Anda di halaman 1dari 69

SKRIPSI

ANALISIS KADAR HEMOGLOBIN PADA PETANI PEROKOK


AKTIF YANG TERPAPAR PESTISIDA DI DESA AJAKKANG
KABUPATEN BARRU

NURWANA
18 3145 353 190

PROGRAM STUDI D-IV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS MEGAREZKY

MAKASSAR

2022

i
SKRIPSI

Analisis Kadar Hemoglobin pada Petani Perokok aktif yang Terpapar

Pestisida di Desa Ajakkang Kabupaten Barru

NURWANA
18 3145 353 190

Dibimbing Oleh

A. Maya Kesrianti, S.Si.,M.Kes

Pembimbing I

Indaswari Rahman, S.Si.,M.Kes

Pembimbing II

Penguji
Idris Mone, S.Si.,M.Kes

PROGRAM STUDI DIV TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


FAKULTAS TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022

i
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI
Analisis Kadar Hemoglobin pada Petani Perokok aktif yang Terpapar

Pestisida di Desa Ajakkang Kabupaten Barru

Disusun dan diajukan oleh


NURWANA
Nomor Induk Mahasiswa 18 3145 353 190

Menyetujui,

Tim Penguji

1. A. Maya kesrianti, S.Si., M. Kes ( )

2. Indaswari Rahman, S.Si.,M.Kes ( )


3. Idris Mone, S.Si.,M.Kes ( )

Mengetahui

Ketua Program studi Dekan


DIV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi Kesehatan

Nirmawati Angria, S.Si., M.Kes Prof. Dr. Dra. Hj. Asnah Marzuki, M.Si
NIDN: 0918068702 NIDK: 8879223419

ii
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segalanya puji syukur kepada Allah SWT, sang pencipta seluruh isi alam
semesta yang kekal dan maha tinggi telah memberikan kesehatan, kekuatan serta
karunia yang engkau berikan sehingga skripsi sederhana ini dapat terselesaikan.
Shalawat dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, yang
menjadi panutan sampai akhir kehidupan.

Skripsi ini saya persembahkan kepada orang tuaku, selalu menjadi


motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Sudirman dan Ibu Wati yang
tidak henti-hentinya memberikan semangat, doa serta nasehat yang sangat
bermanfaat dengan perjuangan penuh kasih sayang yang telah berusah payah
dengan ikhlas mangasuh, membesarkan, mendidik, memberikan materi, mejadi
model icon terbaik bagi penulis, memberikan semangat dan menjadi motivator
yang luar biasa dari awal kelahiran penulis sampai sampai dititik ini dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Ponakanku tercinta Marsya, Lidia, Ika, Nanna, Anjang yang selalu
memberikan dukungan, doa, dukungan dan semangat untuk meyelesaikan studi
ini.
Pembimbingku Ibu A. Maya kesrianti, S.Si., M. Kes dan ibu Indaswari Rahman,
S.Si.,M.Kes yang telah membimbing dan memberikan arahan dengan tulus dan
sabar serta memberikan masukan dan saran yang sangat luar biasa dalam
membantu proses pegerjaan skripsi ini.

iii
MOTTO

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya


bersama kesulitan itu ada kemudahan

-Q.S. Al-Insyirah 5-6

Rasulullah bersabda : Barang siapa menempuh jalan mendapatkan ilmu, Allah


akan mudahkan baginya jalan Menuju Surga.

-Hadist Riwayat Muslim-

‘’Aku tak sebaik yang kau ucapkan, tapi aku juga tak seburuk yang terlintas
dihatimu’’

-Ali Bin Abi Thalib-

iv
CURICULUM VITAE

Nama : Nurwana
Tempat lahir : Barru
Tanggal lahir : 19 Februari 2000
Alamat : Jl. Raya Baruga No 28 A
No. Hp : 082 347 601 759
Email : nurwanaa111@gmail.com

Orang Tua :
Ibu : Wati
Ayah : Su

dirman
Riwayat pendidikan :
SD : SD AJAKKANG TIMUR (2006-2012)
SMP : SMP NEGERI 1 SOPPENG RIAJA (2012-2015)
SMA : SMA NEGERI 1 SOPPENG RIAJA (2015-2018)
Prinsip Hidup : Always positifthingking
Kesan di saat kuliah :Luar biasa sudah berada diposisi sekarang ini, banyak
bersyukur atas nikmat dan karunia Allah telah
dipertemukan dengan orang –orang baru dibangku
perkuliahan khususnya teman sekelasku E’Proud yang

v
akan menjadi salah satu cerita indah dihidupku.
Menghabiskan waktu 4 tahun bukan waktu yang singkat
dengan semua suka duka yang dirasakan namun tak bisa
aku pungkiri bahwa mereka lah salah satu penguat,
penyemangat dan penghiburku selama 4 tahun
belakangan ini.

vi
PRAKATA

Puji dan syukur atas kehadirat Allah subahanahu wa taala atas limpah

rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyalesaikan proposal

ini, yang merupakan persyaratan akademis untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Studi Diploma IV Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Teknologi

Kesehatan Universitas Megarezky.

Penulisan proposal berjudul " Analisis kadar hemoglobin pada petani yang

terpapar pestisida dan termasuk perokok di desa ajakkang kabupaten barru "

penulis menyadari akan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki,

oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya membangun merupakan input dalam

penyempurnaan selanjutnya. Semoga dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan dimasa yang akan datang dan masyarakat pada umumnya.

Dengan segalah hormat, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

terhormat:

1. Bapak Dr. H. Alimuddin, S.H., M.Kn. sebagai Pembina Yayasan Pendidikan

Islam Megarezky.

2. Ibu Hj. Suryani, S.H., M.H., selaku Ketua Yayasan Pendidikan Islam

Megarezky.

3. Bapak Prof. Dr. dr. Ali Aspar Mappahya, Sp. DP., Sp. JP (K).selaku Ketua

Rektor Universitas Megarezky.

vii
4. Ibu Prof.Dr.Dra Hj. Asnah Marzuki, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas

Teknologi Kesehatan Universitas Megarezky.

5. Ibu Nirmawati Angria, S.Si., M.Kes. selaku Ketua Program Studi D-IV

Teknologi Laboratorium Medis, yang telah memberikan banyak ilmu,

perhatian dan motivasi selama peneliti menjalankan pendidikan di Universitas

Megarezky

6. Ibu A. Ulfa Ferdhyanti, S.Si., M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Ibu A. Maya Kesrianti, S.Si.,M.Kes selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

8. Ibu Indaswari Rahman, S.Si.,M.Kes, selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

9. Pak Idris Mone S.Si., M.Kes Selaku penguji yang juga selalu masukan dan

arahan dalam penyempurnaan proposal penelitian ini

10. Kepada ayundaku tersayang Marsya dan Nanna yang senantiasa membantu

memberi saran, serta memberi semangat dalam penyusunan proposal ini.

11. Kepada teman-teman seperjuangan di DIV Teknologi Laboratorium Medik

angkatan 2018 khususnya “Kelas 2018 E” yang telah memberikan

kebersamaan seperti keluarga kurang lebih empat tahun ini, baik suka maupun

duka, bestie-bestie tersayang yang selalu membantu saya kapanpun,

dimanapun, dan dalam kondisi apapun “Isma, Selvi, Zarqia, Nadia, Mini, dan

Putri” serta semua teman-teman yang tidak saya sebutkan satu persatu, yang

senantiasa berbagi kasih saling menyemangati, selalu ada disaat suka dan

viii
duka, Semua pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan motivasi

dalam menyelesaikan proposal ini. Akhir kata, semoga proposal ini dapat

memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran

kepada penulis maupun pembaca terkhusus mahasiswa DIV Teknologi

Laboratorium Medik Universitas Megarezky Makassar.

Makassar, Mei 2022

Nurwana

ix
ABSTRAK

Nurwana, 183145353190. Analisis kadar hemoglobin pada petani perokok aktif


yang terpapar pestisida. Dibimbing A. Maya kesrianti dan Indaswari Rahman

A. Pestisida adalah zat kimia yang bersifat tidak

sejenis yang bisa menghancurkan tanaman penganggu, beberapa jenis

hama seperti serangga dan hewan pengerat, termasuk pembunuh

gulma, fungsida, imsektisida, acaricides, nemaricidea dan redontisida.

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kadar hemoglobin pada

petani perokok aktif yang terpapar pestisida di desa Ajakkang

Kabupaten Barru kecematan soppeng Riaja. Desain penelitian ini

bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 24 responden. Teknik

pengambilan sampel yaitu menggunakan purposive sampling.

Variabel dalam penelitian ini adalah kadar hemoglobin pada petani

perokok aktif yang terpapar pestisida. Berdasarkan hasil penelitian

menunjukkan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada petani yaitu

kadar hemoglobin normal 70,8% dan abnormal 29,2%. Kesimpulan

dari petani perokok aktif yang terpapar pestisida sebagian besar

memiliki kadar hemoglobin normal.

Kata kunci: Hemoglobin, petani, perokok, pestisida

x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iii
MOTTO..................................................................................................................iv
CURICULUM VITAE.............................................................................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
ABSTRAK...............................................................................................................x
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xiii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN.......................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................I
A. Latar Belakang.............................................................................................5
B. Rumusan Masalah........................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................5
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Tinjauan Umun tentang pestisida.................................................................6
B. Tinjauan Umum tentang Rokok.................................................................14
C. Tinjauan Umum tentang Hemoglobin .......................................................21
D. Kerangka Teori..........................................................................................29
E. Kerangka Konsep... ...................................................................................30
F. Hipotesis Penelitian....................................................................................30
G. Definisi Operasional...................................................................................30
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................32
A. Jenis Penelitian...........................................................................................32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................32
C. Populasi dan sampel Penelitian..................................................................32
D. Kriteria Sampel..........................................................................................32
E. Instrumen da Alur Kerja.............................................................................33
F. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................34
G. Teknik Analisa Data...................................................................................34
H. Alur Penelitian............................................................ ..............................35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELILITAN.....................................36
A. Selayang Pandang Lokasi Lokasi Penelitian..............................................36
B. Hasil Penelitian...........................................................................................37
C. Pembahasan................................................................................................39
BAB V PENUTUP.................................................................................................43
A. Kesimpulan................................................................................................43
B. Saran .................................................................................. .......................43
DAFTAR PUTAKA...............................................................................................44

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 jenis-jenis pestisida………………………………………………….....7

Gambar 2 kandungan zat kimia rokok…………………………………………...16

Gambar 3 struktur hemoglobin…………………………………………………..23

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel. 1 golongan pestisida………………………………………………………10

Tabel. 2 kadar hemoglobin………………………………………………………24

Tabel. 3 distribusi hasil penelitian berdasarkan umur petani ……………………37

Tabel. 4 distribusi berdasarkan lama kerja petani………………………………..37

Tabel. 5 distribusi berdasarkan kebiasaan memakai APD……………………….38

Tabel. 6 distribusi berdasarkan hasil kadar hemoglobin petani …………………38

xiv
DAFTAR SINGKATAN

HB : Hemoglobin
APD : Alat pelindung diri
CO : Karbon monoksida
CO2 : Karbon dioksida
O2 : Oksigen

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pestisida ialah zat kimia yang bersifat tidak sejenis yang bisa

menghancurkan tanaman penganggu, beberapa jenis hama seperti serangga dan

hewan pengerat, termasuk pembunuh gulma, fungsida, imsektisida, acaricides,

nemaricidea dan redontisida. Produk phytosanitary semua memiliki tingkat

toksisitas tertentu (Mutia, 2019).

