaman 1dari 11

Nama : Pebi Diah Patmawati

NPM : 130210180020
Praktikum Patologi Klinik

PEMERIKSAAN FUNGSI HATI


Pendahuluan
Hati memiliki peran sangat penting dalam metabolisme glukosa dan lipid, membantu
proses pencernaan, absorbsi lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, serta detoksifikasi tubuh
terhadap zat toksik. Interpretasi hasil pemeriksaan uji fungsi hati tidak dapat menggunakan
hanya satu parameter tetapi menggunakan gabungan beberapa hasil pemeriksaan, karena
keutuhan sel hati dipengaruhi juga faktor ekstrahepatik.
Tes fungsi hati atau lebih dikenal dengan liver panel atau liver function test adalah
sekelompok tes darah yang mengukur enzim atau protein tertentu di dalam darah anda. Tes
fungsi hati umumnya digunakan untuk membantu mendeteksi, menilai dan memantau penyakit
atau kerusakan hati. Biasanya jika untuk memantau kondisi hati, tes ini dilakukan secara berkala.
Atau dilakukan juga ketika Anda memiliki risiko perlukaan hati, ketika Anda memiliki penyakit
hati, atau muncul gejala-gejala tertentu seperti jaundice (ikterus).
Amino transferase adalah sekelompok enzim yang bekerja sebagai katalisator dalam
proses pemindahan gugus amino dari suatu asam alfa amino kepada suatu asam alfa keto
Transaminase termasuk enzim plasma non fungsional dengan tidak melakukan fungsi fisiologik
di dalam darah. Dua macam enzim aminotransferase yang sering digunakan dalam diagnosis
klinik kerusakan sel hati adalah Aspartat Aminotransferase (AST) yang disebut SGOT
(SerumGlutamic Oxaloasetic Transaminase) dan Alanin Aminotransferase (ALT) yang juga
disebut SGPT (Serum Glutamic PyruvicTransaminase).
Tujuan Praktikum
Untuk menentukan nilai kadar SGOT dan SGPT dalam serum darah dengan metode
spektrofotometri
Berilah Keterangan dari Tabel dibawah berikut
Pemeriksaan SGPT
Enzim yang ada pada serum pasien mengkatalisir reaksi antara
oksoglutarat dengan L-alanin membentuk glutamate dan piruvat .

Prinsip Kerja piruvat yang terbentuk bereaksi dengan NADH yang akan
membentuk laktat dan NAD. Berkurangnya NADH akan
sebanding dengan aktifitas GPT yang dapat dilihat setelah 1
menit reaksi berlangsung.
Alat dan Bahan Foto Alat/ Bahan Fungsi
Reagen SGPT Reagen yang akan dicampurkan
1. dengan zat uji

Tabung reaksi

2. Digunakan sebagai tempat


mereaksikan zat

Spektrofotometer
3.
Untuk mengukur absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang
gelombang

Mikropipet Memindahkan zat dengan ukuran


4. mikros
5. Aquades Untuk mencuci alat

6. Tissue

Untuk membersihkan area kerja

7. Kuvet Kuvet merupakan alat yang


digunakan untuk mengukur
konsentrasi reagen yang dibaca
pada spektrofotometer

8. Rak tabung reaksi

Tempat menyimpan tabung reaksi

1. pipet reagen SGPT sebanyak 500µl dengan mikropipet


2. masukkan kedalam tabung reaksi yang berlabel SGPT
3. buang bluetip kedalam beakerglass yang berisi air
4. pasang blue tip baru
5. lakukan pembacaan pada alat
6. pipet sampel sebanyak 50 µl menggunakan mikropipet jangan
Langkah Kerja lupa di tisu dan masukkan kedalam tabung reaksi berlabel SGPT
7. pilih nama pemeriksaan
8. masukkan aquades untuk pencucian pada alat
9. isi data diri pasien pada alat
10. masukkan sampel tadi dan tunggu 1 menit
Peningkatan 20-50x:
Hepatitis virus/obat
Interpretasi Peningkatan 10-<20x:
Hepatitis kronik, kolestasis/kolesistitis, penyembuhan hepatitis
Peningkatan 3-10x:
Obat-obatan hepatotoksik (allopurinol, aspirin, ampisilin,
heparin, barbiturat), AMI, pankreatitis akut
Peningkatan 1-2x:
Kongesti hepatik
Pemeriksaan SGOT
SGOT mengkatalisis reaksi :
Aspartat bereaksi dengan 2-oksoglutarat GOT glutamat dan

Prinsip Kerja oksaloasetat. Oksaloasetat yang bereaksi dengan 2,4-


dimetrophenilhidrazin dalam larutan alkalis. Hasil tersebut
ditentukan secara fotometri paga gelombang 500-560nm.
Alat dan Bahan Foto Alat/ Bahan Fungsi
Bahan yang akan dicampurkan
1. Reagen SGOT dengan zat uji

Tabung reaksi

2. Digunakan sebagai tempat


mereaksikan zat

Spektrofotometer
3.
Untuk mengukur absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang
gelombang

Mikropipet
4.