WHO (2014) mencatat 1-5 juta kasus keracunan terjadi tiap tahun

khususnya pada pekerja pertanian. Dalam studi kasusnya menyebutkan bahwa

95,8% petani sayur dan buah di kota Batu, Malang Jawa Timur mengalami

keracunan pestisida berdasarkan pengukuran kadar kolinesterase dalam darahnya (

Pamungkas,2016 ).

Berdasarkan data kementrian kesehatan (Kemenkes) pada tahun, 2020

Faktor resiko penyakit dapat timbul dari aktifitas atau pekerjaan yang dilakukan

salah satunya adalah paparan pestisida terhadap petani berdasarkan kajian yang di

lakukan oleh BTKLPP kelas I Makassar pada tajun 2014 dan 2015 mengenai

paparan pestisida pada petani di peroleh gambar bahwa 52% sampai 65% petani

melakukan penyemprotan di wilayah layanan telah terpapar pestisida mulai dari

keracunan ringan sampai sedang (Kemenkes, 2020).

1
Pengguna pestisida pada 10 tahun terakhir mengalami peningkatan untuk

sektor pertanian di seluruh dunia. Tercatat di Afrika pengguna pestisida mencapai

4% dari pasar pestisida global, dengan perkiraan kasar 75.000 hingga 100.000 ton

bahan aktif pestisida yang digunakan dibandingkan dengan sekitar 350.000 ton di

eropa. Namun, peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat keracunan pestisida

merupakan masalah besar terutama dengan pendataan yang tidak baik dari otoritas

kesehatan (Mutia, 2019).

Keracunan pestisida di Indonesia pada tahun 2016 tercatat sebanyak 771

kasus keracunan, sedangkan pada tahun 2017 terjadi 124 kasus keracunan, dan 2

diantaranya meninggal dunia. Data penggunaan pestisida di Provinsi Jawa Tengah

menunjukkan masih banyaknya penggunaan pestisida dengan bahan aktif yang

dilarang peredarannya oleh UTZ Standard and Certification Department seperti

karbofuran, kumatretalil, karbosulfan, amitrat, klorfenapir, dan beta siflutrin yang

memiliki toksisitas akut dan bahan yang berpotensi memberikan efek

karsinogenik, mutagenik, toksikan reproduktif, dan dapat mempengaruhi sistem

endokrin (Oktaviani, 2020).

Dalam penggunaan pestisida bisa berdampak dikesehatan petani jika tidak

menggunakan APD yang lengkap saat penyemprotan APD seperti sarung tangan,

sepatu pengaman, sandang pelindung, tak memperhatikan arah angin serta

melakukan penyemprotan sambil makan dan minum, saat melakukan

penyemprotan sangat penting memperhatikan APD buat mencegah hubungan

dengan bahan kimia. Selain itu, pembuangan wadah dengan aman di dalam lubang

2
yang digali serta menguburnya sehabis penggunaan, bisa mencegah terjadinya

keracunan pestisida pada petani (Erwin dkk, 2019).

Pestisida masuk kedalam tubuh manusia memiliki 3 cara yaitu melalui

kulit, hidung dan mulut baik di sengaja maupun tidak di sengaja atau kecelakaan.

Pestisida dapat meracuni manusia memiliki 2 mekanisme kerja yaitu enzim dan

hormon, Racun yang masuk kedalam tubuh manusia dapat menonaktifkan

activator sehingga enzim dan hormon tidak dapat bekerja. Pada pestisida

tergolong sebagai endokrin disrupting chemicals (ESCs) yang merupakan suatu

bahan kimia yang dapat menganggu sekresi, sintesis, transport, metabolisme,

pengikatan dan eliminasi hormone yang ada dalam tubuh yang berfungsi menjaga

hemeostasis, reproduksi, dan proses tumbuh kembang. Dapat merusak jaringan

dalam tubuh. Paparan pestisida akan menginduksi histamine dan serotonin yang

dapat memicu elergi dan menciptakan senyawa baru yang berbahaya bagi tubuh

(Erwin dkk, 2019).

Pestisida dapat mempengaruhi kadar hemoglobin karena apabila pestisida

masuk ke dalam tubuh manusia akan terjadi penurunan produksi, sehingga kadar

hemoglobin menjadi tidak normal menyebabkan tidak dapat mengatur fungsinya

dengan baik. Dan Meningkatnya methemoglobin yang dapat menyebabkan

penurunan kadar hemoglobin (Dwi, 2020).

Hemoglobin adalah protein tetrametrik yang ditemukan dalam sel darah

merah yang mengikat dua fungsi transportasi peting dalam tubuh manusia yaitu

3
mengangkut oksigen ke jaringan dan mengangkut karbon dioksida dan proton dari

jaringan ke seluruh pernapasan (Made, 2021).

Selain petani yang terpapar pestisida rokok juga mempengaruhi kadar

hemoglobin.Hemoglobin akan berikatan dengan karbondioksida untuk

mengembalikannya ke paru, kandungan yang ada dalam rokok akan berikatan

dengan membentuk karboksihemoglobin. Keberadaan karboksihemoglobin

didalam sel darah merah akan mengakibatkan hemoglobin tidak mampu mengikat

oksigen yang akan dilepaskan ke berbagai jaringan sehingga dapat terjai hipoksia

jaringan (Wibowo, 2017) .

Pada penelitian ini akan dilakukan penelitian yaitu analisis kadar

hemoglobin pada petani perokok aktif yang terpapar pestisida di desa Ajakkang

Kabupaten Barru alasan memilih lokasi karena di desa Ajakkang masih banyak

petani yang tidak memakai APD saat melakukan penyemprotan. Penelitian

dilakukan dengan menggunakan alat Hematology Anlyser (Sysmex xs 800 i)

Hematology Analyser adalah alat yang digunakan untuk memeriksa darah

lengkap dengan cara menghitung dan mengukur sel darah merah secara otomatis

berasarkan impendasi aliran listrik atau berkas cahaya terhadap sel-sel yang

dilewatkan, mengukur sampel berupa darah. Alat ini biasanya digunakan dalam

bidang kesehatan yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit yang diderita

seseorang seperti kanker, diabetes, dll. Pemeriksaan hematologi rutin yang

meliputi pemeriksaan hemoglobin, hitung jumlah leukosit, dan hitung jumlah

trombosit (Muliati, 2020).

4
Berdasarkan uraian diatas diketahui bahwa pestisida dan rokok dapat

mempengaruhi kadar hemoglobin, sehingga dengan itu mendorong peneliti

melakukan penelitian untuk mengetahui kadar hemoglobin pada petani peroko

aktif yang terpapar pestisida.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu “Bagaimanakah kadar

hemoglobin pada petani perokok aktif yang terpapar pestisida ?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu Untuk mengetahui kadar hemoglobin

pada petani perokok aktif yang terpapar pestisida

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Diharapkan menjadi bahan masukan untuk menambah wawasan petani

dan masyarakat tentang bahaya pestisida dan rokok, agar lebih menyadari

bahwa pentingnya memakai APD (alat pelindung diri) saat melakukan

penyemprotan pestisida

2. Manfaat teoritis

Diharapkan menjadi bahan masukan untuk pengembangan ilmu,

khususnya bidang teknologi laboratorium medis terkait dengan kadar

hemoglobin pada petani yang terpapar pestisida dan termasuk perokok

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjaun Umum Tentang Pestisida

1. Definisi Pestisida

Pengguna pestisida pada 10 tahun terakhir mengalami peningkatan

untuk sektor pertanian di seluruh dunia. Di afrika pengguna pestisida

mencapai 4% dari pasar pestisida global, dengan perkiraan kasar 75.000

hingga 100.000 ton bahan aktif pestisida yang digunakan dibandingkan

dengan sekitar 350.000 ton di eropa. Namun, peningkatan morbiditas dan

mortalitas akibat keracunan pestisida merupakan masalah besar terutama

dengan pendataan yang tidak baik dari otoritas kesehatan (Mutia ,2019)

Penggunaan pestisida petani harus memahami berbagai bahaya dan

risiko terkait dengan penggunaan pestisida. Bahaya dan risiko bervariasi

tergantungan toksisitas pestisida. Toksisitas pestisida dapat diartikan sebagai

kualitas racun atau berbahaya bagi hewan maupun tumbuhan yang

dipengaruhi oleh sifat kimia dan fisik suatu zat. Mekanisme kerja pada

pestisida memiliki cara kera yang berbeda-beda. Tetapi mekanisme secara

umum menyebabkan perubahan biokimia hyang menganggu fungsi sel

normal (Mutia, 2019).

2. Jenis-Jenis Pestisida

menurut Mutia, (2019)Pestisida dapat dibedakan menjadi beberapa

jenis antara lain:


Gambar 2.1. Jenis-jenis pestisida

(Tarminah,2020)

a) Insektisida

Insektisida merupakan kelompok pestisida yang terbesar dan terdiri

atas beberapa sub kelompok kimia yang berbeda, yaitu organoklorin,

organofosfat, karbamat, piretroid.

b) Herbisida

Herbisida memiliki beberapa jenis yang toksisitas pada hewan

belum diketahui pasti. Terdiri dari beberapa kelompok kimia yang berbeda

yaitu senyawa klorofeneksi, herbisida biperidil, herbisida lainnya seperti

seperti dinitro-o-kresol (DNOC), amitrol (aminotriazol), karbamatprofam

dan kloroprofam dan lainnya.Fungsida seperti senyawa merkuri, senyawa

dikarboksimida, derivate ftalimida, senyawa aromatic, adapun fungsida

lainnya yaitu senyawa nheterosiklik tertentu.

c) Rodentisida

7
Terdiri dari beberapa kelompok kimia yang berbeda yaitu warfarin,

tiourea, natrium fluroasetat dan sluorosetamisa, rodentisida lainnya

mencakup produk tumbuhan misalnya alkaloid striknin. Perangsang

susunan syaraf pusat kuat, squill merah, yang mangandung flikosida

skiaran A dan B

d) Fumigan

Fumigan sesuai namanya,kelompok pestisida ini mencakup

beberapa gas, cairan yang mudah menguap dan zat padat yang melepaskan

berbagai berbagai gas lewat reaksi kimia. Dalam bentuk gas, zat –zat ini

dapat menembus tanah untuk mengendalikan serangga-serangga, hewan

pengerat dan nematode tanah

1. Alur masuknya pestisida ke dalam tubuh manusia

Menurut Pamungkas (2016), Pestisida masuk ke dalam tubuh manusia

melalui 3 cara yaitu yaitu:

a) Kontaminasi lewat kulit

Kontaminasi pada kulit yang paling sering terjadi, lebih dari 90%

kasus keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit.

Resiko kontaminasi lewat kulit dapat dipengaruhi konsentrasi, formulasi,

daya toksisitas dermal, bagian kulit yang terpapar dan luasnya, serta kondisi

fisik individu yang terpapar. Jika nilai lethal dose 50 (LD50) semakin kecil

maka resiko keracunan semakin besar, jika konsentrasi pestisida manempel

ke kulit semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang mudah

8
diserap, punggung tangan merupakan kulit yang mudah menyerap . Pekerja

yang dapat menimbulkan tersiko kontaminasi lewat kulit umumnya yaitu

penyemprotan, pancampuran, pestisida dan proses pencucian alat-alat yang

terpapar pestisida.

b) Masuk melalui hidung (pernapasan)

Keracunan pestisida melalui pernapasan merupakan kasus terbanyak

Kedua setelah keracunan kontaminasi lewat kulit. Gas dan partikel halus

pada pestisida masuk ke dalam paru- paru melalui udara yang dihirup oleh

hidung, sedangkan partikel-partikel besar menempel ke selaput hidung atau

kerongkongan. LD 50 juga mempengaruhi penghirupan pestisida lewat

saluran pernapasan, pestisida yang terhirup dan ukuran partikel dan bentuk

fisik pestisida. Pestisida yang berbentuk gas yang masuk ke dalam tubuh

manusia sangat berbahaya. Droplet yang berukuran sangat kecil kurang dari

10 mikron dapat mencapai paru-paru dan dapat menjadi gangguan pada

selaput lendir hidung dan kerongkongan. Gas pestisida yang terhisap dapat

ditentukan oleh konsentrasinya di udara, lamanya paparan dan kondisi fisik

individu yang terpapar. Pekerja yang menyebabkan terjadinya kontaminasi

lewat saluran pernapasan umumnya pekerja yang terkait dengan

penyemprotan lahan pertanian.

c) Intake (Lewat Mulut)

Cara kerja lewat mulut tidak sering terjadi dibandingkan

kontaminasi lewat kulit dan hidung. Contoh orang terpapar melalui mulut

9
misalnya orang bunuh diri, makan dan minum saat bekerja atau dalam

keadaan menggunakan pestisida. Menyeka keringat dengan sarung tangan

atau kain yang terkontaminasi pestisida tubuh

2. Golongan Pestisida dan Dampak Kesehatan

Jenis pestisida terbagi dalam beberapa golongan dampak pada kesehatan.

Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawa ini:

Tabel 2.1 golongan pestisida


No Golongan Gejala dan Tanda Keterangan
Pestisida
1 Organopospat sakit kepala, pusing, Gejala pada
dan karbamat lelah,hilangnya selera keracunan
makan,diare,mual,kejang, karbamat cepat
keluar air mata, penglihatan muncul namun
kabur, tremor, keringat, cepat hilang jika
denyut jantung lambat,tidak dibandingkan
sanggup berjalan , kejang dengan
otot,sesak, buang air besar organofosfat.
dan kecil tidak Anditot:
terkontrol,tidak sadar dan atropine atau
kejang-kejang pralidoksim

2 Organoklorin Lemah, mual, gelisah, rasa Tidak ada


menusuk pada kulit, kejang antidote,
otot, hilang koordinasi, tidak langsung atasi
sadar gejala
keracunan.
Obat yang
diberikan hanya
mengurangi
gejala seperti
anti konvulsi
dan permafasan
3 Piretroid derivate Asama,alergi dan iritasi kulit Efek yang
tanama: pretrum muncul 1-2 jam
dan piretrin setelah terpapar
dan hilang
10
dalam 24 jam
Piretrin tapi
bersifat iritasi
pada orang yang
peka
4 Piretroid sintetik Gatal-gatal, iritasi kulit, rasa Jarang terjadi
geli, rasa terbakar, mati rasa, keracunan
tremoe, pendengaran dan karena
perasa, muntah, salivasi, kecepatan
diare dan iritasi pada absorpsi melalui
pendengaran dan perasa. kulit rendah
piretroid cepat
hilang
5 DEEP repellent Kulit kemrahan, melepuh -
hingga nyeri,iritasi kulit,
iritasi mata, pusing dan
perubahan emosi
6 Insektisida Kulit kemerahan, irittasi -
anorganik asam kulit, gatal-gatal pada
dan borat kaki,bokong dan kemaluan
pengelupasan,dan iritasi
saluran pernafasan dyan
sesak –nafas

7 Insektisida Radang pada saluran -


mikroba:bacillus pencernaan
thuringiensis

(Mutia,2019)

3. Dampak Penggunaan Pestisida Pada Petani

Menurut Pamungkas (2016), Orang yang terpapar pestisida menyebabkan

gangguan kesehatan, dampak dari pestisida dapat berupa kronis maupun akut,

sebagai berikut:

a) Keracunan kronis
11
Keracunan kronis dapat mempengaruhi cara kerja sistem organ

seperti sitem saraf, sitem hormonal, sistem kekebalan tubuh. Keracunan

kronis dapat ditemukan pada organ paru-paru, hati lambung, dan usus.

Orang yang terpapar pestisida dapat mengalami batuk yang sulit sembuh

atau rasa sesak di dada. Ini merupakan manifestasi gejala bronchitis, asma,

atau penyakit paru-paru lainnya. Individu yang terpapar pestisida

kemungkinan lebih besar untuk mengidap kanker, karena ratusan pestisida

dan bahan yang dikandung diketahui dapat mnyebabkan kanker. Tapi ini

bukan berarti individu yang bekerja mengguunakan pestisida pasti akan

menderita kanker. Penyakit kanker yang paling banyak terjai akibat

pestisida adalah kanker darah (Leukemia), limfoma, dan kanker otak.

Beberapa jenis pestisida diketahui dapat menganggu sistem

kekebalan tubuh dengan cara lebih bahaya.karena jenis pestisida dapat

melemahkan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi, jadi tubuh akan

lebih muda terinfeksi dan jika terjadi infeksi maka penyakit akan semakin

parah dan akan susah disembuhkan.

b) Keracunan akut

Keracunan akut terbagi manjadi efek akut sistemik dan efek akut

lokal. Efek akut sistemik apabila pestisida masuk ke dalam tubuh dan dapat

menganggu sistem tubuh. Pestisida menyebar kesuluruh tubuh melalui darah

dan meyebabkan saraf-saraf otot secara tidak sadar dengan gerakan kasar

12
maupun halus dan pengeluaran air mata serta pengeluaran air ludah secara

berlebihan dan pernafasan menjadi tidak normal.

4. Penyebab Terjadi Keracunan Pestisida

Menurut Ivnaini (2019), Penyebab terjadinya keracunan peptisida yaitu:

a) Kurangnya pengetahuan petani tentang bahaya pestisida

b) Banyaknya pestisida yang sangat berbahaya yang dijual di pasaran yang

muda di dapatkan petani

c) Tidak adanya pelindung diri yang aman, murah dan nyaman di pake petani.

5. Cara Terhindar Terpaparnya Keracunan Pestisida

Menurut Ivnaini ( 2019), Penyebab terjadinya keracunan pestisida yaitu:

a) Pekerja harus berusia 18 tahun ke atas dan mengerti mengenai pengelolahan

pestisida dan mengatuhi bahaya dan cara terhindar dari keracunan pestisida.

b) Tidak boleh menjalani pemaparan lebih dari 5 jam per hari atau 30 jam

dalam seminggu, harus memakai APD dan menjaga kebersihan badan dan

alat yang di pakai dan tidak diperbolehkan menggunakan pestisida dalan

bentuk debu

c) Pekerja tidak boleh dalam keadaan mabuk pada saat bekerja atau orang yang

memiliki kekurangan fisik ataupun mental yang dapat membahayakan

d) Pekerja bukan wanita hamil atau tidak sedang menyusui.

13
B. Tinjauan umum tentang rokok

1) Definisi rokok

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, rokok merupakan

tembakau yang diolah dan kemudian dibungkus menggulung menggunakan

daun nipah ataupun kertas. Sedangkan menurut Menteri Kesehatan dan

Menteri Dalam Negeri, rokok merupakan salah satu hasil olahan tembakau

yang dibuat dan dipergunakan dengan cara dibakar dan/atau dihisap. Terdapat

beberapa tanaman yang digunakan dalam pengolahan beberapa jenis rokok

yakni, tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica, serta spesies lainnya

atau dapat juga dibuat secara sintesis yang dimana asapnya mengandung

nikotin dan tar, dengan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok tersebut dibagi

menjadi 4 yakni rokok kretek, rokok putih, cerutu, dan rokok klembak

(Nadella, 2017).

Rokok merupakan gulungan tembakau ayang digulung atau dibungkus

dengan kertas, daun. Atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-

10 cm, biasanya dihisap seseorang setalah dibakar ujungnya. Rokok

merupakan pabrik bahan kimia yang berbahaya. Hanya dengan membakar

dan mengisap sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis

bahan kimia. 400 diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi

dalam tubuh dan dapat menyebabkan kanker (Kemenkes, 2020).