Memindahkan zat dengan ukuran


mikros

5. Aquades Untuk mencuci alat


6. Tissue

Untuk membersihkan area kerja

7. Kuvet Kuvet merupakan alat yang


digunakan untuk mengukur
konsentrasi reagen yang dibaca
pada spektrofotometer

8. Rak tabung reaksi

Tempat menyimpan tabung reaksi

1. pipet reagen SGOT sebanyak 500µl dengan mikropipet


2. masukkan kedalam tabung reaksi yang berlabel SGOT
3. buang bluetip kedalam beakerglass yang berisi air
4. pasang blue tip baru
5. lakukan pembacaan pada alat
6. pipet sampel sebanyak 50 µl menggunakan mikropipet jangan
Langkah Kerja lupa di tisu dan masukkan kedalam tabung reaksi berlabel SGOT
7. pilih nama pemeriksaan
8. masukkan aquades untuk pencucian pada alat
9. isi data diri pasien pada alat
10. masukkan sampel tadi dan tunggu 1 menit.
Peningkatan tegas (5x atau lebih):
Hepatitis akut, hepatitis karena obat, sirosis karena alkohol,
Interpretasi pankreatitis akut, mononukleosis infeksiosa, AMI, trauma otot
Peningkatan sedang (3-5x):
Obstruksi traktus biliaris, hepatitis kronik, tumor hati
Peningkatan ringan (2-3x):
Sirosis, perlemakan hati
Kasus yang akan dibahas
Simak artikel pada tautan berikut http://disnak.sumbarprov.go.id/info/detil/103/feline-
cholangiohepatitis.html
Jawablah pertanyaan dibawah ini
1. Jelaskan macam-macam kelainan fungsi hati dan berikan contoh cara pemeriksaan
laboratorium untuk mengetahui kelainan tersebut
Jawab:
Beberapa jenis kelainan fungsi hati diantaranya:
- Cholangiohepatitis, sirosis hati, hepatitis, obstruksi traktus biliaris, kolesistitis,
kongesti hepatik
Cara pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan diantaranya adalah dengan metode
SGPT dan SGOT
2. Jelaskan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kelainan saluran hepatobilier
Jawab:
- Pemeriksaan darah lengkap
Pada pemeriksaan darah terjadi anemia nonregenerative, hiperbilirubinemia,
hiperglobulinemia, limfositosis, hiperglikemia, peningkatan ALT dan ALP.
o Pemeriksaan SGPT
o Pemeriksaan SGOT
- Pemeriksaan kimia darah
3. Berikan nilai ambang batas normal dari hasil pemeriksaan biokimiawi darah untuk mengetahui
fungsi hati hewan (Min. 3 hewan)
Jawab:

4. Apa nama penyakit yang menyerang kucing tsb dan bagaimana patogenesanya:
Jawab:
Penyakitnya adalah Feline Cholangiohepatitis, penyakit ini dapat bersifat akut maupun
kronis.
Patogenesa yang terjadi:
Dalam keadaan normal, terdapat bakteri (flora normal) yang tumbuh di dalam
sistem pencernaan kucing. Bakteri tersebut berfungsi untuk membantu proses
metabolisme makanan. Pada saat sistem imun kucing menurun, maka jumlah bakteri
tersebut akan meningkat. Peningkatan bakteri di dalam saluran pencernaan biasanya
disertai dengan penyebaran bakteri ke dalam duktus koledokus (saluran empedu yang
terbentuk dari kandung empedu dan hati). Bakteri dapat menyebar akibat adanya gerakan
usus (gerakan peristaltik) yang abnormal. Hal ini mengakibatkan adanya tekanan
intraluminal (tekanan di dalam usus) sehingga menimbulkan kondisi refluk yaitu
kembalinya metabolisme di dalam usus menuju ke saluran empedu. Sehingga bakteri dari
usus dapat masuk ke saluran empedu bersamaan dengan terjadinya refluk dan
menginfeksi duktus koledokus. Infeksi tersebut menyebabkan inflamasi pada dinding
saluran empedu (cholangitis). Selain menginfeksi daerah tersebut, bakteri juga akan
menyebar ke dalam hati kucing dan menyebabkan peradangan pada hati, kantung
empedu, dan saluran empedu. Hal inilah yang disebut dengan kondisi cholangiohepatitis
pada kucing.
5. Apa gejala klinis yang terjadi ?
Jawab:
Feline cholangiohepatitis akut:
- Peradangan pada area portal hati dan  saluran empedu yang terdiri dari netrofil,
limfosit dan sel plasma
Feline cholangiohepatitis kronis:
- Terkadang tanda-tanda klinis ringan dan samar-samar selama beberapa minggu atau
bulan
- Hipertropi saluran empedu dan fibrosis area portal hati lebih menonjol
- Pada tahap lanjut, Cholangiohepatitis kronis dapat berubah menjadi sirosis bilier 
Gejala klinis yang umum terjadi:
- Tidak nafsu makan (anoreksia)
- Muntah
- Lesu dan lemah (lethargy)
- Peningkatan volume pipis (poliuria)
- Rasa haus yang berlebih (polidipsi)
- Demam
- Kekuningan pada beberapa bagian tubuhnya (jaundice/ icterus)
- Terasa kesakitan saat dipegang (dipalpasi) pada daerah perut
- Diare
6. Apa yang disebut ikterus dan jelaskan penyebab terjadinya icterus!
Jawab:
Ikterus adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lender, kulit
atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Penyebab terjadinya ikterus adalah kadar
bilirubin darah yang melebihi 2 mg%, maka ikterus akan terlihat.
7. Masukkan hasil pemeriksaan darah kucing pada kasus tsb pada sebuah tabel yang
dibandingkan dengan angka normal, dan kemudian berikan penjelasan narasinya
Jawab:

8. Bagaimana treatment yang dilakukan untuk menangani kasus tsb


Jawab:
- Pemberian antibiotik.
Antibiotik yang dipilih untuk pengobatan cholangiohepatitis harus
diekskresikan dalam empedu dalam bentuk aktif. Antibiotik tersebut diantaranya
tetrasiklin, ampisilin, amoksisilin, eritromisin, kloramfenikol,dan metronidazol.
Namun, beberapa diantaranya memiliki efek samping. Eritromisin tidak efektif
melawan bakteri gram negatif, tetrasiklin bersifat hepatotoksik, dan kloramfenikol
dapat menyebabkan anoreksia. Sehingga  ampisilin atau amoksisilin yang
dikombinasikan dengan asam klavulanat yang menjadi pilihan utama. Kedua
antibiotik ini mempunyai spektrum luas yang efektif melawan bakteri gram negatif
dan gram positif, juga dapat ditoleransi dengan baik oleh kucing. Obat ini juga dapat
dikombinasikan dengan metronidazol untuk melawan bakteri anaerob. Pemberian
antibiotik disarankan selama dua bulan atau lebih (Marks, 2003).
- Pemberian prednisolon
Ketika kucing yang menderita cholangiohepatitis kronis gagal merespon terapi
antibiotik dalam waktu 2 sampai 3 minggu, maka dapat diberikan prednisolon. Sifat
anti inflamasi dari prednisolon bermanfaat dalam mengurangi kerusakan
hepatoseluler. Dosis prednisolon awal yang digunakan adalah 2.2-4 mg/kg bb q24 h.
Kemudian perlahan dosis diturunkan menjadi 1-2 mg/kg bb q48h. Setiap
pengurangan dosis yang diberikan, diperlukan pemeriksaan kimia darah untuk
memantau kondisi kucing. Jika respon klinis dan nilai kimia darah bagus, maka dosis
yang diberikan sebanyak 0.5 mg/kg bb q48h untuk terapi jangka panjang dapat
diberikan. Pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat ditoleransi dengan baik
oleh kebanyakan kucing dan sedikit efek samping (Marks, 2003).
-  ursodeoxycholic acid 
Direkomendasikan untuk kucing dengan semua jenis penyakit radang
hati. Ursodeoxycholic acid memiliki sifat anti-inflamasi, imunomodulator, dan
antifibrotik serta meningkatkan fluiditas sekresi bilier. Ursodeoxycholic acid dapat
diberikan dengan aman kepada kucing dengan dosis 10-15 mg / kg q24h PO. Efek
samping pada kucing jarang terjadi dan biasanya terbatas pada diare ringan (Marks,
2003).
- Perawatan suportif
Terapi cairan dapat diberikan pada kucing yang sakit parah dan mengalami
gangguan cairan serta elektrolit. Pada kasus gangguan fungsi hati pemberian Ringer
Laktat (RL) perlu diperhatikan karena hati tidak dapat mengekskresikan laktat
sehingga menyebabkan lactic acidosis. Diberikan infus Ringer Asetat (RA) selama
kadar ALT, ASP, dan ALP tinggi, apabila sudah turun maka dilanjutkan dengan
terapi menggunakan Ringer Laktat (RL) (Tilley dan Smith, 2007). Respon
pengobatan terhadap kucing yang menderita cholangiohepatitis harus dipantau
melalui pemeriksaan darah lengkap dan profil kimia darah. Peningkatan aktivitas
ALT yang terus-menerus dan konsentrasi bilirubin total atau peningkatan aktivitas
ASP menunjukkan bahwa terapi yang diberikan tidak responsif.

DAFTAR PUSTAKA

Tanggal Pemeriksaan :

Nilai :

Paraf Pemeriksa :

Anda mungkin juga menyukai