Perokok merupakan seseorang yang menghirup asap rokok baik secara

langsung maupun tidak langsung. Ada 2 jenis perokok yakni perokok aktif

14
dan perokok pasif. Perokok pasif adalah mereka yang ukan perokok tetapi

turut menghirup asap rokok yang ditimbulkan oleh orang lain atau orang yang

berada dalam satu ruangan tertutup dengan orang yang merokok. Sedangkan

perokok aktif adalah mereka yang secara langsung menghisap rokok dengan

rutin, walaupun hanya satu batang perhari atau dapat juga terdefinisi sebagai

orang yang menghisap rokok secara langsung walaupun tidak rutin atau

hanya sekedar coba-coba sudah termasuk ke dalam kategori perokok aktif

(Kumalasari, 2019).

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kadar

hemoglobin didalam darah menjadi tidak normal, karena kandungan bahan

kimia yang ada pada rokok sangat beragam. Merokok dapat dikatakan salah

satu pembakaran yang tidak sempurna yang menghasilkan asap putih

( partikel karbon) dan karbon monoksida. Tingginya kadar karbon monoksida

yang ada didalam tubuh dapat mempengaruhi kerja hemoglobin untuk

berikatan dengan oksigen. Apabila hemoglobin lebih banyak mengikat karbon

monoksida, maka oksigen yang disuplai ke jantung akan berkurang, sehingga

jantung bekerja lebih berat untuk mendapatkan energi yang sama beratnya

(Sayekti, 2020).

15
2) Kandungan Zat Kimia Rokok

Gambar 2.2: Rokok


(Mifta, 2011)
Di dalam rokok terdapat kurang lebih 4.000 jenis bahan kimia dan

40 jenis di antaranya bersifat karsinogenik atau dapat menyebabkan kanker.

Zat beracun tersebut banyak terdapat pada asap sampingan (asap hasil

pembakaran dari ujung rokok) seperti karbon monoksida (CO) yang dimana

terdapat 5x lebih banyak ditemukan dibandingkan pada asap utama (asap

yang keluar dari pangkal rokok). Selain itu, asap sampingan juga

mengandung 3 x lebih banyak benzopiren dan 50 x lebih banyak amoniak

dibandingkan yang terdapat pada asap utama (Sumerti, 2019).

Asap rokok yang dihirup oleh seorang perokok mengandung

komponen gas karbon monoksida (CO), CO 2, hydrogen sianida, amoniak,

oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon. Asap rokok tersebut selain

16
mengandung komponen gas, juga mengandung beberapa partikel, seperti Tar,

nikotin, benzopiren, fenol, dan cadmium (Sumerti, 2019).

a. Tar

Tar merupakan senyawa yang bersifat karsinogen. Zat tersebut

bersifat lengket pada paru-paru dan jika dibiarkan dapat menyebabkan

kanker pada organ paru. Saat seseorang menghisap rokok, uap asap yang

mengandung tar tersebut akan menuju rongga mulut dan mengendap

menjadi warna kuning pada gigi, saluran nafas, hingga paru-paru. Kadar

pengendapan tar bervariasi sekitar 3-40 mg per batang, sedangkan kadar

pada rokok berkisar kurang lebih 24-45 mg (Kumalasari, 2019)

b. Nikotin

Nikotin merupakan zat yang memiliki sifat perangsang yang dapat

membuat penggunanya menjadi kecanduan dan dapat merusak jantung

serta sirkulasi darah. Nikotin bekerja mengganggu sistem saraf simpatis

dan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Selain itu,

nikotin juga merangsang pelepasan hormon adrenalin yang dapat

meningkatkan frekuensi denyut jantung, serta menyebabkan gangguan

pada irama jantung. Selain itu, efek lain dari nikotin adalah pengaktifan

trombosit sehingga menyebabkan adhesi atau penggumpalan pada dinding

pembuluh darah (Sumerti, 2019)

17
c. Karbon Monoksida

CO atau biasa dikenal dengan gas Karbon Monoksida merupakan

unsur yang dihasilkan oleh pembakaran zat karbon yang tidak sempurna.

Ketika gas CO masuk ke dalam darah, hal tersebut akan mengakibatkan

peningkatan Haemoglobin (Hb) daripada oksigen di dalam darah. Jika hal

tersebut terjadi maka akan menyebabkan seseorang mengalami keracunan

karbon monoksida karena terjadi penurunan kapasitas transportasi oksigen

dalam darah (Ria, 2018)

3) Penyakit yang Disebabkan oleh Rokok

Adapun penyakit yang dapat disebabkan oleh rokok menurut Nurrahmah (2014)

yaitu :

a) Penyakit jantung koroner

b) Trombosis koroner

c) Kanker

d) Bronkitis atau radang cabang tenggorok

4) Efek samping merokok

Merokok dapat menimbulkan beberapa efek yang buruk bagi kesehatan

rongga mulut salah satunya aktivitas enzim ptialin saliva, enzim tersebut akan

mengalami perubahan aktivitas yang disebabkan oleh asap rokok yang masuk ke

dalam mulut perokok. Seperti yang telah diketahui, rokok mengandung beberapa

oxidant seperti radikal bebas oxygen dan nitrogen, serta volatile aldehyde yang

18
dimana, jika tubuh terpapar oleh zat tersebut maka dapat mengakibatkan

peningkatan tekanan oksidatif pada sistem biological (Syauqy, 2017).

Dampak dari asap rokok dapat menyebabkan penurunan pH pada rongga

mulut. Hal ini disebabkan, karena terjadinya penurunan sekresi bikarbonat pada

saliva yang diakibatkan karena efek asap rokok yang berpengaruh terhadap

berkurangnya penghasilan volume saliva. Di dalam rongga mulut, pH pada

kelenjar saliva memiliki peranan penting karena berperan dalam kehidupan,

pertumbuhan, dan multiplikasi bakteri di dalam mulut (Syauqy, 2017).

Asap rokok mengandung banyak zat- zat yang bersifat racun, bersifat

iritasi serta bersifat karsinogen. Terdapat 3 komponen utama pada rokok yang

dapat menimbulkan kendala kesehatan diantaranya nikotin, tar serta karbon

monoksida. Zat karsinogen pada rokok ini dapat menimbulkan defisiensi sistem

imun, inflamasi pada saluran kelenjar saliva, iritasi dan perubahan fungsional

pada kelenjar saliva. Nikotin ialah bahan yang sangat mempengaruhi perubahan

laju aliran saliva. Saliva yang memiliki peran sebagai self cleansing di dalam

rongga mulut akan terganggu fungsinya sehingga akan mempengaruhi status

kesehatan rongga mulut. Tar yang masuk ke rongga mulut menyebabkan

pengendapan di permukaan gigi dan kemudian akan menimbulkan permukaan

gigi jadi kasar sehingga plak lebih gampang melekat. Peningkatan tekanan darah

juga dapat terjadi akibat dari gas karbon monoksida yang ada pada rokok, hal ini

dapat berpengaruh terhadap sistem pertukaran hemoglobin (Sodri dkk, 2018).

19
5) Jenis-jenis rokok

Rokok dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Menurut Imelda dkk

(2014), rokok dapat dibedakan berdasarkan bahan atas bahan pembungkus rokok,

bahan baku atau isi rokok, proses pembuatan rokok, dan penggunaan filter pada

rokok yaitu :

a) Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

1) Klopot: Rokok yang yang memiliki bahan pembungkus berupa daun jagung

2) Kawung: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren

3) Sigaret: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas

4) Cerutu: Rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun temabakau

b) Rokok berdasarkan bahan baku atau isi

1) Rokok putih: rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun tembakau yang

diberi saus untuk mendapatkan efek rasa aroma tertentu

2) Rokok Kretek: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh yang diberi saus untuk mendapatkan efek rsa dan aroma

tertentu

3) Rokok klembak: rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun tembakau

dan cengkeh

c) Rokok berdasarkan proses pembuatannya

20
1) Sigerat Krektek tangan (SKT): Rokok yang proses pembuatannya dengan

cara digiling atau dilinting dengan menggunakan tangan dan atau alat bantu

sederhana

2) Sigerat kretek mesin (SKM): Rokok yang proses pembutannya

menggunakan mesin

d) Dilihat dari komposisinya

1) Bidis: Tembakau yang digulung dengan temburni kering diikat dengan

benang

2) Cigar: Dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan daun

tembakau

3) Kretek: Campuruan tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh berefek

mati rasa dan sakit saluran pernapasan

4) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah yang biasa digubakan

di Asia Tenggara dan India

C. Tinjauan umum tentang Hemoglobin

1. Definisi Hemeglobin

Hemoglobin terdiri dari 2 kata heam dan globin, dimana heam adalah

Fe dan protoporfirin yaitu mitokondria, globin yaitu rantai asam amino.

Hemoglobin merupakan protein glubolar yang mengandung besi. Terbentuk

dari 4 rantai polipeptida, terdiri dari 2 rantai alfa dan 2 rantai beta. Masing-

21
masing rabtai tersebut terbuat dari 141-146 asam amino. Pada struktur setiap

ranyai polipeptida yang tiga dimensi dibentuk dari delapan heliks bergantian

dengan tujuh segmen non heliks. Setiap rantai mengandung grup prostetik

yang dikenal sebagai heme, yang bertanggung jawab pada warna merah pada

darah. Molekul heme mengandung cincin porphirin. Pada tengahnya, atom

besi reversible dikombinasikan dengan satu molekul oksigen atau molekul

gas karbon dioksida (CO₂) (Anamisa, 2015)

Hemoglobin terdiri dari protein yang mengandung zat besi di dalam sel

darah merah yang mengakut oksigen (O₂)dari paru-paru keseluruh jaringan

tubuh yang terdapat manusia dan hewan lainnya. Hemoglobin juga sebagai

pembawa karbondioksida (CO₂) dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk

dikeluarkan ke atmosfir. Hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan

empat gugus heme yaitu molekul organic dengan satu atom besi. Mutasi pada

gen protein hemoglobin dapat mengakibatkan suatu golongan penyakit yang

disebut hemoglobinopati, yang paling sering ditemui dilapangan adalah

anemia sel sabit dan talasemia (Lailla, 2021)

2. Fungsi Hemoglobin

Menurut (Syaiful, 2017) hemoglobin memiliki beberapa fungsi yaitu:

a) Dapat mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam

jaringan tubuh

b) Membawa karbondioksida dari jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme

ke paru-paru untuk disekresikan,dapat diketahui kadar hemoglobin, dan

22
untuk mengatahui kurang darah atau tidak pada seseorang. penurunan

kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut

anemia.

c) Mengambil oksigen dari paru-paru untuk dibawa keseluruh tubuh untuk

dipakai sebagai bahan bakar.

3. Struktur Hemoglobin

Gambar 2.3 struktur hemoglobin

Hofbrand,( 2013)

Hemoglobin merupakan molekul protein tetramerik terdiri dari

protoporphyrin dan besi, yang ada pada sel darah merah(eritrosit) semua

vertebrata. Protein hemoglobin A berbentuk globiuler, terdiri dari dua rantai

∝ globin dan 2 rantai β globin. Molekul ∝ 2 β 2 yang menyusun hemoglobin

individu pada orang dewasa. Pada tiap sub unit (alpha dan beta) mengandung

grup heme. Dengan satu atom besi untuk melekatnya oksigen secara

riversibel. Hemoglobin berperan dalam proses respirator, yaitu sebagai

transport oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh kemudian membawa

kembali karbondioksida. Hemoglobin juga berinteraksi dengan gas lain yaitu

karbon monoksida dan nitric oksia yang memiliki peran biologis (Wulandari,

2016).
23
4. Proses sintesis hemoglobin

Hemoglobin disintesis pada stadium eritroblast sebanyak 65% dan pada

stadium retikulosit sebanyak 35%. Sintesisis hemoglobin banyak terjadi

dalam mitokondria oleh sederet reaksi biokimia yang dimulai dengan

kondensasi glisin dan suksinil koenzim A dibawah aksi enzim amino

laevulinic acid (ALA)-sintetase. Vitamin B6 adalah koenzim untuk reaksi ini

yang dirangsang oleh eritropoetin dan dihambat oleh heme. Akhirnya

protopotphyrin bergabung dengan besi untuk membentuk heme yang masing-

masin molekulnya bergabung dengan rantai globin. Tetramer dengan masing-

msing gugus hemenya sendiri terbentuk dalam kantong untuk membangun

molekul hemoglobin (Rumiyati, 2010).

5. Kadar Hemoglobin

Jika terjadi penurunan kadar hemoglobin maka akan meyebabkan

terjadinya anemia. Anemia merupakan suatu keadaan apabila jumlah kadar

hemoglobin dibawa atas nilai normal sesuai dengan umur dan jenis kelamin.

Nilai batas normal kadar hemoglobin pada tabel dibawa ini :

Tabel 2.2 Kadar Hemoglobin


Kelompok umur Batas nilai hb (gr/dl)
Anak 6 bulan - 5 tahun 11,0

Anak 5 tahun – 11 tahun 12,0

Pria dewasa 13,0

Ibu hamil 11,0

Wanita dewasa 12,0

24
Sumber: (Made, 2021)

6. Faktor –faktor yang mempengaruhi kadar hemoglobin (hb)

a) Aktivitas fisik

Aktivitas fisik dapat mempengaruhi suatu kadar hemoglobin di

dalam darah, aktivitas fisik terbagi atas aktivitas ringan, sedang, dan berat.

Aktivitas yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin yaitu aktivitas

sedang dan berat karena terjadi perubahan volume plasma, perubahan pH,

dan hemolisi intravascular. Pada saat melakukan aktivitas fisik seperti

olahraga akan terjadi peningkatan aktivitas metabolik yang tinggi, asam

yang diproduksi berupa ion hydrogen dan asam laktat akan semakin

banyak maka akan terjadi penurunan pH, apabila pH darah rendah afnitas

antara oksigen dan hemoglobin akan menurun. Apabila afinitas tarik antara

oksigen dan hemoglobin menurun, maka hemoglobin akan melepaskan

lebih banyak oksigen sehingga meningkatkan pengiriman oksigen ke otot.

Apabila pada saat melakukan aktivitas sedang dan berat dapat terjadi

perubahan pada volume plasma darah dimana volume plasma menurun

dan akan membuat kadar hemoglobin dalam darah meningkat. Dan pada

saat melakukan aktivitas berat membutuhkan oksigen lebih banyak, untuk

mengkopensasi kebutuhan oksigen,tubuh akan melakukan eritropoiesis

yang juga akan membuat kadar Hb meningkat (Gunandi, 2016)

b) Pola makan

25
Pola makan yang buruk dapat menyebabkan asupan zat besi yang

tidak memadai, asupan serat karena komsumsi sayuran yang rendah,

asupan B12 yang rendah dan ketersedian hayati zat besi yang buruk dari

serat, makanan kaya fitat mungkin bertanggung jawab atas prevelensia

anemia yang tinggi di negara berkembang (Astuti, 2021)

c) Umur

Pada perbedaan umur dapat menjadi salah satu faktor perbedaan

kadar hemoglobin dalam darah. Anak-anak, orang tua dan wanita hamil

lebih mudah mengalami penurunan kadar hemoglobin.

d) Jenis kelamin

Secara anatomis laki- laki memiliki kadar hemoglobin yang lebih

tinggi dibandingkan dengan wanita karena jumlah sel darah merah pada

laki-laki lebih tinggi dibandingkan wanita. Wanita lebih cederung

mengalami penurunan Hb karena menstruansi yang dialami setiap

bulannya.

e) Paparan gas karbon monoksida (CO)

Karbon monoksida memiliki sifat yang tidak berasa, tidak

berwarna dan tidak berbau. Ketika manusia bernafas gas yang ada di udara

seperti oksigen, nitrogen, karbondioksida dan dan gas lainnya akan ikut

terhirup. Gas CO masuk kedalam darah dan menigkatkan kadar gas CO di

dalam tubuh. Gas karbon monoksida yang masuk kedalam tubuh melalui

26
membran alveolar bersama dengan oksigen. Setelah larut dalam darah CO

berikatan dengan hemoglobin membentuk COHb. Dengan adanya COHb

maka kemampuan darah untuk transport oksigen ke jaringan tubuh

berkurang dan terjadi hipoksia. Oleh karena itu faktor penting yang

menentukan pengaruh CO terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi

COHb yang terdapat dalam darah, semakin tinggi konsentrasi COHb

dalam darah maka akan semakin besar pengaruhnya terhadap kesehatan

(Wulandari, 2016)

f) Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kadar hemoglobin.

Kadar hemoglobin darah dapat meningkat karena rokok,karena asap rokok

yang masuk ke dalam tubuh sesesorang baik perokok aktif maupun

perokok pasif akan mengakibatkan peningkatan karbonmonoksida dalam

tubuh. Tingginya kadar karbonmoksida dalam tubuh dapat mempengaruhi

ikatan hemoglobin dengan oksigen, hal ini akan menyebakan kadar

hemoglobin di dalam darah menjadi tidak normal (Sharmas, 2019)

7. Pengaruh Pestisida terhadap kadar hemoglobin

Pengaruh pestisida terhadap kadar hemoglobin karena pestisida dapat

menurunkan produksi atau peningkatan penghancuran sel darah merah. Hal ini

membuat pembentukan methemoglobin di dalam sel darah merah sehingga

menyebabkan hemoglobin menjadi tidak normal dan tidak dapat menjalankan

fungsinya dalam mengantar oksigen. Kehadiran methemoglobin dalam darah akan

27
menurunkan kadar hemoglobin di dalam sel darah merah sehingga terjadi anemia

(Artini, 2020).

8. Penetapan kadar hemoglobin

a) Metode sahli

Pada metode sahli hemoglobin diubah mejadi hematin asam, dengan

darah di encerkan menggunakan larutan HCL (Chalisa, 2021)

b) Point of care testing (POCT)

Metode ini merupakan metode sederhana yang digunakan untuk

mengukur hemolglobin. Kelebihan alat ini yaitu pemeriksaanya tergolong

murah, cepat dan mudah (Chalisa, 2021)

c) Metode OTSU

Metode OTSU merupakan salah satu metode untuk mesengmentasi

citra digital. Metode OTSU melakukan penyeleksian nilai threshold dari

histogram citra abu-abu. Metode penyeleksian nilai tersebut dilakukan

dengan memakai pendekatan statistika (Annanisa, 2015)

d) Metode azidemet Hb

Metode azimedemet Hb memiliki prinsip yaitu eritrisit yang

terhemolisa akan mengeluarkan Hb, kemudian Hb ini dikonversi menjadi

metHb dan digabungkan dengan Zide untuk membentuk azidemetHb

(Annami, 2015)

e) Metode Cyanide-free

28
Prinsip pada metode ini yaitu reagen pelisis Hb akan melisiskan

eritrosit dan merubah Hb yang dibebaskan melaui proses kimia bebas

sianida menjadi metHb ( Estu, 2018)

D. Kerangka Teori
Petani

Pestisida Rokok

Senyawa toksik yang


dihasilkan dari pestisida dan
rokok dapat diarsorbsi dari
alveolus ke dalam darah

Faktor yang
Kadar mempengaruhi :
Hemoglobin 1. Kecukupan gizi

2. Umur

3. Jenis kelamin
Metode
Metode
Cyanmethom Metode Sahli
Fotometri
eglobin

29
Normal Abnormal

E. Kerangka Konsep

Pestisida
Hemoglobin
Rokok

Keterangan : Variabel independen =

Variabel dependen =

Definisi Operasional

1. Hemoglobin

Kadar hemoglobin yang diperoleh dengan pengukuran darah yang

dilakukan oleh peneliti menggunakan metode hematology anlyser (ABX Pentra

30
XL80) yaitu dengan mengambil sampel darah vena dan dinyatakan dalam 11.5-

16.0 g/dl

2. Pestisida

Zat kimia yang digunakan petani lebih dari 5 tahun ke atas untuk

mencegah hama perusak tanaman

3. Perokok Atif

Orang yang merokok dalam waktu 3 tahun keatas dan bekerja sebagai

petani

31
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif bersifat

laboratorik dengan mengetahui kadar hemoglobin pada petani yang menggunakan

pestisida dan termasuk perokok aktif

B. Lokasi dan waktu

Penelitian ini akan dilakukan di Cahayasaga Klinik dan diagnostic center (PT

Cahyasaga Indonesia) dan pengambilan sampel di desa Ajakkang Kabupaten Barru,

yang dilaksanakan pada bulan Juni 2022.

C. Populasi dan sampel

1) Populasi

Populasi penelitian ini adalah masyarakat Ajakkang Kabupaten Barru

yang bekerja sebagai petani dengan jumlah 48 orang yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi

2) Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling. Sampel yang digunakan adalah sampel darah dari petani di desa

Ajakkang yang memenuhi kriteria sampel sejumlah 24 orang

D. Kriteria inklusi dan eksklusi

1. Kriteria Inklusi
a) Petani yang menggunakan pestisida 10 tahun ke atas

b) Petani usia >38

c) Petani yang termasuk perokok aktif

2. Kriteria Eksklusi

a) Petani yang tidak menggunakan pestisida

b) Bukan perokok aktif

E. Instrument dan alur kerja penelitian

1. Alat dan bahan

1) Alat

Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu hematology

analyser (Sysmex 800i), Rak tabung, cool box

2) Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu handscoon,

Kapas alkohol, tabung EDTA, kasa steril, plaster, spoit

2. Prosedur Kerja

a) Pengambilan sampel

Adapun prosedur kerja pengambilan sampel pada darah vena yaitu

pertama tama disiapkan alat dan bahan kemudian identifikasi pasien,dieratkan

spoit,memasangkan tourniquet 7- 10 cm di atas daerah punksi sehingga terjadi

pembendungan vena, membersihkan area pengambilan sampel dengan alkohol

33
70%,kemudian ditusuk vena untuk mengambilan sampel darah setelah itu

masukkan sampel darah yang telah diambil ke dalam tabung.

b) Cara kerja alat hemotolgy analyzer (sysmex 800i)

Adapun prosedur kerja alat hemotoglgy analyzer (sysmex 800i) yaitu,

pertama tama dinyalakan power ON pada stalvolt, kemudian dinyalalakan power

ON pada CPU dan Monitor, tunggu sampai program symex tampil di layar.

Setelah program siap akan muncul user name dan password , pada user name isi

menggunakan Lab dan password tidak perlu di isi lalu tekan OK. Kemudian pilih

QC files pada menu, pilih file level QC sesuai control yang digunakan, pilih

manual pada main menu dan akan muncul pada layar tampil pilihan file QC, pilih

file level QC sesuai control yang digunakan lalu tekan OK pada layar akan

muncul L-J-XS-800i, jika alat sudah redy homogenkan terlebih dahulu control

sebelum diperiksa,buka tutup tabung letekkan bahan control pada adepter

kemudian tekan tomboil START setelah itu pilih OUT pada main menu, lalu pilih

Report untuk print hasil.

F. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah primer dan data

sekunder. Data primer dilakukan dengan cara melakukan wawancara langsung

dengan menggunakan kuisener, sedangkan data sekunder diambil dari instansi

pemerintah yakni kantor desa ajakkang kabupaten barru.

34
G. Teknik analisa data

Analisa data dilakukan dengan mengolah data yang disajikan dalam bentuk

table, gambar dan disertakan narasi untuk menjelaskan table dan gambar tersebut.

H. Alur Penelitian

Lembar persetujuan

Pengambilan sampel

Pemeriksaan hemoglobin

Analis data

Kesimpulan

35
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Selayang Pandang Lokasi Penelitian

PT Cahaya Saga Indonesia adalah layanan jasa kesehatan yang bergerak

dibidang laboratorium dan klinik, didirikan pada tanggal 29 Juli 2016 yang

berkedudukan di jalan Mangisidi No. 90 Ab, Makassar, Sulewesi Selatan. Pada

awalnya Cahaya Laboratorium Klinik (PT Cahaya Intan Indonesia) berevolusi

menjadi cahayasaga klinik dan diagnostic center (PT Cahya Saga Indonesia). Pada

awal berdirinya cahayasaga clinic dan diagnostic center dengan layanan yang

terbatas. Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan akan layanan kesehatan,

cahaya saga kini menjalin keja sama dengan banyak perusahaan, sekolah instansi

pemerintah, asuransi serta sebagai pusat rujukan pemeriksaan dari dokter praktek,

Klinik dan rumah sakit. Cahayasaga terus meningkat kualitas pelayanan dengan terus

mengembangkan jasa layanan serta menjalin kerja sama dengan pihak-pihak yang

memiliki tujuan yang sama dan terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanan

dengan terus mengembangkan diri dalam bidang-bidang lain, dan terus menjalin

kerja sama dengan pihak- pihak yang memiliki tujuan yang sama. Cahayasaga clinic

36
dan diagnostic center yang bergerak dibiang laboratorium dan klinik menyediakan

beragam pemeriksaan. Penanggung jawab laboratorium oleh dr. Suci Aprianti,

Sp.Pk. telah memiliki pengalaman puluhan tahun untuk mengelola Laboratorium.

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian yang dilaksanakan di desa Ajakkang, Kecamatan Soppeng

Riaja, Kabupaten Barru pada Tanggal 1- 3 Juli 2022 dengan jumlah responden

sebanyak 24 orang.

1) Karakteristik responden berdasarkan umur pada petani perokok aktif di desa

Ajakkang

Tabel 4.1 Distribusi hasil penelitian berdasarkan umur di desa Ajakkang


Umur ( Tahun) Frekuensi Persentase (%)
39 - 51 21 88
52 - 64 2 8
65 - 75 1 4
Total 24 100
Sumber: data primer, (2022)

Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui sebagian besar responden

berumur 39-51 dengan frekuensi 21 responden (88%), 52-64 dengan frekuensi

2 (8%) dan 65-75 dengan frekuensi 1 (4%).

2) Karakteristik responden berdasarkan lama kerja pada petani perokok aktif di

desa Ajakkang

Tabel 4.2 Distribusi hasil penelitian berdasarkan lama kerja pada petani
perokok aktif di desa Ajakkang
Lama Kerja (Tahun) Frekuensi Persentase (%)
1-5 0 0
10-15 15 62,5
>15 9 37,5
37
Jumlah 100
Sumber : Data primer, (2022)

Berdasarakan tabel 4.2 diketahui bahwa sebagian besar responden

mempunyai lama kerja 10-15 tahun dengan frekuensi 15 (62,5%), 1,5 tahun

dengan frekuensi 0 dan >15 tahun dengan frekuensi 9 (37,5)

3) Karakteristik responden berdasarkan kebiasaan memakai APD (alat pelindung

diri) petani perokok aktif di desa Ajakkang

Tabel : 4.3 Distribusi hasil penelitian berdasarkan kebiasaan memakai


APD(alat pelindung diri) petani perokok aktif di desa Ajakkang
Kebiasan memakai APD frekuensi persentase (%)
Memakai 4 17
Tidak Memakai 20 83
Jumlah 24 100
Sumber : Data Primer (2022)

Berdasarkan tebel 4.3 diketahui sebagian besar kebiasaan memakai

APD ( alat pelindung diri) petani perokok aktif di desa Ajakkang dengan

frekuensi 20 responden (83%) dan memakai APD pada saat penyemprotan

pestisida dengan frekuensi 4 (17%)

4) Karakteristik responden berdasarkan kadar hemoglobin pada petani di desa

Ajakkang

Tabel 4.4 Distribusi hasil penelitian berdasarkan kadar Hemoglobin pada


petani di desa Ajakkang
Kadar Hb Frekuensi Persentase (%)
Normal 17 70,8
Abnormal 7 29,2
Jumlah 24 100
Sumber : Data primer, (2022)

38
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari 24 responden sebagian

besar memiliki kadar hb normal dengan frekuensi 17 responden (70,8%) dan

kadar abnormal dengan frekuensi 7 (29,2%)

C. Pembahasan

Pada penelitian ini bersifat deskriptif tentang kadar hemoglobin pada petani

perokok aktif yang terpapar pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

kadar hemoglobin petani. Penelitian ini dilakukan pada petani di desa Ajakkang

Kabupaten Barru kecematan Soppeng Riaja. Jumlah subyek penelitian ini yaitu 24

orang yang memenuhi kriteria penelitian.

Hemoglobin adalah protein berupa pigmen merah pembawa oksigen yang

kaya zat besi, memiliki daya gabung terhadap oksigen untuk membentuk

hemoglobin dalam sel darah merah, dengan adanya fungsi ini maka oksigen

dibawa dari paru-paru kedalam jaringan.

Berdasarkan tebel 4.1 dengan klasifikasi umur responden dapat diketahui

sebagian besar responden berumur 39-51 dengan frekuensi 21 responden (88%),

umur 52-64 dengan frekuensi 2 responden (8%) dan umur 65-75 dengan frekuensi 1

responden (4%) . Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh

Rahayu,dkk (2014), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh umur dengan kadar

hemoglobin karena petani yang menjadi responden pada penelitian Rahayu,dkk

(2014) sebagian besar >66. kolerasi antara usia dengan perubahan kadar hemoglobin

39
darah yang diperoleh semakin tua usia pasien maka perubahan kadar hemoglobin

darah semakin besar

Berdasarkan tabel 4.2 dengan klasifikasi berdasarkan lama kerja responden

diketahui sebagian besar responden mempunyai lama kerja 10-15 tahun dengan

frekuensi 15 (62,5%) dan responden yang memiliki lama kerja 15 tahun ke atas

dengan frekuensi 9 orang (37,5%). Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan Kesavachandran, dkk (2006), yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh

Masa kerja petani dalam jangka waktu panjang yang lama mengalami perubahan

metabolik akibat paparan pestisida, semakin lama bekerja menjadi petani akan

semakin sering kontak dengan pestisida sehingga risiko keracunan pestisida semakin

tinggi.

Berdasarkan tabel 4.3 klasifikasi penggunaan APD diketahui sebagian besar

kebiasaan memakai APD ( alat pelindung diri) petani dengan frekuensi 20 responden

(83%), dan memakai APD sebanyak 4 responden (17%). Kadar hemoglobin yang

abnormal dapat disebabkan tidak menggunakan APD seperti masker dan sarung

tangan pada saat penyemprotan pestisida, sehingga pestisida masuk ke dalam hidung

atau kulit. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suryadhi, dkk (2013), menyatakan

bahwa petani yang tidak menggunakan alat pelindung diri dapat berkontribusi pada

penurunan kadar hemoglobin hal itu terjadi karena pada penelitian yang dilakukan

oleh Suryadhi, dkk (2013), memiliki responden sebanyak 71 petani di Desa Gede

tabanan.

40
Berdasarkan tabel 4.4 hasil pemeriksaan kadar hemoglobin pada petani

diketahui sebagian besar petani memiliki kadar hemoglobin normal (70,8%) dan

selebihnya memiliki kadar hemoglobin abnormal (29,2%). Penelitian ini sejalan

dengan penelitian Andy, dkk (2013), bahwa kadar hemoglobin pada petani yang

terpapar pestisida di kelurahan Rurukan kecematan Tomohon Timur termasuk dalam

kategori di dalam batas normal, dimana didapatkan tidak adanya pengaruh keracunan

pestisida dengan kadar hemoglobin karena pada penelitian ini memiliki kekurangan

jumlah subyek penelitian. Dan hasil ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Reddy (2012), dimana mereka menemukan terjadi penurunan kadar

hemoglobin pada petani yang terpapar pestisida. Perbedaan yang didapatkan pada

pada penelitian ini adalah intensitas yang berbeda dalam kegiatan penyemprotan

pestisida. Dalam penelitian mereka,petani yang menjadi responden adalah petani

yang melakukan penyemprotan pestisida secara intensif sedangkan petani yang

menjadi responden pada penelitian ini yaitu petani yang melakukan penyemprotan

pestisida secara intensif atau hanya melakukan penyemprotan jika perlu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil pada 24

responden di dapatkan kadar hemoglobin dalam batas normal pada petani perokok

aktif yang terpapar pestisida karena didukung pola hidup yang sehat dan Petani yang

menjadi responden memiliki kebiasaan sarapan atau memiliki kecukupan gizi yang

diperoleh dari makanan yang bersumber hewan atau tumbuhan dimana pada

masyarakat desa asupan gizi yang diperoleh memiliki kandungan zat besi yang tinggi

41
seperti sayuran, ikan dan beberapa jenis makanan yang memiliki kandungan zat besi

yang tinggi.

Faktor yang dapat mempengaruhi kadar hemoglobin abnormal pada petani

diantaranya kebiasaan merokok dan penggunaan APD (alat pelindung diri). Faktor

yang pertama yaitu merokok , seluruh responden pada penelitian dengan 24 orang

termasuk perokok aktif (100%). Merokok dapat mempengaruhi kadar

hemoglobin dalam darah seseorang, karena merokok dapat menyebabkan

rusaknya sel silia pada saluran pernapasan sehingga kerusakan pada paru dapat

mengakibatkan semakin banyak jumlah zat kimia yang terdapat dalam rokok

seperti logam berat masuk ke dalam tubuh sehingga dapat berpengaruh pada

penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Kadar hemoglobin normal pada

perokok aktif dapat disebabkan karena memiliki pola hidup yang sehat dan asupan

nutrisi yang cukup dalam tubuh sehingga tidak mempengaruhi kadar hemoglobin

pada perokok aktif .

Faktor kedua yang dapat mempegaruhi kadar hemoglobin abnormal yaitu

penggunaan APD (alat pelindung diri). Kadar hemoglobin yang abnormal dapat

disebabkan tidak menggunakan APD seperti masker dan sarung tangan pada saat

penyemprotan pestisida, sehingga pestisida yang masuk ke dalam hidung atau kulit.

42
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian tentang kadar hemoglobin pada petani perokok aktif

yang terpapar pestisida di desa Ajakkang Kabupaten Barru dengan jumlah 24

responden memiliki kadar hemoglobin dalam batas normal.

B. Saran

1. diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar tempat pemeriksaanya tidak

memiliki jarak yang jauh.

2. diharapkan juga kepada peneliti selanjutnya menambahkan jumlah responden

dari penelitian sebelumnya.

43
DAFTAR PUSTAKA

A’yunin, N. Q., Achdiyat, A., & Saridewi, T. R. (2020). Preferensi Anggota


Kelompok Tani Terhadap Penerapan Prinsip Enam Tepat (6T) Dalam Aplikasi
Pestisida. Jurnal Inovasi Penelitian, 1(3), 253–264.
https://doi.org/10.47492/jip.v1i3.73
Anamisa, D. R. (2015). Rancang Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin.
S@Cies, 5(2), 106–110. https://doi.org/10.31598/sacies.v5i2.64
Arif, S., & Pudjijuniarto. (2017). Hubungan kadar hemoglobin ( hb ) dengan
kebugaran jasmani pada tim sepakbola putra usia 18 tahun elfaza fc Surabaya.
Jurnal Kesehatan Olahraga, 5(3), 25–32.
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/7/article/view/22120
Chalisa. (2021). Hemoglobin ( Hb ) Metode Sahli Dan Point Of Care Testing ( Poct )
Naskah Publikasi Program Studi D-Iii Analis Kesehatan Stikes Ngudia Husada
Madura Hemoglobin ( Hb ) Metode Sahli Dan Point Of Care Testing ( Poct ).
Dewanti, I. R. (2018). Identification of CO Exposure, Habits, COHb Blood and
Worker’s Health Complaints on Basement Waterplace Apartment, Surabaya.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 10(1), 59.
https://doi.org/10.20473/jkl.v10i1.2018.59-69
Dwi Hendrayana, I. M., Rahayu Artini, N. P., & Putu Risky Vidika, D. (2020).
Analisis Kadar Hemoglobin (Hb) Dan Hematokrit (Hct) Pada Petani Sayur
Pengguna Pestisida Di Desa Gubug Kecamatan Tabanan Kabupaten
Tabanan.Jurnal Widya Biologi, 11(2), 68–75.
https://doi.org/10.32795/widyabiologi.v11i2.1031
Erwin, Maher Denny, H., & Setyaningsih, Y. (2019). Edukasi Petani tentang
Penggunaan Pestisida Secara Aman dan Sehat di Bima, Indonesia. Jurnal Sains
Terapan, 5(2), 92–100.
Fauziyyah, R., Lingkungan, P. K., & Masyarakat, F. K. (2017). Studi Praktik
Penggunaan Pestisida Dan Kejadian Anemia Pada Petani Buah Di Desa
Tunggak Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-Journal), 5(5), 860–870.
Gunadi, V. I. R., Mewo, Y. M., & Tiho, M. (2016). Description of hemoglobin levels
in construction workers. Journal E-Biomedik, 4(2), 2–7.
https://media.neliti.com/media/publications/66875-ID-gambaran-kadar-
hemoglobin-pada-pekerja-b.pdf
Handayani, T. U. T. W., & Medan, A. M. (2013). Penilaian kadar fibrinogen pada
subjek sindroma metabolik dan obesitas.
Iskandar Johan. (2006). Metodologi Memahami Petani Dan Pertanian. Jurnal
Analisis Sosial, 11(1), 1–42.
Ivnaini, A. (2019). Analisa Kebijakan Hukum Lingkungan dalam Pengelolaan
Pestisida. Bestuur, 7(2), 93–105.
Kemenkes, (2020). Pedoman Penggunaan Intektisida (Pestisida) Dalam Pengendalian
Vektor
Kesavachandra, C. N., S.K. Rastogi, N, Mathur, M.K.J. Siddiqui and friends. (2006).
Health status Among Pesticide Applicators at a Mango Plantation in India.
Journal of Pesticide Safety Education. Vol.8
Kumalasari, R. I. (2019). Perbedaan Tekanan Darah Antara Perokok Aktif dan Pasif
pada Pasangan Suami Istri Di Desa Paringan, Kecamatan Jenangan,
Ponorogo. Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
Lailla, M., Zainar, Z., & Fitri, A. (2021). Perbandingan Hasil Pemeriksaan
Hemoglobin Secara Digital Terhadap Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara
Cyanmethemoglobin. Jurnal Pengelolaan Laboratorium Pendidikan, 3(2), 63–
68. https://doi.org/10.14710/jplp.3.2.63-68
Made, P., & Saraswati, I. (2021). Hubungan kadar hemoglobin (hb) dengan prestasi
pada siswa menengah atas (sma) atau sederajat. Jurnal Medika Hutama, 02(04),
1187–1191.
Mandang, M., Sondakh, M. F. L., & Laoh, O. E. H. (2020). Karakteristik Petani
Berlahan Sempit Di Desa Tolok Kecamatan Tompaso. Agri-Sosioekonomi,
16(1), 105. Https://Doi.Org/10.35791/Agrsosek.16.1.2020.27131
Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2019). Keracunan Pestisida Kronik Pada Petani.
JIMKI, 7(2).

Nadella, R. (2017). Perbandingan Pertumbuhan Bakteri Rongga Mulut Perokok Dan


Bukan Perokok Di Lingkungan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara.
Ningsih, E. W., Fajrin, H. R., & Fitriyah, A. (2019). Pendeteksi Hemoglobin Non
Invasive. Medika Teknika : Jurnal Teknik Elektromedik Indonesia, 1(1).
https://doi.org/10.18196/mt.010102
Oktaviani, R., Pawenang, E. T., & Artikel, I. (2020). Gejala Keracunan Pestisida
pada Petani Greenhouse. Higeia Journal of Public Health Research and
Development, 4(2), 178–188.
Pamungkas, O. S. (2016). Bahaya Paparan Pestisida terhadap Kesehatan Manusia.
Bioedukasi,XIV(1),27–31.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/BIOED/article/download/4532/3355
Ria, N. (2018). Kadar Karbon Monoksida (CO) Ekspirasi Pada Perokok, Bekas
Perokok, dan Bukan Perokok di RSUP HAM Medan, Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara.
Reddy PB, Jagdish K.(2016) Clinico pathological effects of pesticides exposure on
farm workers. DAV Internasional Journal of Science;1(2):119-121
Rosidah, & Rahmawati, N. K. (2016). Perbedaan Kadar Hemoglobin Metode Sahli
Pada Darah Vena Dan Kapiler Di Puskesmas Tikung Desa Bakalan Pule

45
Kec.Tikung Kab.Lamongan. Jurnal Sains, 6(11), 21–26.
http://journal.unigres.ac.id/index.php/Sains/article/view/566
Situmorang, H., Noveri, N., Putrina, M., & Fitri, E. R. (2021). Perilaku Petani Padi
Sawah Dalam Menggunakan Pestisida Kimia di Kecamatan Harau, Kabupaten
Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, Indonesia. Agro Bali : Agricultural Journal,
4(3), 418–424. https://doi.org/10.37637/ab.v4i3.743
Sodri, J. A., Adhani, R., & Hatta, I. (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap Dan
Tindakan Kesehatan Gigi Dan Mulut Dengan Status Kebersihan Rongga Mulut
Perokok. Dentin Jurnal Kedokteran Gigi, 2(1), 32–39.
Sumerti, N. N. (2019). Merokok dan EFeknya Terhadap Kesehatan Gigi dan Rongga
Mulut. Jurnal Kesehatan Gigi, 4(2), 49–58
Suryadhi. 2013. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dan Akadar Hemoglobin
Pada Petani Pengguna Pestisida di Desa Riang Gede, Kecamatan Panebel,
Tabanan. Denpasar Bali. Universitas Udayana
Suryaningsih , R., Muharini, A., & Darmawati. (2014). Analisis Pengaruh Usia
Terhadap Penurunan Kadar Hemoglobin Akibat Dosis Radiasi 2000 CGY Pada
Kasus Terapi Ca Nasopharyn dan Ca Cervix Menggunakan Radiasi Eksternal di
RSUP dr. Sardijito. Teknofisika, 59-62

Syauqy, A., & Fitri, A. D. (2017). Pengaruh Merokok Terhadap Ph Saliva Dan
Aktivitas Enzim Ptialin Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Dan Ilmu
Kesehatan Universitas Jambi. Jambi Medical Journal “Jurnal Kedokteran Dan
Kesehatan,” 5(1), 29–40.
Https://Online-Journal.Unja.Ac.Id/Kedokteran/Article/View/3670
Wibowo, D. V., Pangemanan, D. H. C., & Polii, H. (2017). Hubungan Merokok
dengan Kadar Hemoglobin dan Trombosit pada Perokok Dewasa. Jurnal E-
Biomedik, 5(2). https://doi.org/10.35790/ebm.5.2.2017.18510
Wulandari, R. D. (2016). Abnormalities in Haemoglobin Synthesis: Thalassemia and
It’s Epidemiology. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2), 33–43.
Yuantari, M. G. C., Widiarnako, B., & Sunoko, H. R. (2013). Tingkat Pengetahuan
Petani dalam Menggunakan Pestisida ( Studi Kasus di Desa Curut Kecamatan
Penawangan Kabupaten Grobogan ). Seminar Nasional Pengelolaan
Sumberdaya Alam Dan Lingkungan 2013, 142–148.

46
LAMPIRAN LEMBAR DOKUMENTASI

A. Alat dan bahan

B. Proses pengambilan sampel

C. Penanganan sampel

C. proses homegen sampel


D. Proses pemeriksaan

48
Works Cited

(n.d.).

Anamisa. (2015). Rancangan Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal
ilmu kompurt dan sains Tarapan.

Annanisa, D. R. (2015). Rancangan Bangun Metode OTSU Untuk deteksi Hemoglobin.

Artini, N. R., Vidika, D. P., & Hendrayana , M. D. (2020, 10). Analisi kadar Hemoglobin
dan Hemotokrit Pada Petani Sayur Pengguna Pestisida di Desa Gubug Kecmatan
Tabanan. 11(2).

Astuti, H. P., & Pangesti, C. B. (2021). Hubungan Pola Makan dan Komsumsi Zat Besi
dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Program Studi Diploma 3 Kebidanan.
Profesi, 19(1), 8-14.

Erwin, D. H. (2019). Edukasi Petani Pengguna Pestisida Secara Aman dan Sehat di Bima,
Indonesia. Jurnal sains Tarapan.
49
Gunandi, V. I., Mewo, Y. M., & Tiho, M. (2016, 7). Gambaran Kadar Hemoglobin Pada
Pekerja Bangunan. Biomedik, 4(2).

Ivnaini, A. (2019). Analisa Kebijakan Hukum Lingkungan dalam Pengelolaan Pestisida.


Issue.

Ivnaini, A. (2019, 12). Analisa Kebijakan Hukum Pengelolaan Pestisida. Issue, 7(2).

Lailla, M., Zainiar, & Fitri, A. (2021). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara
Digital Terhadap Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara Cyanmethemoglobin.
JPLP ( Jurnal pengelolaan Laboratorium pendidikan), 3(2), 63-68.

Mandang, M., Sondakh, M. L., & Loach, O. H. (2020, 1). Karakteristik Petani Berlahan
Sempit i Desa Tolok Kecamatan Tompasa. Agri-sosialEkonomi Unsrat, 16(1), 105-
114.

Mutia vonisya, O. R. (n.d.). Keracunan Pestiida Kronik p.

Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2019). Keracunan Pestisida Kronik Pada Petani. JIMKI, 7(2).

Nafa, P. I. (2019). Hubungan Antara Paparan Pestisida Dengan Efek Neurobehavioral


Yang Ditimbulkan Pada Petani di Desa Sukogidri Kabupaten Jamber.

Nurrahmah. (2014, 5 3). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan


Karakter Manusia. Prosiding Seminar Nasional, 01(1), 78-214.

Nururrahmah. (n.d.). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pebentukkan.

Nurwana. (2020). pemeriksaan kecacingan.

Pamungkas, O. s. (2016). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan. Bioeuksi.

Pamungkas, O. S. (2016, 4). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia.


Bioedukasi Vol. XIV No.1 April 2016, 14(1), 27-31.

Pawestri, I. N. (2019). Hubungan Antara Paparan Pestisida Dengan Efek Neurobehavioral


Yang Ditimbulkan Pada Petani di Desa Sukogidri Kabupaten Jamber.

Sayekti, S. (2020). Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Hemoglobin .

Sharma J Andrea, A. Y. (2019). Reezamination of Hemoglobin to define anemia. altitute


and smoking.

Syaiful, A. (2017). Hubungan kadar hemoglobin dengan kebugaran jasmani pada tim
sepak bola putra usia 18 tahun elfaza Surabaya.

50
Wibowo Devina Z, P. D. (2017). Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin dan
Trombosit pada Perokok Dewasa. Biomedik.

Wulandari, R. D. (2016). Kelainan Pada Sintesis Hemoglobin Thalassemia dan


Epidemiologi Thassemia. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2), 33-43.

Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2019). Keracunan Pestisida Kronik Pada Petani.
JIMKI, 7(2).

Mutia, V.,&Oktralina,R.Z (2019). Keracunan Pestisida Kronik Pada


Petani.JIMKI, 7(2)

(Suryaningsih , Muharini, & Darmawati, 2014)

Bibliography

(n.d.).

Anamisa. (2015). Rancangan Bangun Metode OTSU Untuk Deteksi Hemoglobin. Jurnal
ilmu kompurt dan sains Tarapan.

Annanisa, D. R. (2015). Rancangan Bangun Metode OTSU Untuk deteksi Hemoglobin.

Artini, N. R., Vidika, D. P., & Hendrayana , M. D. (2020, 10). Analisi kadar Hemoglobin
dan Hemotokrit Pada Petani Sayur Pengguna Pestisida di Desa Gubug Kecmatan
Tabanan. 11(2).

Astuti, H. P., & Pangesti, C. B. (2021). Hubungan Pola Makan dan Komsumsi Zat Besi
dengan Kejadian Anemia Pada Mahasiswa Program Studi Diploma 3 Kebidanan.
Profesi, 19(1), 8-14.

Erwin, D. H. (2019). Edukasi Petani Pengguna Pestisida Secara Aman dan Sehat di Bima,
Indonesia. Jurnal sains Tarapan.

Gunandi, V. I., Mewo, Y. M., & Tiho, M. (2016, 7). Gambaran Kadar Hemoglobin Pada
Pekerja Bangunan. Biomedik, 4(2).

Ivnaini, A. (2019). Analisa Kebijakan Hukum Lingkungan dalam Pengelolaan Pestisida.


Issue.

Ivnaini, A. (2019, 12). Analisa Kebijakan Hukum Pengelolaan Pestisida. Issue, 7(2).

51
Lailla, M., Zainiar, & Fitri, A. (2021). Perbandingan Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara
Digital Terhadap Hasil Pemeriksaan Hemoglobin Secara Cyanmethemoglobin.
JPLP ( Jurnal pengelolaan Laboratorium pendidikan), 3(2), 63-68.

Mandang, M., Sondakh, M. L., & Loach, O. H. (2020, 1). Karakteristik Petani Berlahan
Sempit i Desa Tolok Kecamatan Tompasa. Agri-sosialEkonomi Unsrat, 16(1), 105-
114.

Mutia vonisya, O. R. (n.d.). Keracunan Pestiida Kronik p.

Mutia, V., & Oktarlina, R. Z. (2019). Keracunan Pestisida Kronik Pada Petani. JIMKI, 7(2).

Nafa, P. I. (2019). Hubungan Antara Paparan Pestisida Dengan Efek Neurobehavioral


Yang Ditimbulkan Pada Petani di Desa Sukogidri Kabupaten Jamber.

Nurrahmah. (2014, 5 3). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan Dan Pembentukan


Karakter Manusia. Prosiding Seminar Nasional, 01(1), 78-214.

Nururrahmah. (n.d.). Pengaruh Rokok Terhadap Kesehatan dan Pebentukkan.

Nurwana. (2020). pemeriksaan kecacingan.

Pamungkas, O. s. (2016). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan. Bioeuksi.

Pamungkas, O. S. (2016, 4). Bahaya Paparan Pestisida Terhadap Kesehatan Manusia.


Bioedukasi Vol. XIV No.1 April 2016, 14(1), 27-31.

Pawestri, I. N. (2019). Hubungan Antara Paparan Pestisida Dengan Efek Neurobehavioral


Yang Ditimbulkan Pada Petani di Desa Sukogidri Kabupaten Jamber.

Sayekti, S. (2020). Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Hemoglobin .

Sharma J Andrea, A. Y. (2019). Reezamination of Hemoglobin to define anemia. altitute


and smoking.

Suryaningsih , R., Muharini, A., & Darmawati. (2014). Analisis Pengaruh Usia Terhadap
Penurunan Kadar Hemoglobin Akibat Dosis Radiasi 2000 CGY Pada Kasus Terapi
Ca Nasopharyn dan Ca Cervix Menggunakan Radiasi Eksternal di RSUP dr.
Sardijito. Teknofisika, 59-62.

Syaiful, A. (2017). Hubungan kadar hemoglobin dengan kebugaran jasmani pada tim
sepak bola putra usia 18 tahun elfaza Surabaya.

Wibowo Devina Z, P. D. (2017). Hubungan Merokok dengan Kadar Hemoglobin dan


Trombosit pada Perokok Dewasa. Biomedik.
52
Wulandari, R. D. (2016). Kelainan Pada Sintesis Hemoglobin Thalassemia dan
Epidemiologi Thassemia. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya Kusuma, 5(2), 33-43.

53

Anda mungkin juga menyukai